EFEKTIVITAS PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING DAN

advertisement
EFEKTIVITAS PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING DAN
EKSPOSITORI DITINJAU DARI
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
HALAMA
N JUDUL
Jurnal
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Dheni Nugroho
NIM 12301241033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 1
EFEKTIVITAS PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING DAN
EKSPOSITORI DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
THE EFFECTIVENESS OF GUIDED DISCOVERY AND EXPOSITORY TOWARD PROBLEM
SOLVING ABILITIES
Oleh: Dheni Nugroho1), Bambang Sumarno HM., M. Kom.2), 1)2)Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY
1)
[email protected], 2)[email protected]
Abstrak
Penelitian quasi experiment ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan perbandingannya dari
pendekatan penemuan terbimbing dan pendekatan ekspositori terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
Desain penelitian berupa Pretest-Posttest Nonequivalent Group Desain. Populasi seluruh siswa kelas VIII SMP N
1 Ponjong dengan sampel kelas VIII A sebagai kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
ekspositori dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
penemuan terbimbing. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan instrumen tes. Hasil dari penelitian
ini adalah: (1) pembelajaran matematika dengan pendekatan penemuan terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong, (2) pembelajaran matematika dengan pendekatan
ekspositori efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong, (3)
pembelajaran pendekatan penemuan terbimbing dan pendekatan ekspositori sama efektifnya ditinjau dari
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong.
Kata kunci: Pemecahan masalah, Ekspositori, Penemuan terbimbing
Abstract
This quasi experimental study aimed to describe the effectiveness and comparative effectiveness of guided
discovery approach and expository approach toward problem solving abilities of students. This study used Pretest
Posttest Nonequivalent Group Design. The population was all eight grade students of SMP N 1 Ponjong with the
sample was VIII A as control class that given expository learning approach and class VIII B as experimental class
that given guided discovery learning approach. The instrument that used in this study was the observation sheet
and test instruments. The results of this study are: (1) learning mathematics using guided discovery was effective in
terms of problem solving abilities of students, (2) learning mathematics using expository approach was effective in
terms of problem solving abilities of students , (3) learning mathematics using guided discovery approach and
expository approach was equally effective in terms of problem solving abilities of students.
Keywords: problem solving, guided discovery, expository
matematika
PENDAHULUAN
Matematika
mata
pelajaran
yang
sehingga
dalam
kehidupan
diharapkan
dapat
sehari-hari
menerapkan
dicantumkan dalam semua kurikulum yang
matematika dalam penyelesaian masalah sehari-
pernah berlaku di Indonesia di semua jenjang
hari. Selain itu, salah satu tujuan belajar
pendidikan
maupun
matematika bagi siswa adalah agar siswa
pendidikan menengah. Erman Suherman (2003:4)
mempunyai kemampuan atau ketrampilan dalam
mengatakan bahwa tujuan dari pembelajaran
memecahkan masalah atau soal-soal matematika,
matematika
untuk
sebagai sarana untuk mengasah penalaran yang
dapat
cermat, kritis, dan kreatif (Djamilah Bondan
pikir
Wijayanti, 2009).
baik
mempersiapkan
menggunakan
di
pendidikan
sekolah
peserta
matematika
dasar
adalah
didik
dan
agar
pola
2 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
Djamilah
(2009)
mendapatkan cara-cara berpikir, kebiasaan tekun,
dilatih
dan keingintahuan, serta kepercayaan diri di
menyelesaikan masalah, maka sebenarnya mereka
dalam situasi-situasi tidak biasa, sebagaimana
juga dilatih mengambil keputusan. Hal tersebut
situasi yang akan mereka hadapi di luar kelas
terjadi sebab mereka telah menjadi terampil
matematika. Kemampuan pemecahan masalah
tentang bagaimana mengumpulkan informasi
mempunyai kemungkinan membuat siswa dapat
yang
dan
menerapkan konsep-konsep matematika dalam
menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
yang telah diperolehnya. Selain itu, pembelajaran
kehidupan.
menyatakan
Bondan
bahwa
relevan,
Wijayanti
siswa
menganalisis
yang
informasi,
matematika yang tercantum dalam Kurikulum
Terdapat
banyak
kompetensi
yang
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) salah satu
diajarkan dalam mata pelajaran matematika, salah
tujuannya adalah membuat siswa memiliki
satunya geometri. Geometri merupakan cabang
kemampuan memecahkan masalah yang meliputi
matematika yang mempelajari titik, garis, bidang,
kemampuan memahami masalah, merancang
dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya,
metode matematis, menyelesaikan masalah dan
ukuran-ukurannya dan hubungannya satu sama
menafsirkan solusi yang diperoleh. Berdasarkan
lain
uraian di atas, diketahui kemampuan pemecahan
pengetahuan yang mempelajari tentang ruang
masalah
(Sardjana, 2008:1).
telah
menjadi
fokus
pembelajaran
matematika di semua jenjang pendidikan.
sehingga
dapat
dipandang
sebagai
Sampai saat ini, geometri masih dipelajari
Secara formal pemecahan masalah sudah
di sekolah, akan tetapi tidak semua siswa
menjadi tujuan pembelajaran matematika di
memiliki penguasaan materi geometri yang baik.
