BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan pengaruh literasi keuangan, representativeness, familiarity, dan persepsi risiko adalah sebagai berikut : 2.1.1 Al-Tamimi (2009) Penelitian ini berjudul “Financial Literacy and investment decisions of UAE investors” .Tujuan dari penelitian ini untuk menilai financial literasi pada investor individu UAE yang berinvestasi pada pasar keuangan lokal. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah investor nasional UEA dari Abu Dhabi Securities Market (ADSM) dan Dubai Financial Market (DFM). Teknik analisa data yang digunakan adalah model logistic regression. Metode yang digunakan adalah kuesioner modifikasi yang telah digunakan oleh Al Tamimi (2006) dan Otoritas Moneter Singapura (2005) untuk menilai atau mengukur financial literasi dan faktor-faktor yang menentukan keputusan investasi. Penelitian ini memperoleh 304 responden, 14 diantaranya datanya tidak memenuhi. Sehingga 290 adalah kuesioner yang digunakan untuk sampel. Hasil daripenelitian ini adalah menunjukkann bahwa ada hubungan yang signifikan antara literasi keuangan dan keputusan investasi. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu : a. Variabel independen sama berupa literasi keuangan 10 11 b. Variabel dependen sama yaitu meneliti keputusan investasi c. Data yang digunakan adalah data primer dengan kuesioner Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah : a. Subjek penelitian, bila pada penelitian terdahulu dilakukan pada investor UEA, sedangkan untuk penelitian ini adalah masyarakat Surabaya dan Sidoarjo b. Variabel yang digunakan penelitian terdahulu hanya menggunakan literasi keuangan sebagai pengukur, sedangkan untuk penelitian ini adalah representativeness, familiarity dan persepsi risiko c. Penelitian terdahulu berfokus pada pasar keuangan lokal, sedangkan untuk penelitian ini berfokus pada keputusan investasi real asset dan financial asset. 2.1.2 Stephanie Gozalie dan Njo Anastasia (2015) Penelitian ini berjudul “Pengaruh Perilaku Heuristics dan Herding Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Properti Hunian. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perilaku heuristics dan herding terhadap pengambilan keputusan investasi property hunian. Perilaku heuristics tersebut terdiri dari 5 yaitu representativeness, overconfidence, anchoring, gambler’s, dan availability bias. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah investor property Surabaya. Penelitian ini menggunakan simple random sampling. Metode ini menggunakan metode survey dan ada 100 responden, 55 responden pria sisanya 45 responden wanita yang diambil dari kuesioner. Data diolah dengan analisa SEM dengan PLS. 12 Hasil dari penelitian ini bahwa perilaku representativeness, anchoring, gambler’s fallacy, dan availability bias berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi, sedangkan perilaku overconfidence dan herding tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi properti hunian. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu: a. Variabel independen sama berupa representativeness b. Variable dependen sama berupa keputusan investasi c. Data yang digunakan adalah data primer dengan kuesioner Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu: a. Subjek penelitian, bila pada penelitian sebelumnya menggunakan investor property Surabaya, sedangkan untuk penelitian sekarang adalah masyarakat Surabaya dan Sidoarjo b. Variable pada penelitian terdahulu menggunakan representativeness, sedangkan untuk penelitian sekarang menambahkan variabel literasi keuangan, familiarity, dan persepsi risiko c. Penelitian terdahulu berfokus pada keputusan investasi pada property di Surabaya, sedangkan penelitian sekarang keputusan investasi pada real asset dan financial asset 2.1.3 Dewi Ayu Wulandari dan Rr. Iramani (2013) Penelitian ini berjudul “Studi Experienced Regret, Risk Tolerance, Overconfidence, dan Risk Perception Pada Pengambilan Keputusan Investasi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmenguji pengaruh experience regret, risk tolerance, overconfidence, dan risk perception terhadap pengambilan keputusan 13 investasi dosen ilmu ekonomi di Surabaya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosen ekonomi di Surabaya. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan terdapat 72 responden diambil dari kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya risk tolerance dan risk perception berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi, tetapi experience regret dan overconfidence tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi pada dosen ekonomi di Surabaya. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu : a. Variabel independen sama berupa persepsi risiko b. Variabel dependen sama berupa keputusan invetasi c. Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kueisoner d. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu : a. Subjek penelitian, bila pada penelitian sebelumnya pada dosen ekonomi di Surabaya, sedangkan untuk penelitian sekarang adalah masyarakat Surabaya dan Sidoarjo b. Variabel pada penelitian terdahulu menggunakan persepsi risiko, sedangkan untuk penelitian sekarang menambahkan literasi keuangan, representativeness, dan familiarity. 14 2.1.4 Iramani dan Dhyka Bagus (2008) Penelitian ini berjudul “Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor dalam Transaksi Saham (Studi Perilaku Keuangan)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor psikologis yang dapat menjelaskan perilaku investor dalam jual beli saham di Bursa Efek Jakarta dan untuk mengetahui perbedaan signifikan faktor pembentuk perilaku antara investor pria dan wanita. Sumber data yang digunakan adalah data primer dengan kuesioner dan wawancara. Populasi penelitian ini adalah investor saham yang melakukan transaksi saham dan beralokasi di Surabaya. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah non-random sampling dengan menggunakan metode Multistage Sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis faktor dan Independent Sample t-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor psikologis dapat menjelaskan perilaku investor dalam melakukan transaksi perdagangan saham. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu : a. Variabel independen sama berupa representativeness dan familiarity b. Variabel dependen sama berupa keputusan invetasi c. Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kueisoner Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu : a. Subjek penelitian, bila pada penelitian sebelumnya pada investor saham yang melakukan transaksi saham dan beralokasi di Surabaya, sedangkan untuk penelitian sekarang adalah masyarakat Surabaya dan Sidoarjo 15 b. Variabel pada penelitian terdahulu menggunakan representativeness dan familiarity, sedangkan untuk penelitian sekarang menambahkan literasi keuangan dan persepsi risiko c. Penelitian terdahulu berfokus pada keputusan investasi pada saham, sedangkan penelitian sekarang keputusan investasi pada real asset dan financial asset 2.2 Landasan Teori Landasan teori merupakan teori dasar yang digunakan dalam sebuah penelitian, dalam penelitian ini yang digunakan sebagai landasan teori adalah konsep dasar mengenai keputusan investasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investasi, serta teori yang dikemukakan oleh para ahli. 2.2.1 Investasi Setiap orang atau investor akan dihadapkan pada berbagai banyak pilihan dalam menentukan proporsi dana yang dimiliki untuk konsumsi saat ini dan dimasa yang akan datang. Salah satunya dengan menentukan proporsi untuk mendapatkan suatu instrumen investasi. Pengertian Investasi sendiri merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Eduardus Tandelilin, 2010:2). Bentuk investasi di bagi menjadi dua bagian yaitu pada real asset (tanah, emas, rumah, bangunan) dan pada financial asset (deposito, saham, obligasi, dll). Irham Fahmi (2012 : 4) menunjukkan bahwa investasi real asset melibatkan aset berwujud jangka panjang yang memiliki return besar dan risk yang tinggi pula, seperti emas, tanah, dan real estate, sedangkan investasi asset 16 financial melibatkan kontrak tertulis berupa selembaran kertas dari pihak lain dengan jangka waktu relatif pendek yang memiliki return kecil dan risk yang rendah seperti Tabungan dan Deposito. Keuntungan dari membeli produk investasi dapat digunakan untuk kebutuhan di masa mendatang dan tujuan dari investasi yaitu peningkatan nilai kekayaan dalam mengantisipasi ketidakpastian (risiko) yang terjadi sewaktuwaktu. Joko Salim (2010:7) menyatakan bahwa tujuan seseorang dalam melakukan investasi adalah sebagai berikut : pertama untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, kedua untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dengan kenaikan nilai dari jumlah dana yang sudah kita investasikan, ketiga untuk mengalahkan inflasi dengan berharap mendapatkan hasil investasi yang besar jauh dari angka inflasi, keempat untuk memiliki kehidupan yang layak untuk kedepannya yang dulunya tertunda, dan