Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap

advertisement
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL
MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
4.1
Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3
Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 1990-an secara umum
dinilai sangat fenomenal. Hal ini antara lain tercermin dari pergerakan PDB yang
selalu mengalami kenaikan secara signifikan. Berdasarkan Gambar 4.1 dapat
dilihat bahwa secara umum PDB dari enam Negara ASEAN+3 selama tahun 1970
sampai dengan tahun 1997 menunjukkan tren yang meningkat dari tahun ke tahun.
Awalnya enam Negara ASEAN+3 kecuali Jepang mempunyai nilai PDB yang
relatif sama. Namun semenjak tahun 1985, Korea Selatan mengalami peningkatan
PDB yang sangat signifikan. Ini terlihat pada tahun 1990, nilai PDB Korea
Selatan hampir tiga kali PDB Indonesia.
PDB Negara Jepang pada tahun awal
penelitian yaitu tahun 1970, nilainya hampir 35 kali rata-rata nilai PDB keenam
negara lainnya. World Bank dalam Arifin (2008) mengemukakan bahwa negaranegara yang termasuk dalam kelompok pertumbuhan ekonomi yang mengesankan
(High Performing East Asian Economies/HPAEs), mencapai pertumbuhan
ekonominya yang tinggi dengan berpijak pada landasan yang tepat (getting the
basics right).
9 8 Miliar US$
7 6 5 4 3 2 1 Ind
Mal
Sgp
Tahun
Thai
Phil
Kor
Sumber: IFS diolah (Jepang tidak dimasukkan)
Gambar 4.1 Perkembangan PDB riil Negara ASEAN+3 tahun 1970-2008
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
1984
1982
1980
1978
1976
1974
1972
1970
‐
52 Dasar pijakan tersebut antara lain:
1
Kebijakan pembangunan yang tangguh secara fundamental dan konsisten
dalam penerapannya.
2
Kinerja makroekonomi yang cukup baik dan stabil (antara lain PDB per
kapita, tingkat inflasi, cadangan devisa, tingkat utang luar negeri dan
kestabilan nilai tukar) mampu menarik arus masuk modal yang berkualitas.
3
Kebijakan restrukturisasi dan deregulasi sistem keuangan, khususnya
perbankan, mampu mendorong peningkatan tabungan domestik untuk
mendukung sektor pembiayaan dan investasi domestik di negara-negara
HPAEs.
4
Peningkatan secara cepat kualitas dan produktivitas sumber daya manusia
5
Menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk di HPEAs dibanding dengan
negara berkembang lainnya.
Berdasarkan data pertumbuhan PDB dalam rentang waktu 1990-2007
(Gambar 4.2) menunjukkan bahwa ketujuh negara tersebut rata-rata mengalami
tingkat pertumbuhan PDB yang cukup bervariasi. Rata-rata tingkat PDB tertinggi
diantara ketujuh Negara ASEAN+3 adalah Singapura kemudian diikuti Malaysia,
Korea Selatan, Thailand, Indonesia, Philipina dan Jepang.
15
10
‐10
‐15
Tahun
Ind
Mal
Sgp
Thai
Phil
Sumber: IFS diolah
Gambar 4.2 Tingkat pertumbuhan PDB
Kor
Jpn
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
‐5
1991
0
1990
Persen
5
53
Tingkat pertumbuhan PDB sampai dengan tahun 1995 di Negara ASEAN+3
kecuali Jepang mencapai level tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu
berada pada tingkat pertumbuhan antara 5% hingga 10%. Persentase PDB ini
terus mengalami penurunan hingga mencapai titik terendah pada tahun 1998,
yaitu ketika krisis ekonomi menerpa hampir seluruh negara di kawasan Asia
Tenggara. Indonesia mengalami dampak krisis yang terbesar.
Tanda-tanda krisis mulai nampak pada bulan Juli 2007 menyusul terjadinya
gejolak nilai tukar yang meruntuhkan perekonomian Thailand. Mata uang regional
mulai mengalami tekanan depresiatif dan terus bergejolak sebagai pertanda awal
terjadinya efek menular (contagion effect). Faktor pemicu gejolak tersebut secara
besar dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. enam
Enam faktor yang memengaruhi dari sisi permintaan (Arifin 2008) yaitu:
1
Krisis keuangan dan moneter di Thailand memicu pelarian modal keluar dari
kawasan karena menganggap ASEAN memiliki masalah yang sama.
