Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 DAFTAR ISI Faktor Fundamental Yang Memengaruhi Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Agustine ............................................................................ 1 Analisis Determinasi Struktur Modal Perusahaan Non Keuangan Di Bursa Efek Indonesia Freddy Karyadi dan Yusuf Wijaya ............................................ 17 Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Perdana Di Bursa Efek Indonesia Aan Marlinah dan Muntaha........................................................ 33 Analisis Pelaksanaan Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan Dan Pencatatan Pajak Pertambahan Nilai Iman Akhmadi ...................................................................... 37 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Publik Dian Primartanto ................................................................ 47 Pengaruh Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Dan Keterlibatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Setia Tjahjanti ................................................................. 65 Pengaruh Leverage, Operating Cash Flow, Profitabilitas, Firm Size, Asset Tangibility Dan Cash Conversion Cycle Terhadap Net Working Capital Steven Yap .......................................................................... 75 The Influence Of Debt To Equity Ratio, Return On Equity, Dividend Payout Ratio, Price To Book Value, Current Ratio And Firm Size Toward Price Earnings Ratio Syafril Yurisno ..................................................................... 87 Pengaruh Firm Size, Growth, Tangibility, Non - Debt Tax Shield, Dan Profitability Terhadap Leverage Pada Perusahaan Wholesale Dan Retail Trade R. Wasisto Roeswidiono ........................................................... 99 Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Share Return Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Y.A. Didik Cahyanto .................................................................................... 111 Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail : [email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA. A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner. 8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 1-16 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMENGARUHI RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA AGUSTINE STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objectives of this research is to test and analyze the variables that affect the share returns of companies that are listed in Indonesian Stock Exchange. Earning per share ratio, price earning ratio, market to book ratio, economic value added, return on asset, net profit margin, leverage, and dividend yield are the independent variables of this research. Population in this research is manufacturing firm which listing in Indonesia Stock Exchange during 2007-2010 that has been selected using purposive sampling method. There are 43 companies per year selected as final sample. Multiple regression was used as statistical test method. The results of this research revealed that earning per share ratio, price earning ratio, market to book ratio, economic value added, return on asset, net profit margin and leverage didn’t affect the firm’s share returns. But, the dividend yield variables affected the firm’s share returns. Keywords: Share returns, earning per share, price earning ratio, market to book ratio, economic value added, return on asset, net profit margin, leverage and dividend. tidak mengalami kebangkrutan. Salah satu alternatif yang sekarang dilakukan banyak perusahaan untuk meningkatkan modal usaha dan keuntungan yang optimal yaitu dengan cara masuk ke pasar modal. Pasar modal dibentuk karena pasar modal dianggap dapat menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan, dan dipandang sebagai media yang efektif dalam pembangunan suatu negara karena pasar modal dapat digunakan sebagai alat penghimpun dana jangka panjang yang kemudian PENDAHULUAN Perkembangan pasar modal di Indonesia sekarang ini semakin terasa seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat serta semakin tingginya volume perdagangan saham di Bursa efek Indonesia sehingga berdampak pada perkembangan ekonomi dan industri. Akibat perkembangan yang pesat ini, perusahaan pun dituntut untuk bisa mempertahankan kelangsungan usaha mereka agar 1 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 dapat disalurkan untuk pembangunan suatu negara. Salah satu instrumen keuangan yang paling sering diperdagangkan di pasar modal ini adalah saham. Banyak perusahaan yang menjual sahamnya lewat pasar modal, dan para investor pun memilih saham mana yang baik sebagai perencanaan investasi yang efektif. Dalam merencanakan kegiatan investasi yang efektif harus mempertimbangkan risk dan return yang diharapkan karena risk dan return mempunyai hubungan positif, yaitu semakin tinggi return yang didapat maka semakin tinggi pula risk yang dihadapi, begitu pula sebaliknya. Motif utama para investor menginvestasikan saham yaitu dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk capital gain dan dividen. Kegiatan penanaman modal oleh seorang investor dalam perusahaan tentu membutuhkan suatu informasi tentang keadaan suatu perusahaan yang bersangkutan. Informasi itulah yang kemudian akan memberikan sinyal dan membantu investor menilai kinerja manajemen perusahaan dan dapat memengaruhi investor untuk menanamkan modalnya lebih banyak lagi ke dalam perusahaan. dilihat oleh pasar tersebut diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Price earning ratio dan return saham Kurniasih dan Andriana (2011) mengemukakan bahwa Price Earning Ratio (PER) adalah rasio harga saham terhadap earnings dimana rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Menurut Sulaiman dan Hadi (2004) menjelaskan bahwa PER digunakan oleh para investor Signaling Theory Menurut Sunardi (2010), teori ini menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan sinyal atau tanda bahwa perusahaan juga telah beroperasi dengan baik. Sinyal yang baik akan direspon dengan baik oleh pihak lain. Sinyal berupa informasi yang 2 November 2012 Earning per share ratio dan return saham Earning per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perlembar saham menghasilkan laba. Menurut Munawir (2001) dalam Arista dan Astohar (2012) juga menyebutkan bahwa EPS biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan para investor. Wira (2008), Susilowati (2011), serta Turyanto (2011), Arista dan Astohar (2012) serta penelitian oleh Zeytinoğlu et.al. (2012) yang menyatakan bahwa EPS tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Tetapi hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Ahmad dan Zakaria (2011) serta penelitian Sasongko dan Nila (2006) dalam Arista dan Astohar (2012). Penelitian dari Pahlevi (2012) sendiri menyatakan bahwa EPS memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham secara parsial. Ha1 : Terdapat pengaruh earning per share terhadap return saham. ISSN: 1410 -9875 untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Pornamawati (2008), Christanty (2009) serta Margaretha dan Damayanti (2008) yang menyatakan bahwa PER mempunyai pengaruh signifikan yangpositif terhadap return saham perusahaan BEI di Indonesia. Tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Kurniasih dan Andriana(2011). Penelitian oleh Zeytinoğlu et.al. (2012) juga mendukung dengan menyatakan bahwa tidak ada pengaruh positif antara PER terhadap return saham. Ha2 : Terdapat pengaruh price earning ratio terhadap return saham. Market to book value dan return saham Menurut Pontiff dan Schall (1998) dalam Margaretha dan Damayanti (2008), dalam penelitiannya market to book ratio mampu memperkirakan pengaruh antara nilai buku dengan return saham, serta menentukan apakah investor akan mendapatkan capital gain (keuntungan) atau capital loss (kerugian) atas investasi saham yang telah dipilihnya. Market to book value merupakan rasio yang penting sebagai salah satu indikasi perusahaan dalam upaya komitmen yang tinggi terhadap pasar (Arista dan Astohar, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Margaretha dan Damayanti (2008) variabel MB mempunyai pengaruh signifikan yang positif terhadap return saham. Hasil yang sama dilakukan oleh Wijaya (2008), Anastasia (2003) dalam Arista dan Astohar (2012) serta penelitian Arista dan Agustine Astohar (2012) sendiri dengan menujukkan pengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hasil berbeda didapat dari penelitian yang dilakukan Zeytinoğlu et.al. (2012). Hasil yang sama juga didapat dari penelitian Sulaiman dan Handi (2008) bahwa secara parsial variabel MB tidak mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham. Ha3 : Terdapat pengaruh market to book value terhadap return saham. Economic value added dan return saham EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat suatu investasi yang dilakukan. Menurut Harjito dan Aryayoga (2009), peningkatan kemakmuran pemegang saham antara lain dapat diukur dengan metode economic value added (EVA). Penelitian yang dilakukan Sunardi (2010) menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel EVA terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Sunardi ternyata didukung juga dengan penelitian yang dilakukan Harjito dan Aryayoga (2009) bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara EVA terhadap return saham perusahaan. Tapi penelitian variabel ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kennedy et.al (2009) bahwa terdapat pengaruh signifikan antara EVA terhadap return saham pada perusahaan. 3 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Tidak ada penelitian yang mendukung hasil yang dilakukan Kennedy et.al (2009). Ha4: Terdapat pengaruh economic value added terhadap return saham. Return on asset dan return saham Return on asset adalah salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Ang 1997), dalam (Arista dan Astohar 2012). Perusahaan selalu berupaya agar ROA dapat selalu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif perusahaan memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan semakin meningkatnya ROA maka profitabilitas perusahaan semakin baik. Profitabilitas yang meningkat dapat memengaruhi pergerakan harga saham karena banyak investor yang berminat untuk berinvestasi sehingga berdampak pada return saham yang diterima oleh investor. Menurut Widyawati (2012), terdapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel ROA terhadap return saham. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil yang dilakukan oleh Arista dan Astohar (2012), Harjito dan Aryayoga (2009), serta Sakti (2010) yang menyatakan tidak ada pengaruh positif yang signifikan antara variabel ROA terhadap return saham. Hasil yang sama juga didapat dari penelitian Ulupui (2005), Prihartini (2009) dengan hasil ROA berpengaruh positif terhadap return saham. 4 November 2012 Ha5: Terdapat pengaruh return on asset terhadap return saham. Net profit margin dan return saham Menurut Harjito dan Aryayoga (2009), rasio NPM mengukur seberapa efektif penjualan yang dilakukan dapat memberikan laba bagi perusahaan. NPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Penelitian yang dilakukan Harjito dan Aryayoga (2009) menyimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara NPM terhadap perubahan return saham. Sementara hasil berbeda pada penelitian Pahlevi (2012) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara NPM terhadap return saham. Penelitian Pahlevi (2012) juga didukung dari penelitian Rizki (2003) dalam Pahlevi (2012), penelitian Yuliaty (2008) sendiri yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara NPM pada return saham. Ha6: Terdapat pengaruh net profit margin terhadap return saham. Leverage dan return saham Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (utang) secara efektif sehingga dapat memperoleh tingkat penghasilan usaha yang optimal (Arrita, 2004) dalam (Widyawati, 2012). Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan didanai dengan utang. Perusahaan yang menggunakan modalnya sendiri 100% berarti ISSN: 1410 -9875 perusahaan itu tidak menggunakan leverage. Penelitian yang dilakukan Widyawati (2012) menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Sementara hasil berbeda dilakukan oleh Muhammad (2006) dalam Pahlevi (2012) yang menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian Muhammad (2006) dalam Pahlevi (2012) juga didukung oleh penelitian Pahlevi (2012) sendiri. Pahlevi (2012) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara leverage dan harga saham. Ha7: Terdapat pengaruh leverage terhadap return saham. Dividend yield dan return saham Dividend yield adalah jumlah total laba atas investasi anda yang mengindikasikan capital gain, demikian menurut (Gul 2002, 24) dalam (Kurniasih dan Andriana, 2011). Yang paling menarik minat bagi para investor sebelum melakukan investasi yaitu dengan meihat dividend yield atas suatu saham perusahaan apakah saham tersebut menghasilkan dividen yang cukup tinggi atau sebaliknya. Menurut penelitian Kurniasih dan Andriana (2011) dividend yield berkorelasi negatif terhadap return saham. Hasil berbeda dilakukan oleh Margaretha dan Damayanti (2008). Hasil sama juga didapat dari penelitian Campbell dan Yogo (2006), serta penelitian Fama dan French (1988) yang menyatakan hasil penelitian ditentukan dividend yield mempunyai pengaruh signifikan yang positif terhadap stock return. Ha8: Terdapat pengaruh dividend yield terhadap return saham. Agustine METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 20072010. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling method. Proses pemilihan sampel disajikan dalam tabel 1 terlampir. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan yang telah diaudit untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 20072010 yang dapat diperoleh dari Pojok BEI, Fact Book, ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Harga saham penutupan setiap akhir tahun yang dapat diperoleh dari www.yahoofinance.com dan www.duniainvestasi.com. Definisi Operasional dan Pengukuran Return Saham Return saham adalah variabel dependen dalam penelitian ini. Return saham adalah return yang terjadi pada waktu tersebut, yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Secara matematis rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut: (Pt – Pt-1) + Dt Rt = Pt-1 Earning per share Earning per share (EPS) merupakan ukuran dari berapa besar laba bersih dihasilkan untuk 5 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 tiap-tiap lembar saham yang beredar dengan membagi laba bersih dengan rata-rata saham biasa yang beredar selama tahun tersebut (Average Common Shares Outstanding). EPS dirumuskan sebagai berikut: Net Income EPS = Average Common Shares Outstanding Price earning ratio Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan terhadap harga sahamnya. PER adalah ukuran yang sering dikutip dari perbandingan antara harga pasar per saham (market price per share) dengan laba bersih per saham (EPS) (Weigandt et.al. 2012, 841). PER dirumuskan sebagai berikut: Market Price per Share of Common Stock PER = EPS Market to book ratio Menurut Margaretha dan Damayanti (2008) Market to book ratio (MB) merupakan rasio perbandingan antara harga pasar perlembar saham dibandingkan dengan nilai buku (book value) perusahaan. Book value per share digunakan untuk mengukur nilai shareholder equity atas setiap saham dan dasarnya nilai book value per share dihitung dengan membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares). Perumusan MB dapat ditulis (Gitman 2012, 88): 6 November 2012 Market Price per Common Stock Share of Book Value per Common Stock Share of MB = Economic value added Economic Value Added merupakan nilai tambah ekonomis yang diperoleh dari selisih antara net operating after tax (NOPAT) dengan biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan (capital charge). Formula yang dapat digunakan untuk menghitung EVA adalah sebagai berikut: EVA = NOPAT – Capital Charges Untuk perhitungan capital charges dengan menggunakan rumus: Capital charges = WACC x Invested Capital NOPAT = Laba Operasi ditambah biaya bunga WACC = jumlah biaya dari masing-masing komponen modal Invested Capital = pinjaman jangka pendek + pinjaman jangka + ekuitas Return on asset Return on asset merupakan rasio yang membandingkan laba bersih dengan total asset rata-rata. Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggunakan satuan ukur persentase (%). Rumus ROA dapat dituliskan sebagai berikut (Weigandt et.al. 2012, 839): Net Income ROA= Average Total Asset ISSN: 1410 -9875 Net profit margin Net Profit Margin (NPM) merupakan ukuran persentase dari tiap dollar penjualan yang menghasilkan laba bersih dengan membagi tingkat laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan penjualan bersih (Weigandt et.al. 2012, 838). Nilai NPM dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Income NPM = Net Sales Leverage Rasio leverage yang digunakan pada penelitian ini menggunakan debt to total asset ratio (DTA). DTA merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan didanai dengan hutang dengan membandingkan besarnya total debt pada total asset. Rumus DTA ditulis sebagai berikut: Total Debts DTA = Total Assets Dividend yield Dividend yield merupakan rasio dividen perlembar saham terhadap harga saham (Gul 2002, 24) dalam (Kurniasih dan Andriana 2011). Rumus Dividend yield dilambangkan dengan DY, dan perumusannya adalah sebagai berikut: Dividend per Share DY = Market Price per Share Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi return saham Agustine adalah analisa regresi berganda (multiple regression analysis) dengan alpha 5%. Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: RS = a + b1EPS + b2PER + b3MB + b4EVA + b5ROA + b6NPM + b7LEV + b8DY + ε Keterangan: RS Return saham a Konstanta b Koefisien Regresi EPS Earning per Share PER Price Earning Ratio MB Market to Book Ratio EVA Economic Value Added ROA Return on Asset NPM Net Profit Margin LEV Leverage DY Dividend Yield � Error term HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif merupakan metode yang berhubungan dengan pengumpulan dan pengolahan data sehingga dapat memberikan informasi yang berguna berdasarkan keadaan yang umum. Alat statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata - rata (mean), standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum (range) (Ghozali 2011,19). Hasil statistic deskriptif disajikan pada tabel 2. Dari hasil pengujian normalitas residual pada tabel 3, maka diperoleh nilai asymp. Sig (2tailed) sebesar 0,000 dimana nilainya lebih kecil dari tingkat kesalahan (α) yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Hal ini menyatakan 7 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 bahwa data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji outlier. Setelah dilakukan outlier hasil pengujian kolmogorov-smirnov menunjukan nilai asymp. Sig. sebesar 0145 melebihi 0,05 sehingga data tersebut terdistribusi secara normal seperti pada tabel 4. Tabel 5 menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat variabel yang mengalami multikolonieritas yang ditunjukkan dengan semua nilai tolerance di atas 0,1 dan semua nilai VIF di bawah 10. Berdasarkan tabel 6, nilai sig dari semua variabel di atas 0,05 sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan tabel 7, menunjukan nilai sig. res_2 sebesar 0,356 yang lebih besar dari 0,05. Berarti model penelitian tidak mengalami masalah autokorelasi. Berdasarkan tabel 8, nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,334. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen adalah lemah. Nilai Adjusted R Square pada tabel 8 sebesar 0,049 variansi variabel kebijakan dividen yang dapat dijelaskan oleh variansi dari kedelapan variabel independen, yaitu earning per share, price earning ratio, market to book ratio, economic value added, return on asset, net profit margin, leverage, dividend yield. Sisanya 95,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian. Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai signifikan F adalah sebesar 0.085 yang menunjukkan nilai di atas 0,05 sehingga model tidak fit digunakan dalam penelitian. 8 November 2012 Tabel 10 hasil uji t menunjukkan hanya dividend yield yang berpengaruh terhadap return saham dengan tingkat signifikan 1.5. Nilai tersebut lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha8 diterima, berarti dividend yield berpengaruh terhadap return saham. Variabel earning per share memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,812 di mana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha1 ditolak. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel EPS terhadap return saham secara parsial. Variabel price earning memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,296 di mana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha2 ditolak. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel PER terhadap return saham secara parsial. Variabel Market to book memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,387 di mana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha3 ditolak. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel MB terhadap return saham secara parsial. Variabel economic value added memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,701 di mana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha4 ditolak. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel EVA terhadap return saham secara parsial. Variabel return on asset memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,892 di mana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha5 ditolak. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel ROA terhadap return saham secara parsial. Variabel net profit margin memiliki tingkat signifikansi ISSN: 1410 -9875 sebesar 0,803 di mana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha6 ditolak. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel NPM terhadap return saham secara parsial. margin tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Variabel leverage memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,517 di mana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha7 ditolak. Variabel dividend yield memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,005 di mana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha8 tidak dapat ditolak. PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning per share tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Wira (2008), Susilowati (2011), Turyanto (2011), Arista dan Astohar (2012) serta penelitian oleh Zeytinoğlu et.al. (2012). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Zakaria (2011), Sasongko dan Nila (2006) dalam Arista dan Astohar (2012) dan Pahlevi (2012) yang menyatakan bahwa earning per share berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa price earning ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Kurniasih dan Andriana (2011) dan Zeytinoğlu et.al. (2012). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pornamawati (2008), Agustine Christanty (2009) serta Margaretha dan Damayanti (2008) yang menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa market to book ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Zeytinoğlu et.al. (2012), Sulaiman dan Handi (2008). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Damayanti (2008), Wijaya (2008), Anastasia (2003) dalam Arista dan Astohar (2012) serta penelitian Arista dan Astohar (2012) yang menyatakan bahwa market to book ratio berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa economic value added tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Sunardi (2010), serta Harjito dan Aryayoga (2009). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kennedy et.al (2009) yang menyatakan bahwa economic value added berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on asset tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Widyawati (2012), Arista dan Astohar (2012), Harjito dan Aryayoga (2009) serta Sakti (2010). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2005), Prihartini (2009) yang menyatakan 9 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 bahwa return on asset berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa net profit margin tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Pahlevi (2012), Rizki (2003) dalam Pahlevi (2012), Yuliaty (2008). Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harjito dan Aryayoga (2009) yang menyatakan bahwa net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Muhammad (2006) dalam Pahlevi (2012) serta penelitian Pahlevi (2012) sendiri. Namun, hasil berbeda dilakukan oleh Widyawati (2012) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend yield berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Margaretha dan Damayanti (2008), Campbell dan Yogo (2006), Lamont (1998) serta penelitian Fama dan French (1988). Namun, hasil berbeda dilakukan oleh Kurniasih dan Andriana (2011) yang menyatakan bahwa dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Adanya keterbatasan yang mungkin berpengaruh terhadap hasil penelitian, di antaranya 10 November 2012 adalah: tahun penelitian yang dilakukan terlalu singkat yaitu selama empat tahun dari tahun 2007 sampai dengan 2010, data yang digunakan sebagai sampel memiliki beberapa keterbatasan seperti data tidak terdistribusi normal sehingga data perlu untuk dilakukan uji outlier dengan membuang beberapa data yang dianggap ekstrim, terdapat banyak variabel independen lainnya yang dapat memengaruhi variabel dependen (return saham) yang tidak digunakan dan diuji dalam penelitian ini, serta perusahaan ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia saja. Dari keterbatasan yang ada maka penulis memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dianjurkan untuk penelitian selanjutnya yang akan menguji variabel dependen yang sama (return saham) diharapkan dapat memperpanjang tahun penelitian yang mungkin bisa memberikan pengaruh yang lebih akurat terhadap hasil penelitian tersebut, peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak jumlah data sampel untuk mencegah terjadinya uji outlier akibat data yang tidak terdistribusi secara normal karena banyaknya data bersifat ekstrim, menambah beberapa variabel independen yang berhubungan dengan profitabilitas, rasio berbasis pasar lainnya serta menambah variabel yang berkaitan dengan dividen, dan peneliti perlu menambah sampel data menjadi perusahaan nonkeuangan atau menambah perusahaan nonmanufaktur. ISSN: 1410 -9875 Agustine REFERENSI Arista, Desy dan Astohar. 2012. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Return Saham: Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI Periode Tahun 2005 – 2009. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan. Mei 2012. Vol 3 Nomor 1. Hlm. 1-15 Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012 Principles of Managerial Finance 13th edition. Prentice Hall. Harjito, Agus D., dan Rangga Aryayoga. 2009. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia. Fenomena. Maret 2009. Volume 7, Nomor 1. Hlm. 13-21 Kennedy, Ruhul Fitrios, dan Mela Fajarini. 2009. Pengaruh Return on Investment, Arus Kas Operasi dan Economic Value Added Terhadap Rate of Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi. Agustus 2009. Volume 17 Nomor 2. Hlm. 96-108 Kurniasih, Ninik dan Susan Andriana. 2011. Pengaruh Dividend Yield dan Price Earnings Ratio (PER) terhadap Return Saham Pada Level Investment Opportunity Set (IOS) yang Berbeda: Study pada Saham LQ 45 yang Tercatat di BEI. Jurnal Eksos. Januari 2011. Volume 7 Nomor 1. Hlm. 3845 Margaretha, Farah dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield, dan Market to Book Ratio Terhadap Stock Return di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Desember 2008. Volume 10, Nomer 3. Hlm. 149-160 Pahlevi, Reza. 2012. Pengaruh Earning per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Termasuk Dalam Indeks LQ45 yang Terdaftar di BEI. http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3560/1/Jurnal %20Skripsi.pdf Sakti, Tutus. 2010. Pengaruh Return in Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia: Kasus Pada Sektor Manufaktur Periode Tahun 2003–2007. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan. 2010. Vol. 1, No.1. http://jurnal.stietotalwin.ac.id/index.php/JurnalIlmuManajemendanAku nta/article/view/36. 11 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Subramanyam, K.R and John J. Wild. 2009. Financial Statement Analysis 10e. McGraw-Hill/Irwin. Sunardi, Harjono. 2010. Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi. Mei 2010. Vol.2, No.1. Hlm. 70-92 Weigandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2012. Accounting Principles 10e. John Wiley and Sons Inc. Widyawati, H. 2012. Pengaruh Ratio Profitabilitas dan Leverage Terhadap Return Saham: Studi kasus pada Industri Automotive dan Alliend Product yang Listed di BEI. Jurnal Dinamika Manajemen. Desember 2012. Volume 2 No. 4. Hlm 49-64 Zeytinoğlu et. al. 2012. The Impact of Market ‐ Based Ratios on Stock Returns: The Evidence from Insurance Sector in Turkey. International Research Journal of Finance and Economics. 2012. Issue 84. Page 41-48 http://www.internationalresearchjournaloffinanceandeconomics.com 12 ISSN: 1410 -9875 Agustine Tabel 1 Distribusi Sampel Penelitian No. 1 2 3 4 Jml Prshn Kriteria Perusahaan manufaktur yang tergabung dalam BEI di tahun 2007 Perusahaan manufaktur yang tidak tergabung dalam BEI dari tahun 2007-2010 Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang berakhir pada 31 Desember dari Perusahaan manufaktur yang tidak menghasilkan laba 5 Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan dividen minimal dua kali 6 Data outlier Jumlah sampel perusahaan 131 Total Sampe l 524 (36) (9) (76) (19) (12) (3) (112) (28) (29) (116) (49) 123 Tabel 2 Statistik Deskriptif Var N Minimum Maximum 123 RS -.8723 2.2813 123 EPS 2.35 3691.00 123 PER .7977 32.7027 123 MB .2831 7.3201 123 EVA -235486414339 4020574285270 123 ROA .0051 .3075 123 NPM .0035 .2597 123 LEV .0943 .8636 123 DY .0000 .3008 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Mean .421272 348.7628 12.618425 2.082696 541805021036.05 .111389 .089227 .401654 .032026 Std. Deviation .6341095 521.95739 6.8555190 1.5806920 976019663129 .0637450 .0571828 .1758975 .0420349 Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Residual Asymp. Sig (20,000 tailed) Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Tabel 4 Hasil Uji Outlier 0,145 Asymp. Sig (2tailed) Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 13 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Variabel EPS PER MB EVA ROA NPM LEV DY Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Tolerance VIF Kesimpulan 0,691 1,447 Tidak terjadi multikolinearitas 0,249 4,019 Tidak terjadi multikolinearitas 0,123 8,141 Tidak terjadi multikolinearitas 0,537 1,861 Tidak terjadi multikolinearitas 0,113 8,874 Tidak terjadi 0,277 3,616 multikolinearitas 0,524 1,908 Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas 0,937 1,067 Tidak terjadi multikolinearitas Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig. (Constant) 0,085 EPS 0,490 PER 0,306 MB 0,371 EVA 0,282 ROA 0,897 NPM 0,500 LEV 0,995 DY 0,934 Dependen : ARES_1 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Variabel Sig. RES2 0,356 Dependent : Unstandardized Residual Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Tabel 8 Hasil Uji R Model R 1 0,334 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 14 November 2012 ISSN: 1410 -9875 Agustine Tabel 8 Hasil Uji Adjusted R Square Model Adjusted R Square 1 0,049 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Model Regression Residual Total Sum Squares 5,482 43,573 49,056 Tabel 9 Hasil Uji F of Df Mean Square F 8 114 122 0,685 0,382 1,793 Sig. 0,085 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Model (Constant) EPS PER MB EVA ROA NPM LEV DY Tabel 10 Hasil Uji t B t 0,642 1,644 -3,078E-05 -0,239 -0,17 -1,049 0,088 0,868 -3,012E-14 -0,385 0,356 0,136 0,466 0,251 -0,286 -0,650 -3,943 -2.866 Sig. 0,103 0,812 0,296 0,387 0,701 0,892 0,803 0,517 0,005 Dependent variable : Return Saham 15 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 16 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 17-32 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA ANALISIS DETERMINASI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN NON KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA FREDDY KARYADI dan YUSUF WIJAYA STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and anayze the influence of tangibility of assets, size, growth, profitability, liquidity, non-debt tax shield, dividend payout ratio and business risk toward capital structure.The sample of this research consisting of 72 data non-financial companies that has been listing in Indonesian Stock Exchange for the period 2007 until 2010 which has been selected by purposive sampling method and analyzed using multiple regression analysis.The empirical result indicates that tangibility of assets, size, profitability and liquidity have influence to capital structure. On the other hand, growth, non-debt tax shield, dividend payout ratio, and business risk have no effect to capital structure. Keywords: Capital Structure, Tangibility of Assets, Liquidity, Non-Debt Tax Shield, Dividend Payout Ratio, and Business Risk. permanen dan mudah diadakan seringkali menjadi bagian penting dalam struktur modal perusahaan (Seftianne dan Handayani 2011). Struktur modal memiliki kontribusi yang besar terhadap nilai perusahaan. Peningkatan kesejahteraan pemegang saham akan tercermin pada peningkatan nilai perusahaan. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai perusahaan adalah melalui pengelolaan komposisi modal perusahaan. Keputusan manajer keuangan dalam memilih sumber pendanaan akan berdampak pada harga saham perusahaan (Indrawati dan Suhendro 2006). Perusahaan biasanya menggunakan pilihan pendanaan PENDAHULUAN Isu mengenai jumlah hutang luar negeri yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek, diyakini oleh banyak pihak sebagai salah satu penyebab krisis ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia pada tahun 1998 sehingga menciptakan ketidakstabilan. Hal tersebut diperburuk oleh kepercayaan diri yang berlebihan akan kemampuan melunasi hutang dan juga tidak ada nya mekanisme pengawasan terhadap hutang. Bagi banyak perusahaan, sumber pendanaan yang hanya berupa modal sendiri seringkali dirasa tidak memenuhi kebutuhan pendanaan mereka. Hutang, karena sifatnya tidak 17 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 yang berbeda dan bermacammacam didasarkan dari jenis industri dan operasi perusahaan itu sendiri (Awan et al. 2011). Struktur modal juga mencerminkan keputusan pendanaan yang diambil oleh manajer keuangan dalam hubungannya dengan kegiatan operasi perusahaan, yaitu keputusan keuangan berkaitan dengan komposisi hutang, baik jangka panjang maupun jangka pendek, saham preferen dan saham biasa yang akan digunakan oleh perusahaan (Margaretha dan Ramadhan 2010). Mengingat tinggi nya tingkat persaingan usaha di dunia global, tentunya manajer keuangan diharuskan untuk memiliki keputusan pendanaan yang tepat, sehingga akan menghasilkan struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal dijelaskan dengan kemampuan perusahaan untuk meminimalkan biaya modal yang seharusnya ditanggung oleh perusahaan sehingga memberikan nilai perusahaan yang maksimal (Indrawati dan Suhendro 2006). Menurut Gitman dan Zutter (2012, 527) struktur modal yang optimal terjadi ketika manfaat yang diperoleh seimbang dengan biaya yang dikeluarkan dengan pendanaan hutang. Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Gitman dan Zutter (2012, 527) yaitu, peningkatan kemungkinan risiko kebangkrutan akibat adanya hutang, biaya agensi dari pemberi pinjaman sehingga pemberi pinjaman biasa turut mengendalikan tindakan perusahaan dan asymmetric information. 18 November 2012 KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Menurut Gitman dan Zutter (2012, 532) manajer perusahaan secara khusus bertindak sebagai agen dari pemegang saham. Pemegang saham memberikan kewenangan kepada manajer untuk mengelola perusahaan dan memberi manfaat bagi pemegang saham. Jensen dan Meckling menggambarkan hubungan keagenan timbul karena adanya kontrak antara pemegang saham (principal) dan agen. Dalam kontrak tersebut pemegang saham memberi kewenangan pada agen untuk membuat keputusan (Godfrey et al. 2010, 362). Berkaitan dengan teori keagenan Modigliani dan Miller (1958) dalam Awan et al. (2011) menyatakan bahwa pemilik harus menanggung biaya akibat pemisahan kepemilikan dan manajemen terhadap bentuk perusahaan. Para pemegang saham harus menyediakan insentif untuk manajer untuk bekerja secara efisien dan meningkatkan hasil kerja. Biaya yang dibayarkan oleh pemilik kepada manajer atau agen, dikenal sebagai biaya agensi (agency cost). Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya agensi dapat dibagi menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemegang saham untuk mengawasi, mengamati dan mengendalikan perilaku agen. Bonding cost adalah biaya yang dikenakan kepada agen sebagai bentuk pertanggungjawaban untuk menjamin bahwa agen tidak akan mengambil tindakan yang membahayakan pemegang saham ISSN: 1410 -9875 (principal). Namun demikian, pada umumnya adalah tidak mungkin bagi pemegang saham, at zero cost memastikan bahwa agen akan mengambil keputusan optimal. Biaya keagenan akan mempengaruhi nilai perusahaan sehingga penting untuk dipertimbangkan dalam struktur modal perusahaan. Adanya permasalahan keagenan membuat manajer lebih menyukai pembiayaan dengan ekuitas diabandingkan hutang. Dengan diadakannya pendanaan eksternal berupa hutang diharapkan biaya yang dikeluarkan oleh pemegang saham sehubungan dengan pengawasan manajemen dapat berkurang karena pihak kreditur yang memberikan pinjaman kepada perusahaan dalam hal ini manajemen sebagai eksekutif organisasi akan melakukan pengawasan guna mendapat keyakinan tentang kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Dengan kata lain, hutang mampu memperkecil biaya agensi (Joni dan Lina 2010). Pecking Order Theory Gitman dan Zutter (2012, 534) Pecking order theory adalah hirarki pendanaan yang dimulai dengan laba ditahan, diikuti oleh hutang dan akhirnya penerbitan saham baru. Ketika manajemen membutuhkan pendanaan bagi proyek baru, pertama mereka akan menggunakan laba ditahan. Jika laba ditahan tidak cukup untuk mendanai investasi baru, maka manajer menggunakan pendanaan eksternal dengan menerbitkan hutang. Apabila hutang tidak juga cukup untuk mendanai investasi tersebut, maka cara terakhir adalah dengan menerbitkan saham. Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya Teori ini konsisten dengan fakta mengenai keputusan pendanaan perusahaan. Pertama, sebagian besar investasi baru didanai dengan menggunakan laba ditahan. Kedua, perusahaan lebih banyak berhutang dibandingkan menerbitkan ekuitas seperti yang diprediksi oleh pecking order theory. Ketiga, perusahaan yang mendapatkan keuntungan, cenderung sedikit melakukan pinjaman hutang dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menguntungkan. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Myers (1984) bahwa perusahaan harus membuat hirarki dana yang diinginkan. Pertama, ia menyarankan menggunakan dana internal (retained earning) untuk membiayai proyek-proyeknya. Jika perusahaan membutuhkan lebih banyak dana untuk pertumbuhan aset maka perusahaan bisa menerbitkan hutang. Perusahaan memanfaatkan sumber pendanaan ekuitas sebagai pilihan pendanaan terakhir, karena pendanaan ekuitas membutuhkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan hutang. Static Trade off Theory Static Trade off Theory mengacu pada pemikiran bahwa sebagian besar pendanaan perusahaan merupakan pembiayaan hutang dan sebagian yang lainnya merupakan pembiayaan ekuitas yang masing–masing akan digunakan dengan menyeimbangkan biaya dan manfaat. Teori ini menyatakan bahwa nilai perusahaan yang memiliki leverage dan tidak memiliki leverage tidaklah sama. Dalam hal pembiayaan dengan hutang, perusahaan dapat 19 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 mengambil keuntungan atas beban bunga yang terjadi karena merupakan pengurang pajak. Namun, pada saat yang sama dengan adanya pendanaan hutang akan memungkinkan adanya kesulitan keuangan dan juga peningkatan biaya agensi. Peningkatan biaya agensi dapat terjadi ketika perusahaan memilih pendanaan hutang, manajer atau agen juga bertindak sebagai penyedia hutang yang mengakibatkan meningkatnya biaya agensi. Static trade off theory mengatakan lebih lanjut bahwa struktur modal yang optimal adalah adanya keseimbangan antara manfaat dan beban atas pendanaan hutang. Teori ini terfokus pada keuntungan pajak, biaya kebangkrutan dan biaya keagenan (Awan et al. 2011). Asymmetric Information Theory Merupakan suatu kondisi dimana manajer perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek kedepannya dari perusahaan dibandingkan dengan investor (Gitman dan Zutter 2012, 533). Adanya asymmetric information membuat manajer perusahaan lebih leluasa bertindak di dalam menentukan strategi struktur modal karena manajer lebih menguasai informasi yang terjadi di dalam perusahaan. Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di pasar, sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus tersedia bagi semua pihak. Namun, karena kompetisi pasar diantara para investor membuat informasi baru segera direfleksikan ke dalam harga saham di pasar secara cepat, sehingga terjadi pula 20 November 2012 kompetisi dalam mencari informasi untuk mendapatkan keuntungan sesaat (Indrawati dan Suhendro 2006). Struktur Modal Komposisi pemilihan atas pendanaan disebut dengan struktur modal (Seftianne dan Handayani 2011). Struktur modal memiliki kontribusi yang besar dalam menentukan nilai pasar perusahaan. Perusahaan menggunakan perpaduan pilihan pembiayaan yang berbeda untuk membiayai aset mereka dan sebagian besar pilihan pendanaan didasarkan pada sifat industri dan operasi perusahaan (Awan et al. 2011). Tangibility of Assets dan Struktur Modal Perusahaan dengan aset tetap yang besar dapat memperoleh pendanaan eksternal dengan mudah dan tarif bunga yang rendah karena mereka dapat menjaminkan aset tetap tersebut sebagai jaminan, mengurangi risiko pemberi pinjaman dari biaya agensi dari hutang (risk shifting). Oleh karena itu, semakin besar proporsi aset tetap dalam neraca maka akan lebih memudahkan pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman sehingga meningkatkan leverage (Rajan dan Zingales 1995). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Margaretha dan Ramadhan (2010), menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara tangibility of assets terhadap struktur modal. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Awan et al. (2011) didukung juga oleh penelitian Joni dan Lina (2010), yang menyatakan bahwa tangibility of assets memiliki pengaruh ISSN: 1410 -9875 terhadap struktur modal, karena semakin tinggi tangibility of assets yang dimiliki perusahaan maka tingkat hutang yang tercatat di laporan posisi keuangan juga akan meningkat. Ha1 : Tangibility of assets memiliki pengaruh terhadap struktur modal Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu. Ukuran perusahaan yang besar, dianggap sebagai suatu indikator yang menggambarkan tingkat risiko bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut, karena jika perusahaan memiliki kemampuan finanasial yang baik, maka diyakini bahwa perusahaan tersebut mampu untuk memenuhi kewajibannya serta memberikan tingkat pengembalian yang memadai bagi investor (Joni dan Lina 2010). Hasil penelitian terdahulu dimana ukuran perusahaan sebagai variabel independennya menunjukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal tersebut membuktikan bahwa perusahaan-perusahaanbesar di Pakistan meminjam lebih banyak dan perusahaan kecil takut terhadap hutang yang berlebih. Hasil penelitian serupa juga terjadi pada penelitian Seftianne dan Handayani (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan dengan struktur modal. Ha2 : Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh terhadap struktur modal Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya Pertumbuhan Aset dan Struktur Modal Pecking order theory oleh Myers (1984) menyatakan bahwa perusahaan mendanai proyekproyek nya dengan dana internalnya sendiri (retained earnings). Hutang biasanya tumbuh ketika biaya investasi melebihi laba ditahan dan turun ketika investasi kurang dari saldo laba ditahan. Dengan demikian, nilai buku leverage perusahaan diperkirakan akan meningkat ketika perusahaan memiliki peluang investasi yang lebih. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Awan et al. (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan aset perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Semakin besarnya tingkat pertumbuhan aset perusahaan maka perusahaan akan membutuhkan lebih banyak pendanaan hutang yang akan digunakan perusahaan untuk melakukan perluasan bisnis. Pendanaan hutang dipilih karena biaya yang dibutuhkan lebih rendah dibanding pendanaan ekuitas. Ha3 : Pertumbuhan Aset memiliki pengaruh terhadap struktur modal Profitabilitas dan Struktur Modal Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan modal. Salah satu rasio yang digunakan dalam memenetukan profitabilitas adalah return on assets (ROA). ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya (Joni dan Lina 2010). 21 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Mengenai keterkaitan dan pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal, terdapat perbedaan pandangan dari penelitian sebelumnya. Menurut teori state trade-off bahawa semakin besar keuntungan, perusahaan cenderung berhutang lebih banyak untuk melindungi laba dari pajak. Sebaliknya menurut teori pecking order Myers (1984) perusahaan dengan keuntungan yang besar cenderung menggunakan dana internal dibandingkan dana eksternal, sehingga tingkat leverage nya rendah. Menurut Seftianne dan Handayani (2011) perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik akan meminjam uang lebih sedikit. Hasil penelitian Awan et al. (2011), Margaretha dan Ramadhan (2010) dan juga Khan (2010) menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Ha4 : Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap struktur modal Likuiditas dan Struktur Modal Tingkat likuiditas merupakan suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimilikinya (Seftianne dan Handayani 2011). Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan, masalah penjualan investasi dan aset lainnya yang dipaksakan dan yang paling berbahaya, mengarah pada insolvabilitas dan kebangkrutan (Subramanyam dan 22 November 2012 Wild 2009, 241). Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi lebih menyukai pendanaan dengan dana internalnya terlebih dahulu sebelum menggunakan pendanaan eksternal melalui hutang, hal ini sesuai dengan pecking order theory. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sheikh dan Wang (2011) menyatakan bahwa likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin tinggi struktur modal. Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibankewajiban jangka pendeknya maka hal tersebut dapat mengindikasikan perusahaan berada dalam keadaan yang sehat. Hal tersebut akan mempermudah perusahaan untuk memperoleh kewajiban yang berasal dari pihak luar perusahaan. Ha5 : Likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal Non-Debt Tax Shields dan Struktur Modal Salah satu item selain beban bunga yang memiliki kontribusi untuk mengurangi pajak adalah nondebt tax shield atau yang lebih dikenal dengan depresiasi. Manfaat perlindungan pajak pada penggunaan hutang dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan ketika sebuah perusahaan melaporkan pendapatan yang konsisten rendah atau negatif. Akibatnya, beban pembayaran bunga akan dirasakan oleh perusahaan. DeAngelo dan Masulis (1980) menyatakan bahwa hutang diharapkan oleh perusahaan karena menyediakan perlindungan pajak terhadap pendapatan perusahaan. Pengurangan depresiasi, kredit pajak dan berbagai fitur lainnya ISSN: 1410 -9875 merupakan perlindungan pajak oleh hutang. Dengan alasan tersebut diprediksi adanya hubungan antara perlindungan pajak dengan hutang. Perusahaan dengan non-debt tax shield yang besar diharapkan memiliki hutang yang kecil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Ramadhan (2010) menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel non-debt tax shield terhadap struktur perusahaan. Sejalan dengan penelitian Margaretha dan Ramadhan (2010), hasil penelitian Lim (2012) menunjukkan variabel non-debt tax shield tidak signifikan terhadap struktur modal. Sheikh dan Wang (2011) mendapati hasil yang berbeda, bahwa non-debt tax shield memberikan pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini terjadi karena perusahaan memang menikmati keuntungan dari pengurangan pajak, tetapi dengan tingkat hutang yang tinggi akan menimbulkan kewajiban membayar beban bunga yang tinggi pula. Nondebt tax shield memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal, karena itu perusahaan dengan nondebt tax shield yang besar kemungkinan membutuhkan leverage yang lebih besar. Ha6 : Non-debt tax shield memiliki pengaruh terhadap struktur modal Dividend Payout Ratio dan Struktur Modal Dividen payout ratio adalah pengukuran persentase dari laba yang harus dialokasikan perusahaan dalam bentuk dividen. Sejak dividen dikategorikan sebagai pengeluaran kas, perusahaan harus memberikannya kepada pemegang Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya saham (Riaz dan Afzal 2011). Sejalan dengan Riaz dan Afzal (2011) menyatakan bahwa dividen merupakan bagian dari laba bersih yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Secara tidak langsung, tingkat penggunaan hutang akan dipengaruhi oleh kebijakan dividen yang ada di dalam suatu perusahaan. Hal tersebut terjadi karena perusahaan yang memiliki kebijakan untuk membagikan dividen cenderung membutuhkan pendanaan yang lebih. Hal tersebut yang akan menyebabakan perusahaan mencari sumber pendanaan lain baik berupa penambahan hutang atau pun penerbitan saham (Joni dan Lina, 2010). Hasil penelitian Joni dan Lina (2010) menyatakan bahwa variabel dividen tidak berpengaruh terhadap struktur modal, karena pembagian dividen akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan menimbulkan ekspektasi positif dari pasar, sehingga memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk menerbitkan sekuritas modal dan menurunkan leverage. Adanya hubungan negatif antara dividen payout ratio dengan struktur modal. Tingkat pendistribusian dividen yang tinggi cenderung membuat perusahaan menggunakan pendanaan internal dibandingkan mencari sumber pendanaan lain, hal ini sejalan dengan teori pecking order. Ha7 : Dividend payout ratio memiliki pengaruh terhadap struktur modal Risiko Bisnis dan Struktur Modal Menurut Gitman dan Zutter (2012, 527) menyatakan bahwa 23 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 risiko bisnis merupakan risiko perusahaan karena tidak mampu menutupi biaya operasionalnya. Risiko bisnis perusahaan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu stabilitas pendapatan dan stabilitas biaya. Perusahaan dengan tingkat risiko bisnis yang tinggi cenderung akan menghindari penggunaan hutang.Hal ini dikarenakan perusahaan dinilai perlu untuk menyediakan dana dalam jumlah yang memadai untuk persiapan pelunasan hutangnya serta beban bunga yang harus ditanggung perusahaan (Gitman dan Zutter 2003, 215) dalam (Joni dan Lina 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011) menunjukkan risiko bisnis tidak berpengaruh dengan struktur modal. Penelitian tersebut menyatakan bahwa risiko bisnis memiliki nilai koefisien positif, yaitu sebesar 0,0026. Hal ini menunjukan bahwa semakin kecil risiko bisnis maka semakin kecil struktur modal. Investor yang memiliki sifat risk seeker tidak akan tertarik dengan perusahaan yang memiliki risiko rendah, ia akan lebih tertarik dengan perusahaan yang memiliki risiko tinggi, karena mereka beranggapan jika risiko tinggi maka return yang akan mereka dapat akan semakin tinggi. Serupa dengan penelitian Seftianne dan Handayani (2011), tidak adanya pengaruh variabel risiko bisnis dengan variabel struktur modal ditunjukkan dalam penelitian Joni dan Lina (2010). Hal tersebut terjadi karena indikator yang digunakan adalah variabilitas laba operasional yang sulit ditentukan dan sulit untuk diukur (Harjanti dan Tandelilin 2007). Ha8 : Risiko bisnis memiliki pengaruh terhadap struktur modal Model penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tangibility of assets Ukuran Perusahaan Pertumbuhan Aset Profitabilitas Struktur Modal (leverage) Likuiditas Non-debt Tax Shield Dividend Payout Ratio Risiko Bisnis Gambar 1 Model Penelitian 24 November 2012 ISSN: 1410 -9875 Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya METODE PENELITIAN Bentuk dan Obyek Penelitian Penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah kausalitas yaitu metode digunakan untuk menguji apakah suatu variabel akan menyebabkan perubahan terhadap variabel lain. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Data yang diambil dalam penelitian ini ialah data sekunder dan pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling. Definisi Operasional Pengukurannya dan Struktur Modal Dalam penelitian ini struktur modal ditandai dengan LV dan menggunakan skala rasio. Struktur modal diukur dengan menggunakan rasio leverage yaitu, total debt perusahaan dibagi dengan total aset perusahaan,dimana total debt terdiri dari liabilitas lancar dan liabilitas tidak lancar (Awan et al. 2011). Tangibility of Assets Tangibility of assets menggambarkan proporsi aset tetap yang dimiliki perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas pinjaman yang dilakukan perusahaan (Joni dan Lina 2010). Variabel tangibility of assets dalam penelitian ini ditandai dengan TG dan skala yang digunakan adalah rasio. Tangibility of assets diukur dan dihitung dengan menggunakan rasio aset tetap yaitu, aset tetap bersih dibagi dengan total aset (Awan et al. 2011). Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu (Joni dan Lina 2010). Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini ditandai dengan SZ dan skala yang digunakan adalah skala rasio. Ukuran perusahaan diukur dan dihitung dengan menggunakan natural logarithm dari penjualan perusahaan (Awan et al. 2011). Pertumbuhan Aset Perusahaan yang bertumbuh akan lebih leluasa dalam memilih investasi di masa depan. Pertumbuhan aset dapat menambah nilai perusahaan namun tidak dapat dijadikan sebagai jaminan.Variabel pertumbuhan aset dalam penelitian ini ditandai dengan GT dan menggunakan skala rasio dalam pengukurannya. Pertumbuhan aset diukur dan dihitung dengan menggunakan persentase perubahan total aset perusahaan dari tahun sebelumnya (Awan et al. 2011). Profitabilitas Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang dimilikinya (Joni dan Lina, 2010) dan seringkali mengukur keefektifan suatu bisnis dalam menghasilkan keuntungan (Lim 2012). Variabel profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini ditandai dengan PF dan menggunakan skala rasio dalam pengukurannya. Profitabilitas diukur dan dihitung dengan menggunakan return on assets perusahaan yaitu, laba bersih sebelum pajak (EBT) 25 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 dibagi dengan total aset perusahaan (Awan et al. 2011). Likuiditas Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki (Seftianne dan Handayani 2011). Variabel likuiditas perusahaan dalam penelitian ini ditandai dengan LK dan menggunakan skala rasio dalam pengukurannya. Likuiditas diukur dan dihitung menggunakan rasio antara aset lancar dan liabilitas lancar yang dimiliki perusahaan (current ratio). Non-Debt Tax Shield Non debt tax shield atau yang lebih dikenal dengan depresiasi merupakan salah satu item yang memiliki kontribusi untuk mengurangi beban pajak. Variabel non-debt tax shield dalam penelitian ini ditandai dengan ND dan menggunakan skala rasio dalam pengukurannya. Non-debt tax shield diukur dan dihitung menggunakan rasio antara beban depresiasi perusahaan dibagi total aset perusahaan. Dividend Payout Ratio Dividen adalah saldo dari laba bersih perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Variabel Dividend Payout 26 November 2012 Ratio dalam penelitian ini ditandai dengan DV dan menggunakan skala rasio dalam pengukurannya. Dividen payout ratio diukur dan dihitung menggunakan rasio perbandingan antara dividen kas dengan laba bersih. Risiko Bisnis Menurut Gitman dan Zutter (2012, 565) menyatakan bahwa risiko bisnis merupakan risiko perusahaan karena tidak mampu menutupi biaya operasionalnya. Dalam dunia investasi, risiko bisnis dikenal sebagai bagian dari risk premium yang diartikan sebagai ketidakpastian aliran pendapatan. Variabel risiko bisnis dalam penelitian ini ditandai dengan RB dan menggunakan skala rasio dalam pengukurannya. Risiko Bisnis diukur dan dihitung menggunakan deviasi standar pengembalian saham. Dimana closing price bulanan pada bulan t dikurangi dengan closing price bulanan pada bulan t-1 dibagi dengan closing price bulanan pada bulan t-1 (Seftianne dan Handayani 2011). HASIL PENELITIAN Prosedur Pemilihan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan purposive sampling. Hasil pemilihan sampel dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: ISSN: 1410 -9875 Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Jumlah Kriteria Sampel Perusahaan Perusahaan non keuangan yang konsisten 338 terdaftar di BEI tahun 2011-2010. Perusahaan non keuangan yang menerbitkan (26) laporan keuangan per 31 Desember setiap tahunnya. Perusahaan non keuangan yang menerbitkan laporan keuangan menggunakan satuan mata (8) uang rupiah (Rp). Perusahaan non keungan yang mengalami EBT (80) positif konsisten selama periode penelitian. Perusahaan non keuangan yang mengalami laba (9) selama periode penelitian. Perusahaan yang membagikan dividen secara (143) konsisten selama periode penelitian. Sampel Penelitian 72 Jumlah Data 1.352 (104) (32) (320) (36) (572) 288 Sumber : Pengolahan Data SPSS Hasil uji statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif N LV TG SZ GR PF LK ND DP RB Minimum 288 288 288 288 288 288 288 288 288 Maximum 0,068028 0,002641 22,684643 -0,202069 0,004959 0,362394 0,000010 0,000298 0,000000 0,849986 0,760160 32,898262 1,546302 0,563114 10,799032 0,132959 4,569341 1,6544529 Mean 0,42113689 0,25330041 28,85605516 0,17882703 0,15441698 2,46489176 0,02997021 0,44634436 0,13682529 Std. Deviation 0,186771286 0,172619066 1,702132429 0,164008407 0,107723713 1,793309939 0,022278081 0,495704895 0,127640441 Sumber : Pengolahan Data SPSS Hasil uji t dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3 Hasil Uji t Variabel B T Sig (Constant) TG SZ 0,181 -0,224 0,017 1,340 -4,136 3,718 0,181 0,000 0,000 GR 0,077 1,728 0,085 Keterangan Ha diterima Ha diterima Ha tidak dapat diterima 27 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Variabel B T Sig Keterangan PF LK ND -0,344 -0,064 -0,458 -4,558 -14,107 -1,103 0,000 0,000 0,271 Ha diterima Ha diterima Ha tidak dapat DP -0,003 -0,195 0,845 RB 0,046 0,799 0,425 Sumber: Pengolahan Data SPSS Variabel tangibility of assets (TG) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel tangibility of assets berpengaruh terhadap leverage sebagai proksi struktur modal dan hipotesis pertama (Ha1) dapat diterima. Variabel tangibility of assets memiliki nilai koefisien -0,224, berarti variabel tangibility of assets memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan struktur aset yang kecil memiliki struktur modal yang besar begitupula sebaliknya. Dengan adanya pendanaan hutang pemegang saham dapat mengawasi dan mengendalikan manajer agar mereka tidak melakukan tindakan oportunis dalam menggunakan aset perusahaan. Sehingga perusahaan dengan tangibility of assets yang kecil cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Variabel ukuran perusahaan (SZ) memiliki nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Hasil tersebut menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap leverage sebagai proksi struktur modal dan hipotesis kedua (Ha2) diterima. Variabel ukuran perusahaan 28 November 2012 diterima Ha tidak dapat diterima Ha tidak dapat diterima memiliki nilai koefisien 0,017 yang artinya pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal adalah positif. Perusahaan berskala besar memiliki risiko kebangkrutan yang kecil sehingga akan lebih mudah dalam mencari investor yang akan menanamkan modalnya dalam perusahaan dan juga akan lebih mudah dalam rangka memperoleh kredit dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu, semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi struktur modalnya. Variabel pertumbuhan aset (GR) memiliki nilai signifikansi 0,085 yang lebih besar dari nilai alpha 0,05. Hasil tersebut menyatakan bahwa variabel pertumbuhan aset tidak berpengaruh terhadap leverage sebagai proksi struktur modal. Oleh karena itu hipotesis ketiga (Ha3) tidak dapat diterima Variabel profitabilitas (PF) memiliki nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap leverage sebagai proksi struktur modal dan hipotesis keempat (Ha4) dapat diterima. Variabel profitabilitas memiliki nilai koefisien -0,344, berarti variabel profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. ISSN: 1410 -9875 Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan mampu untuk menghasilkan laba yang tinggi pula. Semakin tinggi laba perusahaan maka dana internal yang dimiliki perusahaan juga tinggi. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan hutang akan semakin rendah. Hasil penelitian ini membuktikan konsistensi terhadap teori pecking order, perusahaan yang membutuhkan pendaaan cenderung menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu dibandingkan dengan pendanaan eksternal seperti hutang atau penerbitan saham. Variabel likuiditas (LK) memiliki nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh terhadap leverage sebagai proksi struktur modal dan hipotesis kelima (Ha5) dapat diterima. Variabel likuiditas memiliki nilai koefisien 0,064, berarti variabel likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal sehingga, jika tingkat likuiditas dalam suatu perusahaan meningkat maka struktur modal akan menurun. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi memiliki dana internal yang cukup untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dan membiayai kegiatan bisnisnya, dengan begitu penggunaan hutang ataupun penerbitan saham dalam struktur modal akan rendah. Hasil ini juga mendukung teori pecking order karena penggunaan dana internal lebih disukai oleh perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi sebelum menggunakan alternatif pendanaan lain berupa hutang atau ekuitas. Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya Variabel non-debt tax shield (ND) memiliki nilai signifikansi 0,271 yang lebih besar dari nilai alpha 0,05. Hasil tersebut menyatakan bahwa variabel non-debt tax shield tidak berpengaruh terhadap leverage sebagai proksi struktur modal dan hipotesis keenam (Ha6) tidak dapat diterima. Variabel dividend payout ratio (DP) memiliki nilai signifikansi 0,845 yang lebih besar dari nilai alpha 0,05. Hasil tersebut menyatakan bahwa variabel dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap leverage sebagai proksi struktur modal sehingga hipotesis ketujuh (Ha7) tidak dapat diterima. Variabel risiko bisnis (RB) memiliki nilai signifikansi 0,425 yang lebih besar dari nilai alpha 0,05. Hasil tersebut menyatakan bahwa variabel risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap leverage sebagai proksi struktur modal sehingga hipotesis kedelapan (Ha8) tidak dapat diterima. PENUTUP Hasil pengujian penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tangibility of assets (TG), ukuran perusahaan (SZ), profitabilitas (PF) dan likuiditas (LK) berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan pertumbuhan aset (GR), non-debt tax shield (ND), dividend payout ratio (DP) dan risiko bisnis (RB) tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Periode penelitian yang digunakan relatif pendek yaitu 29 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 empat tahun, 2008 sampai dengan 2010. 2. Penelitian ini terbatas dengan menggunakan delapan variabel independen dimana terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Adapun rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. 2. November 2012 Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti struktur modal diharapkan dapat memperluas periode penelitian sehingga lebih menggambarkan struktur modal pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adanya penambahan jumlah variabel independen yang dimungkinkan memiliki pengaruh terhadap struktur modal. REFERENSI Awan, Tariq Naeem, Majed Rashid, dan Muhammad Zia-ur-Rehman. 2011. “Analysis of the determinants of capital structure in sugar and allied industry”. International Journal of Business and Social Science. Vol.2. No.1 Bevan, A.A dan Danbolt, J. 2002. “Capital Structure and Its Determinants In the United Kingdom – A Decompositional Analysis”: Applied Financial Economics 12(3 ): pp. 159-170 DeAngelo, Harry and Ronals W Masulis. 1980. “Optimal Capital Structure Under Corporate and Personal Taxation”. Journal of Financial Economics 8 (1980) 3-29. Drobetz, Wolfgang dan Roger Fix. 2003. “What are the Determinants of the capital Structure? Some Evidence for Switzerland”. Working Paper No. 4/03 Gitman, Lawrence J, and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance13th edition. Prentice Hall Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton and Scott Holmes. Accounting Theory 7th edition. Wiley Hair, Joseph F, William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. Multivariate Data Analysis. Prentice Hall Harjanti, Theresia T dan Eduardus Tandelilin. 