kelima untuk mempersiapkan dana pensiun dengan menikmati dana yang dipunya sejak memulai investasi sejak dini. Pernyataan high risk, high return juga selalu di terapkan dalam berinvestasi karena semakin tinggi potensi keuntungan dari produk investasi yang dipilih akan semakin tinggi pula risiko yang akan di hadapi. Risiko dapat terjadi akibat adanya unsur ketidakpastian dalam pemilihan bentuk investasi. Melakukan investasi terdapat dua bentuk risiko yang akan di hadapi yaitu risiko sistematis (systematic risk) yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi investasi dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk) yaitu risiko- 17 risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi investasi (Adler dan Lutfi, 2009 : 113). 2.2.2 Keputusan Investasi Keputusan investasi merupakan masalah dalam mengambil suatu tindakan yang harus mempertimbangkan dengan baik keputusan investasi yang akan diambil serta proses perencanaan yang matang untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : 9), hal mendasar proses keputusan investasi yaitu pemahaman hubungan antara return dan risiko suatu investasi. Melakukan kegiatan investasi pastinya seorang investor akan memilih instrumen investasi yang memiliki prospek yang baik. Bentuk dan macam serta komposisi dari suatu investasi akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang Dewi (2014). Hal tersebut merupakan tantangan penting yang harus di hadapi oleh investor. Saat mengambil keputusan investasi, investor mempunyai dua sikap yaitu rasional dan irasional. Sikap rasional adalah sikap seseorang yang berpikir berdasarkan akal sehat berdasarkan analisa informasi yang diperoleh, sedangkan sikap irasional adalah sikap berpikir seseorang yang tidak didasari akal sehat dan berdasarkan prediksi masa depan. Saat memilih investasi dibutuhkan finansial literasi yang baik dengan menggunakan informasi yang ada sehingga dalam memutuskan untuk memilih instrumen investasi memperoleh hasil yang optimal. Menurut Chen dan Volpe (1998), finansial literasi yaitu pengetahuan untuk mengelola keuangan dalam pengambilan keputusan keuangan. Faktor psikologi juga akan mempengaruhi 18 perilaku investor dalam pengambilan keputusan yang tiap saat berubah. Investor yang mempunyai sikap rasional akan mengharapkan return tertentu dengan risiko yang di dapat lebih rendah. Heuristics merupakan perilaku keuangan investor yang berdasarkan pada faktor psikologi dengan sebuah prinsip atau metode yang mana dapat diputuskan dengan mudah dan cepat. Faktor heuristics dinilai dalam mengambil suatu keputusan berdasarkan informasi yang dimiliki. Salah satu perilaku yang termasuk dalam faktor heuristics adalah representativeness yaitu kecenderungan investor membuat keputusan berdasarkan pengalaman yang sudah dikenal. Faktor psikologi lainnya adalah familiarity. Berdasarkan ketersediaan suatu informasi, maka faktor familiar diperlukanpada suatu produk investasi dan diduga dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, persepsi risiko juga berpengaruh dalam keputusan investasi sebab setiap investor pasti berbeda dalam memandang serta menilai suatu risiko instrumen investasi yang dipilih. Eduardus Tandelilin (2010:9) menyatakan ada beberapa hal yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan investasi. Pertama adalah return yang merupakan alasan utama yang membuat seseorang berinvestasi. Kedua risk atau risiko, semakin besar return yang diharapkan dari sebuah jenis investasi maka akan semakin tinggi pula risikonya. Ketiga adalah hubungan antara return dan risiko. Hubungan tingkat risiko dan tingkat return diharapkan linier atau searah. Ryan Filbert (2014 : 3) menyatakan bahwa tidak sedikit masyarakat Indonesia lebih memilih investasi dalam bentuk real asset karena return yang diperoleh lebih besar daripada investasi dalam bentuk financial asset karena risiko 19 yang dihadapi juga tinggi. Menurut Penelitian Dewi (2014), indikator yang digunakan variabel ini adalah sebagai berikut : a. Penggunaan pendapatan untuk investasi yang berisiko b. Melakukan investasi tanpa pertimbangan c. Melakukan investasi tanpa jaminan d. Melakukan investasi berdasarkan intuisi/perasaan 2.2.3 Literasi Keuangan Setiap individu dalam melakukan investasi menginginkan hasil yang optimal dan tidak salah dalam menentukan produk investasi. Sehingga literasi keuangan adalah kebutuhan yang penting untuk terhindar dari masalah keuangan yang terjadi. Literasi keuangan dalam beberapa tahun terakhir memperoleh perhatian dari