BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian terbesar pada tahun 2020 (Murray dan Lopez, 1997). Pada tahun 2020 diperkirakan akan terdapat 25 juta kematian setiap tahun akibat penyakit kardiovaskuler dimana hampir setengah akibat penyakit jantung koroner. Pada tahun tersebut terdapat kenaikan angka mortalitas lebih dari 100% akibat penyakit jantung iskemik (Irawan, 2006). Penyakit jantung koroner disebabkan oleh atherosclerosis, yaitu menyempitnya pembuluh darah arteri koronaria yang menyuplai darah dan oksigen ke jantung dikarenakan adanya plak atau timbunan lemak (Randall dkk., 2010). Aterosklerosis merupakan penyakit inflamasi progresif yang ditandai dengan akumulasi lipid pada lapisan intima pembuluh darah koroner. Akumulasi lipid menimbulkan reaksi inflamasi dan pembentukan jaringan fibrosa sehingga membentuk plak pada dinding arteri. Plak yang membesar berisiko mengalami ruptur, dan bila ruptur dapat menimbulkan reaksi agregasi trombosit yang kemudian membentuk thrombus dan membuat lumen pembuluh darah semakin sempit atau mengalami oklusi. Akibatnya, volume darah yang mengalir melalui pembuluh darah koroner tersebut berkurang atau terhenti dan sel-sel miokardium mengalami iskemia (Evans, 2012; Kowalak dkk., 2003). 1 Beberapa penelitian menunjukkan hubungan langsung antara peningkatan kadar kolesterol total serum dan/atau LDL-C dan terjadinya penyakit jantung koroner pada laki-laki dan perempuan yang awalnya tidak mempunyai penyakit jantung (NIH, 2002). Peningkatan kadar LDL-C, hipertrigliseridemia, dan kadar HDL-C rendah telah terbukti dapat mempercepat proses aterosklerosis (Chapman dkk., 2010). Setiap partikel LDL merupakan turunan dari partikel VLDL. LDL didegradasi di jaringan ekstrahepatik sebesar 30% dan 70% LDL didegradasi di hepar. Sebagian penelitian menunjukkan bahwa kadar LDL-C yang meningkat merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner (Mahamuni dkk., 2012). Oleh karena LDL-C merupakan target primer dalam terapi untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, statin adalah golongan obat utama yang digunakan. Saat ini terdapat beberapa obat golongan statin yaitu lovastatin, pravastatin, simvastatin, fluvastatin, dan atorvastatin. Obat-obat ini berbeda dalam efikasi, waktu paruh, metabolisme, interaksi antar obat, dan efek samping, namun semuanya efektif dalam menurunkan LDL-C (Sorrentino, 2012). Atorvastatin merupakan obat golongan statin yang lebih berkhasiat menurunkan LDL-C daripada obat golongan statin lainnya. Atorvastatin umum digunakan karena telah terbukti efektif dalam menurunkan LDL-C dan risiko penyakit kardiovaskuler (Marrett dkk., 2014). Banyak faktor berpotensi untuk mempengaruhi respon terhadap obat-obat hipolipidemik tersebut sehingga mempengaruhi tercapainya target LDL, seperti faktor demografik (seperti usia, status gender, ras), faktor penyakit metabolik (seperti resistensi insulin, diabetes mellitus, obesitas, disfungsi tiroid), dan faktor 2 terapi (jenis obat, dosis, titrasi, atau kombinasi terapi) (Morrone dkk., 2012). Beberapa penelitian telah dilakukan dalam rangka menilai pengaruh dosis dan durasi penggunaan obat statin terhadap tingkat penurunan LDL kolesterol. Studi ini membandingkan pengaruh pemberian atorvastatin 80 mg/hari terhadap placebo pada 3.086 pasien dewasa dengan diagnosa angina tidak stabil atau infark miokard akut (AMI) non-Q-wave di 122 clinical center di Eropa, Amerika Utara, Afrika Selatan, dan Australia. Studi ini menemukan bahwa atorvastatin 80 mg/hari yang diberikan dalam waktu 24-96 jam setelah terjadi sebuah sindrom koroner akut dan diamati selama 16 minggu, dapat mengurangi frekuensi kejadian iskemik sebesar 14,8% dibanding placebo sebesar 17,4% (RR: 0,84; 95% CI 0,7-1,0, p=0,048). Kadar rata-rata kolesterol LDL juga menurun pada kelompok atorvastatin, yaitu dari 124 mg/dL menjadi 72 mg/dL sedangkan kelompok placebo meningkat menjadi 135 mg/dL. Pada studi ini manfaat atorvastatin mulai terlihat diminggu keempat dan semakin nyata dibulan keempat. Hasil sekunder lainya adalah penurunan risiko stroke fatal dan non-fatal hingga 50% pada penerima atorvastatin (Schwartz GG dkk., 2001). Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya target terapi LDL pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler. Penelitian sebelumnya sebanyak 674 wanita dan 1134 laki-laki, wanita memiliki target LDL lebih rendah dibandingkan laki-laki (46% vs 53%, P=0.002). Penelitian ini didukung oleh survei EUROASPIRE yang menunjukkan bahwa target terapi LDL pada wanita 20% lebih rendah dibandingkan laki-laki (Zhang dkk., 2012). 3 Berdasarkan data tingginya pasien jantung koroner di Indonesia dan dampak yang ditimbulkannya, maka penilaian tentang faktor ketercapaian kadar LDL pada pasien jantung koroner yang menggunakan atorvastatin menjadi sangat penting sebagai indikator dalam menilai keberhasilan terapi dan kualitas perawatan penderita jantung koroner. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian tentang faktor tercapainya target terapi di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu sebagai berikut 1. Bagaimana gambaran karakteristik pasien seperti umur, jenis kelamin, riwayat merokok, komorbid, komedikasi, kadar LDL awal, dosis atorvastatin dan durasi atorvastatin pada pasien jantung koroner yang menggunakan atorvastatin. 2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan ketercapaian target terapi pasien jantung koroner yang menggunakan atorvastatin. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui karakteristik seperti umur, jenis kelamin, riwayat merokok, komorbid, komedikasi, kadar LDL awal, dosis atorvastatin dan durasi atorvastatin pada pasien jantung koroner yang menggunakan atorvastatin. 4 2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi ketercapaian target terapi pasien jantung koroner yang menggunakan atorvastatin di RS. Panti Waluyo Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan pemahaman dan pendalaman bagi peneliti tentang faktor yang berhubungan dengan keberhasilan terapi pada pasien jantung koroner yang menggunakan atorvastatin. 2. Memberikan informasi tentang faktor yang berhubungan dengan ketercapaian target terapi sehingga dapat menjadi pertimbangan pada peresepan penggunaan atorvastatin pada pengobatan pasien jantung koroner yang berobat di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. 3. Memberikan informasi kepada professional kesehatan tentang faktor yang berhubungan dengan ketercapaian target terapi atorvastatin pada pasien jantung koroner sehingga dapat meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien dan dapat memberikan dasar acuan bagi klinisi sehingga dapat mengukur tingkat pelayanan prakteknya. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketercapaian LDL (Low Density Lipoprotein) pada pasien jantung koroner yang menggunakan atorvastatin belum pernah dilakukan. Beberapa jurnal dan penelitian tentang penggunaan statin pada pasien jantung koroner telah dipublikasikan dapat 5 dijadikan acuan dalam melakukan penelitian ini. Berikut ini adalah beberapa penelitian tersebut. Tabel 1. Keaslian penelitian terkait statin dan penyakit jantung koroner Peneliti, Tahun Judul Penelitian Metode dan Subyek Penelitian (Olsson LDL Randomized dkk., 2011) cholesterol controlled trial goals and (RCT). cardioSubyek: pasien vascular dengan riwayat risk during infark miokard statin akut (IMA) treatment: the IDEAL study. (Vasa dkk., Increase in Subyek: 15 2001) circulation orang yang endothelial terbukti secara progenitor angiografi cells by memiliki CAD. statin therapy in patient with stable coronary artery disease. (Gaisenok Analysis of Metode cohort dkk., 2015) lipidpada pasien lowering kardiovaskuler. therapy and Subyek : 274 factors pasien affecting regularity of statin intake in patients with cardiovascu lar disease enrolled in the PROFILE registry Hasil Pasien yang diobati dengan atorvastatin lebih banyak mencapai target LDL daripada yang diberi simvastatin. Pasien yang mencapai target LDL <2,0 mmol/L menunjukkan kejadian CVD (cardiovascular disease) yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang hanya mencapai target LDL <2,5 mmol/L. Pada pasien CAD pengobatan dengan atorvastatin 40 mg/hari dapat menurunkan LDL sebesar 51,7%; peningkatan jumlah EPC hingga >4 kali lipat dan peningkatan migrasi EPCs hingga 3 kali lipat selama periode terapi 4 minggu. Hasil ini dapat berkontribusi pada manfaat klinis mengingat peran EPCs dalam perbaikan sel-sel miokard setelah cedera iskemia. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pemberian statin pada pasien kardiovaskuler. Banyak faktor yang dilihat pada penelitian ini antara lain kelompok umur (<50 tahun, 50-70 tahun dan >70 tahun), tingkat konsumsi alkohol, status merokok, edukasi, dosis statin, diabetes, hipertensi, riwayat stroke, penyakit jantung koroner, riwayat infark miokard, dan riwayat PCI. Dari semua faktor tersebut yang dapat meningkatkan pemberian statin pada pasien kardiovaskuler yaitu pasien jantung koroner (OR: 4,357; 95% CI 2,188-8,677; p=0,0001), riwayat infark miocard (OR: 4,837; 95% CI 1,765-13,259; p=0,002) dan riwayat PCI (OR: 5,167; 95% CI 2,055-12,99; p=0,0001). 6 Berdasarkan tabel yang ditampilkan diatas bahwa hasil sangat bervariasi sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh pemberian atorvastatin terhadap tercapainya target terapi pasien jantung koroner. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya diatas karena penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi ketercapaian kadar LDL pada pasien jantung koroner yang menggunakan atorvastatin dinilai dari semua faktor dengan menggunakan rekam medik sebagai sumber data penelitian. 7