Indonesia, akan tetapi prestasi belajar siswa
Berdasarkan
Indonesia masih berada pada level rendah
penguasaan materi matematika siswa Sekolah
berdasarkan benchmark internasional, dan berada
Menengah Pertama (SMP) di Gunungkidul tahun
pada peringkat 40 dari 45 negara peserta yang
2014/2015,
mengikuti TIMSS 2011. Kemampuan matematika
geometri belum mencapai 50%. Selain itu,
siswa
benchmark
berdasarkan pengamatan kegiatan pembelajaran
internasional pada tingkat rendah adalah 43%,
kelas VIII dan wawancara dengan 6 guru
tingkat menengah 15%, tingkat tinggi 2 %, dan
matematika di SMP N 1 Ponjong, Kabupaten
tingkat
Gunungkidul, pembelajaran matematika yang
Indonesia
mahir
berdasarkan
0%.
Modus
kemampuan
data
dari
persentase
penguasaan
rendah. Selain itu, hasil tes yang diselenggarakan
menggunakan pendekatan ekspositori. Dengan
oleh PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa
pendekatan tersebut, siswa masih mengalami
kemampuan matematika siswa di Indonesia
kesulitan pada pemecahan masalah dan materi
terletak pada peringkat 64 dari 65 negara peserta.
kubus dan balok.
masalah di dalam matematika, para siswa akan
satu
SMP
cara
N
untuk
1
materi
biasa
Salah
di
mengenai
matematika siswa Indonesia terletak pada tingkat
Padahal dengan mempelajari pemecahan
dilakukan
Balitbang
Ponjong
mengatasi
permasalahan pada kondisi pembelajaran tersebut
Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 3
adalah
dengan
menerapkan
pendekatan
Jika kedua pendekatan tersebut digunakan
pembelajaran yang tepat pada pembelajaran
dalam mengajarkan materi yang kurang dikuasai
matematika. Ausubel (Erman Suherman, 2003:8)
siswa SMP di Gunungkidul yaitu geometri pada
berpendapat
kompetensi kubus dan balok yang diajarkan di
bahwa
pembelajaran
dapat
dibedakan menjadi belajar dengan menerima
kelas
misal ekspositori dan belajar dengan menemukan
kemampuan pemecahan masalah siswa pada
misal penemuan terbimbing yang keduanya dapat
kompetensi kubus dan balok akan lebih baik.
diusahakan agar menjadi pembelajaran yang
Akan tetapi, efektivitas pendekatan
bermakna bagi siswa. Pada belajar dengan
terbimbing
menerima,
materi
kemampuan pemecahan masalah siswa belum
pelajaran yang disampaikan guru dan tinggal
diuji. Oleh karena itu penelitian yang menguji
menghafalkannya, tetapi pada belajar dengan
efektivitas
menemukan, konsep ditemukan oleh siswa dan
penemuan terbimbing (guided discovery) dan
dapat
pendekatan ekspositori pada kompetensi kubus
siswa
menerima
hanya
menerima
pelajaran
dengan
lebih
mendalam.
VIII
SMP,
dan
maka
ada
ekspositori
pembelajaran
kemungkinan
penemuan
ditinjau
dengan
dari
pendekatan
dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan
Menurut
Marzano
(Markaban,
2008:18)
sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang
masalah siswa kelas VIII SMP perlu dilakukan.
Ekspositori
berpusat pada siswa, pendekatan penemuan
Pendekatan ekspositori adalah pendekatan
terbimbing mendukung kemampuan pemecahan
pembelajaran yang kegiatannya menjadikan guru
masalah siswa. Di sisi lain, pembelajaran
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk yang
ekspositori dapat menjadi sama bermaknanya
telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan
dengan belajar menemukan. Salomon dan Perkins
lengkap dan siswa juga diberi waktu untuk tanya
(Schunk, 2012:444) berpendapat bahwa transfer
jawab dan mengerjakan soal.
kemampuan pemecahan masalah secara runtut
Menurut
Suyono
(2015:71),
pendekatan
terjadi ketika seseorang mengabstrakkan perilaku
ekspositori memiliki prosedur dan secara garis
dan kognitif dari konteks pembelajaran menjadi
besar prosedurnya adalah sebagai berikut.
satu atau lebih konteks transfer potensial.
1. Persiapan (preparation).
Misalnya, ketika siswa sedang mempelajari
2. Pertautan
prakalkulus, mereka akan berpikir bagaimana
dengan
bahan
ajar
terdahulu
(apersepsi, apperception).
beberapa materi seperti limit dan materi lain yang
3. Presentasi materi ajar.
berkaitan
berarti
4. Guru mengajukan pertanyaan, atau siswa
mempelajari pemecahan masalah akan lebih
diminta menanyakan kembali dengan kalimat
mudah dilakukan jika kita dapat mengaitkan
sendiri mengenai bahan pelajaran yang telah
materi yang diketahui dengan materi yang sudah
dipelajari (resitasi).
dengankalkulus.
dipelajari,
dengan
bermakna
akan
kata
Hal
lain
ini
pembelajaran
mempermudah
memecahkan masalah matematika.
siswa
Penemuan Terbimbing
Penemuan
terbimbing
adalah
pendekatan
pembelajaran dimana siswa diberikan bimbingan
4 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
oleh gurunya untuk menemukan konsep yang
Permasalahan yang akan dibahas dalam
akan dipelajari. Menurut Markaban (2008:16),
penelitian
pelaksanaan pendekatan penemuan terbimbing
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
dapat berjalan dengan efektif dengan melakukan
pembelajaran
beberapa langkah berikut.
kompetensi kubus dan balok ditinjau dari
1. Merumuskan masalah yang akan diberikan
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII
kepada siswa dengan data yang dibutuhkan.
