EFEKTIVITAS PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING DAN EKSPOSITORI DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH HALAMA N JUDUL Jurnal Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Dheni Nugroho NIM 12301241033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 1 EFEKTIVITAS PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING DAN EKSPOSITORI DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH THE EFFECTIVENESS OF GUIDED DISCOVERY AND EXPOSITORY TOWARD PROBLEM SOLVING ABILITIES Oleh: Dheni Nugroho1), Bambang Sumarno HM., M. Kom.2), 1)2)Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 1) [email protected], 2)[email protected] Abstrak Penelitian quasi experiment ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan perbandingannya dari pendekatan penemuan terbimbing dan pendekatan ekspositori terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Desain penelitian berupa Pretest-Posttest Nonequivalent Group Desain. Populasi seluruh siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong dengan sampel kelas VIII A sebagai kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan instrumen tes. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) pembelajaran matematika dengan pendekatan penemuan terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong, (2) pembelajaran matematika dengan pendekatan ekspositori efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong, (3) pembelajaran pendekatan penemuan terbimbing dan pendekatan ekspositori sama efektifnya ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong. Kata kunci: Pemecahan masalah, Ekspositori, Penemuan terbimbing Abstract This quasi experimental study aimed to describe the effectiveness and comparative effectiveness of guided discovery approach and expository approach toward problem solving abilities of students. This study used Pretest Posttest Nonequivalent Group Design. The population was all eight grade students of SMP N 1 Ponjong with the sample was VIII A as control class that given expository learning approach and class VIII B as experimental class that given guided discovery learning approach. The instrument that used in this study was the observation sheet and test instruments. The results of this study are: (1) learning mathematics using guided discovery was effective in terms of problem solving abilities of students, (2) learning mathematics using expository approach was effective in terms of problem solving abilities of students , (3) learning mathematics using guided discovery approach and expository approach was equally effective in terms of problem solving abilities of students. Keywords: problem solving, guided discovery, expository matematika PENDAHULUAN Matematika mata pelajaran yang sehingga dalam kehidupan diharapkan dapat sehari-hari menerapkan dicantumkan dalam semua kurikulum yang matematika dalam penyelesaian masalah sehari- pernah berlaku di Indonesia di semua jenjang hari. Selain itu, salah satu tujuan belajar pendidikan maupun matematika bagi siswa adalah agar siswa pendidikan menengah. Erman Suherman (2003:4) mempunyai kemampuan atau ketrampilan dalam mengatakan bahwa tujuan dari pembelajaran memecahkan masalah atau soal-soal matematika, matematika untuk sebagai sarana untuk mengasah penalaran yang dapat cermat, kritis, dan kreatif (Djamilah Bondan pikir Wijayanti, 2009). baik mempersiapkan menggunakan di pendidikan sekolah peserta matematika dasar adalah didik dan agar pola 2 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20... Djamilah (2009) mendapatkan cara-cara berpikir, kebiasaan tekun, dilatih dan keingintahuan, serta kepercayaan diri di menyelesaikan masalah, maka sebenarnya mereka dalam situasi-situasi tidak biasa, sebagaimana juga dilatih mengambil keputusan. Hal tersebut situasi yang akan mereka hadapi di luar kelas terjadi sebab mereka telah menjadi terampil matematika. Kemampuan pemecahan masalah tentang bagaimana mengumpulkan informasi mempunyai kemungkinan membuat siswa dapat yang dan menerapkan konsep-konsep matematika dalam menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil menyelesaikan permasalahan yang terjadi di yang telah diperolehnya. Selain itu, pembelajaran kehidupan. menyatakan Bondan bahwa relevan, Wijayanti siswa menganalisis yang informasi, matematika yang tercantum dalam Kurikulum Terdapat banyak kompetensi yang Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) salah satu diajarkan dalam mata pelajaran matematika, salah tujuannya adalah membuat siswa memiliki satunya geometri. Geometri merupakan cabang kemampuan memecahkan masalah yang meliputi matematika yang mempelajari titik, garis, bidang, kemampuan memahami masalah, merancang dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya, metode matematis, menyelesaikan masalah dan ukuran-ukurannya