2
Tingginya permintaan terhadap dolar yang berkaitan dengan besarnya
kewajiban luar negeri negara-negara kawasan (umumnya swasta) jatuh
tempo.
3
Maraknya spekulasi mata uang regional.
4
Menurunnya kepercayaan investor terhadap prospek dan kemampuan
ekonomi negara-negara di kawasan dalam menghadapi gejolak keuangan.
5
Kecenderungan menguatnya nilai dolar terhadap hampir seluruh mata uang
dunia sehingga mendorong investor mengalihkan dananya ke mata uang
dolar.
6
Maraknya isu-isu non-ekonomis yang memicu sentimen negatif, misalnya
terjadinya gejolak politik di beberapa negara kawasan.
4.2
Komposisi PDB
Komposisi PDB dari sisi permintaan terdiri dari konsumsi, pengeluaran
pemerintah, investasi dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor). Pasca krisis
ekonomi pada tahun 1998, faktor-faktor pertumbuhan ekonomi secara umum
menunjukkan perbaikan, meskipun dengan pola dan level yang berbeda antara
Negara ASEAN+3 (Gambar 4.3).
54 Indonesia
Milyar Rp
16000
12000
8000
4000
0
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
C
G
I
Malaysia
Juta Dolar Singapura
6000
Juta Ringgit
5000
4000
3000
2000
1000
X
6000
4000
3000
2000
1000
0
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
G
I
X
M
C
Thailand
60.00 Milyar Peso
Milyar Bath
40.00 30.00 20.00 10.00 ‐
30
20
10
0
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
C
G
I
X
M
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
C
G
I
X
M
Korea Selatan
Jepang
5000
4000
4000
Milyar Yen
Milyar Won
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
G
I
X
M
Philipina
40
50.00 Singapura
5000
0
C
M
3000
2000
1000
0
C
3000
2000
1000
0
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
G
I
X
M
C
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
G
I
X
M
Gambar 4.3 Perkembangan komposisi PDB masing-masing negara
Ind
Mal
Sgp
Thai
Phil
Kor
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
80
75
70
65
60
55
50
45
40
35
30
1990
Persen
55
Jpn
Sumber: IFS diolah
Gambar 4.4 Peranan konsumsi terhadap PDB
Komposisi PDB di Indonesia, Philipina, Korea Selatan dan Jepang masih ditandai
dengan tingginya konsumsi swasta. Pada keempat negara ini pertumbuhan
konsumsi tetap tinggi baik sebelum maupun sesudah krisis. Pola berbeda
ditunjukkan Thailand, pasca krisis nilai ekspor mendominasi sisi permintaan,
meskipun disertai dengan kenaikan signifikan impor, menggantikan konsumsi
swasta. Malaysia dan Singapura menunjukkan pola yang berbeda, dengan ekspor
dan impor mendominasi baik sebelum maupun setelah krisis dengan surplus trade
balance makin besar.
4.3
Konsumsi Swasta
Peranan konsumsi di Negara ASEAN+3 masih memegang peranan besar
dalam pertumbuhan ekonomi baik sebelum maupun setelah krisis. Berdasarkan
Gambar 4.4 terlihat bahwa hampir diatas 40% peranan konsumsi terhadap PDB.
Pangsa konsumsi terbesar terjadi di Philipina dengan pangsa sebesar 70%, diikuti
oleh Indonesia. Peranan konsumsi terhadap PDB di Indonesia lebih berfluktuasi
jika dibandingkan dengan Jepang, Thailand dan Korea Selatan yang relatif stabil.
Peranan konsumsi terendah terjadi di Singapura dengan rata-rata 42%.
Khusus Indonesia, periode tahun 1990–1996 disebut juga dengan fase non
oil boom. Peranan nonmigas sangat dominan dibandingkan dengan migas. Oleh
56 karena itu pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga cukup tinggi.
Sementara itu pengeluaran pemerintah tidak mengalami pertumbuhan secepat
konsumsi rumah tangga karena didukung oleh sektor swasta dan sekaligus
investasi yang dinyatakan dalam pembentukan modal tetap bruto. Walaupun
ekspor sudah cukup tinggi, namun kecepatan impor masih lebih besar daripada
ekspor.
