言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 DAMPAK WARNA TERHADAP PENGUASAAN KANJI MAHASISWA SASTRA JEPANG UNAND Rahtu Nila Sepni dan Gusdi Sastra Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Abstrak Penelitian ini mendeskripsikan tentang pengintegrasian warna dalam pembelajaran kanji. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya penguasaan kanji bagi mahasiswa, namun kebanyakan mahasiswa merasa kesulitan dalam menguasai kanji. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mensiasati agar pelajaran kanji tidak menjadi momok bagi para pembelajar bahasa Jepang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yang dilakukan terhadap mahasiswa yang mengikuti perkuliahan kanji II di Jurusan Sastra Jepang Universitas Andalas. Dari hasil eksperimen tersebut terbukti bahwa nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa pengintegrasian warna berdampak positif terhadap nilai mahasiswa. Kata Kunci: Warna, Kanji, Pembelajaran. Pendahuluan Jepang merupakan Negara yang menggunakan 4 jenis huruf dalam komunikasi tulis. Huruf-huruf tersebut digunakan secara bersamaan dan disesuaikan dengan fungsinya masing-masing. 4 jenis huruf tersebut adalah: hiragana, katakana, romaji dan kanji. Diantara keempat huruf ini hiragana dan katakana merupakan huruf Jepang yang diolah dari huruf Cina sehingga mengalami perubahan bentuk. Hiragana dan katakana disebut juga dengan kana. Sudjianto (2004:71) menyatakan bahwa kana merupakan huruf Jepang yang terdiri dari hiragana dan katakana. Hiragana dan katakana menyatakan sebuah silabel yang mewakili bunyi tertentu dan tidak memiliki arti. Hiragana dan katakana memiliki jumlah silabel yang sama banyak. Yang membedakan kedua huruf ini adalah penggunaannya. Huruf hiragana digunakan untuk menuliskan kosakata asli Jepang, sedangkan huruf katakana digunakan untuk menuliskan kosakata saduran (Sudjianto: 2004). Selain dua jenis huruf tersebut, terdapat pula huruf romaji dan kanji. Yang dimaksud dengan huruf romaji adalah huruf yang biasa dikenal dengan huruf latin atau yang lazim digunakan secara internasional. Huruf romaji ini digunakan untuk menuliskan istilah-istilah asing yang belum disadur kedalam bahasa Jepang, sehingga belum ada penulisan katakana yang resmi. Selain itu, penulisan romaji saat ini juga dapat dijumpai di nama-nama toko, supermarket dan tempat perbelanjaan lainnya yang bertujuan untuk mempermudah konsumen yang tidak mampu membaca huruf Jepang, tetap dapat mengetahui produk yang dijual. Jenis huruf yang terakhir adalah huruf kanji. Kanji merupakan huruf berupa simbol yang memiliki dua cara baca, yaitu kunyomi dan onyomi. Bentuk |1 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 onyomi merupakan cara baca kanji yang diadopsi dari Cina. Cara baca onyomi ini tidak dapat berdiri sendiri, karena itu, harus ada morfem lain yang menempel pada kanji dengan cara baca onyomi tersebut. Adapun kunyomi merupakan cara baca dari bahasa Jepang sendiri. Onyomi ini dapat berdiri sendiri dan apabila pada kelas kata verba, maka harus diikuti oleh hiragana. Menguasai huruf kanji lebih rumit dibanding menguasai huruf kana. Hal ini disebabkan karena tiap-tiap kata diwakili oleh bentuk karakter kanji yang berbeda. Dapat diasumsikan bahwa ada berapa banyak kata asli Jepang yang digunakan saat ini, maka sebanyak itu pulalah bentuk kanji yang ada. Menurut Ishida dalam Sudjianto (2004: 57), jumlah huruf kanji yang terdapat dalam kamus kanji