pemerintah, bank, pengusaha, pasar keuangan dan lainnya. Dalam menghadapi masalah keuangan yang terjadi dibutuhkan pengetahuan akan pengelolaan uang yang dimiliki. Faktor financial literacy merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan investasi. Atkinson dan Messy (2010) menyatakan bahwa literasi keuangan didefinisikan sebagai kombinasi dari kesadaran, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilku yang diperlukan untuk membuat keputusan keuangan yang sehat yang pada akhirnya mencapai kesejahteraan keuangan individu. Literasi keuangan bisa didapatkan melalui informasi yang dipunya seperti dari teman, saudara, orang tua, media elektronik dan sumber lainnya. Meningkatnya pengetahuan keuangan menyebabkan semakin baik perilaku keuangan dalam pengambilan keputusan keuangan dan kemampuan 20 menerapkannya. Literasi keuangan akan mempengaruhi bagaimana orang menabung, meminjam, berinvestasi, dan mengelola keuangan (Hailwood,2007). Menurut Chen dan Volpe (1998), menyebutkan terdapat beberapa aspek penting dalam literasi keuangan yaitu sebagai berikut : a. Basic Financial Concept, penilaian yang dilakukan meliputi beberapa hal seperti, pengetahuan mengenai tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai tukar mata uang. b. Saving and borrowing, penilaian yang dilakukan meliputi pengetahuan mengenai tabungan dan pinjaman, seperti kredit. c. Insurance, penilaian yang dilakukan meliputi pengetahuan mengenai asuransi, seperti produk-produk asuransi jiwa, kesehatan, dan kendaraan bermotor. d. Investment, penilaian yang dilakukan meliputi pengetahuan mengenai suku bunga pasar, saham, obligasi, dan risiko investasi. 2.2.4 Representativeness Investor dalam mengambil keputusan di pengaruhi oleh faktor psikologi dimana investor akan membuat keputusan yang rumit dan lingkungan yang tidak pasti. Perilaku heuristic pada dasarnya mendasari banyak keputusan berdasarkan intuisi pada ketidakpastian yang terdiri dari representativeness, anchoring, dan affect (Hsien-Hue Chang, 2010). Salah satu prinsip yang paling penting dalam keputusan keuangan adalah representativeness. Representativeness adalah keputusan berdasarkan pada terlalu percaya dengan stereotype (Shefrin, 2007 : 14). Stereotype adalah investor akan membuat keputusan investasi berpedoman pada pengalaman masa lalu dan juga yang sesuai 21 dengan gambaran mentalnya. Faktor tersebut menggunakan keputusan investasi yang terlalu cepat tanpa menganalisa secara mendalam, dengan mengandalkan pengalaman masa lalu yang dianggap hanya mewakili atau menjadi acuan keputusan investasinya saat ini. Membuat keputusan berdasarkan representativeness bermaksud untuk bekerja menggunakan jalan pintas untuk secara cepat menarik kesimpulan dan cenderung bereaksi berlebihan pada saat memproses informasi untuk membuat suatu keputusan. Representativeness ini dinilai investor cenderung membuat suatu keputusan berdasarkan pengalaman yang sebelumnya pernah dilakukan atau dikenal. Keberhasilan investor baru ini cenderung untuk dilanjutkan ke masa depan. Aspek psikologis yang sering muncul dalam representativeness adalah kecenderungan investor dalam memilih dan menilai investasi dengan menganggap bila perusahaan baik maka investasinya juga baik. Investor menganggap bahwa good company, good investment (Ackert dan Deaves, 2010 :142). Contoh representativeness secara umum adalah jika seseorang A (Simon, orang yang pemalu, dan lelaki yang introvert), termasuk dalam kelompok A (kolektor perangko) atau kelompok B (supir BMW). Menjawab pertanyaan tersebut, banyak orang secara khusus menilai dan setuju bahwa Simon “mewakili” group A atau B, mungkin banyak orang yang menyimpulkan bahwa sifat Simon terlihat pendiam untuk tergolong dalam kelompok A menjadi sebagai koleksi perangko daripada supir BMW. Menurut statistika, jauh lebih banyak supir BMW daripada kolektor perangko. Menurut Pompian (2006), indikator yang digunakan variabel ini adalah sebagai berikut : 22 a. Investor memandang berdasarkan sesuatu yg objektif atau dari luarnya saja b. Investor mengambil keputusan berdasarkan potensi keberhasilan c. Investor cenderung mengambil keputusan investasi secara cepat dan stereotype d. Investor mengambil keputusan berdasarkan masa lalu dan dilakukan di masa ini dan masa yang akan datang 2.2.5 Familiarity Investor terkadang tidak suka kerancuan dan cenderung untuk investasi apa yang diketahuinya. Familiarity bias menyebabkan investor untuk lebih memilih berinvestasi dalam hal apa yang mereka pikirkan serta mereka tahu dan