Jika dilihat dari distribusi komponen penyusunnya, persentase terbesar
didominasi oleh konsumsi rumahtangga, seperti halnya negara-negara lain di
dunia. Pada masa ketergantungan terhadap non migas tahun 1990–1996 kontribusi
pengeluaran rumah tangga mengalami kenaikan, walaupun pada tahun 1990–1993
sempat menurun, yaitu dari sebesar 54.35% tahun 1990 menjadi 52.43% tahun
1993. Kenaikan cukup tinggi terjadi pada tahun 1996 menjadi 61.13%. Persentase
konsumsi rumah tangga terus meningkat hingga pada masa krisis yang terjadi
pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan dengan konsumsi rumahtangga sebesar
73.94% pada tahun 1999. Sejalan dengan kemajuan perekonomian, pengeluaran
untuk konsumsi rumahtangga cenderung menurun hingga pada tahun 2008
sebesar 60.95%.
4.4
Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh
pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Belanja pemerintah mencakup upah
pekerja pemerintah dan pembelanjaan untuk kepentingan umum. Peranan terbesar
pengeluaran pemerintah terhadap PDB terjadi di Jepang, peranan pengeluaran
pemerintah hampir mencapai 20%. Sedangkan untuk negara yang lainnya kurang
dari 15%, terlihat pada Gambar 4.5.
Peranan pengeluaran pemerintah terhadap PDB di Indonesia relatif lebih
kecil dibandingkan negara yang lain. Kontribusi pengeluaran konsumsi
pemerintah merupakan komponen yang diatur khusus dengan sistem sehingga
besarnya relatif stabil, dengan flukutuasi sesuai dengan kondisi perekonomian dan
sosial budaya serta politik yang sedang terjadi. Justru pada waktu krisis moneter
pada tahun 1998, konsumsi pemerintah Indonesia mengalami penurunan
persentase hingga mencapai 5.69% pada tahun tersebut.
57
21
19
Persen
17
15
13
11
9
7
Ind
Mal
Sgp
Thai
Phil
Kor
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
5
Jpn
Sumber: IFS diolah
Gambar 4.5 Peranan pengeluaran pemerintah terhadap PDB
4.5
Investasi
Secara umum pertumbuhan tingkat investasi riil di ASEAN+3 pada saat
setelah krisis mengalami perlambatan. Melambatnya pertumbuhan investasi
menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut. Hal
ini tercermin dari rasio pembentukan modal tetap bruto terhadap PDB yang
cenderung menurun setelah terjadinya krisis ekonomi (Gambar 4.6). Negara
Malaysia sempat mengalami peranan investasi terhadap PDB yang tertinggi pada
tahun 1995 sampai tahun 1997 sebesar 43%. Peranan investasi terhadap PDB
yang relatif stabil terjadi di Korea Selatan, dengan peranan rata-rata sebesar 30%
setelah krisis ekonomi.
Belum
kembalinya
investasi
ke
level
sebelum
krisis
meskipun
perekonomian sudah membaik mencerminkan efek jangka panjang dari krisis
terhadap perekonomian Negara ASEAN+3. Terhadap fakta tersebut, Barro dalam
Arifin (2008) mengemukakan bahwa dampak krisis terhadap penurunan
pertumbuhan ekonomi dan investasi dapat berlangsung dalam jangka panjang.
Fenomena yang terjadi di negara-negara Asia yang terkena krisis sejalan dengan
temuan Barro tersebut. Fenomena di negara-negara tersebut menunjukkan bahwa
efek krisis nilai tukar dapat dengan segera terhenti namun dampak dari krisis
perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi dan investasi berlangsung lebih lama.
58 50
45
Persen
40
35
30
25
20
15
Ind
Mal
Sgp
Thai
Phil
Kor
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
10
Jpn
Sumber: IFS diolah
Gambar 4.6 Peranan investasi terhadap PDB
4.6
Inflasi
Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu
negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
ekspor-impor, cadangan devisa, utang luar negeri dan kestabilan nilai tukar.
Sebelum krisis ekonomi melanda Asia pada tahun 1997, inflasi di negara-negara
ASEAN+3 relatif stabil (rata-rata dibawah 10%) dan cenderung menurun, kecuali
Philipina yang tingkat inflasinya pada tahun 1991 sebesar 18.49%, terlihat pada
Gambar 4.7. Tingkat inflasi pada periode 1990-an hingga tahun 1997 yang dinilai
cukup stabil di kawasan ASEAN+3 pada saat itu. Ini menjadi salah satu indikator
yang memberikan gambaran kepada dunia, betapa perekonomian ASEAN+3 pada
saat itu dalam kondisi yang sangat baik. Kondisi ini dibuktikan dengan
kemampuan negara-negara tersebut untuk terus mempertahankan tingkat inflasi
pada level satu digit. Kestabilan tersebut, memberikan efek positif antara lain
berupa kepastian usaha bagi para investor asing yang akan menanamkan
modalnya dikawasan ASEAN+3, sehingga di era 1990-an kawasan Asia dinilai
merupakan kawasan yang paling menarik dan sangat menjanjikan.
59
70
60
50
Indeks
40
30
20
10
0
‐10
Ind
Mal
Sgp
Thai
Phil
Kor
Jpn
Sumber: IFS diolah
Gambar 4.7 Tingkat inflasi negara-negara ASEAN+3
Kondisi tersebut bertolak belakang ketika di pertengahan tahun 1997 krisis mulai
menerpa negara-negara di ASEAN+3. Saat itu rata-rata seluruh nilai tukar uang
lokal negara-negara di kawasan ASEAN+3 cenderung terus merosot tajam
terhadap dolar Amerika (USD). Hal ini sebagai dampak dari terus membanjirnya
jumlah mata uang lokal yang dilepas di pasaran secara bersamaan oleh para
spekulan, sehingga menyebabkan tingkat inflasi yang sudah relatif stabil tersebut
kemudian menjadi tinggi pada akhir tahun 1997 hingga akhir tahun 1999.
Diantara negara-negara di kawasan ASEAN+3, Indonesia merupakan
negara yang mengalami peningkatan inflasi yang paling tajam, yaitu dari 6.22%
pada tahun 1997 meningkat menjadi 58.39% pada tahun 1998. Indonesia di era
1990-an dinilai mempunyai fundamental mikroekonomi yang lebih kuat
dibanding Thailand pada saat itu, ternyata tidak mampu membendung dampak
dari krisis ekonomi yang menghantam Thailand dengan memburuknya nilai baht
Thailand terhadap USD. Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 1999 terus
membaik dari 58.39% tahun 1998 menjadi 20.48% tahun 1999, namun belum
sepenuhnya pulih ke tingkat yang lebih stabil (di bawah 10%) seperti era 1990-an.
Setelah tahun 2000-an inflasi Indonesia relatif berfluktuasi, inflasi terendah terjadi
pada tahun 2000 sebesar 3.72% dan terbesar pada tahun 2006 dengan inflasi
60 sebesar 13.11%. Negara-negara yang lainnya mempunyai tingkat inflasi dibawah
10%.
4.7
Suku Bunga
Perkembangan suku bunga deposito dari tahun 1990-2008, Indonesia
cenderung tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN+3 lainnya,
seperti terlihat pada Gambar 4.8. Sebelum krisis ekonomi melanda Asia tahun
1998, pergerakan suku bunga relatif stabil, ketika terjadinya krisis ekonomi suku
bunga di semua negara kecuali Jepang mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Suku bunga di Indonesia pada tahun 1998 sampai pada level 39.07%, ini jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lainnya. Pada tahun yang sama,
tingkat suku bunga di Korea Selatan sebesar 13.29% diikuti Philipina sebesar
12.11%. Umumnya setelah krisis ekonomi, tingkat suku bunga di masing-masing
negara ASEAN+3 lebih rendah jika dibandingkan dengan sebelum krisis. Suku
bunga terendah terjadi di Jepang, rata-rata suku bunga selama 19 tahun adalah
1.02%, selanjutnya di Singapura dengan rata-rata 2.17%.
45
40
35
Persen
30
25
20
15
10
5
Ind
Mal
Sgp
Thai
Phil
Kor
Jpn
Sumber: IFS diolah
Gambar 4.8 Tingkat suku bunga negara-negara ASEAN+3
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
0
Download