SMP N 1 Ponjong; (2) keefektifan pembelajaran
2. Siswa menyusun, memproses, mengorganisir,
dengan menggunakan pendekatan ekspositori
dan menganalisis data yang diberikan guru.
pada kompetensi kubus dan balok efektif ditinjau
3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari
dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
hasil analisis yang dilakukannya.
ini
adalah:
penemuan
(1)
keefektifan
terbimbing
pada
VIII SMP N 1 Ponjong; (3) perbandingan
4. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah
dibuat oleh siswa tersebut diperiksa oleh guru.
efektivitas
antara
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan penemuan terbimbing
5. Verbalisasi konjektur.
dengan pembelajaran menggunakan pendekatan
6. Latihan soal.
ekspositori pada kompetensi kubus dan balok
Pemecahan Masalah
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah
Pemecahan masalah adalah proses yang
digunakan
untuk
(Djamillah
Bondan
siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong. Selain itu,
menyelesaikan
masalah
tujuan
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
Widjajanti,
2009:2).
mengetahui jawaban dari permasalahan yang
Contohnya, jika terdapat suatu kubus yang
telah dirumuskan.
diketahui panjang diagonal ruangnya, maka siswa
Penelitian yang Relevan
akan dapat mencari volume kubus tersebut
Terdapat
dengan beberapa proses seperti: (1) menentukan
dengan penelitian ini, antara lain:
panjang diagonal sisi kubus, (2) menentukan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Samsul Feri
beberapa
penelitian
Apriyadi
kubus. Oleh karena itu kemampuan pemecahan
Pembelajaran
masalah juga bisa diartikan sebagai kemampuan
Terbimbing
siswa menggunakan proses pemecahkan masalah
Kemampuan Representasi dan Pemecahan
untuk menyelesaikan masalah.
Masalah Siswa SMA”. Hasil dari penelitian
Polya
(1973:5),
solusi
soal
dengan
judul
relevan
panjang rusuk kubus, (3) menentukan vulume
Menurut
dengan
yang
“Efektivitas
Metode
untuk
Penemuan
Meningkatkan
tersebut adalah metode penemuan terbimbing
pemecahan masalah memuat empat langkah atau
lebih
proses penyelesaian yaitu:
representasi dan pemecahan masalah siswa
1. Memahami masalah.
SMA jika dibandingkan dengan metode
2. Merencanakan penyelesaian.
ekspositori.
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana.
4. Pengecekan kembali terhadap penyelesaian.
efektif
meningkatkan
kemampuan
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliyanto
dengan
judul
“Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran Geometri SMP Menggunakan
Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 5
Metode Penemuan Terbimbing Pada Kelas
masalah dan representasi multipel matematis
VIII Semester II”. Hasil dari penelitiaan
siswa.
tersebut
adalah
perangkat
pembelajaran
6. Penelitian yang dilakukan oleh Deny Sutrisno
dengan metode penemuan terbimbing efektif
dengan
digunakan pada materi geometri.
Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran
3. Penelitian
yang
dilakukan
“Komparasi
Pendekatan
Siwi
Kooperatif Think Pair Share dengan Two
Khomsiatun dengan judul “Pengembangan
Stay Two Stray”. Hasil dari penelitian
Perangkat Pembelajaran dengan Penemuan
tersebut adalah: (1) pendekatan penemuan
Terbimbing
Meningkatkan
terbimbing dengan setting kooperatif TPS
Kemampuan Pemecahan Masalah”. Hasil dari
efektif terhadap HOTS, prestasi belajar, dan
penelitiaan
curiosity,
untuk
tersebut
pembelajaran
pada
“Menghitung
keliling
oleh
judul
adalah
perangkat
pendekatan
penemuan
Dasar
terbimbing dengan setting kooperatif TSTS
bangun
efektif terhadap HOTS, prestasi belajar, dan
segitiga dan segiempat serta menggunakannya
curiosity dan, (3) pendekatan penemuan
dalam
terbimbing dalam pembelajaran kooperatif
pemecahan
Kompetensi
(2)
dan
masalah”
luas
yang telah
memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
tipe TSTS lebih efektif dibandingkan dengan
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yhasinta
tipe TPS ditinjau dari HOTS dan prestasi
dengan judul “Pengembangan
belajar dan pendekatan penemuan terbimbing
Bahan Ajar Matematika Dengan Pendekatan
dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih
Kontekstual
efektif
Agustyarini
dan
Metode
Penemuan
Terbimbing untuk Meningkatkan EQ dan SQ
Siswa SMP Akselerasi”. Hasil dari penelitian
tersebut adalah bahan ajar matematika dan
komponen pendukungnya meliputi silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan
modul matematika yang valid, praktis, dan
efektif, serta tes ketercapaian kompetensi
(TKK) yang valid, praktis, dan reliabel.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Afandi
dengan judul “Pendekatan Open-Ended dan
Inkuiri Terbimbing ditinjau dari Kemampuan
Pemecahan
Masalah
dan
Representasi
Multipel Matematis”. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pendekatan
open-ended dan inkuiri terbimbing efektif
ditinjau
dari
kemam-puan
pemecahan
dibandingkan
dengan
tipe
TSTS
ditinjau dari curiosity.