terbesar yang disusun di Jepang, terdapat sebanyak 50.000 kanji. Hal ini menunjukkkan bahwa untuk menguasai kanji, bukanlah hal yang mudah. Melihat angka yang besar tersebut, Departemen Pendidikan Jepang telah menetapkan jumlah huruf kanji yang harus dipelajari di Sekolah Dasar di Jepang, yakni sebanyak 1.200 kanji (Sudjianto, 2004:57). Dari angka 50.000 kanji yang terdapat di Jepang, hingga angka 1.200 kanji yang harus dikuasai oleh siswa Sekolah Dasar di Jepang, namun tetap saja angka 1.200 tersebut bukanlah angka yang sedikit bagi pembelajar bahasa Jepang. Oleh karena itu, bagi pembelajar asing, masih ada angka yang lebih minim lagi yang disarankan dalam pengajaran bahasa Jepang. Untuk pembelajar bahasa Jepang tingkat dasar, sedapat mungkin menguasai 400-500 kanji (Katoo dalam Sudjianto, 2004:58). Meskipun demikian, 400 bentuk atau karakter kanji, tetap saja hal yang tidak mudah untuk dikuasai, karena pada 1 bentuk kanji terdapat cara baca yang lebih dari 1. Misalnya pada bentuk kanji di bawah ini: 日 hi, bi, nichi, ni, -ka, -jitsu. Dari satu bentuk kanji di atas, terdapat 6 cara baca. Cara baca tersebut tergantung pada pasangan kanji yang bersangkutan. Apabila kanji 日 berdiri sendiri, maka dapat dibaca dengan hi. Namun, apabila dia bertemu dengan kanji lain seperti 本 hon, maka cara bacanya menjadi nihon 日本 yang berarti „Jepang‟. Perihal makna juga berbeda tergantung pada pasangan kanji tersebut, yang kadangkala maknanya tidak ada pertalian dengan kanji dasar pembentuknya. Contohnya dapat dilihat masih pada contoh kanji di atas, yakni kanji 日 hi yang apabila berdiri sendiri bermakna „hari‟ dan kanji 本 hon yang apabila berdiri sendiri bermakna „buku‟, sedangkan ketika digabungkan, maknanya menjadi „Japing‟. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa menguasai kanji bahasa Jepang memang rumit. Selain menghapal bentuk, pembelajar juga harus menghapal cara baca dan juga memahami cara bacanya ketika dia bertemu atau bergabung dengan kanji lainnya. Dari hal tersebut dituntut kemampuan menghapal atau kemampuan memori para pembelajar agar dapat menguasai kanji Jepang dengan baik. Kendala yang sering ditemukan di lapangan adalah, para pembelajar merasa kesulitan dalam menguasai kanji tersebut. Banyak nilai kanji para mahasiswa yang tidak sesuai dengan harapan. Masalah lain yang muncul berkaitan dengan ini, khususnya di Jurusan Sastra Jepang Universitas Andalas adalah, terganjalnya mahasiswa dalam melaksanakan ujian akhir di Jurusan Sastra Jepang UNAND. Untuk mengikuti ujian akhir, salah satu prasyarat yang diberlakukan terhadap mahasiswa adalah harus mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (UKBJ) secara internasional. |2 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 Salah satu mata uji yang diujikan adalah moji goi yang didalamnya diuji kemampuan kosakata dan kanji. Berdasarkan informasi yang didapat di lapangan, ternyata mata uji moji goi termasuk pada salah satu mata uji yang ditakuti atau dikategorikan sulit oleh para peserta ujian. Dari kendala tersebut, menyebabkan efek domino, sehingga dapat menyebabkan mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian akhir atau ujian komprehensif. Dari masalah dan kendala di atas, diperlukan usaha para mahasiswa dan tentunya juga strategi dari pengajar bahasa Jepang agar dapat menggenjot atau meningkatkan kemampuan penguasaan kanji mahasiswa tersebut. Menurut Hidayatullah (2012), untuk meningkatkan kemampuan hapalan