Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 6, No. 3, Desember 2008 : Hal. 196 - 199 I S S N . 1 6 9 3 - 2 5 8 7 Jurnal Oftalmologi Indonesia JOI Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 6, No. 3, Desember 2008 197 JOI Intralenticular Foreign Body INTRALENTICULAR FOREIGN BODY IN PENETRATING INJURY Wimbo Sasono, Laksono Bagus Sasmito, Miftakhur Rochmah Department of Ophthalmology Medical Faculty Airlangga University / Dr.Soetomo General Hospital Surabaya ABSTRACT Objective: To report an unusual case and successful management of intralenticular foreign body extraction followed by phacoemulsification and intraocular lens implantation in penetrating injury patient. Methods: Case report, a thirty four years old woman was referred from Sidoarjo general hospital with penetrating injury in the right eye pricked by copper wire 4 hours before coming to the hospital. Visual acuity in right eye was finger counting in the 2 metres. Ophthalmologic examination showed vulnus ictum in the upper eyelid. Subconjunctival hemorrhage and anterior intralenticular yellowish foreign body was identified with slit - lamp examination. Patient was admitted to the hospital for planning foreign body extraction with local anesthesia. We had done intralenticular foreign body extraction followed by phacoemulsification procedure with intra ocular lens implantation. Result: Best corrected visual acuity ( BCVA ) in the right eye improved as it became 5/5 with S-1.25 C-1.50 A 90º. Systemic steroid had been successfully tappered off without any sign of inflammation in the anterior segment until minimal dose ( 1 X 4 mg ) as it was needed to control the inflammation reaction. Conclusion: Foreign body extraction followed by phacoemulsification procedure may give good result for penetrating injury with foreign body inside the lens. Keywords: intralenticular foreign body, foreign body extraction, phacoemulsification. Correspondence: Laksono Bagus Sasmito, c/o: Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSU Dr. Soetomo. Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya 60286. E-mail: akibat adanya benda asing yang tertinggal didalam bola mata. Salah satunya adalah yang mengenai lensa, baik didalam maupun dikapsul dari lensa.1,2 Sekitar 5 % dari semua benda asing dalam bola mata akibat trauma tembus mata terdapat pada lensa. Dan dari kesemuanya, benda asing berupa tembaga menempati urutan terbanyak yaitu sekitar 80-85 %. Adanya tembaga sebagai benda asing juga menyebabkan komplikasi yang tidak ringan karena tembaga termasuk jenis benda asing dalam bola mata yang bisa menyebabkan reaksi inflamasi yang berat. PENDAHULUAN Mata merupakan salah satu organ manusia yang terekspos dengan dunia luar yang mau tidak mau akan rentan untuk mendapatkan trauma dari luar dan tentu saja akan mengakibatkan penyulit hingga dapat mengganggu fungsi penglihatan. Trauma dapat berupa trauma tumpul, tembus, kimia maupun radiasi dimana hal ini dapat mengenai semua jaringan mata tergantung berat ringannya trauma yang terjadi. Trauma yang terjadi selain bisa merusak jaringan mata juga bisa menyebabkan komplikasi-komplikasi lain yang mungkin terjadi 1 196 Penanganan benda asing dalam bola mata perlu memperhatikan banyak hal antara lain jenis trauma, tajam penglihatan, komplikasi yang terjadi, komposisi dari benda asing, besar dan posisi benda asing, serta apakah benda asing tersebut dapat diekstraksi tanpa menimbulkan kesulitan untuk perbaikan struktur bola mata. Pemeriksaan dengan slit lamp merupakan sangat penting untuk melihat adanya kelainan dari lensa serta kelainan-kelainan lain yang menyertai seperti adanya prolap dari vitreous ataupun yang lain. Pengambilan benda asing berupa