Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 DAFTAR ISI Faktor

advertisement
Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
DAFTAR ISI
Faktor Fundamental Yang Memengaruhi Return Saham Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Agustine
............................................................................ 1
Analisis Determinasi Struktur Modal Perusahaan Non Keuangan Di Bursa
Efek Indonesia
Freddy Karyadi dan Yusuf Wijaya ............................................
17
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada
Penawaran Perdana Di Bursa Efek Indonesia
Aan Marlinah dan Muntaha........................................................
33
Analisis Pelaksanaan Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan
Dan Pencatatan Pajak Pertambahan Nilai
Iman Akhmadi ......................................................................
37
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Publik
Dian Primartanto ................................................................
47
Pengaruh Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Dan Keterlibatan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Setia Tjahjanti .................................................................
65
Pengaruh Leverage, Operating Cash Flow, Profitabilitas, Firm Size, Asset
Tangibility Dan Cash Conversion Cycle Terhadap Net Working Capital
Steven Yap ..........................................................................
75
The Influence Of Debt To Equity Ratio, Return On Equity, Dividend
Payout Ratio, Price To Book Value, Current Ratio And Firm Size Toward
Price Earnings Ratio
Syafril Yurisno .....................................................................
87
Pengaruh Firm Size, Growth, Tangibility, Non - Debt Tax Shield, Dan
Profitability Terhadap Leverage Pada Perusahaan Wholesale Dan Retail
Trade
R. Wasisto Roeswidiono ...........................................................
99
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Share Return Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Y.A. Didik
Cahyanto
.................................................................................... 111
Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
Kebijakan Editorial
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI
secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan
penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis
ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis
dan akuntansi.
JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah
dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA
dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku
untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan
profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi.
Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif
terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan
hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada
JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh
Editor.
Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan
(hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA :
Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440
Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480
E-mail : [email protected]
Pedoman Penulisan Artikel
Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika
penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang
digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan
dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN
Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab
(heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang
disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold)
dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai
berikut:
PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah)
Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri)
Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri)
B. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri
empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian,
motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan
pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai
landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda
Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang
menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang
berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian
selanjutnya, serta 7) Referensi.
C. ABSTRAK
Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan
yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia).
Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda
atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi
(apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca
sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti
dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks
artikel.
D. FORMAT
1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata.
2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x
11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga
setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented
style).
3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time
new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan
gambar.
4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks.
5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas
penulis.
6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor
urut halaman.
7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau
kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika
digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas
matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan
ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya
disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun.
9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis
gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol
%.
10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan
rata marjin kanan.
E. TABEL DAN GAMBAR
1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari
hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel.
2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas
kiri tabel.
3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di
bawah gambar.
4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di
akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan
teks untuk mencantumkan tabel dan gambar.
5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal
hanya pada judul kolom dan akhir tabel.
6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi
tabel, gambar dan sumber kutipan.
F. KUTIPAN DAN REFERENSI
1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup
yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor
halaman jika dipandang perlu.
Contoh:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan
nomor halaman (Jones 1987: 115)
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman
1986)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika
tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b)
f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994).
2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber
kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi
b. Susunan setiap referensi:
1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama
jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit:
nama penerbit.
3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel.
nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan,
halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul,
skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web
dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama
surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan
tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
Contoh:
Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of
Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol.53 (November).
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for
Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997).
Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara
Daftar
Belanja.
Detikcom,
(http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/,
24
Juni 2008).
Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York:
Irwin, Mc Graw Hill Companies.
Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation.
Lexington: University of Kentucky.
Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The
Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636.
. 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate
investment intentions, The Journal of the American Taxation
Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19.
Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian
Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi
Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial.
Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics
Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 1-16
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMENGARUHI
RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
AGUSTINE
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objectives of this research is to test and analyze the variables
that affect the share returns of companies that are listed in Indonesian Stock
Exchange. Earning per share ratio, price earning ratio, market to book ratio,
economic value added, return on asset, net profit margin, leverage, and
dividend yield are the independent variables of this research. Population in
this research is manufacturing firm which listing in Indonesia Stock Exchange
during 2007-2010 that has been selected using purposive sampling method.
There are 43 companies per year selected as final sample. Multiple regression
was used as statistical test method. The results of this research revealed that
earning per share ratio, price earning ratio, market to book ratio, economic
value added, return on asset, net profit margin and leverage didn’t affect
the firm’s share returns. But, the dividend yield variables affected the firm’s
share returns.
Keywords: Share returns, earning per share, price earning ratio, market to
book ratio, economic value added, return on asset, net profit
margin, leverage and dividend.
tidak
mengalami
kebangkrutan.
Salah satu alternatif yang sekarang
dilakukan banyak perusahaan untuk
meningkatkan modal usaha dan
keuntungan yang optimal yaitu
dengan cara masuk ke pasar modal.
Pasar
modal
dibentuk
karena pasar modal dianggap dapat
menjalankan fungsi ekonomi dan
keuangan, dan dipandang sebagai
media
yang
efektif
dalam
pembangunan suatu negara karena
pasar modal dapat digunakan
sebagai alat penghimpun dana
jangka panjang yang kemudian
PENDAHULUAN
Perkembangan pasar modal
di Indonesia sekarang ini semakin
terasa
seiring
dengan
perkembangan teknologi
yang
sangat
pesat
serta
semakin
tingginya
volume
perdagangan
saham di Bursa efek Indonesia
sehingga
berdampak
pada
perkembangan
ekonomi
dan
industri. Akibat perkembangan yang
pesat ini, perusahaan pun dituntut
untuk
bisa
mempertahankan
kelangsungan usaha mereka agar
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
dapat
disalurkan
untuk
pembangunan suatu negara. Salah
satu instrumen keuangan
yang
paling sering diperdagangkan di
pasar modal ini adalah saham.
Banyak perusahaan yang menjual
sahamnya lewat pasar modal, dan
para investor pun memilih saham
mana
yang
baik
sebagai
perencanaan investasi yang efektif.
Dalam
merencanakan
kegiatan investasi
yang
efektif
harus mempertimbangkan risk dan
return yang diharapkan karena risk
dan return mempunyai hubungan
positif, yaitu semakin tinggi return
yang didapat maka semakin tinggi
pula risk yang dihadapi, begitu pula
sebaliknya.
Motif utama
para
investor menginvestasikan saham
yaitu
dengan
harapan
untuk
memperoleh
keuntungan
dalam
bentuk capital gain dan dividen.
Kegiatan penanaman modal oleh
seorang investor dalam perusahaan
tentu
membutuhkan
suatu
informasi tentang keadaan suatu
perusahaan yang
bersangkutan.
Informasi itulah yang kemudian
akan
memberikan
sinyal
dan
membantu investor menilai kinerja
manajemen perusahaan dan dapat
memengaruhi
investor
untuk
menanamkan modalnya
lebih
banyak lagi ke dalam perusahaan.
dilihat
oleh
pasar
tersebut
diharapkan
dapat
membedakan
perusahaan yang berkualitas baik
dan buruk.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Price earning ratio dan return
saham
Kurniasih
dan
Andriana
(2011) mengemukakan bahwa Price
Earning Ratio (PER) adalah rasio
harga saham terhadap earnings
dimana rasio ini menunjukkan
berapa besar investor menilai harga
dari saham terhadap kelipatan dari
earnings. Menurut Sulaiman dan
Hadi (2004) menjelaskan
bahwa
PER digunakan oleh para investor
Signaling Theory
Menurut Sunardi (2010),
teori ini
menjelaskan
bahwa
laporan
keuangan
yang
baik
merupakan sinyal atau tanda bahwa
perusahaan juga telah beroperasi
dengan baik. Sinyal yang baik akan
direspon dengan baik oleh pihak
lain. Sinyal berupa informasi yang
2
November 2012
Earning per share ratio dan
return saham
Earning per Share (EPS)
adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan
perlembar
saham
menghasilkan
laba.
Menurut
Munawir (2001) dalam Arista dan
Astohar (2012) juga menyebutkan
bahwa EPS biasanya merupakan
indikator laba yang diperhatikan
para investor.
Wira
(2008),
Susilowati
(2011), serta Turyanto
(2011),
Arista dan Astohar (2012) serta
penelitian oleh Zeytinoğlu et.al.
(2012) yang menyatakan bahwa EPS
tidak
mempunyai
pengaruh
signifikan terhadap return saham.
Tetapi hasil penelitian
yang
berbeda dilakukan oleh Ahmad dan
Zakaria (2011) serta penelitian
Sasongko dan Nila (2006) dalam
Arista dan Astohar
(2012).
Penelitian dari Pahlevi (2012)
sendiri menyatakan bahwa EPS
memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham
secara parsial.
Ha1 : Terdapat pengaruh earning
per share terhadap return saham.
ISSN: 1410 -9875
untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan
laba di masa yang akan datang.
Pornamawati
(2008),
Christanty (2009) serta Margaretha
dan
Damayanti
(2008)
yang
menyatakan bahwa PER mempunyai
pengaruh signifikan yangpositif
terhadap return saham perusahaan
BEI di Indonesia. Tetapi hasil
penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan Kurniasih
dan Andriana(2011). Penelitian
oleh Zeytinoğlu et.al. (2012) juga
mendukung dengan menyatakan
bahwa tidak ada pengaruh positif
antara PER terhadap return saham.
Ha2 : Terdapat pengaruh price
earning ratio terhadap return
saham.
Market to book value dan return
saham
Menurut Pontiff dan Schall
(1998) dalam Margaretha dan
Damayanti
(2008),
dalam
penelitiannya market to book ratio
mampu memperkirakan pengaruh
antara nilai buku dengan return
saham, serta menentukan apakah
investor akan mendapatkan capital
gain (keuntungan) atau capital loss
(kerugian) atas investasi saham
yang telah dipilihnya. Market to
book value merupakan rasio yang
penting sebagai salah satu indikasi
perusahaan dalam upaya komitmen
yang tinggi terhadap pasar (Arista
dan Astohar, 2012).
Berdasarkan
penelitian
yang dilakukan Margaretha dan
Damayanti (2008) variabel MB
mempunyai
pengaruh
signifikan
yang positif
terhadap
return
saham. Hasil yang sama dilakukan
oleh Wijaya (2008),
Anastasia
(2003) dalam Arista dan Astohar
(2012) serta penelitian Arista dan
Agustine
Astohar (2012) sendiri dengan
menujukkan pengaruh signifikan
terhadap return saham perusahaan
manufaktur. Hasil berbeda didapat
dari penelitian yang dilakukan
Zeytinoğlu et.al. (2012). Hasil yang
sama juga didapat dari penelitian
Sulaiman dan Handi (2008) bahwa
secara parsial variabel MB tidak
mempunyai
pengaruh
signifikan
secara parsial terhadap return
saham.
Ha3 : Terdapat pengaruh market to
book value terhadap return saham.
Economic value added dan return
saham
EVA merupakan indikator
tentang adanya penciptaan
nilai
dari suatu investasi. EVA mencoba
mengukur
nilai
tambah
yang
dihasilkan suatu perusahaan dengan
cara mengurangi beban
biaya
modal (cost of capital) yang timbul
sebagai akibat suatu investasi yang
dilakukan.
Menurut Harjito dan Aryayoga
(2009), peningkatan kemakmuran
pemegang saham antara lain dapat
diukur dengan metode economic
value added (EVA).
Penelitian yang dilakukan
Sunardi (2010)
menyimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh
signifikan antara variabel EVA
terhadap return saham. Penelitian
yang dilakukan Sunardi ternyata
didukung juga dengan penelitian
yang dilakukan Harjito
dan
Aryayoga (2009) bahwa tidak ada
pengaruh signifikan antara EVA
terhadap return saham perusahaan.
Tapi
penelitian
variabel
ini
bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kennedy et.al
(2009) bahwa terdapat pengaruh
signifikan antara EVA terhadap
return saham pada perusahaan.
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Tidak
ada
penelitian
yang
mendukung hasil yang dilakukan
Kennedy et.al (2009).
Ha4: Terdapat pengaruh economic
value added
terhadap return
saham.
Return on asset dan return saham
Return on asset adalah
salah satu rasio profitabilitas yang
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan
aktiva
yang
dimilikinya (Ang 1997), dalam
(Arista
dan
Astohar
2012).
Perusahaan selalu berupaya agar
ROA dapat selalu ditingkatkan. Hal
ini disebabkan
karena
semakin
tinggi ROA menunjukkan semakin
efektif perusahaan memanfaatkan
aktivanya untuk menghasilkan laba
bersih
setelah
pajak.
Dengan
semakin meningkatnya ROA maka
profitabilitas perusahaan semakin
baik. Profitabilitas yang meningkat
dapat memengaruhi pergerakan
harga saham karena
banyak
investor yang berminat untuk
berinvestasi sehingga berdampak
pada return saham yang diterima
oleh investor.
Menurut Widyawati (2012),
terdapat
kesimpulan
bahwa
terdapat pengaruh negatif antara
variabel ROA terhadap return
saham. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan hasil yang dilakukan
oleh Arista dan Astohar (2012),
Harjito dan Aryayoga (2009), serta
Sakti (2010) yang menyatakan tidak
ada pengaruh positif yang signifikan
antara variabel ROA terhadap
return saham. Hasil yang sama juga
didapat dari penelitian Ulupui
(2005), Prihartini (2009) dengan
hasil ROA berpengaruh positif
terhadap return saham.
4
November 2012
Ha5: Terdapat pengaruh return on
asset terhadap return saham.
Net profit margin dan return
saham
Menurut
Harjito
dan
Aryayoga
(2009),
rasio
NPM
mengukur
seberapa
efektif
penjualan yang dilakukan dapat
memberikan laba bagi perusahaan.
NPM berfungsi untuk mengukur
tingkat
kembalian
keuntungan
bersih
terhadap
penjualan
bersihnya.
Penelitian yang dilakukan
Harjito
dan
Aryayoga
(2009)
menyimpulkan bahwa ada pengaruh
signifikan antara NPM terhadap
perubahan
return
saham.
Sementara hasil berbeda pada
penelitian Pahlevi (2012) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan antara NPM
terhadap return saham. Penelitian
Pahlevi (2012) juga didukung dari
penelitian Rizki (2003) dalam
Pahlevi (2012), penelitian Yuliaty
(2008) sendiri yang menyimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh
signifikan secara parsial antara NPM
pada return saham.
Ha6: Terdapat pengaruh net profit
margin terhadap return saham.
Leverage dan return saham
Leverage
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
menggunakan aktiva atau dana
yang mempunyai beban tetap
(utang) secara efektif sehingga
dapat
memperoleh
tingkat
penghasilan usaha yang optimal
(Arrita, 2004) dalam (Widyawati,
2012). Rasio leverage digunakan
untuk mengukur seberapa jauh
perusahaan didanai dengan utang.
Perusahaan
yang
menggunakan
modalnya sendiri 100% berarti
ISSN: 1410 -9875
perusahaan itu tidak menggunakan
leverage.
Penelitian yang dilakukan
Widyawati (2012) menyimpulkan
bahwa leverage berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham.
Sementara hasil berbeda dilakukan
oleh Muhammad (2006) dalam
Pahlevi (2012) yang menyatakan
leverage
tidak
berpengaruh
terhadap harga saham. Penelitian
Muhammad (2006) dalam Pahlevi
(2012)
juga
didukung
oleh
penelitian Pahlevi (2012) sendiri.
Pahlevi (2012) menyatakan bahwa
tidak terdapat pengaruh signifikan
antara leverage dan harga saham.
Ha7: Terdapat pengaruh leverage
terhadap return saham.
Dividend yield dan return saham
Dividend
yield
adalah
jumlah total laba atas investasi
anda yang mengindikasikan capital
gain, demikian menurut (Gul 2002,
24) dalam (Kurniasih dan Andriana,
2011). Yang paling menarik minat
bagi
para
investor
sebelum
melakukan investasi yaitu dengan
meihat dividend yield atas suatu
saham perusahaan apakah saham
tersebut menghasilkan dividen yang
cukup tinggi atau sebaliknya.
Menurut
penelitian
Kurniasih dan Andriana (2011)
dividend yield berkorelasi negatif
terhadap return saham.
Hasil
berbeda dilakukan oleh Margaretha
dan Damayanti (2008). Hasil sama
juga
didapat dari
penelitian
Campbell dan Yogo (2006), serta
penelitian Fama dan French (1988)
yang menyatakan hasil penelitian
ditentukan
dividend
yield
mempunyai
pengaruh signifikan
yang positif terhadap stock return.
Ha8: Terdapat pengaruh dividend
yield terhadap return saham.
Agustine
METODE PENELITIAN
Pemilihan Sampel dan
Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini
adalah
seluruh
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 20072010.
Pemilihan
sampel
menggunakan metode purposive
sampling method. Proses pemilihan
sampel disajikan dalam tabel 1
terlampir.
Data penelitian bersumber
dari laporan keuangan yang telah
diaudit
untuk
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 20072010 yang dapat
diperoleh dari
Pojok BEI, Fact Book, ICMD
(Indonesian
Capital
Market
Directory). Harga saham penutupan
setiap akhir tahun yang dapat
diperoleh
dari
www.yahoofinance.com
dan
www.duniainvestasi.com.
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran
Return Saham
Return
saham
adalah
variabel dependen dalam penelitian
ini. Return saham adalah return
yang terjadi pada waktu tersebut,
yang merupakan selisih harga
sekarang relatif terhadap harga
sebelumnya.
Secara
matematis
rumusnya dapat dituliskan sebagai
berikut:
(Pt – Pt-1) + Dt
Rt =
Pt-1
Earning per share
Earning per share (EPS)
merupakan ukuran
dari
berapa
besar laba bersih dihasilkan untuk
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
tiap-tiap lembar saham
yang
beredar dengan membagi
laba
bersih dengan
rata-rata
saham
biasa yang beredar selama tahun
tersebut (Average Common Shares
Outstanding).
EPS
dirumuskan
sebagai berikut:
Net Income
EPS =
Average
Common
Shares Outstanding
Price earning ratio
Price Earning Ratio (PER)
merupakan
rasio
yang
menggambarkan
bagaimana
keuntungan perusahaan terhadap
harga sahamnya. PER adalah ukuran
yang
sering
dikutip
dari
perbandingan antara harga pasar
per saham (market price per share)
dengan laba bersih per saham (EPS)
(Weigandt et.al. 2012, 841). PER
dirumuskan sebagai berikut:
Market
Price
per
Share of Common Stock
PER =
EPS
Market to book ratio
Menurut Margaretha dan
Damayanti (2008) Market to book
ratio
(MB)
merupakan
rasio
perbandingan antara harga pasar
perlembar
saham
dibandingkan
dengan nilai buku (book value)
perusahaan. Book value per share
digunakan untuk mengukur nilai
shareholder equity atas
setiap
saham dan dasarnya nilai
book
value per share dihitung dengan
membagi total shareholders equity
dengan
jumlah
saham
yang
diterbitkan (outstanding shares).
Perumusan MB dapat
ditulis
(Gitman 2012, 88):
6
November 2012
Market Price per
Common Stock
Share
of
Book Value per
Common Stock
Share
of
MB =
Economic value added
Economic
Value
Added
merupakan nilai tambah ekonomis
yang diperoleh dari selisih antara
net operating after tax (NOPAT)
dengan biaya-biaya atas modal
yang
diinvestasikan
(capital
charge).
Formula
yang
dapat
digunakan untuk menghitung EVA
adalah sebagai berikut:
EVA = NOPAT – Capital Charges
Untuk perhitungan capital charges
dengan menggunakan rumus:
Capital charges = WACC x Invested
Capital
NOPAT = Laba Operasi ditambah
biaya bunga
WACC
= jumlah
biaya
dari
masing-masing
komponen modal
Invested Capital = pinjaman jangka
pendek
+
pinjaman
jangka + ekuitas
Return on asset
Return on asset merupakan
rasio yang membandingkan laba
bersih dengan total asset rata-rata.
Skala yang digunakan adalah skala
rasio dengan menggunakan satuan
ukur persentase (%). Rumus ROA
dapat dituliskan sebagai berikut
(Weigandt et.al. 2012, 839):
Net Income
ROA=
Average Total Asset
ISSN: 1410 -9875
Net profit margin
Net
Profit
Margin
(NPM) merupakan
ukuran
persentase dari tiap
dollar
penjualan yang menghasilkan laba
bersih dengan membagi
tingkat
laba
bersih
sesudah
pajak
dibandingkan
dengan
penjualan
bersih (Weigandt et.al. 2012, 838).
Nilai NPM dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Net Income
NPM =
Net Sales
Leverage
Rasio
leverage
yang
digunakan pada penelitian ini
menggunakan debt to total asset
ratio (DTA). DTA merupakan rasio
yang mengukur seberapa jauh
perusahaan didanai dengan hutang
dengan membandingkan besarnya
total debt pada total asset. Rumus
DTA ditulis sebagai berikut:
Total Debts
DTA =
Total Assets
Dividend yield
Dividend yield merupakan
rasio dividen perlembar saham
terhadap harga saham (Gul 2002,
24) dalam (Kurniasih dan Andriana
2011).
Rumus
Dividend
yield
dilambangkan dengan DY, dan
perumusannya
adalah
sebagai
berikut:
Dividend per Share
DY =
Market Price per Share
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang
digunakan
untuk
menganalisis
variabel-variabel
yang
mempengaruhi
return
saham
Agustine
adalah analisa regresi berganda
(multiple
regression
analysis)
dengan alpha 5%. Model persamaan
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
RS = a + b1EPS + b2PER + b3MB +
b4EVA + b5ROA + b6NPM +
b7LEV + b8DY + ε
Keterangan:
RS
Return saham
a
Konstanta
b
Koefisien Regresi
EPS Earning per Share
PER Price Earning Ratio
MB
Market to Book Ratio
EVA Economic Value Added
ROA Return on Asset
NPM Net Profit Margin
LEV Leverage
DY
Dividend Yield
�
Error term
HASIL PENELITIAN
Statistik
deskriptif
merupakan
metode
yang
berhubungan dengan pengumpulan
dan pengolahan
data sehingga
dapat memberikan informasi yang
berguna berdasarkan keadaan yang
umum. Alat statistik ini digunakan
untuk memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat
dari rata - rata (mean), standar
deviasi, nilai minimum, dan nilai
maksimum
(range)
(Ghozali
2011,19). Hasil statistic deskriptif
disajikan pada tabel 2.
Dari
hasil
pengujian
normalitas residual pada tabel 3,
maka diperoleh nilai asymp. Sig (2tailed)
sebesar
0,000
dimana
nilainya lebih kecil dari tingkat
kesalahan (α) yang ditetapkan yaitu
sebesar 0,05. Hal ini menyatakan
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
bahwa data tidak berdistribusi
normal, maka dilakukan uji outlier.
Setelah dilakukan outlier
hasil pengujian kolmogorov-smirnov
menunjukan nilai asymp. Sig.
sebesar
0145
melebihi
0,05
sehingga data tersebut terdistribusi
secara normal seperti pada tabel 4.
Tabel 5 menunjukkan bahwa
dalam model regresi tidak terdapat
variabel
yang
mengalami
multikolonieritas yang ditunjukkan
dengan semua nilai tolerance di
atas 0,1 dan semua nilai VIF di
bawah 10. Berdasarkan tabel 6,
nilai sig dari semua variabel di atas
0,05
sehingga
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
Berdasarkan
tabel 7, menunjukan nilai sig. res_2
sebesar 0,356 yang lebih besar dari
0,05. Berarti model penelitian tidak
mengalami masalah autokorelasi.
Berdasarkan tabel 8, nilai
koefisien korelasi
(R)
adalah
sebesar 0,334. Hal ini menunjukkan
bahwa korelasi antara variabel
dependen
dengan
variabel
independen adalah lemah. Nilai
Adjusted R Square pada tabel 8
sebesar 0,049 variansi variabel
kebijakan dividen yang dapat
dijelaskan
oleh
variansi
dari
kedelapan variabel independen,
yaitu earning per share, price
earning ratio, market to
book
ratio, economic value added,
return on asset, net profit margin,
leverage, dividend yield. Sisanya
95,1% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak terdapat dalam
penelitian.
Dari tabel 9 dapat dilihat
bahwa nilai signifikan F adalah
sebesar 0.085 yang menunjukkan
nilai di atas 0,05 sehingga model
tidak
fit
digunakan
dalam
penelitian.
8
November 2012
Tabel
10
hasil
uji
t
menunjukkan hanya dividend yield
yang berpengaruh terhadap return
saham dengan tingkat signifikan
1.5.
Nilai tersebut lebih kecil
dari tingkat kesalahan sebesar 0,05.
Hal ini menunjukkan Ha8 diterima,
berarti dividend yield berpengaruh
terhadap return saham.
Variabel earning per share memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,812 di
mana lebih besar dari α = 0,05
yang berarti Ha1 ditolak. Ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh antara variabel EPS
terhadap return saham secara
parsial. Variabel price earning
memiliki
tingkat
signifikansi
sebesar 0,296 di mana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti Ha2
ditolak. Ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara
variabel PER terhadap
return
saham secara parsial. Variabel
Market to book memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,387 di mana
lebih besar dari α = 0,05 yang
berarti
Ha3
ditolak.
Ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh
antara
variabel
MB
terhadap return saham secara
parsial. Variabel economic value
added memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,701 di mana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti Ha4
ditolak. Ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara
variabel EVA terhadap
return
saham secara parsial. Variabel
return on asset memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,892 di mana
lebih besar dari α = 0,05 yang
berarti
Ha5
ditolak.
Ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh antara variabel ROA
terhadap return saham secara
parsial. Variabel net profit margin
memiliki
tingkat
signifikansi
ISSN: 1410 -9875
sebesar 0,803 di mana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti Ha6
ditolak. Ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara
variabel NPM terhadap
return
saham secara parsial. margin tidak
berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Variabel leverage
memiliki
tingkat
signifikansi
sebesar 0,517 di mana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti Ha7
ditolak. Variabel dividend yield
memiliki
tingkat
signifikansi
sebesar 0,005 di mana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti Ha8 tidak
dapat ditolak.
PENUTUP
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa earning per
share tidak berpengaruh terhadap
return saham. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Wira (2008), Susilowati
(2011), Turyanto (2011), Arista dan
Astohar (2012) serta penelitian oleh
Zeytinoğlu et.al. (2012). Namun,
hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad dan Zakaria (2011),
Sasongko dan Nila (2006) dalam
Arista dan Astohar (2012) dan
Pahlevi (2012) yang menyatakan
bahwa
earning
per
share
berpengaruh positif
terhadap
return saham.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa price earning
ratio tidak berpengaruh terhadap
return saham. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Kurniasih dan Andriana
(2011) dan Zeytinoğlu et.al. (2012).
Namun, hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pornamawati (2008),
Agustine
Christanty (2009) serta Margaretha
dan
Damayanti
(2008)
yang
menyatakan bahwa price earning
ratio berpengaruh positif terhadap
return saham.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa market to
book ratio tidak berpengaruh
terhadap return saham. Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian
yang
dilakukan
Zeytinoğlu et.al. (2012), Sulaiman
dan Handi (2008). Namun, hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Margaretha dan Damayanti (2008),
Wijaya (2008), Anastasia (2003)
dalam Arista dan Astohar (2012)
serta penelitian Arista dan Astohar
(2012) yang menyatakan bahwa
market to book ratio berpengaruh
positif terhadap return saham.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
economic
value added tidak berpengaruh
terhadap return saham. Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan Sunardi
(2010), serta Harjito dan Aryayoga
(2009). Namun, hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kennedy et.al
(2009) yang menyatakan bahwa
economic value added berpengaruh
secara signifikan terhadap return
saham.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
return
on
asset tidak berpengaruh terhadap
return saham. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Widyawati (2012), Arista
dan Astohar (2012), Harjito dan
Aryayoga (2009) serta Sakti (2010).