atau memori seseorang, dapat dilakukan dengan mengintegrasikan warna pada media yang akan dihapal. Warna berperan dalam meningkatkan daya memori seeorang. Untuk membuktikan hal tersebut tentu dibutuhkan penelitian yang mendalam dan empiris. Sejauhmanakah warna dapat membantu daya ingat mahasiswa? Hal tersebutlah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa tulisan yang digunakan di Jepang ada 4 jenis yaitu: kanji, hiragana, katakana dan romaji. Pada penelitian ini, tulisan yang akan dijadikan analisis adalah tulisan kanji saja, karena dari keempat jenis tulisan yang digunakan di Jepang di atas tulisan kanji yang paling sulit dikuasaidanbelum dipelajari oleh para pembelajar bahasa Jepang pemula. Sementara itu, tulisan romaji tidak diteliti karena romaji adalah tulisan latin yang tentu saja sudah dikuasai oleh para siswa. Tulisan kanapun tidak diteliti pada penelitian kali ini karena tulisan kana merupakan tulisan berupa silabel yang tidak begitu sulit untuk dihapal. Selain menjadikan kanji sebagai objek penelitian, diperlukan juga batasan dalam pemilihan sumber data. Dalam hal ini, yang dijadikan sumber data adalah mahasiwa yang sedang mengambil mata kuliah hyoki II. Secara detailnya yaitu; mahasiswa Sastra jepang Fakultas Imu Budaya Universitas Andalas yang sedang mengambil mata kuliah hyoki II pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Kelas yang mengikuti mata kuliah ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Kemampuan siswa dimasing-masing kelas dapat dikatakan sama karena tidak dilakukan penyaringan terhadap mahasiswa yang masuk pada kelas tertentu. Pada penelitian ini diberlakukan kelas yang berfungsi sebagai kelas eksperimen dan kelas yang lainnya adalah kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan mengintegrasikan warna dalam media ajar dan kartu kanji yang akan dihapal oleh mahasiswa. Sementara itu, pada kelas kontrol tidak diberikan warna baik pada media ajar maupun pada kartu kanji yang akan dihapal oleh mahasiswa tersebut. Setelah melakukan pembelajaran, selanjutnya dilakukan tes terhadap hapalan kanji mahasiswa di masing-masing kelas. Dari hasil tes yang didapat dilakukan analisis yang kemudian akan menjawab pertanyaan penelitian kali ini, yaitu seberapa besar dampak warna terhadap kemampuan menghapal kanji mahasiswa tersebut. Mengenai waktu pengambilan tes dan proses pembelajaran juga dibatasi agar proses penelitian dan hasil penelitian memberikan gambaran ruang lingkup yang jelas. Waktu pengambilan dan juga pembelajaran tersebut sebanyak 4 kali, yaitu pada pertemuan ke 10 hingga pertemuan ke 14. Waktu ini dipilih karena diperkirakan pada pertemuan ini, mahasiswa sudah masuk pada materi kanji sebanyak 8 kali pertemuan yang menandakan mahasiswa sudah mengerti dengan |3 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 apa yang dimaksud dengan kanji dan mulai menguasai beberapa kanji dasar. Oleh karena itu, mahasiswa yang diposisikan sebagai kelas eksperimen diperkirakan tidak terkejut dengan proses pembelajaran yang sedikit berbeda dengan pertemuan selanjutnya. Rumusan Masalah Untuk mempertegas apa yang akan dijawab dari penelitian ini, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Dampak Warna Terhadap Penguasaan Kanji Mahasiswa Sastra Jepang Unand”. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan seberapa besar pengaruh warna memberi dampak terhadap penguasaan kanji mahasiswa Sastra Jepang Universitas Andalas. Pembahasan 1. Landasan Teori Pada bagian ini dijelaskan teori-teori apasaja yang digunakan dalam penelitian. Berkaitan dengan seberapa besar warna member pengaruh terhadap memori siswa, maka diperlukan teori-teori yang berkaitan dengan memori, warna dan huruf kanji itu sendiri. Berikut ini adalah uraian dari teori yang dimaksud; 1. Memori Tulving & Craik (2008), menyatakan bahwa memori atau ingatan merupakan cara seseorang atau individu untuk mempertahankan hal-hal yang telah terjadi di masa lalu, yang kemudian digunakan kembali pada saat ini. Untuk mempertahankan apa yang telah telah terjadi dimasa lalu tersebut diperlukan sebuah proses pemertahanan dalam otak.Ketika memanggil ingatan itu kembali, maka otak akan berproses untuk memunculkan kembali ingatan tersebut. Hampir bersamaan dengan pendapat di atas, Wade & Tavris (2007), berpendapat bahwa memori merupakan kemampuan manusia dalam memiliki dan mengambil kembali informasi serta struktur yang mendukung kemampuan ini. Memori dipandang sebagai sebuah kemampuan atau kompetensi, yang apabila tidak dimiliki maka manusia dianggap lemah karena tidak mampu melakukan aktivitas yang paling mudah. Memori dapat pula dikatakan sebagai sebuah proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi yang dilakukan sepanjang waktu.Ellis & Hunt, 1993; Matlin, 1989 dalam Suharnan, 2005), menyaakan bahwa individu dapat menyimpan sebuah pengalaman dalam ingatannya untuk jangka waktu kurang dari satu detik, atau sepanjang hayatnya. Hal ini membuktikan bahwa seumur hidup manusia selalu terdapat atau tersimpan memori dalam otaknya. Besar atau kecilnya ingatan tersebut, lama atau singkatnya ingatan tersebut tergantung pada orangnya masing-masing. Ahmadi (1998), juga menyatkan hal yang sama bahwa tiap-tiap orang memiliki kemampuan memori yang berbeda-beda. Ada individu yang memiliki daya memori yang panjang, dan ada pula yang memiliki daya memori yang singkat. Oleh karena itu, memori dapat dikatakan sebagai sebuah daya atau kekuatan. Kekuatan yang dimaksud adalah kemampuan jiwa dalam menerima, lalumenyimpan, dan memproduksi kembali kesan-kesan atau penglaman yang telah diterima tersebut. |4 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 2. Warna Menurut Heerwagen (Kristanto, 2011) warna merupakan properti yang dapat dilihat baik melalui sistem penglihatan maupun materi oleh individu yang berasal dari sumber cahaya. Wirya (Nugroho, 2008), menyatakan bahwa reaksi seseorang terhadap warna sama dengan orang lainnya. Hal ini disebabkan oleh asosiasi terhadap warna menimbulkan kesan yang sama. Menurut Morrisan (2008), warna merupakan unsur dominan dalam mengangkat kualitas, medium warna menjadi unsur penting dalam memberi kesan dan irama. Kesan yang dapat ditimbulkan oleh warna diantaranya adalah sebagai berikut: a. Mengaktifkan indera mata b. Mengidentifikasikan yang lebih besar c. Memastikan emosional d. Menambah gairah e. Menciptakan suatu keterpaduan dalam berita f. Dapat diresapi dulu sebelum bentuk g. Cepat menggugah h. Tidak perlu diterjemahkan langsung dapat dimengerti 3. Kanji Huruf kanji diperkirakan lahir kira-kira pada tahun 1500 sebelum masehi di kalangan suku Kan di Cina. Huruf kanji mengutarakan arti yang dibentuk berdasarkan bentuk bendanya. Huruf kanji juga menunjukkan tanda atau sifat suatubenda, aktivitas, pekerjaan,dan lainnya, (Hamzon, 2007:82).Indra (2002:15), menyatakan pula bahwa sampai abad ke-3 SM bangsa Jepang tidak mempunyai bahasa tulis. Mereka