dan hubungannya satu sama menafsirkan solusi yang diperoleh. Berdasarkan lain uraian di atas, diketahui kemampuan pemecahan pengetahuan yang mempelajari tentang ruang masalah (Sardjana, 2008:1). telah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang pendidikan. sehingga dapat dipandang sebagai Sampai saat ini, geometri masih dipelajari Secara formal pemecahan masalah sudah di sekolah, akan tetapi tidak semua siswa menjadi tujuan pembelajaran matematika di memiliki penguasaan materi geometri yang baik. Indonesia, akan tetapi prestasi belajar siswa Berdasarkan Indonesia masih berada pada level rendah penguasaan materi matematika siswa Sekolah berdasarkan benchmark internasional, dan berada Menengah Pertama (SMP) di Gunungkidul tahun pada peringkat 40 dari 45 negara peserta yang 2014/2015, mengikuti TIMSS 2011. Kemampuan matematika geometri belum mencapai 50%. Selain itu, siswa benchmark berdasarkan pengamatan kegiatan pembelajaran internasional pada tingkat rendah adalah 43%, kelas VIII dan wawancara dengan 6 guru tingkat menengah 15%, tingkat tinggi 2 %, dan matematika di SMP N 1 Ponjong, Kabupaten tingkat Gunungkidul, pembelajaran matematika yang Indonesia mahir berdasarkan 0%. Modus kemampuan data dari persentase penguasaan rendah. Selain itu, hasil tes yang diselenggarakan menggunakan pendekatan ekspositori. Dengan oleh PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa pendekatan tersebut, siswa masih mengalami kemampuan matematika siswa di Indonesia kesulitan pada pemecahan masalah dan materi terletak pada peringkat 64 dari 65 negara peserta. kubus dan balok. masalah di dalam matematika, para siswa akan satu SMP cara N untuk 1 materi biasa Salah di mengenai matematika siswa Indonesia terletak pada tingkat Padahal dengan mempelajari pemecahan dilakukan Balitbang Ponjong mengatasi permasalahan pada kondisi pembelajaran tersebut Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 3 adalah dengan menerapkan pendekatan Jika kedua pendekatan tersebut digunakan pembelajaran yang tepat pada pembelajaran dalam mengajarkan materi yang kurang dikuasai matematika. Ausubel (Erman Suherman, 2003:8) siswa SMP di Gunungkidul yaitu geometri pada berpendapat kompetensi kubus dan balok yang diajarkan di bahwa pembelajaran dapat dibedakan menjadi belajar dengan menerima kelas misal ekspositori dan belajar dengan menemukan kemampuan pemecahan masalah siswa pada misal penemuan terbimbing yang keduanya dapat kompetensi kubus dan balok akan lebih baik. diusahakan agar menjadi pembelajaran yang Akan tetapi, efektivitas pendekatan bermakna bagi siswa. Pada belajar dengan terbimbing menerima, materi kemampuan pemecahan masalah siswa belum pelajaran yang disampaikan guru dan tinggal diuji. Oleh karena itu penelitian yang menguji menghafalkannya, tetapi pada belajar dengan efektivitas menemukan, konsep ditemukan oleh siswa dan penemuan terbimbing (guided discovery) dan dapat pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus siswa menerima hanya menerima pelajaran dengan lebih mendalam. VIII SMP, dan maka ada ekspositori pembelajaran kemungkinan penemuan ditinjau dengan dari pendekatan dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan Menurut Marzano (Markaban, 2008:18) sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang masalah siswa kelas VIII SMP perlu dilakukan. Ekspositori berpusat pada siswa, pendekatan penemuan Pendekatan ekspositori adalah pendekatan terbimbing mendukung kemampuan pemecahan pembelajaran yang kegiatannya menjadikan guru masalah siswa. Di sisi lain, pembelajaran menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk yang ekspositori dapat menjadi sama bermaknanya telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan dengan belajar menemukan. Salomon dan Perkins lengkap dan siswa juga diberi waktu untuk tanya (Schunk, 2012:444) berpendapat bahwa transfer jawab dan mengerjakan soal. kemampuan pemecahan masalah secara runtut Menurut Suyono (2015:71), pendekatan terjadi ketika seseorang mengabstrakkan perilaku ekspositori memiliki prosedur dan secara garis dan kognitif dari konteks pembelajaran menjadi besar prosedurnya adalah sebagai berikut. satu atau lebih konteks transfer potensial. 