Namun, hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ulupui (2005),
Prihartini (2009) yang menyatakan
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
bahwa return on asset berpengaruh
secara signifikan terhadap return
saham.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa net profit
margin tidak berpengaruh terhadap
return saham. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Pahlevi (2012),
Rizki
(2003)
dalam
Pahlevi
(2012),
Yuliaty (2008). Namun, penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Harjito dan
Aryayoga (2009) yang menyatakan
bahwa net profit margin tidak
berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa leverage tidak
berpengaruh
terhadap
return
saham. Hasil
penelitian
ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Muhammad (2006) dalam
Pahlevi (2012) serta penelitian
Pahlevi (2012) sendiri. Namun, hasil
berbeda dilakukan oleh Widyawati
(2012) yang menyatakan bahwa
leverage berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dividend yield
berpengaruh positif
terhadap
return saham. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan
Margaretha
dan
Damayanti (2008), Campbell dan
Yogo (2006), Lamont (1998) serta
penelitian Fama dan French (1988).
Namun, hasil berbeda
dilakukan
oleh Kurniasih dan Andriana (2011)
yang menyatakan bahwa dividend
yield tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham secara
parsial.
Adanya keterbatasan yang
mungkin
berpengaruh
terhadap
hasil penelitian, di antaranya
10
November 2012
adalah: tahun penelitian yang
dilakukan terlalu singkat yaitu
selama empat tahun dari tahun
2007 sampai dengan 2010, data
yang digunakan sebagai sampel
memiliki beberapa keterbatasan
seperti data tidak terdistribusi
normal sehingga data perlu untuk
dilakukan
uji
outlier
dengan
membuang beberapa data yang
dianggap ekstrim, terdapat banyak
variabel independen lainnya yang
dapat
memengaruhi
variabel
dependen (return saham)
yang
tidak digunakan dan diuji dalam
penelitian ini, serta perusahaan ini
hanya terbatas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia saja.
Dari keterbatasan yang ada
maka
penulis
memberikan
rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya
dianjurkan
untuk
penelitian selanjutnya yang akan
menguji variabel dependen yang
sama (return saham) diharapkan
dapat
memperpanjang
tahun
penelitian
yang
mungkin
bisa
memberikan pengaruh yang lebih
akurat terhadap hasil penelitian
tersebut,
peneliti
selanjutnya
diharapkan dapat memperbanyak
jumlah data sampel
untuk
mencegah terjadinya uji outlier
akibat data yang tidak terdistribusi
secara normal karena banyaknya
data bersifat ekstrim, menambah
beberapa variabel independen yang
berhubungan dengan profitabilitas,
rasio berbasis pasar lainnya serta
menambah variabel yang berkaitan
dengan dividen, dan peneliti perlu
menambah sampel data menjadi
perusahaan
nonkeuangan
atau
menambah
perusahaan
nonmanufaktur.
ISSN: 1410 -9875
Agustine
REFERENSI
Arista, Desy dan Astohar. 2012. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Return Saham: Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI
Periode Tahun 2005 – 2009. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi
Terapan. Mei 2012. Vol 3 Nomor 1. Hlm. 1-15
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012 Principles of Managerial
Finance 13th edition. Prentice Hall.
Harjito, Agus D., dan Rangga Aryayoga. 2009. Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia. Fenomena. Maret
2009. Volume 7, Nomor 1. Hlm. 13-21
Kennedy, Ruhul Fitrios, dan Mela Fajarini. 2009. Pengaruh Return on
Investment, Arus Kas Operasi dan Economic Value Added Terhadap Rate
of Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Ekonomi. Agustus 2009. Volume 17 Nomor 2. Hlm. 96-108
Kurniasih, Ninik dan Susan Andriana. 2011. Pengaruh Dividend Yield dan Price
Earnings Ratio (PER) terhadap Return Saham Pada Level Investment
Opportunity Set (IOS) yang Berbeda: Study pada Saham LQ 45 yang
Tercatat di BEI. Jurnal Eksos. Januari 2011. Volume 7 Nomor 1. Hlm. 3845
Margaretha, Farah dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio,
Dividend Yield, dan Market to Book Ratio Terhadap Stock Return di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Desember 2008. Volume 10,
Nomer 3. Hlm. 149-160
Pahlevi, Reza. 2012. Pengaruh Earning per Share (EPS), Net Profit Margin
(NPM), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Return on Equity (ROE) Terhadap
Harga Saham pada Perusahaan yang Termasuk Dalam Indeks LQ45 yang
Terdaftar
di
BEI.
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3560/1/Jurnal
%20Skripsi.pdf
Sakti, Tutus. 2010. Pengaruh Return in Asset dan Debt to Equity Ratio
Terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia: Kasus Pada Sektor Manufaktur Periode Tahun 2003–2007.
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan. 2010. Vol. 1, No.1.
http://jurnal.stietotalwin.ac.id/index.php/JurnalIlmuManajemendanAku
nta/article/view/36.
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Subramanyam, K.R and John J. Wild. 2009. Financial Statement Analysis 10e.
McGraw-Hill/Irwin.
Sunardi, Harjono. 2010. Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA
terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks
LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi. Mei 2010. Vol.2, No.1.
Hlm. 70-92
Weigandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2012. Accounting
Principles 10e. John Wiley and Sons Inc.
Widyawati, H. 2012. Pengaruh Ratio Profitabilitas dan Leverage Terhadap
Return Saham: Studi kasus pada Industri Automotive dan Alliend Product
yang Listed di BEI. Jurnal Dinamika Manajemen. Desember 2012. Volume
2 No. 4. Hlm 49-64
Zeytinoğlu et. al. 2012. The Impact of Market ‐ Based Ratios on Stock Returns:
The Evidence from Insurance Sector in Turkey. International Research
Journal of Finance and Economics. 2012. Issue 84. Page 41-48
http://www.internationalresearchjournaloffinanceandeconomics.com
12
ISSN: 1410 -9875
Agustine
Tabel 1 Distribusi Sampel Penelitian
No.
1
2
3
4
Jml
Prshn
Kriteria
Perusahaan manufaktur yang tergabung dalam BEI
di tahun 2007
Perusahaan manufaktur yang tidak tergabung
dalam BEI dari tahun 2007-2010
Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan
laporan keuangan dalam mata uang Rupiah
Perusahaan
manufaktur
yang
tidak
mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang
berakhir pada 31 Desember dari
Perusahaan manufaktur yang tidak menghasilkan
laba
5
Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan
dividen minimal dua kali
6
Data outlier
Jumlah sampel perusahaan
131
Total
Sampe
l
524
(36)
(9)
(76)
(19)
(12)
(3)
(112)
(28)
(29)
(116)
(49)
123
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Var
N
Minimum
Maximum
123
RS
-.8723
2.2813
123
EPS
2.35
3691.00
123
PER
.7977
32.7027
123
MB
.2831
7.3201
123
EVA
-235486414339
4020574285270
123
ROA
.0051
.3075
123
NPM
.0035
.2597
123
LEV
.0943
.8636
123
DY
.0000
.3008
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Mean
.421272
348.7628
12.618425
2.082696
541805021036.05
.111389
.089227
.401654
.032026
Std.
Deviation
.6341095
521.95739
6.8555190
1.5806920
976019663129
.0637450
.0571828
.1758975
.0420349
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Residual
Asymp. Sig (20,000
tailed)
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Tabel 4 Hasil Uji Outlier
0,145
Asymp. Sig (2tailed)
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Variabel
EPS
PER
MB
EVA
ROA
NPM
LEV
DY
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas
Tolerance
VIF
Kesimpulan
0,691
1,447
Tidak terjadi
multikolinearitas
0,249
4,019
Tidak terjadi
multikolinearitas
0,123
8,141
Tidak terjadi
multikolinearitas
0,537
1,861
Tidak terjadi
multikolinearitas
0,113
8,874
Tidak terjadi
0,277
3,616
multikolinearitas
0,524
1,908
Tidak terjadi
multikolinearitas
Tidak terjadi
multikolinearitas
0,937
1,067
Tidak terjadi
multikolinearitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel
Sig.
(Constant)
0,085
EPS
0,490
PER
0,306
MB
0,371
EVA
0,282
ROA
0,897
NPM
0,500
LEV
0,995
DY
0,934
Dependen : ARES_1
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi
Variabel
Sig.
RES2
0,356
Dependent : Unstandardized Residual
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Tabel 8 Hasil Uji R
Model
R
1
0,334
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
14
November 2012
ISSN: 1410 -9875
Agustine
Tabel 8 Hasil Uji Adjusted R Square
Model
Adjusted R
Square
1
0,049
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Model
Regression
Residual
Total
Sum
Squares
5,482
43,573
49,056
Tabel 9 Hasil Uji F
of
Df Mean Square F
8
114
122
0,685
0,382
1,793
Sig.
0,085
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Model
(Constant)
EPS
PER
MB
EVA
ROA
NPM
LEV
DY
Tabel 10 Hasil Uji t
B
t
0,642
1,644
-3,078E-05
-0,239
-0,17
-1,049
0,088
0,868
-3,012E-14
-0,385
0,356
0,136
0,466
0,251
-0,286
-0,650
-3,943
-2.866
Sig.
0,103
0,812
0,296
0,387
0,701
0,892
0,803
0,517
0,005
Dependent variable : Return Saham
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
16
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 17-32
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISIS DETERMINASI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN NON
KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
FREDDY KARYADI dan YUSUF WIJAYA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to test and anayze the influence of
tangibility of assets, size, growth, profitability, liquidity, non-debt tax shield,
dividend payout ratio and business risk toward capital structure.The sample of
this research consisting of 72 data non-financial companies that has been
listing in Indonesian Stock Exchange for the period 2007 until 2010 which has
been selected by purposive sampling method and analyzed using multiple
regression analysis.The empirical result indicates that tangibility of assets,
size, profitability and liquidity have influence to capital structure. On the
other hand, growth, non-debt tax shield, dividend payout ratio, and business
risk have no effect to capital structure.
Keywords:
Capital Structure, Tangibility of Assets, Liquidity, Non-Debt Tax
Shield, Dividend Payout Ratio, and Business Risk.
permanen dan mudah diadakan
seringkali menjadi bagian penting
dalam struktur modal perusahaan
(Seftianne dan Handayani 2011).
Struktur modal memiliki
kontribusi yang besar terhadap nilai
perusahaan.
Peningkatan
kesejahteraan pemegang saham
akan tercermin pada peningkatan
nilai perusahaan. Salah satu cara
untuk
meningkatkan
nilai
perusahaan
adalah
melalui
pengelolaan
komposisi
modal
perusahaan. Keputusan manajer
keuangan dalam memilih sumber
pendanaan akan berdampak pada
harga saham perusahaan (Indrawati
dan Suhendro 2006).
Perusahaan
biasanya
menggunakan pilihan pendanaan
PENDAHULUAN
Isu mengenai jumlah hutang
luar negeri yang sangat besar dan
umumnya
berjangka
pendek,
diyakini oleh banyak pihak sebagai
salah satu penyebab krisis ekonomi
yang dihadapi oleh Indonesia pada
tahun 1998 sehingga menciptakan
ketidakstabilan.
Hal
tersebut
diperburuk oleh kepercayaan diri
yang berlebihan akan kemampuan
melunasi hutang dan juga tidak ada
nya
mekanisme
pengawasan
terhadap hutang. Bagi banyak
perusahaan,
sumber
pendanaan
yang hanya berupa modal sendiri
seringkali dirasa tidak memenuhi
kebutuhan
pendanaan
mereka.
Hutang, karena sifatnya tidak
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
yang berbeda dan bermacammacam didasarkan
dari
jenis
industri dan operasi perusahaan itu
sendiri (Awan et al. 2011). Struktur
modal
juga
mencerminkan
keputusan pendanaan yang diambil
oleh manajer keuangan dalam
hubungannya
dengan
kegiatan
operasi perusahaan, yaitu keputusan
keuangan
berkaitan
dengan
komposisi hutang, baik jangka
panjang maupun jangka pendek,
saham preferen dan saham biasa
yang
akan
digunakan
oleh
perusahaan
(Margaretha
dan
Ramadhan 2010).
Mengingat tinggi nya tingkat
persaingan usaha di dunia global,
tentunya
manajer
keuangan
diharuskan
untuk
memiliki
keputusan pendanaan yang tepat,
sehingga
akan
menghasilkan
struktur
modal
yang
optimal.
Struktur modal optimal dijelaskan
dengan kemampuan perusahaan
untuk meminimalkan biaya modal
yang seharusnya ditanggung oleh
perusahaan sehingga memberikan
nilai perusahaan yang maksimal
(Indrawati dan Suhendro 2006).
Menurut Gitman dan Zutter (2012,
527) struktur modal yang optimal
terjadi
ketika
manfaat
yang
diperoleh seimbang dengan biaya
yang dikeluarkan dengan pendanaan
hutang. Ada berbagai macam faktor
yang mempengaruhi struktur modal
menurut Gitman dan Zutter (2012,
527)
yaitu,
peningkatan
kemungkinan risiko kebangkrutan
akibat adanya hutang, biaya agensi
dari pemberi pinjaman sehingga
pemberi pinjaman biasa turut
mengendalikan tindakan perusahaan
dan asymmetric information.
18
November 2012
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 532) manajer perusahaan
secara khusus bertindak sebagai
agen
dari
pemegang
saham.
Pemegang
saham
memberikan
kewenangan kepada manajer untuk
mengelola perusahaan dan memberi
manfaat bagi pemegang saham.
Jensen
dan
Meckling
menggambarkan
hubungan
keagenan timbul karena adanya
kontrak antara pemegang saham
(principal) dan agen. Dalam kontrak
tersebut pemegang saham memberi
kewenangan pada agen untuk
membuat keputusan (Godfrey et al.
2010, 362). Berkaitan dengan teori
keagenan Modigliani dan
Miller
(1958) dalam Awan et al. (2011)
menyatakan bahwa pemilik harus
menanggung biaya akibat pemisahan
kepemilikan
dan
manajemen
terhadap bentuk perusahaan. Para
pemegang
saham
harus
menyediakan insentif untuk manajer
untuk bekerja secara efisien dan
meningkatkan hasil kerja. Biaya
yang dibayarkan
oleh pemilik
kepada manajer atau agen, dikenal
sebagai biaya agensi (agency cost).
Menurut
Jensen
dan
Meckling (1976) biaya agensi dapat
dibagi menjadi monitoring cost,
bonding cost dan residual loss.
Monitoring cost adalah biaya yang
dikeluarkan oleh pemegang saham
untuk mengawasi, mengamati dan
mengendalikan
perilaku
agen.
Bonding cost adalah biaya yang
dikenakan kepada agen sebagai
bentuk pertanggungjawaban untuk
menjamin bahwa agen tidak akan
mengambil
tindakan
yang
membahayakan pemegang saham
ISSN: 1410 -9875
(principal). Namun demikian, pada
umumnya adalah tidak mungkin bagi
pemegang saham, at zero cost
memastikan bahwa agen akan
mengambil keputusan
optimal.
Biaya keagenan akan mempengaruhi
nilai perusahaan sehingga penting
untuk
dipertimbangkan
dalam
struktur modal perusahaan. Adanya
permasalahan keagenan membuat
manajer
lebih
menyukai
pembiayaan
dengan
ekuitas
diabandingkan hutang.
Dengan diadakannya pendanaan
eksternal berupa hutang diharapkan
biaya
yang
dikeluarkan
oleh
pemegang
saham
sehubungan
dengan pengawasan manajemen
dapat berkurang karena pihak
kreditur yang memberikan pinjaman
kepada perusahaan dalam hal ini
manajemen
sebagai
eksekutif
organisasi
akan
melakukan
pengawasan
guna
mendapat
keyakinan
tentang
kemampuan
perusahaan
untuk
melunasi
kewajibannya. Dengan kata lain,
hutang mampu memperkecil biaya
agensi (Joni dan Lina 2010).
Pecking Order Theory
Gitman dan Zutter (2012,
534) Pecking order theory adalah
hirarki pendanaan yang dimulai
dengan laba ditahan, diikuti oleh
hutang dan akhirnya penerbitan
saham baru. Ketika manajemen
membutuhkan
pendanaan
bagi
proyek baru, pertama mereka akan
menggunakan laba ditahan.
Jika
laba ditahan tidak cukup untuk
mendanai investasi baru, maka
manajer menggunakan pendanaan
eksternal
dengan
menerbitkan
hutang. Apabila hutang tidak juga
cukup untuk mendanai investasi
tersebut, maka cara terakhir adalah
dengan menerbitkan saham.
Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya
Teori ini konsisten dengan
fakta
mengenai
keputusan
pendanaan perusahaan. Pertama,
sebagian besar investasi baru
didanai dengan menggunakan laba
ditahan. Kedua, perusahaan lebih
banyak
berhutang
dibandingkan
menerbitkan ekuitas seperti yang
diprediksi oleh
pecking
order
theory. Ketiga, perusahaan yang
mendapatkan
keuntungan,
cenderung
sedikit
melakukan
pinjaman
hutang
dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak
menguntungkan.
Pernyataan
serupa
juga
dikemukakan oleh Myers (1984)
bahwa perusahaan harus membuat
hirarki
dana
yang
diinginkan.
Pertama,
ia
menyarankan
menggunakan
dana
internal
(retained earning) untuk membiayai
proyek-proyeknya. Jika perusahaan
membutuhkan lebih banyak dana
untuk pertumbuhan aset maka
perusahaan
bisa
menerbitkan
hutang. Perusahaan memanfaatkan
sumber pendanaan ekuitas sebagai
pilihan pendanaan terakhir, karena
pendanaan ekuitas membutuhkan
biaya yang lebih tinggi dibandingkan
dengan hutang.
Static Trade off Theory
Static Trade off Theory
mengacu pada pemikiran bahwa
sebagian
besar
pendanaan
perusahaan merupakan pembiayaan
hutang dan sebagian yang lainnya
merupakan pembiayaan
ekuitas
yang masing–masing akan digunakan
dengan menyeimbangkan biaya dan
manfaat. Teori ini menyatakan
bahwa
nilai
perusahaan
yang
memiliki
leverage
dan
tidak
memiliki leverage tidaklah sama.
Dalam hal pembiayaan dengan
hutang,
perusahaan
dapat
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
mengambil keuntungan atas beban
bunga
yang
terjadi
karena
merupakan
pengurang
pajak.
Namun, pada saat yang sama dengan
adanya pendanaan hutang akan
memungkinkan adanya kesulitan
keuangan dan juga peningkatan
biaya agensi.
Peningkatan biaya agensi
dapat terjadi ketika perusahaan
memilih
pendanaan
hutang,
manajer atau agen juga bertindak
sebagai penyedia hutang yang
mengakibatkan meningkatnya biaya
agensi. Static trade off theory
mengatakan lebih lanjut bahwa
struktur modal yang optimal adalah
adanya
keseimbangan
antara
manfaat dan beban atas pendanaan
hutang. Teori ini terfokus pada
keuntungan
pajak,
biaya
kebangkrutan dan biaya keagenan
(Awan et al. 2011).
Asymmetric Information Theory
Merupakan
suatu
kondisi
dimana
manajer
perusahaan
memiliki lebih banyak informasi
tentang
operasi
dan
prospek
kedepannya
dari
perusahaan
dibandingkan
dengan
investor
(Gitman dan Zutter 2012, 533).
Adanya asymmetric information
membuat manajer perusahaan lebih
leluasa
bertindak
di
dalam
menentukan strategi struktur modal
karena manajer lebih menguasai
informasi yang terjadi di dalam
perusahaan. Informasi baru yang ada
selalu relevan dengan harga saham
yang beredar di pasar, sebenarnya
informasi ini bersifat murah dan
harus tersedia bagi semua pihak.
Namun, karena kompetisi pasar
diantara para investor membuat
informasi baru segera direfleksikan
ke dalam harga saham di pasar
secara cepat, sehingga terjadi pula
20
November 2012
kompetisi dalam mencari informasi
untuk mendapatkan keuntungan
sesaat (Indrawati dan Suhendro
2006).
Struktur Modal
Komposisi pemilihan atas
pendanaan disebut dengan struktur
modal (Seftianne dan Handayani
2011). Struktur modal memiliki
kontribusi
yang
besar
dalam
menentukan nilai pasar perusahaan.
Perusahaan
menggunakan
perpaduan pilihan pembiayaan yang
berbeda untuk membiayai aset
mereka dan sebagian besar pilihan
pendanaan didasarkan pada sifat
industri dan operasi perusahaan
(Awan et al. 2011).
Tangibility of Assets dan Struktur
Modal
Perusahaan dengan aset
tetap yang besar dapat memperoleh
pendanaan eksternal dengan mudah
dan tarif bunga yang rendah karena
mereka dapat menjaminkan aset
tetap tersebut sebagai jaminan,
mengurangi risiko pemberi pinjaman
dari biaya agensi dari hutang (risk
shifting). Oleh karena itu, semakin
besar proporsi aset tetap dalam
neraca
maka
akan
lebih
memudahkan pemberi pinjaman
untuk
memberikan
pinjaman
sehingga meningkatkan leverage
(Rajan dan Zingales 1995).
Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Margaretha dan
Ramadhan
(2010),
menyatakan
bahwa tidak terdapat pengaruh
antara tangibility of assets terhadap
struktur modal. Hal
tersebut
berbeda dengan hasil penelitian
Awan et al. (2011) didukung juga
oleh penelitian Joni dan Lina (2010),
yang menyatakan bahwa tangibility
of
assets
memiliki
pengaruh
ISSN: 1410 -9875
terhadap struktur modal, karena
semakin tinggi tangibility of assets
yang dimiliki perusahaan maka
tingkat hutang yang tercatat di
laporan posisi keuangan juga akan
meningkat.
Ha1
:
Tangibility
of
assets
memiliki
pengaruh
terhadap
struktur modal
Ukuran Perusahaan dan Struktur
Modal
Ukuran
perusahaan
merupakan gambaran kemampuan
finansial perusahaan dalam suatu
periode
tertentu.
Ukuran
perusahaan yang besar, dianggap
sebagai
suatu
indikator
yang
menggambarkan tingkat risiko bagi
investor untuk melakukan investasi
pada perusahaan tersebut, karena
jika
perusahaan
memiliki
kemampuan finanasial yang baik,
maka diyakini bahwa perusahaan
tersebut mampu untuk memenuhi
kewajibannya serta memberikan
tingkat
pengembalian
yang
memadai bagi investor (Joni dan
Lina 2010).
Hasil penelitian terdahulu
dimana ukuran perusahaan sebagai
variabel
independennya
menunjukan
bahwa
ukuran
perusahaan
memiliki pengaruh
terhadap struktur modal.
Hal
tersebut
membuktikan
bahwa
perusahaan-perusahaanbesar di
Pakistan meminjam lebih banyak
dan perusahaan kecil takut terhadap
hutang yang
berlebih.
Hasil
penelitian serupa juga terjadi pada
penelitian Seftianne dan Handayani
(2011) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh antara ukuran
perusahaan dengan struktur modal.
Ha2
: Ukuran Perusahaan memiliki
pengaruh terhadap struktur modal
Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya
Pertumbuhan Aset dan Struktur
Modal
Pecking order theory oleh
Myers (1984) menyatakan bahwa
perusahaan mendanai
proyekproyek nya dengan dana internalnya
sendiri (retained earnings). Hutang
biasanya tumbuh ketika biaya
investasi melebihi laba ditahan dan
turun ketika investasi kurang dari
saldo
laba
ditahan.
Dengan
demikian, nilai buku leverage
perusahaan
diperkirakan
akan
meningkat
ketika
perusahaan
memiliki peluang investasi yang
lebih.
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Awan et al.
(2011)
menyatakan
bahwa
pertumbuhan aset perusahaan tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
struktur modal. Semakin besarnya
tingkat
pertumbuhan
aset
perusahaan maka perusahaan akan
membutuhkan
lebih
banyak
pendanaan
hutang
yang
akan
digunakan
perusahaan
untuk
melakukan
perluasan
bisnis.
Pendanaan hutang dipilih karena
biaya yang dibutuhkan lebih rendah
dibanding pendanaan ekuitas.
Ha3
: Pertumbuhan Aset memiliki
pengaruh terhadap struktur modal
Profitabilitas dan Struktur Modal
Rasio
profitabilitas
merupakan rasio yang mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
mengahasilkan laba pada tingkat
penjualan, aset dan modal. Salah
satu rasio yang digunakan dalam
memenetukan profitabilitas adalah
return on assets (ROA). ROA
menunjukkan
seberapa
besar
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
dengan
memanfaatkan aset yang dimilikinya
(Joni dan Lina 2010).
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Mengenai keterkaitan dan
pengaruh profitabilitas terhadap
struktur modal, terdapat perbedaan
pandangan
dari
penelitian
sebelumnya. Menurut teori state
trade-off bahawa semakin besar
keuntungan, perusahaan cenderung
berhutang lebih banyak untuk
melindungi
laba
dari
pajak.
Sebaliknya menurut teori pecking
order Myers (1984) perusahaan
dengan keuntungan yang besar
cenderung
menggunakan
dana
internal
dibandingkan
dana
eksternal, sehingga tingkat leverage
nya rendah.
Menurut
Seftianne
dan
Handayani
(2011)
perusahaan
dengan kondisi keuangan yang baik
akan meminjam uang lebih sedikit.
Hasil penelitian Awan et al. (2011),
Margaretha dan Ramadhan (2010)
dan juga Khan (2010) menyatakan
bahwa
profitabilitas
memiliki
pengaruh terhadap struktur modal.
Ha4
: Profitabilitas
memiliki
pengaruh terhadap struktur modal
Likuiditas dan Struktur Modal
Tingkat
likuiditas
merupakan
suatu
ukuran
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya dengan aset lancar yang
dimilikinya
(Seftianne
dan
Handayani
2011).
Pentingnya
likuiditas dapat dilihat dengan
mempertimbangkan dampak yang
berasal
dari
ketidakmampuan
perusahaan memenuhi kewajiban
jangka
pendeknya.
Kurangnya
likuiditas menghalangi perusahaan
untuk memperoleh keuntungan,
masalah penjualan investasi dan
aset lainnya yang dipaksakan dan
yang paling berbahaya, mengarah
pada
insolvabilitas
dan
kebangkrutan (Subramanyam dan
22
November 2012
Wild 2009, 241). Perusahaan dengan
tingkat likuiditas yang tinggi lebih
menyukai pendanaan dengan dana
internalnya terlebih dahulu sebelum
menggunakan pendanaan eksternal
melalui hutang, hal ini sesuai
dengan pecking order theory.
Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Sheikh dan Wang
(2011) menyatakan bahwa likuiditas
memiliki pengaruh negatif terhadap
struktur modal. Semakin tinggi
likuiditas perusahaan maka semakin
tinggi struktur
modal.
Semakin
tinggi
kemampuan
perusahaan
dalam
melunasi
kewajibankewajiban jangka pendeknya maka
hal tersebut dapat mengindikasikan
perusahaan berada dalam keadaan
yang sehat. Hal tersebut akan
mempermudah perusahaan untuk
memperoleh kewajiban yang berasal
dari pihak luar perusahaan.
Ha5
:
Likuiditas
memiliki
pengaruh terhadap struktur modal
Non-Debt Tax Shields dan Struktur
Modal
Salah satu item selain beban
bunga yang memiliki kontribusi
untuk mengurangi pajak adalah nondebt tax shield atau yang lebih
dikenal dengan depresiasi. Manfaat
perlindungan
pajak
pada
penggunaan hutang dapat dikurangi
atau bahkan dihilangkan ketika
sebuah
perusahaan
melaporkan
pendapatan yang konsisten rendah
atau negatif. Akibatnya, beban
pembayaran bunga akan dirasakan
oleh perusahaan.
DeAngelo dan Masulis (1980)
menyatakan
bahwa
hutang
diharapkan oleh perusahaan karena
menyediakan perlindungan pajak
terhadap pendapatan perusahaan.
Pengurangan depresiasi,
kredit
pajak dan berbagai fitur lainnya
ISSN: 1410 -9875
merupakan perlindungan pajak oleh
hutang. Dengan alasan tersebut
diprediksi adanya hubungan antara
perlindungan pajak dengan hutang.
Perusahaan dengan non-debt tax
shield
yang
besar
diharapkan
memiliki hutang yang kecil.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Margaretha dan
Ramadhan
(2010)
menunjukan
bahwa tidak terdapat pengaruh
antara variabel non-debt tax shield
terhadap
struktur
perusahaan.
