BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Verbal Simbol atau

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
suatu kata atau lebih. Hampir semua rancangan wicara yang kita sadari termasuk
ke dalam katagori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan
secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga
dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.
Bahasa dapat disefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan
untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami
suatu komunitas. Bahasa tertulis Thai misalnya terdiri dari 44 konsonan dan 32
vokal. Suaranya dikombinasikan dengan lima nada yang berbeda untuk
menghasilkan bahasa yang bermelodi. Kelas-kelas orang yang berbeda
menggunakan kata ganti orang, kata benda dan kata kerja yang berbeda pula
untuk menunjukkan status sosial dan keintiman. Setidaknya terdapat 47 kata ganti
orang, termasuk 17 kata ganti orang pertama dan 19 kata ganti orang kedua.
Karena bentuknya yang berbeda untuk setiap kelas orang, bahasa Thai dapat
dibedakan menjadi empat katagori: bahasa kerajaan, bahasa kerohanian, bahasa
halus harian dan bahasa orang kebanyakkan.
Bahasa cina mengandung makna dan pentingnya sejarah cina. Terdapat
cara pengucapan yang terdiri dari empat nada. Suatu perubahan nada berarti
perubahan makna.
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Bahasa jepang kata kerja berada pada akhir kalimat, membuat orang tidak
memahami apa yang diucapkan hingga seluruh kalimat diucapkan.
Bahasa verbal adalah sarana umum untuk menyatakan pikiran, perasaan
dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan
berbagai aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah
abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan
totalitas objek atau konsep yang diawali kata-kata itu.4
2.2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan
verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu, yang
mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Secara sederhana,
pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.
Komunikasi non verbal sudah lama menarik perhatian para ahli seperti
dari disiplin ilmu antropologi, bahasa, komunikasi, bahkan kedokteran. Perhatian
mereka terutama dipincu oleh munculnya tulisan Charles Darwin tentang dalam
buku “The Origin of Species” pada tahun 1873.
Hal yang menarik dari kode non verbal adalah studi Albert mahrabian
yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang adalah
7% berasal dari bahasa verbal; 38% dari vocal suara; dan 55% dari ekspresi muka.
Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan
4
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Rosda, Jakarta, 2009, hal. 237-238.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
seseorang dengan perbuatannya, maka orang lain cenderung mempercayai hal-hal
yang bersifat non verbal.5
2.3. Pengertian Komunikasi Massa dan Media Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya komunikasi massa
berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media
komunikasi massa). Namun, dari sekian banyak definisi bisa dikatakan media
massa bentuknya antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak
(majalah, surat kabar, tabloid), buku dan film. Dalam perkembangan komunikasi
massa yang modern, ada satu perkembangan tentang media massa, yaitu
ditemukannya Internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tidak ada, bentuk
media dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet dalam media
massa. Dengan demikian, bentuk komunikasi massa bisa ditambah dengan
internet.
Maka, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa
menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan
heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah
ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu
menyebarkan pesan hamper seketika pada waktu yang tak terbatas.6
5
6
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008, hal. 69-70.
Dedy Nur Hidayat, Pengantar Komunikasi Massa, RajaGrafindo, Jakarta, 2007, hal. 3-9.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Media massa merupakan kependekan dari media komunikasi massa. Media
massa lahir untuk menjebatani komunikasi antar massa. Massa adalah masyarakat
luas yang heterogen, tetapi saling bergantung satu sama lain. Ketergantuangan
antar massa menjadi penyebab lahirnya media yang mampu menyalurkan hasrat,
gagasan, dan kepentingan masing-masing agar diketahui dan dipahami oleh yang
lain. Penyaluran hasrat, gagasan, dan kepentingan tersebut disebut “pesan”
(message).7
Adapun pengertian komunikasi massa yang paling sederhana, yakni
komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media massa, seperti
surat kabar, televisi, radio dan film. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
komunikasi harus menggunakan media massa.
2.3.1. Perkembangan Teori Komunikasi Massa
Berbagai teori komunikasi massa yang muncul pada era terbatas
cenderung hanya melihat pada satu sisi saja: sisi media masa saja dan sisi
audience saja. Ada kalanya media massa dinilai terlalu dominan dalam
memengaruhi masyarakat, namun terkadang audienlah yang dianggap dominan
sehingga mempengaruhi media massa. Berbagai teori komunikasi massa
sebelumnya, mulai dari teori masyarakat massa hingga teori efek terbatas, tidak
cukup memadai untuk menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi yang
sangat pesat saat ini.
7
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa Edisi Revisi,
Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007, hal. 3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Perkembangan yang muncul setelah era efek terbatas adalah munculnya
pemikiran yang menerima atau mengakui potensi efek media massa yang besar,
namun khalayak atau audience yang terlibat dalam proses komunikasi massa
tersebut turut serta menentukan potensi efek yang akan diterimanya, apakah
mereka bersedia menerima atau menolaknya sama sekali. Dengan demikian,
pesan dan efek dalam komunikasi massa merupakan proses interaksi dan hasil
negosiasi
antara
media
dan
audience.
Teori-teori
komunikasi
yang
menggambarkan pesan dan efek sebagai hasil interaksi atau negosiasi ini disebut
dengan teori kebudayaan atau teori kultural (curtural theories).