1. Persiapan (preparation). Misalnya, ketika siswa sedang mempelajari 2. Pertautan prakalkulus, mereka akan berpikir bagaimana dengan bahan ajar terdahulu (apersepsi, apperception). beberapa materi seperti limit dan materi lain yang 3. Presentasi materi ajar. berkaitan berarti 4. Guru mengajukan pertanyaan, atau siswa mempelajari pemecahan masalah akan lebih diminta menanyakan kembali dengan kalimat mudah dilakukan jika kita dapat mengaitkan sendiri mengenai bahan pelajaran yang telah materi yang diketahui dengan materi yang sudah dipelajari (resitasi). dengankalkulus. dipelajari, dengan bermakna akan kata Hal lain ini pembelajaran mempermudah memecahkan masalah matematika. siswa Penemuan Terbimbing Penemuan terbimbing adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa diberikan bimbingan 4 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20... oleh gurunya untuk menemukan konsep yang Permasalahan yang akan dibahas dalam akan dipelajari. Menurut Markaban (2008:16), penelitian pelaksanaan pendekatan penemuan terbimbing pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dapat berjalan dengan efektif dengan melakukan pembelajaran beberapa langkah berikut. kompetensi kubus dan balok ditinjau dari 1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII kepada siswa dengan data yang dibutuhkan. SMP N 1 Ponjong; (2) keefektifan pembelajaran 2. Siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dengan menggunakan pendekatan ekspositori dan menganalisis data yang diberikan guru. pada kompetensi kubus dan balok efektif ditinjau 3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas hasil analisis yang dilakukannya. ini adalah: penemuan (1) keefektifan terbimbing pada VIII SMP N 1 Ponjong; (3) perbandingan 4. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diperiksa oleh guru. efektivitas antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan penemuan terbimbing 5. Verbalisasi konjektur. dengan pembelajaran menggunakan pendekatan 6. Latihan soal. ekspositori pada kompetensi kubus dan balok Pemecahan Masalah ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah Pemecahan masalah adalah proses yang digunakan untuk (Djamillah Bondan siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong. Selain itu, menyelesaikan masalah tujuan dari penelitian ini adalah untuk Widjajanti, 2009:2). mengetahui jawaban dari permasalahan yang Contohnya, jika terdapat suatu kubus yang telah dirumuskan. diketahui panjang diagonal ruangnya, maka siswa Penelitian yang Relevan akan dapat mencari volume kubus tersebut Terdapat dengan beberapa proses seperti: (1) menentukan dengan penelitian ini, antara lain: panjang diagonal sisi kubus, (2) menentukan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Samsul Feri beberapa penelitian Apriyadi kubus. Oleh karena itu kemampuan pemecahan Pembelajaran masalah juga bisa diartikan sebagai kemampuan Terbimbing siswa menggunakan proses pemecahkan masalah Kemampuan Representasi dan Pemecahan untuk menyelesaikan masalah. Masalah Siswa SMA”. Hasil dari penelitian Polya (1973:5), solusi soal dengan judul relevan panjang rusuk kubus, (3) menentukan vulume Menurut dengan yang “Efektivitas Metode untuk Penemuan Meningkatkan tersebut adalah metode penemuan terbimbing pemecahan masalah memuat empat langkah atau lebih proses penyelesaian yaitu: representasi dan pemecahan masalah siswa 1. Memahami masalah. SMA jika dibandingkan dengan metode 2. Merencanakan penyelesaian. ekspositori. 3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana. 4. Pengecekan kembali terhadap penyelesaian. efektif meningkatkan kemampuan 2. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliyanto dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri SMP Menggunakan Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 5 Metode Penemuan Terbimbing Pada Kelas masalah dan representasi multipel matematis VIII Semester II”. Hasil dari penelitiaan siswa. tersebut adalah perangkat pembelajaran 6. Penelitian yang dilakukan oleh Deny Sutrisno dengan metode penemuan terbimbing efektif dengan digunakan pada materi geometri. Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran 3. Penelitian yang dilakukan “Komparasi Pendekatan Siwi Kooperatif Think Pair Share dengan Two Khomsiatun dengan judul “Pengembangan Stay Two Stray”. Hasil dari penelitian Perangkat Pembelajaran dengan Penemuan tersebut adalah: (1) pendekatan penemuan Terbimbing Meningkatkan terbimbing dengan setting kooperatif TPS Kemampuan Pemecahan Masalah”. Hasil dari efektif terhadap HOTS, prestasi belajar, dan penelitiaan curiosity, untuk tersebut pembelajaran pada “Menghitung keliling oleh judul adalah perangkat pendekatan penemuan Dasar terbimbing dengan setting kooperatif TSTS bangun efektif terhadap HOTS, prestasi belajar, dan segitiga dan segiempat serta menggunakannya curiosity dan, (3) pendekatan penemuan dalam terbimbing dalam pembelajaran kooperatif pemecahan Kompetensi (2) dan masalah” luas yang telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. tipe TSTS lebih efektif dibandingkan dengan 4. Penelitian yang dilakukan oleh Yhasinta tipe TPS ditinjau dari HOTS dan prestasi dengan judul “Pengembangan belajar dan pendekatan penemuan terbimbing Bahan Ajar Matematika Dengan Pendekatan dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih Kontekstual efektif Agustyarini dan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan EQ dan SQ Siswa SMP Akselerasi”. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahan ajar matematika dan komponen pendukungnya meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan modul matematika yang valid, praktis, dan efektif, serta tes ketercapaian kompetensi (TKK) yang valid, praktis, dan reliabel. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Afandi dengan judul “Pendekatan Open-Ended dan Inkuiri Terbimbing ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendekatan open-ended dan inkuiri terbimbing efektif ditinjau dari kemam-puan pemecahan dibandingkan dengan tipe TSTS ditinjau dari curiosity. Dari penelitian-penelitian dilakukan sebelumnya, penemuan terbimbing yang diketahui dapat telah bahwa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA serta efektif jika digunakan untuk mengajarkan Geometri. Selain itu, perangkat pembelajaran yang menggunakan penemuan terbimbing dapat menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif. Oleh karena itu, penemuan terbimbing dalam penelitian ini juga memiliki kemungkinan pemecahan meningkatkan masalah siswa kompetensi kubus dan balok. kemampuan SMP untuk 6 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20... Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu). ini adalah data nilai hasil pre-test dan posttest. Untuk memperoleh data tersebut digunakan dua macam instrumen yaitu intrumen tes dan instrumen non- Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Data yang diperlukan dalam penelitian ini dilaksanakan dari 27 Februari 2016 sampai dengan 14 Maret 2016 dan tes. 1. Instrumen Tes Instrumen tes yang digunakan terdiri dari lokasi penelitiannya adalah SMP Negeri 1 soal Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta. pre-test digunakan Target/Subjek Penelitian dan untuk post-test. Instrumen mengukur ini kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Ponjong pada kompetensi kubus dan balok. siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong tahun Instrumen tes berbentuk soal uraian yang terdiri pelajaran 2015/ 2016 yang berjumlah 196 siswa dari 5 soal dan untuk mengerjakan instrumen tes dan terbagi ke dalam enam kelas. Sedangkan ini disediakan waktu 60 menit. sampel penelitian ini adalah 2 kelas dari 6 kelas 2. Instrumen Non-tes tersebut. Penarikan sampel ini berupa sampel Instrumen non-tes yang digunakan adalah dan lembar observasi kegiatan siswa dan guru. Tujuan diperoleh kelas sampel adalah kelas VIII B dari penggunaan lembar observasi adalah untuk sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII A mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran sebagai kelas kontrol. yang dilakukan oleh siswa dan guru serta untuk berkelompok (cluster random desain) mengetahui bagaimana keterlaksanaan kegiatan Prosedur pembelajaran. Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest nonequivalent grup dengan secara lengkap disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Desain Penelitian PreVariabel Bebas Kelompok test (Perlakuan) Eksperimen O1 X1 Kontrol O1 X2 Keterangan: O1: rerata nilai pre-test O2: rerata nilai post-test X1: pembelajaran matematika dengan pendekatan penemuan terbimbing X2: pembelajaran matematika dengan pendekatan ekspositori Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2002: 65). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini Posttest O2 O2 adalah validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan sejauh mana suatu tes mampu mengukur tingkat menguasaan terhadap suatu materi tertentu sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan atau dengan kata lain bahwa butir soal tersebut mempunyai relevansi dengan materi yang diajarkan. Untuk mendapatkan kriteria validitas isi, instrumen direview oleh para ahli Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 7 (expert judgment) untuk diperiksa apakah sudah Hipotesis uji homogenitas ini adalah: memenuhi kriteria valid atau belum. H0 : data berasal dari populasi yang homogen, Ha : data tidak berasal dari populasi yang homogen. Keputusan uji dan kesimpulan diambil dengan Selain itu suatu instrumen tes harus reliabel jika digunakan. Suatu instrumen tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan kekonsistenan hasil saat digunakan berulang. Untuk mengukur reliabilitas intrumen tes pada penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach dengan hasil uji reliabilitas pada soal pre-test dan post-test didapatkan nilai pre-test sebesar 0,602 dan post-test sebesar 0,412. Hasil tersebut menyatakan bahwa reliabilitas soal pre-test adalah tinggi dan reliabilitas soal post-test adalah taraf signifikansi 0,05. Dalam hal ini H0 akan diterima jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. 