lalu meminjam sistem penulisan bangsa Cina, sebagai Negara yang terdekat dan telah memiliki sistem aksara. Huruf kanji didatangkan ke Jepang pada abad ke-4 atau awal abad ke-5. Cara baca asli dari Cina, disebut dengan on-yomi (cara baca on). Sementara itu, bangsa Jepang juga menggunakan bentuk yang sama untuk cara baca lain. Cara baca Jepang tersebut kun-yomi (cara baca kun).Tetapi, tidak semua kanji memiliki on-yomi dan kunyomi.Terkadang ada kanji yang hanya memiliki on-yomi saja seperti, kanji 絵 (e atau kai). Sebaliknya, ada juga kanji yang hanyamemiliki kun-yomi saja seperti, kanji 畑 (hatake). Selain itu, terdapat pula pengecualian terhadap cara baca kun dimana hal tersebut berlaku pada bahasa atau kosa kata bahasa Jepang yang telah ada sejak zaman dahulu. Kosa kata tersebut tidak dibaca dari masingmasing cara baca kanji tersebut, tetapi dibaca dengan cara baca yang khusus. Karena carabacanya khusus disebut dengan istilah jukujikun atau kosa kata baku. Contohnya, kanji 今日. Kanji ini dibaca kyou, tidak dibaca ima nichi (secara kun-yomi) atau konhi / konjitsu (secara on-yomi). 2. Dampak Warna Terhadap Penguasaan Kanji Mahasiswa Sastra Jepang UNAND Sebelum melakukan analisis terhadap data yang didapatkan, berikut ini dijelaskan cara pemerolehan data yang dilakukan. Untuk mengumpulkan data, disebarkan kuesioner yang berisi tes mengenai cara baca dan arti kanji. Kuesioner |5 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memproleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode maupun instrumen. Kanji yang diujikan adalah kanji yang sebelumnya sudah diajarkan dengan mengintegrasikan warna pada media ajarnya. Dari kuesioner tersebut maka akan didapatkan hasil tes berupa angka yang selanjutnya dianalisis guna melihat perbedaan antara kelas yang distimulus dengan warna dan yang tidak distimulus dengan warna. Berikut ini adalah bentuk kuesioner yang diujikan kepada kelas instrumen dan kelas kontrol: Buatlah kanji dan arti dari kata berikut No Hiragana 1 きゅうじつ 2 ろくねんかん 3 じょうず 4 おおあめ 5 はなび 6 ぶんがく 7 しんぶん 8 ちょうなん 9 ことし 10 のみもの Kanji Arti Tabel 1. Kuesioner 1 |6 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 Buatlah bacaan dan arti dari kanji berikut ini! No Kanji 1 一年間 2 男子学生 3 足りる 4 雨の日 5 買い物 6 馬車 7 学長 8 中古車 9 来年 10 読書 Hiragana Arti Tabel 2. Kuesioner 2 Setelah menyebarkan kuesioner, maka dilakukan analisis terhadap kuesioner tersebut. Metode analisis data yang digunakan adalah metode cakap. Metode ini dapat disejajarkan dengan metode wawancara atau interview (sudaryanto, 1993: 137). Interview yang dilakukan adalah berupa pertanyaan yang tertulis di kertas. Teknik analisis data yang digunakan, yakni teknik cakap tansemuka. Yang dimaksud dengan tansemuka adalah interview atau percakapan yang dilakukan tanpa bertatap muka langsung dengan sumber data (sudaryanto, 1993: 138). Dalam hal ini, sumber data adalah siswa sebanyak dua kelas. Satu kelas merupakan kelas instrument yakni kelas yang diintegrasikan warna dalam media ajarnya. Kelas instrument berisi 40 orang siswa. Sementara itu, kelas yang |7 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 tidak diberlakukan atau tidak diintegrasikan warna pada media ajarnya disebut sebagai kelas kontrol, yang terdiri dari 40 siswa juga. Kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dipertukarkan untuk melihat rerata kemampuan mahasiswa tersebut. Apakah yang menyebabkan perbedaan kemampuan hapalan siswa adalah warna ataukah memang