Teori-teori komunikasi massa yang masuk dalam kelompok pemikiran
kultural atau sering juga disebut dengan istilah tradisi sosiokultural atau “kultural”
saja, memiliki asumsi bahwa pengalaman terhadap kenyataan merupakan suatu
konstruksi sosial yang berlangsung terus-menerus, jadi bukan hanya sesuatu yang
hanya dikirimkan begitu saja kepublik. Khalayak audience tidak hanya bersikap
pasif dan menerima begitu saja informasi yang dikirimkan media, namun ikut
aktif mengolah informasi itu, membentuknya dan hanya menyimpan informasi
yang hanya memenuhi kebutuhannya secara kultural. Dengan demikian, pesan
dan efek dalam komunikasi massa merupakan proses interaksi atau hasil negosiasi
antara media dan audience. Teori-teori komunikasi yang menggambarkan pesan
dan efek sebagai hasil interaksi atau negosiasi ini disebut dengan teori
kebudayaan (cultural theories).8
8
Morissan, M.A., Teori Komunikasi Massa, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2010, hal. 26-27.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
2.3.2. Jenis-jenis Media Massa
Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni
media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat
memenuhi kriteris sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.
Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio
siaran, televisi, film, media on-line (Internet).9
A. Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar
dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guternberg di Jerman.10
Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif)
fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi.11
Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal demi
tercapainya tujuan komunikasi, makas seorang komunikator harus memahami
kekurangan dan kelebihan media tersebut. Dengan kata lain, komunikator
harus memahami secara tepat karakteristik media massa yang akan digunakan.
Karakteristik surat kabar sebagai media massa mencakup: publisitas,
periodesitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan.12
9
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala dan Siti Karlinah, KOMMUNIKASI MASSA Suatu Pengantar
Edisi Revisi, Simbiosa Rekanatama Media, Bandung, 2014, hal. 103.
10
Ibid. Hal 105.
11
Ibid. Hal 111.
12
Ibid. Hal 112.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
B. Majalah
Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat
kabar. Sebagaimana surat kabar sejarah majalah diawali dari negara-negara
Eropa dan Amerika.13 Mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik maka
fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti
Gatra mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai
berita didalam dan luar negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah
dewasa wanita Femina, meskipun isinya menyangkut bebagai informasi dan
tips masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan
mendidik mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian Trubus
fungsi utamanya adalah memberikan pendidikan mengenai cara bercocok
tanam, sedangkan fungsi berikutnya mungkin informasi.14
Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih
mudah mengelolanya, serta tidak membuthkan modal yang banyak. Majalah
juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat, dimana mereka dapat
dengan leluasa dan lues menentukan bentuk, jenis dan sasaran khalayaknya.
Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan
dengan surat kabar karena memiliki karakteristik tersendiri, yaitu: (a)
penyajian lebih dalam; (b) niali aktualitas lebih lama; (c) gambar/foto lebih
banyak; (c) kover sebagai daya tarik.15
13
Ibid. Hal 116.
Ibid. Hal 120.
15
Ibid. Hal 121-122.
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
C. Radio Siaran
Radio siaran sebagai alat komunikasi ditemukan setelah media cetak
ditemukan. Donal McNicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space
menyatakan bahwa ”terkalahkannya” ruang angkasa oleh radio siaran dimulai
pada tahun 1802 oleh Dane dengan ditemukannyasuaru pesan (meesage)
dengan jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat
beraliran listrik.16
Radio siaran (broadcasting) yang digunakan sebagai alat komunikasi
massa, mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Lee De
Forest melalui radio siaran eksperimennya pada tahun 1916 telah menyiarkan
kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes
kepada masyarakat umum. Karakteristik radio siaran yaitu broadcastyle atau
gaya radio siaran yang mencakup: auditori, paling aktual, imajinatif, akrab,
memiliki gaya percakapan, dan dapat menjaga mobilitas.17
D. Televisi
Televisi merupakan media elektronik yang dapat menerima siaran gambar
bergerak (video) dan suara. Sebagaimana media lainnya, televisi juga
mempunyai karakteristik terserndiri yaitu: bersifat audiovisual, berpikir dalam
gambar (think in picture0, dan pengoprasianya lebih kompleks.18
E. Film
Film adalah suatu media komunikasi massa yang merupakan suatu
kekuatan yang dapat menpengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
16
Ibid. Hal 124.
Ibid. Hal 125-133.
18
Ibid. Hal 134-139.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam
pengertian yang lebih luas, bisa juga termasuk yang disiarkan.19 Menurut UU
No. 33 tahun 2009 tentang perfilman, Film adalah karya seni budaya yang
merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat
berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat
dipertunjukkan.
F. Komputer dan Internet
Menurut Laquey (1997) asal mula internet adalah tercipta oleh suatu
ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet, suatu
proyek eksperiment Kementrian Pertahanan Amerika Serikat bernama
DARPA (Departement of Defense Advanced Research Project Agency). Misi
alwalnya sederhana, yaitu mencoba menggali tekhnologi jaringan yang dapat
menghubungkan para penelti dengan berbagai sumber daya yang jauh seperti
sistem komputer dan pangkalan data yang besar.
Internet
adalah
prakakas
sempurna
untuk
menyiagakan
dan
mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronik. Informasi mengenai
suatu pristiwa tertentu dapat di transmisikan secara langsung, sehingga
membuatnya menjadi suatu piranti meriah yang sangat efektif.20
2.3.3. Fungsi Media Massa
Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa karena media
yang menyampaikan komunikasi massa adalah media massa, sebagaimana
19
Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hal 138.