3. Uji Hipotesis Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan efektif jika memenuhi kriteria indeks keefektifan. Kriteria ketuntasan minimal yang berlaku di SMP N 1 Ponjong adalah 75 untuk skala 100. Pendekatan pembelajaran cukup. efektif jika rata-rata siswa mencapai nilai sama atau lebih dari 75. Selain itu, Teknik Analisis Data data yang digunakan dalam hipotesis ini adalah Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data hasil pre-test dan posttest kemampuan pemecahan masalah dari kelas kontrol dan eksperimen. Selain itu, perhitungan analisis dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 21 dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Uji Hipotesis Pertama Uji hipotesis pertama dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran normalitas dan balok ditinjau kemampuan pemecahan pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis uji normalitas distribusi data adalah: H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, Ha : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam hal ini, H0 akan diterima jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. 2. Uji Homogenitas Uji masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong. penemuan terbimbing pada kompetensi kubus 1. Uji Normalitas Uji data nilai hasil tes kemampuan pemecahan homogenitas menggunakan Levene’s. pada penelitian ini masalah siswa kelas VIII SMP. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H0: pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing pada kompetensi kubus dan balok tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP. Ha: pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing pada kompetensi kubus dan balok efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP. Secara statistik, hipotesis tersebut dapat disimbolkan: H0: 𝜇1 ≤ 74,9 Ha: 𝜇1 > 74,9 8 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20... Keterangan: hipotesis ketiga ini diawali dengan melakukan 𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas yang menerima pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing pada kompetensi kubus dan balok. uji beda rata-rata hasil pre-test kemampuan b. Uji Hipotesis Kedua jika terdapat beda rata-rata pada hasil pre-test Uji hipotesis kedua dilakukan untuk pemecahan masalah. Jika tidak terdapat beda rata-rata pada hasil pre-test maka dapat dilanjutkan untuk uji berikutnya. Akan tetapi, maka uji berikutnya dilakukan menggunakan mengetahui efektivitas pembelajaran dengan uji n-gain. menggunakan pendekatan ekspositori pada 1) Uji beda rata-rata nilai pre-test kompetensi kubus dan balok ditinjau kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H0: pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP. Ha: pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut: H0: 𝜇1 ≤ 74,9 Ha: 𝜇1 > 74,9 c. Uji Hipotesis ketiga Setelah uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan dan menunjukkan bahwa data adalah normal dan maka melakukan uji dilanjutkan hipotesis dengan ketiga pada subjek penelitian. H0: 𝜇11 = 𝜇12 Ha: 𝜇11 ≠ 𝜇12 Keterangan: 𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas yang menerima pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing pada kompetensi kubus dan balok. 𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas yang menerima pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok. untuk mengetahui perbandingan keefektifan kedua perlakuan H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pre-test antara kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP. Ha: Terdapat perbedaan rata-rata skor pretest antara kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut. Keterangan: 𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas yang menerima pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok. homogen, Hipotesis penelitian yang digunakan: Uji 2) N-gain Untuk mengetahui besarnya peningkatan pretest-posttest maka dilakukan analisis Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 9 terhadap hasil pre-test dan post-test. Analisis dilakukan dengan menggunakan gain ternormalisasi. Adapun rumus untuk gain ternormalisasi menggunakan rata-rata 𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas yang menerima pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok. (average normalized gain) yang dianggap Jika diketahui tidak terdapat perbedaan rata- lebih efektif adalah sebagai berikut (Hake, rata nilai kemampuan pemecahan masalah dari 2007:1). kedua kelas, maka uji hipotesis ketiga tidak perlu < 𝑔 >= < %𝑝𝑜𝑠𝑡 > −< %𝑝𝑟𝑒 > 100%−< %𝑝𝑟𝑒 > Keterangan: < 𝑔 > : gain ternormalisasi rata-rata < %𝑝𝑟𝑒 >: persentase skor pre-test rata-rata < %𝑝𝑜𝑠𝑡 >: persentase skor post-test rata-rata Kriteria tingkat gain adalah: 𝑔 > 0,7 : tinggi 0,3 < 𝑔 ≤ 0,7 : sedang 𝑔 ≤ 0,3 : rendah 3) Uji beda rata-rata nilai post-test Hipotesis penelitian yang digunakan: H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor postest antara kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa. Ha: Terdapat