kemampuan mahasiswa dalam tiap-tiap kelas tersebut berbeda. Oleh karena itu, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 orang mahasiswa. Pada waktu pengambilan data yang telah ditentukan, maka selanjutnya dilakukan tes terhadap mahasiswa tersebut. Dari hasil tes yang didapat maka dilakukan pengukuran terhadap variabel tercoba pada kedua kelas. Perbandingan hasil antara kedua kelas akan menunjukkan efek perlakuan warna terhadap media ajar dan kartu kanji. Melalui cara analisis di atas, akan didapatkan angka atau kuantitas dari tiap-tiap kelas. Angka tersebutlah yang akan memperlihatkan besaran pengaruh warna terhadap nilai mahasiswa, atau dapat dikatakan sebagai kemampuan mahasiswa. Berikut ini dijelaskan mengenai garis besar bentuk pembelajaran kanji pada kelasbeksperimen dan kelas kontrol. 3. Pembelajaran Kanji Kelas Kontrol Pembelajaran kanji yang diterapkan pada kelas kontrol berlangsung seperti biasa, yakni menulis, membaca dengan panduan buku pegangan basic kanji book I. Dalam pengajaran kanji tersebut digunakan media berupa kartu kanji. Berikut adalah bentuk kartu kanji yang digunakan: No. Cara Baca Kanji Arti 1 元気な げんきな Sehat 2 元日 がん じつ Tahun baru 3 気持ち きもち Perasaan 4 天気 てんき Cuaca 5 気分 きぶん Perasaan 6 病気 びょうき Sakit 7 有る ある Ada 8 有力な ゆうりょくな Bertenaga |8 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 9 有名な ゆうめいな Terkenal 1 0 所有する しょゆうする Memiliki Tabel 3. Materi kanji kelas kontrol 4. Nilai Kanji Mahasiswa Kelas Kontrol Setelah dilakukan pembelajaran terhadap kelas kontrol sebagai bagiandari penelitian, maka selanjutnya dilaksanakan tes terhadap proses pembelajaran tersebut. Tes yang dimaksud merupakan kuesioner dari penelitan ini yang bertujuan untuk melihat sejuh mana Mhs Tes 1 Tes 2 Rata-rata K1 60 55 58 K2 95 60 78 K3 100 90 95 K4 75 60 68 K5 75 60 68 K6 95 62 79 K7 65 60 63 K8 90 65 78 K9 90 66 78 K10 60 72 66 K11 77 70 74 K12 93 75 84 K13 66 66 66 K14 95 65 80 K15 100 75 88 Rata2 82 67 75 Tabel 4. Nilai kanji kelas control Nilai Huruf C B+ A BBB+ C+ B+ B+ BB ABAA B+ Dari tabel nilai kanji kelas kontrol di atas tampak bahwa rata-rata nilai mahasiswa pada tes pertama adalah 82. Apabila dikonversi kenilai huruf, maka angka 82 tersebut berada pada rentang nilai A-. Selanjutnya pada tes 2 nilai ratarata mahasiswa mengalami penurunan menjadi 67. Nilai hurufnya adalah B-. penurunan nilai ini mungkin saja disebabkan oleh materi yang bertambah sulit dibandingkan dengan materi pertemuan selanjutnya. Dari rata-rata kedua nilai tes tersebut didapat angka 75 yang bila dikonversikan ke nilai huruf berada pada rentang nilai B+. Nilai rata-rata B+ untuk mata kuliah kanji bukanlah nilai yang rendah. Nilai ini cukup bagus dalam hal penguasaan kanji yang merupakan salah satu mata kuliah yang dianggap sulit oleh sebagian mahasiswa. Walaupun demikian, tentunya untuk mendapatkan peningkatan mutu mahasiswa diperlukan upaya agar nilai atau kualitas mahasiswa |9 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 dapat lebih baik lagi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengujikan metode-metode pembelajaran atau ide-ide pembelajaran baru, seperti dengan menerapkan metode warna berikut ini; 5. Pembelajaran Kanji Kelas Eksperimen Pada kelas eksperimen, kanji yang diajarkan dibuat semenarik mungkin dengan memasukan komponen warna dalam media ajarnya. Media ajar yang digunakan salah satunya adalah kartu kosakata atau kartu kanji. Selain itu, digunakan juga powerpoint yang