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala dan Siti Karnlinah, KOMMUNIKASI MASSA Suatu
Pengantar Edisi Revisi, Simbiosa Rekanatama Media, Bandung, 2014, hal 149-153.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
dikemukakan para ahli sebagai berikut. Devito mengatakan, bahwa popularitas
dan pengaruh yang merasuk dari media massa dapat dipertahankan apabila
mereka menjalakan beragam fungsi pokok. Enam di antara fungsi yang paling
penting yang dibahasnya adalah sebagai berikut:21
1. Fungsi Menghibur, Devito menyebutkan bahwa media mendesain programprogram mereka untuk menghibur khalayak.
2. Fungsi Meyakinkan, meskipun fungsi media yang paling jelas adalah
menghibur, namun fungsinya yang terpenting adalah meyakinkan (to
persuade).
3. Menginformasikan, Menurut Devito sebagian besar informasi, kita dapatkan
bukan dari sekolah, melaikan dari media.
4. Menganugrahakan status, Daftar seratus orang tepenting.
Selain itu Menurut Lasswell dan Wright komunikasi massa memiliki beberapa
fungsi diantaranya adalah:22
1. Surveillance (Pengawasan Lingkungan )
Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai
kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik diluar maupun didalam masyarakat.
Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news.
21
22
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta, 2010, hal. 11.
Ibid. Hal 12.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2. Correlation ( Korelasi )
Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah
laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini di
identifikasikan sebagai fungsi ediotorial dan propaganda.
3. Transsmission ( Tranmisi )
Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan normanorma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari
anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini di
identifikasikan sebagai fungsi pendidikan.
4. Entertaiment ( Hiburan )
Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikasi yang dimaksudkan untuk
memberikan hiburan tanpa mengharapkan tanpa efek-efek tertentu.
Selain itu juga Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi
sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa mendecode
lingkungan sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya,
mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Pendapat
Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D.Lasswell yang
meyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut:23
1. Surveillance of the environment
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut
sebagai decoder yang menjalankan fungsi The Watcher.
23
Ibid. Hal 10-11.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2. Correlation of the parts of society in responding to the environment.
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan
lingkungan. Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang
melakukan fungsi The Forum.
3. Tranmission of the social heritage from one generation to the next.
Fungsinya penerusan atau pewarisan social dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.Schramm
menamakan
fungsi
ini
sebagai
encoder
yang
menjalankan fungsi The Teacher.
2.3.4. Karakteristik Media Massa
Media massa memiliki karakter yang mementingkan isi (contens).
Melembaga menjadi karakteristik media massa, hal ini dikarenakan media massa
merupakan lembaga atau organisasi yang terdiri atas perkumpulan orang-orang,
yang digerakkan oleh suatu sistem manajemen, dalam mencapai tujuan tertentu
(Sudarman, 2008:10).24
Sedangkan Karakteristik Media Massa menurut Cangara (2003):25
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari
banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,pengelolaan sampai pada
penyajian informasi.
24
25
Sudarman, Menulis di Media Massa, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2008, hal. 10.
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 134 -135.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2. Bersifat
satu
arah,
artinya
komunikasi
yang
dilakukan
kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau
pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan
tertunda.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,
karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana
informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu
yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar,
dan semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan
dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
2.4. Pemaknaan Bentuk Kata
Pada mulanya adalah kata. Dan semuanya adalah kata. “Kata,” seperti kata,
sebetulnya orang boleh berbicara panjang sekali dengan kata-kata. Tapi, kata-kata
sebetulnya tidaklah bermakna apa-apa kecuali kita sendiri yang memaknainya.
“Kata adalah kata maknanya ambigu dan tidak persis. Ini sejalan dengan pendapat
para ahli komunikasi bahwa makna kata sangat subjektif. Words don’t mean,
people mean. “Sekiranya ada buku yang menyampaikan makna secara objektif.
Jadi kata tidak teriring makna, atau dari semula sudah memiliki makna.
Manusialah yang memberikan makna pada kata-kata, tergantung dari cara mereka
yang memakainya. Manusialah yang memiliki makna-makna itu, bukan kata-kata
dan bukan kamus.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Isyarat bahasa mempunyai kebebasan makna (arbitrary), mereka tidak
memiliki karakteristik atau sifat dari benda atau hal yang mereka gambarkan. Kata
jeruk tidak lebih lezat ketimbang kata burger. Kata burger juga tidak lebih
mengenyangkan ketimbang kata jeruk. Suatu kata memiliki arti atau makna yang
mereka gambarkan karena kitalah yang secara bebas menentukan arti atau
maknanya.
Sebuah kata adalah juga sebuah simbol, sebab keduanya sama-sama
menghadirkan sesuatu yang lain. Setiap kata pada dasarnya bersifat konvensional
dan tidak membawa maknanya itu sendiri secara langsung bagi pembaca atau
pendengarnya (kecuali kata-kata anomatopoik, misalnya kata-kata yang
mengambarkan suara kucing, bunyi senapan, dan sebagainya). Lebih jauh lagi,
orang yang berbicara membentuk pola-pola makna secara tidak sadar dalam katakata yang dikeluarkannya. Pola-pola makna ini secara luas memberikan gambaran
tentang konteks hidup dan sejarah orang tersebut. Sebuah kata bisa memiliki
konotasi yang berbeda, tergantung pada pembicaranya. Sebagai contoh, kata
pohon misalnya. Kata ini akan mempunyai makna bermacam-macam tergantung
pada pembicaranya: apakah ia seorang penebang kayu, pematung, penyair,
ekologis, petani dan sebagainya. Bahkan meskipun benar juga bahwa makna dapat
diturunkan dari konteks yang terdapat didalam sebuah kalimat, namun konteks
juga bermacam-macam menurut zamannya. Istilah-istilah mempunyai makna
ganda.
Makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau
bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Dengan kata-kata Brown, “Seseorang
mungkin menghabiskan tahun-tahunnya yang produktif untuk menguraikan
makna suatu kalimat tunggal dan akhirnya tidak menyelesaikan tugas itu”.26
Ada beberapa jenis-jenis makna, yaitu:
Menurut Fisher, mengemukakan bahwa sebenarnya ada tiga pengertian
tentang konsep makna yang berbeda-beda. Salah satu jenis makna, menurut
tipologi Brodbeck, adalah makna referensial; yakni, makna suatu istilah adalah
objek, pikiran, ide atau konsep yang ditunjukkan oleh istilah tersebut. Pengertian
makna ini serupa dengan aspek “semantis” bahasa dari Morris (1946) hubungan
lambang dengan referen (yang ditunjuk).
Tipe makna yang kedua adalah arti istilah itu. Dengan kata lain, lambang
atau istilah itu “berarti” sejauh ia berhubungan secara “sah” dengan istilah yang
lain, konsep yang lain. Suatu istilah dapat saja memiliki arti referensial dalam
pengertian yang pertama, yakni mempunyai referen, tetapi karena ia tidak
dihubungkan dengan berbagai konsep yang lain, ia tidak mempunyai arti.
Tipe makna yang ketiga, mencakup makna yang dimaksudkan
(intentional) yakni bahwa arti suatu istilah atau lambang bergantung pada apa
yang dimaksudkan pemakai dengan arti lambang itu.27
26
27
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2009, hal. 244-256.
Alex Sobur, Analisis Teks Media, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 25-26.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2.5. Pengertian Simbol
Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia
dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh
manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami.
Manusia dalam keberadaannya memang memiliki keistimewaan dibanding
dengan makhluk lainnya. Selain kemampuan daya pikirnya (super rational),
manusia juga memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih
canggih (super sophisticated system of communication), sehingga dalam
berkomunikasi mereka bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu. Manusia
mampu menciptakan simbol-simbol dan memberi arti pada gejala-gejala alam
yang ada disekitarnya, sementara hewan hanya dapat mengandalkan bunyi dan
bau secara terbatas.
Kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia
sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari simbol
yang sederhana seperti bunyi dan isyarat, sampai kepada simbol yang
dimodifikasi dalam bentuk sinyal-sinyal melalui gelombang udara dan cahaya,
seperti radio, TV, telegram, telex dan satelit.
Didalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita tidak dapat membedakan
pengertian antara simbol dan kode. Bahkan banyak orang menyamakan kedua
konsep itu. Simbol adalah lambang yang memiliki suatu objek, sementara kode
adalah seperangkat symbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur
sehingga memiliki arti. Sebuah symbol yang tidak memiliki arti bukanlah kode.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Lampu pengatur lalu lintas (traffic light) yang dipasang dipinggir jalan
misalnya adalah simbol polisi lalu lintas, sedangkan simbol warna yang telah
disusun secara teratur menjadi kode bagi pemakai jalan. Begitu juga halnya
dengan letusan misalnya, ia adalah simbol dari senjata atau ban mobil yang pecah.
Akan tetapi kalau letusan itu berlangsung 21 kali, ia menjadi kode penghormatan
kepada tamu Negara.
Simbol-simbol yang menggunakan selain sudah ada yang diterima
menurut konvensi internasional, seperti simbol-simbol lalu lintas, alphabet latin,
simbol matematika, juga terdapat simbol-simbol lokal yang hanya bisa dimengerti
oleh kelompok-kelompok masyarakat tertentu.28
2.6. Teori Queer
Secara historis istilah queer memiliki bermacam istilah. Istilah ini memacu
pada sesuatu yang ganjil, aneh, kacau dan bukan hal yang biasa. Seperti queerky,
yang ditunjukkan untuk karakteristik yang negatif seperti kegilaan yang ada diluar
norma-norma sosial.
Teori queer dirujuk dari Teresa de Lauretis pada tahun 1990. Yang dimana
Teresa de Lauretismemilih judul untuk sebuah konfrensi yang ia koordinasikan
untuk mengacaukan kepuasan diri akan kajian Lesbian dan Homo. Sebagai kajian
yang interdisipliner, teori queer mempertahankan misi yang mengacaukan yang
telah ditunjukkan oleh de Lauretis. Dengan sengaja untuk menggoncangkan
makna, katagori dan identitas diantara gender dan seksualitas.
28
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Persada, Jakarta, 2011, hal. 99-100.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Gender merupakan istilah yang merujuk pada seperangkat karakteristik
yang dipandang manusia sebagai hal yang membedakan antara laki-laki dan
perempuan. dari hal biologis seperti jenis kelamin sampai dengan peran sosial dan
identitas gender.
Teori queer berakar dari materi bahwa identitas tidak bersifat tetap dan
stabil. Identitas bersifat hitoris dan dikonstruksi secara sosial. Dalam konteks
teori, teori queer dapat digolongkan sebagai sesuatu yang anti identitas. Yang bisa
dimaknai sesuatu yang tidak normal atau aneh. Dalam teori ini, terdapat tiga
makna yang intelektual dan politik meskipun sulit membuat batasan-batasannya.