tembaga dikategorikan sebagai emergency basis, dimana bila tembaga ini tidak segera diambil akan menimbulkan deposisi dari tembaga atau chalcosis. Perlu tidaknya pengangkatan lensa masih menjadi perdebatan tetapi banyak ahli yang mengemukakan bahwa lensa tidak perlu diekstraksi bila tidak ada katarak yang terjadi dan atau bila kapsul anterior maupun posterior masih utuh atau walaupun ada lesi tetapi lesi tersebut masih bisa menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Bila lensa diekstraksi pemilihan tehnik tergantung operator baik lensektomi, ECCE, ICCE, atau kebanyakan kasus dapat memilih melakukan phakoemulsifikasi dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya komplikasi prolap dari vitreous selama operasi.1,2,3,4,5 Kasus dengan trauma tembus dengan adanya benda asing dalam lensa memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan baik bagi penderita maupun operator. Mulai penegakan diagnosa sampai penanganan setelah operasi perlu mendapatkan perhatian lebih dikarenakan sedikit kesalahan baik sebelum maupun setelah operasi bisa menyebabkan kerusakan lebih lanjut dari mata. TATA LAKSANA KASUS Seorang wanita berumur 34 tahun rujukan dari RS Umum Sidoarjo dengan trauma mekanik tajam pada mata kanan dan didapatkan korpus alienum kawat tembaga diantara lensa dan iris. Dari anamnesa didapatkan pasien terkena pentalan kawat tembaga dengan diameter ± 2 mm pada waktu menggulung kumparan pompa air sejak 4 jam sebelum datang ke RSU dr Sutomo. Pasien mengeluh mata kanannya nyeri, silau, pandangan kabur dan mengeluarkan darah pada kelopak matanya. Dari pemeriksaan fisik di IRD RSU dr Sutomo didapatkan tajam penglihatan mata kanan 2 meter hitung jari dengan pinhole 6/20 sedangkan mata kiri 6/30 dengan pinhole 6/6. Penderita mempunyai riwayat memakai kacamata. Sedangkan tekanan intra okuli mata kanan sedikit lebih rendah yaitu 12,2 mmHg dan mata kiri 17,3 mmHg. Dari pemeriksaan segmen anterior mata kanan didapatkan laserasi pada palpebra atas berupa titik dengan diameter ± 0.5 mm yang merupakan port d'entry dari korpus alienum, konjungtiva yang hiperemia, perdarahan subkonjungtiva, serta didapatkan korpus alienum berupa serpihan kawat tembaga diantara lensa dan iris. A B C Gambar 1. Pemeriksaan fisik sebelum operasi: a. port d' entry pada medial kelopak mata atas, b. port d' entry pada sklera, c. tampak benda asing berupa tembaga melintang di belakang iris. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 6, No. 3, Desember 2008 Intralenticular Foreign Body Penderita telah di MRS kan dengan pertimbangan akan dilakukan ekstraksi korpus alienum dengan lokal anestesi yang terencana. Selama dirumah sakit penderita mendapat terapi cefotaksim injeksi 1 gr intravena, ATS injeksi 1 ampul intramuskular, dexamethasone injeksi 2 x 1 ampul intravena, atropin tetes mata 2 dd gtt 1 OD serta polyneo-dexa tetes mata 4 dd gtt 1 OD. Dilakukan ekstraksi korpus alienum dalam lensa yang diikuti dengan tindakan phakoemulsifikasi dan pemasangan lensa tanam. Insisi kornea dilakukan dengan keratom pada jam sembilan lalu dilakukan eksplorasi dimana didapatkan korpus alienum serpihan tembaga didalam massa lensa dengan kapsul anterior yang masih intak. Korpus alienum diekstraksi menggunakan utrata dan didapatkan serpihan kawat tenbaga sepanjang kurang lebih 1 cm. Setelah terambil maka dilakukan prosedur phakoemulsifikasi serta pemasangan lensa tanam. Kornea dijahit 1 jahitan dengan nilon 10.0 dan simpul ditanam. Untuk terapi pasca operasi diberikan tetes mata 4 dd gtt 1 OD dan methyl prednisolon 3 X 8 mg (tappering off). Satu hari setelah operasi tajam penglihatan mata kanan membaik menjadi 6/20 dengan pinhole 6/6,6 dan pada segmen anterior didapatkan subkonjungtiva bleeding, kornea jernih dengan 1 jahitan pada jam sembilan serta pupil midriasis karena pemberian atropin. Penderita diperbolehkan pulang 2 hari setelah operasi dengan mendapatkan terapi tambahan methyl prednisolon 3 X 8 mg tappering off dan kontrol ke poli mata 3 hari sesudahnya. Setelah 2 bulan pasca operasi pada segmen anterior tidak didapatkan tanda-tanda inflamasi serta pada pemeriksaan tajam penglihatan didapatkan: 5/40 S 1.25 C - 1.50 A 90º 5/5. 