2007. “Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth, Profitability dan Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus di BEJ”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.1. No.1 Indrawati, Titik dan Suhendro. 2006. “Determinasi Capital Structure Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Periode 200-2004”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.3. No.1 Joni dan Lina. 2010. “Faktor-Faktor yang Menpengaruhi struktur Modal”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.12. No.2. hlm 81-96 Jensen, Michael C dan William H Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. Vol.3. No.4 30 ISSN: 1410 -9875 Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya Khan, Zeba Shariff. 2010. Determinants of Capital Structure: Case of Listed Paint Manufacturing Companies. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Busuness. Vol.2. No.6 Lim, Thian Cheng. 2012. Determinants of Capital Structure Empirical Evidence from Financial Services Listed Firms in China. International Journal of Economics and Finance. Vol.4. No.3 Margaretha, Farah, dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.12. No.2. hlm 119-130 Myers, Stewart C. 1984. “The Capital Structure Puzzle”. Journal of Finance. Vol.39. No.3 Rajan, Raghuram G dan Luigi Zingales.1995. “What Do We Know about Capital Structure? Some Evidence from International Data”. The Journal of Finance. Vol.1. No.5 Riaz, Farah dan Muhammad Afzal. 2011. Financial Factors in Capital Structure Decisions: Panel Data Analysis of Pakistan’s Major Manufacturing Sectors. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Busuness. Vol.3. No.1 Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.13. No.1. hlm 39-56 Sheikh, Nadeem Ahmed, dan Zongjun Wang. 2011. Determinans of Capital Structure: An Empirical Study of firms in Manufacturing Industry of Pakistan. Emerald Group Publishing Limited. Vol.37. No.2 Subramanyam, K.R, and John K Wild. 2009. Analisa Laporan Keuangan edisi 10. Jakarta: Saleemba Empat Titman, Sheridan dan Roberto Wessels. 1988. “The Determinants of Capital Structure Choice”. The Journal of Finance. Vol.43. No.1. Utami, Endang Sri. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur. Fenomena. Vol.7. No.1 31 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 32 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 33-46 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PENAWARAN PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA AAN MARLINAH dan MUNTAHA STIE Trisakti [email protected] Abstract: This study determine the factors influence underpricing of Initial Public Offering (IPO). The factors are underwriter reputation, auditor reputation, return on asset, total asset turnover, current ratio, debt equity ratio, institusional ownership, managerial ownership, and the number of commissioners. Population of this research is all companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2004-2010 that consist of 137 companies, excluding the bank and financial institution. Sample is collected by using purposive sampling, resulting in 55 companies as sample. Hypothesis analysis use multiple regression analysis. The research concludes that underwriter reputation and current ratio influence underpricing, while auditor reputation, return on asset, total asset turnover, debt equity ratio, institusional ownership, managerial ownership, and number of commissioners do not influence underpricing. Keywords: Underpricing, Initial Public Offering, Reputation Underwriter, Current Ratio, Institusional Ownership. dari luar perusahaan. Perusahaan dapat menjual sebagian dari kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas di pasar modal. Perusahaan yang melakukan penawaran sebagian dari kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek berupa saham perusahaan kepada masyarakat luas melalui bursa efek disebut go public. Dalam proses go public, sebelum saham dapat diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek), terlebih dahulu harus PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dimana banyak perusahaan yang tumbuh dan mengembangkan usahanya. Setiap perusahaan dapat mengembangkan usahanya dengan memperluas usahanya dengan cara melakukan ekspansi. Dalam melakukan ekspansi perusahaan memerlukan sumber pendanaan. Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun 33 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 ditentukan harga saham yang akan ditawarkan di pasar perdana (Initial Public Offering). Namun harga saham yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara emiten (issuer) dengan underwriter pada saat IPO seringkali terjadi perbedaan harga saham ketika diperdagangkan di bursa efek, harga saham pada saat IPO cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan harga saham di bursa efek pada hari pertama (closing price), fenomena ini disebut underpricing atau out performed (Ritter 1991). RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pasar Modal Pasar modal merupakan tempat untuk menghimpun dana bagi perusahaan dengan menambah jumlah kepemilikan saham melalui penerbitan saham baru atau dengan menerbitkan surat hutang (obligasi). Initial public offerings (IPO) Perusahaan yang akan go public biasanya melakukan penawaran saham di pasar perdana (primary market). Pasar perdana adalah pasar dimana terjadi transaksi pembelian saham perusahaan yang go public oleh investor untuk pertama kalinya, selanjutnya saham tersebut akan di perjual-belikan di pasar modal atau yang disebut pasar sekunder (secondary market). Underpricing Ada kecenderungan bahwa harga penawaran saham di pasar perdana selalu lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama 34 November 2012 diperjual-belikan di pasar sekunder. Bagi perusahaan yang mengeluarkan saham, apabila terjadi underpricing berarti akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana maksimal, sebaliknya bila terjadi overpricing perusahaan akan mendapatkan dana yang maksimal. Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Underpricing Penelitian Yolanda dan Martani (2005) menunjukkan bahwa reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap underpricing. Walaupun variabel reputasi penjamin emisi tidak signifikan dalam model ini, namun arah koefisiennya yang negatif dapat diartikan bahwa semakin penjamin emisi memiliki pengalaman dan reputasi yang baik maka saham yang dijaminkannya menyebabkan underpricing akan semakin kecil. Adapun penelitian Martani et al.(2012) menunjukan reputasi underwriter tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing saham perdana. Ha1 Reputasi Underwriter berpengaruh terhadap Underpricing Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Underpricing Penelitian Martani et al. (2012), dan Kurniasih dan Santoso (2008) yang menyatakan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO. Adapun penelitian Johnson (2012) menyatakan reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap underpricing saham perdana. Ha2 Reputasi Auditor berpengaruh terhadap Underpricing ISSN: 1410 -9875 Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Underpricing Semakin tinggi tingkat ROA maka akan semakin kecil tingkat underpricingnya. Ha3 Return on Asset berpengaruh terhadap Underpricing Pengaruh Total Asset Trunover (TATO) terhadap Underpricing Penelitian Kurniawan (2006), menyatakan bahwa variabel TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Ha4 Total Asset Trunover berpengaruh terhadap Underpricing Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Underpricing Penelitian Sari (2011) menyatakan current ratio (CR) mempengaruhi underpricing. Kurniawan (2006) menunjukan bahwa variabel CR tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap underpricing. Ha5 Current Ratio berpengaruh terhadap Underpricing Pengaruh Debt Equity Ratio (DER) terhadap Underpricing Penelitian Kurniawan (2006) yakni variabel DER tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya leverage perusahaan bukan semata-mata disebabkan oleh kinerja manajemen tetapi juga sangat dipengaruhi faktor lain di luar perusahaan, sehingga nilai DER kurang diperhatikan investor dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal. Ha6 Debt Equity Ratio berpengaruh terhadap Underpricing Aan Marlinah dan Muntaha Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Underpricing Kurniasih dan Santoso (2008) menyatakan bahwa proporsi kepemilikan institusional berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap underpricing pada saat IPO. Berpengaruh positif mengindikasikan bahwa underpricing meningkat seiring dengan semakin tingginya kepemilikan manajerial pada saat IPO dilakukan. Tidak signifikannya pengaruh tersebut dikarenakan pasar menilai investasi oleh institusional tersebut berfokus jangka pendek. Ha7 Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Underpricing Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Underpricing Kurniasih dan Santoso (2008), menyatakan bahwa proporsi kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO. Variabel kepemilikan manajerial yang positif mengindikasikan bahwa underpricing meningkat seiring dengan semakin tingginya kepemilikan manajerial pada saat IPO dilakukan. Pengaruh yang positif ini kemungkinan karena pasar menilai perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial tinggi mengelola perusahaan sebaikbaiknya untuk meningkatkan nilai perusahaan karena menyangkut kesejahteraannya sebagai pemilik perusahaan sejak belum dilakukannya IPO. Tidak signifikannya pengaruh tersebut kemungkinan dikarenakan pasar menilai bahwa setelah IPO jumlah kepemilikan manajerial menurun. Pada Susilowati (2005) menyatakan 35 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 bahwa kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi underpricing. Ha8 Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Underpricing Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Underpricing Dewan komisaris yang independen dalam suatu perusahaan memberikan sinyal bahwa perusahaan telah melaksanakan sistem corporate governance yang baik. Rahmida (2012) menyatakan bahwa dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing. Ha9 Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Underpricing METODE PENELITIAN Obyek Penelitian Pada penelitian ini, obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan penawaran saham perdana pada periode 2004-2010 diluar perusahaan dari sektor perbankan dan lembaga keuangan sejenis. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan adalah perusahaan yang melakukan penawaran saham pada periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2010, perusahaan yang tidak bergerak di sektor perbankan dan lembaga keuangan sejenis, perusahaan yang sahamnya mengalami underpricing, perusahaan yang laporan keuangannya menggunakan mata uang rupiah, perusahaan yang memiliki data laporan keuangan 36 November 2012 tahunan yang berakhir tanggal 31 Desember, perusahaan yang mendapatkan laba bersih selama periode penelitian, perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional, dan perusahaan yang prospektusnya terdapat di Bursa Efek Indonesia . Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Underpricing Underpricing diproksi oleh initial return. Initial return diukur dengan menghitung selisih harga penutupan hari pertama dipasar sekunder dengan harga penawaran dipasar perdana, kemudian dibagi dengan harga penawaran dipasar perdana. �� � �� � 100 % UDP � �� Reputasi Underwriter (UDW) Underwriter yang bereputasi tinggi diklasifikasikan dalam peringkat sepuluh besar berdasarkan pada nilai perdagangan penjamin emisi. Reputasi underwriter diukur dengan menggunakan variable dummy yaitu nilai 1 untuk underwriter yang termasuk dalam peringkat sepuluh besar dan nilai 0 untuk underwriter yangtidak termasuk dalam peringkat sepuluh besar. Reputasi Auditor Reputasi auditor merupakan variabel dummy yang diukur berdasarkan reputasi kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan. Dalam penelitian ini KAP yang berafiliasi dengan KAP big four diberi angka 1, dan 0 untuk KAP lainnya. ISSN: 1410 -9875 Return on Assets (ROA) ROA dihitung dengan membandingkan keuntungan sesudah pajak dengan jumlah aktiva. ������ ����� ��� ��� � � 100% ����� ����� Total Asset Turnover (TATO) TATO dihitung dengan membandingkan penjualan dengan total aktiva. ����� ���� � � 100% ����� ������ Current Ratio (CR) CR dihitung dengan membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. ������� ����� �� � � 100 % ������� ����������� Debt Equity Ratio (DER) DER dihitung dengan membandingkan total hutang dengan total ekuitas (modal sendiri). ����� ���� ���� � ���� ���� ���� ��� � ����� ������������’ ������ � 100% Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional diukur dengan membandingkan jumlah saham yang dimiliki institusi terhadap total kepemilikan saham beredar. INST � ������ ����� ���� �������� ��������� Total kepemilikan saham beredar � 100 % Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah ada tidaknya komisaris dan direksi yang memiliki saham pada perusahaan dimana mereka menjabat sebagai komisaris dan direksi. kepemilikan manajerial merupakan variabel dummy, angka 0 jika tidak terdapat kepemilikan manajerial, dan angka 1 jika terdapat kepemilikan manajerial. Aan Marlinah dan Muntaha Dewan Komisaris Dewan komisaris diukur berdasarkan komisaris independen yang ada dalam suatu perusahaan. Dewan komisaris merupakan variabel dummy, angka 1 bila perusahaan memiliki komisaris independen dan angka 0 bila perusahaan tidak memiliki komisaris independen. HASIL PENELITIAN Dari proses pengumpulan data dengan teknik purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan (memenuhi kriteria) dalam penelitian ini ada 55 perusahaan. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Hasil pengujian menunjukan asymp. Sig sebesar 0,739, dimana nilainya lebih besar dari 0,05 sehingga data residual berdistribusi normal dan baik digunakan dalam model regresi. Hasil penelitian dari uji Bruesch-Godfrey menunjukan nilai sig sebesar 0,099, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 berarti tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini. Variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, return on assets, total asset turnover, current ratio, debt equity ratio, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris mempunyai nilai tolerance diatas 0,1 dan VIF dibawah 10 sehingga tidak terjadi multikolinearitas yang artinya tidak ada hubungan antar variabel independen, sehingga data baik digunakan dalam model regresi. Variabel reputasi 37 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 underwriter, reputasi auditor, return on assets, total asset turnover, current ratio, dan debt equity ratio, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris mempunyai nilai sig diatas 0,05 sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga data baik digunakan dalam model regresi. Nilai R sebesar 0,686, dimana nilai R diatas 0,5 artinya hubungan antara variabel dependen yaitu underpricing dengan variabel independen yaitu variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, return on assets, total asset turnover, current ratio, debt equity ratio, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris adalah kuat. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,364. Hal ini menjelaskan bahwa variabel dependen yaitu underpricing dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, return on assets, total asset turnover, current ratio, debt equity ratio, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris. sebesar 36,4% dan sisanya sebesar 63,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukan ke dalam model regresi. Hasil uji F menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,00034192603818425393, dimana tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05. Tingkat signifikan yang lebih kecil dari 0,05 artinya model regresi penelitian ini layak untuk digunakan dalam menguji data karena menggambarkan model fit dari persamaan regresi. 38 November 2012 Variabel reputasi underwriter memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001, dimana lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti hipotesis terdukung. Hal ini menunjukan bahwa reputasi underwriter berpengaruh signifikan secara individual terhadap underpricing. Berpengaruhnya reputasi underwriter terhadap underpricing dikarenakan underwriter merupakan pihak yang berperan dalam penentuan harga saham bersama dengan pihak perusahaan (emiten) yang akan menjual saham dalam penawaran umum perdana. Tinggi rendahnya underpricing juga dipengaruhi oleh harga saham yang disepakati oleh underwriter dengan perusahaan, underwriter yang memiliki reputasi baik akan mampu meminimalisir underpricing serendah mungkin agar tidak merugikan perusahaan. Oleh karena itu, reputasi underwriter mempengaruhi harga saham yang ditawarkan, yang pada akhirnya harga tersebut akan mempengaruhi underpricing yang akan terjadi. Variabel reputasi auditor memiliki nilai signifikansi sebesar 0,146, dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti hipotesis tidak terdukung. Hal ini menunjukan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap underpricing. Tidak berpengaruhnya reputasi auditor terhadap underpricing dikarenakan kepercayaan publik (dalam hal ini adalah investor) atas objektifitas dan independensi akuntan publik, bahkan yang memiliki reputasi tinggi (KAP big 4) berkurang. Variabel return on assets (ROA) memiliki nilai signifikansi ISSN: 1410 -9875 sebesar 0,150, dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti hipotesis tidak terdukung. Hal ini menunjukan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap underpricing. Tidak berpengaruh ROA terhadap underpricing karena ketidakpercayaan investor atas laba yang disajikan perusahaan (emiten) dalam laporan keuangan. Variabel total asset turnover (TATO) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,224, dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti hipotesis tidak terdukung. Hal ini menunjukan bahwa TATO tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap underpricing. Tidak berpengaruh TATO terhadap underpricing dikarenakan penjualan yang tinggi belum tentu menunjukkan kinerja perusahaan tersebut baik, sehingga investor tidak percaya akan laporan keuangan yang disajikan perusahaan (emiten). Variabel current assets (CR) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,011, dimana lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti hipotesis terdukung. Hal ini menunjukan bahwa CR berpengaruh signifikan secara individual terhadap underpricing. Berpengaruhnya CR terhadap underpricing dikarenakan CR mewakili tingkat likuiditas suatu perusahaan. semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan maka akan semakin menarik minat para investor untuk menanamkan dana mereka pada perusahaan. Sehingga tinggi rendahnya nilai CR perusahaan akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran saham pada saat penjualan saham di pasar sekunder, sehingga akhirnya akan mempengaruhi Aan Marlinah dan Muntaha underpricing pada saat penawaran perdana saham. Variabel debt equity ratio (DER) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,116, dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti hipotesis tidak terdukung. Hal ini menunjukan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap underpricing. Tidak berpengaruhnya DER terhadap underpricing karena tinggi rendahnya leverage perusahaan bukan semata-mata disebabkan oleh kinerja manajemen tetapi juga sangat dipengaruhi faktor lain di luar perusahaan, sehingga nilai DER kurang diperhatikan investor dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal. Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai signifikansi sebesar 0,147, dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti hipotesis tidak terdukung. Hal ini menunjukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap underpricing. Tidak berpengaruhnya kepemilikan institusional terhadap underpricing dikarenakan kepemilikan institusional dinilai oleh pasar bahwa investasi oleh institusional tersebut berfokus jangka pendek. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,872, dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti hipotesis tidak terdukung. Hal ini menunjukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap underpricing. Tidak berpengaruhnya kepemilikan manajerial karena sistem corporate governance yang belum diterapkan dengan baik oleh perusahaan, 39 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 dimana banyak perusahaan yang tidak terdapat kepemilikan manajerial. Variabel dewan komisaris memiliki nilai signifikansi sebesar 0,087, dimana lebih besar dari α = 0,05 yang berarti hipotesis tidak terdukung. Hal ini menunjukan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap underpricing. Tidak berpengaruhnya dewan komisaris karena sistem corporate governance yang belum diterapkan dengan baik oleh perusahaan sehingga belum banyak dewan komisaris yang memiliki anggota independen dalam suatu perusahaan. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat diambil November 2012 kesimpulan bahwa variabel reputasi underwriter dan current ratio berpengaruh terhadap underpricing. Akan tetapi, variabel reputasi auditor, return on asset , total asset turnover, debt equity ratio, kepemilikan instutional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap underpricing. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah periode yang digunakan dalam penelitian ini relatif singkat yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2012, dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas. Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka saran bagi penelitian selanjutnya periode untuk penelitian diharapkan diperpanjang, dan menambahkan variable lain yang mempengaruhi underpricing sehingga hasil penelitian menjadi lebih baik lagi. REFERENSI Amin, Aminul. 2007. Pendeteksian Earnings Management, Underpricing dan Pengukuran Kinerja Perusahaan yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offering (IPO) di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X : 1-30. Darmadji, Triptono dan Fakhruddin, Hendy M. 2006. Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. Effendi, Muh Arief.2009.The Power of Good Corporate Governance : Teori dan Implementasi. Jakarta : Salemba Empat. Ghozali, Imam.2011.”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”.Semarang: Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of managerial finance: brief. Addison Wesley. Indah, Rani. 2006. Analisis Pengaruh Informasi Keuangan dan Non Keuangan terhadap Initial Return dan Return 7 Hari setelah IPO di Bursa Efek Jakarta (tesis). Semarang : Universitas Diponegoro. Indra, Andre Nata. 2012. Fenomena Manajemen Laba dan Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi 1.4: 81-21. 40 ISSN: 1410 -9875 Aan Marlinah dan Muntaha Kurniasih, Lulus dan Arif Lukman Santoso. 2008. Bukti Empiris Fenomena Underpricing dan Pengaruh Mekanisme Corporate Governance. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol.8. No.1, hlm. 1-15. Kurniawan, Benny. 2006. Analisis Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Initial Return dan Return 7 Hari Setelah Initial Public Offering (IPO) (Studi Empiris: Di Perusahaan Non Keuangan yang Listing di BEJ Periode 20022006). Diss. program Pasca sarjana. Diponegoro Journal of Accounting. Kusuma, Hadri dan Susanto, Erlan. 2004. Efektifitas Mekanisme Bonding: Kasus Perusahaan-Perusahaan yang di Kontrol Komisaris Independen. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol.8, No.1. Martani, Dwi, Ika Leony Sinaga, dan Akhmad Syahroza. 2012. Analysis on Factors Affecting IPO Underpricing and their Effects on Earnings Persistence. Analysis 2.2, hlm: 1-15. Muntahanah. Siti. 2012. Manajemen Konflik Agency Kaitannya dengan Nilai Perusahaan. Seminar Nasional dan Call for Papers. Fakultas Ekonomi Unisbank. Rahmida, Amanda Ratna. 2012. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris, Keberadaan Komite Audit, Kualitas Auditor Eksternal, dan Monitoring Bank Terhadap Tingkat Underpricing Saat Initial Public Offering. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sari, Ardhini Yuma dan Erman, Arfianto Denny. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Non Keuangan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). Diss. Universitas Diponegoro. Diponegoro Journal of Accounting. Sari, Ririk Yunita Hendry Kusworo. 2012. Ownership Retention, Komisaris Independen, Proprietary Cost, dan Pengukapan Intellectual Capital dalam Prospektus IPO. Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, Vol.9, No.1. Septi, Bernadeta dan Wardoyo, Paulus. 2010. Analisis Underpricing di Pasar Sekunder Bursa Efek Indonesia. Solusi, Vol.9, No.3, hal: 45-63. Semarang :Fakultas Ekonomi Universitas Semarang. Setyapurnama, Yudi Santara dan AM, Norpratiwi Vianey. 2006. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis 7.2: 107-108. Susilowati, Denok. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intial Return. Diss. UNIKA Soegijapranta. Triani, Apriliani.Nikmah. 2006. Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi Auditor, Persentase Penjamin Emisi, Ukuran Perusahaan dan Fenomena Underpricing: studi empiris pada Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9: 1-27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8. 1995. Pasar Modal.(http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/uupm/ UU%20No%20820Tahun%201995%20tentang%20Pasar%20Modal.pdf) Wahyudi, Untung, dan Hartini P. Pawestri. 2006. Implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan keuangan 41 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 sebagai variabel intervening. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang. Wulandari, Ndaruningpuri. 2006. Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance Terhadap kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Fokus Ekonomi, Vol 1, No.2, hlm: 120-136. Yolana, Chastina dan Martani, Dwi. 2005. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun 1994-2001, Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, September. 42 ISSN: 1410 -9875 Aan Marlinah dan Muntaha Gambar 1 Model Penelitian Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian No Kriteria Jumlah perusahaan 1 Perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 137 2 Perusahaan yang merupakan bank dan lembaga keuangan (15) 3 Perusahaan yang tidak mengalami underpricing (30) 4 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangannya (5) 5 Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir pada tanggal 31 Desember (13) 6 Perusahaan yang tidak mendapatkan laba (6) 43 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 No November 2012 Kriteria Jumlah perusahaan 7 Perusahaan yang tidak ada kepemilikan institusionalnya selama periode pengamatan (8) 8 Perusahaan yang prospektusnya tidak ada di Bursa Efek Indonesia (5) Jumlah Perusahaan yang dijadikan sampel 55 Tabel 2 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif I Variabel UDP ROA TATO CR DER N 55 55 55 55 55 55 Minimum 0,0132 2,1330E-4 * 0,0012 0,1502 -48,3043 KPMLKINS 0,7249 Sumber: pengolahan data SPSS 16. Maximum 0,7000 0,5057 2,8735 5,8309 28,8048 1,0000 Mean 0,330264 0,064951 0,732020 1,406550 1,752405 0,966943 Std. Deviation 0,2518923 0,0908477 0,7132941 1,0413386 7,9593401 0,0692006 Tabel 3 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif II Variabel Kategori 0 38 39 35 46 Sumber: pengolahan data SPSS 16. UDWR AUD MNJR KOMSIND Total 1 17 16 20 9 Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Asymp. Sig 0,739 Sumber: pengolahan data SPSS 16. Tabel 5 Hasil Uji Autokorelasi Variabel Sig LAG_RES 0,099 Sumber: pengolahan data SPSS 16. 44 55 55 55 55 ISSN: 1410 -9875 Aan Marlinah dan Muntaha Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel UDWR AUD ROA TATO CR DER KPMLKINS MNJR KOMIND Tolerance 0,838 0,846 0,619 0,660 0,917 0,619 0,579 0,529 0,926 Sumber: pengolahan data SPSS 16. VIF 1,194 1,182 1,615 1,516 1,090 1,615 1,727 1,892 1,079 Hasil Uji Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tabel 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel UDWR AUD ROA TATO CR DER KPMLKINS MNJR KOMSIND Sig 0,240 0,870 0,677 0,619 0,692 0,313 0,374 0,078 0,571 Sumber: pengolahan data SPSS 16. Kesimpulan Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tabel 8 Hasil Uji R Model R 1 0,686 Sumber: pengolahan data SPSS Sumber: pengolahan data SPSS 16. 16. Tabel 9 Hasil Uji Adjusted R Square Model Adjusted R Square 1 0,364 Sumber: pengolahan data SPSS 16. Tabel 10 Hasil Uji F (Anova) Model Sum of Squares Regression 1,610 Residual 1,816 Total 3,426 Sumber: pengolahan data SPSS 16. Df 9 45 54 Mean Square 0,179 0,040 F Sig 4,434 0,000 45 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Tabel 11 Hasil Uji t Variabel Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 1,076 0,519 UDWR -0,224 0,064 -0,414 AUD -0,096 0,065 -0,174 ROA -0,560 0,382 -0,202 TATO 0,058 0,047 0,165 CR 0,073 0,027 0,301 DER 0,006 0,004 0,180 KOMSIND -0,133 0,076 -0,197 MNJR -0,013 0,077 -0,024 KPMLKINS -0,766 0,519 -0,210 Sumber: pengolahan data SPSS 16. 46 November 2012 t 2,072 -3,491 -1,479 -1,463 1,234 2,652 1,601 -1,749 -0,161 -1,476 Sig. 0,044 0,001 0,146 0,150 0,224 0,011 0,116 0,087 0,872 0,147 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 37-46 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA ANALISIS PELAKSANAAN PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN DAN PENCATATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI IMAN AKHMADI STIE Trisakti [email protected] Abstract: This research purposes is to determine the suitability of the calculation, depositing and reporting of Value Added Tax with the provision of Law No. 42 Year 2009. The second is to determine suitability in implementation of Value Added Tax with the applicable tax accounting system, and the third is to know how the implementation of the calculation, depositing, reporting and recording of Value Added Tax conducted by PT XYZ. The data of this research consisted of Sales Tax Invoice, Purchase Tax Invoice, Tax Payment Slip and Tax Reporting Slip for the period of January to December 2011. This research discusses about the procedures for calculation, depositing, reporting and recording of Value Added Tax. The research technique used by analyzing each transaction, analyze journal, depositing, reporting and calculation. The results of the research as follows: first, the calculation of Value Added Tax are in accordance with applicable law. Second, deposit and reporting is done every month. Third, Value Added Tax transaction records at the time of sale or purchase of compliance. Keywords: Calculation, Depositing, Reporting and Recording. PENDAHULUAN Pajak dipungut oleh pemerintah berdasarkan normanorma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Pajak yang dipungut antara lain seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Setiap orang pribadi atau badan yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) diwajibkan untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Saat ini sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia Indonesia merupakan suatu negara yang sedang berkembang, sehingga pembangunan akan terus berlangsung dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh. Dalam proses pembangunan, Indonesia membutuhkan dana yang sangat besar. Untuk mendapatkan dana yang besar itu diperlukanlah pajak yang merupakan sumber pendapatan utama dalam negeri, disamping sumber penerimaan dari minyak bumi dan gas alam. 37 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 adalah Self Assesment System, dimana dalam sistem pemungutan ini wajib pajak diberikan wewenang untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang terhutang sesuai dengan Undang–Undang Perpajakan yang berlaku. Wajib Pajak bersifat aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang, fiskus tidak ikut campur tangan akan tetapi hanya mengawasi. Hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak bertanggung jawab penuh atas kewajiban pajaknya. Dalam era modern sekarang ini perusahaan dituntut untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan operasionalnya agar produk yang dihasilkan dan/atau dijual dapat bersaing dipasar. Salah satunya dengan melakukan pembukuan secara tertib dan perhitungan pajak yang benar dan tepat sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Setiap perusahaan diharuskan memenuhi kewajiban perpajakannya, dimana salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang merupakan Pajak Tidak Langsung, sebab pemungutannya dilakukan secara tidak langsung kepada penanggung pajak, melainkan melalui sumbernya, atau melalui pihak ketiga yaitu yang menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP). Dalam perhitungan PPN yang harus dilaporkan oleh PKP dikenal istilah Pajak Keluaran dan Pajak Masukan. Pajak Keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan Pajak Masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli atau memperoleh suatu barang atau 38 November 2012 produk. Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10%. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 berikut revisinya, yaitu UU No. 11 Tahun 1994 sebagaimana diubah dengan UU No. 18 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan UU No. 42 Tahun 2009. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dilaporkan akan berpengaruh terhadap laporan keuangan yang akan disajikan oleh perusahaan. Dimana laporan keuangan ini digunakan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terhutang. Dengan penjelasan– penjelasan diatas serta menyadari pentingnya penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam suatu perusahaan, maka diperlukan pemahaman yang baik mengenai mekanisme pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai. Tujuan Penelitian ini dilaksanakan adalah untuk mengetahui pelaksanaan perhitungan, penyetoran, pelaporan dan pencatatan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan ISSN: 1410 -9875 Iman Akhmadi oleh PT. XYZ, untuk mengetahui kesesuaian perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh PT. XYZ dengan ketentuan UU No. 42 Tahun 2009 dan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan pencatatan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh PT. XYZ dengan sistem akuntansi pajak yang berlaku. ekspor atau dikonsumi diluar Daerah Pabean, dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (nol persen). Penggunaan tarif 0% (nol persen) bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi Pajak Masukan yang dibayar dari barang yang di ekspor dapat dikreditkan. KERANGKA TEORITIS Berdasarkan karakteristik masalah dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan metode Descriptive Analysis, metode Descriptive Analysis adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data-data dari perusahaan, yaitu PT. XYZ yang mana perusahaan ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan yang menyediakan berbagai macam produk untuk kebutuhan aktivitas marketing dan promosi, mulai dari barang elektronik, home appliances, mobile phone, computer, educative toys and games, dan berbagai gimmics promotion lainnya. Kantor tempat melangsungkan kegiatan operasionalnya berlokasi di Komplek Grogol Permai , Blok C No. 15 JL. DR. Latumenten, Jakarta 11460. PT. XYZ merupakan perusahaan yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, sehingga PT. XYZ wajib melakukan pemungutan PPN. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian Dasar hukum Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 dan kemudian mengalami perubahan lagi menjadi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Menurut UU No. 42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 42 Tahun 2009 tarif Pajak Pertambahan Nilai dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen) 2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas : a. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud b. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan c. Ekspor Jasa Kena Pajak. Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang di kenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak yang di METODE PENELITIAN 39 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 ini adalah sebagai berikut : Faktur Pajak, Faktur Penjualan, SPT Masa PPN, Buku jurnal perusahaan, SSP dan Bukti Lapor. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data yang relevan dari penelitian ini adalah : 1. Riset Kepustakaan Riset ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan, yaitu dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang ilmiah dan teoritis dalam kaitannya dengan Pajak Pertambahan Nilai. 2. Riset Lapangan Dalam Riset lapangan ini dilakukan dengan menijau langsung keperusahaan yang bersangkutan untuk mengetahui masalah-masalah yang ada didalam perusahaan tersebut serta mendapatkan data dan informasi lain yang sifatnya nyata. HASIL PENELITIAN PT. XYZ merupakan perusahaan yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang diharuskan untuk melakukan kewajiban pajaknya, salah satu kewajiban pajak yang harus dilaporkan oleh perusahaan yaitu Pajak Pertambahan Nilai. Atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh perusahaan harus dipungut pajak. Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dilakukan oleh PT. XYZ selaku pedagang/produsen. 40 November 2012 Dalam membukukan transaksi – transaksi ekonominya, guna untuk mengetahui besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang akan diperhitungkan dalam satu periode akuntansi, perusahaan menggunakan tahun kalender yaitu mulai 1 Januari hingga 31 Desember. Data yang diambil pada penelitian ini yaitu data selama tahun 2011. Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang berlaku saat ini yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 yang merupakan perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi bahwa pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh menteri keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak penjualan atas Barang Mewah yang terutang. Didalam melakukan kegiatan usahanya PT. XYZ sebagai Pengusaha Kena pajak (PKP) wajib membuat Faktur Pajak Standard atau Faktur Pajak Sederhana untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak. Faktur Pajak yang dimaksud pada saat penyerahan BKP atau JKP, saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan ISSN: 1410 -9875 pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP atau JKP, atau saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan. Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan penyerahan BKP atau JKP yang paling sedikit memuat nama, alamat, NPWP yang menyerahkan atau menerima BKP atau JKP, jenis barang atau jasa, jumlah harga jual, potongan harga, PPN yang dipungut, kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak serta nama dan tanda tangan yag berhak menandatangani Faktur Pajak. Pada setiap akhir masa pajak, PT. XYZ harus memperhitungkan pengkreditan Pajak Masukan yaitu dengan mengurangi Pajak Keluaran dengan Pajak Masukan. Pajak Keluaran terjadi karena PT. XYZ melakukan transaksi penjualan sedangkan Pajak Masukan terjadi karena perusahaan melakukan transaksi Iman Akhmadi pembelian. Jika hasil pengurangan tersebut negatif atau dalam hal ini Pajak Keluaran lebih kecil dari pada Pajak Masukan maka terjadi lebih bayar dimana kelebihan pembayaran ini dapat dikompensasikan untuk perhitungan pajak bulan berikutnya atau dapat dilakukan restitusi. tetapi apabila dalam suatu masa pajak, Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh PT. XYZ dengan menyertakan lampiran Surat Setoran Pajak (SSP). Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh PKP harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Berikut ini adalah tabel tanggal penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh PT. XYZ Tabel 1 Tabel penyetoran dan pelaporan PPN terutang PT. XYZ Bulan Tanggal Penyetoran Tanggal Pelaporan Januari 25 januari 2011 28 Feb 2011 Februari 26 Maret 2011 28 Maret 2011 Maret 26 April 2011 30 April 2011 April 29 Mei 2011 29 Mei 2011 Mei 26 Juni 2011 28 Juni 2011 Juni 26 Juli 2011 29 Juli 2011 Juli 27 Agustus 2011 30 Agustus 2011 Agustus 26 September 2011 30 September 2011 September 29 Oktober 2011 30 Oktober 2011 Oktober 27 November 2011 29 November 2011 November 24 Desember 2011 30 Desember 2011 Desember 28 Januari 2012 30 Januari 2012 Sumber : PT. XYZ 41 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Berikut ini adalah beberapa jurnal akuntansi yang diambil berdasarkan Buku untuk mencatat transaksi yang terjadi pada PT. XYZ masa Januari hingga Desember 2011. Pencatatan transaksi penjualan dan pembelian yang terjadi selama tahun 2011: Januari 2011 1. Penjualan Pada Bulan Januari 2011 terjadi Penjualan BKP secara kredit kepada PT. A sebesar Rp.345.455, PT. AA Sebesar Rp. 2.888.000 dan PT. AAA sebesar Rp. 3.706.585. Piutang Dagang Rp. 7.634.044 Penjualan Rp. 6.940.040 PPN Keluaran Rp. 694.004 2. Pembelian Pada Bulan Januari 2011 terjadi Pembelian bahan baku secara kredit kepda PT. M sebesar Rp. 26.500.000, PT. MM sebesar Rp. 660.000 dan PT. MMM sebesar 180.000. Pembelian Rp. 27.340.000 November 2012 PPN Masukan Hutang Dagang Rp . 2.734.000 Rp. 30.074.000 Rincian perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. XYZ yang harus dibayar selama masa Januari hingga Desember 2011 adalah sebagai berikut: 1. Januari 2011 Selama Bulan Januari 2011 tercatat PPN keluaran sebesar Rp. 239.819.838 dan PPN Masukan sebesar Rp. 199.160.565, maka perhitungannya sebagai berikut: PPN Keluaran Rp. 239.819.838 PPN Masukan Rp. 199.160.565Kurang Bayar Rp. 40.659.273 Jurnalpengakuan PPN terutang/PPN Kurang Bayar bulan januari 2011. Pajak Keluaran Rp. 239.819.838 Pajak Masukan Rp. 199.160.565 PPN Kurang Bayar Rp. 40.659.273 Berikut ini adalah tabel selisih PPN Keluaran dan PPN Masukan yang terjadi selama tahun 2011: Tabel 2 Tabel selisih PPN Keluaran dan PPN Masukan PT. XYZ Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: PT. XYZ 42 PPN Keluaran Rp. 239.819.838 Rp. 737.272.684 Rp. 335.365.071 Rp. 436.020.114 Rp. 144.773.948 Rp. 238.800.787 Rp. 243.909.445 Rp. 161.323.728 Rp. 250.141.389 Rp. 275.581.456 Rp. 168.460.408 Rp. 166.683.821 PPN Masukan Rp. 199.160.565 Rp. 321.127.074 Rp. 235.443.957 Rp. 142.222.443 Rp. 86.829.294 Rp. 115.454.039 Rp. 175.671.701 Rp. 111.758.594 Rp. 205.311.065 Rp. 234.880.575 Rp. 95.117.286 Rp. 101.900.265 PPN Kurang/Lebih Bayar Rp. 40.659.273 Rp. 416.145.610 Rp. 99.921.114 Rp. 293.797.671 Rp. 57.944.654 Rp. 123.346.748 Rp. 68.237.744 Rp. 49.565.134 Rp. 44.830.324 Rp. 40.700.881 Rp. 73.343.122 Rp. 64.783.556 ISSN: 1410 -9875 Iman Akhmadi Jurnal pada saat pembayaran Hutang PPN selama masa Januari hingga Desember Tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3 Jurnal Transaksi Berdasarkan Buku untuk Pembayaran Hutang PPN PT. XYZ Tahun 2011 Tanggal Jurnal Debit Kredit Januari 2011 Hutang PPN Rp. 40.659.273 Kas/Bank Rp. 40.659.273 Februari 2011 Hutang PPN Rp. 416.145.610 Kas/Bank Rp. 416.145.610 Maret 2011 Hutang PPN Rp. 99.921.114 Kas/Bank Rp. 99.921.114 April 2011 Hutang PPN Rp. 293.797.671 Kas/Bank Rp. 293.797.671 Mei 2011 Hutang PPN Rp. 57.944.654 Kas/Bank Rp. 57.944.654 Juni 2011 Hutang PPN Rp. 123.346.748 Kas/Bank Rp. 123.346.748 Juli 2011 Hutang PPN Rp. 68.237.744 Rp. 68.237.744 Kas/Bank Agustus 2011 Hutang PPN Rp. 49.565.134 Kas/Bank Rp. 49.565.134 September 2011 Hutang PPN Rp. 44.830.324 Kas/Bank Rp. 44.830.324 Oktober 2011 Hutang PPN Rp. 40.700.881 Kas/Bank Rp. 40.700.881 November 2011 Hutang PPN Rp. 73.343.122 Kas/Bank Rp. 73.343.122 Desember 2011 Hutang PPN Rp. 64.783.556 Kas/Bank Rp. 64. 783.556 Sumber : PT. XYZ Hasil Analisis Data : Penerapan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh PT. XYZ dalam hal pemungutan telah sesuai dengan dengan Undang-Undang yang berlaku saat ini. Pemungutan didasarkan dari transaksi penjualan atau penyerahan BKP. Dan dalam hal penyetoran dan pelaporan yang dilakukan PT. XYZ telah tepat waktu. Semua aktivitas yang dilakukan oleh PT. XYZ, yaitu penjualan dan pembelian Barang Kena Pajak, maka dalam hal tersebut perusahaan akan membuat pembukuan dan pencatatan akuntansi yang berhubungan dengan transaksi tersebut. Prosedur pencatatan akuntansi Pajak Pertambahan Nilai yang tepat dan sesuai telah diterapkan PT. XYZ, sebab pencatatan akuntansi digunakan sebagai dasar pembuatan laporan keuangan. Dimana laporan keuangan tersebut berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi. 43 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Tarif yang digunakan oleh PT. XYZ untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai telah sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku yaitu 10%. Perhitungan antara Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang telah dilakukan oleh PT. XYZ menghasilkan PPN Kurang Bayar selama periode 2011 dikarenakan Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan. PENUTUP Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan di PT. XYZ dalam melakukan Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan dan Pencatatan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. XYZ, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. PT. XYZ telah melaksanakan Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan UndangUndang No. 42 Tahun 2009. a. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan pada Bab IV, PT. XYZ telah melakukan perhitungan PPN dengan Jumlah DPP dari Pajak Keluaran dan DPP Pajak masukan yang kemudian mengalikannya dengan tarif PPN sebesar 10% untuk mendapatkan nilai PPN kurang atau (lebih) bayar, dimana perhitungan yang dilakukan oleh PT. XYZ telah sesuai dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 7 ayat (1). b. Penyetoran PPN Masa setiap bulannya dilakukan PT. XYZ 44 November 2012 melalui Bank Jasa Jakarta, dimana penyetoran PPN yang dilakukan oleh PT. XYZ telah sesuai dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 15A ayat (1). c. Pelaporan PPN Masa dilaporkan ke KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan setiap bulannya, dimana pelaporan PPN yang dilakukan oleh PT. XYZ telah sesuai dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 15A ayat (1). Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, masih terdapat keterbatasan dalam pemenuhan data maupun informasi tentang analisis terhadap pelaksanaan perhitungan, penyetoran, pelaporan dan pencatatan pajak pertambahan nilai pada PT. XYZ. Untuk menganalisis pelaksanaan perhitungan, penyetoran, pelaporan dan pencatatan penulis hanya bisa mendapatkan sebagian dari data yang diminta oleh penulis kepada perusahaan. Dalam melakukan pencatatan jurnal transaksi penulis hanya berdasarkan buku tidak berdasarkan bukti transaksi jurnal dari perusahaan, dikarenakan perusahaan tidak dapat memberikan jurnal asli dari transaksi yang terjadi di perusahaan. Sehingga hasil dari penelitian tersebut belum bisa sempurna. Berdasarkan penelitian terhadap praktek pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai, penulis mencoba memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut: Diharapkan untuk penulis selanjutnya dapat lebih banyak lagi ISSN: 1410 -9875 memperoleh data-data dari Objek Penelitian yang dibutuhkan dalam proses penyusunan tugas akhir, agar penulisan tugas akhir selanjutnya dapat menjadi lebih lengkap dan baik, adanya peran serta dari semua pihak baik itu dari pendidikan maupun para staf ahli agar selalu dapat memberikan informasi-informasi yang akurat mengenai perpajakan dan Iman Akhmadi perubahannya yang terjadi agar dapat menjadi bahan masukan bagi penulis selanjutnya dan penulis juga mengharapkan agar dalam penelitian selanjutnya, dapat lebih mendalam dan bisa lebih baik dalam menemukan masalahmasalah yang kompleks dalam penerapan akuntansi Pajak Pertambahan Nilai dan pengaruhnya dalam Laporan Keuangan. REFERENSI Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2009. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba empat. Agus, Y dkk. 2011. Himpunan Undang-Undang Perpajakan Indonesia. Jakarta: LPAM Trisakti School Of Management. Harnanto. 2003. Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM. Ilyas, Wirawan B dan Rudy Suhartono. 2007. Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah. Jakarta : Falkultas Ekonomi Universitas Indonesia. Priantara, Diaz. 2012. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Mitra Wacana Media. Resmi, Siti. 2012. Perpajakan Teori dan kasus. Jakarta : Salemba Empat. Sudaryono. 2014. Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Jakarta : Lentera Ilmu Cendekia. Sukardji, Untung. 1999. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. . 2005. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Undang – Undang RI Nomor 42. 2010. PPN dan PPnBM. Jakarta : CV. Tamita Utama. Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. 45 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 46 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 47-64 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PUBLIK DIAN PRIMARTANTO STIE Trisakti [email protected] Abstrak: The purpose of this research is to provide empirically the influence of institutional ownership, managerial ownership, audit committee, auditor’s independency, independent commissioner, leverage, auditor’s reputation, profitability, company’s size, and size of the board of directors toward earnings management. This research used 45 public manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange, selected using purposive sampling method during the research period 2008 until 2010. This research using multiple regression analysis. The result of the research showed that auditor’s reputation, leverage, and profitability had a signification influence on earnings management, while institutional ownership, managerial ownership, audit committee, auditor’s independency, independent commissioner, company’s size, and size of the board of directors had no influence. Keywords: Earnings management, institutional ownership, managerial ownership, audit committee, auditor’s independency, independent commissioner, leverage, auditor’s reputation, profitability, company’s size, and size of the board of directors. berkeinginan mendapatkan pendanaan besar yang berasal dari penjualan kepemilikan saham. Para investor cenderung lebih menyukai menanamkan modalnya pada perusahaan yang menghasilkan laba besar. Sehingga dikhawatirkan manajer akan memilih kebijakan akuntansi yang dapat memaksimalkan kesejahteraannya dan meningkatkan nilai perusahaan, yang dapat dikatakan melakukan tindakan manajemen laba (Scott 1997 dalam Widyaningdyah 2001). Selain itu manajemen laba juga terjadi karena adanya PENDAHULUAN Perekonomian saat ini mengalami pertumbuhan semakin signifikan, yang mengakibatkan semakin pesatnya persaingan antar perusahaan. Dalam kegiatan pengembangannya perusahaan membutuhkan pendanaan, baik secara internal yang berasal dari penggunaan dana pribadi perusahaan maupun pendanaan eksternal yang berasal dari pinjaman bank serta menjual kepemilikan saham perusahaan. Perusahaan pada umumnya 47 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 perbedaan kepentingan dan asimetris informasi antara manajer dan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Pradipta (2011), kepemilikan informasi yang tidak sama (asimetris informasi) antara pemilik dan pengelola (manajemen) mendorong terjadinya tindakan manajemen untuk melakukan moral hazard dan adverse selection atau yang dikenal dengan agency problem. Agency problem diperparah dengan adanya ketidaksetaraan antara bonus yang diterima manajemen dengan bonus yang diterima pemegang saham. Hal ini mendorong manajemen untuk melakukan tindakan yang dapat menguntungkan dirinya sendiri (self interest) dengan mengorbankan kepentingan orang lain yang dikenal dengan manajemen laba (earnings management). Laporan keuangan sendiri merupakan sumber informasi yang penting bagi publik yang nantinya akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan yang telah go public. Laporan keuangan harus menyajikan informasi yang relevan mengenai kondisi perusahaan tersebut, yang nantinya akan digunakan untuk mengambil keputusan oleh para investor apakah akan melakukan investasi di perusahaan tersebut atau tidak. Karena pentingnya laporan tersebut maka para auditor dituntut untuk bertindak independen dalam mendeteksi kecurangan yang dilakukan manajemen dalam menyusun laporan keuangan tersebut. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 informasi laba 48 November 2012 merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang. Karena informasi laba merupakan hal penting dalam menilai kinerja dan merupakan pertanggungjawaban manajer, maka pihak yang cenderung lebih memperhatikan laba adalah manajemen khususnya manajer. Dikhawatirkan manajer melakukan tindakan menyimpang dalam menyusun laporan keuangan, salah satu bentuknya adalah manajemen laba (Widyaningdyah 2001). Kasus yang pernah terjadi mengenai tindakan manajemen laba yaitu kasus kasus PT Kalbe Farma Tbk dan kasus Enron-Arthur Anderson. Perilaku manajer yang menyimpang yang melakukan tindakan manajemen laba dapat diminimumkan dengan adanya mekanisme good corporate governance. Menurut Dye (1998), Trueman dan Titman (1988) dalam Guna dan Herawaty (2010), good corporate governance adalah sekumpulan mekanisme yang dapat mengurangi informasi yang tidak sama yang dapat berdampak pada kegiatan manajemen laba. Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini merupakan replikasi dari pengembangan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010). Dalam penelitian yang dilakukan ISSN: 1410 -9875 oleh Guna dan Herawaty (2010) menggunakan variabel dependen manajemen laba dan variabel independen kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, independensi auditor, leverage, reputasi auditor, profitabilitas, dan ukuran perusahaan dengan tahun penelitian 2006 sampai dengan tahun 2008. Adapun perbedaan penelitian saat ini dengan yang terdahulu adalah menambahkan variabel independen ukuran dewan direksi serta tahun penelitiannya, yaitu 2008 sampai dengan 2010. Adapun alasan peneliti menambahkan variabel independen ukuran dewan direksi karena besar kecilnya ukuran dewan direksi dalam suatu perusahaan diduga berpengaruh terhadap tercapainya tujuan dewan direksi, yang nantinya akan berpengaruh terhadap praktek manajemen laba yang terjadi dalam perusahaan. Tujuan dewan direksi sendiri adalah memastikan bahwa manajer bertindak sesuai kepentingan para pemegang saham, bukan kepentingan dirinya (Azlina 2010). Selain itu ukuran dewan direksi yang terlalu besar diduga kurang optimal didalam melakukan pengawasan terhadap efektivitas kinerja manajer, yang dikhawatirkan melakukan tindakan manajemen laba. Alasan pemilihan tahun penelitian 2008 sampai dengan 2010 yaitu agar hasil penelitian yang dihasilkan lebih baru dan peneliti dapat melihat apakah hasil penelitian konsisten atau tidak dengan penelitian sebelumnya. Dian Primartanto RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Manajemen Laba Menurut Halim et al. (2005) dalam Lugihatno (2010) manajemen laba merupakan bagaimana manajer memaksimumkan utilitas perusahaan atau nilai perusahaan dengan pemilihan kebijakan akuntansi yang ada yang dilakukan oleh manajemen. Cara pemahaman atas manajemen laba terbagi menjadi dua cara. Pertama, perilaku oportunistik manajer dalam memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak hutang, dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earning management) dimana manajemen laba memberikan manajer suatu fleksibelitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Menurut Healy dan Wahlen (2000) dalam Siswanto (2009), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan. Menurut Beneish (2001) dalam Siswanto (200) mengatakan bahwa pendekatan yang biasa digunakan untuk mendeteksi 49 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 manajemen laba ada tiga, yaitu (1) pendekatan yang mengkaji akrual agregat dan menggunakan model regresi untuk menghitung akrual yang diharapkan dan yang tidak diharapkan; (2) pendekatan yang menekankan pada akrual spesifik seperti cadangan piutang raguragu, atau akrual pada sektor spesifik; (3) pendekatan yang mengkaji ketidaksinambungan dalam pendistribusian pendapatan. Konsep akrual terbagi menjadi dua komponen yaitu nondiscretionary dan discretionary (De Angelo, 1986 dalam Siswanto, 2009). Komponen discretionary accruals adalah bagian akrual yang mungkin mendapat intervene manajer dalam memanipulasi laba perusahaan. Komponen discretionary accruals terdiri dari penilaian piutang, pengakuan biaya garansi, dan aset modal. Sedangkan non-discretionary accruals adalah faktor-faktor yang tidak mendapatkan intervensi manajer. Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba Kepemilikan institusional dapat mengurangi praktek manajemen laba, hal ini dapat terjadi karena investor institusional memiliki lebih banyak waktu untuk menganalisis investasi dan memiliki akses informasi lebih banyak dibandingkan investor individu (Siller dan Pound 1989 dalam Astuti 2004). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha1 : Kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap manajemen laba 50 November 2012 Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang diterapkan perusahaan untuk membatasi perilaku oportunistik manajer dalam bentuk manajemen laba (Midiastuty dan Machfoedz 2003 dalam Wirawan 2010). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha2 : Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Komite Laba Audit dan Manajemen Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Song dan Windram (2000) dalam Utami dan Rahmawati (2008) yang mengevaluasi keberadaan komite audit di Inggris, mengatakan bahwa masalah yang terjadi dalam pelaporan keuangan dapat dikurangi dengan adanya komite audit yang berasal dari luar jabatan direktur. Penelitian lain yang dilakukan oleh Xie et al. (2003) dalam Utami dan Rahmawati (2008) mengatakan kepentingan pemegang saham terlindungi dari tindakan manajemen laba karena adanya komite audit yang berasal dari luar. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha3 : Komite audit memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Komisaris Independen dan Manajemen Laba Semakin banyak komisaris independen di dalam perusahaan berhasil mengurangi praktik manajemen laba, hal ini ISSN: 1410 -9875 menunjukkan komisaris independen telah efektif menjalankan tanggungjawabnya mengawasi kualitas laporan keuangan untuk membatasi praktek manajemen laba (Utama dan Rahmawati 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratana dan Mas’ud (2003) dan Xie et al. (2003) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan mempengaruhi praktek manajemen laba di perusahaan tersebut. Sehingga penggunaan discretionary accruals berkurang jika anggota dewan komisaris dari luar melakukan pengawasan (Cornet et al. 2006 dalam Guna dan Herawaty 2010). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha4 : Komisaris independen memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Independensi Auditor dan Manajemen Laba. Menurut Shockley (1981) dalam Meutia (2004) independensi auditor erat kaitannya dengan empat hal yaitu persaingan, nonaudit service, ukuran auditor, dan masa jabatan auditor. Hal ini didukung dengan Guna dan Herawaty (2010) yang mengatakan bahwa lama penugasan auditor di perusahaan mempengaruhi keindependensian auditor yang dapat berpengaruh pada praktek manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha5 : Independensi auditor memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Dian Primartanto Leverage dan Manajemen Laba. Perusahaan yang mempunyai leverage tinggi berarti memiliki hutang lebih besar dibandingkan aktivanya sehingga mendorong manajer melakukan manipulasi dalam hal manajemen laba (Defond dan Jimbalvo 1994 dalam Astuti 2004). Penelitian yang dilakukan Dhaliwal (1980) dalam Astuti 2004 hasilnya konsisten dengan hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki leverage tinggi cenderung mengatur laba yang dilaporkan dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki leverage rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha6 : Leverage memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Reputasi Auditor dan Manajemen Laba. Audit yang berkualitas mampu mengurangi ketidakpastian laporan keuangan yang disajikan manajemen. Reputasi auditor diukur menggunakan proksi ukuran KAP sehingga pemilihan auditor yang bereputasi (big four) adalah pilihan yang tepat untuk memberikan sinyal kepada pembaca bahwa laporan keuangan yang dilaporkan sudah reliabel (Sanjaya 2008). Asumsi ini timbul karena auditor dari KAP big four dilengkapi dengan serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program yang akurat dan efektif (Guna dan Herawaty 2010). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha7 : Reputasi auditor memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. 51 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Profitabilitas dan Manajemen Laba. Profitabilitas ditandai dengan adanya laba yang dihasilkan perusahaan sebagai indikator kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan (Sudarmadji dan Sularto 2007 dalam Guna dan Herawaty 2010). Perusahaan yang melakukan manajemen laba adalah perusahaan yang memiliki profitabilitas lebih kecil dari perusahaan lain yang tidak melakukan profitabilitas (Ashari et al. 1994 dalam Herni dan Susanto 2008). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha8 : Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba. Perusahaan yang tergolong dalam skala besar dan industri strategis cenderung melakukan manajemen laba dalam hal menurunkan laba terutama pada tingkat kemakmuran yang tinggi, hal ini dilakukan untuk mendapatkan kemudahan fasilitas dari pemerintah (Wirawan 2010). Sedangkan perusahaan yang tergolong dalan skala kecil cenderung melakukan manajemen laba dalam hal menaikkan laba, hal ini dilakukan guna menarik investor. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha9 : Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. 52 November 2012 Ukuran dewan Direksi dan Manajemen Laba. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003) dalam Wirawan (2010) mengatakan bahwa ukuran dewan direksi yang semakin sedikit lebih efektif dalam melakukan pengawasan terhadap praktik manajemen laba. Ukuran dewan direksi dianggap tidak berfungsi optimal dan dapat dikontrol oleh manajer apabila lebih dari 7 orang mengacu penelitian Jensen (1993) dalam Suhartini (2006). Apabila dewan direksi dapat dikontrol oleh manajer dan terjadi asimetris informasi dalam perusahaan, maka manajer akan lebih leluasa dalam melakukan earning management (Suhartini 2006). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha10 : Ukuran dewan direksi memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel Obyek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 sampai 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai kriteria. Kriteria-kriteria purposive sampling dalam penelitian ini sebagai berikut perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) minimal sejak 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2010 dan tidak mengalami delisting selama tahun penelitian; memiliki ISSN: 1410 -9875 akhir tahun fiskal 31 Desember dalam laporan keuangannya; menggunakan mata uang rupiah; melaporkan net income dan operating income serta arus kas yang positif selama tahun penelitian; dan memiliki kepemilikan institusional selama tahun penelitian. Jumlah perusahaan yang memenuhi criteria pemilihan sampel adalah 45 perusahaan dengan 135 data penelitian. Setelah uji outlier jumlah data yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 134 data penelitian. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Manajemen Laba dalah suatu tindakan yang dilakukan manajemen yang bertujuan untuk menyesatkan para pemegang saham tentang kinerja perusahaan atau mempengaruhi kontraktual karena kontrak-kontrak ini dibatasi oleh angka akuntansi, hal ini dilakukan manajemen dengan mengintervensi pelaporan keuangan dan strukturisasi transaksi-transaksi (Healy dan Wahlen 1999 dalam Sanjaya 2008). Penelitian ini dilakukan dengan mengukur discretionary accruals sebagai proksi dari manajemen laba yang menggunakan model modified Jones. Adapun langkah-langkah menghitung discretionary accruals menurut model Jones, sebagai berikut: 1. Hitung nilai total accruals untuk sampel perusahaan manufaktur dengan pendekatan cash flow dengan arus kas dari tahun 2008-2010. Rumusnya sebagai berikut: Dian Primartanto Keterangan: TAit total accruals pada periode t. Ait-1 total aset untuk sampel perusahaan I pada akhir periode t1. NIt laba bersih operasi (net operating income) periode t. OCFt aliran kas dari aktivitas operasi (operating cash flow) pada periode t. 2. Melakukan regresi untuk mendapatkan angka-angka untuk koefisien α1, α2, dan α3 dengan variabel dependen total akrual dan variabel independen total aktiva tahun sebelumnya (t-1), perubahan pendapatan, total aktiva tetap kotor perusahaan pada tahun ke-t. 3. Setelah mendapatkan nilai masing-masing untuk koefisien α1, α2, dan α3 maka dilakukan estimsi besarnya nondiscretionary accruals selama tahun peristiwa. Menurut model Jones rumus perhitungan nondiscretionary accruals sebagai berikut: TA/At-1 = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit/Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1) + έi NDAit = � 1 (1/Ait-1) + α2 (∆Revit/Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1) Keterangan: NDAit non-discretionary accruals perusahaan I pada periode t. Ait-1 total aset untuk sampel perusahaan I pada periode t-1 ∆Revit perubahan pendapatan TAit = (NIt - OCFt) 53 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 perusahaan I pada periode t. PPEit total asset tetap (gross property plant and equipment) sampel perusahaan I pada periode t. 4. Setelah mendapatkan nilai NDAit maka akan mendapatkan nilai non-discretionary accruals DAit = TAit/Ait-1� NDA it dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: DAit discretionary accruals perusahaan I pada periode t. TAit/Ait-1 total accruals perusahaan I pada periode t. NDAit non-discretionary accruals perusahaan I pada periode t. Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki insvestor institusional terhadap jumlah saham yang beredar (Rojgofal et al. 1999; Claessens 2002 dalam Widyastuti 2009). Kepemilikan institusional dihitung dengan skala rasio, yaitu persentase saham yang dimiliki investor institusional dengan jumlah modal saham perusahaan yang beredar. Oleh karena itu variabel ini dirumuskan sebagai berikut (Guna dan Herawaty 2010): INST= Jumlah saham yang dimiliki investor institusional Total modal saham perusahaan yang beredar Kepemilikan Manajerial adalah proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer (Astuti 2004). Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diukur dengan skala nominal yaitu menggunakan variabel dummy seperti penelitian 54 November 2012 yang dilakukan Astuti (2004). Angka 1 diberikan pada perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan manajerial dan angka 0 diberikan pada perusahaan yang tidak memiliki proporsi kepemilikan manajerial. Komite audit menurut Kep. 29/PM/2004 adalah komite yang dibentuk dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan. Komite audit dalam penelitian ini dihitung menggunakan skala rasio yaitu menggunakan jumlah dari anggota komite audit yang terdapat di dalam perusahaan (Makhdalena 2011). Komisaris Independen adalah komisaris yang tidak ada hubungannya dengan manajemen, anggota dewan komisaris lain, dan pemegang saham pengendali. Komisaris independen dihitung dengan skala rasio, yaitu persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris perusahaan. Oleh karena itu dirumuskan sebagai berikut (Ujiyantho dan Pramuka 2007): KI= Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan Independensi auditor dihitung menggunakan lama waktu penugasan, yang diukur menggunakan skala nominal dengan variabel dummy seperti penelitian yang dilakukan Guna dan Herawaty (2010). Angka 1 digunakan untuk mewakili auditor yang independen yang berarti perusahaan tersebut menggunakan auditor yang sama selama kurang dari 3 tahun, angka ISSN: 1410 -9875 0 digunakan untuk mewakili auditor yang tidak independen yang berarti perusahaan tersebut menggunakan auditor yang sama selama 3 tahun. Leverage adalah sejauh mana aset perusahaan yang dibiaya oleh hutang. Leverage adalah perbandingan total kewajiban perusahaan dengan total aktiva perusahaan. Leverage diukur dengan menggunakan skala rasio. Oleh karena itu variabel ini dirumuskan sebagai berikut (Guna dan Herawaty 2010): Total hutang Leverage = Total aset Reputasi auditor diukur dengan menggunakan proksi KAP tempat auditor bekerja, yaitu KAP big four dan KAP non-big four. Reputasi auditor diukur menggunakan sakala nominal yaitu dengan menggunakan variabel dummy, seperti penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahmawati (2008). Angka 1 digunakan untuk mewakili perusahaan yang diaudit menggunakan KAP big four dan angka 0 digunakan untuk mewakili perusahaan yang diaudit menggunakan KAP non-big four. Profitabilitas adalah indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja dalam mengelola perusahaan, yang ditunjukkan dengan laba yang diperoleh. Profitabilitas diukur menggunakan Dian Primartanto skala rasio Return on Assets (ROA) yaitu perbandingan antara laba bersih setalah pajak dengan total aset. Oleh karena itu variabel ini dirumuskan sebagai berikut (Guna dan Herawaty 2010): Laba bersih setelah pajak ROA= Total aset Ukuran perusahaan adalah ukuran yang menunjukkan besar atau kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan proksi besarnya suatu perusahaan yang dilihat dari sisi logaritma dari total aset. Skala pengukuran variabel ini adalah skala rasio. Oleh karena itu dirumuskan sebagai berikut (Guna dan Herawaty, 2010): Ukuran Perusahaan = Log (Total Aktiva) Ukuran dewan direksi diukur menggunakan skala nominal yaitu dengan menggunakan variabel dummy, mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Jensen (1993) dalam Widyaningsih (2001). Angka 1 digunakan untuk perusahaan yang mempunyai dewan direksi kurang dari 7 orang (1-7 orang) yang diduga optimal dalam mengontrol manajemen. Angka 0 digunakan untuk perusahaan yang mempunyai dewan direksi lebih dari 7 orang, yang diduga tidak optimal dalam mengontrol manajemen. 55 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 HASIL PENELITIAN Hasil statistik deskriptif adalah sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Setelah Outlier Variabel N Minimum Maximum Manajemen laba 134 0,00128 0,19723 Kepemilikan institusional 134 0,29710 0,98180 Kepemilikan manajerial 134 0 1 Komite audit 134 2 5 Komisaris independen 134 0,25000 1,00000 Independensi auditor 134 0 1 Leverage 134 0,07906 3,21000 Reputasi auditor 134 0 1 Profitabilitas 134 0,00255 0,80225 Ukuran perusahaan 134 10,86232 14,18617 Ukuran dewan direksi 134 0 1 Sumber : data output SPSS 11.5 Mean 0,0548281 Std. Deviation 0,04880382 0,6944494 0,18005290 0,36 3,22 0,481 0,570 0,4104919 0,12763706 0,79 0,408 0,4588412 0,44498408 0,53 0,501 0,1302359 0,11572669 12,204785 0,70142577 0,75 0,437 Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier Unstandardized Residual 135 1,366 0,048 N Kolmogrov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : data output SPSS 11. Hasil uji normalitas sebelum outlier yang ditunjukkan tabel 3 nilai asymp. sig. (2-tailed) sebesar 0,048 yaitu lebih kecil dari 0,05 yang berarti data tidak terdistribusi secara normal. Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier N Kolmogrov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : data output SPSS 11.5 56 Unstandardized Residual 134 1,077 0,196 ISSN: 1410 -9875 Dian Primartanto Hasil uji normalitas setelah sebesar 0,196 yaitu lebih besar dari outlier yang ditunjukkan tabel 4 0,05 yang berarti data terdistribusi adalah nilai asymp. sig. (2-tailed) secara normal. Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas Model Colinearity Statistics Tolerance VIF kepemilikan 1 institusional 0,784 1,276 kepemilikan manajerial 0,732 1,366 komite audit 0,847 1,181 komisaris independen 0,904 1,107 independensi auditor 0,951 1,051 Leverage 0,878 1,139 reputasi auditor 0,621 1,610 Profitabilitas 0,798 1,254 ukuran perusahaan 0,547 1,827 ukuran dewan direksi 0,602 1,661 Sumber : data output SPSS 11.5 Hasil dari pengujian variable independen. Hal ini multikolinearitas menunjukkan menunjukkan bahwa tidak terjadi bahwa nilai tolerance diatas 0,10 multikolinearitas antar variabel dan nilai Variance Inflation Factor independen, sehingga model regresi (VIF) dibawah 10 untuk semua yang digunakan adalah baik. Tabel 5 Hasil Uji Heterokedastisitas Model Sig. 1 (Constant) 0,259 kepemilikan institusional 0,283 kepemilikan manajerial 0,136 komite audit 0,136 komisaris independen 0,261 independensi auditor 0,921 Leverage 0,045 reputasi auditor 0,007 Profitabilitas 0,000 ukuran perusahaan 0,051 ukuran dewan direksi 0,281 Variabel dependen: ares_1 Sumber : data Output SPSS 11.5 57 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Dari tabel 4.5 diperoleh bahwa nilai sig diatas 0,05 untuk variabel kepemilikan institusional (INST) sebesar 0,283, kepemilikan manajerial (MNJR) sebesar 0,136, komite audit (KMA) sebesar 0,136, komisaris independen (KI) sebesar 0,261, independensi auditor (INDP) sebesar 0,921, ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,051, dan ukuran dewan direksi (U_DIREKS) sebesar November 2012 0,281 menunjukkan tidak terjadi heterokedastisitas untuk variabel tersebut. Namun, untuk beberapa variabel nilai sig dibawah 0.05 yaitu leverage (LEV) sebesar 0,045, reputasi auditor (RA) sebesar 0,007, profitabilitas (PROF) sebesar 0,000. Nilai sig dibawah 0,05 menunjukkan terjadi heterokedastisitas untuk variabel tersebut. Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Sig (Constant) 0,996 kepemilikan institusional 0,937 kepemilikan manajerial 0,981 komite audit 0,924 komisaris independen 0,963 independensi auditor 0,979 Leverage 0,950 reputasi auditor 0,916 Profitabilitas 0,995 ukuran perusahaan 0,998 ukuran dewan direksi 0,950 res_2 0,691 Variabel dependen: res_1 Sumber : Hasil output 11.5 Berdasarkan hasil tabel 6 nilai sig dari res_2 diatas 0,05 yaitu sebesar 0,691 hal ini menunjukkan tidak terjadinya autokorelasi. Model regresi yang digunakan dalam penelitian adalah baik. Tabel 7 Hasil Analisa Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Std. Eror of Adjusted the Model R R Square R Square Estimate a 1 0,466 0,217 0,153 0,04490445 Sumber : Hasil output SPSS 11.5 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) 58 0,466 yang berarti nilai koefisien korelasi (R) lebih kecil dari 0,5. Hal ISSN: 1410 -9875 Dian Primartanto ini bahwa terdapat hubungan yang lemah positif antara variabel independen dengan variabel dependen. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi � dari nilai adjusted � sebesar 0,153. Hal ini berarti bahwa besarnya variasi variabel dependen (manajemen laba) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam penelitian ini adalah sebesar 15,3%, sedangkan variasi sebesar 84,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian. Tabel 8 Hasil Uji F Model Sum of Squares 1 Regression 0,069 Residual 0,248 Total 0,317 Sumber : data output SPSS 11.5 Mean Df Square 10 0,007 123 0,002 133 F Sig 3,410 0,001 Berdasarkan hasil uji F dari model regresi yang digunakan tabel 8 nilai sig sebesar 0,001 yaitu dalam penelitian ini fit dan data lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti sesuai model. Tabel 9 Hasil Uji t B Sig 1 (Constant) -0,017 0,858 kepemilikan institusional 0,022 0,362 kepemilikan manajerial 0,008 0,429 komite audit -0,003 0,640 komisaris independen -0,030 0,358 independensi auditor 0,010 0,307 Leverage 0,026 0,007 reputasi auditor 0,021 0,038 Profitabilitas 0,143 0,000 ukuran perusahaan 0,001 0,877 ukuran dewan direksi 0,018 0,121 Sumber : data output SPSS 11.5 Hasil uji t diketahui nilai signifikansi untuk variabel kepemilikan institusional (INST) sebesar 0,362, lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha1 tidak diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional (INST) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (M_LABA). Hal ini disebabkan dengan banyaknya kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan justru mendorong pihak manajemen untuk melakukan praktek manajemen laba, untuk 59 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 memenuhi target laba para investor institusional. Hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi variabel kepemilikan manajerial (MNJR) sebesar 0,429, lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha2 tidak diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial (MNJR) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (M_LABA). Hal ini disebabkan rendahnya perusahaan yang mempunyai kepemilikan saham oleh pihak manajerial. Sehingga kepemilikan saham yang dimiliki pihak manajerial tidak mampu menjadi mekanisme good corporate governance yang dapat mengurangi ketidak selarasan kepentingan manajemen dengan pemilik atau pemegang saham (Guna dan Herawaty 2010). Hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi variabel komite audit (KMA) sebesar 0,640, lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha3 tidak diterima. Hal ini menunjukkan bhawa komite audit (KMA) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (M_LABA). Hal ini berarti keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan hanya sebagai mandatory dari peraturan yang ada, namun tidak efektif dalan mencegah praktek manajemen laba di perusahaan. Hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi variabel komisaris independen (KI) sebesar 0,358, lebih besar dari alpha (α= 0,05) artinya Ha4 tidak diterima. Hal ini menunjukkan bahwa komisaris independen (KI) tidak berpengaruh terhadap manjemen laba (M_LABA). Hal ini berarti keberadaan komisaris independen dalam suatu perusahaan tidak mampu menjadi salah satu mekanisme good 60 November 2012 corporate governance dalam mendeteksi manajemen laba (Guna dan Herawaty 2010). Hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi variabel independensi auditor (INDP) sebesar 0,307, lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha5 tidak diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independensi auditor (INDP) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (M_LABA). Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan auditor dalam mengidentifikasi praktek manajemen laba dalam suatu perusahaan melalui proses audit laporan keuangan perusahaan. Hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi variabel leverage (LEV) sebesar 0,007, lebih kecil dari alpha (α = 0,05) artinya Ha6 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel leverage (LEV) berpengaruh terhadap manajemen laba (M_LABA). Hal ini disebabkan leverage yang besar akan mendorong pihak manajemen dalam melalukan praktek manajemen laba, karena para investor cenderung menyukai perusahaan dengan tingkat leverage yang kecil. Hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi variabel reputasi auditor (RA) sebesar 0,038, lebih kecil dari alpha (α = 0,05) artinya Ha7 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel reputasi auditor (RA) berpengruh terhadap manajemen laba (M_LABA). Hal ini disebabkan oleh auditor dari KAP Big Four dilengkapi dengan serangkaian pelatihan, prosedur, dan program yang akurat dan efektif sehingga mampu mendeteksi praktek manajemen laba di suatu perusahaan. ISSN: 1410 -9875 Hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi variabel profitabilitas (PROF) sebesar 0,000, lebih kecil dari alpha (α = 0,05) artinya Ha8 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas (PROF) berpengaruh terhadap manajemen laba (M_LABA). Hal ini disebabkan pihak investor yang cenderung menyukai berinvestasi pada perusahaan yang memiliki profitabilitas yang besar. Sehingga besar kecilnya profitabilitas mendorong pihak manjemen untuk melakukan praktek manajemen laba. Hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,877, lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha9 tidak diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (M_LABA). Hal ini berarti besar kecilnya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba, dalam hal menurunkan laba untuk perusahaan besar dan menaikkan laba untuk perusahaan kecil. Hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi variabel ukuran dewan direksi (U_DIREKS) sebesar 0,121, lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha10 tidak diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan direksi (U_DIREKS) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (M_LABA). Hal ini berarti besar kecilnya ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap keoptimalan dewan direksi dalam mendeteksi manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen. Dian Primartanto PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan bahwa leverage, reputasi auditor, dan profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, independensi auditor, ukuran perusahaan, dan ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan pada penelitian selanjutnya, yaitu Setelah melakukan analisis data dan interpretasi hasil, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain: (1) penelitian ini hanya mengambil periode penelitian tiga tahun yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2010; (2) penelitian ini hanya terbatas pada sampel perusahaan manufaktur, sehingga kurang mewakili perusahaan lain yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI); (3) penelitian ini hanya menggunakan sepuluh variabel independen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, independensi auditor, leverage, reputasi auditor, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan ukuran dewan direksi. Diluar model masih terdapat faktor yang mempengaruhi manajemen laba; (4) terdapat variabel yang tidak memenuhi uji asumsi klasik yaitu terjadi uji heterokedastisitas pada variabel leverage, reputasi auditor, dan profitabilitas. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya sebagai 61 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 berikut (1) memperpanjang kurun waktu penelitian untuk melihat konsistensi pengaruh variabelvariabel independen terhadap manajemen laba; (2) penelitian selanjutnya dapat menambahkan jumlah sampel, tidak hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI); (3) penelitian selanjutnya diharapkan meneliti variabel-variabel lain diluar variabel-varibel yang digunakan November 2012 dalam penelitian ini yang mungkin memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, seperti misalnya variabel independen dalam penelitian ini dapat ditambah persentase saham yang dipublikasikan; dan (4) penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengatasi masalah heterokedastisitas yang terjadi dengan cara menambah jumlah sampel penelitian. REFERENSI: A. Nuraini, dan Sumarno Zain. 2007. Analisa Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Manajemen Akuntansi, Vol. 7, No. 1, Januari: 19-32. Astuti, Dewi S. Puji. 2004. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba Diseputar Right Issue. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No. 2, Mei: 251-263. Azlina, Nur. 2010. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba. Perekonomian Bisnis Jurnal, Vol. 2, No. 3, November: 355-363. Bangun, N. dan Vincent. 2008. Analisis Hubungan Komponen Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Dengan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi/Tahun XII, No. 3, September: 289-302. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Universitas Diponegoro. Guna, W. I. dan Arleen H. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April: 53-68. Handayani, RR. S. dan Agustono D. R. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, April: 33-56. Hardiningsih, RR. S. dan Agustono Dewi R. 2009. Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian Akuntansi, Vol. 2, No. 1, Febuari: 61-76. Herni, dan Yulius K. Susanto. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris Pada Industri Yang Listing di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 3, Juli: 302-314. Kountur, Ronny. 2003. Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Penerbit PPM. 62 ISSN: 1410 -9875 Dian Primartanto Kusuma, Hadri. dan Sari, Wigiya A. U. 2003. Manajemen Laba Oleh Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Merger dan Akuisisi di Indonesia. Jurnal Auditing Akuntansi, Vol. 7, No. 1, Juni: 21-36. Lugihatno. 2010. Analisa Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO di Indonesia. Fokus Ekonomi, Vol. 5, No. 2, Desember: 15-31. Makhdalena, 2011. Hubungan Komposisi Komite Audit Dengan Earnings Management (Studi pada Emiten Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi, Vol. XV, No. 02, Mei:138-148. Meutia. Inten. 2004. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba Untuk KAP Big 5 dan non-Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No. 3, September: 333-350. Nini, dan Estralita T. 2009. Pengaruh Independensi Auditor Pada KAP Big Four Terhadap Manajemen Laba pada Industri Bahan Dasar, Kimia, dan Industri Barang Konsumsi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember: 175-188. Payamta. 2006. Pengaruh Kualitas Auditor, Independensi, dan Opini Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6, No. 1: 81-96. Pradipta, Arya. 2011. Analisis Pengaruh dari Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No.2, Agustus: 93-106. Rahman, R. A. 2006. Board, Audit Committee, Culture and Earnings Management: Malaysian Evidence. Managerial Auditing Journal, Vol.21, No. 27: 783-801. Sanjaya, I. P. S. 2008. Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.11, No.1, Januari: 97-116. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. Sawyer, B. Lawrence et al. 2003. Sawyer’s Internal Auditing. United States of America: The Institute of Internal Auditors. Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach.5thed. West Sussex: JhonWiley & Sons Ltd. Siswanto, J. F. A. 2009. Kebijakan Manajemen Laba. Fokus Ekonomi, Vol. 8, No. 1, April: 7-13. Suhartini, Dwi. 2006. Pengaruh Leverage, Jumlah Dewan Direksi, Reputasi Auditor, dan Persentase Saham Yang Ditawarkan Pada Publik Saat IPO Terhadap Earnings Management. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi, Vol. 6., No. 2, September: 64-75. Sukartha Made. 2007. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Perusahaan Pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 10, No. 3, September: 243-267. Tiswiyanti, Wiwik et al. 2012. Analisa Pengaruh Komisaris Indepenen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional, Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Vol. 14, No. 1, Januari-Juni: 61-66. 63 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Ujiyantho, Muh. A. dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Juli: 1-2. Utami, R. B. dan Rahmawati. 2008. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Prosiding Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional (SKEN) UPN “Veteran” Yogyakarta. Oktober: 305-321. Widyaningdyah, A. U. 2001. Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 3, No. 2, November: 89-101. Widyastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Maksi, Vol. 9, No.1, Januari: 30-41. Wirawan, Saldy. 2010. Pengaruh Struktur Corporate Governance, Kontrak Hutang, dan Political Cost Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2006-2009. Media Riset Akuntansi, Auditing, & Informasi, Vol. 1, No. 3, Desember: 1-14. 64 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 65-74 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, BUDAYA ORGANISASI, DAN KETERLIBATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN SETIA TJAHJANTI STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: This research aims to analyze and determine the influence of organization commitment, organization culture, and job involvement on the performance of PT. Matahari Department Store. The method of choosing sample was using the non probability sampling of purposive sampling. The data of this research was collected by distributing questionnaires to the respondents. Samples taken from this research are 389 employees of PT. Matahari Department Store. Data was analyzed using the simple linier regressions and multiple linier regressions.The results showed that there is the influence of organization commitment on employee performance with a t value of 10,168 > t table (1,96) and a significance value of 0,000 < 0,05; there is the influence of organization culture on employee performance with a t value of 4,503 > t table (1,96) and a significance value of 0,000 < 0,05; there is the influence of job involvement on employee performance with a t value of 4,934 > t table (1,96) and a significance value of 0,000 < 0,05, and there is the influence of organization commitment, organization culture, and job involvement on employee performance simultaneously with f value of 36,354 > f table (2,26) and a significance value of 0,000 < 0,05. Keywords: Organization Commitment, Organization Culture, Job Involvement, Employee Performance Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) yang semakin bertambah dari 340 tahun 2008 menjadi 510 di tahun 2010. Ini menunjukkan bahwa pasar ritel banyak diminati oleh para pebisnis. Menurut Kotler dan Keller (2012, 469) menyatakan bahwa, “Retailing includes all the activities involved in selling goods PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Perkembangan ritel Indonesia begitu pesat, hal ini ditandai dengan munculnya pemain - pemain baru dalam bisnis ritel. Menurut Meryana (Kompas.com, 2011) menyatakan bahwa, terjadi peningkatan jumlah anggota 65 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 or services directly to final consumers for personal, nonbusiness use”. Bisnis Ritel berdasarkan sifatnya digolongkan menjadi dua, yakni ritel yang bersifat tradisional dan yang bersifat modern (Soliha 2008, 129 130). Menurut Perreault et al. (2010, 345) menyatakan bahwa, “Department store are larger stores that are organized into many separate departments and offer many product lines. Each department is like a separate limited - line store and handles a wide variety of a shopping product, such as men’s wear or housewares.” Pemain besar department stores lokal adalah seperti Matahari dan Ramayana (Indonesia Commercial Newsletter). Matahari Department Store adalah department store lokal yang selalu ramai dikunjungi pembeli. Saat ini MDS telah tersebar sebanyak 122 toko di pusat perbelanjaan yang terdapat di seluruh Indonesia (Arum 2013, 7). Mengingat persaingan yang kompetitif atas perusahaan yang sejenis, PT. Matahari Department Store perlu memperhatikan sumber daya manusia. Dengan memiliki pengelolaan sumber daya manusia yang efisien dan profesional, dapat meningkatkan kinerja perusahaan, sekaligus meningkatkan daya saing perusahaan (Endri, 2012). Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal bersifat individual, karena setiap karyawan memiliki tingkat kemampuan berbeda dalam mengerjakan tugasnya. Menurut Simanjuntak (2011, 1), “Kinerja adalah tingkat 66 November 2012 pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.” Permasalahannya adalah bagaimana menciptakan dan mempengaruhi SDM agar mempunyai kinerja yang lebih baik. Berbagai literatur manajemen dan penelitian telah banyak dibahas tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja SDM. Kinerja SDM dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti misalnya budaya organisasi (Shahzab et al. 2012), komitmen organisasi (Khan et al. 2010) dalam penelitian Setyorini et al. (2012, 33-34), dan keterlibatan kerja (Robbins dan Judge 2008, 100) . Menurut Rivai (2003, 248), “Komitmen organisasi adalah keadaan dimana seseorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan – tujuannya.” Ini berarti bagaimana karyawan konsisten dalam apa yang mereka katakan dan lakukan. Koesmono (2005, 175) mengadakan suatu penelitian yang dipublikasikan menyimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja secara positif. Menurut Siagian (2002, 29) menyatakan bahwa, “Ternyata budaya organisasi memainkan peranan penting dalam mengelola suatu organisasi karena definisi mengatakan, bahwa budaya organisasi merupakan persepsi yang sama tentang makna hakiki kehidupan bersama dalam organisasi.”. Faktor yang mempengaruhi kinerja lainnya adalah keterlibatan kerja (Setyorini et al. 2012, 34). Definisi keterlibatan kerja yang dikemukakan oleh Robin dan Judge (2008, 100) menyatakan bahwa, “Keterlibatan kerja mengukur ISSN: 1410 -9875 tingkat sampai mana individu secara psikologis memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai bentuk penghargaan diri.” Karyawan dengan keterlibatan kerja yang tinggi akan menjadi lebih termotivasi, lebih berkomitmen terhadap perusahaan, lebih produktif dengan pekerjaan mereka sehingga nantinya akan menghasilkan kinerja yang optimal. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali pada objek yang berbeda yaitu karyawan PT. Matahari Department Store. Dimana penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyorini et al. tentang Pengaruh Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, dan Keterlibatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Baitul Maal Wat Tamwil (2012). Oleh karena itu, penulis memberikan judul “PENGARUH KOMITMEN ORGAN ISASI, BUDAYA ORGANISASI, DAN, KETERLIBATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWA N PT. MATAHARI DEPARTEMENT STORE”. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan? 2. Apakah terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan? 3. Apakah terdapat pengaruh keterlibatan kerja terhadap kinerja karyawan? Setia Tjahjanti 4. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasi, budaya organisasi, dan keterlibatan kerja secara bersama - sama terhadap kinerja karyawan? Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan di masa mendatang berkaitan dengan komitmen organisasi, budaya organisasi, dan keterlibatan kerja terhadap kinerja karyawan. 2. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan mengenai teori - teori yang berhubungan dengan variabel seperti komitmen organisasi, budaya organisasi, keterlibatan kerja, dan kinerja karyawan. 3. Bagi Pihak Lain Diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan proses belajar mengajar dan perkembangan ilmu sumber daya manusia (SDM) khususnya tentang komitmen organisasi, budaya organisasi, dan keterlibatan kerja yang berkaitan dengan kinerja karyawan. 67 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Model Penelitian Komitmen Organisasi Budaya Organisasi Kinerja Karyawan Keterlibatan Kerja Gambar 1. Model Penelitian METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah karyawan PT. Matahari Department Store yang terdiri dari 14126 karyawan dalam divisi Merchandising & Marketing, Store Operations, Human Resources, Financial Officer, Real Estate & Store Planning, Procurement, System & Procedure, dan Logistics pada PT. Matahari Department Store. Penetapan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin, dengan jumlah sampel, yaitu sebanyak 389 responden. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel berupa teknik sampling purposive, dengan kriteria telah bekerja lebih dari 1 tahun dan merupakan karyawan tetap. Pengukuran Variabel Hasil jawaban responden diukur dalam kuesioner untuk setiap pertanyaan adalah skala likert dengan 5 point, yaitu: Sangat Tidak Setuju (1), Tidak Setuju (2), Ragu – ragu (3), Setuju (4), Sangat Setuju (5). 68 November 2012 Indikator yang digunakan untuk variabel komitmen organisasi dalam penelitian ini adalah affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. Sedangkan indikator yang digunakan untuk variabel budaya organisasi adalah perhatian pada rincian, orientasi pada hasil, orientasi pada orang, dan orientasi pada tim. Indikator yang digunakan untuk variabel keterlibatan kerja adalah keterlibatan karyawan dengan rekan kerja, keterlibatan karyawan dengan pelanggan, keterlibatan karyawan dengan pimpinan/atasan, dan keterlibatan karyawan dengan waktu kerja. Dan indikator yang digunakan untuk variabel kinerja karyawan adalah kemampuan, komitmen profesi, motivasi, dan kepuasan kerja. Uji Instrumen Penelitian Uji instrumen penelitian menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur (Jogiyanto 2010, 120). Mengukur tingkat validitas dapat dilakukan dengan metode Corrected Total Correlation. Jika r hitung lebih besar r tabel, maka instrumen atau item - item pertanyaan dinyatakan valid (Priyatno 2009, 21 - 22). Reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya (Jogiyanto 2010, 120). Reliabilitas dapat diuji atau dinilai dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, Kriteria suatu instrumen dikatakan reliabel bila koefisien reliabilitas >0,6 (Siregar 2010, 175). ISSN: 1410 -9875 Setia Tjahjanti Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri atas uji multikonileritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Cara yang lebih umum untuk mengidentifikasi multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Toleransi dan Variance Inflation Factor (Sekaran & Bouge 2010, 353). Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan Lagrange Multiplier (LM Test) atau Breusch Godfrey untuk sampel yang besar (Ghozali 2013, 113). Cara menentukan uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara, di antaranya Residual Plot, Metode grafik, Uji Park, Uji Glejser, dan Kelaziman (Umar 2008, 82). Metode Analisis Data a. Analisis Koefisien Korelasi (R) Menurut Algifari (2010, 199) Kegunaan analisis koefisien korelasi adalah “Untuk mengetahui keeratan hubungan (korelasi) antara dua macam variabel digunakan ukuran koefisien korelasi (r). Besarnya koefisien korelasi (r) antara dua macam variabel adalah nol sampai dengan ±1.” b. Analisis Koefisien Determinasi Menurut Bowerman (2003, 541) menyatakan bahwa, “R2 is the proportion of the total variation in the n observed values of the dependent variable that is explained by the overall regression model.” c. Analisis Regresi Sederhana Menurut Anderson, et al. (2014, 600), “The equation that discribes how y is related to x and an error term is called the regression model.” The regression model used in simple linear regression follows. y = β0 + β1X1 + ε d. Analisis Regresi Berganda Menurut Anderson et al. (2014, 684), “The equation that describes how the dependent variable y is related to the independent variables x1, x2, ..., xp and an error term is called multiple regression model.” We begin with the assumption that the multiple regression model takes the following form: y = β0 + β1x1 + β2x2 + ...+ βpxp + ε HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian validitas dan reliabilitas adalah sebuah proses untuk mengukur item pertanyaan yang ada dalam sebuah kuesioner, tujuannya untuk mengetahui apakah sudah valid dan konsisten tidaknya jawaban seseorang terhadap item – item pertanyaan (Sarjono dan Julianita 2011, 35). Hasil analisis dengan IBMSPSS21 menjelaskan bahwa instrumen penelitian variabel – variabel baik variabel bebas maupun terikat seluruhnya adalah valid, karena memiliki koefisien korelasi > 0,099. Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Komitmen Organisasi (X1) Budaya Organisasi (X2) Keterlibatan Kerja (X3) Kinerja Karyawan (Y) Jumlah Pertanyaan 8 12 4 10 Alpha Cronbach 0,763 0,797 0,737 0,609 Hasil Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Sumber: hasil olahan IBMSPSS21 69 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Jadi dapat disimpulkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini mempunyai nilai Alpha Cronbach > 0,6 dan dapat dikatakan reliabel. B. Uji Kualitas Data Uji Normalitas Menurut Sarjono dan Julianita (2011, 53), uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. November 2012 Tabel 2. Nilai Toleransi dan VIF Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance 1 VIF (Constant) KomitmenOrga nisasi BudayaOrganisa si ,796 1,256 ,874 1,144 KeterlibatanK erja ,837 1,194 D. Uji Heteroskedastisitas Dari gambar 3. (grafik scatterplot) dapat disimpulkan bahwa titik – titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk sebuah pola, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 2. Normal Probability Plot C. Uji Multikolineritas Dari tabel 2. menunjukan hasil dimana semua variabel independen-nya yaitu komitmen organisasi, budaya organisasi, dan keterlibatan kerja angka tolerancenya >0,1 dan angka variance inflation factor-nya (VIF) <10. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Gambar 3. Uji heteroskedastisitas E. Pengujian Hipotesis Dari tabel 3. Adapun model regresinya adalah sebagai berikut : Y= 1,312+0,446X1+0,74X2+0,60X3 +e Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B 1 70 (Constant) Std. Error 1,312 ,231 KomitmenOrganisasi ,446 ,055 BudayaOrganisasi ,074 ,050 t Sig. Beta 5,687 ,000 ,409 8,118 ,000 ,072 1,489 ,137 ISSN: 1410 -9875 Keterlibatan Kerja Setia Tjahjanti ,060 ,042 ,069 1,410 ,159 a. Dependent Variable: Kinerja Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 1,312 dapat diartikan bahwa ketika nilai komitmen organisasi, budaya organisasi, dan keterlibatan kerja adalah 0, maka nilai kinerja karyawan adalah sebesar 1,312. Untuk koefisien regresi X1 2. atau komitmen organisasi jika mengalami kenaikan satu satuan, maka akan meningkatkan kinerja karyawan sebesar 0,446 satuan dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan. Besarnya koefisien regresi X2 3. atau budaya organisasi jika mengalami kenaikan satu satuan, maka akan meningkatkan kinerja karyawan sebesar 0,74 satuan dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan. 4. Variabel keterlibatan kerja atau koefisien regresi X3 jika mengalami kenaikan satu satuan, maka akan meningkatkan kinerja karyawan sebesar 0,60 satuan dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan. Uji Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Hasil t tabel adalah sebesar 1,96 atau 1,96 untuk tingkat signifikansi 5% dan diperoleh t hitung sebesar 10,168. Karena t hitung terletak di wilayah penerimaan Ha artinya terdapat pengaruh antara variabel komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. Uji Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Hasil t tabel adalah sebesar 1,96 atau 1,96 untuk tingkat signifikansi 5% dan diperoleh t hitung sebesar 4,503. Karena t hitung terletak di wilayah penerimaan Ha artinya terdapat pengaruh antara variabel budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Uji Pengaruh Keterlibatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Hasil t tabel adalah sebesar 1,96 atau 1,96 untuk tingkat signifikansi 5% dan diperoleh t hitung sebesar 4,934. Karena t hitung terletak di wilayah penerimaan Ha artinya terdapat pengaruh antara variabel keterlibatan kerja terhadap kinerja karyawan. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa: (a) terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan, (b) terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, (c) terdapat pengaruh keterlibatan kerja terhadap kinerja karyawan, dan (d) terdapat pengaruh komitmen organisasi, budaya organisasi, dan keterlibatan kerja 71 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 terhadap kinerja karyawan secara simultan. oleh sampel tidak menunjukan keadaan sesungguhnya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain, faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dalam penelitian ini hanya terdiri dari tiga variabel sedangkan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi kinerja karyawan, serta adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu terkadang jawaban yang diberikan Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menggunakan jenis perusahaan lain sebagai objek penelitian. Serta dalam penelitian ini variabel yang digunakan untuk penelitian ini sangat sedikit, yaitu hanya tiga variabel, oleh sebab itu pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lainnya yang berhubung dengan kinerja karyawan. DAFTAR REFRENSI Algifari. 2010. Statistika Deskriptif Plus Untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Anderson, David R, Dennis J. Sweaney, Thomas A. Williams, and Jeffry D. Camm. 2014. Statistics for Business and Economics 12e. South-Western: Cengage Learning. Arum, Bunga Citra. 2013. Masih Butuh Lebih Banyak Ruang Ritel. Bisnis Indonesia, November 3. Bowerman, Bruce L, and Richard T. O’Connell. 2003. Business Statistics in Practice. NewYork: McGraw-Hill. Endri. 2012. Peran Human Capital dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan: Suatu Tinjauan Teoritis Dan Empiris. Ilmu dan Budaya.journal.unas.ac.id/index.php/ilmubudaya/article/download/40/ 29 (accessed Desember 3, 2013). Ghozali, H. Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: UNDIP. Indonesian Commercial Newsletter (ICN).http://www.datacon.co.id/Ritel2011Store.html. Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Koesmono, H. Teman. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.7, No.2: 171-188. Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. 14th Edition. London: Pearson Education. Kompas.com. News. Edukasi. Bisnis 72 ISSN: 1410 -9875 Setia Tjahjanti & Keuangan, 2011: Aprindo: Ritel RI Lebih Tahan Krisis. http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/24/08572872/Aprindo.Ritel .RI.Lebih.Tahan.Krisis. Perreault, William D., Joseph P. Cannon, and E. Jerome McCarthy. 2010. Basic Marketing: A Marketing Strategy Planning Approach. NewYork: McGrawHill. Priyatno, Duwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom. Rivai, Viethzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo. Robbins, P. Stephen, and Timothy A. Judge. 2008. Organizational Behaviour. Edisi 12. Jakarta: Salemba empat. Sarjono, Haryodo, dan Winda Julianita. 2011. SPSS vs LISREL sebuah pengantar, aplikasi untuk riset. Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. Fifth edition. United Kingdom: John wiley & Sons Ltd. Setyorini, Christina Tri., Siti Maghfiroh, dan Yusriyati Nur Farida. 2012. Pengaruh Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Dan Keterlibatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Media Riset Akuntansi, Vol.2, No.1: 32 – 47. Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT RINEKA CIPTA Simanjuntak, Payaman J. Manajemen & Evaluasi Kinerja. 2011. Jakarta: Lembaga Penerbit Falkutas Ekonomi Universitas Indonesia. Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS versi 17. Jakarta: Rajawali Pers. Soliha, Euis. 2008. Analisis Industri Ritel di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.15, No.2: 128-143. Umar, Husein. 2008. Desain Penelitian MSDM dari Perilaku Karyawan: Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah. Jakarta: Rajawali Pers. 73 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 74 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 75-86 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH LEVERAGE, OPERATING CASH FLOW, PROFITABILITAS, FIRM SIZE, ASSET TANGIBILITY DAN CASH CONVERSION CYCLE TERHADAP NET WORKING CAPITAL STEVEN YAP STIE TRISAKTI [email protected] Abstract : The purpose of this research is to test and investigate the influence of leverage, operating cash flow, profitability, firms size, asset tangibility and cash conversion cycle towards net working capital. This research is also to improve the results of prior researches. The population of this research is consumer goos industry companies listed in the Indonesia Stock Exchange over the 8 years period 2005-2012. Samples consist of 9 manufacturing companies, selected using purposive sampling method. The data type is secondary data which collected from Indonesia Stock Exchange. Data was analyzed using multiple regression. The result shows that leverage, operating cash flow, profitability, and asset tangibility have influences towards net working capital. Otherwise, firms size and cash conversion cycle do not have influences towards net working capital. Keywords: Net Working Capital, Leverage, Operating Cash Flow, Profitability, Firms Size, Asset Tangibility and Cash Conversion Cycle. melaksanakan fungsi keuangan, modal kerja sebagai wadah perusahaan untuk mengelola efisiensi pendanaannya agar tetap dapat menjaga minimum net working capital. Dalam fungsi ekonomi, efisiensi pengelolaan modal kerja akan menyebabkan perusahaan lebih profitable sehingga akan berkontribusi sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi negara. Pelaksanaan manajemen modal kerja menjadi bagian dasar PENDAHULUAN Manajemen modal kerja merupakan area penting dalam manajemen keuangan perusahaan. Kegagalan atau keberhasilan perusahaan dalam mengelola modal kerja sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup perusahaan. Selain itu, modal kerja memiliki peranan penting dalam perekonomian negara karena telah menjalankan fungsi keuangan dan fungsi ekonomi. Dalam 75 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 dari strategi mencapai tujuan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik atau para pemegang saham. Menurut Ross et. al (2010: 4), manajamen modal kerja adalah pengelolaan aktivitas perusahaan sehari-hari dengan memastikan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang cukup untuk melanjutkan operasionalnya dengan meminimalisir biaya yang mahal. Pengukuran modal kerja menggunakan pengukuran net working capital. Semakin besar jumlah net working capital maka akan semakin kecil resiko yang dihadapi perusahaan. Besarnya jumlah net working capital yang dimiliki perusahaan sangat ditentukan oleh jenis usaha dari masaing-masing perusahaan. Pengelolaan modal kerja sangat penting bagi perusahaan dan investor. Dilihat dari sisi perusahaan, perusahaan akan menjaga tingkat optimal modal kerja bersih (net working capital) mereka agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan dengan menjaga likuiditas dan profitabilitas perusahaannya. Selain itu dlihat dari sisi investor, sebagai pihak yang memiliki dana di perusahaan tersebut, mereka mengharapkan memperoleh laba sebanyakbanyaknya sehingga pendapatan atau keuntungan yang diterima nantinya akan digunakan oleh investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa yang akan datang. Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan, perusahaan harus mengelola modal kerja secara efisien dan efektif. Titik permasalahan dalam penelitian ini 76 November 2012 adalah bagaimana cara mengelola modal kerja secara efektif dan efisien. Karena kurangnya pemahaman manajemen dalam merencanakan serta mengatur komponen-komponen modal kerja akan menyebabkan ketidakmampuan untuk menyediakan likuiditas dan terjadi bankruptcy. Oleh karena itu, perusahaan akan meminimalkan resiko likuiditas dan kebangkrutan dengan memahami penentu kebutuhan modal kerja. Besar jumlah net working capital yang dihasilkan sangat ditentukan oleh sifat dan jenis perusahaan dari masing-masing industri. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang aktif melakukan produksi dan penjualan dalam memenuhi permintaan pasar, sehingga semakin tinggi aktivitas perusahaan maka akan semakin tinggi pula modal kerja yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih industri manufaktur sektor barang konsumsi sebagai objek penelitian karena selama tahun 2005-2012 industri manufaktur terus menjadi penyumbang terbesar dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB untuk tahun 2005 sebesar 27,7%, tahun 2006 sebesar 28,1%, tahun 2007 sebesar 27,1%, tahun 2008 sebesar 27,9%, tahun 2009 sebesar 26,4%, tahun 2010 sebesar 24,8%, tahun 2011 sebesar 24,3% dan tahun 2012 sebesar 23,97% (Sumber: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 20052012, Badan Pusat Statistik). ISSN: 1410 -9875 Steven Yap Tabel 1 Kapitalisasi Pasar 3 Sektor Industri Manufaktur Tahun 2005-2012 (Milyaran Rupiah) Sektor Barang Konsumsi 2005 135.498 2006 178.209 2007 193.800 2008 133.414 2009 245.554 2010 479.533 2011 596.946 2012 771.223 Aneka Industri 57.795 79.639 135.728 60.952 169.518 264.739 362.531 371.799 Dasar dan Kima 53.259 79.639 123.266 81.587 163.625 246.898 270.553 348.090 Sumber: Factbook 2006-2013, Indonesia Stock Exchange Kemudian dalam industri manufaktur terbagi dalam tiga sektor yaitu industri manufaktur sektor barang konsumsi, sektor aneka industri dan sektor & kima. Berdasarkan tabel 1, industri manufaktur sektor konsumsi memiliki kapitalisasi pasar yang paling besar dalam memeberikan kontribusi untuk industri manufaktur. Kapitalisasi Pasar adalah nilai dari saham perusahaan yang beredar atau modal saham, surplus dari hutang jangka panjang lainya, sehingga besar dan pertumbuhan dari suatu kapitalisasi pasar perusahaan seringkali menjadi pengukuran penting dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan (sumber: www.wikipedia.co.id). Besarnya kapitalisasi pasar yang dimiliki ini menunjukan bahwa industri manufaktur sektor konsumsi mempunyai market power yang kuat sehingga mempunyai peluang pertumbuhan yang tinggi untuk ekspansi dan memerlukan modal kerja yang besar agar dapat memenuhi pertumbuhan perusahaan yang selaras dengan pertumbuhan permintaan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis dapat merumuskan masalah penelitian yaitu: Apakah Leverage, Operating Cash Flow, Profitabilitas, Firm Size, Asset Tangibility dan Cash Conversion Cycle baik secara parsial ataupun secara bersamasama mempunyai pengaruh terhadap Net Working Capital? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Leverage, Operating Cash Flow, Profitabilitas, Firm Size, Asset Tangibility dan Cash Conversion Cycle baik secara parsial ataupun secara bersamasama mempunyai pengaruh terhadap Net Working Capital. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pecking Order Theory Pecking order theory adalah keputusan pendanaan perusahaan dengan lebih mengutamakan pendanaan internal daripada pendanaan eksternal untuk aktivitas pendanaan jangka pendek. Jika pendanaan internal tidak mencukupi sumber dana yang diutamakan adalah hutang, bukan menerbitkan saham. 77 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Net Working Capital Net working capital adalah pengukuran modal kerja yang digunakan untuk mengukur seberapa likuiditas perusahaan untuk membiayai operasionalnya sehari-hari. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja Leverage (Debt Ratio) Debt ratio adalah rasio yang menunjukan tingkat penggunaan hutang perusahaan yang diukur berdasarkan total hutang di bagi total aset. Operating Cash Flow Operating cash flows merupakan aliran kas yang berasal dari operasional rutin perusahaan. Profitabilitas (Return on Asset) Return on assets menunjukan kemampuan untuk memperoleh laba dari aktiva perusahaan. Firm Size Ukuran perusahaan adalah indikator yang menentukan besar kecilnya ukuran suatu perusahaan yang diukur dengan cara logaritma dari total aset. November 2012 mengumpulkan kembali penjualan barang jadi. kas dari Pengembangan Hipotesis Hipotesis ke-1: H01: tidak terdapat pengaruh Leverage terhadap Net Working Capital. Ha1: terdapat pengaruh Leverage terhadap Net Working Capital. Hipotesis ke-2: H02: tidak terdapat pengaruh Operating Cash Flow terhadap Net Working Capital. Ha2: terdapat pengaruh Operating Cash Flow terhadap Net Working Capital. Hipotesis ke-3: H03: tidak terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Net Working Capital. Ha3: terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Net Working Capital. Hipotesis ke-4: H04: tidak terdapat pengaruh Firm Size terhadap Net Working Capital. Ha4: terdapat pengaruh Firm Size terhadap Net Working Capital. Asset Tangibility Asset tangibility adalah sumber daya berupa aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan dalam proses bisnisnya yang diukur berdasar aset tetap dibagi total aset. Hipotesis ke-5: H05: tidak terdapat pengaruh Asset Tangibility terhadap Net Working Capital. Ha5: terdapat pengaruh Asset Tangibility terhadap Net Working Capital. Cash Conversion Cycle Cash convesion cycle menunjukan waktu yang dibutuhkan mulai saat perusahaan mengeluarkan uang untuk membeli bahan baku sampai dengan Hipotesis ke-6: H06: tidak terdapat pengaruh Conversion Cycle terhadap Working Capital. Ha6: terdapat pengaruh Conversion Cycle terhadap Working Capital. 78 Cash Net Cash Net ISSN: 1410 -9875 Steven Yap Hipotesis ke-7: H07: tidak terdapat pengaruh Leverage, Operating Cash Flow, Profitabilitas, Firm Size, Asset Tangibility dan Cash Conversion Cycle secara bersama-sama terhadap Net Working Capital. Ha7: terdapat pengaruh Leverage, Operating Cash Flow, Profitabilitas, Firm Size, Asset Tangibility dan Cash Conversion Cycle secara bersama-sama terhadap Net Working Capital. METODA PENELITIAN Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal dimana peneliti ingin mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2005-2012, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 9 perusahaan (72 pengamatan). Variabel Penelitian Tabel 2 Operasionalisasi Variabel Variabel Dependen Net Working Capital (NWC) Variabel Independen Leverage (DR) Operating Cash Flow (OCF) Profitabilitas (ROA) Firm Size (SIZE) Asset Tangibility (TANG) Cash Conversion Cycle (CCC) Definisi Operasional Rumus Pengukuran modal kerja yang digunakan untuk mengukur seberapa likuiditas perusahaan untuk membiayai operasionalnya sehari-hari. ��� ������� ����� � ������� ����������� ����� ������ Definisi Operasional Rumus Debt Ratio mengukur tingkat penggunaan hutang di perusahaan. Operating cash flow menunjukan aliran kas yang berasal dari operasional perusahaan. Return on Assets mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari aktiva perusahaan. Firm Size mengukur ukuran besar kecil perusahaan dari total aktiva. Asset Tangibility mengukur proporsi aktiva tetap perusahaan. Cash Conversion Cycle mengukur jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah pengeluaran kas sampai mengumpulkan kembali kas dari penjualan barang jadi yang diproduksi perusahaan. ����� ���� ����� ����� ��������� ���� ���� ����� � ������������ � ������ ����� ����� ��� ������ ����� ����� ����� ���� � �� ������ ������ ����� ����� ����� ����� ��� � ������� ���������� ������ � ��������� �������� �� ���� � ������� ������� ������ ��� 365 79 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 HASIL PEMBAHASAN Tabel 3 Hasil Analisis Koefisien Determinasi H1 R -0.638202 R2 0.407302 Tabel 3 menunjukan bahwa nilai R adalah sebesar 0,638202, maka dapat disimpulkan antara variabel leverage dengan variabel net working capital memiliki hubungan yang kuat dan negative, dimana variasi variabel net working capital dapat dijelaskan oleh leverage sebesar 40,73% dan sisanya sebesar 59,27% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Tabel 4 Hasil Analisis Koefisien Regresi H1 Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic C 0.612079 0.028295 21.63234 DR -0.557425 0.083594 -6.668209 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8 Berdasarkan nilai statistik t dari leverage berada di daerah penolakan hipotesis H0 dimana t � ���� (-6,668209 � -1,994) dan pvalue 0,0000 lebih kecil dari alpha 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap net working capital. Tabel 5 Hasil Analisis Koefisien Determinasi H2 R 0.400074 R2 Prob. 0.0000 0.0000 Tabel 5 menunjukan bahwa nilai R adalah sebesar 0,400074, maka dapat disimpulkan antara variabel operating cash flow dengan variabel net working capital memiliki hubungan sedang dan positif, dimana variasi variabel net working capital dapat dijelaskan oleh operating cash flow sebesar 16% dan sisanya sebesar 84% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. 0.160059 Tabel 6 Hasil Analisis Koefisien Regresi H2 Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic C 0.332771 0.036129 9.210688 OCF 0.755491 0.216278 3.493152 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8 Berdasarkan nilai statistik t dari operating cash flow berada di daerah penolakan hipotesis H0 (-3,493152 � dimana t � �� �� 80 November 2012 Prob. 0.0000 0.0008 1,994) dan p-value 0,0008 lebih kecil dari alpha 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa operating cash flow berpengaruh positif terhadap net working capital. ISSN: 1410 -9875 Steven Yap Tabel 7 Hasil Analisis Koefisien Determinasi H3 R 0.395163 R2 0.156154 Tabel 7 menunjukan bahwa nilai R adalah sebesar 0,395163, maka dapat disimpulkan antara variabel profitabilitas dengan variabel net working capital memiliki hubungan yang rendah dan positif dimana variasi variabel net working capital dapat dijelaskan oleh profitabilitas sebesar 15,62% dan sisanya sebesar 84,38% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Tabel 8 Hasil Analisis Koefisien Regresi H3 Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic C 0.359154 0.029627 12.12261 ROA 0.990959 0.285448 3.471590 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8 Berdasarkan nilai statistik t dari profitabilitas berada di daerah penolakan hipotesis H0 dimana t � ���� (-3,471590 � -1,994) dan pvalue 0,0009 lebih kecil dari alpha 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap net working capital. Tabel 9 Hasil Analisis Koefisien Determinasi H4 R -0,395163 R2 0,032727 Tabel 9 menunjukan bahwa nilai R adalah sebesar 0,395163, maka dapat disimpulkan antara variabel firms size dengan variabel net working capital memiliki hubungan yang rendah dan negative dimana variasi variabel net working capital dapat dijelaskan oleh firms size sebesar 3,27% dan sisanya sebesar 96,73% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Tabel 10 Hasil Analisis Koefisien Regresi H4 Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic C 1.164638 0.489174 2.380825 SIZE -0.025606 0.017416 -1.470245 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8 Berdasarkan nilai statistik t dari firms size berada di daerah hipotesis H0 tidak dapat ditolak dimana t � ���� atau t � ���� (- Prob. 0.0000 0.0009 Prob. 0.0200 0.1460 1,470245 � -1,994 atau -1,470245 � 1,997) dan p-value 0,1460 lebih besar dari alpha 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa firms size 81 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 tidak berpengaruh terhadap working capital. Tabel 11 Hasil Analisis Koefisien Determinasi H5 R -0,549574 R2 0,302032 net Tabel 11 menunjukan bahwa nilai R adalah sebesar 0,549574, maka dapat disimpulkan antara variabel asset tangibility dengan variabel net working capital memiliki hubungan yang sedang dan negative dimana variasi variabel net working capital dapat dijelaskan oleh asset tangibility sebesar 30,20% dan sisanya sebesar 69,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Tabel 12 Hasil Analisis Koefisien Regresi H5 Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic C 0.697679 0.049805 14.00811 TANG -0.912022 0.172527 -5.286241 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8 Berdasarkan nilai statistik t dari asset tangibility berada di daerah penolakan hipotesis H0 dimana t � ���� (-5,286241 � 1,994) dan p-value 0,0000 lebih besar dari alpha 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa asset tangibility berpengaruh negatif terhadap net working capital. Tabel 13 Hasil Analisis Koefisien Determinasi H6 R 0,087098 R2 0,007586 82 Prob. 0.0000 0.0000 Tabel 13 menunjukan bahwa nilai R adalah sebesar 0,087098, maka dapat disimpulkan antara variabel cash conversion cycle dengan variabel net working capital memiliki hubungan yang sangat rendah dan positif dimana variasi variabel net working capital dapat dijelaskan oleh cash conversion cycle sebesar 0,76% dan sisanya sebesar 99,24% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Tabel 14 Hasil Analisis Koefisien Regresi H6 Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic C 0.419074 0.042166 9.938709 CCC 0.069277 0.099208 0.698305 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8 Berdasarkan nilai statistik t dari cash conversion cycle berada di daerah penerimaan hipotesis H0 November 2012 Prob. 0.0000 0.4873 dimana t � ���� (-0,698305 � 1,994) dan p-value 0,4873 lebih besar dari alpha 0,05, sehingga ISSN: 1410 -9875 Steven Yap dapat disimpulkan bahwa cash conversion cycle tidak berpengaruh terhadap net working capital. Tabel 15 Hasil Analisis Koefisien Determinasi H7 R 0.853536 Adjusted R-squared 0.703463 Tabel 15 menunjukan bahwa nilai R adalah sebesar 0.853536 , maka dapat disimpulkan antara variabel leverage, operating cash flow, profitabilitas, firms size, asset tangibility dan cash conversion cycle dengan variabel net working capital memiliki hubungan yang sangat kuat dan positif dimana variasi variabel net working capital dapat dijelaskan oleh leverage, operating cash flow, profitabilitas, firms size, asset tangibility dan cash conversion cycle sebesar 70,35% dan sisanya sebesar 29,65% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Tabel 16 Hasil Analisis Uji F F-statistic 29.07181 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8 Berdasarkan nilai statistik F sebesar 29,07181. Nilai statistik F berada di daerah penolakan hipotesis H0 dimana F � � (29,07181 � 2,24) dan p-value 0,0000 lebih kecil dari alpha 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage, operating cash flow, profitabilitas, firms size, asset tangibility dan cash conversion cycle secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap net working capital. PENUTUP Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Leverage (DR) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap Net Working Capital (NWC). Sementara Operating Cash Flow (OCF) mempunyai pengaruh positif terhadap Net Working Capital (NWC). Akan tetapi, Profitabilitas (ROA) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Net Working Capital (NWC). Sementara itu, Firm size (SIZE) tidak mempunyai pengaruh terhadap net working capital (NWC). Asset tangibility (TANG) mempunyai pengaruh negatif terhadap Net Working Capital (NWC). Sedangkan Cash Conversion Cycle (CCC) tidak mempunyai pengaruh terhadap Net Working Capital (NWC). Hasil pengujian secara simultan Leverage, Operating Cash flow, Profitabilitas, Firms Size, Asset Tangibility, dan Cash Conversion Cycle mempunyai pengaruh positif terhadap Net Working Capital (NWC). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1)Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2). Periode penelitian yang hanya menggunakan jangka waktu 8 tahun penelitian dari 2005- 83 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 2012. 3).Terbatasnya variabel independen dalam penelitian ini yang hanya meneliti 6 variabel. Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka saran bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1). Diharapkan penelitian selanjutnya dapat November 2012 menambah periode waktu penelitian terhadap net working capital. 2).Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain selain seperti variable firm age, firm growth, growth domestic product atau rasio keuangan lainnya. REFERENSI Abassi, Zia, Muhammad Muzammil, and Fahim Qazi.2012. Determinats of Dividend Payout in Pakistan. American Journal of Scientific Research. pp. 21-26. Ahmed, H and Javid, A. 2009. Dynamics and Determinants of Dividend Policy in Pakistan (Evidence from Karachi Stock Exchange Non-Financial Listed Firms). International Research Journal of Finance and Economics. Ajija, Shochrul R, Dyah W. Sari, Rahmat H. Setiando dan Martha R. Primanti. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat. Al-Kuwari, Duha.2009. Determinants of the Dividend Policy in Emerging Stock Exchange: The case of GCC Countries. Global Economy and Finance Journal Vol. 2 No. 2, 38-63. Anderson, David R, dennis J. Sweeney and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for business and Economics 11th edition. USA: South Western. Brealey, Richard A, Stewart C. Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate Finance. Mc.Graw Hill. Brigham, Eugene F, and Michael C. Ehrhardt. 2005. Financial Management: Theory and Practice. 11th edition. South Western: Thomson. Brigham, Eugen F, and Joel F, Houston 2001. Fundamental of Financial Managemen. Alih Bahasa: Dodo Suharto dan HermanWibowo. Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan. Buku Satu Jakarta: Erlangga. Emery R Douglass, John D, Finnery, and John D, Stowe. 2004. Corporation financial management, 2nd edition. Boston: Pearson Prentice Hall. Gill, Amarjit S, Nahum Biger, and Rejendra Tibrewala. 2010. Determinant of Dividend Payout Ratios: Evidence from United States. The Open Business Journal. Vol. 3, 8-14. Gitman, Lawrence J. 2009. Principle of Managerial Finance 12th Edition. USA : Pearson. Gitman, Lawrence J and Zutter. Chad J. 2012. Principles of Management Finance. 13 ed. Boston. MA: Pearson Education, Inc Gujarati, Damodar N and Dawn C Porter. 2009. Basic Econometrics, 5th edition. Singapore: Mc Graw Hill Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, and Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate data Analysis, 7th edition. USA: Pearson. Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 84 ISSN: 1410 -9875 Steven Yap Higgins, Robert C. 2001. Analysis For Financial Management 6th Edition. Boston: McGraw Hill. John, Franklin S and K. Muthusamy. 2010. Leverage, Growth, and Profitability as Determinants of Dividend Payout Ratio – Evidence from Indian Paper Industry. Asian Journal of Business Management Studies 1: 26-30. Kanwal, Anil and Sujata Kapoor. 2008. Determinants of Dividend Payout Ratios – a study of Indian Information Technology Sector. International Research Journal of Finance and Economics. pp 63-71. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2010. Intermediate Accounting. Thirteenth Edition. USA: John Wiley & sons. Mackenzie, Bruce, Danie Coetsee, Tapiwa Njikizana, Raymond Chamboko, and Blaise Colyvas. 2011. Interpretation and Application International Financial Reporting Standards. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Malik, Fakhra, Sajid Gul, and Muhammad Tausef Khan.2013. Factors Influencing Corporate Dividend Payout Decisions of Financial and NonFinancial Firms. Journal of Finance and Accounting Vol.4, No.1, 2013. Marliana, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio. Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis Vol. 2 No. 1 Jan 2009. Moradi, Mehdi, Mahdi Salehi, and Shanaz Honarmand.2010. Factors Affecting Dividend Policy: Empirical Evidence of Iran. Jurnal. Poslovna Izvrsnost Zagreb, GOD. IV 2010. Ross, Stephen A, Randolph W. Westerfield, Bradford D, Jordan. 2008. Corporation finance fundamental, 8th edition. Singapore: McGraw Hill Inc. Sanders, Donald H and Robert K. Smidth. 2000. Statistics: A first course. USA: McGraw Hill. Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sayeed, Mohammad Abu. 2011. The Determinant of Capital Structure for Selected Bangladeshi Listed Companies. International Reviews of Bussiness Research Papers, vol. 7, no. 2, pp. 21-36. Sekaran, Uma. Research Methods for Business 4th edition. 2003. John Wiley & Sons Ltd: UK. Sugiyono, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta Bandung. Supranto J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi 2, Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga. Tampubolon, Manahan P., Prof. Dr. 2005.Manajemen Keuangan (Finance Management). Edisi Pertama. Bogor: Ghalia Indonesia. Weygandt, Jery J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso, Donald E. 2010. Accounting Principles. Ninth Edition. USA: John Wiley & sons. Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia 85 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 86 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 87-98 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA THE INFLUENCE OF DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON EQUITY, DIVIDEND PAYOUT RATIO, PRICE TO BOOK VALUE, CURRENT RATIO AND FIRM SIZE TOWARD PRICE EARNINGS RATIO SYAFRIL YURISNO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and give empirical evidence about the influence of debt to equity ratio, return on equity, dividend payout ratio, price to book value, current ratio and firm size toward price earnings ratio. Sample of this research are obtained from consumer goods sector companies listed in Indonesia Stock Exchange for period 2002-2013. The samples are collected using purposive sampling, where 10 companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistic and panel data regressions with fixed effect model to test the hypothesis. The result of this study shows that return on equity, dividend payout ratio, price to book value and firm size does influence the price earnings ratio. On the other hand, debt to equity ratio and current ratio do not influence the price earnings ratio. Overall, the independent variables influence price earnings ratio simultaneously. Keywords: Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value, Current Ratio, Firm Size, Price Earnings Ratio. serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek” (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 2). Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu: (1) sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor), (2) Pasar modal adalah sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen PENDAHULUAN Pasar modal merupakan fungsi ekonomis untuk menyediakan fasilitas perpindahan dana dan fungsi keuangan untuk menyediakan dana. Undang-undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, 87 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Salah satu pendekatan dalam penilaian saham adalah pendekatan Price Earnings Ratio (PER). Dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba tersebut (Halim, 2003: 23). Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi PER telah banyak dilakukan antara lain Aji dan Pangestuti (2012), Handayani (2010), Hayati (2010), Safaruddin (2013) serta Arisona (2013). Objek dari penelitian ini adalah sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikarenakan adanya keunggulan annual book value sektor barang konsumsi dibandingkan sektor lainnya. keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Di antara berbagai instrumen keuangan yang terdapat di pasar modal, saham merupakan instrumen yang memiliki tingkat imbal hasil (return) dan risiko yang tinggi. Saham mempunyai nilai intrinsik sehingga nilai ini yang akan diamati oleh para investor. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang akan dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut (Sunariyah, 2004: 169). Menurut Handayani (2010) pergerakan harga suatu saham yang terjadi di bursa merupakan suatu fenomena yang sangat penting bagi para investor untuk dilakukan suatu analisa. Sebab suatu pergerakan harga saham yang baik akan memperbesar kepercayaan investor untuk melakukan investasi untuk menjual atau membeli saham yang dimiliki perusahaan. Gambar 1.Book Value Book Value Menurut Sektor Tahun 2004‐2013 Rp20,000 Rp10,000 Rp‐ 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Agriculture Mining Basic Industry & Chemicals Miscellaneous Industry Consumer Goods Industry Property, Real estate & building Construction Infrastructure, Utilities and Transportation Finance Trade Services & Investment Sumber: factbook IDX 88 ISSN: 1410 -9875 Sektor barang konsumsi yang dicerminkan melalui data book value merupakan sektor yang memiliki book value yang paling tinggi dibandingkan sektor lain. Nilai book value dapat dihitung dengan membandingkan total shareholders’ equity dengan number of issued shares. Dengan adanya perhitungan book value maka secara tidak langsung retained earnings perusahaan dapat diketahui karena laba ditahan perusahaan tersebut merupakan salah satu komponen dari total shareholders’ equity. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value, Current Ratio, dan Firm Size terhadap Price Earnings Ratio Pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2013 secara individu maupun secara bersama-sama. KERANGKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Signaling Theory Dasar dari signaling theory dikembangkan berdasarkan asumsi adanya perbedaan informasi yang terjadi antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan. Asumsi dalam signaling theory ini adalah bahwa manajemen perusahaan mempunyai informasi yang lebih akurat tentang prospek perusahaan yang tidak diketahui oleh investor. Menurut Gitman dan Zutter (2012, 534) mendefinisikan “signaling theory is a financing action by management that is believed to reflect its view of the firm’s stock value; generally, debt Syafril Yurisno financing is viewed as a positive signal that management believes the stock is “undervalued,” and a stock issue is viewed as a negative signal that management believes the stock is “overvalued”.” Pecking Order Theory Pecking order theory merupakan sebuah teori struktur modal yang dirumuskan yang dapat menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan keputusan pendanaan mengikuti suatu hirarki sumber dana yang paling disukai. Gitman dan Zutter (2012, 534) berpendapat mengenai pecking order theory bahwa “meaning a hierarchy of financing that begins with retained earnings, follow by debt, and finally new stock issues”. Price Earnings Ratio Menurut Gitman dan Zutter (2012, 82) mendefinisikan price earnings ratio sebagai berikut, “measures the amount that investors are willing to pay for each dollar of a firm’s earnings; the higher the price earnings ratio, the greater the investor confidence.” Price Earnings Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah rupiah yang bersedia dibayarkan investor atas laba per lembar saham perusahaan. 89 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Debt to Equity Ratio Menurut Berk et al. (2013: 69), “A common ratio used to assess a firm’s leverage that we calculate by dividing the total amount of short and long term debt by total shareholders’ equity”. Menurut penelitian yang dilakukan Aji dan Pangestusi (2012) dan Arisona (2013) menjelaskan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap PER berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hayati (2010) dan Safaruddin (2013) yang hasil penelitiannya menjelaskan bahwa DER berpengaruh terhadap PER. Return on Equity Return on equity merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur seberapa besar income yang dapat dihasilkan dari setiap lembar saham biasa. Perusahaan yang mampu menghasilkan profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan ketertarikan investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut sehingga semakin tinggi permintaan atas saham perusahaan maka semakin tinggi harga saham perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hayati (2010) yang menyatakan terdapat pengaruh yang berhubungan positif terhadap price earnings ratio berbeda dengan penelitian Hidayah (2011) yang menyatakan tidak terdapat pengaruh. Dividend Payout Ratio Menurut Gitman dan Zutter (2012, 577), mendefinisikan: “Dividend payout ratio indicates the percentage of each dollar earned that a firm distributes to 90 November 2012 the owners in the form of cash. It is calculated by dividing the firm’s cash dividend per share by its earnings per share.” Pada penelitian Arisona (2013) menyatakan terdapat pengaruh antara dividend payout ratio dengan price earnings ratio, Aji dan Pangestuti (2012) dan Ratnaningrum dan Susilowati (2010) berpendapat sebaliknya. Price to Book Value Price to book value disebut juga market to book ratio. Menurut Gitman dan Zutter (2012, 83), market to book ratio is a ratio that provides an assessment of how investors view the firm’s performance. Semakin tinggi price to book value maka semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin banyak investor yang menginginkan saham perusahaan tersebut sehingga hal ini akan meningkatkan harga saham karena penawaran saham di bursa terbatas. Hasil penelitian Aji dan Pangestuti (2012) mengemukakan bahwa PBV berpengaruh signifikan terhadap PER, sedangkan Hayati (2010) bependapat sebaliknya. Current Ratio Menurut Gitman dan Zutter (2012, 71) mendefinisikan, “A measure of liquidity calculated by dividend the firm’s current assets by its current liabilities”. Current ratio merupakanindikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Aji dan Pangestuti (2012) menyimpulkan bahwa CR tidak ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno berpengaruh signifikan terhadap PER, sedangkan Lusiana dan Chabachib (2011) berpendapat sebaliknya. Firm Size Menurut Baker dan Martin. (2011, 24) “Firm size is usually measured as the logarithm of total assets or sales”. Perusahaan yang besar cenderung mempunyai kapasitas yang untuk menghasilkan profit yang lebih besar sehingga memunculkan ekspektasi investor yang lebih besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arisona (2013), mengemukakan bahwa Firm size tidak berpengaruh terhadap PER, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Aji dan Pangestuti (2012) dan Safaruddin (2011). Model Penelitian Debt to Equity Ratio (X1) Return on Equity (X2) Dividend Payout Ratio (X3) Price Earnings Ratio (Y) Price to Book Value (X4) Current Ratio (X5) Firm Size (X6) Gambar 2 Model Penelitian Berdasarkan model penelitian yang telah diuraikan di atas maka, hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha1: Terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Price Earnings Ratio. Ha2: Terdapat pengaruh Return on Equity terhadap Price Earnings Ratio. Ha3: Terdapat pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Price Earnings Ratio. 91 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Ha4: Terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap Price Earnings Ratio. Ha5: Terdapat pengaruh Current Ratio terhadap Price Earnings Ratio. Ha6: Terdapat pengaruh Firm Size terhadap Price Earnings Ratio. Ha7: Terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Equity, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value, Current Ratio dan Firm Size secara bersama-sama terhadap Price Earnings Ratio. METODA PENELITIAN Bentuk Penelitian Bentuk dari penelitian ini bersifat penelitian kausal karena meneliti hubungan sebab-akibat antara dua variabel, yaitu variabel independen terhadap variabel dependen. Objek Penelitian Di dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek November 2012 Indonesia pada periode 2002-2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sugiyono,2010: 122). Adapun beberapa kriteria dalam pengamabilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang bergerak pada perusahaan sektor barang konsumsi yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2002 sampai tahun 2013. 2. Perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah dan berakhir pada 31 Desember. 3. Adanya data yang lengkap untuk mencari variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Debt to Equity Ratio, Return On Equity, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value, Current Ratio dan Firm Size. Definisi Operasional Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Price Earnings Ratio Debt to Equity Ratio Return on Equity Dividend Payout Ratio Price to Book Value Current Ratio Firm Size 92 Proxy ������ ����� ��� ����� ��� � ��� ����� ����������� ��� � ����� ������������ � ������ ��� ������ ��� � ����� ������������ � ������ �������� ��� ����� ��� � ��� ������ ����� ��� ����� ��� � ���� ����� ������� ������ �� � ������� ����������� ���� � ��������� �� ����� ������ ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno HASIL PENELITIAN Keterangan : Y = Price Earnings Ratio a = Konstanta � = Koefisien perubahan nilai X1 = Debt to Equity Ratio X2 = Return On Equity X3 = Dividend Payout Ratio X4 = Price to Book Value X5 = Current Ratio X6 = Firm Size e = standar error yang merupakan variabel lain diluar penelitian. Analisis regresi linier berganda, menurut Anderson et al. (2014, 684), ”The equation that describes how the dependent variabel y is related to the independent variables � 1 , x2,...,xp and an error term”. Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = a + � 1X1 + � 2X2 + � 3X3 + �4X4 + �5X5 + �6X6 + e Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif PER DER ROE DPR PBV CR Size Mean 15.48550 0.755919 0.276915 0.453595 5.727395 3.431210 12.51401 Maksimum 60.66667 3.658834 1.258059 1.718263 68.67925 17.60926 13.89261 Minimum 2.435897 0.069409 Deviasi 8.893809 0.728259 Standar Observasi 120 120 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 0.028785 0.245664 0.032051 0.298630 0.392157 9.870700 0.668263 2.504747 11.23638 0.688718 120 120 120 120 120 Uji Hausman Uji Hausman dilakukan untuk memilih antara model random effect dengan fixed effect. Tabel 3 Uji Hausman ` Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 13.788303 6 0.0321 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Dari tabel dapat dijelaskan bahwa nilai Cross-section random statistiknya bernilai 13.788303 yang lebih besar daripada nilai tabel chisquare dengan � sebesar 0.05 dan degree of freedom (d.f.) = 6 (13.788303 > 12.592). Nilai p-value dari chi-square 0.0321 juga lebih kecil dari � 0.05 (0.0321 < 0.05) sehingga dapat disimpulkan Ha tidak dapat ditolak. Hal ini berarti model penelitian lebih baik menggunakan model fixed effect. 93 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Uji Normalitas Tabel 4 Normalitas Skewness 0.434387 Kurtosis 2.975002 Jarque-Bera 3.777957 Probability 0.151302 November 2012 dan kurtosis dari perhitungan juga mendekati karakteristik distribusi normal yaitu skewness sebesar 0 dan kurtosis 3 dimana nilai skewness sebesar 0.434387 dan kurtosis sebesar 2.975002. Nilai pvalue dari tabel yang disajikan di atas sebesar 0.151302 lebih besar dari alpha 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho tidak dapat ditolak, dan data berdistribusi normal. Dengan demikian, data dapat disimpulkan berdistribusi normal. Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Berdasarkan tabel, nilai JarqueBera (3.777957) < X2 tabel dengan � � 0.05 dan d.f = 2 (3.777957 < 5.991), yang berarti Ho tidak dapat di tolak. Selain nilai JB, skewness Uji Asumsi Klasik Tabel 5 Uji Multikolinieritas DER ROE DPR PBV CR SIZE DER 1.000000 0.214424 -0.001686 0.214473 -0.515848 0.615630 ROE 0.214424 1.000000 0.547880 0.800246 -0.275833 0.190594 DPR -0.001686 0.547880 1.000000 0.389699 -0.073323 0.060663 PBV 0.214473 0.800246 0.389699 1.000000 -0.281024 0.200081 CR -0.515848 -0.275833 -0.073323 -0.281024 1.000000 -0.580490 SIZE 0.615630 0.190594 0.060663 0.200081 -0.580490 1.000000 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Tabel 6 Uji Glejser Variable Coefficient C -0.519473 DER 0.585898 ROE -10.22053 DPR 2.418994 PBV 0.139364 CR 0.144843 SIZE 0.356066 Std.Error 17.74514 1.197038 3.054221 1.251443 0.039138 0.103395 1.466009 t-Statistic -0.029274 0.489456 -3.346362 1.932963 3.560838 1.400875 0.242881 Prob. 0.9767 0.6255 0.0011 0.0560 0.0006 0.1642 0.8086 Sumber: Hasil pengolahan Eviews7 Tabel 7 Uji Park Variable Coefficient C -14.72714 DER 0.074143 ROE -2.233504 DPR 1.619638 94 Std. Error 12.59353 0.582251 2.298237 0.837382 t-Statistic -1.169421 0.127339 -0.971834 1.934169 Prob. 0.2449 0.8989 0.3334 0.0558 ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno Variable PBV CR SIZE Coefficient -0.015849 0.022997 1.218892 Std. Error 0.034124 0.083799 1.031355 t-Statistic -0.464445 0.274436 1.181836 Prob. 0.6433 0.7843 0.2400 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Uji Autokorelasi Tabel 8 Nilai Durbin Watson Durbin-Watson stat 2.038219 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Positive Autocorrelation 0 No evidence of Autocorrelation Inconclusive dL 1.5987 Inconclusive dU 1.8082 2 Negative Autocorrelation 4‐dU 4‐dL 2.1918 2.4013 4 2.038219 Uji multikolinieritas yaitu hubungan linier antar variabel bebas (independen) di dalam regresi berganda (Widarjono, 2013: 101). Dalam penelitian ini, yang menjadi rule of thumb jika suatu model terjadi multikolinieritas bila koefisien korelasi antar variabel independen > 0.85. Hasil uji multikolinieritas, koefisien korelasi < 0.85, maka diduga model tidak terjadi multikolinieritas. Nilai probabilitas pada variabel debt to equity ratio sebesar 0.8989, nilai probabilitas pada variabel return on equity sebesar 0.3334, nilai probabilitas pada variabel dividend payout ratio sebesar 0.0558, nilai probabilitas pada variabel price to book value sebesar 0.6433, nilai probabilitas pada variabel current ratio sebesar 0.7843 dan nilai probabilitas pada variabel size sebesar 0.2400. Semua variabel independen tidak mengandung heteroskedastisitas karena nilai probabilitas setiap variabel lebih besar dari alpha 0.05 sehingga dapat disimpulakan dengan menggunakan uji Park tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model. Nilai Durbin-Watson terletak pada 1.5987 < 2.038219 < 1.8082 yang terletak di wilayah no evidence of autocorrelation sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung autokorelasi. 95 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Tabel 9 Variabel C DER Coefficient 13.04117 3.233590 Std. Error 1.560983 1.841038 Variabel C ROE Coefficient 10.01112 19.76917 Variabel C DPR Coefficient 8.067019 16.35485 Std. Error 1.312091 2.559273 t-Statistic 6.148218 6.390428 Prob. 0.0000 0.0000 Variabel C PBV Coefficient 13.56911 0.334602 Std. Error 0.988811 0.123011 t-Statistic 13.72264 2.720092 Prob. 0.0000 0.0076 Variabel C CR Coefficient 16.65342 -0.340380 Std. Error 1.734430 0.460512 t-Statistic 9.601665 -0.739133 Prob. 0.0000 0.4614 Variabel C SIZE Coefficient -184.2495 15.96092 Std. Error 41.79550 3.339491 t-Statistic -4.408357 4.779445 Prob. 0.0000 0.0000 Std. Error 1.954413 6.604392 t-Statistic 8.354463 1.756395 t-Statistic 5.122313 2.993337 Prob. 0.0000 0.0818 Prob. 0.0000 0.0034 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Nilai t-statistic sebesar 1.756395 yang mana lebih kecil dari nilai t-tabel 1.98027 dan berada di daerah penerimaan hipotesis nol, artinya Ho tidak dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.0818, dimana lebih besar dari alpa 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh antara Debt to Equity Ratio terhadap Price Earnings Ratio. Nilai t-statistic sebesar 2.993337 yang mana lebih besar dari nilai t-tabel 1.98027 dan berada di daerah penolakan hipotesis nol, artinya Ho dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.0034, 96 dimana lebih kecil dari alpa 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara Return on Equity terhadap Price Earnings Ratio. Nilai t-statistic sebesar 6.390428 yang mana lebih besar dari nilai t-tabel 1.98027 dan berada di daerah penolakan hipotesis nol, artinya Ho dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.0000, dimana lebih kecil dari alpa 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara Dividend Payout Ratio terhadap Price Earnings Ratio. ISSN: 1410 -9875 Syafril Yurisno Nilai t-statistic sebesar 2.720092 yang mana lebih besar dari nilai t-tabel 1.98027 dan berada di daerah penolakan hipotesis nol, artinya Ho dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.0076, dimana lebih kecil dari alpa 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara Price to Book Value terhadap Price Earnings Ratio. Nilai t-statistic sebesar 0.739133 yang mana lebih kecil dari nilai t-tabel 1.98027 dan berada di daerah penerimaan hipotesis nol, artinya Ho tidak dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.4614, dimana lebih besar dari alpa 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh antara Current Ratio terhadap Price Earnings Ratio. Nilai t-statistic sebesar 4.779445 yang mana lebih besar dari nilai t-tabel 1.98027 dan berada di daerah penolakan hipotesis nol, artinya Ho dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.0000, dimana lebih kecil dari alpa 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara Firm Size terhadap Price Earnings Ratio. Tabel 10 Uji F F-statistic 9.677893 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Nilai F-statistic sebesar 9.677893 yang mana lebih besar dari nilai F-tabel 2.18 dan berada di daerah penolakan hipotesis nol, artinya Ho dapat ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.0000, dimana lebih kecil dari alpa 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value, Current Ratio dan Firm Size secara simultan terhadap Price Earnings Ratio. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, Return on Equity, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value, Firm Size berpengaruh terhadap Price Earnings Ratio, sedangkan Debt to Equity Ratio dan Current Ratio tidak berpengaruh terhadap Price Earnings Ratio. Terdapat pengaruh variabel Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value, Current Ratio dan Firm Size secara bersama-sama terhadap Price Earnings Ratio. Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik. Keterbatasan yang ada pada penelitian ini antara lain penelitian hanya difokuskan pada perusahaan sektor barang konsumsi serta variabel yang terbatas, dimana hanya menggunakan 6 variabel independen, yaitu Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value, Current Ratio dan Firm Size. Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, maka rekomendasi bagi penelitian selanjutnya adalah menggunakan objek penelitian yang lebih luas sehingga menghasilkan jumlah 97 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 sampel yang lebih banyak serta menambah jumlah variabel-variabel lain ke penelitian yang mungkin November 2012 dapat menjelaskan dan turut berpegaruh terhadap Price Earnings Ratio. REFERENSI Aji, Meygawan dan Irene Rini Demi Pangestuti. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Diponegoro Journal of Management, Vol.1. Nomor 1. Anderson, David R., Dennis J. Sweeney., William Thomas A. 2014. Statistics for Business and Economics, 12th edition. South Western: Cengage Learnings. Arisona, Vivian Fisera. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol.1. Nomor 1. Januari 2013. Baker, H. Kent, and Gerald S. Martin. 2011. Capital Structure and Corporate Financing Decisions. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal Di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. United States of America: Pearson Education Limited. Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat Handayani, Wiwid. 2010. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Sebagai Dasar Penilaian Kewajaran Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi/Kimia Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta. Wacana, Vol.13 No.3 Hayati, Nurul. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earnings Ratio (PER) Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan Real Estate dan Property Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 11 No.1. Hidayah, Nur. 2011. Analisis Variabel-Variabel Fundamental yang Mempengaruhi Price Earnings Ratio dalam Penilaian Saham Industri Otomotif dan Komponen yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010. Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi Asia. Vol. 5, No.2. Juni 2011. Safaruddin. 2011. Nilai Intrinsik Saham Serta Informasi Fundamental yang Mempengaruhinya (Kajian Empiris di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 11, No.2, Agustus 2011. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ke-4. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Widarjono, Agus, 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya; Disertai Panduan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 98 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 2, Desember 2014, Hlm. 99-110 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH, TANGIBILITY, NON - DEBT TAX SHIELD, DAN PROFITABILITY TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN WHOLESALE DAN RETAIL TRADE R. WASISTO ROESWIDIONO STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the influence of firm size, growth, tangibility, non-debt tax shield and profitability toward leverage. The sample in this study is a wholesale and retail trade company listed in Indonesia Stock Exchange in 2002 until 2013, using purposive sampling method. This study also compared result of the previous research with this research. Data for this study comes from secondary data. The data was then analyzed with eviews 7 Panel Data Regression Analysis. The result of this research shows that firm size, growth, tangibility, and non-debt tax shield has no effect to leverage, while profitability has an effect on leverage. Overall, the independent variables influence leverage simultaneously. Keywords: Firm Size, Growth, Profitability, Leverage. Tangibility, Non-Debt Tax Shield, penting dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut dalam menghadapi persaingan, Sumber pendanaan (modal) mungkin berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Proporsi antara jumlah dana dari dalam dan dari luar disebut struktur modal. Menurut Gitman dan Zutter (2012, 508 ) stuktur modal adalah “the mix of longterm debt and equity maintained by the firm”. Perusahaan dalam cara mendapatkan modal untuk mengembangkan dan menjalankan usahanya biasanya lebih sering menggunakan hutang. Leverage dalam studi empiris, didefinisikan PENDAHULUAN Persaingan bisnis dewasa ini sudah semakin ketat. Secara tidak langsung dalam menghadapi persaingan ini perusahaan dituntut untuk meningkatkan potensi dan peluang yang ada secara efektif dan efisien dalam kegiatan operasionalnya agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam upaya untuk mencapai tujuannya perusahaan pada dasarnya membutuhkan modal untuk mengembangkan perusahaan dalam menghadapi persaingan dalam dunia bisnis. Modal merupakan salah satu hal yang 99 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 sebagai ukuran yang menunjukkan tingkat penggunaan utang dalam membiayai aset perusahaan (sudiyatno dan sari, 2013). Penggunaan hutang dapat menimbulkan resiko kebangkrutan bagi perusahaan tetapi juga dapat menimbulkan penghematan pajak bagi perusahaan. Semakin tinggi rasio pemanfaatan hutang (debt ratio), semakin tinggi risiko perusahaan, sehingga suku bunga mungkin lebih tinggi. Penelitian mengenai kebijakan hutang (leverage) telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain Sari (2012), Steven dan Lina (2011), Ashraf dan Rasool (2013), Sultera et al. (2012) serta Destriana dan Yeniatie (2010). Pemilihan perusahaan wholesale dan retail trade sebagai objek penelitian didasarkan karena perusahaan wholesale dan retail trade memperoleh aliran dana kredit terbesar dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan jenis penggunaan sebagai modal kerja secara konsisten dari tahun 2010 sampai tahun 2013 apabila dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan penggunaannya sebagai modal kerja, pada tahun 2002 perusahaan wholesale dan retail trade memperoleh aliran dana kredit sebesar 2.827 (miliar Rp), pada tahun 2003 sebesar 3.758 (miliar Rp), pada tahun 2004 sebesar 4.894 (miliar Rp), pada tahun 2005 sebesar 5.877 (miliar Rp), pada tahun 2006 sebesar 6.326 (miliar Rp), pada tahun 2007 sebesar 7.049 (miliar Rp), pada tahun 2008 sebesar 8.523 (miliar Rp), pada tahun 2009 sebesar 8.892 (miliar 100 November 2012 Rp), pada tahun 2010 sebesar 9.679 (miliar Rp), pada tahun 2011 sebesar 11.368 (miliar Rp), pada tahun 2012 sebesar 13.433 (miliar Rp) dan pada tahun 2013 sebesar 14.028 (miliar Rp). Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh firm size, growth, tangibility, non-debt tax shield, dan profitability terhadap leverage pada perusahaan wholesale dan retail trade yang terdaftar di BEI tahun 2002-2013 secara individu maupun bersamasama. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pecking Order Theory Pecking Order Theory Myers dan Majluf (1984) dalam Prihadi (2013, 478) merupakan urutan pendanaan yang dimulai dari penggunaan dana internal, penerbitan surat hutang, dan yang terakhir penerbitan saham. Berdasarkan pecking order theory dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih memilih melakukan pendanaan dari dalam terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya dan bila retained earning tidak bisa memenuhi kebutuhan dana perusahaan maka perusahaan akan memilih menggunakan hutang. Sehingga berdasarkan pecking order theory, perusahaan dengan tingkat profit yang tinggi biasanya memiliki tingkat hutang yang rendah dan sebaliknya perusahaan dengan tingkat profit yang rendah maka perusahaan tersebut akan memiliki tingkat hutang yang tinggi. Trade Off Theory Menurut Trade off Theory yang dikemukakan oleh Stiglitz (1969) ISSN: 1410 -9875 dalam Sari (2012) menjelaskan bahwa suatu perusahaan mempunyai tingkat hutang yang optimal dan berusaha untuk menyesuaikan tingkat hutang ke arah titik optimal tersebut ketika perusahaan tersebut berada pada tingkat hutang yang terlalu tinggi (overlevered) atau terlalu rendah (underlevered). Titik optimal ini terjadi karena adanya pajak, yaitu sebagai faktor yang mendorong perusahaan untuk meningkatkan hutangnya. Sedangkan biaya kebangkrutan merupakan faktor yang mendorong perusahaan untuk membatasi tingkat hutangnya. Leverage Gitman dan Zutter (2012, 508) “Leverage refers to the effects that fixed-cost have on returns that shareholders earn”. Pada penelitian ini leverage diukur dengan menggunakan debt ratio.Debt ratio merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Firm Size Gibson (2009, 190), firm size can be seen by looking at relative sales, assets, or profit size. Perusahaan-perusahaan yang berukuran besar justru cenderung lebih mudah memperoleh pinjaman dalam jumlah yang besar. Hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dan juga perusahaan besar biasanya lebih transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaannya untuk orang luar sehingga lebih dapat dipercaya oleh kreditur. Sari (2012) menyatakan bahwa firm size berpengaruh terhadap leverage, sedangkan R. Wasisto Roeswidiono Steven dan Lina (2011) menyatakaan bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap leverage. Growth Higgins (2001, 115) menyatakan bahwa “Growth rate is the increases in a company’s value of sales, total assets, or market capitalization”. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya akan membutuhkan dana yang besar dimana perusahaan biasanya akan berhutang dikarenakan tingkat profitabilitas perusahaan tidak cukup untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Sari (2012) menyatakan bahwa growth berpengaruh terhadap leverage, sedangkan menurut Steven dan Lina (2011) growth tidak berpengaruh terhadap leverage. Tangibility Menurut trade off theory, perusahaan dengan tingkat tangibility yang tinggi akan cenderung menggunakan hutang sebagai pendanaannya. Hal ini dikarenakan semakin nyata asset yang dimiliki perusahaan, semakin bayak asset yang bisa digunakan perusahaan sebagai jaminan untuk memperoleh pendanaan dalam bentuk hutang. Menurut Sari (2012) tangibility berpengaruh terhadap leverage. Non-debt Tax Shield Ross et al. (2009, 213), depreciation tax shield is a noncash expense that reduce our taxes. Perusahaan yang memiliki biaya depresiasi yang besar mengidentifikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah aktiva tetap yang besar, 101 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 dimana aktiva tetap tersebut dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai jaminan untuk memperoleh hutang. Ashraf and Rasool (2013) menyatakan bahwa non-debt tax shield tidak beregaruh terhadap leverage, sedangkan menurut Sari (2012) non-debt tax shield tidak berpengaruh terhadap leverage. Profitability Profitabilitas adalah keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. November 2012 Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan mampu membayar bunga dan pokok pinjaman, sehingga lembaga keuangan dan kreditur akan lebih percaya dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Dalam penelitian ini profitability diukur dengan rasio return on assets. Menurut Sari (2012) profitability berpengaruh terhadap leverage. Model Penelitian Firm Size Growth Leverage Tangibility Non-Debt Tax Shield Profita bility Gambar 1 Model Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian adalah sebagai berikut: Ho� : Firm size tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage pada perusahaan wholesale dan retail trade yang terdaftar di BEI tahun 20022013. Ho� : Growth tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage pada perusahaan wholesale dan retail trade yang 102 terdaftar di BEI tahun 20022013. Ho� : Tangibility tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage pada perusahaan wholesale dan retail trade yang terdaftar di BEI tahun 20022013. Ho� : Non-debttax shield tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage pada perusahaan wholesale dan retail trade yang ISSN: 1410 -9875 terdaftar di BEI tahun 20022013. Ho� : Profitability tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage pada perusahaan wholesale dan retail trade yang terdaftar di BEI tahun 2002-2013. Ho� : Firm size, growth, tangibility, non-debt tax shield, dan profitability tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage pada perusahaan wholesale dan retail trade yang terdaftar di BEI tahun 20022013. METODE PENELITIAN Benuk Penelitian Metode penelitian ini menggunakan bentuk penelitian asosiatif kausal, hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat (sugiyono. 