juga diberi variasi warna dalam pengajarannya. Berikut ini bentuk salah satu media ajar yang digunakan: 元気な 元日 気持ち 天気 気分 病気 有る 有力な 有名な 所有する Bagian depan dari kartu kanji ini berisi kanji-kanji yang diajarkan dalam pertemuan. Kartu tersebut diberi warna yang menarik, yang bertujuan untuk lebih menarik minat mahasiwa agar lebih fokus dalam memperhatikan dan tentu saja mengingat bentuk kanji. Agar pembelajaran menjadi lebih menarik, dapat juga menguji mahasiswa dengan menyebutkan warnanya saja. Misalnya pada kartu berwarna kuning tertulis kanji apa? Hal ini merupakan tantangan baru bagi mahasiswa karena tidak saja mengingat bentuknya melainkan juga warna kartu kanji tersebut. | 10 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 Selanjutnya, dibagian belakang dituliskan cara baca dari kanji tersebut. Kedua sisi kartu diisi, agar ketika ingin mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menulis kanji, maka sisi kartu yang lainnya dapat digunakan sebagai tes. Berikut adalah bentuk kartu kanji yang berisi cara bacanya. GENKINA GENJITSU KIMOCHI TENKI KIBUN BYOUKI ARU YUURYOKUNA YUUMEINA SHOYUUSURU Setelah memberikan pelajaran yang dibantu dengan kartu kanji sebagai media ajar, maka tahapan selanjutnya adalah pemberian tes yang berguna untuk mendapatkan data penelitian. Bentuk tes yang diberikan sama persis dengan kelas kontrol. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perbedaan mutu atau kualitas soal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah dilakukan tes tersebut, maka didapat nilai dari kelas eksperimen sebagai berikut: 6. Nilai Kanji Mahasiswa Kelas Eksperimen Berikut ini merupakan nilai kanji dari dua kali tes atau dari dua kali pertemuan kelas yang dilakukan. Tes ini dilaksanakan setelah dilaksanakan pembelajaran. Perlakuan ini sama dengan kelas kontrol. | 11 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 Mhs Tes 1 Tes 2 Rata-rata Nilai Huruf E1 90 80 85 A E2 73 85 79 B+ E3 95 88 92 A E4 75 80 78 B+ E5 98 75 87 A E6 75 80 78 B+ E7 90 80 85 A E8 85 80 83 A- E9 93 81 87 A E10 80 85 83 A- E11 93 80 87 A E12 98 76 87 A E13 75 81 78 B+ E14 90 77 84 A- E15 100 88 94 A Rata2 87 81 84 A- Tabel 5 nilai mahasiswa kelas eksperimen Berdasarkan data di atas tampak bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen pada tes pertama adalah 87 yang berarti berada pada rentang nilai A apabila dikonversikan dengan nilai huruf. Tes kedua tidak sebaik tes pertama, karena ratarata yang didapat pada kelas eksperimen ini adalah 81, yang bila dikonversikan ke nilai huruf adalah A-. rata-rata antara tes 1 dan tes 2 adalah 84 yang berarti A-. Apabila dilihat nilai antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka terlihat angka yang berbeda. Nilai mahasiswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan mahasiswa kelas kontrol. Perbandingan nilai antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat melalui tabel berikut: | 12 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 Rata-rata nilai kelas kontrol Rata-rata nilai kelas eksperimen Nilai Huruf kelas kontrol Nilai Huruf kelas eksperimen 58 85 C A 78 79 B+ B+ 95 92 A A 68 78 B- B+ 68 87 B- A 79 78 B+ B+ 63 85 C+ A 78 83 B+ A- 78 87 B+ A 66 83 B- A- 74 87 B A 84 87 A- A 66 78 B- B+ 80 84 A- A- 88 94 A A 75 84 B+ ATabel 6 perbandingan rata-rata nilai mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa rata-rata nilai mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas eksperimen secara