Dari
penelitian-penelitian
dilakukan
sebelumnya,
penemuan
terbimbing
yang
diketahui
dapat
telah
bahwa
meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa SMA
serta efektif jika digunakan untuk mengajarkan
Geometri. Selain itu, perangkat pembelajaran
yang menggunakan penemuan terbimbing dapat
menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid,
praktis, dan efektif. Oleh karena itu, penemuan
terbimbing dalam penelitian ini juga memiliki
kemungkinan
pemecahan
meningkatkan
masalah
siswa
kompetensi kubus dan balok.
kemampuan
SMP
untuk
6 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
Data
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian
ini
adalah
quasi
experiment (eksperimen semu).
ini
adalah data nilai hasil pre-test dan posttest. Untuk
memperoleh data tersebut digunakan dua macam
instrumen yaitu intrumen tes dan instrumen non-
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini
dilaksanakan
dari
27
Februari 2016 sampai dengan 14 Maret 2016 dan
tes.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan terdiri dari
lokasi penelitiannya adalah SMP Negeri 1
soal
Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta.
pre-test
digunakan
Target/Subjek Penelitian
dan
untuk
post-test.
Instrumen
mengukur
ini
kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 1
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
Ponjong pada kompetensi kubus dan balok.
siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong tahun
Instrumen tes berbentuk soal uraian yang terdiri
pelajaran 2015/ 2016 yang berjumlah 196 siswa
dari 5 soal dan untuk mengerjakan instrumen tes
dan terbagi ke dalam enam kelas. Sedangkan
ini disediakan waktu 60 menit.
sampel penelitian ini adalah 2 kelas dari 6 kelas
2. Instrumen Non-tes
tersebut. Penarikan sampel ini berupa sampel
Instrumen non-tes yang digunakan adalah
dan
lembar observasi kegiatan siswa dan guru. Tujuan
diperoleh kelas sampel adalah kelas VIII B
dari penggunaan lembar observasi adalah untuk
sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII A
mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran
sebagai kelas kontrol.
yang dilakukan oleh siswa dan guru serta untuk
berkelompok
(cluster
random
desain)
mengetahui bagaimana keterlaksanaan kegiatan
Prosedur
pembelajaran.
Desain Penelitian yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
pretest-posttest
nonequivalent grup dengan secara lengkap
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Desain Penelitian
PreVariabel Bebas
Kelompok
test
(Perlakuan)
Eksperimen O1
X1
Kontrol
O1
X2
Keterangan:
O1: rerata nilai pre-test
O2: rerata nilai post-test
X1: pembelajaran matematika dengan
pendekatan penemuan terbimbing
X2: pembelajaran matematika dengan
pendekatan ekspositori
Suatu
instrumen
dikatakan
valid
jika
instrumen tersebut dapat mengukur apa yang
hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2002: 65).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini
Posttest
O2
O2
adalah validitas isi. Validitas isi berkenaan
dengan sejauh mana suatu tes mampu mengukur
tingkat
menguasaan
terhadap
suatu
materi
tertentu sesuai dengan tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan atau dengan kata lain bahwa butir
soal tersebut mempunyai relevansi dengan materi
yang diajarkan. Untuk mendapatkan kriteria
validitas isi, instrumen direview oleh para ahli
Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 7
(expert judgment) untuk diperiksa apakah sudah
Hipotesis uji homogenitas ini adalah:
memenuhi kriteria valid atau belum.
H0 : data berasal dari populasi yang
homogen,
Ha : data tidak berasal dari populasi yang
homogen.
Keputusan uji dan kesimpulan diambil dengan
Selain itu suatu instrumen tes harus reliabel
jika digunakan. Suatu instrumen tes dikatakan
reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan
kekonsistenan hasil saat digunakan berulang.
Untuk mengukur reliabilitas intrumen tes pada
penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach
dengan hasil uji reliabilitas pada soal pre-test dan
post-test didapatkan nilai pre-test sebesar 0,602
dan
post-test sebesar 0,412. Hasil tersebut
menyatakan bahwa reliabilitas soal pre-test
adalah tinggi dan reliabilitas soal post-test adalah
taraf signifikansi 0,05. Dalam hal ini H0 akan
diterima jika nilai signifikansi lebih dari 0,05.
3. Uji Hipotesis
Pendekatan pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian ini dikatakan efektif jika
memenuhi kriteria indeks keefektifan. Kriteria
ketuntasan minimal yang berlaku di SMP N 1
Ponjong adalah 75 untuk skala 100. Pendekatan
pembelajaran
cukup.
efektif
jika
rata-rata
siswa
mencapai nilai sama atau lebih dari 75. Selain itu,
Teknik Analisis Data
data yang digunakan dalam hipotesis ini adalah
Data yang diolah dalam penelitian ini adalah
data hasil pre-test dan posttest kemampuan
pemecahan masalah dari kelas kontrol dan
eksperimen. Selain itu, perhitungan analisis
dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS
Statistics 21 dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Uji Hipotesis Pertama
Uji hipotesis pertama dilakukan untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran dengan
menggunakan
pendekatan
pembelajaran
normalitas
dan balok ditinjau kemampuan pemecahan
pada
penelitian
ini
menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan taraf
signifikansi 0,05.
Hipotesis uji normalitas distribusi data adalah:
H0 : data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal,
Ha : data tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Dalam hal ini, H0 akan diterima jika nilai
signifikansi lebih dari 0,05.
2. Uji Homogenitas
Uji
masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong.
penemuan terbimbing pada kompetensi kubus
1. Uji Normalitas
Uji
data nilai hasil tes kemampuan pemecahan
homogenitas
menggunakan Levene’s.
pada
penelitian
ini
masalah siswa kelas VIII SMP. Hipotesis
yang digunakan adalah sebagai berikut.
H0: pembelajaran
dengan
pendekatan
penemuan terbimbing pada kompetensi
kubus dan balok tidak efektif ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah
siswa kelas VIII SMP.
Ha: pembelajaran
dengan
pendekatan
penemuan terbimbing pada kompetensi
kubus dan balok efektif ditinjau dari
kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas VIII SMP.
Secara statistik, hipotesis tersebut dapat
disimbolkan:
H0: 𝜇1 ≤ 74,9
Ha: 𝜇1 > 74,9
8 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
Keterangan:
hipotesis ketiga ini diawali dengan melakukan
𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan
pemecahan
masalah
kelas
yang
menerima
pembelajaran
dengan
pendekatan penemuan terbimbing pada
kompetensi kubus dan balok.
uji beda rata-rata hasil pre-test kemampuan
b. Uji Hipotesis Kedua
jika terdapat beda rata-rata pada hasil pre-test
Uji hipotesis kedua dilakukan untuk
pemecahan masalah. Jika tidak terdapat beda
rata-rata pada hasil pre-test maka dapat
dilanjutkan untuk uji berikutnya. Akan tetapi,
maka uji berikutnya dilakukan menggunakan
mengetahui efektivitas pembelajaran dengan
uji n-gain.
menggunakan pendekatan ekspositori pada
1) Uji beda rata-rata nilai pre-test
kompetensi
kubus
dan
balok
ditinjau
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
VIII SMP. Hipotesis yang digunakan adalah
sebagai berikut.
H0: pembelajaran
dengan
pendekatan
ekspositori pada kompetensi kubus dan
balok tidak efektif ditinjau dari
kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas VIII SMP.
Ha: pembelajaran
dengan
pendekatan
ekspositori pada kompetensi kubus dan
balok efektif ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VIII
SMP.
Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan
sebagai berikut:
H0: 𝜇1 ≤ 74,9
Ha: 𝜇1 > 74,9
c. Uji Hipotesis ketiga
Setelah uji prasyarat analisis yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas dilakukan dan
menunjukkan bahwa data adalah normal dan
maka
melakukan
uji
dilanjutkan
hipotesis
dengan
ketiga
pada
subjek
penelitian.
H0: 𝜇11 = 𝜇12
Ha: 𝜇11 ≠ 𝜇12
Keterangan:
𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan
pemecahan
masalah
kelas
yang
menerima
pembelajaran
dengan
pendekatan penemuan terbimbing pada
kompetensi kubus dan balok.
𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan
pemecahan
masalah
kelas
yang
menerima
pembelajaran
dengan
pendekatan ekspositori pada kompetensi
kubus dan balok.
untuk
mengetahui perbandingan keefektifan kedua
perlakuan
H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor
pre-test antara kelas yang mendapatkan
pembelajaran
dengan
pendekatan
penemuan terbimbing dengan kelas
yang
mendapatkan
pembelajaran
dengan pendekatan ekspositori pada
kompetensi kubus dan balok ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah
siswa kelas VIII SMP.
Ha: Terdapat perbedaan rata-rata skor pretest antara kelas yang mendapatkan
pembelajaran
dengan
pendekatan
penemuan terbimbing dengan kelas
yang
mendapatkan
pembelajaran
dengan pendekatan ekspositori pada
kompetensi kubus dan balok ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah
siswa kelas VIII SMP.
Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan
sebagai berikut.
Keterangan:
𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan
pemecahan masalah kelas yang
menerima
pembelajaran
dengan
pendekatan
ekspositori
pada
kompetensi kubus dan balok.
homogen,
Hipotesis penelitian yang digunakan:
Uji
2) N-gain
Untuk mengetahui besarnya peningkatan
pretest-posttest
maka
dilakukan
analisis
Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 9
terhadap hasil pre-test dan post-test. Analisis
dilakukan
dengan
menggunakan
gain
ternormalisasi. Adapun rumus untuk gain
ternormalisasi
menggunakan
rata-rata
𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan
pemecahan masalah kelas yang menerima
pembelajaran
dengan
pendekatan
ekspositori pada kompetensi kubus dan
balok.
(average normalized gain) yang dianggap
Jika diketahui tidak terdapat perbedaan rata-
lebih efektif adalah sebagai berikut (Hake,
rata nilai kemampuan pemecahan masalah dari
2007:1).
kedua kelas, maka uji hipotesis ketiga tidak perlu
< 𝑔 >=
< %𝑝𝑜𝑠𝑡 > −< %𝑝𝑟𝑒 >
100%−< %𝑝𝑟𝑒 >
Keterangan:
< 𝑔 > : gain ternormalisasi rata-rata
< %𝑝𝑟𝑒 >: persentase skor pre-test rata-rata
< %𝑝𝑜𝑠𝑡 >: persentase skor post-test rata-rata
Kriteria tingkat gain adalah:
𝑔 > 0,7
: tinggi
0,3 < 𝑔 ≤ 0,7 : sedang
𝑔 ≤ 0,3
: rendah
3) Uji beda rata-rata nilai post-test
Hipotesis penelitian yang digunakan:
H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor
postest antara kelas yang mendapatkan
pembelajaran
dengan
pendekatan
penemuan terbimbing dengan kelas yang
mendapatkan
pembelajaran
dengan
pendekatan ekspositori pada kompetensi
kubus dan balok ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah siswa.
Ha: Terdapat perbedaan rata-rata skor posttest antara kelas yang mendapatkan
pembelajaran
dengan
pendekatan
penemuan terbimbing dengan kelas yang
mendapatkan
pembelajaran
dengan
pendekatan ekspositori pada kompetensi
kubus dan balok ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas.
Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan
sebagai berikut:
H0: 𝜇11 = 𝜇12
Ha: 𝜇11 ≠ 𝜇12
Keterangan:
𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan
pemecahan masalah kelas yang menerima
pembelajaran dengan pendekatan penemuan
terbimbing pada kompetensi kubus dan
balok.
dilakukan karena perlakuan pada kedua kelas
tersebut sama efektifnya. Akan tetapi, jika
diketahui terdapat perbedaan rata-rata pada nilai
hasil post-test kemampuan pemecahan masalah
siswa, maka dapat dilakukan uji hipotesis ketiga.
Hipotesis yang digunakan untuk uji hipotesis
ketiga adalah:
H0: Pembelajaran dengan pendekatan penemuan
terbimbing tidak lebih efektif dibandingkan
dengan
kelas
yang
mendapatkan
pembelajaran
dengan
pendekatan
ekspositori pada kompetensi kubus dan
balok ditinjau dari kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas VIII SMP.
Ha: Pembelajaran dengan pendekatan penemuan
terbimbing lebih efektif dibandingkan
dengan
kelas
yang
mendapatkan
pembelajaran
dengan
pendekatan
ekspositori pada kompetensi kubus dan
balok ditinjau dari kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas VIII SMP.
Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan
sebagai berikut:
H0: 𝜇11 ≤ 𝜇12
Ha: 𝜇11 > 𝜇12
Keterangan:
𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan
pemecahan masalah kelas yang menerima
pembelajaran dengan pendekatan penemuan
terbimbing pada kompetensi kubus dan
balok.
𝜇1 : rata-rata nilai hasil tes kemampuan
pemecahan masalah kelas yang menerima
pembelajaran
dengan
pendekatan
ekspositori pada kompetensi kubus dan
balok.
10 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
4. Uji Nonparametrik
kegiatan guru adalah 93,7% dan untuk kegiatan
Uji nonparamatrik dapat dilakukan tanpa
siswa adalah 94,1%. Pembelajaran di kelas
pemenuhan uji prasyarat analisis mengenai
kontrol dan eksperimen baik kegiatan guru dan
distribusi populasi, sehingga uji nonparamatrik
kegiatan siswa rata-rata skornya telah mencapai
disebut juga uji bebas distribusi. Uji ini dilakukan
lebih dari 80%. Oleh karena itu, keterlaksanaan
jika dalam perhitungan uji prasyarat analisis data
pembelajaran di kedua kelas tersebut dapat
tidak berdistribusi normal dan tidak homogen. Uji
dikategorikan sangat baik (Riduwan, 2007:12).
nonparamatrik
dilakukan
menggunakan
uji
Setelah perlakuan pada kelas kontrol dan
Friedman dengan bantuan IBM SPSS Statistics 21
eksperimen selesai diberikan, maka kedua kelas
dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteris keputusan
diberikan post-test. Post-test tersebut digunakan
Ho ditolak jika nilai signifikansi kurang dari taraf
untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
signifikansi.
akhir dari siswa pada kedua kelas tersebut.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2. Deskripsi Data
Deskripsi, analisis, dan pembahasan data
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Proses
dilakukan
pembelajaran
dengan
pada
mengacu
kelas
dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan skor
Rencana
pre-test dan posttest kemampuan pemecahan
kedua
pada
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
masalah.
dibuat
a. Deskripsi data hasil
pemecahan masalah
dan
disesuaikan
dengan
pendekatan
pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Penelitian diawali dengan
pemberian
pre-test
kemampuan
pemecahan
masalah yang terdiri dari lima butir soal essay
untuk mengetahui kemampuan awal dari masingmasing kelas. Setelah melakukan pre-test, kedua
kelas mendapatkan perlakuan.
Kelas
kontrol
dan
kelas
eksperimen
mendepatkan pembelajaran dalam lima kali
pertemuan.
Kelas
kontrol
mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan ekspositori,
sedangkan
pembelajaran
kelas
eksperimen
dengan
mendapatkan
pendekatan
penemuan
terbimbing. Dari hasil observasi di kelas kontrol,
rata-rata skor keterlaksanaan pembelajaran untuk
kegiatan guru adalah 91,6 % dan untuk kegiatan
siswa adalah 93,9%. Sedangkan hasil observasi
pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa ratarata skor keterlaksanaan pembelajaran untuk
tes
kemampuan
Kemampuan pemecahan masalah siswa hasil
pre-test dan posttest disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa Kelas VIII SMP N 1 Ponjong
Kelas
Kelas Kontrol
Eksperimen
Deskripsi
PrePostPrePosttest
test
test
test
26,3
Rata-rata
80,75
26,88
83,19
1
Maksimum
40
96
70
98
Minimum
2
64
10
64
Standar
9,46
8,27
11,78
10,68
deviasi
Kentuntasan
0% 78,1 %
0%
81,3 %
b. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Hasil Uji Normalitas Kemampuan
Pemecahan Masalah
Nilai Signifikansi
Kelas
Hasil
Sebelum Sesudah
Kontrol
0,285
0,924
Normal
Eksperimen
0,198
0,276
Normal
Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 11
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa nilai
balok efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan
signifikansi dari variabel kemapuan pemecahan
masalah siswa kelas VIII SMP N 1 Ponjong. Hal
masalah sebelum dan sesudah perlakuan lebih
ini sesuai dengan pendapat Markaban (2008:16)
besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa data
yang menyebutkan bahwa penemuan terbimbing
kemampuan
mendukung pemecahan masalah.