mengerti (Keith Redhead, 2008 : 551). Familiarity adalah penilaian berdasarkan karena sesuatu yang sudah dikenal atau familiar (Nofsinger, 2005 : 64). Faktor familiarity cenderung percaya pada perusahaan maupun produk investasi yang familiar atau sudah dikenal yang investor anggap kurang berisiko dari pada perusahaan yang lainnya. Saat investor membeli suatu instrumen investasi yang familiar, terkadang investor justru menganggap remeh jumlah risiko dalam instrumen investasi tersebut serta cenderung mengabaikannya, sehingga membuat investor semakin berani mengambil risiko yang lebih besar pula. Menurut Penelitian Wiwik dan Iramani (2013), indikator yang digunakan variabel ini adalah sebagai berikut : a. Investor lebih memilih produk investasi yang dikenal b. Investor lebih memilih produk investasi yang sudah mengetahui karakteristik investasi (kelebihan dan kekurangan) 23 c. Investor lebih memilih Bank yang lebih dikenal d. Saat menentukan tempat investasi pada instrumen tanah dan property, investor lebih memilih lokasi yang dikenal 2.2.6 Persepsi Risiko Persepsi risiko merupakan hal yang penting terkait dalam pengambilan keputusan investasi dalam keadaan yang tidak pasti. Faktor tersebut merujuk kepada bentuk penilaian risiko agar investor memperkirakan seberapa besar atau kecil risiko yang ada pada suatu instrumen investasi yang dipilih Ryanda (2012). Terkadang ketika ada suatu peristiwa yang akan terjadi atau telah terjadi maka tiap individu akan mengartikan dan mengintepretasikan bisa sama atau berbeda. Hal tersebut yang membentuk suatu persepsi. Menurut Siti (2013), pengertian persepsi risiko atau risk perception adalah penilaian seseorang pada situasi berisiko dimana penilaian tersebut sangat tergantung pada karakteristik psikologis dan keadaan orang tersebut. Investor cenderung mendefinisikan situasi berisiko apabila investor mengalami kerugian akibat salah atau jeleknya suatu keputusan yang diambil, khususnya jika kerugian tersebut berdampak pada situasi keuangannya. Oleh karena itu timbul perbedaan antar investor dalam mengartikan suatu kondisi tertentu. Sebab persepsi risiko merupakan penilaian investor pada situasi yang berisiko, sehingga penilaian investor sangat tergantung pada karakterisitik psikologis serta keadaan investor tersebut. Dengan begitu jika investor melakukan suatu investasi maka investor harus siap untuk menerima segala risiko ataupun kegagalan dalam melakukan 24 investasi tersebut. Menurut Penelitian Dewi dan Iramani (2014), indikator yang digunakan variabel ini adalah sebagai berikut : a. Berinvestasi tanpa jaminan b. Membeli aset atau berinvestasi tanpa pertimbangan c. Penggunaan sebagian pendapatan untuk investasi yang berisiko 2.2.7 Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Keputusan Investasi Seorang investor dalam mengambil keputusan investasi membutuhkan literasi keuangan agar terhindar dari masalah keuangan. Literasi keungan sangat diperlukan jika menginginkan hasil investasi yang optimal. Atkinson dan Messy (2010) menyatakan bahwa literasi keuangan didefinisikan sebagai kombinasi dari kesadaran, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang diperlukan untuk membuat keputusan keuangan yang sehat yang pada akhirnya mencapai kesejahteraan keuangan individu. Al-Tamimi (2009) mengungkapkan bahwa literasi keuangan berpengaruh signifikan terhadap keputusan investor individu United Arab Emirates. Investor yang mempunyai literasi tinggiakan cenderung menggunakan publikasi keuangan dalam mengambil suatu keputusan, sedangkan investor yang berliterasi rendah cenderung lebih mengandalkan saran dari rekan, keluarga, dll. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atas tingkat keuangan berdasarkan gender. Perempuan mempunyai tingkat literasi keuangan yang rendah dibandingkan dengan pria. Sehingga literasi keuangan akan mempengaruhi bagaimana orang menabung, meminjam, berinvestasi dan mengelola keuangan sendiri. 