2010,56), yaitu hubungan variabel independen terhadap dependen. Objek Penelitian Penelitian ini mengambil perusahaan wholesale dan retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20022013 sebagai objek penelitian. Sampel penelitian diambil dengan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010, 392). Definisi Operasional total hutang ���� ����� � total aset ���� ���� � ��� total aset ������ �� ����� ������ ������ � ����� ������ R. Wasisto Roeswidiono �������� ����� ������ Total Assets ��� � ���� ��� ������ Total Depresiasi � Total Aset Uji Kualitas Data Uji kualitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh merupakan data yang bisa mewakili seluruh populasi yang ada. 1. Uji Normalitas Bertujuan untuk mengetahui apakah data yang di uji berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas dapat dilihat dengan metode histogram dan metode Jarque-Bera (JB) 2. Uji Outlier Standarized value (z-scores) dapat digunakan untuk mengidentifikasi outlier dimana batas aman nilai data berada pada -3 dan +3. (Anderson et al. 2014,127). ���������� � Analisis Regresi Berganda Menurut Widarjono (2013, 59), analisis regresi berganda adalah analisis model regresi yang terdiri dari lebih dari satu variabel independen. Persamaan Regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = �� � �� �� + �� �� + �� �� + �� �� + �� �� + e Y = Leverage �� = Konstanta � = Koefisien perubahan nilai �� = Firm Size �� = Growth �� = Tangibility �� = Non-debt tax shield �� = Profitability e = Kesalahan error 103 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 HASIL PENELITIAN Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif Variabel N Mean Maksimum Minimum Debt ratio Firm Size Growth Tangibility NDTS ROA 96 96 96 96 96 96 0.645422 11.89772 0.123782 0.228652 0.027229 0.041974 0.858697 12.74257 0.738626 0.659585 0.079572 0.175291 0.357150 10.72882 -0.505853 0.000236 2.13E-05 -0.097433 Deviasi Standar 0.115491 0.551961 0.177681 0.159488 0.020276 0.045709 Sumber : Hasil pengolahan eviews 7 Uji Hausman Uji Hausman dilakukan untuk memilih antara model random effect dengan fixed effect. Tabel 2 Hausman Test Summary Cross-section random Chi-Sq. Statistic 2.575449 Chi-Sq. d.f. 5 Prob. 0.7651 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Dari table dapat dijelaskan bahwa nilai Cross-section random statistiknya bernilai 2.575449 yang lebih kecil daripada nilai tabel chisquare dengan α sebesar 0.05 dan degree of freedom (d.f.) = 5 (2.575499 < 11.070). Nilai p-value dari chi-square 0.7651 lebih besar dari 0.05 (0.7651 > 0.05) sehingga dapat disimpulkan Ho tidak dapat ditolak. Hal ini berarti model penelitian ini lebih baik menggunakan model random effect. Tabel 3 Uji Normalitas Skewness Kurtosis Jarque-Bera Profitability -0.549887 2.749166 5.089675 0.078486 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan Tabel 4.5, terdapat nilai Jarque-Bera (5.089675) < X2 tabel dengan = 0.05 dan d.f. = 2 (5.089675 < 5.991), yang berarti Ho tidak dapat ditolak. Selain Jarque-Bera, Skewness dan Kurtosis dari 104 perhitungan juga dapat mendekati karakteristik distribusi normal yaitu skewness sebesar 0 dan kurtosis 3 dimana nilai skewness sebesar 0.549887 dan kurtosis sebesar 2.749166. ISSN: 1410 -9875 R. Wasisto Roeswidiono Uji Asumsi Klasik Tabel 4 Uji Multikolinearitas Variabel Firm size Growth Tangibility NDTS ROA Firm size 1.000000 0.177139 -0.231032 -0.040376 0.521548 Growth 0.177139 1.000000 -0.267695 -0.117476 0.176830 Tangibility -0.231032 -0.267695 1.000000 0.608295 -0.285745 NDTS -0.040376 -0.117476 0.608295 1.000000 -0.115470 ROA 0.521548 0.176830 -0.285745 -0.115470 1.000000 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Tabel 5 Hasil Uji Park Variabel Firm size Growth Tangibility NDTS ROA C Coefficient -0.171129 2.161639 0.276759 7.162501 -7.643048 -5.825118 Std.Error 0.554790 1.456894 2.162306 15.72095 6.621621 6.510991 t-Statistic -0.308457 1.483730 0.127992 0.455602 -1.154256 -0.894659 Prob. 0.7584 0.1414 0.8984 0.6498 0.2515 0.3734 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Tabel 6 Hasil Uji Durbin-Watson Durbin-Watson stat 0.508281 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Positive Autocorrelation Inconclusive dL 0 4 1.5600 No evidence of Autocorrelation dU 1.7785 2 Inconclusive 4-dU 4-dL 2.2215 2.4400 Negative Autocorrelation 0.508281 Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas apabila korelasi antar variabel independen yang dimasukkan dalam penelitian kurang dari 0.85 (Widarjono, 2013:104). nilai probabilitas pada variabel firm size sebesar 0.7584, nilai probabilitas pada variabel growth sebesar 0.1414, nilai probabilitas pada variabel tangibility sebesar 0.8984, nilai probabilitas pada variabel NDTS 105 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 sebesar 0.6498, nilai probabilitas pada variabel ROA sebesar 0.2515. Pada peneitian ini semua variabel bebas dari heteroskedastisitas karena memiliki nilai probabilitas diatas 0.05. November 2012 Dari hasil uji Durbin-Watson dapat dilihat bahwa nilai hitung uji Durbin-Watson terletak di wilayah positive autocorrelation sehingga dapat disimpulkan bahwa data mengandung autokorelasi. Tabel 7 Nilai t statistic Variable C Firm size Coefficient 1.121898 -0.040048 Std.Error 0.418713 0.035142 t-Statistic 2.679394 -1.139594 Prob. 0.0087 0.2574 Variabel C Growth Coefficient 0.640520 0.039602 Std.Error 0.025069 0.061054 t-Statistic 25.55072 0.648630 Prob. 0.0000 0.5182 Variabel C Tangibility Coefficient 0.661851 -0.071853 Std.Error 0.032700 0.098035 t-Statistic 20.24027 -0.732934 Prob. 0.0000 0.4654 Variabel C NDTS Coefficient 0.657030 -0.426309 Std.Error 0.029521 0.639154 t-Statistic 22.25631 -0.666990 Prob. 0.0000 0.5064 Variabel C ROA Coefficient 0.703899 -1.393205 Std.Error 0.019759 0.267234 t-Statistic 35.62419 -5.213418 Prob. 0.0000 0.0000 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai t-statistic firm size sebesar -1.139594 yang mana lebih besar dari nilai t-tabel -1.986 dan berada di daerah penerimaan hipotesis nol, artinya Ho tidak dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.2574, dimana lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara firm size terhadap debt ratio. Nilai t-statistic growth sebesar 0.648630 yang mana lebih kecil dari nilai t-tabel 1.986 dan berada di daerah penerimaan 106 hipotesis nol, artinya Ho tidak dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.5182, dimana lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara growth terhadap debt ratio. Nilai t-statistic tangibility sebesar -0.732934 yang mana lebih besar dari nilai t-tabel -1.986 dan berada di daerah penerimaan hipotesis nol, artinya Ho tidak dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.4654, dimana lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan ISSN: 1410 -9875 bahwa tidak terdapat pengaruh antara tangibility terhadap debt ratio. Nilai t-statistic non-debt tax shield sebesar -0.666990 yang mana lebih besar dari nilai t-tabel 1.986 dan berada di daerah penerimaan hipotesis nol, artinya Ho tidak dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.5064, dimana lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat R. Wasisto Roeswidiono pengaruh antara non-debt tax shield terhadap debt ratio. Nilai t-statistic return on assets sebesar -5.213418 yang mana lebih kecil dari nilai t-tabel -1.986 dan berada di daerah penerimaan hipotesis nol, artinya Ho dapat ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas sebesar 0.0000, dimana lebih kcil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara return on assets terhadap debt ratio. Tabel 8 Uji F F-statistic Prob(F-statistic) 6.552676 0.000031 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai F-statistic sebesar 6.552676 yang mana lebih besar dari nilai F-tabel 2.32 dan berada di daerah penolakan hipotesis nol, artinya Ho dapat ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas 0.000031, dimana lebih kecil dari α 0.05 sehingga didapatkan kesimpuan bahwa terdapat pengaruh firm size, growth, tangibility, non-debt tax shield, dan return on assets terhadap debt ratio. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa firm size, growth, tangibility dan non-debt tax shield tidak berpengaruh terhadap leverage serta profitability berpengaruh terhadap leverage. Dalam pengujian secara bersama-sama menyatakan bahwa Firm size, growth, tangibility, nondebt tax shield, dan profitability berpengaruh secara bersama-sama terhadap leverage. Keterbasan pada penelitian ini adalah penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen, masih terdapat variabel independen lainnya yang dapat diduga dapat mempengaruhi variabel dependen dan juga penelitian ini hanya menggunakan perusahaan wholesale dan retail trade saja sebagai objek penelitian. Untuk mengatasi keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabelvariabel independen lain yang mungkin berpengaruh terhadap leverage dan penelitian selanjutnya diharapkan memperluas populasi dan sampel yang digunakan di berbagai sektor, sehingga dapat menambah jumlah sampel yang dapat diteliti. 107 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 REFERENSI Anderson, David R., Dennis J. Sweeney., William Thomas A. 2008, 2014. Statistics for Business and Economics, 12th edition. South Western: Cengage Learnings. Ashraf, Tanveer and Safdar Rasool. 2013. Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory. Journal of Business Studies Quarterly, Volume 4, Number 3. Baker, H. Kent, and Gerald S. Martin. 2011. Capital Structure and Corporate Financing Decisions. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Bank Indonesia. Statistik Perbankan Indonesia. 2006-2013. Http://bi.go.id/statistic/perbankan/Indonesia/Default.aspx Gibson. Charles H. 2009. Financial Reporting & Analysis.11th Edition. United States America: South-Western Cengage Learning. Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. United States of America: Pearson Education Limited. Higgins Robert C. 2001. Analysis for Financial Management. 6th Edition. Boston. McGraw-Hill Companies. Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Deviden, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow¸dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Hlm. 189 - 207. Prihadi, Toto. 2013. Capital Budgeting & Fixed Asset Management. Jakarta Pusat : PPM manajemen. Ross, Stephen A, et al.2009. Modern Financial Management 8th . Singapore : MC Graw Hill. Sari, Lia. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Hutangnya. Ilmiah, Volume V No.1. Setiabudi, Andy dan Dian Agustia. 2012. The Effect of Company Fundamental Factor to the Firm Leverage. Journal of Basic and Applied Scientific Research. Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 13, No. 3. Hlm. 163-181. Sudiyatno, Bambang and Sari, Septavia Mustika. 2013. “Determinants of Debt Policy: An empirical studying Indonesia stock exchange”. International Research Journals, Vol. 4(1) pp. 98-108. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta. Sultera, Fatimah Karunia, Suhadak dan Darminto. 2012. Pengaruh Aspek Fundamental Dan Resiko Bisnis Terhadap Financial Leverage. Jurnal Profit, Volume 6, No. 2. Widarjono, Agus, 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya; Disertai Panduan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 108 ISSN: 1410 -9875 R. Wasisto Roeswidiono Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Nonkeuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, Hlm. 1 – 16. 109 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 110 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 111-120 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI SHARE RETURN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Y.A. DIDIK CAHYANTO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The goal of this research is to test variables that influence share return. The variables are book to market ratio, dividend yield, earning yield, current ratio, return on asset, and debt to equity ratio. This research was using 37 manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange during 20082010. The data are collected using purposive sampling method. The analysis and decision making about the hypothesis using multiple regression analysis. The results of this research indicate that dividend yield, current ratio, return on asset, and debt to equity have no influence to the share return. Whereas, book to market ratio and earning yield have influence to share return. Keywords: Share Return, Book to Market Ratio, Dividend Yield, Earning Yield, Current Ratio, Return on Asset, Debt to Equity Ratio. PENDAHULUAN (investor) kepada pihak yang membutuhkan dana (emiten). Setiap investor dalam menanamkan modalnya akan selalu mempertimbangkan tingkat pengembalian yang akan diharapkan. Namun belum tentu tingkat pengembalian yang dihasilkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan, bisa lebih tinggi ataupun lebih rendah, maka investor akan memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang dalam memilih perusahaan. Biasanya investor akan melakukan penilaian dengan menganalisa laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan pada perusahaan merupakan sumber informasi yang penting bagi Semakin terbukanya perekonomian dunia termasuk perekonomian Indonesia membuat kemajuan industri yang pesat pula di Indonesia. Hal ini menuntut perusahaan untuk lebih memperkuat struktur modalnya, bisa dengan menjual saham kepada masyarakat di pasar modal. Pasar modal adalah salah satu sarana untuk menghimpun sumber dana ekonomi jangka panjang yang tersedia di perbankan dan masyarakat. Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai fungsi ekonomi, dimana menyediakan sarana untuk memindahkan dana dari pihak yang kelebihan dana 111 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 investor dalam mengukur tingkat kinerja keuangan perusahaan untuk mengambil keputusan investasi. Untuk memahami isi dari laporan keuangan, para pengguna laporan keuangan dapat menggunakan analisis fundamental, yang merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan yang ada di perusahaan. Dalam melakukan analisis fundamental, biasanya investor dapat menggunakan rasio keuangan. Menurut White et al. (2002) dalam Ulupui (2007), rasio keuangan digunakan untuk membandingkan tingkat risiko dan tingkat pengembalian hasil yang dapat terjadi dari perusahaan untuk membantu investor dan kreditur dalam membuat keputusan investasi dan kredit yang baik. Rasio juga dapat menunjukkan profil suatu perusahaan, karakteristik ekonomi, strategi bersaing dan keunikan karakteristik operasi, keuangan dan investasi. Motivasi dilakukannya penelitian ini adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para pengguna laporan keuangan bahwa analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi investor dalam memberikan informasi keuangan perusahaan yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Hal yang juga mendorong penulis untuk melakukan pengembangan penelitian ini adalah adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh book to market ratio, dividend yield, earning yield, current ratio, return 112 November 2012 on asset dan debt to equity ratio terhadap share return. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Signaling Theory Teori sinyal menjelaskan tentang bagaimana para investor memiliki informasi yang sama dengan manajer perusahaan tentang prospek perusahaan tersebut. Namun pada kenyataannya, manajer perusahaan umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan cepat berkaitan dengan kondisi dan propek perusahaan dibandingkan dengan investor. Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal tersebut dapat berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik ataupun para pengguna laporan keuangan lainnya. Sinyal yang diberikan dapat juga dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Book to Market Ratio Book to market ratio digunakan untuk menghitung nilai dari perusahaan dengan membandingkan nilai buku terhadap nilai pasar saham perusahaan. Jika sebuah perusahaan menawarkan return yang tinggi dan memiliki nilai buku yang lebih tinggi dibanding dengan nilai pasar, maka perusahaan tersebut memiliki risiko yang lebih besar dan return yang diterima lebih kecil di masa mendatang. ISSN: 1410 -9875 Dividend Yield Dividend yield bagian dari rasio pasar modal yang digunakan untuk melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Dividend yield merupakan rasio dividen per lembar saham terhadap harga saham (Martusa 2007). Earning Yield Menurut Khan et al. (2012), bahwa earning yield dapat memprediksi besarnya share return dan menemukan hubungan antara earning yield dan share return cukup kuat, karena earning yield berperan sebagai faktor yang berisiko terhadap share return. Current Ratio Salah satu ukuran likuiditas suatu perusahaan adalah current ratio, yang merupakan ukuran kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo, dimana current ratio ini menghubungkan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar untuk memperlihatkan keamanan klaim kreditur apabila perusahaan mengalami kerugian drastis (Farkhan dan Ika 2012). Return On Asset Return on asset adalah sebuah indikator yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan. Return on asset sering juga disebut dengan Return on investment (ROI), yang mengukur keseluruhan efektivitas dari manajemen dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki (Gitman dan Zutter 2012, 68). Y.a. Didik Cahyanto Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio (DER) juga mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to equity ratio (DER) juga mencerminkan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri (Absari et al. 2012). Hipotesis Ha1 Book to market ratio berpengaruh terhadap share return. Ha2 Dividend yield berpengaruh terhadap share return. Ha3 Earning yield berpengaruh terhadap share return. Ha4 Current ratio berpengaruh terhadap share return. Ha5 Return on asset berpengaruh terhadap share return. Ha6 Debt to equity ratio berpengaruh terhadap share return. METODA PENELITIAN Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian causality, yakni penelitian yang menguji hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan anggota sampel berdasarkan kriteria tertentu agar diperoleh sampel yang relevan. Kriteria-kriteria purposive sampling dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 113 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 1. Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai 2010. 2. Perusahaan manufaktur yang konsisten memperoleh laba bersih setelah pajak selama periode pengamatan. 3. Perusahaan manufaktur yang konsisten membagikan dividen selama periode pengamatan. 4. Perusahaan manufaktur yang konsisten memiliki laporan keuangan dengan mata uang Rupiah selama periode pengamatan. 5. Perusahaan manufaktur yang konsisten menerbitkan laporan keuangan dengan tahun buku per 31 Desember selama periode pengamatan. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Share Return Variabel dependen (tidak bebas) yang digunakan dalam penelitian ini adalah share return. Share return adalah suatu pengembalian dari suatu dana atau modal yang ditanamkan pada suatu investasi, baik berupa aset riil maupun aset keuangan. Menurut Khan et al. (2012) rumus yang digunakan untuk menghitung share return adalah sebagai berikut: Dps + Capital Share Return = Gain P(t-1) Dimana menurut Khan et al. (2012): Dividen Dps = Jumlah saham yang beredar 114 November 2012 Capital Gain = Pt – P(t-1) Keterangan: SR : Share Return Dps : Dividend per share Market Pricet : Harga saham pada tahun t Pt : Harga saham pada tahun t Pt-1 : Harga saham pada tahun t1 Book to Market Ratio Book to market ratio digunakan untuk menghitung nilai dari perusahaan dengan membandingkan nilai buku terhadap nilai pasar saham perusahaan. Menurut Khan et al. (2012) rumus yang digunakan untuk menghitung book to market ratio sebagai berikut: Book to Market Ratio = Book Value Per Share Market Value Per Share Dimana menurut Khan et al. (2012): Total ekuitas Book Value per Share = Jumlah saham yang beredar Dividend Yield Dividend yield merupakan salah satu indikator yang sering digunakan analisis sekuritas untuk kinerja perusahaan dalam membagikan hasil keuntungan atas pendapatan saham yang diperdagangkan di pasar modal (Margaretha dan Damayanti 2008). Menurut Khan et al. (2012) rumus yang digunakan untuk menghitung dividend yield sebagai berikut: Dividend Yield = Dividend Per Share Market Price Per Share ISSN: 1410 -9875 Y.a. Didik Cahyanto Earnings Yield Earnings yield dapat memprediksi besarnya share return dan menemukan hubungan antara earning yield dan share return cukup kuat, karena earning yield berperan sebagai faktor yang berisiko terhadap share return. Menurut Khan et al. (2012) rumus yang digunakan untuk menghitung earning yield sebagai berikut: Return on Asset Return on asset menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki. Rumus yang digunakan untuk menghitung return on asset menurut Farkhan dan Ika (2012) adalah: Earning Per Share Earning Yield = Market Price Per Share Return on Asset = Dimana menurut Kieso et al. (2011, 839): Net Income – Preference Dividend Earning per Share = Weighted – Average Shares Outstanding Current Ratio Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Rumus yang digunakan untuk menghitung current ratio menurut (Prihadi 2012, 164) adalah: Current Ratio = Net Income After Tax Average Total Asset Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage dalam menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang, yang dimana menghubungkan antara total hutang dan total ekuitas. Rumus yang digunakan untuk menghitung debt to equity ratio menurut Farkhan dan Ika (2012) sebagai berikut: Total Debt DER = Total Equity Current Asset Current Liabilities HASIL PENELITIAN Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif SR BM DY EY CR ROA DER N 111 111 111 111 111 111 111 Minimum -.710980 .021156 .001587 .000055 .580499 .001007 .104122 Maximum 1.089744 3.343394 1.047619 1.279945 11.742817 .453627 2.776996 Mean .33785971 .56114007 .07408833 .13365869 3.13256338 .17478477 .75052943 Std.Deviation .284225984 .571881732 .153013684 .208652815 2.294409662 .101206734 .603151472 115 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Model 1 Tabel 2 Hasil Uji t Unstandardized Standardize Coefficients d Coefficients B Std. Error Beta .269 .092 (Constan t) BM -.168 DY .253 EY .787 CR -.006 ROA .340 DER -.002 a Dependent Variable: SR Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS Persamaan model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah: SR = 0,269 - 0.168BM + 0.253DY + 0.787EY - 0.006CR + 0.340ROA 0,002DER + e. Berdasarkan persamaan regresi berganda diatas, jika variabel book to market ratio, dividend yield, earning yield, current ratio, return on asset, dan debt to equity ratio bernilai 0, maka variabel share return akan memiliki nilai sebesar -0,269. Variabel book to market ratio memiliki nilai signifikansi sebesar 0,013 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga Ha1 diterima, yang berarti variabel book to market ratio berpengaruh negatif terhadap share return. Hal ini membuktikan bahwa book to market ratio berpengaruh terbalik terhadap share return. Semakin tinggi book to market ratio maka semakin rendah share return. Berarti juga bahwa book to market ratio merupakan salah satu rasio keuangan yg cukup penting bagi investor dalam pengambilan keputusan investasinya, karena 116 November 2012 .066 .309 .217 .013 .264 .050 t 2.936 Sig. .004 -.339 -2.536 .136 .817 .578 3.632 -.048 -.446 .121 1.288 -.004 -.037 .013 .416 .000 .657 .201 .971 19 apabila book to market ratio bernilai lebih dari 1 maka nilai buku lebih besar dari nilai pasar. Variabel dividend yield memiliki nilai signifikansi sebesar 0,416 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ha2 tidak diterima, yang berarti variabel dividend yield tidak berpengaruh terhadap share return. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan antara dividend yang dibagikan kepada investor dengan harga pasar saham tidak mempengaruhi keputusan para investor untuk menempatkan modalnya di perusahaan. Variabel earning yield memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga Ha3 diterima, yang berarti variabel earning yield berpengaruh positif terhadap share return. Hal ini menunjukkan bahwa earning yield berpengaruh dan searah terhadap share return. Ini juga berarti bahwa perusahaan dengan earning yield yang tinggi menghasilkan return yang tinggi pula. Investor beranggapan bahwa net income tersebut dapat digunakan perusahaan untuk ISSN: 1410 -9875 mendukung pertumbuhan perusahaan di masa mendatang atau dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Maka investor akan sangat mempertimbangkan earning yield suatu perusahaan ketika menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Variabel current ratio memiliki nilai signifikansi sebesar 0,657 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ha4 tidak diterima, yang berarti variabel current ratio tidak berpengaruh terhadap share return. Ini menyatakan bahwa rasio lancar kurang menjadi bahan pertimbangan yang penting untuk investor dalam proses investasi, karena adanya faktor – faktor lain yang mempengaruhi pandangan investor tetapi tidak termasuk dalam model penelitian ini. Variabel return on asset memiliki nilai signifikansi sebesar 0,201 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ha5 tidak diterima, yang berarti variabel return on asset tidak berpengaruh terhadap share return. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum investor menanamkan modalnya, investor akan melihat banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan investasinya. Jadi tidak hanya melihat dari kemampuan produktivitas perusahaan dalam kinerjanya. Variabel Debt to equity ratio memiliki nilai signifikansi sebesar 0,971 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ha6 tidak diterima, yang berarti variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap share return. Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak mempertimbangkan debt to equity ratio sebagai dasar pertimbangan Y.a. Didik Cahyanto dalam memproyeksikan return saham yang akan diperoleh di masa yang akan datang. Namun dalam pengambilan keputusan investasi, sebaiknya investor tidak mengabaikan debt to equity ratio suatu perusahaan untuk menghindari risiko kebangkrutan karena kegagalan dalam membayar utang. PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan bahwa book to market ratio secara statistik berpengaruh terhadap share return. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Khan et al. (2012) yang menunjukkan bahwa book to market ratio mempunyai pengaruh terhadap share return. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend yield secara statistik tidak berpengaruh terhadap share return. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Martusa (2007) yang menunjukkan bahwa dividend yield tidak mempunyai pengaruh terhadap share return. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Khan et al. (2012), Margaretha dan Damayanti (2008), Susilowati dan Turyanto (2011) yang menunjukkan bahwa dividend yield mempunyai pengaruh terhadap share return. Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning yield secara statistik berpengaruh terhadap share return. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Khan et al. (2012) yang menunjukkan 117 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 bahwa earning yield mempunyai pengaruh terhadap share return. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio secara statistik tidak berpengaruh terhadap share return. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Elviana (2011) yang menunjukkan bahwa current ratio tidak mempunyai pengaruh terhadap share return. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Farkhan dan Ika (2012), Sulaiman dan Handi (2008), Ulupui (2007), dan Meythi (2007) yang menunjukkan bahwa current ratio mempunyai pengaruh terhadap share return. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on asset secara statistik tidak berpengaruh terhadap share return. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Turyanto (2011), Simanungkalit (2009) dan Stella (2009) yang menunjukkan bahwa return on November 2012 asset tidak mempunyai pengaruh terhadap share return. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Farkhan dan Ika (2012), Ulupui (2007), Beny dan Mendari (2011), Nurmalasari (2009), Rinati (2009), Ihsan (2009), dan Astuti (2010) yang menunjukkan bahwa return on asset mempunyai pengaruh terhadap share return. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio secara statistik tidak berpengaruh terhadap share return. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Absari et al. (2012) yang menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak mempunyai pengaruh terhadap share return. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Turyanto (2011), Ulupui (2007), Farkhan dan Ika (2012), Stella (2009), dan Ihsan (2009) yang menunjukkan bahwa debt to equity ratio mempunyai pengaruh terhadap share return. REFERENSI Astuti, Tri. 2010. Analisis Pengaruh Pengumuman Laporan Keuangan Terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 21, No. 1, hlm 81-104. Beny, dan Anastasia Sri Mendari. 2011. Pengaruh Value Added Statement, ROA, ROE, dan Operating Cash Flow Terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung di BEI. No. 01 Tahun XXXV / Januari 2011 – Articles. Elviana, Putri. 2011. PengaruhFaktor Fundamental TerhadapReturn Sahampada Perusahaan Whosale and Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 – 2010. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, edisi V. Undip: Semarang. Gitman, Lawrence J dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance, edisi XIII. Pearson: United States of America. Haruman, Tendi, Stevanus Adree Cipto Setiawan, dan Maya Ariyanti. 2005. 118 ISSN: 1410 -9875 Y.a. Didik Cahyanto Pengaruh Fundamental, dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian Saham BEJ. Usahawan, No. 11, Th XXXIV, November. Herman, Melissa, dan Kim Sung Suk. 2007. Pengaruh Beta, Size, dan Book to Market Equity Ratio Terhadap Return di BEJ Tahun 2003-2005. DeReMa Jurnal Manajemen, Vol. 2, No. 2, Mei. Ihsan, Mohd. 2009. Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Debt to Equity Ratio dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Industri Apparel di Bursa Efek Jakarta. Percikan : Vol. 96 Edisi Januari 2009. Khan, Gul, Mardan, Shafiq, Razzaq, dan Kamran. 2012. Financial Ratio and Stock Return Predictability (Evidence from Pakistan). Research Journal of Finance and Accounting, Vol 3, No 10, 2012. Kieso, Donald E., Jerry J. Weggandt, dan Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting, Vol. 2, IFRS Edition. Margaretha, Farah, dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield dan Market to Book Ratio terhadap Stock Return di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10. No. 3, Desember, hlm. 149-160. Martusa, Riki. 2007. Pengaruh Dividen Yield dan Price Earnings Ratio terhadap Return Saham dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 9, No. 3, Desember. Meythi. 2007. Rasio Keuangan yang Paling Baik untuk Memprediksi Return Saham: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 9, No. 1, April. Hlm 47-65. Nurmalasari, Indah. 2009. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Emiten LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artike l_20205630.pdf. Poernamawatie, Fahmi. 2008. Pengaruh Price Book Value Ratio (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Gajayana, Vol 5, No. 2, November. Hlm 105-118. Prihadi, Toto. 2011. Praktis Nemahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK. Jakarta Pusat: PPM. Rinati, Ina. 2009. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Retrun On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan yang tercantum dalam indeks LQ45. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. papers.gunadarma.ac.id/index.php/economy/article/ view/348/316. Sekaran U dan R Bougie. 2010. Research Methods For Business A Skill Building Approach Fifth Edition. Stella. 2009. Pengaruh Price to Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, dan Price to Book Value Terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 2, hlm. 97 – 106. Simanungkalit, Minar. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan Rasio Leverage Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan Makanan dan 119 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Minuman Terbuka di Indonesia. Tesis. USU. Medan. Sulaiman, dan Ana Handi. 2008. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek (BEJ). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, Vol.2, No.2, Juli. Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3. No.1, Mei 2011, Hal: 17-37. Ulupui, IG. K. A. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 2, No. 1. Widjaja, Indra. 2009. Pengaruh Current Ratio dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Tahun II/04/Oktober/2009:27-37. 120