Sejalan
dengan
penelitian
Margaretha dan Ramadhan (2010),
hasil
penelitian
Lim
(2012)
menunjukkan variabel non-debt tax
shield tidak signifikan terhadap
struktur modal. Sheikh dan Wang
(2011) mendapati hasil
yang
berbeda, bahwa non-debt tax shield
memberikan
pengaruh
negatif
terhadap struktur modal. Hal ini
terjadi karena perusahaan memang
menikmati
keuntungan
dari
pengurangan pajak, tetapi dengan
tingkat hutang yang tinggi akan
menimbulkan kewajiban membayar
beban bunga yang tinggi pula. Nondebt tax shield memiliki pengaruh
positif terhadap struktur modal,
karena itu perusahaan dengan nondebt
tax shield yang
besar
kemungkinan
membutuhkan
leverage yang lebih besar.
Ha6
:
Non-debt
tax
shield
memiliki
pengaruh
terhadap
struktur modal
Dividend
Payout
Ratio
dan
Struktur Modal
Dividen payout ratio adalah
pengukuran persentase dari laba
yang harus dialokasikan perusahaan
dalam bentuk dividen. Sejak dividen
dikategorikan sebagai pengeluaran
kas,
perusahaan
harus
memberikannya kepada pemegang
Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya
saham (Riaz dan Afzal 2011). Sejalan
dengan Riaz dan Afzal (2011)
menyatakan
bahwa
dividen
merupakan bagian dari laba bersih
yang diberikan oleh perusahaan
kepada pemegang saham.
Secara
tidak
langsung,
tingkat penggunaan hutang akan
dipengaruhi oleh kebijakan dividen
yang
ada
di
dalam
suatu
perusahaan. Hal tersebut terjadi
karena perusahaan yang memiliki
kebijakan
untuk
membagikan
dividen cenderung membutuhkan
pendanaan yang lebih. Hal tersebut
yang
akan
menyebabakan
perusahaan
mencari
sumber
pendanaan
lain
baik
berupa
penambahan hutang atau pun
penerbitan saham (Joni dan Lina,
2010).
Hasil penelitian Joni dan Lina
(2010) menyatakan bahwa variabel
dividen tidak berpengaruh terhadap
struktur modal, karena pembagian
dividen
akan
meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham dan
menimbulkan ekspektasi positif dari
pasar,
sehingga
memberikan
kemudahan bagi perusahaan untuk
menerbitkan sekuritas modal dan
menurunkan leverage.
Adanya hubungan negatif
antara dividen payout ratio dengan
struktur
modal.
Tingkat
pendistribusian dividen yang tinggi
cenderung membuat perusahaan
menggunakan pendanaan internal
dibandingkan
mencari
sumber
pendanaan lain, hal ini sejalan
dengan teori pecking order.
Ha7
: Dividend payout ratio
memiliki
pengaruh
terhadap
struktur modal
Risiko Bisnis dan Struktur Modal
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 527) menyatakan bahwa
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
risiko bisnis merupakan risiko
perusahaan karena tidak mampu
menutupi biaya operasionalnya.
Risiko bisnis perusahaan dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu stabilitas
pendapatan dan stabilitas biaya.
Perusahaan dengan tingkat risiko
bisnis yang tinggi cenderung akan
menghindari
penggunaan
hutang.Hal
ini
dikarenakan
perusahaan dinilai perlu untuk
menyediakan dana dalam jumlah
yang memadai untuk persiapan
pelunasan hutangnya serta beban
bunga
yang
harus
ditanggung
perusahaan (Gitman dan Zutter
2003, 215) dalam (Joni dan Lina
2010).
Penelitian yang
dilakukan
oleh Seftianne dan Handayani (2011)
menunjukkan risiko bisnis tidak
berpengaruh dengan struktur modal.
Penelitian tersebut menyatakan
bahwa risiko bisnis memiliki nilai
koefisien positif, yaitu sebesar
0,0026. Hal ini menunjukan bahwa
semakin kecil risiko bisnis maka
semakin kecil struktur modal.
Investor yang memiliki sifat risk
seeker tidak akan tertarik dengan
perusahaan yang memiliki risiko
rendah, ia akan lebih tertarik
dengan perusahaan yang memiliki
risiko
tinggi,
karena
mereka
beranggapan jika risiko tinggi maka
return yang akan mereka dapat akan
semakin tinggi.
Serupa dengan penelitian
Seftianne dan Handayani (2011),
tidak adanya pengaruh variabel
risiko bisnis dengan variabel struktur
modal ditunjukkan dalam penelitian
Joni dan Lina (2010). Hal tersebut
terjadi karena
indikator yang
digunakan adalah variabilitas laba
operasional yang sulit ditentukan
dan sulit untuk diukur (Harjanti dan
Tandelilin 2007).
Ha8 :
Risiko bisnis memiliki
pengaruh terhadap struktur modal
Model
penelitian
yang
dikembangkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tangibility of
assets
Ukuran
Perusahaan
Pertumbuhan
Aset
Profitabilitas
Struktur Modal
(leverage)
Likuiditas
Non-debt Tax
Shield
Dividend
Payout Ratio
Risiko Bisnis
Gambar 1 Model Penelitian
24
November 2012
ISSN: 1410 -9875
Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya
METODE PENELITIAN
Bentuk dan Obyek Penelitian
Penelitian
yang
akan
digunakan oleh peneliti adalah
kausalitas yaitu metode digunakan
untuk menguji apakah
suatu
variabel
akan
menyebabkan
perubahan terhadap variabel lain.
Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2010. Data
yang diambil dalam penelitian ini
ialah
data
sekunder
dan
pengambilan
sampel
penelitian
menggunakan metode purposive
sampling.
Definisi
Operasional
Pengukurannya
dan
Struktur Modal
Dalam penelitian ini struktur
modal ditandai dengan LV dan
menggunakan skala rasio. Struktur
modal diukur dengan menggunakan
rasio leverage yaitu, total debt
perusahaan dibagi dengan total aset
perusahaan,dimana
total
debt
terdiri dari liabilitas lancar dan
liabilitas tidak lancar (Awan et al.
2011).
Tangibility of Assets
Tangibility
of
assets
menggambarkan proporsi aset tetap
yang dimiliki perusahaan yang dapat
dijadikan jaminan atas pinjaman
yang dilakukan perusahaan (Joni dan
Lina 2010). Variabel tangibility of
assets dalam penelitian ini ditandai
dengan TG dan skala yang digunakan
adalah rasio. Tangibility of assets
diukur
dan
dihitung
dengan
menggunakan rasio aset tetap yaitu,
aset tetap bersih dibagi dengan total
aset (Awan et al. 2011).
Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan
merupakan gambaran kemampuan
finansial perusahaan dalam suatu
periode tertentu (Joni dan Lina
2010). Variabel ukuran perusahaan
dalam penelitian ini ditandai dengan
SZ dan skala yang digunakan adalah
skala rasio. Ukuran perusahaan
diukur
dan
dihitung
dengan
menggunakan natural
logarithm
dari penjualan perusahaan (Awan et
al. 2011).
Pertumbuhan Aset
Perusahaan yang bertumbuh
akan lebih leluasa dalam memilih
investasi
di
masa
depan.
Pertumbuhan aset dapat menambah
nilai perusahaan namun tidak dapat
dijadikan sebagai jaminan.Variabel
pertumbuhan aset dalam penelitian
ini ditandai dengan GT dan
menggunakan skala rasio dalam
pengukurannya. Pertumbuhan aset
diukur
dan
dihitung
dengan
menggunakan persentase perubahan
total aset perusahaan dari tahun
sebelumnya (Awan et al. 2011).
Profitabilitas
Profitabilitas menggambarkan
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan
laba dengan menggunakan aset yang
dimilikinya (Joni dan Lina, 2010) dan
seringkali mengukur keefektifan
suatu bisnis dalam menghasilkan
keuntungan (Lim 2012). Variabel
profitabilitas perusahaan
dalam
penelitian ini ditandai dengan PF
dan menggunakan skala rasio dalam
pengukurannya. Profitabilitas diukur
dan dihitung dengan menggunakan
return on assets perusahaan yaitu,
laba bersih sebelum pajak (EBT)
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
dibagi dengan total aset perusahaan
(Awan et al. 2011).
Likuiditas
Likuiditas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
melunasi hutang jangka pendeknya
dengan menggunakan aset lancar
yang
dimiliki
(Seftianne
dan
Handayani 2011). Variabel likuiditas
perusahaan dalam penelitian ini
ditandai
dengan
LK
dan
menggunakan skala rasio dalam
pengukurannya. Likuiditas
diukur
dan dihitung menggunakan rasio
antara aset lancar dan liabilitas
lancar yang dimiliki perusahaan
(current ratio).
Non-Debt Tax Shield
Non debt tax shield atau
yang lebih dikenal dengan depresiasi
merupakan salah satu item yang
memiliki
kontribusi
untuk
mengurangi beban pajak. Variabel
non-debt tax shield
dalam
penelitian ini ditandai dengan ND
dan menggunakan skala rasio dalam
pengukurannya. Non-debt tax shield
diukur dan dihitung menggunakan
rasio antara beban depresiasi
perusahaan
dibagi
total
aset
perusahaan.
Dividend Payout Ratio
Dividen adalah saldo dari
laba
bersih
perusahaan
yang
dibayarkan kepada para pemegang
saham. Variabel Dividend Payout
26
November 2012
Ratio dalam penelitian ini ditandai
dengan DV dan menggunakan skala
rasio dalam pengukurannya. Dividen
payout ratio diukur dan dihitung
menggunakan rasio perbandingan
antara dividen kas dengan laba
bersih.
Risiko Bisnis
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 565) menyatakan bahwa
risiko bisnis merupakan risiko
perusahaan karena tidak mampu
menutupi
biaya operasionalnya.
Dalam dunia investasi, risiko bisnis
dikenal sebagai bagian dari risk
premium yang diartikan sebagai
ketidakpastian aliran pendapatan.
Variabel
risiko
bisnis
dalam
penelitian ini ditandai dengan RB
dan menggunakan skala rasio dalam
pengukurannya. Risiko Bisnis diukur
dan dihitung menggunakan deviasi
standar
pengembalian
saham.
Dimana closing price bulanan pada
bulan t dikurangi dengan closing
price bulanan pada bulan t-1 dibagi
dengan closing price bulanan pada
bulan t-1 (Seftianne dan Handayani
2011).
HASIL PENELITIAN
Prosedur Pemilihan Sampel
Pengambilan sampel dalam
penelitian
ini
dilakukan
menggunakan purposive sampling.
Hasil pemilihan sampel dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut:
ISSN: 1410 -9875
Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
Jumlah
Kriteria Sampel
Perusahaan
Perusahaan non keuangan yang konsisten
338
terdaftar di BEI tahun 2011-2010.
Perusahaan non keuangan yang menerbitkan
(26)
laporan keuangan per 31 Desember setiap
tahunnya.
Perusahaan non keuangan yang menerbitkan
laporan keuangan menggunakan satuan mata
(8)
uang rupiah (Rp).
Perusahaan non keungan yang mengalami EBT
(80)
positif konsisten selama periode penelitian.
Perusahaan non keuangan yang mengalami laba
(9)
selama periode penelitian.
Perusahaan yang membagikan dividen secara
(143)
konsisten selama periode penelitian.
Sampel Penelitian
72
Jumlah
Data
1.352
(104)
(32)
(320)
(36)
(572)
288
Sumber : Pengolahan Data SPSS
Hasil uji statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N
LV
TG
SZ
GR
PF
LK
ND
DP
RB
Minimum
288
288
288
288
288
288
288
288
288
Maximum
0,068028
0,002641
22,684643
-0,202069
0,004959
0,362394
0,000010
0,000298
0,000000
0,849986
0,760160
32,898262
1,546302
0,563114
10,799032
0,132959
4,569341
1,6544529
Mean
0,42113689
0,25330041
28,85605516
0,17882703
0,15441698
2,46489176
0,02997021
0,44634436
0,13682529
Std. Deviation
0,186771286
0,172619066
1,702132429
0,164008407
0,107723713
1,793309939
0,022278081
0,495704895
0,127640441
Sumber : Pengolahan Data SPSS
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3
Hasil Uji t
Variabel
B
T
Sig
(Constant)
TG
SZ
0,181
-0,224
0,017
1,340
-4,136
3,718
0,181
0,000
0,000
GR
0,077
1,728
0,085
Keterangan
Ha diterima
Ha diterima
Ha tidak dapat
diterima
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Variabel
B
T
Sig
Keterangan
PF
LK
ND
-0,344
-0,064
-0,458
-4,558
-14,107
-1,103
0,000
0,000
0,271
Ha diterima
Ha diterima
Ha tidak dapat
DP
-0,003
-0,195
0,845
RB
0,046
0,799
0,425
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Variabel tangibility of assets
(TG) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
nilai alpha 0,05. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa variabel
tangibility of assets berpengaruh
terhadap leverage sebagai proksi
struktur
modal
dan
hipotesis
pertama (Ha1) dapat diterima.
Variabel
tangibility
of
assets
memiliki nilai koefisien -0,224,
berarti variabel tangibility of assets
memiliki pengaruh negatif terhadap
struktur modal. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan dengan struktur
aset yang kecil memiliki struktur
modal
yang
besar
begitupula
sebaliknya.
Dengan
adanya
pendanaan hutang pemegang saham
dapat
mengawasi
dan
mengendalikan
manajer
agar
mereka tidak melakukan tindakan
oportunis dalam menggunakan aset
perusahaan. Sehingga perusahaan
dengan tangibility of assets yang
kecil cenderung
lebih banyak
menggunakan hutang.
Variabel ukuran perusahaan
(SZ) memiliki nilai signifikansi 0,000
yang lebih kecil dari nilai alpha 0,05.
Hasil tersebut menyatakan bahwa
variabel
ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
leverage
sebagai proksi struktur modal dan
hipotesis kedua (Ha2) diterima.
Variabel
ukuran
perusahaan
28
November 2012
diterima
Ha tidak dapat
diterima
Ha tidak dapat
diterima
memiliki nilai koefisien 0,017 yang
artinya pengaruh ukuran perusahaan
terhadap struktur modal adalah
positif. Perusahaan berskala besar
memiliki risiko kebangkrutan yang
kecil sehingga akan lebih mudah
dalam mencari investor yang akan
menanamkan
modalnya
dalam
perusahaan dan juga akan lebih
mudah dalam rangka memperoleh
kredit
dibandingkan
dengan
perusahaan kecil. Oleh karena itu,
semakin besar ukuran perusahaan
maka akan semakin tinggi struktur
modalnya.
Variabel pertumbuhan aset
(GR) memiliki nilai signifikansi 0,085
yang lebih besar dari nilai alpha
0,05. Hasil tersebut menyatakan
bahwa variabel pertumbuhan aset
tidak
berpengaruh
terhadap
leverage sebagai proksi struktur
modal. Oleh karena itu hipotesis
ketiga (Ha3) tidak dapat diterima
Variabel profitabilitas (PF)
memiliki nilai signifikansi 0,000 yang
lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa
variabel profitabilitas berpengaruh
terhadap leverage sebagai proksi
struktur
modal
dan
hipotesis
keempat (Ha4) dapat diterima.
Variabel profitabilitas memiliki nilai
koefisien -0,344, berarti variabel
profitabilitas memiliki pengaruh
negatif terhadap struktur modal.
ISSN: 1410 -9875
Perusahaan
dengan
tingkat
profitabilitas yang tinggi akan
mampu untuk menghasilkan laba
yang tinggi pula. Semakin tinggi laba
perusahaan maka dana internal yang
dimiliki perusahaan juga tinggi. Hal
inilah
yang
menyebabkan
penggunaan hutang akan semakin
rendah.
Hasil
penelitian
ini
membuktikan konsistensi terhadap
teori pecking order, perusahaan
yang
membutuhkan
pendaaan
cenderung
menggunakan
pendanaan internal terlebih dahulu
dibandingkan dengan pendanaan
eksternal seperti hutang atau
penerbitan saham.
Variabel
likuiditas
(LK)
memiliki nilai signifikansi 0,000 yang
lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa
variabel
likuiditas
berpengaruh
terhadap leverage sebagai proksi
struktur modal dan hipotesis kelima
(Ha5) dapat diterima. Variabel
likuiditas memiliki nilai koefisien 0,064, berarti variabel likuiditas
memiliki pengaruh negatif terhadap
struktur modal
sehingga, jika
tingkat likuiditas dalam suatu
perusahaan
meningkat
maka
struktur modal akan menurun.
Perusahaan
dengan
tingkat
likuiditas yang tinggi memiliki dana
internal yang cukup untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya dan
membiayai
kegiatan
bisnisnya,
dengan begitu penggunaan hutang
ataupun penerbitan saham dalam
struktur modal akan rendah. Hasil
ini juga mendukung teori pecking
order karena penggunaan dana
internal
lebih
disukai
oleh
perusahaan
dengan
tingkat
likuiditas yang tinggi sebelum
menggunakan alternatif pendanaan
lain berupa hutang atau ekuitas.
Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya
Variabel non-debt tax shield
(ND) memiliki nilai signifikansi 0,271
yang lebih besar dari nilai alpha
0,05. Hasil tersebut menyatakan
bahwa variabel non-debt tax shield
tidak
berpengaruh
terhadap
leverage sebagai proksi struktur
modal dan hipotesis keenam (Ha6)
tidak dapat diterima.
Variabel dividend payout
ratio (DP) memiliki nilai signifikansi
0,845 yang lebih besar dari nilai
alpha
0,05.
Hasil
tersebut
menyatakan
bahwa
variabel
dividend
payout
ratio
tidak
berpengaruh
terhadap leverage
sebagai proksi struktur modal
sehingga hipotesis ketujuh (Ha7)
tidak dapat diterima.
Variabel risiko bisnis (RB)
memiliki nilai signifikansi 0,425 yang
lebih besar dari nilai alpha 0,05.
Hasil tersebut menyatakan bahwa
variabel
risiko
bisnis
tidak
berpengaruh
terhadap leverage
sebagai proksi struktur modal
sehingga hipotesis kedelapan (Ha8)
tidak dapat diterima.
PENUTUP
Hasil pengujian penelitian
ini menunjukkan bahwa variabel
tangibility of assets (TG), ukuran
perusahaan (SZ), profitabilitas (PF)
dan likuiditas (LK) berpengaruh
terhadap struktur modal, sedangkan
pertumbuhan aset (GR), non-debt
tax shield (ND), dividend payout
ratio (DP) dan risiko bisnis (RB) tidak
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Adapun
keterbatasan
dalam
penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
1.
Periode
penelitian
yang
digunakan relatif pendek yaitu
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
empat tahun, 2008 sampai
dengan 2010.
2.
Penelitian ini terbatas dengan
menggunakan delapan variabel
independen dimana terdapat
beberapa
variabel
yang
berpengaruh terhadap struktur
modal yang tidak terdapat
dalam penelitian ini.
Adapun
rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya
adalah
sebagai berikut:
1.
2.
November 2012
Bagi peneliti selanjutnya yang
akan meneliti struktur modal
diharapkan dapat memperluas
periode
penelitian
sehingga lebih menggambarkan
struktur
modal
pada
perusahaan
non
keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Adanya penambahan jumlah
variabel
independen
yang
dimungkinkan
memiliki
pengaruh terhadap struktur
modal.
REFERENSI
Awan, Tariq Naeem, Majed Rashid, dan Muhammad Zia-ur-Rehman. 2011.
“Analysis of the determinants of capital structure in sugar and allied
industry”. International Journal of Business and Social Science. Vol.2.
No.1
Bevan, A.A dan Danbolt, J. 2002. “Capital Structure and Its Determinants In the
United Kingdom – A Decompositional Analysis”: Applied Financial
Economics 12(3 ): pp. 159-170
DeAngelo, Harry and Ronals W Masulis. 1980. “Optimal Capital Structure Under
Corporate and Personal Taxation”. Journal of Financial Economics 8
(1980) 3-29.
Drobetz, Wolfgang dan Roger Fix. 2003. “What are the Determinants of the
capital Structure? Some Evidence for Switzerland”. Working Paper No.
4/03
Gitman, Lawrence J, and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance13th edition. Prentice Hall
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton and Scott Holmes.
Accounting Theory 7th edition. Wiley
Hair, Joseph F, William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson.
Multivariate Data Analysis. Prentice Hall
Harjanti, Theresia T dan Eduardus Tandelilin. 2007. “Pengaruh Firm Size,
Tangible Assets, Growth, Profitability dan Business Risk pada Struktur
Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus di BEJ”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. Vol.1. No.1
Indrawati, Titik dan Suhendro. 2006. “Determinasi Capital Structure Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Periode 200-2004”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.3. No.1
Joni dan Lina. 2010. “Faktor-Faktor yang Menpengaruhi struktur Modal”. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. Vol.12. No.2. hlm 81-96
Jensen, Michael C dan William H Meckling. 1976. “Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of
Financial Economics. Vol.3. No.4
30
ISSN: 1410 -9875
Freddy Karyadi Dan Yusuf Wijaya
Khan, Zeba Shariff. 2010. Determinants of Capital Structure: Case of Listed
Paint
Manufacturing
Companies.
Interdisciplinary
Journal
of
Contemporary Research in Busuness. Vol.2. No.6
Lim, Thian Cheng. 2012. Determinants of Capital Structure Empirical Evidence
from Financial Services Listed Firms in China. International Journal of
Economics and Finance. Vol.4. No.3
Margaretha, Farah, dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.12. No.2. hlm 119-130
Myers, Stewart C. 1984. “The Capital Structure Puzzle”. Journal of Finance.
Vol.39. No.3
Rajan, Raghuram G dan Luigi Zingales.1995. “What Do We Know about Capital
Structure? Some Evidence from International Data”. The Journal of
Finance. Vol.1. No.5
Riaz, Farah dan Muhammad Afzal. 2011. Financial Factors in Capital Structure
Decisions: Panel Data Analysis of Pakistan’s Major Manufacturing Sectors.
Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Busuness. Vol.3.
No.1
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi. Vol.13. No.1. hlm 39-56
Sheikh, Nadeem Ahmed, dan Zongjun Wang. 2011. Determinans of Capital
Structure: An Empirical Study of firms in Manufacturing Industry of
Pakistan. Emerald Group Publishing Limited. Vol.37. No.2
Subramanyam, K.R, and John K Wild. 2009. Analisa Laporan Keuangan edisi 10.
Jakarta: Saleemba Empat
Titman, Sheridan dan Roberto Wessels. 1988. “The Determinants of Capital
Structure Choice”. The Journal of Finance. Vol.43. No.1.
Utami, Endang Sri. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur. Fenomena. Vol.7. No.1
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
32
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 33-46
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
UNDERPRICING PADA PENAWARAN PERDANA
DI BURSA EFEK INDONESIA
AAN MARLINAH dan MUNTAHA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: This study determine the factors influence underpricing of Initial
Public Offering (IPO). The factors are underwriter reputation, auditor
reputation, return on asset, total asset turnover, current ratio, debt equity
ratio, institusional ownership, managerial ownership, and the number of
commissioners. Population of this research is all companies listed in
Indonesia Stock Exchange during 2004-2010 that consist of 137 companies,
excluding the bank and financial institution. Sample is collected by using
purposive sampling, resulting in 55 companies as sample. Hypothesis analysis
use multiple regression analysis. The research concludes that underwriter
reputation and current ratio influence underpricing, while auditor
reputation, return on asset, total asset turnover, debt equity ratio,
institusional ownership, managerial ownership, and number of commissioners
do not influence underpricing.
Keywords:
Underpricing, Initial Public Offering, Reputation Underwriter,
Current Ratio, Institusional Ownership.
dari luar perusahaan. Perusahaan
dapat
menjual
sebagian
dari
kepemilikan atas perusahaan dalam
bentuk efek kepada
masyarakat
luas di pasar modal. Perusahaan
yang
melakukan
penawaran
sebagian dari kepemilikan atas
perusahaan dalam bentuk efek
berupa saham perusahaan kepada
masyarakat luas melalui bursa efek
disebut go public.
Dalam proses go public,
sebelum
saham
dapat
diperdagangkan di pasar sekunder
(bursa efek), terlebih dahulu harus
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah
satu negara berkembang, dimana
banyak perusahaan yang tumbuh
dan
mengembangkan
usahanya.
Setiap
perusahaan
dapat
mengembangkan usahanya dengan
memperluas usahanya dengan cara
melakukan
ekspansi.
Dalam
melakukan ekspansi perusahaan
memerlukan sumber pendanaan.
Perusahaan
memiliki
berbagai
alternatif sumber pendanaan, baik
yang berasal dari dalam maupun
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
ditentukan harga saham yang akan
ditawarkan di pasar perdana (Initial
Public Offering). Namun
harga
saham yang ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara emiten (issuer)
dengan underwriter pada saat IPO
seringkali terjadi perbedaan harga
saham ketika diperdagangkan di
bursa efek, harga saham pada saat
IPO cenderung lebih rendah jika
dibandingkan dengan harga saham
di bursa efek pada hari pertama
(closing price),
fenomena
ini
disebut underpricing atau out
performed (Ritter 1991).
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pasar Modal
Pasar
modal
merupakan
tempat untuk menghimpun dana
bagi perusahaan dengan menambah
jumlah kepemilikan saham melalui
penerbitan saham baru atau dengan
menerbitkan
surat
hutang
(obligasi).
Initial public offerings (IPO)
Perusahaan yang akan go
public
biasanya
melakukan
penawaran saham di pasar perdana
(primary market). Pasar perdana
adalah
pasar
dimana
terjadi
transaksi
pembelian
saham
perusahaan yang go public oleh
investor untuk pertama kalinya,
selanjutnya saham tersebut akan di
perjual-belikan di pasar modal atau
yang
disebut
pasar
sekunder
(secondary market).
Underpricing
Ada kecenderungan bahwa
harga penawaran saham di pasar
perdana
selalu
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
harga
penutupan pada hari pertama
34
November 2012
diperjual-belikan
di
pasar
sekunder. Bagi perusahaan yang
mengeluarkan saham,
apabila
terjadi underpricing berarti akan
kehilangan
kesempatan
untuk
mendapatkan
dana
maksimal,
sebaliknya bila terjadi overpricing
perusahaan
akan
mendapatkan
dana yang maksimal.
Pengaruh Reputasi Underwriter
terhadap Underpricing
Penelitian
Yolanda
dan
Martani (2005) menunjukkan bahwa
reputasi
underwriter
tidak
berpengaruh
terhadap
underpricing. Walaupun variabel
reputasi penjamin emisi tidak
signifikan dalam model ini, namun
arah koefisiennya yang
negatif
dapat diartikan bahwa semakin
penjamin
emisi
memiliki
pengalaman dan reputasi yang baik
maka saham yang dijaminkannya
menyebabkan underpricing akan
semakin kecil. Adapun penelitian
Martani et al.(2012) menunjukan
reputasi
underwriter
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
underpricing saham perdana.
Ha1
Reputasi
Underwriter
berpengaruh terhadap Underpricing
Pengaruh Reputasi Auditor
terhadap Underpricing
Penelitian Martani et al.
(2012), dan Kurniasih dan Santoso
(2008) yang menyatakan bahwa
reputasi auditor tidak berpengaruh
terhadap underpricing pada saat
IPO. Adapun penelitian Johnson
(2012) menyatakan reputasi auditor
berpengaruh signifikan terhadap
underpricing saham perdana.
Ha2
Reputasi
Auditor
berpengaruh terhadap Underpricing
ISSN: 1410 -9875
Pengaruh Return on Asset (ROA)
terhadap Underpricing
Semakin tinggi tingkat ROA
maka akan semakin kecil tingkat
underpricingnya.
Ha3
Return on Asset berpengaruh
terhadap Underpricing
Pengaruh Total Asset Trunover
(TATO) terhadap Underpricing
Penelitian Kurniawan (2006),
menyatakan bahwa variabel TATO
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap underpricing.
Ha4
Total
Asset
Trunover
berpengaruh terhadap Underpricing
Pengaruh Current Ratio (CR)
terhadap Underpricing
Penelitian
Sari
(2011)
menyatakan current ratio (CR)
mempengaruhi underpricing.