25 2.2.8 Pengaruh Representativeness terhadap Keputusan Investasi Salah satu perilaku heuristic adalah representativeness bias. Menurut Ravindra, et al (2015), bahwa representativeness bias menunjukkan bahwa manusia cenderung didasarkan pada keputusan tentang kesamaan atau stereotype. Hal tersebut mungkin menjelaskan kecenderungan orang untuk meramalkan atau memperhitungkan kinerja saat ini di masa depan. Asumsi bahwa keuntungan masa depan akan sama dengan keuntungan yang baru saja diterima tanpa mengevaluasi alasan kinerja masa lalu atau kemungkinan melanjutkan pada kinerja masalalu, representativeness bias merupakan bagian dari overconfidence bias. Penelitian dari Stephanie dan Njo (2015), menunjukkan bahwa representativeness bias berpengaruh signifikan terhadap keputusan invetasi property hunian. Penelitian lain oleh Peter (2014), menunjukkan bahwa terbukti secara signifikan terdapat kecenderungan mengalami representativeness bias ketika membuat keputusan keuangan. Menurut Iramani dan Dhyka (2008), representativeness merupakan faktor bias penilaian yang membentuk perilaku investor dalam transaksi saham. Investor menilai saham berdasarkan stereotypes dengan menilai dua hal yang memiliki kualitas yang sama pasti sama seperti good company pasti good stock. 2.2.9 Pengaruh Familiarity terhadap Keputusan Investasi Familiarity merupakan faktor psikologis yang dapat mempengaruhi seorang investor dalam mengambil keputusan. Faktor familiarity merupakan penilaian suatu investasi berdasarkan instrumen investasi yang sudah dikenal, ketika seorang investor mengetahu risiko (risk) dan keuntungan (return) pada 26 suatu instrumen investasi, investor cenderung lebih yakin dan akan mengikuti jenis investasi tersebut. Penelitian Wiwik dan Iramani (2013), menunjukkan bahwa familiarity dan interaksi sosial merupakan pengaruh eksternal yang dapat memengaruhi pemilihan jenis investasi, serta para responden menyetujui bahwa saat berinvestasi, investor memilih instrumen investasi yang dikenal. Penelitian Iramani dan Dhyka (2008), familiarity merupakan faktor bias penilaian yang membentuk perilaku investor dalam transaksi jual beli saham. Investor saat menilai saham berdasarkan karena sesuatu yang sudah dikenal. 2.2.10 Pengaruh Persepsi Risiko terhadap Keputusan Investasi Persepsi Risiko merupakan faktor yang penting dalam menilai suatu risiko saat mengambil keputusan investasi saat keadaan yang tidak pasti. Penelitian Dewi (2014), yang menunjukkan bahwa risk perception berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi. Hubungan persepsi risiko dengan pengambilan keputusan investasi berkorelasi positif. Hubungan tersebut menujukkan bahwa apabila seorang investor memiliki persepsi risiko yang tinggi pada pengambilan keputusan investasi seharusnya akan cenderung memiliki sikap yang berhati-hati, namun kenyatannya masih terdapat investor yang tetap mengambil suatu keputsan meskipun sebenenarnya mereka tahu bahwa keputusan tersebut berisiko tinggi. Hal tersebut mungkin terjadi karena investor telah mempunyai pengalaman yang cukup banyak dengan memiliki investasi dalam jangka waktu yang panjang yaitu lebih dari 3 tahun. Dengan lamanya berinvestasi, membuat investor tetap melakukan keputusan yang cenderung berisiko meskipun investor 27 berpersepsi dengan hal tersebut memiliki risiko yang besar. Tingkat religiusitas juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, karena seseorang yang religius akan cenderung optimis dengan mengharapkan keadaan yang baik di masa yang akan datang. Berbeda dengan Penelitian Siti (2013), menunjukkan bahwa persepsi risiko mempunyai hubungan negatif tetapi tidak signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi bagi para wirausaha. Hal tersebut menunjukkan investor menganggap bahwa risiko tersebut adalah lebih dari sedang atau cenderung risk averter. Investor menganggap juga menanam uang tanpa menggunakan jaminan mempunyai risiko yang cukup tinggi. Seseorang cenderung mendefinisikan situasi berisiko apabila mengalami kerugian akibat jeleknya suatu keputusan, khususnya jika kerugian tersebut berdampak pada situasi keuangannya. Sehingga investor cenderung takut serta membutuhkan banyak pertimbangan saat mengambil keputusan investasi. 2.3 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini di susun untuk mengetahui apakah ada pengaruh literasi keuangan, representativeness, familiarity, dan persepsi risiko terhadap pengambilan keputusan invetasi di Surabaya dan Sidoarjo. Hal ini dapat dilihat pada kerangka pemikiran gambar 2.1 28 Literasi Keuangan (+) (+/-) Representativeness Pengambilan Keputusan Investasi (+) Familiarity (+/-) Persepsi Risiko Gambar 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dibentuk di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H1 : Literasi keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi H2 : Representativeness berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi H3 : Familiarity berpengaruh positif signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi H4 : Persepsi risiko berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi