BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia membawa beberapa perubahan
dalam sistem pengelolaan keuangan negara, salah satunya adalah munculnya model
pengelolaan keuangan baru yang ditujukan kepada instansi pemerintah yang bertujuan
menghasilkan barang dan/atau jasa kepada masyarakat secara langsung, model pengelolaan
keuangan tersebut adalah Badan Layanan Umum/Daerah (BLU/D). Pasal 1 angka 23 undangundang no. 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara mendefinisikan BLU sebagai
instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Latar belakang dibentuknya pengelolaan keuangan BLU/D adalah kondisi
pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara negara dirasa belum memuaskan
masyarakat. Pelayanan publik yang buruk membuat citra yang tidak baik bagi pemerintah dan
memberikan dampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Instansi pemerintah yang menerapkan pengelolaan keuangan BLU/D diberikan
keleluasaan pengelolaan keuangan BLU pada batas-batas tertentu yang dapat dikecualikan
dari ketentuan yang berlaku umum. Peraturan menteri dalam negeri nomor 61 tahun 2007
tentang pedoman teknis pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah menjadi
pedoman bagi instansi pemerintah daerah yang menerapkan pengelolaan keuangan BLUD.
Permendagri 61/2007 tersebut mengatur tentang fleksibilitas yang diberikan kepada instansi
pemerintah daerah yang menerapkan pengelolaan keuangan BLUD diantaranya penggunaan
dana secara langsung, kewenangan pengadaan barang dan/atau jasa diluar ketentuan yang
1
2
berlaku, pengelolaan piutang dan utang, pegawai BLUD dari kalangan non PNS serta
kewenangan investasi dan kerjasama dengan pihak ketiga. Esensi dari pengelolaan keuangan
BLUD adalah efektivitas dan efisiensi anggaran, adanya fleksibilitas yang diberikan kepada
instansi yang menerapkan BLUD diharapkan mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi
dalam pengelolaan anggaran.
Pasal 1 angka 1 Permendagri 61/2007 mendefinisikan BLUD sebagai satuan kerja
perangkat daerah atau unit kerja pada satuan kerja perangka daerah di lingkungan pemerintah
daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa. Berdasarkan definisi tersebut disimpulkan bahwa persyaratan pertama
instansi pemerintah yang dapat menerapkan pengelolaan BLUD adalah unit organisasi yang
mempunyai tujuan memberikan pelayanan baik menjual barang dan atau jasa secara langsung
kepada masyarakat, salah satunya adalah rumah sakit. Pasal 1 angka 1 undang-undang nomor
44 tahun 2009 tentang rumah sakit, mendefinisikan rumah sakit sebagai institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pasal 7 angka 3 UU
tersebut, dijelaskan juga rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah (pusat) maupun
pemerintah daerah harus dikelola dengan pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) atau
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Rumah sakit mempunyai tugas dan fungsi memberikan pelayanan dibidang kesehatan
selalu dituntut untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cepat, tepat dan
cermat. Kecepatan dalam memberikan pelayanan tentunya harus didukung dengan
administrasi pengelolaan keuangan yang tepat, cepat dan benar. Permasalahan klasik selama
ini yang dihadapi oleh manajemen rumah sakit adalah administrasi pengelolaan keuangan
yang berbelit belit sehingga menyita waktu dan tenaga, sedangkan dilain pihak pelayanan
kesehatan mutlak dilakukan secepatnya. Pengelolaan keuangan BLUD yang memberikan
3
fleksibilitas diharapkan mampu mengatasi semua kendala yang dihadapi oleh rumah sakit.
Rumah sakit dengan pengelolaan keuangan BLUD memberikan perubahan tidak hanya dalam
bidang pengelolaan keuangan semata namun juga memberikan perubahan dibidang sumber
daya manusia, sistem manajemen hingga hubungan dengan stakeholder. Rumah sakit dapat
langsung menggunakan pendapatan operasionalnya secara langsung tanpa harus disetor
terlebih dahulu ke kas daerah, rumah sakit dapat mengelola piutang, utang dan investasi dan
bahkan dapat menyusun kebijakan pengadaan barang dan jasa sendiri yang tentunya tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku dan ditetapkan oleh peraturan kepala daerah,
dengan segala keleluasaan tersebut pantas kiranya harapan akan meningkatnya kualitas
pelayanan kesehatan menjadi tinggi.
Permendagri 61/2007 sebagai pedoman dalam pengelolaan keuangan BLUD, mengatur
implementasi pengelolaan keuangan BLUD bagi SKPD yang menerapkan BLUD. Peraturan
tersebut secara jelas mengatur pengelolaan keuangan BLUD mulai dari asas dan tujuan,
persyaratan unit organisasi yang akan menerapkan pengelolaan BLUD, tata kelola organisasi,
standar pelayanan minimal, perencanaan strategis organisasi, penganggaran, pelaksanaan
anggaran, hingga pelaporan pertanggungjawaban dan evaluasi kinerja. Peraturan tersebut
memberikan gambaran dan pedoman bagi rumah sakit tentang bagaimana pengelolaan
keuangan BLUD yang benar. Implementasi pengelolaan keuangan BLUD yang tepat sesuai
dengan peraturan semakin mendekatkan rumah sakit kepada manfaat yang diharapkan dan
tujuan yang ingin dicapai sedangkan implementasi yang tidak tepat sesuai dengan peraturan
maka akan semakin mendekatkan rumah sakit kedalam jurang permasalahan baru. Kasus
sederhana adalah rumah sakit diberikan kewenangan mengelola utang dari pihak ketiga, jika
tidak dikelola dengan baik bukan tidak mungkin rumah sakit mengalami “kebangkrutan”
dikarenakan gagal bayar. Evaluasi yang dilakukan oleh kepala daerah yang diatur dalam
Permendagri 61/2007 juga menyebutkan bahwa unit organisasi yang telah menerapkan
4
BLUD dapat dicabut atau diturunkan status BLUD unit organisasi tersebut. Keputusan
pencabutan atau penurunan status BLUD tersebut didasari oleh evaluasi yang dilakukan
setiap tahunnya melihat tingkat pencapaian hasil pengelolaan BLUD. Oleh karena itu
pemahaman atas implementasi pengelolaan keuangan BLUD menjadi sangat krusial bagi
seluruh elemen rumah sakit.
Implementasi yang tepat dimulai dari dipenuhinya seluruh persyaratan dengan benar,
kemudian telah disusun perencanaan strategis jangka menengah, penganggaran tahunan
dengan mempertimbangkan perencanaan strategis jangka menengah, penyusunan kebijakan
atas pengelolaan pendapatan, piutang, utang dan investasi, pengadaan barang dan jasa serta
kebijakan akuntansinya dan tentunya bagaimana kebijakan-kebijakan tersebut diterapkan
dengan tepat. Tidak sedikit rumah sakit yang diberikan kewenangan pengelolaan keuangan
BLUD namun tidak memahami “roh” dari pengelolaan keuangan BLUD sesungguhnya
berdasarkan Permendagri 61/2007, mereka masih terjebak dalam pengelolaan keuangan yang
lama yang cenderung berbelit-belit dan tidak efisien, dengan demikian maka esensi dari
pengelolaan keuangan BLUD yang menekankan pada efisiensi anggaran hingga peningkatan
pelayanan tidak akan terlaksana.
Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi Kabupaten Jember merupakan rumah sakit
milik Pemerintah Daerah Kabupaten Jember yang telah menerapkan pengelolaan keuangan
BLUD
sejak
tahun
2011
berdasarkan
Keputusan
Bupati
Jember
nomor
188.45/111.4/012/2011 tentang rumah sakit daerah dr. Soebandi sebagai badan layanan
umum dengan status penuh. Masyarakat kabupaten Jember mempunyai harapan dengan
penerapan pengelolaan BLUD di RSD dr. Soebandi akan semakin meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan rumah sakit sedangkan stakeholder rumah sakit lainnya seperti
pemerintah daerah dan anggota dewan selain mempunyai harapan meningkatnya kualitas
pelayanan kesehatan, mereka juga mempunyai harapan bahwa kedepannya rumah sakit bisa
5
mandiri secara finansial, tidak bergantung lagi pada APBD, namun dalam pelaksanannya,
RSD dr. Soebandi belum mampu memenuhi harapan yang dibebankan. Hal ini tercermin dari
kutipan perkataan dari Ketua Fraksi Hanura-Demokrat DPRD Jember, Hariana, dari portal
berita www.beritajatimnews.com
“Sebagai badan layanan umum daerah (BLUD), RSD dr. Soebandi memiliki
proyeksi penerimaan Rp 154 miliar pada 2015. Seharusnya RSD dr. Soebandi secara
bertahap harus bisa mandiri, sehingga alokasi anggaran APBD asli bisa digunakan
untuk kegiatan kemasyarakatan lain”
Berdasarkan dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa RSD dr. Soebandi belum mampu
mandiri secara finansial, RSD dr. Soebandi masih bergantung pada APBD kabupaten Jember
untuk pos-pos kegiatan tertentu. Hal ini sebenarnya wajar karena RSD dr. Soebandi baru
berumur lima tahun sejak ditetapkan menjadi BLUD status penuh sehingga masih perlu
dukungan dari pemerintah daerah dalam hal pendanaan. Harapan pada masa mendatang, RSD
dr. Soebandi dapat mandiri secara finansial dengan pengelolaan keuangan BLUD yang benar
sesuai dengan Permendagri 61/2007. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini diberi
judul “Kajian Atas Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, rumusan penelitian yang diangkat adalah
sebagai berikut:
1) Bagaimana implementasi pengelolaan keuangan BLUD berdasarkan Permendagri nomor
61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember?
2) Bagaimana perbandingan kinerja RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember sebelum menjadi
BLUD dan setelah menjadi BLUD?
6
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai adalah
1) Mengetahui implementasi pengelolaan keuangan BLUD berdasarkan Permendagri
nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
2) Membandingkan kinerja RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember sebelum menjadi BLUD
dan setelah menjadi BLUD.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Manajemen RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
dalam membuat kebijakan dan keputusan yang kontruktif terkait pengelolaan keuangan
BLUD yang tujuan akhirnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit.
2) Akademisi
Sebagai bahan literatur bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.5. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah implementasi PPK BLUD difokuskan pada:
1. Perencanaan dan penganggaran:
a) Perencanaan yang akan diteliti berupa dokumen Rencana Strategi Bisnis (RSB)
RSD dr. Soebandi tahun 2013 sampai dengan 2017.
b) Penganggaran yang akan diteliti berupa dokumen Rencana Bisnis dan Anggaran
(RBA) RSD dr. Soebandi tahun 2015 (perubahan).
2. Implementasi PPK BLUD berupa:
a) Pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan ambang batas
7
b) Pengelolaan pendapatan dan biaya
c) Pengelolaan piutang dan utang
d) Pengadaan barang dan jasa
e) Pengelolaan kerjasama
f) Kebijakan akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban
g) Kewenangan remunerasi,
h) Kewenangan pegawai non PNS tahun 2012 hingga 2015.
3. Pengukuran kinerja rumah sakit menggunakan metode balanced score card dengan
empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
pertumbuhan dan pembelajaran dengan tahun penilaian yaitu sebelum penerapan
PPK BLUD tahun 2008 hingga 2010 serta setelah penerapan PPK BLUD tahun 2012
hingga 2015.
1.6. Orisinalitas Penelitian
Penelitian ini menguji implementasi pola pengelolaan keuangan BLUD ditinjau dari
aspek perencanaan dan pengganggaran serta fleksibilitas pengelolaan keuangan BLUD.
Penelitian tentang kajian tersebut tidak banyak dilakukan sebelumnya. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1.
Wildana, Maidin, dan A. Pasinringi (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
“Kajian Implementasi Penerapan Badan Layanan Umum di RS.DR.Tadjuddin
Chalid Makasar Tahun 2012” menyajikan kajian terhadap pengaruh penerapan
BLUD terhadap indikator yang telah ditetapkan yaitu Rentabilitas, Likuiditas,
Solvabilitas, Kemampuan Penerimaan dari jasa layanan untuk membiyai
pengeluaran rumah sakit, kualitas kerja, produktifitas, kehadiran, bisa diandalkan
dan kemandirian.
8
2.
Puspadewi dan Rosidi (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analis
Implementasi Pengelolaan Keuangan BLUD dan Dampaknya Terhadap Kinerja
Pada Rumah Sakit Umum Daerah Ngajuk” meneliti implementasi semua persyaratan
PPK BLUD yang meliputi tata kelola, rencana strategi bisnis, standar pelayanan
minimal dan laporan keuangan serta meneliti terkait dengan perubahan yang terjadi
di rumah sakit berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, yaitu diantaranya
finansial, kepuasan pelanggan dan efisiensi pelayanan.
3.
Surianto dan Trisnanto (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi
Penerapan Kebijakan Badan Layanan Umum Daerah di RSUD Undata Propinsi
Sulawesi Tengah” memfokuskan analisa terhadap dokumen persyaratan substantif,
teknis dan administratif sesuai dengan Permendagri 61/2007. Peneliti mengevaluasi
penerapan pengelolaan BLUD berdasarkan dari pola tata kelola, rencana strategi
bisnis, standar pelayanan minimal dan laporan keuangan.
1.7. Sistematika Penulisan
Skripsi ini ditulis menurut sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I
: Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,
orisinalitas penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II
: Kerangka Teoritis
Bab ini menguraikan tentang beberapa konsep dasar landasan teori
dan tinjauan pustaka sehubungan dengan pembahasan masalah serta
kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini.
9
Bab III
: Metode Penelitian
Bab ini menguraikan menguraikan tentang rancangan penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan
sumber data serta analisis data.
Bab IV
: Gambaran Umum Rumah Sakit
Bab ini menguraikan tentang sejarah singkat rumah sakit, profil
rumah sakit, struktur organisasi serta tugas dan fungsi rumah sakit.
Bab V
: Pembahasan
Bab yang menjelaskan hasil kajian atas implementasi pola
pengelolaan keuangan BLUD serta kinerja RSD dr. Soebandi.
Bab VI
: Penutup
Bab yang menguraikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan serta saran – saran yang dapat
menjadi alternatif bagi obyek penelitian.
Download