Kurniawan
(2006) menunjukan
bahwa
variabel
CR
tidak
menunjukkan
hubungan
yang
signifikan terhadap underpricing.
Ha5
Current Ratio berpengaruh
terhadap Underpricing
Pengaruh Debt Equity Ratio (DER)
terhadap Underpricing
Penelitian Kurniawan (2006)
yakni
variabel
DER
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
underpricing. Hal ini menunjukkan
bahwa tinggi rendahnya leverage
perusahaan
bukan
semata-mata
disebabkan
oleh
kinerja
manajemen tetapi juga sangat
dipengaruhi faktor lain di luar
perusahaan, sehingga nilai DER
kurang diperhatikan investor dalam
mengambil keputusan investasi di
pasar modal.
Ha6
Debt
Equity
Ratio
berpengaruh terhadap Underpricing
Aan Marlinah dan Muntaha
Pengaruh
Kepemilikan
Institusional
terhadap
Underpricing
Kurniasih dan Santoso (2008)
menyatakan
bahwa
proporsi
kepemilikan
institusional
berpengaruh tidak signifikan dan
positif terhadap underpricing pada
saat IPO.
Berpengaruh positif
mengindikasikan
bahwa
underpricing
meningkat
seiring
dengan
semakin
tingginya
kepemilikan manajerial pada saat
IPO dilakukan. Tidak signifikannya
pengaruh tersebut
dikarenakan
pasar
menilai
investasi
oleh
institusional
tersebut
berfokus
jangka pendek.
Ha7
Kepemilikan
Institusional
berpengaruh terhadap Underpricing
Pengaruh Kepemilikan Manajerial
terhadap Underpricing
Kurniasih
dan
Santoso
(2008), menyatakan bahwa proporsi
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh terhadap underpricing
pada saat IPO. Variabel kepemilikan
manajerial
yang
positif
mengindikasikan
bahwa
underpricing
meningkat
seiring
dengan
semakin
tingginya
kepemilikan manajerial pada saat
IPO dilakukan. Pengaruh
yang
positif ini
kemungkinan
karena
pasar menilai perusahaan yang
memiliki kepemilikan manajerial
tinggi mengelola perusahaan sebaikbaiknya untuk meningkatkan nilai
perusahaan
karena menyangkut
kesejahteraannya sebagai pemilik
perusahaan
sejak
belum
dilakukannya
IPO.
Tidak
signifikannya pengaruh tersebut
kemungkinan dikarenakan pasar
menilai bahwa setelah IPO jumlah
kepemilikan manajerial menurun.
Pada Susilowati (2005) menyatakan
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
bahwa
kepemilikan
manajerial
tidak mempengaruhi underpricing.
Ha8
Kepemilikan
Manajerial
berpengaruh terhadap Underpricing
Pengaruh
Dewan
Komisaris
terhadap Underpricing
Dewan
komisaris
yang
independen
dalam
suatu
perusahaan
memberikan
sinyal
bahwa
perusahaan
telah
melaksanakan
sistem
corporate
governance yang baik. Rahmida
(2012) menyatakan bahwa dewan
komisaris tidak memiliki pengaruh
yang
signifikan
terhadap
underpricing.
Ha9
Dewan
Komisaris
berpengaruh terhadap Underpricing
METODE PENELITIAN
Obyek Penelitian
Pada penelitian ini, obyek
penelitian yang digunakan dalam
penelitian adalah perusahaan yang
go public dan terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
(BEI)
yang
melakukan
penawaran
saham
perdana pada periode 2004-2010
diluar perusahaan dari sektor
perbankan dan lembaga keuangan
sejenis. Penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Adapun
kriteria-kriteria
yang
digunakan
adalah perusahaan yang melakukan
penawaran saham pada periode
Januari
2004
sampai
dengan
Desember 2010, perusahaan yang
tidak bergerak di sektor perbankan
dan lembaga keuangan sejenis,
perusahaan
yang
sahamnya
mengalami
underpricing,
perusahaan
yang
laporan
keuangannya menggunakan mata
uang rupiah, perusahaan yang
memiliki data laporan keuangan
36
November 2012
tahunan yang berakhir tanggal 31
Desember,
perusahaan
yang
mendapatkan laba bersih selama
periode
penelitian,
perusahaan
yang
memiliki
kepemilikan
institusional, dan perusahaan yang
prospektusnya terdapat di
Bursa
Efek Indonesia .
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Underpricing
Underpricing diproksi oleh initial
return. Initial return diukur dengan
menghitung selisih harga penutupan
hari pertama dipasar sekunder
dengan harga penawaran dipasar
perdana, kemudian dibagi dengan
harga penawaran dipasar perdana.
�� � ��
� 100 %
UDP �
��
Reputasi Underwriter (UDW)
Underwriter yang bereputasi tinggi
diklasifikasikan dalam peringkat
sepuluh besar
berdasarkan pada
nilai perdagangan penjamin emisi.
Reputasi
underwriter
diukur
dengan
menggunakan
variable
dummy
yaitu
nilai
1 untuk
underwriter yang termasuk dalam
peringkat sepuluh besar dan nilai 0
untuk underwriter yangtidak
termasuk dalam peringkat sepuluh
besar.
Reputasi Auditor
Reputasi
auditor
merupakan
variabel
dummy
yang
diukur
berdasarkan
reputasi
kantor
akuntan publik yang mengaudit
perusahaan. Dalam penelitian ini
KAP yang berafiliasi dengan KAP big
four diberi angka 1, dan 0 untuk
KAP lainnya.
ISSN: 1410 -9875
Return on Assets (ROA)
ROA
dihitung
dengan
membandingkan
keuntungan
sesudah pajak dengan jumlah
aktiva.
������ ����� ���
��� �
� 100%
����� �����
Total Asset Turnover (TATO)
TATO
dihitung
dengan
membandingkan penjualan dengan
total aktiva.
�����
���� �
� 100%
����� ������
Current Ratio (CR)
CR
dihitung
dengan
membandingkan
aktiva
lancar
dengan hutang lancar.
������� �����
�� �
� 100 %
������� �����������
Debt Equity Ratio (DER)
DER
dihitung
dengan
membandingkan
total
hutang
dengan
total
ekuitas
(modal
sendiri).
����� ���� ���� � ���� ���� ����
��� �
����� ������������’ ������
� 100%
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional diukur
dengan membandingkan jumlah
saham
yang
dimiliki
institusi
terhadap total kepemilikan saham
beredar.
INST �
������ ����� ���� �������� ���������
Total kepemilikan saham beredar
� 100 %
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah ada
tidaknya komisaris dan direksi yang
memiliki saham pada perusahaan
dimana mereka menjabat sebagai
komisaris dan direksi. kepemilikan
manajerial
merupakan
variabel
dummy, angka 0 jika tidak terdapat
kepemilikan manajerial, dan angka
1
jika
terdapat
kepemilikan
manajerial.
Aan Marlinah dan Muntaha
Dewan Komisaris
Dewan
komisaris
diukur
berdasarkan komisaris independen
yang ada dalam suatu perusahaan.
Dewan
komisaris
merupakan
variabel dummy, angka 1 bila
perusahaan
memiliki
komisaris
independen dan angka 0 bila
perusahaan
tidak
memiliki
komisaris independen.
HASIL PENELITIAN
Dari proses pengumpulan
data dengan teknik purposive
sampling, maka sampel yang layak
digunakan
(memenuhi
kriteria)
dalam penelitian ini ada 55
perusahaan.
Statistik
deskriptif
memberikan
gambaran
atau
deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum, dan minimum.
Hasil pengujian menunjukan asymp.
Sig sebesar 0,739, dimana nilainya
lebih besar dari 0,05 sehingga data
residual berdistribusi normal dan
baik digunakan
dalam
model
regresi. Hasil penelitian dari uji
Bruesch-Godfrey menunjukan nilai
sig sebesar 0,099, dimana nilai
tersebut lebih besar dari 0,05
berarti tidak terjadi autokorelasi
dalam penelitian ini. Variabel
reputasi
underwriter,
reputasi
auditor, return on assets, total
asset turnover, current ratio, debt
equity
ratio,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, dan dewan komisaris
mempunyai nilai tolerance diatas
0,1 dan VIF dibawah 10 sehingga
tidak terjadi multikolinearitas yang
artinya tidak ada hubungan antar
variabel independen, sehingga data
baik digunakan
dalam
model
regresi.
Variabel
reputasi
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
underwriter,
reputasi
auditor,
return on assets, total asset
turnover, current ratio, dan debt
equity
ratio,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, dan dewan komisaris
mempunyai nilai sig diatas 0,05
sehingga
tidak
terjadi
heteroskedastisitas, sehingga data
baik digunakan
dalam
model
regresi.
Nilai
R
sebesar
0,686,
dimana nilai R diatas 0,5 artinya
hubungan antara variabel dependen
yaitu underpricing dengan variabel
independen yaitu variabel reputasi
underwriter,
reputasi
auditor,
return on assets, total asset
turnover, current ratio,
debt
equity
ratio,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, dan dewan komisaris
adalah kuat. Nilai Adjusted R
Square sebesar 0,364. Hal ini
menjelaskan
bahwa
variabel
dependen yaitu underpricing dapat
dijelaskan oleh variabel independen
yaitu variabel reputasi underwriter,
reputasi auditor, return on assets,
total asset turnover, current ratio,
debt equity ratio, kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, dan dewan komisaris.
sebesar 36,4% dan sisanya sebesar
63,6% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang dianggap tetap dan tidak
dimasukan ke dalam model regresi.
Hasil uji F menunjukan tingkat
signifikansi
sebesar
0,00034192603818425393,
dimana
tingkat signifikan lebih kecil dari
0,05. Tingkat signifikan yang lebih
kecil dari 0,05
artinya
model
regresi penelitian ini layak untuk
digunakan dalam menguji data
karena menggambarkan model fit
dari persamaan regresi.
38
November 2012
Variabel
reputasi
underwriter
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,001, dimana
lebih kecil dari α = 0,05 yang
berarti hipotesis terdukung. Hal ini
menunjukan
bahwa
reputasi
underwriter berpengaruh signifikan
secara
individual
terhadap
underpricing.
Berpengaruhnya
reputasi
underwriter
terhadap
underpricing
dikarenakan
underwriter merupakan pihak yang
berperan dalam penentuan harga
saham bersama dengan pihak
perusahaan (emiten) yang akan
menjual saham dalam penawaran
umum perdana. Tinggi rendahnya
underpricing juga dipengaruhi oleh
harga saham yang disepakati oleh
underwriter dengan perusahaan,
underwriter yang memiliki reputasi
baik akan mampu meminimalisir
underpricing serendah
mungkin
agar tidak merugikan perusahaan.
Oleh
karena
itu,
reputasi
underwriter mempengaruhi harga
saham yang ditawarkan, yang pada
akhirnya harga tersebut akan
mempengaruhi underpricing yang
akan terjadi.
Variabel reputasi auditor
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,146, dimana lebih besar dari α =
0,05 yang berarti hipotesis tidak
terdukung. Hal ini menunjukan
bahwa
reputasi
auditor
tidak
berpengaruh
signifikan
secara
individual terhadap underpricing.
Tidak
berpengaruhnya
reputasi
auditor
terhadap
underpricing
dikarenakan kepercayaan publik
(dalam hal ini adalah investor) atas
objektifitas
dan
independensi
akuntan
publik,
bahkan
yang
memiliki reputasi tinggi (KAP big 4)
berkurang.
Variabel return on assets
(ROA) memiliki nilai signifikansi
ISSN: 1410 -9875
sebesar 0,150, dimana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti hipotesis
tidak
terdukung.
Hal
ini
menunjukan bahwa ROA tidak
berpengaruh
signifikan
secara
individual terhadap underpricing.
Tidak berpengaruh ROA terhadap
underpricing
karena
ketidakpercayaan investor atas laba
yang disajikan perusahaan (emiten)
dalam laporan keuangan.
Variabel total asset turnover
(TATO) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,224, dimana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti hipotesis
tidak
terdukung.
Hal
ini
menunjukan bahwa TATO tidak
berpengaruh
signifikan
secara
individual terhadap underpricing.
Tidak berpengaruh TATO terhadap
underpricing dikarenakan penjualan
yang
tinggi
belum
tentu
menunjukkan kinerja perusahaan
tersebut baik, sehingga investor
tidak
percaya
akan
laporan
keuangan
yang
disajikan
perusahaan (emiten).
Variabel current assets (CR)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,011, dimana lebih kecil dari α =
0,05
yang
berarti
hipotesis
terdukung. Hal ini
menunjukan
bahwa CR berpengaruh signifikan
secara
individual
terhadap
underpricing. Berpengaruhnya CR
terhadap underpricing dikarenakan
CR mewakili tingkat likuiditas suatu
perusahaan. semakin tinggi tingkat
likuiditas suatu perusahaan maka
akan semakin menarik minat para
investor untuk menanamkan dana
mereka pada perusahaan. Sehingga
tinggi
rendahnya
nilai
CR
perusahaan akan mempengaruhi
jumlah permintaan dan penawaran
saham pada saat penjualan saham
di
pasar
sekunder,
sehingga
akhirnya
akan
mempengaruhi
Aan Marlinah dan Muntaha
underpricing pada saat penawaran
perdana saham.
Variabel debt equity ratio
(DER) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,116, dimana lebih besar
dari α = 0,05 yang berarti hipotesis
tidak
terdukung.
Hal
ini
menunjukan bahwa DER tidak
berpengaruh
signifikan
secara
individual terhadap underpricing.
Tidak
berpengaruhnya
DER
terhadap underpricing karena tinggi
rendahnya
leverage
perusahaan
bukan
semata-mata disebabkan
oleh kinerja manajemen tetapi juga
sangat dipengaruhi faktor lain di
luar perusahaan, sehingga nilai DER
kurang diperhatikan investor dalam
mengambil keputusan investasi di
pasar modal.
Variabel
kepemilikan
institusional
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,147, dimana
lebih besar dari α = 0,05 yang
berarti hipotesis tidak terdukung.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
kepemilikan
institusional
tidak
berpengaruh
signifikan
secara
individual terhadap underpricing.
Tidak berpengaruhnya kepemilikan
institusional terhadap underpricing
dikarenakan
kepemilikan
institusional dinilai oleh pasar
bahwa investasi oleh institusional
tersebut berfokus jangka pendek.
Variabel
kepemilikan
manajerial
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,872, dimana
lebih besar dari α = 0,05 yang
berarti hipotesis tidak terdukung.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
signifikan
secara
individual terhadap underpricing.
Tidak berpengaruhnya kepemilikan
manajerial karena sistem corporate
governance yang belum diterapkan
dengan baik oleh perusahaan,
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
dimana banyak perusahaan yang
tidak
terdapat
kepemilikan
manajerial.
Variabel dewan komisaris
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,087, dimana lebih besar dari α =
0,05 yang berarti hipotesis tidak
terdukung. Hal ini
menunjukan
bahwa dewan komisaris tidak
berpengaruh
signifikan
secara
individual terhadap underpricing.
Tidak
berpengaruhnya
dewan
komisaris karena sistem corporate
governance yang belum diterapkan
dengan
baik
oleh
perusahaan
sehingga belum banyak dewan
komisaris yang memiliki anggota
independen
dalam
suatu
perusahaan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan maka dapat diambil
November 2012
kesimpulan bahwa variabel reputasi
underwriter dan current ratio
berpengaruh
terhadap
underpricing. Akan tetapi, variabel
reputasi auditor, return on asset ,
total asset turnover, debt equity
ratio,
kepemilikan
instutional,
kepemilikan manajerial, dan dewan
komisaris
tidak
berpengaruh
terhadap underpricing.
Keterbatasan dalam penelitian
ini adalah periode yang digunakan
dalam penelitian ini relatif singkat
yaitu dari tahun 2006 sampai
dengan 2012, dan variabel yang
digunakan dalam penelitian
ini
masih terbatas.
Berdasarkan
keterbatasan
penelitian,
maka
saran
bagi
penelitian selanjutnya
periode
untuk
penelitian
diharapkan
diperpanjang, dan menambahkan
variable lain yang mempengaruhi
underpricing
sehingga
hasil
penelitian menjadi lebih baik lagi.
REFERENSI
Amin, Aminul. 2007. Pendeteksian Earnings Management, Underpricing dan
Pengukuran Kinerja Perusahaan yang Melakukan Kebijakan Initial
Public Offering (IPO) di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X :
1-30.
Darmadji, Triptono dan Fakhruddin, Hendy M. 2006. Pasar Modal Indonesia.
Jakarta : Salemba Empat.
Effendi, Muh Arief.2009.The Power of Good Corporate Governance : Teori dan
Implementasi. Jakarta : Salemba Empat.
Ghozali, Imam.2011.”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19”.Semarang: Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of managerial
finance: brief. Addison Wesley.
Indah, Rani. 2006. Analisis Pengaruh Informasi Keuangan dan Non Keuangan
terhadap Initial Return dan Return 7 Hari setelah IPO di Bursa Efek
Jakarta (tesis). Semarang : Universitas Diponegoro.
Indra, Andre Nata. 2012. Fenomena Manajemen Laba dan Underpricing pada
Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi 1.4: 81-21.
40
ISSN: 1410 -9875
Aan Marlinah dan Muntaha
Kurniasih, Lulus dan Arif Lukman Santoso. 2008. Bukti Empiris Fenomena
Underpricing dan Pengaruh Mekanisme Corporate Governance. Jurnal
Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol.8. No.1, hlm. 1-15.
Kurniawan, Benny. 2006. Analisis Pengaruh Variabel Keuangan dan Non
Keuangan
Terhadap Initial Return dan Return 7 Hari Setelah Initial
Public
Offering (IPO)
(Studi Empiris: Di Perusahaan Non Keuangan
yang Listing di BEJ Periode 20022006). Diss. program Pasca sarjana.
Diponegoro Journal of Accounting.
Kusuma, Hadri dan Susanto, Erlan. 2004. Efektifitas Mekanisme Bonding: Kasus
Perusahaan-Perusahaan yang di Kontrol Komisaris Independen. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol.8, No.1.
Martani, Dwi, Ika Leony Sinaga, dan Akhmad Syahroza. 2012. Analysis on
Factors Affecting IPO Underpricing and their Effects on Earnings
Persistence. Analysis 2.2, hlm: 1-15.
Muntahanah. Siti. 2012. Manajemen Konflik Agency Kaitannya dengan Nilai
Perusahaan. Seminar Nasional dan Call for Papers. Fakultas Ekonomi
Unisbank.
Rahmida, Amanda Ratna. 2012. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris,
Keberadaan Komite Audit, Kualitas Auditor Eksternal, dan Monitoring
Bank Terhadap Tingkat Underpricing Saat Initial Public Offering.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sari, Ardhini Yuma dan Erman, Arfianto Denny. 2011. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana
(Studi Kasus Pada Perusahaan Non Keuangan yang Go Publik di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2006-2010). Diss. Universitas Diponegoro.
Diponegoro Journal of Accounting.
Sari, Ririk Yunita Hendry Kusworo. 2012. Ownership Retention, Komisaris
Independen, Proprietary Cost, dan Pengukapan Intellectual Capital
dalam
Prospektus IPO. Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi,
Vol.9, No.1.
Septi, Bernadeta dan Wardoyo, Paulus. 2010. Analisis Underpricing di Pasar
Sekunder Bursa Efek Indonesia. Solusi, Vol.9, No.3, hal: 45-63.
Semarang :Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.
Setyapurnama, Yudi Santara dan AM, Norpratiwi Vianey. 2006. Pengaruh
Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi.
Jurnal
Akuntansi dan Bisnis 7.2: 107-108.
Susilowati, Denok. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intial
Return. Diss. UNIKA Soegijapranta.
Triani, Apriliani.Nikmah. 2006. Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi Auditor,
Persentase Penjamin Emisi, Ukuran Perusahaan dan Fenomena
Underpricing: studi empiris pada Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi 9: 1-27.
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor
8.
1995.
Pasar
Modal.(http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/uupm/
UU%20No%20820Tahun%201995%20tentang%20Pasar%20Modal.pdf)
Wahyudi, Untung, dan Hartini P. Pawestri. 2006. Implikasi struktur
kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan keuangan
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
sebagai variabel intervening. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX
Padang.
Wulandari, Ndaruningpuri. 2006. Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate
Governance Terhadap kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Fokus
Ekonomi, Vol 1, No.2, hlm: 120-136.
Yolana, Chastina dan Martani, Dwi. 2005. Variabel-Variabel
yang
Mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Penawaran Saham
Perdana di BEJ Tahun 1994-2001, Simposium Nasional Akuntansi VIII,
IAI, September.
42
ISSN: 1410 -9875
Aan Marlinah dan Muntaha
Gambar 1 Model Penelitian
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian
No
Kriteria
Jumlah
perusahaan
1
Perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO)
pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2010
137
2
Perusahaan yang merupakan bank dan lembaga keuangan
(15)
3
Perusahaan yang tidak mengalami underpricing
(30)
4
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam
laporan keuangannya
(5)
5
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir pada
tanggal 31 Desember
(13)
6
Perusahaan yang tidak mendapatkan laba
(6)
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
No
November 2012
Kriteria
Jumlah
perusahaan
7
Perusahaan yang tidak ada kepemilikan institusionalnya
selama periode pengamatan
(8)
8
Perusahaan yang prospektusnya tidak ada di Bursa Efek
Indonesia
(5)
Jumlah Perusahaan yang dijadikan sampel
55
Tabel 2 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif I
Variabel
UDP
ROA
TATO
CR
DER
N
55
55
55
55
55
55
Minimum
0,0132
2,1330E-4 *
0,0012
0,1502
-48,3043
KPMLKINS
0,7249
Sumber: pengolahan data SPSS 16.
Maximum
0,7000
0,5057
2,8735
5,8309
28,8048
1,0000
Mean
0,330264
0,064951
0,732020
1,406550
1,752405
0,966943
Std. Deviation
0,2518923
0,0908477
0,7132941
1,0413386
7,9593401
0,0692006
Tabel 3 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif II
Variabel
Kategori
0
38
39
35
46
Sumber: pengolahan data SPSS 16.
UDWR
AUD
MNJR
KOMSIND
Total
1
17
16
20
9
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas
Asymp. Sig
0,739
Sumber: pengolahan data SPSS
16.
Tabel 5 Hasil Uji Autokorelasi
Variabel
Sig
LAG_RES
0,099
Sumber: pengolahan data SPSS 16.
44
55
55
55
55
ISSN: 1410 -9875
Aan Marlinah dan Muntaha
Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
UDWR
AUD
ROA
TATO
CR
DER
KPMLKINS
MNJR
KOMIND
Tolerance
0,838
0,846
0,619
0,660
0,917
0,619
0,579
0,529
0,926
Sumber: pengolahan data SPSS 16.
VIF
1,194
1,182
1,615
1,516
1,090
1,615
1,727
1,892
1,079
Hasil Uji
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tabel 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel
UDWR
AUD
ROA
TATO
CR
DER
KPMLKINS
MNJR
KOMSIND
Sig
0,240
0,870
0,677
0,619
0,692
0,313
0,374
0,078
0,571
Sumber: pengolahan data SPSS 16.
Kesimpulan
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tabel 8 Hasil Uji R
Model
R
1
0,686
Sumber: pengolahan data SPSS
Sumber: pengolahan data SPSS
16.
16.
Tabel 9 Hasil Uji Adjusted R Square
Model
Adjusted R Square
1
0,364
Sumber: pengolahan data SPSS 16.
Tabel 10 Hasil Uji F (Anova)
Model
Sum of
Squares
Regression
1,610
Residual
1,816
Total
3,426
Sumber: pengolahan data SPSS 16.
Df
9
45
54
Mean
Square
0,179
0,040
F
Sig
4,434
0,000
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Tabel 11 Hasil Uji t
Variabel
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
1,076
0,519
UDWR
-0,224
0,064
-0,414
AUD
-0,096
0,065
-0,174
ROA
-0,560
0,382
-0,202
TATO
0,058
0,047
0,165
CR
0,073
0,027
0,301
DER
0,006
0,004
0,180
KOMSIND
-0,133
0,076
-0,197
MNJR
-0,013
0,077
-0,024
KPMLKINS
-0,766
0,519
-0,210
Sumber: pengolahan data SPSS 16.
46
November 2012
t
2,072
-3,491
-1,479
-1,463
1,234
2,652
1,601
-1,749
-0,161
-1,476
Sig.
0,044
0,001
0,146
0,150
0,224
0,011
0,116
0,087
0,872
0,147
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 37-46
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISIS PELAKSANAAN PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN
DAN PENCATATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
IMAN AKHMADI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: This research purposes is to determine the suitability of the
calculation, depositing and reporting of Value Added Tax with the provision
of Law No. 42 Year 2009. The second is to determine suitability in
implementation of Value Added Tax with the applicable tax accounting
system, and the third is to know how the implementation of the calculation,
depositing, reporting and recording of Value Added Tax conducted by PT XYZ.
The data of this research consisted of Sales Tax Invoice, Purchase Tax Invoice,
Tax Payment Slip and Tax Reporting Slip for the period of January to
December 2011. This research discusses about the procedures for calculation,
depositing, reporting and recording of Value Added Tax. The research
technique used by analyzing each transaction, analyze journal, depositing,
reporting and calculation. The results of the research as follows: first, the
calculation of Value Added Tax are in accordance with applicable law.
Second, deposit and reporting is done every month. Third, Value Added Tax
transaction records at the time of sale or purchase of compliance.
Keywords: Calculation, Depositing, Reporting and Recording.
PENDAHULUAN
Pajak
dipungut
oleh
pemerintah berdasarkan normanorma hukum guna menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa
kolektif
untuk
mencapai
kesejahteraan umum. Pajak yang
dipungut antara lain seperti Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penghasilan (PPh), serta Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB). Setiap orang
pribadi atau badan yang sudah
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)
diwajibkan
untuk
melaksanakan
kewajiban
perpajakannya.
Saat ini sistem pemungutan
pajak yang berlaku di Indonesia
Indonesia merupakan suatu
negara yang sedang berkembang,
sehingga pembangunan akan terus
berlangsung dan berkesinambungan
yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan secara menyeluruh.
Dalam
proses
pembangunan,
Indonesia membutuhkan dana yang
sangat besar. Untuk mendapatkan
dana yang besar itu diperlukanlah
pajak yang merupakan sumber
pendapatan utama dalam negeri,
disamping sumber penerimaan dari
minyak bumi dan gas alam.
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
adalah Self Assesment System,
dimana dalam sistem pemungutan
ini wajib pajak diberikan wewenang
untuk menghitung sendiri besarnya
pajak yang terhutang sesuai dengan
Undang–Undang Perpajakan yang
berlaku. Wajib Pajak bersifat aktif
mulai dari menghitung, menyetor,
dan melaporkan sendiri pajak yang
terhutang, fiskus tidak ikut campur
tangan
akan
tetapi
hanya
mengawasi. Hal ini menunjukkan
bahwa Wajib Pajak bertanggung
jawab
penuh
atas
kewajiban
pajaknya.
Dalam era modern sekarang
ini perusahaan dituntut untuk
meningkatkan
efisiensi
dan
efektivitas kegiatan operasionalnya
agar
produk
yang
dihasilkan
dan/atau dijual dapat bersaing
dipasar. Salah satunya dengan
melakukan
pembukuan
secara
tertib dan perhitungan pajak yang
benar dan tepat sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku.
Setiap
perusahaan
diharuskan memenuhi kewajiban
perpajakannya,
dimana
salah
satunya adalah Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), yang merupakan Pajak
Tidak
Langsung,
sebab
pemungutannya dilakukan secara
tidak langsung kepada penanggung
pajak,
melainkan
melalui
sumbernya, atau melalui
pihak
ketiga yaitu yang menyerahkan
Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa
Kena Pajak (JKP).
Dalam perhitungan PPN yang
harus dilaporkan oleh PKP dikenal
istilah Pajak Keluaran dan Pajak
Masukan. Pajak Keluaran
adalah
PPN yang dipungut ketika PKP
menjual produknya,
sedangkan
Pajak Masukan adalah PPN yang
dibayar ketika PKP membeli atau
memperoleh suatu barang atau
38
November 2012
produk. Sistem perpajakan di
Indonesia menganut sistem tarif
tunggal untuk PPN, yaitu sebesar
10%. Dasar hukum utama yang
digunakan untuk penerapan PPN di
Indonesia adalah Undang-Undang
No. 8 Tahun 1983 berikut revisinya,
yaitu UU No. 11 Tahun 1994
sebagaimana diubah dengan UU No.
18 Tahun 2000 dan terakhir diubah
dengan UU No. 42 Tahun 2009.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang
dilaporkan
akan
berpengaruh
terhadap laporan keuangan yang
akan disajikan oleh perusahaan.
Dimana laporan
keuangan ini
digunakan
untuk
menyediakan
informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Pembukuan
atau pencatatan tersebut harus
diselenggarakan
dengan
memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan
keadaan
atau
kegiatan usaha yang sebenarnya.
Pembukuan
sekurang-kurangnya
terdiri dari catatan
mengenai
harta,
kewajiban,
modal,
penghasilan
dan
biaya,
serta
penjualan dan pembelian, sehingga
dapat dihitung besarnya pajak yang
terhutang.
Dengan
penjelasan–
penjelasan diatas serta menyadari
pentingnya
penerapan
Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dalam
suatu perusahaan, maka diperlukan
pemahaman yang baik mengenai
mekanisme
pelaksanaan
Pajak
Pertambahan
Nilai.
Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan adalah
untuk
mengetahui
pelaksanaan
perhitungan,
penyetoran,
pelaporan dan pencatatan Pajak
Pertambahan Nilai yang dilakukan
ISSN: 1410 -9875
Iman Akhmadi
oleh PT. XYZ, untuk mengetahui
kesesuaian
perhitungan,
penyetoran dan pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai yang dilakukan
oleh PT. XYZ dengan ketentuan UU
No. 42 Tahun 2009 dan untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan
pencatatan
Pajak
Pertambahan
Nilai yang dilakukan oleh PT. XYZ
dengan sistem akuntansi pajak yang
berlaku.
ekspor
atau
dikonsumi
diluar
Daerah Pabean, dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai dengan tarif 0%
(nol persen). Penggunaan tarif 0%
(nol
persen)
bukan
berarti
pembebasan dari pengenaan PPN,
tetapi Pajak Masukan yang dibayar
dari barang yang di ekspor dapat
dikreditkan.
KERANGKA TEORITIS
Berdasarkan
karakteristik
masalah dalam penelitian ini, maka
penelitian ini menggunakan metode
Descriptive
Analysis,
metode
Descriptive Analysis adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang
telah
terkumpul
sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan mengambil data-data dari
perusahaan, yaitu PT. XYZ yang
mana
perusahaan
ini
adalah
perusahaan yang bergerak dibidang
perdagangan yang
menyediakan
berbagai macam produk untuk
kebutuhan aktivitas marketing dan
promosi,
mulai
dari
barang
elektronik, home
appliances,
mobile phone, computer, educative
toys and games, dan berbagai
gimmics promotion lainnya. Kantor
tempat melangsungkan kegiatan
operasionalnya
berlokasi
di
Komplek Grogol Permai , Blok C No.
15 JL. DR. Latumenten, Jakarta
11460.
PT.
XYZ
merupakan
perusahaan yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak,
sehingga PT. XYZ wajib melakukan
pemungutan PPN. Adapun data
yang dibutuhkan dalam penelitian
Dasar
hukum
Pajak
Pertambahan Nilai diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1983 sebagaimana telah diubah
menjadi Undang-Undang Nomor 18
Tahun
2000
dan
kemudian
mengalami perubahan lagi menjadi
Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009 tentang Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM).
Menurut UU No. 42 Tahun
2009, Pajak
Pertambahan
Nilai
(PPN) adalah Pajak atas konsumsi
barang dan jasa di Daerah Pabean
yang dikenakan secara bertingkat di
setiap jalur produksi dan distribusi.
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor. 42 Tahun 2009 tarif Pajak
Pertambahan Nilai dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
adalah 10% (sepuluh persen)
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
sebesar
0%
(nol
persen)
diterapkan atas :
a. Ekspor Barang Kena Pajak
Berwujud
b. Ekspor Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan
c. Ekspor Jasa Kena Pajak.
Pajak
Pertambahan
Nilai
adalah pajak yang di kenakan atas
konsumsi Barang Kena Pajak yang di
METODE PENELITIAN
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
ini adalah sebagai berikut : Faktur
Pajak, Faktur Penjualan, SPT Masa
PPN, Buku jurnal perusahaan, SSP
dan Bukti Lapor.
Teknik yang digunakan untuk
mendapatkan data yang
relevan
dari penelitian ini adalah :
1. Riset Kepustakaan
Riset ini dilakukan dengan
penelitian kepustakaan, yaitu
dengan cara membaca dan
mempelajari buku-buku dan
sumber-sumber
lain
yang
berhubungan dengan masalah
yang dibahas, dengan tujuan
untuk memperoleh data dan
informasi yang ilmiah dan
teoritis dalam kaitannya dengan
Pajak Pertambahan Nilai.
2. Riset Lapangan
Dalam
Riset
lapangan
ini
dilakukan
dengan
menijau
langsung keperusahaan yang
bersangkutan untuk mengetahui
masalah-masalah
yang
ada
didalam perusahaan tersebut
serta mendapatkan data dan
informasi lain yang sifatnya
nyata.
HASIL PENELITIAN
PT.
XYZ
merupakan
perusahaan yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha
Kena
Pajak
(PKP)
yang
diharuskan
untuk
melakukan kewajiban pajaknya,
salah satu kewajiban pajak yang
harus dilaporkan oleh perusahaan
yaitu Pajak Pertambahan Nilai. Atas
penyerahan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak yang dilakukan
oleh perusahaan harus dipungut
pajak.
Mekanisme
pemungutan,
penyetoran dan pelaporan PPN
dilakukan oleh PT. XYZ selaku
pedagang/produsen.
40
November 2012
Dalam
membukukan
transaksi – transaksi ekonominya,
guna untuk mengetahui besarnya
Pajak Pertambahan Nilai yang akan
diperhitungkan dalam satu periode
akuntansi,
perusahaan
menggunakan tahun kalender yaitu
mulai 1 Januari hingga
31
Desember. Data yang diambil pada
penelitian ini yaitu data selama
tahun 2011.
Undang-undang
Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) yang berlaku saat ini yaitu
Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009 yang merupakan perubahan
ketiga atas Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1983.
Berdasarkan ketentuan Pasal
3 ayat (1) yang berbunyi bahwa
pengusaha
yang
melakukan
penyerahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a,
huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf
h kecuali pengusaha kecil yang
batasannya
ditetapkan
oleh
menteri
keuangan,
wajib
melaporkan
usahanya
untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak
dan
wajib
memungut,
menyetor dan melaporkan Pajak
Pertambahan
Nilai dan
Pajak
penjualan atas Barang Mewah yang
terutang.
Didalam melakukan kegiatan
usahanya
PT.
XYZ
sebagai
Pengusaha Kena pajak (PKP) wajib
membuat Faktur Pajak Standard
atau Faktur Pajak Sederhana untuk
setiap penyerahan Barang Kena
Pajak, penyerahan Jasa
Kena
Pajak, ekspor Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan ekspor Jasa
Kena Pajak. Faktur Pajak yang
dimaksud pada saat
penyerahan
BKP atau JKP, saat penerimaan
pembayaran dalam hal penerimaan
ISSN: 1410 -9875
pembayaran
terjadi
sebelum
penyerahan BKP atau JKP, atau
saat penerimaan
pembayaran
termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan.
Dalam Faktur Pajak harus
dicantumkan
keterangan
penyerahan BKP atau JKP yang
paling
sedikit
memuat
nama,
alamat, NPWP yang menyerahkan
atau menerima BKP atau JKP, jenis
barang atau jasa, jumlah harga
jual, potongan harga, PPN yang
dipungut, kode, nomor seri, dan
tanggal pembuatan faktur pajak
serta nama dan tanda tangan yag
berhak
menandatangani
Faktur
Pajak.
Pada setiap akhir masa
pajak,
PT.
XYZ
harus
memperhitungkan
pengkreditan
Pajak
Masukan
yaitu
dengan
mengurangi Pajak Keluaran dengan
Pajak Masukan. Pajak Keluaran
terjadi karena PT. XYZ melakukan
transaksi penjualan
sedangkan
Pajak Masukan terjadi karena
perusahaan melakukan transaksi
Iman Akhmadi
pembelian. Jika hasil pengurangan
tersebut negatif atau dalam hal ini
Pajak Keluaran lebih kecil dari pada
Pajak Masukan maka terjadi lebih
bayar
dimana
kelebihan
pembayaran
ini
dapat
dikompensasikan untuk perhitungan
pajak bulan berikutnya atau dapat
dilakukan restitusi. tetapi apabila
dalam suatu masa pajak, Pajak
Keluaran lebih besar dari
pada
Pajak
Masukan,
selisihnya
merupakan
Pajak
Pertambahan
Nilai yang harus disetor oleh PT.
XYZ dengan menyertakan lampiran
Surat
Setoran
Pajak
(SSP).
Penyetoran
Pajak
Pertambahan
Nilai oleh PKP harus dilakukan
paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak dan
sebelum Surat Pemberitahuan Masa
Pajak
Pertambahan
Nilai
disampaikan.
Berikut ini adalah tabel
tanggal penyetoran dan pelaporan
Pajak Pertambahan Nilai yang
dilakukan oleh PT. XYZ
Tabel 1
Tabel penyetoran dan pelaporan PPN terutang
PT. XYZ
Bulan
Tanggal Penyetoran
Tanggal Pelaporan
Januari
25 januari 2011
28 Feb 2011
Februari
26 Maret 2011
28 Maret 2011
Maret
26 April 2011
30 April 2011
April
29 Mei 2011
29 Mei 2011
Mei
26 Juni 2011
28 Juni 2011
Juni
26 Juli 2011
29 Juli 2011
Juli
27 Agustus 2011
30 Agustus 2011
Agustus
26 September 2011
30 September 2011
September
29 Oktober 2011
30 Oktober 2011
Oktober
27 November 2011
29 November 2011
November
24 Desember 2011
30 Desember 2011
Desember
28 Januari 2012
30 Januari 2012
Sumber : PT. XYZ
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Berikut ini adalah beberapa
jurnal akuntansi yang diambil
berdasarkan Buku untuk mencatat
transaksi yang terjadi pada PT. XYZ
masa Januari
hingga
Desember
2011.
Pencatatan
transaksi
penjualan dan pembelian yang
terjadi selama tahun 2011:
Januari 2011
1. Penjualan
Pada Bulan Januari 2011 terjadi
Penjualan BKP secara kredit
kepada
PT.
A
sebesar
Rp.345.455, PT. AA Sebesar Rp.
2.888.000 dan PT. AAA sebesar
Rp. 3.706.585.
Piutang Dagang Rp. 7.634.044
Penjualan
Rp. 6.940.040
PPN Keluaran
Rp. 694.004
2. Pembelian
Pada Bulan Januari 2011 terjadi
Pembelian bahan baku secara
kredit kepda PT. M sebesar Rp.
26.500.000, PT. MM sebesar Rp.
660.000 dan PT. MMM sebesar
180.000.
Pembelian
Rp. 27.340.000
November 2012
PPN Masukan
Hutang Dagang
Rp . 2.734.000
Rp. 30.074.000
Rincian perhitungan Pajak
Pertambahan Nilai pada PT. XYZ
yang harus dibayar selama masa
Januari hingga Desember 2011
adalah sebagai berikut:
1. Januari 2011
Selama Bulan Januari 2011
tercatat PPN keluaran sebesar
Rp.
239.819.838
dan
PPN
Masukan
sebesar
Rp.
199.160.565,
maka
perhitungannya sebagai berikut:
PPN Keluaran Rp. 239.819.838
PPN Masukan Rp. 199.160.565Kurang Bayar Rp. 40.659.273
Jurnalpengakuan
PPN
terutang/PPN
Kurang
Bayar
bulan januari 2011.
Pajak Keluaran
Rp. 239.819.838
Pajak Masukan
Rp. 199.160.565
PPN Kurang Bayar
Rp.
40.659.273
Berikut ini adalah tabel selisih PPN Keluaran dan PPN Masukan yang
terjadi selama tahun 2011:
Tabel 2
Tabel selisih PPN Keluaran dan PPN Masukan
PT. XYZ
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Sumber: PT. XYZ
42
PPN Keluaran
Rp. 239.819.838
Rp. 737.272.684
Rp. 335.365.071
Rp. 436.020.114
Rp. 144.773.948
Rp. 238.800.787
Rp. 243.909.445
Rp. 161.323.728
Rp. 250.141.389
Rp. 275.581.456
Rp. 168.460.408
Rp. 166.683.821
PPN Masukan
Rp. 199.160.565
Rp. 321.127.074
Rp. 235.443.957
Rp. 142.222.443
Rp. 86.829.294
Rp. 115.454.039
Rp. 175.671.701
Rp. 111.758.594
Rp. 205.311.065
Rp. 234.880.575
Rp. 95.117.286
Rp. 101.900.265
PPN Kurang/Lebih Bayar
Rp. 40.659.273
Rp. 416.145.610
Rp. 99.921.114
Rp. 293.797.671
Rp. 57.944.654
Rp. 123.346.748
Rp. 68.237.744
Rp. 49.565.134
Rp. 44.830.324
Rp. 40.700.881
Rp. 73.343.122
Rp. 64.783.556
ISSN: 1410 -9875
Iman Akhmadi
Jurnal pada saat pembayaran Hutang PPN selama masa Januari hingga
Desember Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Jurnal Transaksi Berdasarkan Buku untuk Pembayaran Hutang PPN PT. XYZ
Tahun 2011
Tanggal
Jurnal
Debit
Kredit
Januari 2011
Hutang PPN
Rp. 40.659.273
Kas/Bank
Rp. 40.659.273
Februari 2011
Hutang PPN
Rp. 416.145.610
Kas/Bank
Rp. 416.145.610
Maret 2011
Hutang PPN
Rp. 99.921.114
Kas/Bank
Rp. 99.921.114
April 2011
Hutang PPN
Rp. 293.797.671
Kas/Bank
Rp. 293.797.671
Mei 2011
Hutang PPN
Rp. 57.944.654
Kas/Bank
Rp. 57.944.654
Juni 2011
Hutang PPN
Rp. 123.346.748
Kas/Bank
Rp. 123.346.748
Juli 2011
Hutang PPN
Rp. 68.237.744
Rp. 68.237.744
Kas/Bank
Agustus 2011
Hutang PPN
Rp. 49.565.134
Kas/Bank
Rp. 49.565.134
September 2011
Hutang PPN
Rp. 44.830.324
Kas/Bank
Rp. 44.830.324
Oktober 2011
Hutang PPN
Rp. 40.700.881
Kas/Bank
Rp. 40.700.881
November 2011
Hutang PPN
Rp. 73.343.122
Kas/Bank
Rp. 73.343.122
Desember 2011
Hutang PPN
Rp. 64.783.556
Kas/Bank
Rp. 64. 783.556
Sumber : PT. XYZ
Hasil Analisis Data :
Penerapan Pajak Pertambahan Nilai
yang dilakukan oleh PT. XYZ dalam
hal pemungutan telah sesuai
dengan dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini. Pemungutan
didasarkan dari transaksi penjualan
atau penyerahan BKP. Dan dalam
hal penyetoran dan pelaporan yang
dilakukan PT. XYZ telah tepat
waktu.
Semua
aktivitas
yang
dilakukan oleh PT. XYZ, yaitu
penjualan dan pembelian Barang
Kena Pajak, maka dalam hal
tersebut perusahaan akan membuat
pembukuan
dan
pencatatan
akuntansi
yang
berhubungan
dengan transaksi tersebut. Prosedur
pencatatan
akuntansi
Pajak
Pertambahan Nilai yang tepat dan
sesuai telah diterapkan PT. XYZ,
sebab
pencatatan
akuntansi
digunakan sebagai dasar pembuatan
laporan keuangan. Dimana laporan
keuangan tersebut berguna untuk
pengambilan keputusan ekonomi.
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Tarif yang digunakan oleh
PT. XYZ untuk menghitung Pajak
Pertambahan Nilai telah sesuai
dengan
ketentuan
perundangundangan yang berlaku yaitu 10%.
Perhitungan antara Pajak Keluaran
dan Pajak Masukan yang telah
dilakukan
oleh
PT.
XYZ
menghasilkan PPN Kurang Bayar
selama periode 2011 dikarenakan
Pajak Keluaran lebih besar dari
pada Pajak Masukan.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil
analisa
data dan pembahasan yang telah
dilakukan di PT. XYZ dalam
melakukan
Perhitungan,
Penyetoran,
Pelaporan
dan
Pencatatan
Pajak
Pertambahan
Nilai pada PT. XYZ, maka penulis
dapat menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. PT. XYZ
telah melaksanakan
Perhitungan,
Penyetoran,
Pelaporan Pajak Pertambahan
Nilai sesuai dengan UndangUndang No. 42 Tahun 2009.
a. Berdasarkan
pembahasan
yang dilakukan pada Bab IV,
PT. XYZ telah melakukan
perhitungan
PPN
dengan
Jumlah
DPP
dari
Pajak
Keluaran dan DPP Pajak
masukan
yang
kemudian
mengalikannya dengan tarif
PPN sebesar
10% untuk
mendapatkan nilai
PPN
kurang atau (lebih) bayar,
dimana
perhitungan
yang
dilakukan oleh PT. XYZ telah
sesuai dengan Undang-Undang
No. 42 Tahun 2009 Pasal 7
ayat (1).
b. Penyetoran PPN Masa setiap
bulannya dilakukan PT. XYZ
44
November 2012
melalui Bank Jasa Jakarta,
dimana penyetoran PPN yang
dilakukan oleh PT. XYZ telah
sesuai dengan Undang-Undang
No. 42 Tahun 2009 Pasal 15A
ayat (1).
c. Pelaporan
PPN
Masa
dilaporkan ke KPP Pratama
Jakarta Grogol Petamburan
setiap
bulannya,
dimana
pelaporan PPN yang dilakukan
oleh PT. XYZ telah sesuai
dengan Undang-Undang No.
42 Tahun 2009 Pasal 15A ayat
(1).
Dalam
penelitian
yang
dilakukan oleh penulis, masih
terdapat
keterbatasan
dalam
pemenuhan data maupun informasi
tentang
analisis
terhadap
pelaksanaan
perhitungan,
penyetoran,
pelaporan
dan
pencatatan pajak
pertambahan
nilai
pada
PT.
XYZ.
Untuk
menganalisis
pelaksanaan
perhitungan,
penyetoran,
pelaporan dan pencatatan penulis
hanya bisa mendapatkan sebagian
dari data yang diminta oleh penulis
kepada
perusahaan.
Dalam
melakukan
pencatatan
jurnal
transaksi penulis hanya berdasarkan
buku
tidak
berdasarkan
bukti
transaksi jurnal dari perusahaan,
dikarenakan
perusahaan
tidak
dapat memberikan jurnal asli dari
transaksi
yang
terjadi
di
perusahaan. Sehingga hasil dari
penelitian tersebut belum bisa
sempurna.
Berdasarkan penelitian terhadap
praktek
pelaksanaan
Pajak
Pertambahan
Nilai,
penulis
mencoba memberikan saran-saran
yang bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya yaitu sebagai berikut:
Diharapkan
untuk
penulis
selanjutnya dapat lebih banyak lagi
ISSN: 1410 -9875
memperoleh data-data dari Objek
Penelitian yang dibutuhkan dalam
proses penyusunan tugas akhir, agar
penulisan tugas akhir selanjutnya
dapat menjadi lebih lengkap dan
baik, adanya peran serta dari
semua pihak baik itu
dari
pendidikan maupun para staf ahli
agar selalu dapat memberikan
informasi-informasi
yang
akurat
mengenai
perpajakan
dan
Iman Akhmadi
perubahannya yang terjadi agar
dapat menjadi bahan masukan bagi
penulis selanjutnya dan penulis
juga mengharapkan agar dalam
penelitian selanjutnya, dapat lebih
mendalam dan bisa lebih baik
dalam
menemukan
masalahmasalah yang kompleks dalam
penerapan
akuntansi
Pajak
Pertambahan Nilai dan pengaruhnya
dalam Laporan Keuangan.
REFERENSI
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2009. Akuntansi Perpajakan.
Jakarta: Salemba empat.
Agus, Y dkk. 2011. Himpunan Undang-Undang Perpajakan Indonesia. Jakarta:
LPAM Trisakti School Of Management.
Harnanto. 2003. Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM.
Ilyas, Wirawan B dan Rudy Suhartono. 2007. Pajak Pertambahan Nilai dan
Penjualan Barang Mewah. Jakarta : Falkultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Priantara, Diaz. 2012. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Resmi, Siti. 2012. Perpajakan Teori dan kasus. Jakarta : Salemba Empat.
Sudaryono. 2014. Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Jakarta : Lentera Ilmu
Cendekia.
Sukardji, Untung. 1999. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
.
2005. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta : PT. Raja
Grafindo.
Undang – Undang RI Nomor 42. 2010. PPN dan PPnBM. Jakarta : CV. Tamita
Utama.
Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
46
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 47-64
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PUBLIK
DIAN PRIMARTANTO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstrak: The purpose of this research is to provide empirically the influence
of institutional ownership, managerial ownership, audit committee, auditor’s
independency, independent commissioner, leverage, auditor’s reputation,
profitability, company’s size, and size of the board of directors toward
earnings management. This research used 45 public manufacturing companies
in Indonesia Stock Exchange, selected using purposive sampling method
during the research period 2008 until 2010. This research using multiple
regression analysis. The result of the research showed that auditor’s
reputation, leverage, and profitability had a signification influence on
earnings management, while institutional ownership, managerial ownership,
audit committee, auditor’s independency, independent commissioner,
company’s size, and size of the board of directors had no influence.
Keywords:
Earnings management, institutional ownership, managerial
ownership,
audit
committee,
auditor’s
independency,
independent commissioner, leverage, auditor’s reputation,
profitability, company’s size, and size of the board of directors.
berkeinginan
mendapatkan
pendanaan besar yang berasal dari
penjualan kepemilikan saham. Para
investor cenderung lebih menyukai
menanamkan
modalnya
pada
perusahaan yang menghasilkan laba
besar.
Sehingga
dikhawatirkan
manajer akan memilih kebijakan
akuntansi
yang
dapat
memaksimalkan
kesejahteraannya
dan meningkatkan nilai perusahaan,
yang dapat dikatakan melakukan
tindakan manajemen laba (Scott
1997 dalam Widyaningdyah 2001).
Selain itu manajemen laba
juga
terjadi
karena
adanya
PENDAHULUAN
Perekonomian saat ini
mengalami pertumbuhan semakin
signifikan,
yang
mengakibatkan
semakin pesatnya persaingan antar
perusahaan.
Dalam
kegiatan
pengembangannya
perusahaan
membutuhkan
pendanaan,
baik
secara internal yang berasal dari
penggunaan
dana
pribadi
perusahaan
maupun
pendanaan
eksternal
yang
berasal
dari
pinjaman bank serta menjual
kepemilikan saham perusahaan.
Perusahaan
pada
umumnya
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
perbedaan
kepentingan
dan
asimetris informasi antara manajer
dan pemegang saham. Menurut
Jensen dan Meckling (1976) dalam
Pradipta
(2011),
kepemilikan
informasi yang tidak
sama
(asimetris informasi) antara pemilik
dan
pengelola
(manajemen)
mendorong
terjadinya
tindakan
manajemen untuk melakukan moral
hazard dan adverse selection atau
yang
dikenal
dengan
agency
problem.
Agency
problem
diperparah
dengan
adanya
ketidaksetaraan antara bonus yang
diterima manajemen dengan bonus
yang diterima pemegang saham.
Hal ini
mendorong
manajemen
untuk melakukan tindakan yang
dapat menguntungkan
dirinya
sendiri (self
interest) dengan
mengorbankan kepentingan orang
lain
yang
dikenal
dengan
manajemen
laba
(earnings
management).
Laporan keuangan sendiri
merupakan sumber informasi yang
penting bagi publik yang nantinya
akan digunakan untuk menilai
kinerja perusahaan yang telah go
public. Laporan keuangan harus
menyajikan informasi yang relevan
mengenai
kondisi
perusahaan
tersebut, yang nantinya akan
digunakan
untuk
mengambil
keputusan
oleh
para
investor
apakah akan melakukan investasi di
perusahaan tersebut atau tidak.
Karena pentingnya laporan tersebut
maka para auditor dituntut untuk
bertindak
independen
dalam
mendeteksi
kecurangan
yang
dilakukan
manajemen
dalam
menyusun
laporan
keuangan
tersebut.
Menurut
Statement
of
Financial
Accounting
Concepts
(SFAC)
No.1
informasi
laba
48
November 2012
merupakan perhatian utama untuk
menaksir
kinerja
atau
pertanggungjawaban
manajemen.
Selain itu informasi laba juga
membantu pemilik atau pihak lain
dalam menaksir earnings power
perusahaan di masa yang akan
datang. Karena informasi laba
merupakan hal penting dalam
menilai kinerja dan merupakan
pertanggungjawaban
manajer,
maka pihak yang cenderung lebih
memperhatikan
laba
adalah
manajemen khususnya manajer.
Dikhawatirkan manajer melakukan
tindakan
menyimpang
dalam
menyusun laporan keuangan, salah
satu bentuknya adalah manajemen
laba (Widyaningdyah 2001). Kasus
yang pernah terjadi mengenai
tindakan manajemen laba yaitu
kasus kasus PT Kalbe Farma Tbk
dan kasus Enron-Arthur Anderson.
Perilaku
manajer
yang
menyimpang
yang
melakukan
tindakan manajemen laba dapat
diminimumkan
dengan
adanya
mekanisme
good
corporate
governance. Menurut Dye (1998),
Trueman dan Titman (1988) dalam
Guna dan Herawaty (2010), good
corporate
governance
adalah
sekumpulan mekanisme yang dapat
mengurangi informasi yang tidak
sama yang dapat berdampak pada
kegiatan manajemen laba.
Berdasarkan
penjelasan
tersebut maka peneliti termotivasi
untuk
melakukan
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi manajemen laba
pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Penelitian ini merupakan
replikasi
dari
pengembangan
penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Guna dan Herawaty (2010).
Dalam penelitian yang dilakukan
ISSN: 1410 -9875
oleh Guna dan Herawaty (2010)
menggunakan variabel dependen
manajemen laba dan variabel
independen
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, komite audit, komisaris
independen, independensi auditor,
leverage,
reputasi
auditor,
profitabilitas,
dan
ukuran
perusahaan
dengan
tahun
penelitian 2006 sampai dengan
tahun 2008. Adapun perbedaan
penelitian saat ini dengan yang
terdahulu adalah menambahkan
variabel independen ukuran dewan
direksi serta tahun penelitiannya,
yaitu 2008 sampai dengan 2010.
Adapun
alasan
peneliti
menambahkan variabel independen
ukuran dewan direksi karena besar
kecilnya ukuran dewan
direksi
dalam suatu perusahaan diduga
berpengaruh terhadap tercapainya
tujuan
dewan
direksi,
yang
nantinya
akan
berpengaruh
terhadap praktek manajemen laba
yang terjadi dalam perusahaan.
Tujuan dewan direksi sendiri adalah
memastikan
bahwa
manajer
bertindak sesuai kepentingan para
pemegang
saham,
bukan
kepentingan dirinya (Azlina 2010).
Selain itu ukuran dewan direksi
yang terlalu besar diduga kurang
optimal
didalam
melakukan
pengawasan terhadap efektivitas
kinerja
manajer,
yang
dikhawatirkan melakukan tindakan
manajemen laba. Alasan pemilihan
tahun penelitian 2008 sampai
dengan 2010 yaitu agar hasil
penelitian yang dihasilkan lebih
baru dan peneliti dapat melihat
apakah hasil penelitian konsisten
atau
tidak dengan penelitian
sebelumnya.
Dian Primartanto
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Manajemen Laba
Menurut Halim et al.