Pada intinya teori ini berkaitan dengan soal proses yang difokuskan pada
pergerakan yang melintasi ide, ekspresi, hubungan, ruang dan keinginan yang
menginovasi perbedaan cara hidup di dunia.
Penganut teori ini melihat besarnya implikasi sosial untuk mengadopsi
model homoseksual sebagai rangka berfikir dalam studi mengenai gender dan
seksualitas. Teori homoseksualitas dikenal seiring dengan penelitian mengenai
gay dan lesbian, bahwa gender telah dimengerti oleh sebagian masyarakat untuk
menjadi dasar guna mengatur masyarakat. Dan terdapat asumsi bahwa gender dan
seksualitas selain katagori baku akan masuk dalam sanksi masyarakat. Sehingga,
banyak penganut teori homoseksual dan aktivis melihat label homoseks sebagai
tantangan terhadap katagori identitas tradisional dan norma sosial.
Teori ini, menjadi tempat peperangan serta pertandingan yang terus
menerus dan tidak selesai. Misalnya, yang paling menarik dan berharga bukanlah
yang terdapat didalamnya, dimana seseorang memenuhi kelayakan kita dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
membentuk kategori identitas, tetapi ketika orang tersebut tidak melakukannya.
Kemungkinan untuk menampilkan identitas tidak ada akhirnya, yang masingmasing memilih dari acuan identitas kontruksi khusus gender, jenis kelamin,
seksualitas dan identitas yang sangat pantas dengan kita.
Sementara permulaan para ahli teori queer adalah kategori-kategori
identitas gender dan jenis kelamin, banyak ahli yang memilih untuk tidak
membatasi isi teori queer hanya pada kategori tersebut.29
2.7. LGBT
Istilah LGBT digunakan semenjak tahun 1990-an. Istilah ini lebih
mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. LGBT dibuat dengan tujuan
untuk menekankan keanekaragaman “budaya yang berdasarkan identitas,
seksualitas dan gender”. LGBT adalah singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender. Lesbian, gay dan biseksual adalah orientasi seksual sedangkan
transgender adalah identitas gender. Memperbincangkan LGBT tidak dapat
dilepaskan dari pembahasan tentang seksualitas karena hal tersebut yang
menyebabkan adanya diskriminasi dan kekerasan yang dialami oleh kalangan
LGBT. Seksualitas yang dimaksud disini memiliki makna yang luas yaitu sebuah
aspek kehidupan menyeluruh meliputi konsep tentang seks (jenis kelamin),
gender, orientasi seksual dan identitas gender, identitas seksual, erotism,
kesenangan, keintiman, dan reproduksi. Seksualitas dialami dan diekspresikan
dalam pikiran, fantasi, hasrat, kepercayaan / nilai-nilai, tingkah laku, kebiasaan,
http://kurniadidebby.blogspot.co.id/2012/07/sejarah-dan-pembahasan-teori-queer, Tanggal 18
September 2015, Jam 12:16 WIB.
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
peran, dan hubungan. Namun demikian, tidak semua aspek dalam seksualitas
selalu dialami atau diekspresikan. Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi factorfaktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi\, politik, sejarah, agama, dan
spiritual.30
2.7.1. Lesbian
Lesbian
yaitu lebih
mengarahkan seksualitasnya
kepada sesama
perempuan atau menyukai sesama jenis. Beberapa kaum lesbian muncul, karena
tidak ada kepuasan mereka terhadap perlakuan laki-laki. Misalnya, memang
mereka terlahir untuk menjadi lesbian secara alami bukan karena pergaulan dan
karena kekerasan dari kaum laki-laki yang membuat mereka tidak nyaman dengan
lawan jenisnya.
2.7.2. Gay
Istilah gay yaitu masih memiliki konotasi terhadap homoseksualitas.
Hasrat suka sesama jenis laki-laki atau berkelamin sama. Sifat yang mereka miliki
awalnya digunakan untuk mengungkapkan perasaan “bebas atau tidak terikat” dan
“menyolok”. Prilaku ini menimbulkan pergaulan yang sangat terpengaruh oleh
keadaan.
30
http://www.jurnalkommas.com/docs/Jurnal%20Reny%20Acc.pdf , Tanggal 13 Oktober 2015,
Jam 14:11 WIB.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
2.7.3. Bisexual
Bisexual adalah oferseksual terhadap wanita maupun laki-laki. Mereka
memiliki perasaan romantis atau seksual sekaligus kepada sesama jenis atau
lawan jenisnya. Bisexual didefinisikan sebagai penyuka sesmua jenis, identitas
gender atau pada seseorang tanpa mempedulikan jenis kelamin atau gender
biologis orang tersebut, yang terkadang disebut panseksualitas.
2.7.4. Transgender
Istilah transgender yaitu ketidaksamaan identitas gender seseorang
terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Secara lebih spesifik,
keadaan penampilan transgender merasa lebih asli dan nyaman terhadap
penampilan luar mereka dan menerima identitas asli mereka disebut sebagai
keselarasan transgender.31
2.8. Gangguan Identitas Gender
Homoseksualitas adalah orientasi seksual yang ditandai oleh adanya minat
erotis terhadap, dan pembangunan hubungan romantic dengan individu dari
gendernya sendiri. Identitas gender adalah perasaan psikologis seseorang sebagai
pria atau wanita. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan dimana
individu percaya bahwa anatomi gendernya tidak konsisten dengan identitas
gendernya.32 Orang-orang mengalami gangguan identitas gender (GIG), yang
kadang disebut transeksualisme, merasa bahwa jauh di dalam dirinya, biasanya
31
https://id.wikipedia.org/wiki/LGBT Tanggal 16 September 2015, Jam 09:05 WIB.
32
Jeffrey S. Nevid, Psikologi Abnormal, Erlangga, Jakarta, 2003, hal. 73-74.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
sejak awal masa kanak-kanak, mereka adalah orang berjenis kelamin berbeda
dengan dirinya saat ini. Mereka tidak menyukai pakaian dan aktivitas yang sesuai
dengan jenis kelamin mereka. Bukti-bukti anatomi mereka alat kelamin normal
dan karakteristik jenis kelamin sekunder yang umum, seperti tumbuhnya cambang
pada laki-laki dan membesarnya payudara pada perempuan, tidak membuat
mereka merasa bahwa mereka adalah orang dengan gender yang dilihat orang lain
pada mereka. Seorang laki-laki dapat menatap dirinya dicermin, melihat tubuh
biologis seorang laki-laki, namun secara pribadi merasa bahwa tubuh tersebut
dimiliki oleh seorang perempuan. Ia bisa mencoba berpindah ke kelompok gender
yang berbeda dan bahkan dapat menginginkan operasi untuk mengubah tubuhnya
agar sesuai dengan identitas gendernya. Situasi tersebut sama pada sebagian besar
laki-laki yang yakin bahwa dirinya pada dasarnya adalah seorang perempuan.
Penyebab Gangguan Identitas Gender diantaranya yaitu menganggap
bahwa anak laki-laki dan perempuan memiliki ciri maskulin dan feminine sendiri
sangat dipengaruhi pandangan terhadap nilai dan stereotip sehingga menganggap
pola prilaku lintas gender pada anak-anak merupakan sesuatu yang abnormal yang
tampaknya tidak dapat dibenarkan. Kenyataannya, belum lama berselang muncul
pendapat bahwa GIG di masa kanak-kanak harus dihapuskan sekaligus dari DSM
karena, seperti baru saja disebutkan, sebagian besar anak yang merasa kurang
nyaman dalam peran gender yang ditetapkan secara sosial (semisal anak laki-laki
yang tidak menyukai permainan lompat atau jatuh). Tidak cenderung merasa tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
nyaman dengan jenis kelamin biologisnya dan tidak tumbuh menjadi
transeksual.33
2.9. Penyimpangan
Dalam studi tentang penyimpangan terdapat perbedaan pendapat dalam
menentukan pelaku dan jenis prilaku atau kondisi yang dianggap menyimpang.
Kebanyakan orang baru dapat menentukan penyimpangan jika mereka
melihatnya. Misalnya, bunuh diri, keterbelakangan mental, homoseksualitas,
alkoholisme, secara umum diiterima sebagai salah satu bentuk penyimpangan.
Tetapi, bahkan bentuk penyimpangan yang umum tersebut saja masih terdapat
perbedaan pendapat. Misalnya bagi sebagian orang, homoseksualitas sama sekali
bukan penyimpangan atau orang yang mengkonsumsi minuman keras dan
narkotika adalah prilaku yang normal saja.34
Untuk menjadi penyimpang, seseorang akan melewati proses atau tahapan
yang sangat lama. Seseorang tidak menjadi penyimpang dengan hanya melakukan
perbuatan menyimpang. Secara sosiologis penyimpangan terjadi karena seseorang
memainkan peranan sosial yang menunjukkan prilaku menyimpang. Cara orang
memainkan peran sosial menyimpang membentuk proses menjadi penyimpang.
Guna memahami cara seseorang mengadaptasi peran menyimpang perlu diteliti
keadaan sosial yang mencakup identifikasi diri para penyimpang dan proses
sosialisasinya. Keyakinannya bahwa penyimpang berbeda secara alamiah dengan
33
Gerald C. Davison, Los Angeles, CA, Psikologi Abnormal, RajaGrafindo, Jakarta, 2002, hal.
612-614.
34
Jokie M. S. Siahaan,, Prilaku Penyimpangan Pendekatan Sosiologi, Indeks, Jakarta, 2009, hal.
11.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
orang “normal” adalah keyakinan yang tidak benar. Semua prilaku penyimpang
adalah prilaku manusia dan proses dasar yang menghasilkannya juga berlaku bagi
para penyimpang maupun nonpenyimpang.35
Prilaku sosial adalah prilaku yang didapatkan
(acquired behavior).
Prilaku tidak ada sejak manusia lahir, melainkan dibentuk melalui sosialisasi.
Prilaku terbentuk berdasarkan respon terhadap keinginan dan harapan (norma)
orang lain terhadap dirinya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa prilaku
adalah hasil dari interaksi sosial.36
2.10. Gangguan Seksual
Prafilia berasal dari kata “para” yang berarti penyimpangan pada apa yang
membuat orang tertarik (“philia”). Mengacu pada sekelompok gangguan yang
melibatkan ketertarikan seksual terhadap obyek yang tidak bisa atau aktivitas
seksual yang tidak bisa.
1. Fetishism
Yaitu ketergantungan seseorang pada obyek yang tidak hidup untuk
memperoleh rangsangan seksual.Penderitanya kebanyakan adalah lakilaki, dan memiliki dorongan seksual yang berulang dan mendalam
terhadap obyek yang tidak hidup.Misalnya (sepatu perempuan), dan
munculnya fetish sangat disukai atau bahkan dibutuhkan untuk terjadinya
rangsangan seksual.
35
36
Ibid, hal. 33.