pemecahan
masalah
siswa
berdistribusi normal.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
c. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Hasil Uji Homogenitas
Nilai Signifikansi
Data
Hasil
Sebelum Sesudah
Pemecahan
0,488
0,264
Homogen
Masalah
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa nilai
dilakukan oleh Samsul Feri Apriyadi, Yuliyanto,
Siwi Khomsiatun, Yhasinta Agustyarini, Ahmad
Afandi, dan Deny Sutrisno yang menyetakan
bahwa
pembelajaran
dengan
penemuan
terbimbing dapat membuat pembelajaran menjadi
efektif. Hal itu dapat terjadi karena langkahlangkah
pembelajaran
dengan
penemuan
signifikansi dari variabel kemampuan pemecahan
terbimbing jika diterapkan dalam perangkat
masalah sebelum dan sesudah perlakuan adalah
pembelajaran,
lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data
pembelajaran menjadi valid, praktis, dan juga
kemampuan pemecahan masalah siswa adalah
efektif.
homogen.
e. Uji Hipotesis Kedua
d. Uji Hipotesis Pertama
penemuan
membuat
perangkat
Analisis keefektifan pembelajaran dengan
Analisis keefektifan pembelajaran dengan
pendeketan
dapat
pada
dan balok ditinjau dari kemampuan pemecahan
kompetensi kubus dan balok ditinjau dari
masalah dilakukan menggunakan one sample t-
kemampuan
dilakukan
test dengan bantuan program IBM SPSS Statistics
menggunakan one sample t-test. Uji ini dilakukan
21. Hasil analisis menggunakan one sample t-test
menggunakan
untuk kemampuan pemecahan masalah disajikan
pemecahan
bantuan
terbimbing
pendeketan ekspositori pada kompetensi kubus
masalah
program
IBM
SPSS
Statistics 21. Hasil analisis dengan one sample t-
pada Tabel 6.
test untuk kemampuan pemecahan masalah
Tabel 6. Hasil uji one sampel t-test keefektifan
pendeketan ekspositori
Variabel
Kelompok
t
df
Sig.
Pemecahan
Eksperimen 4,004 31 0,000
Masalah
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji one sampel t-test keefektifan
pendeketan penemuan terbimbing
Variabel
Kelompok
t
df
Sig.
Pemecahan
Eksperimen 4,390 31 0,000
Masalah
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai signifikansi
hasil uji one sample t-test pada kelas kontrol
signifikansi hasil uji one sample t-test pada kelas
untuk kemampuan pemecahan masalah adalah
eksperimen
pemecahan
sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini kurang dari
masalah adalah sebesar 0,000. Nilai signifikansi
0,05 yang berarti pendekatan ekspositori pada
ini kurang dari 0,05 yang berarti pendekatan
kompetensi kubus dan balok efektif ditinjau dari
penemuan terbimbing pada kompetensi kubus dan
kemampuan pemecahan masalah.
untuk
kemampuan
12 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
Pendekatan
ekspositori
ini
dapat
juga
artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata antara
dikategorikan sebagai pendekatan pembelajaran
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dengan kata
dengan cara siswa menerima. Akan tetapi, apa
lain, kedua perlakuan sama efektifnya ditinjau
yang diterima siswa bisa saja menjadi bermakna
dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
jika konsep yang sedang dijelaskan selalu
VIII SMP N 1 Ponjong, sehingga tidak perlu
dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah
dilakukan uji lanjutan untuk hipotesis ketiga.
dipelajari yang mendukung konsep yang sedang
dijelaskan.
Perkins
(Schunk,
yang dilakukan oleh Samsul Feri Apriyadi yang
bahwa
transfer
menyetakan bahwa penemuan terbimbing lebih
kemampuan pemecahan masalah secara runtut
efektif daripada ekspositori. Hasil tersebut dapat
terjadi ketika seseorang mengabstrakkan perilaku
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti yang
dan kognitif dari konteks pembelajaran menjadi
telah diuraikan pada dasar teori, kedua cara
satu atau lebih konteks transfer potensial.
belajar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Misalnya, ketika siswa sedang mempelajari
belajar dengan menemukan dan belajar dengan
prakalkulus, mereka akan berpikir bagaimana
menerima
beberapa materi seperti limit dan materi lain yang
pembelajaran bermakna. Hal ini menyebabkan
berkaitan
kedua
2012:444)
Salomon
dan
Hal ini juga tidak sesuai dengan penelitian
berpendapat
dengankalkulus.
Hal
ini
berarti
dapat
pendekatan
dikategorikan
tersebut
dapat
sebagai
dianggap
mempelajari pemecahan masalah akan lebih
memiliki tingkat yang sama. Akibatnya kedua
mudah dilakukan jika kita dapat mengaitkan
pendekatan pembelajaran ini memiliki kontribusi
materi yang diketahui dengan materi yang sudah
yang
dipelajari,
dengan
pemecahan masalah siswa.
bermakna
akan
kata
lain
pembelajaran
mempermudah
siswa
sama
jika
ditinjau
dari
kemampuan
Hasil dari penelitian ini juga dapat disebabkan
memecahkan masalah matematika.
karena
penelitian
ini
berhubungan
dengan
f. Uji Beda Rata-Rata Pre-test
penanaman konsep terhadap siswa, dan dengan
Berdasarkan hasil uji beda rata-rata sebelum
belajar dengan menemukan, kemungkinan suatu
dilakukan perlakuan, diketahui bahwa nilai
konsep akan benar-benar dipahami oleh siswa
signifikansi untuk kemampuan awal pemecahan
lebih besar dan akan terus diingat dalam waktu
masalah siswa adalah 0,834. Nilai signifikansi
yang lama walaupun ekspositori juga bisa
tersebut lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima.
memberikan penanaman konsep kepada siswa.
Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan rata-
Post-test pada penelitian ini dilakukan setelah
rata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
perlakuan diberikan, hal ini menyebabkan konsep
g. Uji Beda Rata-Rata Post-test
dari materi masih diingat dengan baik oleh kelas
Berdasarkan hasil uji beda rata-rata setelah
kontrol dan kelas eksperimen. Oleh karena itu,
dilakukan perlakuan, diketahui bahwa nilai
hasil
penelitian
ini
signifikansi untuk kemampuan awal pemecahan
pendekatan
masalah siswa adalah 0,311. Nilai signifikansi
efektifnya dengan pendekatan ekspositori ditinjau
tersebut lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima
dari kemampuan pemecahan masalah. Akan
penemuan
menunjukkan
bahwa
terbimbing
dama
Efektivitas Pendekatan Penemuan .... (Dheni Nugroho) 13
tetapi, jika post-test dilakukan dengan selang
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Oleh
waktu yang panjang dari terakhir kali perlakuan
karena itu, peneliti berikutnya yang melakukan
diberikan, maka ada kemungkinan penemuan
penelitian quasi experiment (eksperimen semu)
terbimbing dapat lebih efektif.
sebaiknya benar-benar mengusahakan sedikitnya
Selain itu, di tempat penelitian, jarak kelas
interaksi antar kelas yang dijadikan subjek
kontrol dengan kelas eksperimen tidak terlalu
penelitian. Hal itu harus dilakukan agar setiap
jauh. Hal tersebut menyebabkan sering terjadinya
subjek penelitian hanya menerima satu perlakuan
interaksi antara siswa pada kelas kontrol dengan
tanpa mengetahui perlakuan yang lain.
siswa
pada
kelas
eksperimen
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
pengalaman yang diterima kelas eksperimen juga
bisa diketahui oleh kelas kontrol.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan
hasil
analisis
data
dan
pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan
penemuan
terbimbing
pada
kompetensi kubus dan balok efektif ditinjau
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
ekspositori
Agustyarini. Y., & Jailani. (2015). Pengembangan
Bahan
Ajar
Matematika
Dengan
Pendekatan Kontekstual dan Metode
Penemuan
Terbimbing
untuk
Meningkatkan EQ dan SQ Siswa SMP
Akselerasi. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 2(1).
Dale
VIII SMP N 1 Ponjong.
2. Pendekatan
Afandi. A., & Wutsqa. D. U. (2013). Pendekatan
Open-Ended dan Inkuiri Terbimbing
ditinjau dari Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Representasi Multipel
Matematis.
Pythagoras:
Jurnal
Pendidikan Matematika, 8(1).
pada
kompetensi
kubus dan balok efektif ditinjau kemampuan
H.
Schunk.
(2012).
Teori-teori
Pembelajaran: Perpektif Pendidikan Edisi
ke Enam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
efektifnya dengan pendekatan ekspositori
Djamilah
Bondan
Widjajanti.
(2009).
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Matematis Mahasiswa Calon Guru
Matematika: Apa dan Bagaimana
Mengembangkannya.
Makalah
Disampaikan pada Seminar Nasional
FMIPA UNY 5 Desember 2009.
pada kompetensi kubus dan balok ditinjau
Erman
pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N
1 Ponjong.
3. Pendekatan
penemuan
terbimbing
sama
dari kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas VIII SMP N 1 Ponjong.
Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui
bahwa pendekatan penemuan terbimbing sama
efektifnya dengan pendekatan ekspositori pada
kompetensi kubus dan balok ditinjau dari
kemampuan pemecahan masalah. Hal tersebut
dapat terjadi karena sering terjadinya interaksi
Suherman. et al. (2003). Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA UPI.
Markaban. (2008) . Model Pembelajaran
Matematika
dengan
Penemuan
Terbimbing. Makalah disajikan dalam
Penulisan Modul Paket Pembinaan
Penataran.
Yogyakarta:
PPPG
Matematika.
PISA. (2012). PISA 2012 Results in Focus: What
15-year-olds know and what they can do
with what they know. Diakses dari
www.oecd.org/pisa pada 9 Mei 2016
Pukul 12.35.
14 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
Polya, G. (1973). How to Solve It: A New Aspect
of Mathematical Method. New Jersey:
Princenton University Press.
Richard R. Hake. (2007). Analyzing Change/Gain
Scores. USA: Indiana University.
Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sardjana. (2009). Geometri Ruang. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Siwi. K., & Retnawati. H. (2015). Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
dengan
Penemuan
Terbimbing
untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 2(1).
Suharsimi Arikunto. (2002). Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sutrisno. D., & Retnawati. H. (2015). Komparasi
Pendekatan Penemuan Terbimbing dalam
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
dengan Two Stay Two Stray. Pythagoras:
Jurnal Pendidikan Matematika, 10(1).
Suyono dan Hariyanto. (2015). Implementasi
Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Tim Puspendik. (2012). Kemampuan Matematika
Siswa
SMP
Indonesia
Menurut
Benchmark Internasional TIMSS 2011.
Pusat Penelitian Pendidikan: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Yuliyanto., & Jailani. (2014). Pengembangan
perangkat pembelajaran geometri SMP
menggunakan
metode
penemuan
terbimbing pada kelas VIII Semester II.
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(1).
Download