perbedaan rata-rata skor posttest antara kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut: H0: 𝜇11 = 𝜇12 Ha: 𝜇11 ≠ 𝜇12 Keterangan: 𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas yang menerima pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing pada kompetensi kubus dan balok. dilakukan karena perlakuan pada kedua kelas tersebut sama efektifnya. Akan tetapi, jika diketahui terdapat perbedaan rata-rata pada nilai hasil post-test kemampuan pemecahan masalah siswa, maka dapat dilakukan uji hipotesis ketiga. Hipotesis yang digunakan untuk uji hipotesis ketiga adalah: H0: Pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing tidak lebih efektif dibandingkan dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP. Ha: Pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut: H0: 𝜇11 ≤ 𝜇12 Ha: 𝜇11 > 𝜇12 Keterangan: 𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas yang menerima pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing pada kompetensi kubus dan balok. 𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas yang menerima pembelajaran dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok. 10 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20... 4. Uji Nonparametrik kegiatan guru adalah 93,7% dan untuk kegiatan Uji nonparamatrik dapat dilakukan tanpa siswa adalah 94,1%. Pembelajaran di kelas pemenuhan uji prasyarat analisis mengenai kontrol dan eksperimen baik kegiatan guru dan distribusi populasi, sehingga uji nonparamatrik kegiatan siswa rata-rata skornya telah mencapai disebut juga uji bebas distribusi. Uji ini dilakukan lebih dari 80%. Oleh karena itu, keterlaksanaan jika dalam perhitungan uji prasyarat analisis data pembelajaran di kedua kelas tersebut dapat tidak berdistribusi normal dan tidak homogen. Uji dikategorikan sangat baik (Riduwan, 2007:12). nonparamatrik dilakukan menggunakan uji Setelah perlakuan pada kelas kontrol dan Friedman dengan bantuan IBM SPSS Statistics 21 eksperimen selesai diberikan, maka kedua kelas dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteris keputusan diberikan post-test. Post-test tersebut digunakan Ho ditolak jika nilai signifikansi kurang dari taraf untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah signifikansi. akhir dari siswa pada kedua kelas tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 2. Deskripsi Data Deskripsi, analisis, dan pembahasan data 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Proses dilakukan pembelajaran dengan pada mengacu kelas dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan skor Rencana pre-test dan posttest kemampuan pemecahan kedua pada Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah masalah. dibuat a. Deskripsi data hasil pemecahan masalah dan disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian diawali dengan pemberian pre-test kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari lima butir soal essay untuk mengetahui kemampuan awal dari masingmasing kelas. Setelah melakukan pre-test, kedua kelas mendapatkan perlakuan. Kelas kontrol dan kelas eksperimen mendepatkan pembelajaran dalam lima kali pertemuan. Kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori, sedangkan pembelajaran kelas eksperimen dengan mendapatkan pendekatan penemuan terbimbing. Dari hasil observasi di kelas kontrol, rata-rata skor keterlaksanaan pembelajaran untuk kegiatan guru adalah 91,6 % dan untuk kegiatan siswa adalah 93,9%. Sedangkan hasil observasi pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa ratarata skor keterlaksanaan pembelajaran untuk tes kemampuan Kemampuan pemecahan masalah siswa hasil pre-test dan posttest disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII SMP N 1 Ponjong Kelas Kelas Kontrol Eksperimen Deskripsi PrePostPrePosttest test test test 26,3 Rata-rata 80,75 26,88 83,19 1 Maksimum 40 96 70 98 Minimum 2 64 10 64 Standar 9,46 8,27 11,78 10,68 deviasi Kentuntasan 0% 78,1 % 0% 81,3 % b. Uji Normalitas Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah Nilai Signifikansi Kelas Hasil Sebelum Sesudah Kontrol 0,285 0,924 Normal Eksperimen 0,198 0,276 Normal Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 11 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa nilai balok efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan signifikansi dari variabel kemapuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong. Hal masalah sebelum dan sesudah perlakuan lebih ini sesuai dengan pendapat Markaban (2008:16) besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa data yang menyebutkan bahwa penemuan terbimbing kemampuan mendukung pemecahan masalah. pemecahan masalah siswa berdistribusi normal. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang c. Uji Homogenitas Hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Signifikansi Data Hasil Sebelum Sesudah Pemecahan 0,488 0,264 Homogen Masalah Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa nilai dilakukan oleh Samsul Feri Apriyadi, Yuliyanto, Siwi Khomsiatun, Yhasinta Agustyarini, Ahmad Afandi, dan Deny Sutrisno yang menyetakan bahwa pembelajaran dengan penemuan terbimbing dapat membuat pembelajaran menjadi efektif. Hal itu dapat terjadi karena langkahlangkah pembelajaran dengan penemuan signifikansi dari variabel kemampuan pemecahan terbimbing jika diterapkan dalam perangkat masalah sebelum dan sesudah perlakuan adalah pembelajaran, lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data pembelajaran menjadi valid, praktis, dan juga kemampuan pemecahan masalah siswa adalah efektif. homogen. e. Uji Hipotesis Kedua d. Uji Hipotesis Pertama penemuan membuat perangkat Analisis keefektifan pembelajaran dengan Analisis keefektifan pembelajaran dengan pendeketan dapat pada dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan kompetensi kubus dan balok ditinjau dari masalah dilakukan menggunakan one sample t- kemampuan dilakukan test dengan bantuan program IBM SPSS Statistics menggunakan one sample t-test. Uji ini dilakukan 21. Hasil analisis menggunakan one sample t-test menggunakan untuk kemampuan pemecahan masalah disajikan pemecahan bantuan terbimbing pendeketan ekspositori pada kompetensi kubus masalah program IBM SPSS Statistics 21. Hasil analisis dengan one sample t- pada Tabel 6. test untuk kemampuan pemecahan masalah Tabel 6. Hasil uji one sampel t-test keefektifan pendeketan ekspositori Variabel Kelompok t df Sig. Pemecahan Eksperimen 4,004 31 0,000 Masalah disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil uji one sampel t-test keefektifan pendeketan penemuan terbimbing Variabel Kelompok t df Sig. Pemecahan Eksperimen 4,390 31 0,000 Masalah Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai signifikansi hasil uji one sample t-test pada kelas kontrol signifikansi hasil uji one sample t-test pada kelas untuk kemampuan pemecahan masalah adalah eksperimen pemecahan sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini kurang dari masalah adalah sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,05 yang berarti pendekatan ekspositori pada ini kurang dari 0,05 yang berarti pendekatan kompetensi kubus dan balok efektif ditinjau dari penemuan terbimbing pada kompetensi kubus dan kemampuan pemecahan masalah. untuk kemampuan 12 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20... Pendekatan ekspositori ini dapat juga artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata antara dikategorikan sebagai pendekatan pembelajaran kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dengan kata dengan cara siswa menerima. Akan tetapi, apa lain, kedua perlakuan sama efektifnya ditinjau yang diterima siswa bisa saja menjadi bermakna dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas jika konsep yang sedang dijelaskan selalu VIII SMP N 1 Ponjong, sehingga tidak perlu dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dilakukan uji lanjutan untuk hipotesis ketiga. dipelajari yang mendukung konsep yang sedang dijelaskan. Perkins (Schunk, yang dilakukan oleh Samsul Feri Apriyadi yang bahwa transfer menyetakan bahwa penemuan terbimbing lebih kemampuan pemecahan masalah secara runtut efektif daripada ekspositori. Hasil tersebut dapat terjadi ketika seseorang mengabstrakkan perilaku disebabkan oleh beberapa faktor, seperti yang dan kognitif dari konteks pembelajaran menjadi telah diuraikan pada dasar teori, kedua cara satu atau lebih konteks transfer potensial. belajar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Misalnya, ketika siswa sedang mempelajari belajar dengan menemukan dan belajar dengan prakalkulus, mereka akan berpikir bagaimana menerima beberapa materi seperti limit dan materi lain yang pembelajaran bermakna. Hal ini menyebabkan berkaitan kedua 2012:444) Salomon dan Hal ini juga tidak sesuai dengan penelitian berpendapat dengankalkulus. Hal ini berarti dapat pendekatan dikategorikan tersebut dapat sebagai dianggap mempelajari pemecahan masalah akan lebih memiliki tingkat yang sama. Akibatnya kedua mudah dilakukan jika kita dapat mengaitkan pendekatan pembelajaran ini memiliki kontribusi materi yang diketahui dengan materi yang sudah yang dipelajari, dengan pemecahan masalah siswa. bermakna akan kata lain pembelajaran mempermudah siswa sama jika ditinjau dari kemampuan Hasil dari penelitian ini juga dapat disebabkan memecahkan masalah matematika. karena penelitian ini berhubungan dengan f. Uji Beda Rata-Rata Pre-test penanaman konsep terhadap siswa, dan dengan Berdasarkan hasil uji beda rata-rata sebelum belajar dengan menemukan, kemungkinan suatu dilakukan perlakuan, diketahui bahwa nilai konsep akan benar-benar dipahami oleh siswa signifikansi untuk kemampuan awal pemecahan lebih besar dan akan terus diingat dalam waktu masalah siswa adalah 0,834. Nilai signifikansi yang lama walaupun ekspositori juga bisa tersebut lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima. memberikan penanaman konsep kepada siswa. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan rata- Post-test pada penelitian ini dilakukan setelah rata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. perlakuan diberikan, hal ini menyebabkan konsep g. Uji Beda Rata-Rata Post-test dari materi masih diingat dengan baik oleh kelas Berdasarkan hasil uji beda rata-rata setelah kontrol dan kelas eksperimen. Oleh karena itu, dilakukan perlakuan, diketahui bahwa nilai hasil penelitian ini signifikansi untuk kemampuan awal pemecahan pendekatan masalah siswa adalah 0,311. Nilai signifikansi efektifnya dengan pendekatan ekspositori ditinjau tersebut lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima dari kemampuan pemecahan masalah. Akan penemuan menunjukkan bahwa terbimbing dama Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 13 tetapi, jika post-test dilakukan dengan selang antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Oleh waktu yang panjang dari terakhir kali perlakuan karena itu, peneliti berikutnya yang melakukan diberikan, maka ada kemungkinan penemuan penelitian quasi experiment (eksperimen semu) terbimbing dapat lebih efektif. sebaiknya benar-benar mengusahakan sedikitnya Selain itu, di tempat penelitian, jarak kelas interaksi antar kelas yang dijadikan subjek kontrol dengan kelas eksperimen tidak terlalu penelitian. Hal itu harus dilakukan agar setiap jauh. Hal tersebut menyebabkan sering terjadinya subjek penelitian hanya menerima satu perlakuan interaksi antara siswa pada kelas kontrol dengan tanpa mengetahui perlakuan yang lain. siswa pada kelas eksperimen sehingga DAFTAR PUSTAKA pengalaman yang diterima kelas eksperimen juga bisa diketahui oleh kelas kontrol. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut. 1. Pendekatan penemuan terbimbing pada kompetensi kubus dan balok efektif ditinjau kemampuan pemecahan masalah siswa kelas ekspositori Agustyarini. Y., & Jailani. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan EQ dan SQ Siswa SMP Akselerasi. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2(1). Dale VIII SMP N 1 Ponjong. 2. Pendekatan Afandi. A., & Wutsqa. D. U. (2013). Pendekatan Open-Ended dan Inkuiri Terbimbing ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1). pada kompetensi kubus dan balok efektif ditinjau kemampuan H. Schunk. (2012). Teori-teori Pembelajaran: Perpektif Pendidikan Edisi ke Enam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. efektifnya dengan pendekatan ekspositori Djamilah Bondan Widjajanti. (2009). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional FMIPA UNY 5 Desember 2009. pada kompetensi kubus dan balok ditinjau Erman pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong. 3. Pendekatan penemuan terbimbing sama dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pendekatan penemuan terbimbing sama efektifnya dengan pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah. Hal tersebut dapat terjadi karena sering terjadinya interaksi Suherman. et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA UPI. Markaban. (2008) . Model Pembelajaran Matematika dengan Penemuan Terbimbing. Makalah disajikan dalam Penulisan Modul Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta: PPPG Matematika. PISA. (2012). PISA 2012 Results in Focus: What 15-year-olds know and what they can do with what they know. Diakses dari www.oecd.org/pisa pada 9 Mei 2016 Pukul 12.35. 14 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20... Polya, G. (1973). How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey: Princenton University Press. Richard R. Hake. (2007). Analyzing Change/Gain Scores. USA: Indiana University. Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sardjana. (2009). Geometri Ruang. Jakarta: Universitas Terbuka. Siwi. K., & Retnawati. H. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2(1). Suharsimi Arikunto. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sutrisno. D., & Retnawati. H. (2015). Komparasi Pendekatan Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share dengan Two Stay Two Stray. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika, 10(1). Suyono dan Hariyanto. (2015). Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Tim Puspendik. (2012). Kemampuan Matematika Siswa SMP Indonesia Menurut Benchmark Internasional TIMSS 2011. Pusat Penelitian Pendidikan: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Yuliyanto., & Jailani. (2014). Pengembangan perangkat pembelajaran geometri SMP menggunakan metode penemuan terbimbing pada kelas VIII Semester II. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(1).