Ibid, hal. 34.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
2. Transvestic Fetishism
Yaitu gangguan dimana seorang laki-laki terangsang secara seksual
dengan menggunakan pakaian ataupun perlengkapan perempuan lainnya,
meskipun ia masih menyadari dirinya sendiri sebagai laki-laki.
3. Pedofilia
Pedofilia berasal dari kata “Pedos” (bahasa yunani untuk anak), yaitu
orang dewasa yang mempunyai kepuasan seksual melalui kontak fisik dan
seksual dengan anak prapubertas yang tidak berhubungan dengannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang menjadi korban bahkan
lebih muda dari pada batas usia yang diperolehkan di Amerika Serikat
untuk melakukan hubungan seksual.
4. Inses
Mengacu pada hubungan seksual antara keluarga dekat, dimana
pernikahan tidak diperbolehkan antara mereka. Biasanya adalah pada
kakak dan adik, dan bentuk lain yang umum dan dianggap lebih patologis
adalah ayah dengan anak perempuan. Bukti menunjukkan struktur
keluarga dimana inses terjadi adalah patriarkal yang tidak biasa dan
tradisional, terutama dengan memandang posisi perempuan yang lebih
rendah dari pada laki-laki.
5. Voyeurism
Yaitu preferensi yang nyata untuk memperoleh kepuasan seksual dengan
melihat orang lain dalam keadaan tanpa busana atau sedang melakukan
hubungan seksual. Pada beberapa orang, hal ini merupakan satu-satunya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
aktivitas seksual dimana mereka terlibat. Sementara bagi yang lain,
kegiatan ini disukai namun tidak sepenuhnya penting untuk meraih
rangsangan seksual.
6. Eksibisionisme
Yaitu preferensi yang jelas dan berulang untuk memperoleh kepuasan
seksual dengan mempertunjukkan alat kelaminnya pada orang lain yang
tidak menghendakinya, terkadang pada anak-anak. Rangsangan seksual
diperoleh saat
pelaku
membayangkan
dirinya
memamerkan
alat
kelaminnya atau benar-benar melakukan masturbasi.Pada banyak kasus
terdapat keinginan untuk mengagetkan atau mempermalukan orang yang
melihatnya.
7. Frotteurism
Yaitu orientasi seksual dengan menyentuh orang yang tidak disangkasangka.Pelaku mungkin menggosokkan alat kelaminnya pada paha atau
pantat seorang perempuan, atau memegang payudara atau alat kelamin
seorang perempuan. Serangan ini biasanya dilakukan di tempat-tempat
yang memungkinkan pelaku melarikan diri, misalnya di bis yang ramai.
Gangguan biasanya sudah muncul pada masa remaja dan berkembang
sejalan dengan paraphilia yang lain.
8. Sadism dan masokisme seksual
Sadism adalah kegemaran untuk memperoleh atau meningkatkan kepuasan
seksual dengan menimbulkan kesakitan atau penderitaan psikologis,
misalnya (mempermalukan) pada orang lain. Sedangkan masokisme
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
adalah kegemaran seseorang untuk memperoleh atau meningkatkan
kepuasan seksual dengan menjadikan dirinya sebagai subyek untuk
disakiti atau dipermalukan.
Kedua gangguan ini dapat ditemukan pada hubungan heteroseksual
maupun homoseksual.Banyak orang sadis yang menjalankan hubungan
dengan orang masokis demi memperoleh kepuasan seksual.37
2.11. Semiotika Sosial
Tujuan aplikasi semiotika sosial dengan menggunakan komponen
semiotika sosial dari Halliday dan Hassan dalam analisis isi media adalah untuk
menemukan hal terkait dengan tiga komponen semiotika sosial, yaitu: Medan
wacana (field of discourse); Pelibat wacana (tenor of discourse); dan Sarana
wacana (mode of discourse).
Dari segi Medan wacana (field of discourse): menunjukkan pada hal yang
terjadi, apa yang dijadikan wacana oleh pelaku (media massa) mengenai sesuatu
yang sedang terjadi di lapangan. Katakanlah ada sebuah bentrokan antar warga
berlainan agama. Dalam memberitakan kasus sebuah media bisa saja
membingkainya
sebagai
bentrokan
antar
warga
(sehingga
fakta
yang
dikemukakan pun mendukung kearah sana); atau mengemasnya sebagai bentrokan
agama dengan fakta-fakta yang memperkuatnya.
Terkait Pelibat wacana (tenor of discourse): menunjuk pada orang-orang
yang dicantumkan dalam teks (berita); sifat, kedudukan dan peranan mereka.
37
Agustine Sukarlan Basri, Psikologi Abnormal, Fitri Fausiah, Jakarta, 2005, hal. 61-64.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Sering kita menjumpai dalam sebuah laporan (berita) adanya beberapa orang
dengan posisi atau jabatannya masing-masing dikutip. Sering kali kita tidak
sadari, mengapa orang-orang itu dijadikan nara sumber sedangkan yang lainnya
tidak. Mengapa sebuah koran dalam bentrokan antar warga berlainan agama
hanya mengutip tokoh-tokoh agama Islam, sedangkan koran yang satunya lagi
Cuma mengedepankan tokoh-tokoh Kristen. Dari segi analisis wacana, ini bagian
dari teknik framing yang dipilih media tersebut.