198 JOI DISKUSI Penanganan benda asing dalam bola mata perlu memperhatikan banyak hal antara lain jenis trauma, tajam penglihatan, komplikasi yang terjadi, komposisi dari benda asing, besar dan posisi benda asing, serta apakah benda asing tersebut dapat diekstraksi tanpa menimbulkan kesulitan untuk perbaikan struktur bola mata. Pemeriksaan dengan slit lamp merupakan sangat penting untuk melihat adanya kelainan dari lensa serta kelainan-kelainan lain yang menyertai seperti adanya prolap dari vitreous ataupun yang lain. Pada penderita ini didapatkan benda asing berupa kawat tembaga yang masuk dari kelopak mata atas, menembus sklera dan berhenti di dalam lensa. Tidak ada robekan yang tampak pada kapsul anterior dan posterior, lensa masih terlihat jernih dan belum tampak adanya deposit. Pengambilan benda asing berupa tembaga dikategorikan sebagai emergency basis, dimana bila tembaga ini tidak segera diambil akan menimbulkan deposisi dari tembaga atau chalcosis. Perlu tidaknya pengangkatan lensa masih menjadi perdebatan tetapi banyak ahli yang mengemukakan bahwa lensa tidak perlu diekstraksi bila tidak ada katarak yang terjadi dan atau bila kapsul anterior maupun posterior masih utuh atau walaupun ada lesi tetapi lesi tersebut masih bisa menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Bila lensa diekstraksi pemilihan tehnik tergantung operator baik lensektomi, ECCE, ICCE atau kebanyakan kasus dapat memilih melakukan fakoemulsifikasi dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya komplikasi prolap dari 1,3,4,5 vitreous selama operasi. Gambar 2. Tindakan-tindakan selama operasi: 1. Didapatkan corpus alienum intra lenticular, dilakukan ccc, 2. Pengangkatan corpus alienum menggunakan tying lurus, 3. Corpus alienum berhasil diekstraksi, 4. Post ekstraksi dan phaco. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 6, No. 3, Desember 2008 Intralenticular Foreign Body Pada penderita ini diputuskan untuk dilakukan pengambilan benda asing kawat tembaga, karena lokasinya berada di dalam lensa maka harus dilakukan capsuloreksis untuk membuka kapsul lensa baru kemudian dilakukana ekstraksi benda asing tersebut. Dilanjutkan dengan fakoemulsifikasi dan pemasangan lensa tanam dengan power yang sesuai untuk rehabilitasi tajam penglihatan. Kasus dengan trauma tembus dengan adanya benda asing dalam lensa memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan baik bagi penderita maupun operator. Mulai penegakan diagnosa sampai penanganan setelah operasi perlu mendapatkan perhatian lebih dikarenakan sedikit kesalahan baik sebelum maupun setelah operasi bisa menyebabkan kerusakan lebih lanjut dari mata. 199 JOI DAFTAR PUSTAKA 1. Rapuano C J., Anterior Segment, The Requisites in Ophtalmology, 1th edition Mosby inc, Missouri. 2000, pp 314-316 2. Pavan D, Langston, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 5th edition Lippincott William & Wilkins, Philadelphia. 2002, pp 229-230 3. Kuhn F, Ocular Traumatology, 1th edition Springer Verlag, Berlin.2008, p 245-250 4. Kanski JJ, Uveitis : Clinical Ophtalmology, a Systemic Approach, 7 th editionButterworth Heinemann, USA. 2007, pp 279-280 5. Khaw P.T, Shaw P., Elkington A.R, ABC of Eyes, 4th edition BMJ Publishing Group, London. 2004, pp 150