garis besar meningkat. Meskipun demikian, masih ada juga yang mengalami penurunan. Selain itu, ada juga peningkatannya hanya 1 atau 2 poin saja. Peningkatan nilai yang tidak signifikan tersebut, menyebabkan nilai hurufnya tidak berubah karena berada pada rentang nilai yang sama. Namun, apabila dilihat secara keseluruhan atau rata-rata nilai mahasiswa secara keseluruhan, maka terdapat peningkatan nilai dari 75 menjadi 84. Nilai huruf yang didapat adalah dari B+ menjadi A-. peningkatannya hanya 1 tingkat saja. | 13 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 Meskipun peningkatan nilai tersebut tidak terlalu signifikan, namun hal ini dapat dikatakan sebagai suatu dampak positif dari sebuah proses pembelajaran yang mengintegrasikan warna di dalamnya. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dideskripsikan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan warna dalam proses pembelajaran berdampak baik atau positif terhadap kemampuan hapalan kanji mahasiswa. Peningkatan nilai secara rata-rata adalah dari rata-rata 75 menjadi 84. Apabila dikonversikan ke nilai huruf maka peningkatan yang terjadi adalah 1 tingkat yakni dari nilai B+ menjadi A-. 2. Saran Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, yang ruang lingkupnya hanya sebatas Universitas Andalas. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dikembangkan pada daerah yang lebih luas lagi. Capaian A- yang didapat dari penelitian ini tentu saja belumcapaian yang sempurrna. Perlu diadakan tinjauan kembali ataupun elaborasi metode sehingga didapat metode pembelajaran yang tepat untuk mata kuliah kanji. Penelitian lain yang dapat dilakukan berkaitan dengan kanji dan memori adalah bagaimana pembelajaran dengan pendekatan bushu kanji terhadap kemampuan penguasaan kanji pembelajar bahasa Jepang. | 14 言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 2 2015 Daftar Pustaka AOTS. 2004. Belajar dengan Cara Mandiri Hiragana dan Katakana.Tokyo: 3A Corporation. Arifuddin. 2010. Neorupsikolinguistik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kawarazaki, Mikio.2006. Nihongo Kana Nyumon Indonesiagohan. Indonesia: IMA Foundation. Koizumi, Tamotsunicho. 1993. Nihongo Kyoushi No Tame No Gengogaku Nyumon.Tokyo. Daishuukan. Mahsun, 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Pujiningsih, Sri. 2010. The Power of Mid Brain. Jakarta: Tugu Publisher. Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Univerity Press. _________ 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. ______, Nana. 2011. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algensindo ______, Rivai Ahmad. 2011. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sudjianto, Dahidi Ahmad. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc. Sudjianto. 2002. Kamus Istilah Masyarakat dan Kebudayaan Jepang. Bekasi: Kesaint Blanc. Sutedi, dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora. Sutedi, Dedi. 2007. Nihongo No Bunpo. Bandung: Humaniora. _____, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press. Tarigan, Guntur. Henry. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung:Angkasa Tarigan, Henri Guntur. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. _________. 2009. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa. _________. 2011. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa. Yoshida, Yoshio. Terj. I ketut Surajaya.1999. Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Erlangga | 15