(2005) dalam Lugihatno (2010)
manajemen
laba
merupakan
bagaimana
manajer
memaksimumkan
utilitas
perusahaan atau nilai perusahaan
dengan
pemilihan
kebijakan
akuntansi yang ada yang dilakukan
oleh manajemen. Cara pemahaman
atas manajemen laba terbagi
menjadi dua cara.
Pertama,
perilaku
oportunistik
manajer
dalam memaksimumkan utilitasnya
dalam
menghadapi
kontrak
kompensasi, kontrak hutang, dan
political
costs
(Opportunistic
Earnings
Management).
Kedua,
memandang manajemen laba dari
perspektif
efficient
contracting
(efficient earning management)
dimana
manajemen
laba
memberikan
manajer
suatu
fleksibelitas untuk melindungi diri
mereka dan perusahaan dalam
mengantisipasi
kejadian-kejadian
yang tak terduga untuk keuntungan
pihak-pihak yang terlibat dalam
kontrak.
Menurut Healy dan Wahlen
(2000) dalam Siswanto (2009),
manajemen laba terjadi ketika
manajer menggunakan penilaian
dalam pelaporan keuangan dan
dalam struktur transaksi untuk
mengubah laporan keuangan guna
menyesatkan
pemegang
saham
mengenai kinerja perusahaan atau
mempengaruhi
akibat-akibat
perjanjian yang mempunyai kaitan
dengan
angka-angka
yang
dilaporkan. Menurut Beneish (2001)
dalam Siswanto (200) mengatakan
bahwa pendekatan yang biasa
digunakan
untuk
mendeteksi
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
manajemen laba ada tiga, yaitu (1)
pendekatan yang mengkaji akrual
agregat dan menggunakan model
regresi untuk menghitung akrual
yang diharapkan dan yang tidak
diharapkan; (2) pendekatan yang
menekankan pada akrual spesifik
seperti cadangan piutang raguragu, atau akrual pada sektor
spesifik; (3) pendekatan yang
mengkaji
ketidaksinambungan
dalam pendistribusian pendapatan.
Konsep
akrual
terbagi
menjadi dua komponen yaitu nondiscretionary dan discretionary (De
Angelo, 1986 dalam
Siswanto,
2009).
Komponen
discretionary
accruals adalah bagian akrual yang
mungkin
mendapat
intervene
manajer dalam memanipulasi laba
perusahaan.
Komponen
discretionary accruals terdiri dari
penilaian piutang, pengakuan biaya
garansi, dan aset modal. Sedangkan
non-discretionary accruals adalah
faktor-faktor
yang
tidak
mendapatkan intervensi manajer.
Kepemilikan
Institusional
dan
Manajemen Laba
Kepemilikan
institusional
dapat
mengurangi
praktek
manajemen laba, hal ini dapat
terjadi karena investor institusional
memiliki lebih banyak waktu untuk
menganalisis investasi dan memiliki
akses
informasi
lebih
banyak
dibandingkan
investor
individu
(Siller dan Pound 1989 dalam Astuti
2004). Berdasarkan uraian tersebut,
maka hipotesis yang diajukan
sebagai berikut:
Ha1 :
Kepemilikan institusional
memiliki
pengaruh
terhadap
manajemen laba
50
November 2012
Kepemilikan
Manajerial
dan
Manajemen Laba
Kepemilikan
manajerial
merupakan salah satu mekanisme
yang diterapkan perusahaan untuk
membatasi perilaku oportunistik
manajer dalam bentuk manajemen
laba (Midiastuty dan Machfoedz
2003
dalam
Wirawan
2010).
Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
Ha2 :
Kepemilikan
manajerial
memiliki
pengaruh
terhadap
manajemen laba.
Komite
Laba
Audit
dan
Manajemen
Berdasarkan
penelitian
yang dilakukan oleh Song dan
Windram (2000) dalam Utami dan
Rahmawati
(2008)
yang
mengevaluasi keberadaan komite
audit di Inggris, mengatakan bahwa
masalah
yang
terjadi
dalam
pelaporan
keuangan
dapat
dikurangi dengan adanya komite
audit yang berasal dari luar jabatan
direktur. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Xie et al. (2003)
dalam Utami dan Rahmawati (2008)
mengatakan kepentingan pemegang
saham terlindungi dari tindakan
manajemen laba karena adanya
komite audit yang berasal dari luar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
Ha3 : Komite
audit memiliki
pengaruh
terhadap
manajemen
laba.
Komisaris
Independen
dan
Manajemen Laba
Semakin banyak komisaris
independen di dalam perusahaan
berhasil
mengurangi
praktik
manajemen
laba,
hal
ini
ISSN: 1410 -9875
menunjukkan komisaris independen
telah
efektif
menjalankan
tanggungjawabnya
mengawasi
kualitas laporan keuangan untuk
membatasi praktek
manajemen
laba (Utama dan Rahmawati 2008).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pratana dan Mas’ud
(2003) dan Xie et al. (2003) dalam
Ujiyantho dan Pramuka (2007)
menyimpulkan bahwa perusahaan
yang memiliki anggota dewan
komisaris yang berasal dari luar
perusahaan akan mempengaruhi
praktek
manajemen
laba
di
perusahaan
tersebut.
Sehingga
penggunaan discretionary accruals
berkurang jika anggota dewan
komisaris dari luar melakukan
pengawasan (Cornet et al. 2006
dalam Guna dan Herawaty 2010).
Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
Ha4 : Komisaris
independen
memiliki
pengaruh
terhadap
manajemen laba.
Independensi
Auditor
dan
Manajemen Laba.
Menurut Shockley (1981)
dalam Meutia (2004) independensi
auditor erat kaitannya
dengan
empat hal yaitu persaingan, nonaudit service, ukuran auditor, dan
masa jabatan auditor. Hal ini
didukung
dengan
Guna
dan
Herawaty (2010) yang mengatakan
bahwa lama penugasan auditor di
perusahaan
mempengaruhi
keindependensian
auditor
yang
dapat berpengaruh pada praktek
manajemen
laba.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
Ha5 : Independensi auditor memiliki
pengaruh
terhadap
manajemen
laba.
Dian Primartanto
Leverage dan Manajemen Laba.
Perusahaan
yang
mempunyai leverage tinggi berarti
memiliki
hutang
lebih
besar
dibandingkan aktivanya sehingga
mendorong manajer
melakukan
manipulasi dalam hal manajemen
laba (Defond dan Jimbalvo 1994
dalam Astuti 2004). Penelitian yang
dilakukan Dhaliwal (1980) dalam
Astuti 2004 hasilnya konsisten
dengan hipotesis yang menyatakan
bahwa perusahaan yang memiliki
leverage
tinggi
cenderung
mengatur laba yang dilaporkan
dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki leverage rendah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
Ha6 : Leverage memiliki pengaruh
terhadap manajemen laba.
Reputasi Auditor dan Manajemen
Laba.
Audit
yang
berkualitas
mampu mengurangi ketidakpastian
laporan keuangan yang disajikan
manajemen.
Reputasi
auditor
diukur menggunakan proksi ukuran
KAP sehingga pemilihan auditor
yang bereputasi (big four) adalah
pilihan
yang
tepat
untuk
memberikan
sinyal
kepada
pembaca bahwa laporan keuangan
yang dilaporkan sudah reliabel
(Sanjaya 2008). Asumsi ini timbul
karena auditor dari KAP big four
dilengkapi
dengan
serangkaian
pelatihan
dan
prosedur
serta
memiliki program yang akurat dan
efektif (Guna dan Herawaty 2010).
Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
Ha7 : Reputasi auditor memiliki
pengaruh
terhadap
manajemen
laba.
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Profitabilitas
dan
Manajemen
Laba.
Profitabilitas
ditandai
dengan adanya laba yang dihasilkan
perusahaan
sebagai
indikator
kinerja
manajemen
dalam
mengelola kekayaan perusahaan
(Sudarmadji dan Sularto
2007
dalam Guna dan Herawaty 2010).
Perusahaan
yang
melakukan
manajemen laba adalah perusahaan
yang memiliki profitabilitas lebih
kecil dari perusahaan lain
yang
tidak melakukan
profitabilitas
(Ashari et al. 1994 dalam Herni dan
Susanto 2008). Berdasarkan uraian
tersebut, maka hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
Ha8
:
Profitabilitas
memiliki
pengaruh terhadap
manajemen
laba.
Ukuran
Perusahaan
dan
Manajemen Laba.
Perusahaan yang tergolong
dalam skala besar dan industri
strategis
cenderung
melakukan
manajemen
laba
dalam
hal
menurunkan laba terutama pada
tingkat kemakmuran yang tinggi,
hal ini
dilakukan
untuk
mendapatkan kemudahan fasilitas
dari pemerintah (Wirawan 2010).
Sedangkan
perusahaan
yang
tergolong
dalan
skala
kecil
cenderung melakukan manajemen
laba dalam hal menaikkan laba, hal
ini dilakukan
guna
menarik
investor.
Berdasarkan
uraian
tersebut, maka hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
Ha9 : Ukuran Perusahaan memiliki
pengaruh
terhadap
manajemen
laba.
52
November 2012
Ukuran
dewan
Direksi
dan
Manajemen Laba.
Penelitian
sebelumnya
yang dilakukan oleh Midiastuty dan
Machfoedz (2003) dalam Wirawan
(2010) mengatakan bahwa ukuran
dewan direksi yang semakin sedikit
lebih efektif dalam melakukan
pengawasan
terhadap
praktik
manajemen laba. Ukuran dewan
direksi dianggap tidak berfungsi
optimal dan dapat dikontrol oleh
manajer apabila lebih dari 7 orang
mengacu penelitian Jensen (1993)
dalam Suhartini (2006). Apabila
dewan direksi dapat dikontrol oleh
manajer dan terjadi asimetris
informasi dalam perusahaan, maka
manajer akan lebih leluasa dalam
melakukan earning management
(Suhartini
2006).
Berdasarkan
uraian tersebut, maka hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
Ha10 : Ukuran dewan direksi
memiliki
pengaruh
terhadap
manajemen laba.
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel
Obyek
penelitian
yang
digunakan
adalah
perusahaan
manufaktur yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2008 sampai 2010. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode purposive sampling,
yaitu metode pemilihan sampel
dengan tujuan untuk mendapatkan
sampel
yang
sesuai
kriteria.
Kriteria-kriteria purposive sampling
dalam penelitian ini sebagai berikut
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar
dalam
Bursa
Efek
Indonesia (BEI) minimal sejak 1
Januari 2008 sampai 31 Desember
2010 dan tidak mengalami delisting
selama tahun penelitian; memiliki
ISSN: 1410 -9875
akhir tahun fiskal 31 Desember
dalam
laporan
keuangannya;
menggunakan mata uang rupiah;
melaporkan
net
income
dan
operating income serta arus kas
yang
positif
selama
tahun
penelitian;
dan
memiliki
kepemilikan institusional selama
tahun
penelitian.
Jumlah
perusahaan yang memenuhi criteria
pemilihan
sampel
adalah
45
perusahaan
dengan
135
data
penelitian. Setelah uji outlier
jumlah data yang digunakan dalam
penelitian adalah sebanyak 134
data penelitian.
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Manajemen
Laba dalah
suatu tindakan yang dilakukan
manajemen yang bertujuan untuk
menyesatkan para pemegang saham
tentang kinerja perusahaan atau
mempengaruhi kontraktual karena
kontrak-kontrak ini dibatasi oleh
angka akuntansi, hal ini dilakukan
manajemen dengan mengintervensi
pelaporan
keuangan
dan
strukturisasi
transaksi-transaksi
(Healy dan Wahlen 1999 dalam
Sanjaya
2008).
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
mengukur
discretionary
accruals
sebagai
proksi dari manajemen laba yang
menggunakan
model
modified
Jones.
Adapun
langkah-langkah
menghitung discretionary accruals
menurut model Jones, sebagai
berikut:
1. Hitung nilai total accruals untuk
sampel perusahaan manufaktur
dengan pendekatan cash flow
dengan arus kas dari tahun
2008-2010. Rumusnya sebagai
berikut:
Dian Primartanto
Keterangan:
TAit
total accruals pada
periode t.
Ait-1
total
aset
untuk
sampel perusahaan I
pada akhir periode t1.
NIt
laba bersih operasi
(net
operating
income) periode t.
OCFt
aliran
kas
dari
aktivitas
operasi
(operating cash flow)
pada periode t.
2. Melakukan
regresi
untuk
mendapatkan
angka-angka
untuk koefisien α1, α2, dan α3
dengan variabel dependen total
akrual dan variabel independen
total aktiva tahun sebelumnya
(t-1), perubahan pendapatan,
total aktiva tetap
kotor
perusahaan pada tahun ke-t.
3. Setelah
mendapatkan
nilai
masing-masing untuk koefisien
α1, α2, dan α3 maka dilakukan
estimsi
besarnya
nondiscretionary accruals selama
tahun peristiwa. Menurut model
Jones rumus perhitungan nondiscretionary accruals sebagai
berikut:
TA/At-1 = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit/Ait-1) + α3
(PPEit/Ait-1) + έi
NDAit = � 1 (1/Ait-1) + α2 (∆Revit/Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1)
Keterangan:
NDAit
non-discretionary
accruals perusahaan I
pada periode t.
Ait-1
total
aset
untuk
sampel perusahaan I
pada periode t-1
∆Revit
perubahan
pendapatan
TAit = (NIt - OCFt)
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
perusahaan I pada
periode t.
PPEit
total
asset
tetap
(gross property plant
and
equipment)
sampel perusahaan I
pada periode t.
4. Setelah mendapatkan nilai NDAit
maka akan mendapatkan nilai
non-discretionary
accruals
DAit = TAit/Ait-1� NDA
it
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
DAit
discretionary
accruals
perusahaan I pada
periode t.
TAit/Ait-1 total
accruals
perusahaan I pada
periode t.
NDAit
non-discretionary
accruals perusahaan I
pada periode t.
Kepemilikan institusional
adalah
persentase
kepemilikan
saham yang dimiliki insvestor
institusional
terhadap
jumlah
saham yang beredar (Rojgofal et al.
1999;
Claessens
2002
dalam
Widyastuti
2009).
Kepemilikan
institusional dihitung dengan skala
rasio, yaitu persentase saham yang
dimiliki
investor
institusional
dengan
jumlah
modal
saham
perusahaan yang beredar. Oleh
karena itu variabel ini dirumuskan
sebagai berikut
(Guna
dan
Herawaty 2010):
INST=
Jumlah saham yang dimiliki investor institusional
Total modal saham perusahaan yang beredar
Kepemilikan
Manajerial
adalah proporsi kepemilikan saham
yang dimiliki oleh manajer (Astuti
2004).
Kepemilikan
manajerial
dalam penelitian ini diukur dengan
skala nominal yaitu menggunakan
variabel dummy seperti penelitian
54
November 2012
yang dilakukan Astuti (2004). Angka
1 diberikan pada perusahaan yang
memiliki
proporsi
kepemilikan
manajerial dan angka 0 diberikan
pada
perusahaan
yang
tidak
memiliki
proporsi
kepemilikan
manajerial.
Komite audit menurut Kep.
29/PM/2004 adalah komite yang
dibentuk dewan komisaris untuk
melakukan
tugas
pengawasan
terhadap pengelolaan perusahaan.
Komite audit dalam penelitian ini
dihitung menggunakan skala rasio
yaitu menggunakan jumlah dari
anggota komite audit yang terdapat
di dalam perusahaan (Makhdalena
2011).
Komisaris
Independen
adalah komisaris yang tidak ada
hubungannya dengan manajemen,
anggota dewan komisaris lain, dan
pemegang
saham
pengendali.
Komisaris
independen
dihitung
dengan
skala
rasio,
yaitu
persentase
anggota
dewan
komisaris yang berasal dari luar
perusahaan dari seluruh anggota
dewan komisaris perusahaan. Oleh
karena itu dirumuskan sebagai
berikut (Ujiyantho dan Pramuka
2007):
KI=
Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan
Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
Independensi
auditor
dihitung menggunakan lama waktu
penugasan,
yang
diukur
menggunakan skala nominal dengan
variabel dummy seperti penelitian
yang dilakukan Guna dan Herawaty
(2010). Angka 1 digunakan untuk
mewakili auditor yang independen
yang berarti perusahaan tersebut
menggunakan auditor yang sama
selama kurang dari 3 tahun, angka
ISSN: 1410 -9875
0 digunakan untuk mewakili auditor
yang tidak independen yang berarti
perusahaan tersebut menggunakan
auditor yang sama selama 3 tahun.
Leverage adalah sejauh
mana aset perusahaan yang dibiaya
oleh hutang. Leverage adalah
perbandingan
total
kewajiban
perusahaan dengan total aktiva
perusahaan.
Leverage
diukur
dengan menggunakan skala rasio.
Oleh karena itu variabel ini
dirumuskan sebagai berikut (Guna
dan Herawaty 2010):
Total hutang
Leverage =
Total aset
Reputasi
auditor
diukur
dengan menggunakan proksi KAP
tempat auditor bekerja, yaitu KAP
big four dan KAP non-big four.
Reputasi
auditor
diukur
menggunakan sakala nominal yaitu
dengan
menggunakan
variabel
dummy, seperti penelitian yang
dilakukan
oleh
Utami
dan
Rahmawati
(2008).
Angka
1
digunakan
untuk
mewakili
perusahaan
yang
diaudit
menggunakan KAP big four dan
angka 0 digunakan untuk mewakili
perusahaan
yang
diaudit
menggunakan KAP non-big four.
Profitabilitas
adalah
indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja dalam mengelola
perusahaan,
yang
ditunjukkan
dengan
laba
yang
diperoleh.
Profitabilitas diukur menggunakan
Dian Primartanto
skala rasio Return on Assets (ROA)
yaitu perbandingan antara laba
bersih setalah pajak dengan total
aset. Oleh karena itu variabel ini
dirumuskan sebagai berikut (Guna
dan Herawaty 2010):
Laba bersih setelah pajak
ROA=
Total aset
Ukuran perusahaan adalah
ukuran yang menunjukkan besar
atau kecilnya perusahaan. Ukuran
perusahaan
diukur
dengan
menggunakan proksi besarnya suatu
perusahaan yang dilihat dari sisi
logaritma dari total aset. Skala
pengukuran variabel ini adalah
skala rasio. Oleh karena itu
dirumuskan sebagai berikut (Guna
dan Herawaty, 2010):
Ukuran Perusahaan = Log (Total
Aktiva)
Ukuran
dewan
direksi
diukur menggunakan skala nominal
yaitu dengan menggunakan variabel
dummy, mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Jensen (1993)
dalam Widyaningsih (2001). Angka 1
digunakan untuk perusahaan yang
mempunyai dewan direksi kurang
dari 7 orang (1-7 orang)
yang
diduga optimal dalam mengontrol
manajemen. Angka 0 digunakan
untuk perusahaan yang mempunyai
dewan direksi lebih dari 7 orang,
yang diduga tidak optimal dalam
mengontrol manajemen.
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
HASIL PENELITIAN
Hasil statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif Setelah Outlier
Variabel
N
Minimum Maximum
Manajemen laba
134
0,00128
0,19723
Kepemilikan
institusional
134
0,29710
0,98180
Kepemilikan
manajerial
134
0
1
Komite audit
134
2
5
Komisaris
independen
134
0,25000
1,00000
Independensi
auditor
134
0
1
Leverage
134
0,07906
3,21000
Reputasi auditor
134
0
1
Profitabilitas
134
0,00255
0,80225
Ukuran perusahaan
134 10,86232 14,18617
Ukuran dewan
direksi
134
0
1
Sumber : data output SPSS 11.5
Mean
0,0548281
Std.
Deviation
0,04880382
0,6944494
0,18005290
0,36
3,22
0,481
0,570
0,4104919
0,12763706
0,79
0,408
0,4588412 0,44498408
0,53
0,501
0,1302359 0,11572669
12,204785 0,70142577
0,75
0,437
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier
Unstandardized
Residual
135
1,366
0,048
N
Kolmogrov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber : data output SPSS 11.
Hasil
uji
normalitas
sebelum outlier yang ditunjukkan
tabel 3 nilai asymp. sig. (2-tailed)
sebesar 0,048 yaitu lebih kecil dari
0,05 yang berarti data tidak
terdistribusi secara normal.
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier
N
Kolmogrov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber : data output SPSS 11.5
56
Unstandardized
Residual
134
1,077
0,196
ISSN: 1410 -9875
Dian Primartanto
Hasil uji normalitas setelah
sebesar 0,196 yaitu lebih besar dari
outlier yang ditunjukkan tabel 4
0,05 yang berarti data terdistribusi
adalah nilai asymp. sig. (2-tailed)
secara normal.
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Colinearity Statistics
Tolerance
VIF
kepemilikan
1
institusional
0,784
1,276
kepemilikan
manajerial
0,732
1,366
komite audit
0,847
1,181
komisaris
independen
0,904
1,107
independensi
auditor
0,951
1,051
Leverage
0,878
1,139
reputasi auditor
0,621
1,610
Profitabilitas
0,798
1,254
ukuran perusahaan
0,547
1,827
ukuran dewan
direksi
0,602
1,661
Sumber : data output SPSS 11.5
Hasil
dari
pengujian
variable
independen.
Hal
ini
multikolinearitas
menunjukkan
menunjukkan bahwa tidak terjadi
bahwa nilai tolerance diatas 0,10
multikolinearitas
antar
variabel
dan nilai Variance Inflation Factor
independen, sehingga model regresi
(VIF) dibawah 10 untuk semua
yang digunakan adalah baik.
Tabel 5
Hasil Uji Heterokedastisitas
Model
Sig.
1
(Constant)
0,259
kepemilikan institusional
0,283
kepemilikan manajerial
0,136
komite audit
0,136
komisaris independen
0,261
independensi auditor
0,921
Leverage
0,045
reputasi auditor
0,007
Profitabilitas
0,000
ukuran perusahaan
0,051
ukuran dewan direksi
0,281
Variabel dependen: ares_1
Sumber : data Output SPSS 11.5
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Dari tabel 4.5 diperoleh
bahwa nilai sig diatas 0,05 untuk
variabel kepemilikan institusional
(INST) sebesar 0,283, kepemilikan
manajerial (MNJR) sebesar 0,136,
komite audit (KMA) sebesar 0,136,
komisaris independen (KI) sebesar
0,261, independensi auditor (INDP)
sebesar 0,921, ukuran perusahaan
(SIZE) sebesar 0,051, dan ukuran
dewan direksi (U_DIREKS) sebesar
November 2012
0,281 menunjukkan tidak terjadi
heterokedastisitas untuk variabel
tersebut. Namun, untuk beberapa
variabel nilai sig dibawah 0.05 yaitu
leverage (LEV) sebesar 0,045,
reputasi auditor (RA) sebesar 0,007,
profitabilitas (PROF) sebesar 0,000.
Nilai sig dibawah 0,05 menunjukkan
terjadi heterokedastisitas untuk
variabel tersebut.
Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Sig
(Constant)
0,996
kepemilikan
institusional
0,937
kepemilikan
manajerial
0,981
komite audit
0,924
komisaris independen
0,963
independensi auditor
0,979
Leverage
0,950
reputasi auditor
0,916
Profitabilitas
0,995
ukuran perusahaan
0,998
ukuran dewan direksi
0,950
res_2
0,691
Variabel dependen: res_1
Sumber : Hasil output 11.5
Berdasarkan hasil tabel 6
nilai sig dari res_2 diatas 0,05 yaitu
sebesar 0,691 hal ini menunjukkan
tidak
terjadinya
autokorelasi.
Model regresi yang
digunakan
dalam penelitian adalah baik.
Tabel 7
Hasil Analisa Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Std. Eror of
Adjusted the
Model
R
R Square
R Square Estimate
a
1
0,466
0,217
0,153
0,04490445
Sumber : Hasil output SPSS 11.5
Tabel 4.7 menunjukkan
bahwa nilai koefisien korelasi (R)
58
0,466 yang berarti nilai koefisien
korelasi (R) lebih kecil dari 0,5. Hal
ISSN: 1410 -9875
Dian Primartanto
ini bahwa terdapat hubungan yang
lemah positif
antara
variabel
independen
dengan
variabel
dependen.
Tabel 7 juga menunjukkan
bahwa nilai koefisien
determinasi
�
dari nilai adjusted �
sebesar
0,153. Hal ini berarti bahwa
besarnya variasi variabel dependen
(manajemen laba) yang dapat
dijelaskan oleh variasi variabel
independen dalam penelitian ini
adalah sebesar 15,3%, sedangkan
variasi sebesar 84,7%
dijelaskan
oleh faktor-faktor lain di luar
model penelitian.
Tabel 8
Hasil Uji F
Model
Sum of Squares
1
Regression
0,069
Residual
0,248
Total
0,317
Sumber : data output SPSS 11.5
Mean
Df
Square
10
0,007
123
0,002
133
F
Sig
3,410 0,001
Berdasarkan hasil uji F dari
model regresi yang
digunakan
tabel 8 nilai sig sebesar 0,001 yaitu
dalam penelitian ini fit dan data
lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti
sesuai model.
Tabel 9
Hasil Uji t
B
Sig
1
(Constant)
-0,017
0,858
kepemilikan
institusional
0,022
0,362
kepemilikan
manajerial
0,008
0,429
komite audit
-0,003
0,640
komisaris independen
-0,030
0,358
independensi auditor
0,010
0,307
Leverage
0,026
0,007
reputasi auditor
0,021
0,038
Profitabilitas
0,143
0,000
ukuran perusahaan
0,001
0,877
ukuran dewan direksi
0,018
0,121
Sumber : data output SPSS 11.5
Hasil uji t diketahui nilai
signifikansi
untuk
variabel
kepemilikan
institusional
(INST)
sebesar 0,362, lebih besar
dari
alpha (α = 0,05) artinya Ha1 tidak
diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional
(INST) tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba (M_LABA). Hal ini
disebabkan dengan
banyaknya
kepemilikan
institusional
dalam
suatu perusahaan justru mendorong
pihak manajemen untuk melakukan
praktek manajemen laba, untuk
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
memenuhi target laba para investor
institusional.
Hasil uji t diketahui bahwa
nilai
signifikansi
variabel
kepemilikan
manajerial
(MNJR)
sebesar 0,429, lebih besar
dari
alpha (α = 0,05) artinya Ha2 tidak
diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa
kepemilikan
manajerial
(MNJR) tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba (M_LABA). Hal ini
disebabkan rendahnya perusahaan
yang
mempunyai
kepemilikan
saham oleh pihak manajerial.
Sehingga kepemilikan saham yang
dimiliki pihak manajerial tidak
mampu menjadi mekanisme good
corporate governance yang dapat
mengurangi
ketidak
selarasan
kepentingan manajemen dengan
pemilik atau pemegang
saham
(Guna dan Herawaty 2010).
Hasil uji t diketahui bahwa
nilai signifikansi variabel komite
audit (KMA) sebesar 0,640, lebih
besar dari alpha (α = 0,05) artinya
Ha3
tidak diterima.
Hal
ini
menunjukkan bhawa komite audit
(KMA) tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba (M_LABA). Hal ini
berarti keberadaan komite audit
dalam suatu perusahaan hanya
sebagai mandatory dari peraturan
yang ada, namun tidak
efektif
dalan
mencegah
praktek
manajemen laba di perusahaan.
Hasil uji t diketahui bahwa
nilai signifikansi variabel komisaris
independen (KI) sebesar 0,358,
lebih besar dari alpha (α= 0,05)
artinya Ha4 tidak diterima. Hal ini
menunjukkan
bahwa
komisaris
independen (KI) tidak berpengaruh
terhadap manjemen laba (M_LABA).
Hal ini
berarti
keberadaan
komisaris independen dalam suatu
perusahaan tidak mampu menjadi
salah
satu
mekanisme
good
60
November 2012
corporate
governance
dalam
mendeteksi manajemen laba (Guna
dan Herawaty 2010).
Hasil uji t diketahui bahwa
nilai
signifikansi
variabel
independensi
auditor
(INDP)
sebesar 0,307, lebih besar
dari
alpha (α = 0,05) artinya Ha5 tidak
diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa
variabel
independensi
auditor (INDP) tidak berpengaruh
terhadap
manajemen
laba
(M_LABA). Hal ini disebabkan oleh
ketidakmampuan
auditor
dalam
mengidentifikasi
praktek
manajemen laba dalam suatu
perusahaan melalui proses audit
laporan keuangan perusahaan.