Sementara dari segi Sarana wacana (mode of discourse): menunjuk pada
bagian yang diperankan oleh bahasa, bagaimana komunikator (baca, media
massa) menggunakan gaya bahasa untuk menggambarkan medan (situasi) dan
pelibat (orang-orang yang dikutip); apakah menggunakan bahasa yang diperhalus
atau hiperbolik, eufimistik atau vulgar. Apakah pemukiman Islam yang „diserang‟
ataukah kedua belah pihak saling menyerang. Disini biasanya muncul pula
julukan atau sebutan tertentu secara konsisten, sedangkan sebutan lainnya yang
sepadan tidak dipergunakan, yang diletakan terhadap pelaku atau kelompok
sosial. Pihak mana yang sering disebut „perusuh‟ dan mana yang „teraniaya‟.38
Tokoh yang telah dipakai oleh penulis dalam analisis Semiotika Sosial
yaitu M.A.K. Halliday
38
Agus Sudibyo, Kabar-kabar Kebencian Prasangka Agama Di Media Massa, Institut Studi Arus
Informasi, Jakarta, 2001, hal. 89-90.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
M.A.K. Halliday atau Michael Alexander Kirkwood Halliday, lahir pada
tanggal 13 April 1925 di Inggris. Halliday adalah seorang ahli bahasa Australia
kelahiran Inggris yang mengembangkan model liguistik berpengaruh internasional
sistemik fungsional bahasa. Halliday menjelaskan bahasa sebagai sistem semiotik
“yang memberi tekanan pada konteks sosial”, yaitu pada fungsi sosial yang
menentukan bentuk bahasa dan bagaimana perkembangannya.
Menurut Halliday, bahasa dalam pandangan semiotika sosial menandai
jenis pendekatan yang kami ikuti dalam penelitian kami belakangan ini dan yang
saya kira, sudah merupakan ciri khas pikiran saya sendiri sejak saya tertarik pada
kajian bahasa. Istilah „Semiotika Sosial‟ dapat dipandang sebagai suatu istilah
yang memperjelas suatu ideologi umum, suatu sudut pandangan yang konseptual
tentang pokok masalahnya. Tetapi, ada implikasinya yang lebih khusus yang
harus ditafsirkan mengenai kedua istilah itu, yaitu semiotika dan sosial.
Oleh karena itu, semiotika dapat diberi batasan sebagai kajaian umum
tentang tanda-tanda. Tetapi, ada satu pembatasan yang biasanya tetap tampak jelas
dalam sejarah pengertian tanda ini, yaitu kajian tentang tanda ini selalu cenderung
tetap merupakan konsep yang agak sempit. Tanda selalu cenderung dilihat sebagai
sesuatu yang terpisah, sesuatu yang mandiri, yang terutama berdiri sendiri
sepenuhnya sebelum dihubungkan dengan tanda-tanda lainnya.
Ilmu bahasa, dengan demikian merupakan suatu jenis dari semiotik. Ilmu
bahasa adalah satu segi kajian tentang makna. Banyak cara lain yang berkenaan
dengan makna, selain lewat bahasa. Dalam arti yang agak kabur, tidak dapat
diterangkan dengan jelas batas-batasnya, bahasa barangkali merupakan sesuatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
yang paling penting, paling menyeluruh, paling lengkap; sulit dikemukakan
keadaan persisnya. Banyak cara lain yang berkenaan dengan makna, yang berada
diluar bidang bahasa.
Cara-cara tersebut meliputi baik bentuk-bentuk seni seperti lukisan,
ukiran, bunyi-bunyian, tarian dan lain-lainnya. Maupun bentuk-bentuk tingkah
laku budaya lainnya yang tidak termasuk dalam ruang lingkup seni, misalnya
ragam pertukaran, pakaian, susunan keluarga dan seterusnya. Ini semua pembawa
makna dalam budaya. Sesungguhnya, kami dapat memberi batasan budaya
sebagai seperangkat sistem semiotik, sebagai seperangkat sistem makna, yang
semuanya saling berhubungan.
Tetapi untuk menjelaskan pengertian umum ini, kami tidak dapat
melakukannya melalui konsep tanda sebagai suatu kesatuan lahiriah. Kami mau
tak mau harus berpikir tentang sistem-sistem makna, yang dapat dipandang
sebagai tatanan-tatanan yang bekerja melalui semacam bentuk luar (output) yang
kami sebut tanda, tetapi tatanan-tatanan itu sendiri bukan perangkat-perangkat
benda tersendiri melainkan merupakan jaringan-jaringan hubungan. Dalam arti
inilah saya menggunakan istilah „semiotik‟ untuk memberi batasan sudut
pandang, yang kami gunakan untuk melihat bahasa, yaitu bahasa sebagai salah
satu dari sejumlah system makna yang secara bersama-sama, membentuk budaya
manusia.
Kedua tentang istilah „sosial‟ yang dimaksudkan adalah untuk
mengemukakan dua hal secara bersamaan. Yang pertama „sosial‟ yang digunakan
dalam arti sistem sosial, yang saya artikan sinonim dengan kebudayaan. Jadi bila
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
saya mengatakan „semiotik sosial‟, dalam arti yang pertama ini, saya maksudkan
tak lain adalah batasan system sosial, atau kebudayaan, sebagai suatu sistem
makna. Tetapi, saya juga menginginkan suatu tafsiran yang lebih khusus tentang
kata „sosial‟, untuk menunjukkan bahwa kami memberi perhatian terutama pada
hubungan antara bahasa dengan struktur sosial, dengan memandang struktur sosial
sebagai satu segi dari system sosial.39
39
M.A.K. Halliday dan Ruqaiya Hasan, Text and Context: Aspect of Language in a SosialSemiotic Perspective, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1992, hal. 3-5.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download