Hasil uji t diketahui bahwa
nilai signifikansi variabel leverage
(LEV) sebesar 0,007, lebih kecil dari
alpha (α = 0,05) artinya Ha6
diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel leverage (LEV)
berpengaruh terhadap manajemen
laba (M_LABA). Hal ini disebabkan
leverage
yang
besar
akan
mendorong
pihak
manajemen
dalam
melalukan
praktek
manajemen laba, karena para
investor
cenderung
menyukai
perusahaan
dengan
tingkat
leverage yang kecil.
Hasil uji t diketahui bahwa
nilai signifikansi variabel reputasi
auditor (RA) sebesar 0,038, lebih
kecil dari alpha (α = 0,05) artinya
Ha7 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel reputasi
auditor
(RA)
berpengruh
terhadap
manajemen laba (M_LABA). Hal ini
disebabkan oleh auditor dari KAP
Big
Four
dilengkapi
dengan
serangkaian pelatihan, prosedur,
dan program yang akurat dan
efektif
sehingga
mampu
mendeteksi praktek
manajemen
laba di suatu perusahaan.
ISSN: 1410 -9875
Hasil uji t diketahui bahwa
nilai
signifikansi
variabel
profitabilitas (PROF) sebesar 0,000,
lebih kecil dari alpha (α = 0,05)
artinya Ha8 diterima. Hal ini
menunjukkan
bahwa
variabel
profitabilitas (PROF) berpengaruh
terhadap
manajemen
laba
(M_LABA). Hal ini disebabkan pihak
investor yang cenderung menyukai
berinvestasi pada perusahaan yang
memiliki profitabilitas yang besar.
Sehingga
besar
kecilnya
profitabilitas
mendorong
pihak
manjemen
untuk
melakukan
praktek manajemen laba.
Hasil uji t diketahui bahwa
nilai signifikansi variabel ukuran
perusahaan (SIZE) sebesar 0,877,
lebih besar dari alpha (α = 0,05)
artinya Ha9 tidak diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa
variabel
ukuran perusahaan (SIZE) tidak
berpengaruh terhadap manajemen
laba (M_LABA). Hal ini berarti besar
kecilnya ukuran perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap
praktek
manajemen
laba,
dalam
hal
menurunkan laba untuk perusahaan
besar dan menaikkan laba untuk
perusahaan kecil.
Hasil uji t diketahui bahwa
nilai signifikansi variabel ukuran
dewan direksi (U_DIREKS) sebesar
0,121, lebih besar dari alpha (α =
0,05) artinya Ha10 tidak diterima.
Hal ini menunjukkan
bahwa
variabel ukuran dewan direksi
(U_DIREKS)
tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen
laba
(M_LABA). Hal ini berarti besar
kecilnya ukuran dewan direksi tidak
berpengaruh terhadap keoptimalan
dewan direksi dalam mendeteksi
manajemen laba yang dilakukan
pihak manajemen.
Dian Primartanto
PENUTUP
Berdasarkan
hasil
penelitian dapat dibuat kesimpulan
bahwa leverage, reputasi auditor,
dan
profitabilitas
berpengaruh
terhadap
manajemen
laba.
Sedangkan
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, komite audit, komisaris
independen, independensi auditor,
ukuran perusahaan, dan ukuran
dewan direksi tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Penelitian
ini
memiliki
beberapa keterbatasan yang harus
diperhatikan
pada
penelitian
selanjutnya,
yaitu
Setelah
melakukan
analisis
data
dan
interpretasi hasil, penelitian ini
memiliki beberapa keterbatasan
antara lain: (1) penelitian ini hanya
mengambil periode penelitian tiga
tahun yaitu dari tahun 2008 sampai
dengan 2010; (2) penelitian ini
hanya
terbatas
pada
sampel
perusahaan manufaktur, sehingga
kurang mewakili perusahaan lain
yang terdaftar di dalam Bursa Efek
Indonesia (BEI); (3) penelitian ini
hanya menggunakan
sepuluh
variabel
independen
yaitu
kepemilikan
institusional,
kepemilikan manajerial, komite
audit,
komisaris
independen,
independensi auditor, leverage,
reputasi
auditor,
profitabilitas,
ukuran perusahaan, dan ukuran
dewan direksi. Diluar model masih
terdapat
faktor
yang
mempengaruhi manajemen laba;
(4) terdapat variabel yang tidak
memenuhi uji asumsi klasik yaitu
terjadi uji heterokedastisitas pada
variabel leverage, reputasi auditor,
dan profitabilitas.
Rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya
sebagai
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
berikut (1) memperpanjang kurun
waktu penelitian untuk melihat
konsistensi
pengaruh
variabelvariabel
independen
terhadap
manajemen laba; (2) penelitian
selanjutnya dapat menambahkan
jumlah
sampel,
tidak
hanya
menggunakan sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI); (3) penelitian
selanjutnya diharapkan meneliti
variabel-variabel
lain
diluar
variabel-varibel yang digunakan
November 2012
dalam penelitian ini yang mungkin
memiliki
pengaruh
terhadap
manajemen laba, seperti misalnya
variabel
independen
dalam
penelitian ini dapat ditambah
persentase
saham
yang
dipublikasikan; dan (4) penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
mengatasi
masalah
heterokedastisitas
yang
terjadi
dengan cara menambah jumlah
sampel penelitian.
REFERENSI:
A.
Nuraini, dan Sumarno Zain. 2007. Analisa Pengaruh Kepemilikan
Institusional dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Manajemen Akuntansi, Vol. 7, No. 1, Januari: 19-32.
Astuti, Dewi S. Puji. 2004. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Manajemen Laba Diseputar Right Issue. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 7, No. 2, Mei: 251-263.
Azlina, Nur. 2010. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba.
Perekonomian Bisnis Jurnal, Vol. 2, No. 3, November: 355-363.
Bangun, N. dan Vincent. 2008. Analisis Hubungan Komponen Good Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba Dengan Kinerja Keuangan
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi/Tahun XII, No. 3, September: 289-302.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Universitas Diponegoro.
Guna, W. I. dan Arleen H. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.
1, April: 53-68.
Handayani, RR. S. dan Agustono D. R. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No.
1, April: 33-56.
Hardiningsih, RR. S. dan Agustono Dewi R. 2009. Corporate Governance dan
Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian
Akuntansi, Vol. 2, No. 1, Febuari: 61-76.
Herni, dan Yulius K. Susanto. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik,
Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba
(Studi Empiris Pada Industri Yang Listing di Bursa Efek Indonesia).
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 3, Juli: 302-314.
Kountur, Ronny. 2003. Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.
Jakarta: Penerbit PPM.
62
ISSN: 1410 -9875
Dian Primartanto
Kusuma, Hadri. dan Sari, Wigiya A. U. 2003. Manajemen Laba Oleh Perusahaan
Pengakuisisi Sebelum Merger dan Akuisisi di Indonesia. Jurnal
Auditing Akuntansi, Vol. 7, No. 1, Juni: 21-36.
Lugihatno. 2010. Analisa Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba
Studi Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO di Indonesia. Fokus
Ekonomi, Vol. 5, No. 2, Desember: 15-31.
Makhdalena, 2011. Hubungan Komposisi Komite Audit Dengan Earnings
Management (Studi pada Emiten Manufaktur di Bursa Efek Jakarta).
Jurnal Akuntansi, Vol. XV, No. 02, Mei:138-148.
Meutia. Inten. 2004. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen
Laba Untuk KAP Big 5 dan non-Big 5. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 7, No. 3, September: 333-350.
Nini, dan Estralita T. 2009. Pengaruh Independensi Auditor Pada KAP Big Four
Terhadap Manajemen Laba pada Industri Bahan Dasar, Kimia, dan
Industri Barang Konsumsi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3,
Desember: 175-188.
Payamta. 2006. Pengaruh Kualitas Auditor, Independensi, dan Opini Audit
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Manajemen,
Vol. 6, No. 1: 81-96.
Pradipta, Arya. 2011. Analisis Pengaruh dari Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13,
No.2, Agustus: 93-106.
Rahman, R. A. 2006. Board, Audit Committee, Culture and Earnings
Management: Malaysian Evidence. Managerial Auditing
Journal,
Vol.21, No. 27: 783-801.
Sanjaya, I. P. S. 2008. Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.11, No.1, Januari: 97-116.
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.
Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Sawyer, B. Lawrence et al. 2003. Sawyer’s Internal Auditing. United States of
America: The Institute of Internal Auditors.
Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach.5thed. West Sussex: JhonWiley & Sons Ltd.
Siswanto, J. F. A. 2009. Kebijakan Manajemen Laba. Fokus Ekonomi, Vol. 8,
No. 1, April: 7-13.
Suhartini, Dwi. 2006. Pengaruh Leverage, Jumlah Dewan Direksi, Reputasi
Auditor, dan Persentase Saham Yang Ditawarkan Pada Publik Saat IPO
Terhadap Earnings Management. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi, Vol. 6.,
No. 2, September: 64-75.
Sukartha Made. 2007. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial,
dan Ukuran Perusahaan Pada Kesejahteraan Pemegang Saham
Perusahaan Target Akuisisi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 10,
No. 3, September: 243-267.
Tiswiyanti, Wiwik et al. 2012. Analisa Pengaruh Komisaris Indepenen, Komite
Audit, dan Kepemilikan Institusional, Terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Vol. 14, No. 1,
Januari-Juni: 61-66.
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Ujiyantho, Muh. A. dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme
Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium
Nasional Akuntansi X. Makasar. Juli: 1-2.
Utami, R. B. dan Rahmawati. 2008. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan
Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek
Jakarta.
Prosiding Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional (SKEN) UPN “Veteran”
Yogyakarta. Oktober: 305-321.
Widyaningdyah, A. U. 2001. Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal
Akuntansi & Keuangan, Vol. 3, No. 2, November: 89-101.
Widyastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan
Terhadap Manajemen Laba Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
Jurnal Maksi, Vol. 9, No.1, Januari: 30-41.
Wirawan, Saldy. 2010. Pengaruh Struktur Corporate Governance, Kontrak
Hutang, dan Political Cost Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Periode 2006-2009. Media Riset Akuntansi,
Auditing, & Informasi, Vol. 1, No. 3, Desember: 1-14.
64
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 65-74
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, BUDAYA ORGANISASI, DAN
KETERLIBATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
SETIA TJAHJANTI
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: This research aims to analyze and determine the influence of
organization commitment, organization culture, and job involvement on the
performance of PT. Matahari Department Store. The method of choosing
sample was using the non probability sampling of purposive sampling. The
data of this research was collected by distributing questionnaires to the
respondents. Samples taken from this research are 389 employees of PT.
Matahari Department Store. Data was analyzed using the simple linier
regressions and multiple linier regressions.The results showed that there is
the influence of organization commitment on employee performance with a t
value of 10,168 > t table (1,96) and a significance value of 0,000 < 0,05;
there is the influence of organization culture on employee performance with
a t value of 4,503 > t table (1,96) and a significance value of 0,000 < 0,05;
there is the influence of job involvement on employee performance with a t
value of 4,934 > t table (1,96) and a significance value of 0,000 < 0,05, and
there is the influence of organization commitment, organization culture, and
job involvement on employee performance simultaneously with f value of
36,354 > f table (2,26) and a significance value of 0,000 < 0,05.
Keywords: Organization Commitment, Organization Culture, Job Involvement,
Employee Performance
Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia
(Aprindo) yang semakin bertambah
dari 340 tahun 2008 menjadi 510 di
tahun 2010.
Ini
menunjukkan
bahwa pasar ritel banyak diminati
oleh para pebisnis.
Menurut Kotler dan Keller
(2012, 469) menyatakan bahwa,
“Retailing includes
all
the
activities involved in selling goods
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Perkembangan ritel Indonesia
begitu pesat, hal ini ditandai
dengan munculnya pemain - pemain
baru dalam bisnis ritel. Menurut
Meryana
(Kompas.com,
2011)
menyatakan
bahwa,
terjadi
peningkatan
jumlah
anggota
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
or services directly to final
consumers
for
personal,
nonbusiness use”. Bisnis Ritel
berdasarkan sifatnya digolongkan
menjadi dua, yakni ritel yang
bersifat tradisional dan
yang
bersifat modern (Soliha 2008, 129 130).
Menurut Perreault et al.
(2010, 345) menyatakan bahwa,
“Department store are
larger
stores that are organized
into
many separate departments and
offer many product lines. Each
department is like a separate
limited - line store and handles a
wide variety of a shopping product,
such
as
men’s
wear
or
housewares.”
Pemain besar department
stores lokal adalah seperti Matahari
dan
Ramayana
(Indonesia
Commercial Newsletter). Matahari
Department
Store
adalah
department store lokal yang selalu
ramai dikunjungi pembeli. Saat ini
MDS telah tersebar sebanyak 122
toko di pusat perbelanjaan yang
terdapat di seluruh Indonesia (Arum
2013, 7).
Mengingat persaingan yang
kompetitif atas perusahaan yang
sejenis, PT. Matahari Department
Store perlu memperhatikan sumber
daya manusia. Dengan memiliki
pengelolaan sumber daya manusia
yang efisien dan profesional, dapat
meningkatkan kinerja perusahaan,
sekaligus meningkatkan daya saing
perusahaan (Endri, 2012).
Pada
dasarnya
kinerja
merupakan sesuatu hal bersifat
individual, karena setiap karyawan
memiliki
tingkat
kemampuan
berbeda
dalam
mengerjakan
tugasnya.
Menurut Simanjuntak
(2011, 1), “Kinerja adalah tingkat
66
November 2012
pencapaian hasil atas pelaksanaan
tugas tertentu.”
Permasalahannya
adalah
bagaimana
menciptakan
dan
mempengaruhi
SDM
agar
mempunyai kinerja yang lebih baik.
Berbagai literatur manajemen dan
penelitian telah banyak dibahas
tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi kinerja SDM. Kinerja
SDM
dapat
dipengaruhi
oleh
beberapa faktor, seperti misalnya
budaya organisasi (Shahzab et al.
2012), komitmen organisasi (Khan
et al. 2010) dalam penelitian
Setyorini et al. (2012, 33-34), dan
keterlibatan kerja (Robbins dan
Judge 2008, 100) .
Menurut Rivai (2003, 248),
“Komitmen
organisasi
adalah
keadaan
dimana
seseorang
karyawan memihak pada suatu
organisasi tertentu dan tujuan –
tujuannya.” Ini berarti bagaimana
karyawan konsisten dalam apa yang
mereka katakan dan lakukan.
Koesmono
(2005,
175)
mengadakan suatu penelitian yang
dipublikasikan
menyimpulkan
bahwa
budaya
organisasi
berpengaruh terhadap
kinerja
secara positif. Menurut
Siagian
(2002, 29) menyatakan bahwa,
“Ternyata
budaya
organisasi
memainkan peranan penting dalam
mengelola suatu organisasi karena
definisi
mengatakan,
bahwa
budaya
organisasi
merupakan
persepsi yang sama tentang makna
hakiki kehidupan bersama dalam
organisasi.”.
Faktor
yang
mempengaruhi
kinerja lainnya adalah keterlibatan
kerja (Setyorini et al. 2012, 34).
Definisi keterlibatan kerja yang
dikemukakan oleh Robin dan Judge
(2008, 100) menyatakan bahwa,
“Keterlibatan
kerja
mengukur
ISSN: 1410 -9875
tingkat sampai mana
individu
secara
psikologis
memihak
pekerjaan mereka dan menganggap
penting tingkat
kinerja
yang
dicapai
sebagai
bentuk
penghargaan
diri.”
Karyawan
dengan keterlibatan kerja yang
tinggi
akan
menjadi
lebih
termotivasi,
lebih
berkomitmen
terhadap
perusahaan,
lebih
produktif dengan pekerjaan mereka
sehingga
nantinya
akan
menghasilkan kinerja yang optimal.
Berdasarkan uraian di atas maka
penulis tertarik untuk melakukan
penelitian kembali pada objek yang
berbeda
yaitu
karyawan
PT.
Matahari Department Store. Dimana
penelitian ini merupakan replikasi
dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Setyorini et al.
tentang
Pengaruh
Komitmen
Organisasi, Budaya Organisasi, dan
Keterlibatan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan Baitul Maal Wat Tamwil
(2012). Oleh karena itu, penulis
memberikan
judul
“PENGARUH
KOMITMEN ORGAN
ISASI, BUDAYA ORGANISASI, DAN,
KETERLIBATAN KERJA TERHADAP
KINERJA KARYAWA
N PT. MATAHARI DEPARTEMENT
STORE”.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dijelaskan sebelumnya, maka
permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah terdapat pengaruh
komitmen
organisasi
terhadap kinerja karyawan?
2.
Apakah terdapat pengaruh
budaya organisasi terhadap
kinerja karyawan?
3.
Apakah terdapat pengaruh
keterlibatan kerja terhadap
kinerja karyawan?
Setia Tjahjanti
4.
Apakah terdapat pengaruh
komitmen organisasi, budaya
organisasi, dan keterlibatan
kerja secara bersama - sama
terhadap kinerja karyawan?
Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini
diharapkan mampu memberikan
manfaat sebagai berikut :
1.
Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan bagi
pihak
manajemen
dalam
pengambilan keputusan di
masa mendatang berkaitan
dengan komitmen organisasi,
budaya
organisasi,
dan
keterlibatan kerja terhadap
kinerja karyawan.
2.
Bagi Penulis
Dapat
menambah
pengetahuan mengenai teori
- teori yang berhubungan
dengan
variabel
seperti
komitmen organisasi, budaya
organisasi,
keterlibatan
kerja, dan kinerja karyawan.
3.
Bagi Pihak Lain
Diharapkan dapat memberi
masukan bagi pengembangan
proses belajar mengajar dan
perkembangan ilmu sumber
daya
manusia
(SDM)
khususnya tentang komitmen
organisasi,
budaya
organisasi, dan keterlibatan
kerja yang berkaitan dengan
kinerja karyawan.
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Model Penelitian
Komitmen
Organisasi
Budaya
Organisasi
Kinerja
Karyawan
Keterlibatan
Kerja
Gambar 1. Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah
karyawan PT. Matahari Department
Store yang terdiri dari 14126
karyawan
dalam
divisi
Merchandising & Marketing, Store
Operations,
Human
Resources,
Financial Officer, Real Estate &
Store Planning,
Procurement,
System & Procedure, dan Logistics
pada PT. Matahari Department
Store. Penetapan jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan
Rumus Slovin, dengan jumlah
sampel,
yaitu
sebanyak
389
responden.
Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel berupa teknik
sampling purposive, dengan kriteria
telah bekerja lebih dari 1 tahun
dan merupakan karyawan tetap.
Pengukuran Variabel
Hasil jawaban responden diukur
dalam kuesioner untuk setiap
pertanyaan adalah skala likert
dengan 5 point, yaitu: Sangat Tidak
Setuju (1), Tidak Setuju (2), Ragu –
ragu (3), Setuju (4), Sangat Setuju
(5).
68
November 2012
Indikator yang digunakan untuk
variabel komitmen organisasi dalam
penelitian ini adalah affective
commitment,
continuance
commitment,
dan
normative
commitment. Sedangkan indikator
yang digunakan untuk variabel
budaya organisasi adalah perhatian
pada rincian, orientasi pada hasil,
orientasi pada orang, dan orientasi
pada tim. Indikator yang digunakan
untuk variabel keterlibatan kerja
adalah
keterlibatan
karyawan
dengan rekan kerja, keterlibatan
karyawan
dengan
pelanggan,
keterlibatan
karyawan
dengan
pimpinan/atasan, dan keterlibatan
karyawan dengan waktu kerja. Dan
indikator yang digunakan untuk
variabel kinerja karyawan adalah
kemampuan, komitmen profesi,
motivasi, dan kepuasan kerja.
Uji Instrumen Penelitian
Uji
instrumen
penelitian
menggunakan uji validitas dan uji
reliabilitas. Validitas menunjukkan
seberapa nyata suatu pengujian
mengukur apa yang seharusnya
diukur (Jogiyanto 2010, 120).
Mengukur tingkat validitas dapat
dilakukan
dengan
metode
Corrected Total Correlation. Jika r
hitung lebih besar r tabel, maka
instrumen atau item - item
pertanyaan
dinyatakan
valid
(Priyatno 2009, 21 - 22).
Reliabilitas
menunjukkan
akurasi
dan
ketepatan
dari
pengukurnya (Jogiyanto 2010, 120).
Reliabilitas dapat diuji atau dinilai
dengan menggunakan teknik Alpha
Cronbach, Kriteria suatu instrumen
dikatakan reliabel bila koefisien
reliabilitas >0,6 (Siregar 2010, 175).
ISSN: 1410 -9875
Setia Tjahjanti
Uji Asumsi Klasik
Uji
asumsi
klasik
dalam
penelitian ini terdiri atas uji
multikonileritas, uji autokorelasi,
dan uji heteroskedastisitas. Cara
yang
lebih
umum
untuk
mengidentifikasi
multikolinearitas
adalah
dengan
melihat
nilai
Toleransi dan Variance Inflation
Factor (Sekaran & Bouge
2010,
353).
Uji
Autokorelasi
dapat
dilakukan
dengan
Lagrange
Multiplier (LM Test) atau Breusch Godfrey untuk sampel yang besar
(Ghozali
2013,
113).
Cara
menentukan uji heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan cara, di
antaranya Residual Plot, Metode
grafik, Uji Park, Uji Glejser, dan
Kelaziman (Umar 2008, 82).
Metode Analisis Data
a. Analisis Koefisien Korelasi (R)
Menurut Algifari (2010, 199)
Kegunaan analisis koefisien korelasi
adalah
“Untuk
mengetahui
keeratan hubungan
(korelasi)
antara
dua
macam
variabel
digunakan ukuran koefisien korelasi
(r). Besarnya koefisien korelasi (r)
antara dua macam variabel adalah
nol sampai dengan ±1.”
b. Analisis Koefisien Determinasi
Menurut Bowerman (2003, 541)
menyatakan bahwa, “R2 is the
proportion of the total variation in
the n observed values of the
dependent variable
that
is
explained by the overall regression
model.”
c. Analisis Regresi Sederhana
Menurut Anderson, et al.
(2014, 600), “The equation that
discribes how y is related to x and
an error term is called the
regression model.” The regression
model used in simple linear
regression follows.
y = β0 + β1X1 + ε
d. Analisis Regresi Berganda
Menurut Anderson et al.
(2014, 684), “The equation that
describes how the dependent
variable y is related to the
independent variables x1, x2, ..., xp
and an error term is called
multiple regression model.” We
begin with the assumption that the
multiple regression model takes
the following form:
y = β0 + β1x1 + β2x2 + ...+ βpxp + ε
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian
validitas
dan
reliabilitas adalah sebuah proses
untuk mengukur item pertanyaan
yang ada dalam sebuah kuesioner,
tujuannya
untuk
mengetahui
apakah sudah valid dan konsisten
tidaknya
jawaban
seseorang
terhadap item – item pertanyaan
(Sarjono dan Julianita 2011, 35).
Hasil
analisis
dengan
IBMSPSS21
menjelaskan
bahwa
instrumen penelitian variabel –
variabel baik variabel
bebas
maupun terikat seluruhnya adalah
valid, karena memiliki koefisien
korelasi
>
0,099.
Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Komitmen Organisasi (X1)
Budaya Organisasi (X2)
Keterlibatan Kerja (X3)
Kinerja Karyawan (Y)
Jumlah Pertanyaan
8
12
4
10
Alpha Cronbach
0,763
0,797
0,737
0,609
Hasil
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber: hasil olahan IBMSPSS21
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Jadi dapat
disimpulkan
bahwa
semua
variabel
dalam
penelitian ini mempunyai
nilai
Alpha Cronbach > 0,6 dan dapat
dikatakan reliabel.
B. Uji Kualitas Data
Uji Normalitas
Menurut
Sarjono
dan
Julianita (2011, 53), uji normalitas
bertujuan
untuk
mengetahui
normal
atau
tidaknya
suatu
distribusi data.
November 2012
Tabel 2. Nilai Toleransi dan VIF
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
1
VIF
(Constant)
KomitmenOrga
nisasi
BudayaOrganisa
si
,796
1,256
,874
1,144
KeterlibatanK
erja
,837
1,194
D. Uji Heteroskedastisitas
Dari
gambar
3.
(grafik
scatterplot)
dapat
disimpulkan
bahwa titik – titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y dan
tidak membentuk sebuah pola,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 2. Normal Probability Plot
C. Uji Multikolineritas
Dari tabel 2. menunjukan
hasil
dimana
semua
variabel
independen-nya yaitu komitmen
organisasi, budaya organisasi, dan
keterlibatan kerja angka tolerancenya >0,1 dan angka variance
inflation factor-nya (VIF) <10. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi multikolinieritas.
Gambar 3. Uji heteroskedastisitas
E. Pengujian Hipotesis
Dari tabel 3. Adapun model regresinya adalah sebagai berikut :
Y= 1,312+0,446X1+0,74X2+0,60X3 +e
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
70
(Constant)
Std. Error
1,312
,231
KomitmenOrganisasi
,446
,055
BudayaOrganisasi
,074
,050
t
Sig.
Beta
5,687
,000
,409
8,118
,000
,072
1,489
,137
ISSN: 1410 -9875
Keterlibatan Kerja
Setia Tjahjanti
,060
,042
,069
1,410
,159
a. Dependent Variable: Kinerja
Persamaan regresi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Konstanta
sebesar
1,312
dapat diartikan bahwa ketika
nilai komitmen organisasi,
budaya
organisasi,
dan
keterlibatan kerja adalah 0,
maka nilai kinerja karyawan
adalah sebesar 1,312.
Untuk koefisien regresi X1
2.
atau komitmen organisasi
jika mengalami
kenaikan
satu satuan, maka akan
meningkatkan
kinerja
karyawan
sebesar
0,446
satuan dengan
asumsi
variabel
independen
lain
dianggap konstan.
Besarnya koefisien regresi X2
3.
atau budaya organisasi jika
mengalami kenaikan satu
satuan,
maka
akan
meningkatkan
kinerja
karyawan sebesar
0,74
satuan dengan
asumsi
variabel
independen
lain
dianggap konstan.
4.
Variabel keterlibatan kerja
atau koefisien regresi X3 jika
mengalami kenaikan satu
satuan,
maka
akan
meningkatkan
kinerja
karyawan sebesar
0,60
satuan dengan
asumsi
variabel
independen
lain
dianggap konstan.
Uji Pengaruh Komitmen Organisasi
terhadap Kinerja Karyawan
Hasil t tabel adalah sebesar 1,96 atau 1,96 untuk tingkat
signifikansi 5% dan diperoleh t
hitung sebesar 10,168. Karena t
hitung
terletak
di
wilayah
penerimaan Ha artinya terdapat
pengaruh antara variabel komitmen
organisasi
terhadap
kinerja
karyawan.
Uji Pengaruh Budaya Organisasi
terhadap Kinerja Karyawan
Hasil t tabel adalah sebesar 1,96 atau 1,96 untuk tingkat
signifikansi 5% dan diperoleh t
hitung sebesar 4,503. Karena t
hitung
terletak
di
wilayah
penerimaan Ha artinya terdapat
pengaruh antara variabel budaya
organisasi
terhadap
kinerja
karyawan.
Uji Pengaruh Keterlibatan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan
Hasil t tabel adalah sebesar 1,96 atau 1,96 untuk tingkat
signifikansi 5% dan diperoleh t
hitung sebesar 4,934. Karena t
hitung
terletak
di
wilayah
penerimaan Ha artinya terdapat
pengaruh
antara
variabel
keterlibatan kerja terhadap kinerja
karyawan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis,
dapat
disimpulkan
bahwa: (a) terdapat pengaruh
komitmen organisasi
terhadap
kinerja karyawan, (b) terdapat
pengaruh
budaya
organisasi
terhadap kinerja karyawan, (c)
terdapat
pengaruh
keterlibatan
kerja terhadap kinerja karyawan,
dan (d) terdapat
pengaruh
komitmen
organisasi,
budaya
organisasi, dan keterlibatan kerja
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
terhadap kinerja karyawan secara
simultan.
oleh sampel tidak menunjukan
keadaan sesungguhnya.
Beberapa
keterbatasan
dalam penelitian ini antara lain,
faktor – faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan dalam penelitian
ini hanya terdiri dari tiga variabel
sedangkan masih banyak faktor lain
yang
mempengaruhi
kinerja
karyawan,
serta
adanya
keterbatasan
penelitian
dengan
menggunakan
kuesioner
yaitu
terkadang jawaban yang diberikan
Diharapkan pada penelitian
selanjutnya untuk menggunakan
jenis perusahaan lain sebagai objek
penelitian. Serta dalam penelitian
ini variabel yang digunakan untuk
penelitian ini sangat sedikit, yaitu
hanya tiga variabel, oleh sebab itu
pada penelitian selanjutnya dapat
menambahkan
variabel
lainnya
yang berhubung dengan kinerja
karyawan.
DAFTAR REFRENSI
Algifari. 2010. Statistika Deskriptif Plus Untuk Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Anderson, David R, Dennis J. Sweaney, Thomas A. Williams, and Jeffry D.
Camm. 2014. Statistics for Business and Economics 12e. South-Western:
Cengage Learning.
Arum, Bunga Citra. 2013. Masih Butuh Lebih Banyak Ruang Ritel. Bisnis
Indonesia, November 3.
Bowerman, Bruce L, and Richard T. O’Connell. 2003. Business Statistics in
Practice. NewYork: McGraw-Hill.
Endri. 2012. Peran Human Capital dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan:
Suatu
Tinjauan
Teoritis
Dan
Empiris.
Ilmu
dan
Budaya.journal.unas.ac.id/index.php/ilmubudaya/article/download/40/
29 (accessed Desember 3, 2013).
Ghozali, H. Imam. 2013. Aplikasi
Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: UNDIP.
Indonesian Commercial Newsletter (ICN).http://www.datacon.co.id/Ritel2011Store.html.
Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Koesmono, H. Teman. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi
Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri
Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol.7, No.2: 171-188.
Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller.
2012. Marketing Management. 14th Edition. London: Pearson
Education.
Kompas.com. News. Edukasi. Bisnis
72
ISSN: 1410 -9875
Setia Tjahjanti
& Keuangan, 2011: Aprindo: Ritel RI Lebih Tahan Krisis.
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/24/08572872/Aprindo.Ritel
.RI.Lebih.Tahan.Krisis.
Perreault, William D., Joseph P.
Cannon, and E. Jerome McCarthy. 2010. Basic Marketing: A Marketing
Strategy Planning Approach. NewYork: McGrawHill.
Priyatno, Duwi. 2009. Mandiri Belajar
SPSS. Yogyakarta: MediaKom.
Rivai, Viethzal. 2003. Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo.
Robbins, P. Stephen, and Timothy A.
Judge. 2008. Organizational Behaviour. Edisi 12. Jakarta: Salemba
empat.
Sarjono, Haryodo, dan Winda Julianita. 2011. SPSS vs LISREL sebuah
pengantar, aplikasi untuk riset. Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach. Fifth edition. United Kingdom: John wiley & Sons Ltd.
Setyorini, Christina Tri., Siti
Maghfiroh, dan Yusriyati Nur Farida. 2012. Pengaruh Komitmen
Organisasi, Budaya Organisasi, Dan Keterlibatan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Media Riset Akuntansi, Vol.2,
No.1: 32 – 47.
Siagian, Sondang P. 2002. Kiat
Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Simanjuntak, Payaman J. Manajemen
& Evaluasi Kinerja. 2011. Jakarta: Lembaga Penerbit Falkutas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Siregar, Syofian. 2010. Statistika
Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan
Manual
dan
Aplikasi SPSS versi 17. Jakarta: Rajawali Pers.
Soliha, Euis. 2008. Analisis Industri
Ritel di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.15, No.2: 128-143.
Umar, Husein. 2008. Desain Penelitian MSDM dari Perilaku Karyawan:
Paradigma Positivistik dan
Berbasis Pemecahan Masalah. Jakarta:
Rajawali Pers.
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
74
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 75-86
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH LEVERAGE, OPERATING CASH FLOW,
PROFITABILITAS, FIRM SIZE, ASSET TANGIBILITY
DAN CASH CONVERSION CYCLE TERHADAP
NET WORKING CAPITAL
STEVEN YAP
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract : The purpose of this research is to test and investigate the
influence of leverage, operating cash flow, profitability, firms size, asset
tangibility and cash conversion cycle towards net working capital. This
research is also to improve the results of prior researches. The population of
this research is consumer goos industry companies listed in the Indonesia
Stock Exchange over the 8 years period 2005-2012. Samples consist of 9
manufacturing companies, selected using purposive sampling method. The
data type is secondary data which collected from Indonesia Stock Exchange.
Data was analyzed using multiple regression. The result shows that leverage,
operating cash flow, profitability, and asset tangibility have influences
towards net working capital. Otherwise, firms size and cash conversion cycle
do not have influences towards net working capital.
Keywords:
Net Working Capital, Leverage, Operating
Cash
Flow,
Profitability, Firms Size, Asset Tangibility and Cash Conversion
Cycle.
melaksanakan
fungsi
keuangan,
modal
kerja
sebagai
wadah
perusahaan untuk
mengelola
efisiensi pendanaannya agar tetap
dapat menjaga minimum
net
working capital. Dalam fungsi
ekonomi,
efisiensi
pengelolaan
modal kerja akan menyebabkan
perusahaan
lebih
profitable
sehingga akan berkontribusi sebagai
penyumbang pertumbuhan ekonomi
negara.
Pelaksanaan
manajemen
modal kerja menjadi bagian dasar
PENDAHULUAN
Manajemen
modal
kerja
merupakan area penting dalam
manajemen keuangan perusahaan.
Kegagalan
atau
keberhasilan
perusahaan dalam mengelola modal
kerja sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan hidup perusahaan.
Selain itu, modal kerja memiliki
peranan
penting
dalam
perekonomian negara karena telah
menjalankan fungsi keuangan dan
fungsi
ekonomi.
Dalam
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
dari strategi mencapai tujuan
perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan pemilik atau para
pemegang saham. Menurut Ross et.
al (2010: 4), manajamen modal
kerja adalah pengelolaan aktivitas
perusahaan
sehari-hari
dengan
memastikan
bahwa
perusahaan
memiliki sumber daya yang cukup
untuk melanjutkan operasionalnya
dengan meminimalisir biaya yang
mahal. Pengukuran modal kerja
menggunakan
pengukuran
net
working capital. Semakin besar
jumlah net working capital maka
akan semakin kecil resiko yang
dihadapi
perusahaan.
Besarnya
jumlah net working capital yang
dimiliki
perusahaan
sangat
ditentukan oleh jenis usaha dari
masaing-masing perusahaan.
Pengelolaan
modal
kerja
sangat penting bagi perusahaan dan
investor.
Dilihat
dari
sisi
perusahaan,
perusahaan
akan
menjaga tingkat optimal modal
kerja bersih (net working capital)
mereka agar dapat memaksimalkan
nilai perusahaan dengan menjaga
likuiditas
dan
profitabilitas
perusahaannya. Selain itu
dlihat
dari sisi investor, sebagai pihak
yang memiliki dana di perusahaan
tersebut, mereka mengharapkan
memperoleh
laba
sebanyakbanyaknya sehingga pendapatan
atau keuntungan yang diterima
nantinya akan digunakan oleh
investor sebagai sinyal prospek
perusahaan di masa yang akan
datang.
Untuk
dapat
mencapai
tujuan perusahaan,
perusahaan
harus mengelola modal kerja secara
efisien
dan
efektif.
Titik
permasalahan dalam penelitian ini
76
November 2012
adalah bagaimana cara mengelola
modal kerja secara efektif dan
efisien.
Karena
kurangnya
pemahaman
manajemen
dalam
merencanakan
serta
mengatur
komponen-komponen modal kerja
akan
menyebabkan
ketidakmampuan
untuk
menyediakan likuiditas dan terjadi
bankruptcy. Oleh karena
itu,
perusahaan akan meminimalkan
resiko likuiditas dan kebangkrutan
dengan
memahami
penentu
kebutuhan modal kerja.
Besar jumlah net working
capital yang dihasilkan sangat
ditentukan oleh sifat dan jenis
perusahaan
dari
masing-masing
industri. Perusahaan manufaktur
merupakan perusahaan yang aktif
melakukan produksi dan penjualan
dalam memenuhi permintaan pasar,
sehingga semakin tinggi aktivitas
perusahaan maka akan semakin
tinggi pula modal kerja yang
diperlukan. Dalam penelitian ini,
peneliti
memilih
industri
manufaktur sektor barang konsumsi
sebagai objek penelitian karena
selama tahun 2005-2012 industri
manufaktur
terus
menjadi
penyumbang
terbesar
dalam
Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Kontribusi
industri
manufaktur
terhadap PDB untuk tahun 2005
sebesar 27,7%, tahun 2006 sebesar
28,1%, tahun 2007 sebesar 27,1%,
tahun 2008 sebesar 27,9%, tahun
2009 sebesar 26,4%, tahun 2010
sebesar 24,8%, tahun 2011 sebesar
24,3% dan tahun 2012 sebesar
23,97%
(Sumber:
Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia Tahun 20052012, Badan Pusat Statistik).
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
Tabel 1
Kapitalisasi Pasar 3 Sektor Industri Manufaktur Tahun 2005-2012
(Milyaran Rupiah)
Sektor
Barang
Konsumsi
2005
135.498
2006
178.209
2007
193.800
2008
133.414
2009
245.554
2010
479.533
2011
596.946
2012
771.223
Aneka
Industri
57.795
79.639
135.728
60.952
169.518
264.739
362.531
371.799
Dasar dan
Kima
53.259
79.639
123.266
81.587
163.625
246.898
270.553
348.090
Sumber: Factbook 2006-2013, Indonesia Stock Exchange
Kemudian dalam
industri
manufaktur terbagi dalam
tiga
sektor yaitu industri manufaktur
sektor barang konsumsi, sektor
aneka industri dan sektor & kima.
Berdasarkan
tabel
1,
industri
manufaktur
sektor
konsumsi
memiliki kapitalisasi pasar yang
paling besar dalam memeberikan
kontribusi
untuk
industri
manufaktur.
Kapitalisasi
Pasar
adalah nilai dari saham perusahaan
yang beredar atau modal saham,
surplus dari hutang jangka panjang
lainya,
sehingga
besar
dan
pertumbuhan dari suatu kapitalisasi
pasar
perusahaan
seringkali
menjadi pengukuran penting dari
keberhasilan
atau
kegagalan
perusahaan
(sumber:
www.wikipedia.co.id).
Besarnya
kapitalisasi pasar yang dimiliki ini
menunjukan
bahwa
industri
manufaktur
sektor
konsumsi
mempunyai market power yang
kuat sehingga mempunyai peluang
pertumbuhan yang tinggi untuk
ekspansi dan memerlukan modal
kerja yang besar agar dapat
memenuhi
pertumbuhan
perusahaan yang selaras dengan
pertumbuhan permintaan.
Berdasarkan latar belakang
yang telah dikemukakan diatas,
penulis dapat merumuskan masalah
penelitian yaitu: Apakah Leverage,
Operating Cash Flow, Profitabilitas,
Firm Size, Asset Tangibility dan
Cash Conversion Cycle baik secara
parsial ataupun secara bersamasama
mempunyai
pengaruh
terhadap Net Working Capital?
Adapun
tujuan
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui pengaruh Leverage,
Operating Cash Flow, Profitabilitas,
Firm Size, Asset Tangibility dan
Cash Conversion Cycle baik secara
parsial ataupun secara bersamasama
mempunyai
pengaruh
terhadap Net Working Capital.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pecking Order Theory
Pecking order
theory
adalah
keputusan
pendanaan
perusahaan
dengan
lebih
mengutamakan pendanaan internal
daripada pendanaan
eksternal
untuk aktivitas pendanaan jangka
pendek. Jika pendanaan internal
tidak mencukupi sumber dana yang
diutamakan adalah hutang, bukan
menerbitkan saham.
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Net Working Capital
Net working capital adalah
pengukuran modal kerja yang
digunakan
untuk
mengukur
seberapa likuiditas
perusahaan
untuk membiayai operasionalnya
sehari-hari.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebutuhan Modal Kerja
Leverage (Debt Ratio)
Debt ratio adalah rasio
yang
menunjukan
tingkat
penggunaan
hutang
perusahaan
yang diukur berdasarkan total
hutang di bagi total aset.
Operating Cash Flow
Operating
cash
flows
merupakan aliran kas yang berasal
dari operasional rutin perusahaan.
Profitabilitas (Return on Asset)
Return
on
assets
menunjukan
kemampuan
untuk
memperoleh
laba
dari
aktiva
perusahaan.
Firm Size
Ukuran perusahaan adalah
indikator yang menentukan besar
kecilnya ukuran suatu perusahaan
yang diukur dengan cara logaritma
dari total aset.
November 2012
mengumpulkan kembali
penjualan barang jadi.
kas
dari
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis ke-1:
H01: tidak
terdapat
pengaruh
Leverage terhadap Net Working
Capital.
Ha1: terdapat pengaruh Leverage
terhadap Net Working Capital.
Hipotesis ke-2:
H02:
tidak
terdapat
pengaruh
Operating Cash Flow terhadap Net
Working Capital.
Ha2: terdapat pengaruh Operating
Cash Flow terhadap Net Working
Capital.
Hipotesis ke-3:
H03:
tidak
terdapat
pengaruh
Profitabilitas terhadap Net Working
Capital.
Ha3:
terdapat
pengaruh
Profitabilitas terhadap Net Working
Capital.
Hipotesis ke-4:
H04: tidak terdapat pengaruh Firm
Size terhadap Net Working Capital.
Ha4: terdapat pengaruh Firm Size
terhadap Net Working Capital.
Asset Tangibility
Asset
tangibility adalah
sumber daya berupa aktiva tetap
yang dimiliki oleh perusahaan yang
digunakan dalam proses bisnisnya
yang diukur berdasar aset tetap
dibagi total aset.
Hipotesis ke-5:
H05: tidak terdapat pengaruh Asset
Tangibility terhadap Net Working
Capital.
Ha5:
terdapat pengaruh
Asset
Tangibility terhadap Net Working
Capital.
Cash Conversion Cycle
Cash
convesion
cycle
menunjukan waktu yang dibutuhkan
mulai
saat
perusahaan
mengeluarkan uang untuk membeli
bahan
baku
sampai
dengan
Hipotesis ke-6:
H06: tidak terdapat pengaruh
Conversion Cycle terhadap
Working Capital.
Ha6:
terdapat
pengaruh
Conversion Cycle terhadap
Working Capital.
78
Cash
Net
Cash
Net
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
Hipotesis ke-7:
H07:
tidak
terdapat
pengaruh
Leverage, Operating Cash Flow,
Profitabilitas, Firm Size, Asset
Tangibility dan Cash Conversion
Cycle
secara
bersama-sama
terhadap Net Working Capital.
Ha7: terdapat pengaruh Leverage,
Operating Cash Flow, Profitabilitas,
Firm Size, Asset Tangibility dan
Cash
Conversion Cycle secara
bersama-sama
terhadap
Net
Working Capital.
METODA PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Bentuk
penelitian
ini
merupakan penelitian hubungan
kausal
dimana
peneliti
ingin
mengetahui pengaruh dari variabel
independen
terhadap
variabel
dependen. Sampel dipilih dengan
menggunakan metode purposive
sampling
pada
perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI
periode
2005-2012,
sehingga
diperoleh jumlah sampel sebanyak
9 perusahaan (72 pengamatan).
Variabel Penelitian
Tabel 2 Operasionalisasi Variabel
Variabel
Dependen
Net Working
Capital (NWC)
Variabel
Independen
Leverage (DR)
Operating Cash
Flow (OCF)
Profitabilitas
(ROA)
Firm Size (SIZE)
Asset
Tangibility
(TANG)
Cash
Conversion
Cycle (CCC)
Definisi Operasional
Rumus
Pengukuran modal kerja yang
digunakan untuk mengukur
seberapa likuiditas
perusahaan untuk membiayai
operasionalnya sehari-hari.
���
������� ����� � ������� �����������
����� ������
Definisi Operasional
Rumus
Debt Ratio mengukur tingkat
penggunaan hutang di
perusahaan.
Operating cash flow
menunjukan aliran kas yang
berasal dari operasional
perusahaan.
Return on Assets mengukur
tingkat laba yang dihasilkan
dari aktiva perusahaan.
Firm Size mengukur ukuran
besar kecil perusahaan dari
total aktiva.
Asset Tangibility mengukur
proporsi
aktiva
tetap
perusahaan.
Cash
Conversion
Cycle
mengukur jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk mengubah
pengeluaran
kas
sampai
mengumpulkan kembali kas
dari penjualan barang jadi
yang diproduksi perusahaan.
����� ����
����� �����
��������� ���� ����
����� � ������������ � ������
����� �����
��� ������
����� �����
����� ���� � �� ������ ������
����� �����
����� �����
���
� ������� ���������� ������
� ��������� �������� �� ����
� ������� ������� ������
���
365
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
HASIL PEMBAHASAN
Tabel 3
Hasil Analisis Koefisien
Determinasi H1
R
-0.638202
R2
0.407302
Tabel 3 menunjukan bahwa
nilai R adalah sebesar 0,638202,
maka dapat disimpulkan antara
variabel leverage dengan variabel
net working
capital memiliki
hubungan yang kuat dan negative,
dimana variasi variabel net working
capital
dapat
dijelaskan
oleh
leverage sebesar
40,73%
dan
sisanya sebesar 59,27% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak
terdapat dalam model penelitian.
Tabel 4
Hasil Analisis Koefisien Regresi H1
Variabel
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C
0.612079
0.028295
21.63234
DR
-0.557425
0.083594
-6.668209
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8
Berdasarkan nilai statistik t
dari leverage berada di daerah
penolakan hipotesis H0 dimana t �
���� (-6,668209 � -1,994) dan pvalue 0,0000 lebih kecil dari alpha
0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa
leverage
berpengaruh
negatif terhadap net working
capital.
Tabel 5
Hasil Analisis Koefisien
Determinasi H2
R
0.400074
R2
Prob.
0.0000
0.0000
Tabel 5 menunjukan bahwa
nilai R adalah sebesar 0,400074,
maka dapat disimpulkan antara
variabel
operating
cash
flow
dengan variabel net working capital
memiliki hubungan sedang dan
positif, dimana variasi variabel net
working capital dapat dijelaskan
oleh operating cash flow sebesar
16% dan sisanya sebesar 84%
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak
terdapat
dalam
model
penelitian.
0.160059
Tabel 6
Hasil Analisis Koefisien Regresi H2
Variabel
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C
0.332771
0.036129
9.210688
OCF
0.755491
0.216278
3.493152
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8
Berdasarkan nilai statistik t
dari operating cash flow berada di
daerah penolakan hipotesis H0
(-3,493152 � dimana t � ��
��
80
November 2012
Prob.
0.0000
0.0008
1,994) dan p-value 0,0008 lebih
kecil dari alpha 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa operating
cash flow berpengaruh positif
terhadap net working capital.
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
Tabel 7
Hasil Analisis Koefisien
Determinasi H3
R
0.395163
R2
0.156154
Tabel 7 menunjukan bahwa
nilai R adalah sebesar 0,395163,
maka dapat disimpulkan antara
variabel
profitabilitas
dengan
variabel
net
working
capital
memiliki hubungan yang rendah dan
positif dimana variasi variabel net
working capital dapat dijelaskan
oleh profitabilitas sebesar 15,62%
dan
sisanya
sebesar
84,38%
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak
terdapat
dalam
model
penelitian.
Tabel 8
Hasil Analisis Koefisien Regresi H3
Variabel
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C
0.359154
0.029627
12.12261
ROA
0.990959
0.285448
3.471590
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8
Berdasarkan nilai statistik t
dari profitabilitas berada di daerah
penolakan hipotesis H0 dimana t �
���� (-3,471590 � -1,994) dan pvalue 0,0009 lebih kecil dari alpha
0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa profitabilitas berpengaruh
positif
terhadap
net
working
capital.
Tabel 9
Hasil Analisis Koefisien
Determinasi H4
R
-0,395163
R2
0,032727
Tabel 9 menunjukan bahwa
nilai R adalah sebesar 0,395163,
maka dapat disimpulkan antara
variabel firms size dengan variabel
net
working capital
memiliki
hubungan yang rendah dan negative
dimana variasi variabel net working
capital dapat dijelaskan oleh firms
size sebesar 3,27% dan sisanya
sebesar 96,73% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat
dalam model penelitian.
Tabel 10
Hasil Analisis Koefisien Regresi H4
Variabel
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C
1.164638
0.489174
2.380825
SIZE
-0.025606
0.017416
-1.470245
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8
Berdasarkan nilai statistik t
dari firms size berada di daerah
hipotesis H0 tidak dapat ditolak
dimana t � ���� atau t � ���� (-
Prob.
0.0000
0.0009
Prob.
0.0200
0.1460
1,470245 � -1,994 atau -1,470245
� 1,997) dan p-value 0,1460 lebih
besar dari alpha 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa firms size
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
tidak berpengaruh terhadap
working capital.
Tabel 11
Hasil Analisis Koefisien
Determinasi H5
R
-0,549574
R2
0,302032
net
Tabel 11
menunjukan
bahwa nilai R adalah sebesar
0,549574, maka dapat disimpulkan
antara variabel asset tangibility
dengan variabel net working capital
memiliki hubungan yang sedang dan
negative dimana variasi variabel
net
working
capital
dapat
dijelaskan oleh asset tangibility
sebesar 30,20% dan sisanya sebesar
69,8% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak terdapat dalam model
penelitian.
Tabel 12
Hasil Analisis Koefisien Regresi H5
Variabel
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C
0.697679
0.049805
14.00811
TANG
-0.912022
0.172527
-5.286241
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8
Berdasarkan nilai statistik t
dari asset tangibility berada di
daerah penolakan hipotesis H0
dimana t � ���� (-5,286241 � 1,994) dan p-value 0,0000 lebih
besar dari alpha 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa asset
tangibility
berpengaruh
negatif
terhadap net working capital.
Tabel 13
Hasil Analisis Koefisien
Determinasi H6
R
0,087098
R2
0,007586
82
Prob.
0.0000
0.0000
Tabel 13
menunjukan
bahwa nilai R adalah sebesar
0,087098, maka dapat disimpulkan
antara variabel cash conversion
cycle dengan variabel net working
capital memiliki hubungan yang
sangat rendah dan positif dimana
variasi variabel net working capital
dapat
dijelaskan
oleh
cash
conversion cycle sebesar 0,76% dan
sisanya sebesar 99,24% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak
terdapat dalam model penelitian.
Tabel 14
Hasil Analisis Koefisien Regresi H6
Variabel
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C
0.419074
0.042166
9.938709
CCC
0.069277
0.099208
0.698305
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8
Berdasarkan nilai statistik t
dari cash conversion cycle berada di
daerah penerimaan hipotesis H0
November 2012
Prob.
0.0000
0.4873
dimana t � ���� (-0,698305 � 1,994) dan p-value 0,4873 lebih
besar dari alpha 0,05, sehingga
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
dapat disimpulkan bahwa cash
conversion cycle tidak berpengaruh
terhadap net working capital.
Tabel 15
Hasil Analisis Koefisien
Determinasi H7
R
0.853536
Adjusted R-squared
0.703463
Tabel 15
menunjukan
bahwa nilai R adalah sebesar
0.853536 , maka dapat disimpulkan
antara variabel leverage, operating
cash flow, profitabilitas, firms size,
asset
tangibility
dan
cash
conversion cycle dengan variabel
net
working
capital
memiliki
hubungan yang sangat kuat dan
positif dimana variasi variabel net
working capital dapat dijelaskan
oleh leverage, operating cash flow,
profitabilitas, firms size, asset
tangibility dan cash conversion
cycle sebesar 70,35% dan sisanya
sebesar 29,65% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat
dalam
model
penelitian.
Tabel 16
Hasil Analisis Uji F
F-statistic
29.07181
Prob(F-statistic)
0.000000
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 8
Berdasarkan nilai statistik F
sebesar 29,07181. Nilai statistik F
berada
di
daerah
penolakan
hipotesis H0 dimana F
�
�
(29,07181 � 2,24) dan p-value
0,0000 lebih kecil dari alpha 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
leverage, operating cash flow,
profitabilitas, firms size, asset
tangibility dan cash conversion
cycle
secara
bersama-sama
berpengaruh positif terhadap net
working capital.
PENUTUP
Hasil
dari
penelitian
menunjukkan bahwa Leverage (DR)
mempunyai pengaruh yang negatif
terhadap Net Working Capital
(NWC). Sementara Operating Cash
Flow (OCF) mempunyai pengaruh
positif
terhadap
Net
Working
Capital
(NWC).
Akan
tetapi,
Profitabilitas
(ROA)
mempunyai
pengaruh yang positif terhadap Net
Working Capital (NWC).
Sementara itu, Firm size
(SIZE) tidak mempunyai pengaruh
terhadap net
working capital
(NWC). Asset tangibility (TANG)
mempunyai pengaruh negatif
terhadap Net Working Capital
(NWC). Sedangkan Cash Conversion
Cycle (CCC) tidak mempunyai
pengaruh terhadap
Net Working
Capital (NWC). Hasil pengujian
secara
simultan
Leverage,
Operating Cash flow, Profitabilitas,
Firms Size, Asset Tangibility, dan
Cash Conversion Cycle mempunyai
pengaruh positif terhadap Net
Working Capital (NWC).
Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah: 1)Penelitian ini hanya
terbatas pada
perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. 2). Periode penelitian
yang hanya menggunakan jangka
waktu 8 tahun penelitian dari 2005-
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
2012.
3).Terbatasnya
variabel
independen dalam penelitian ini
yang hanya meneliti 6 variabel.
Berdasarkan
keterbatasan
penelitian,
maka
saran
bagi
penelitian
selanjutnya adalah
sebagai berikut: 1). Diharapkan
penelitian
selanjutnya
dapat
November 2012
menambah
periode
waktu
penelitian terhadap net working
capital. 2).Penelitian selanjutnya
diharapkan
dapat
menambah
variabel-variabel lain selain seperti
variable firm age, firm growth,
growth domestic product atau rasio
keuangan lainnya.
REFERENSI
Abassi, Zia, Muhammad Muzammil, and Fahim Qazi.2012. Determinats of
Dividend Payout in Pakistan. American Journal of Scientific Research.
pp. 21-26.
Ahmed, H and Javid, A. 2009. Dynamics and Determinants of Dividend Policy
in Pakistan (Evidence from Karachi Stock Exchange Non-Financial Listed
Firms). International Research Journal of Finance and Economics.
Ajija, Shochrul R, Dyah W. Sari, Rahmat H. Setiando dan Martha R. Primanti.
2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.
Al-Kuwari, Duha.2009. Determinants of the Dividend Policy in Emerging Stock
Exchange: The case of GCC Countries. Global Economy and Finance
Journal Vol. 2 No. 2, 38-63.
Anderson, David R, dennis J. Sweeney and Thomas A. Williams. 2011.
Statistics for business and Economics 11th edition. USA: South Western.
Brealey, Richard A, Stewart C. Myers, and Franklin Allen. 2006. Corporate
Finance. Mc.Graw Hill.
Brigham, Eugene F, and Michael C. Ehrhardt. 2005. Financial Management:
Theory and Practice. 11th edition. South Western: Thomson.
Brigham, Eugen F, and Joel F, Houston 2001. Fundamental of Financial
Managemen. Alih Bahasa: Dodo Suharto
dan
HermanWibowo.
Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan. Buku Satu Jakarta: Erlangga.
Emery R Douglass, John D, Finnery, and John D, Stowe. 2004. Corporation
financial management, 2nd edition. Boston: Pearson Prentice Hall.
Gill, Amarjit S, Nahum Biger, and Rejendra Tibrewala. 2010. Determinant of
Dividend Payout Ratios: Evidence from United States. The Open
Business Journal. Vol. 3, 8-14.
Gitman, Lawrence J. 2009. Principle of Managerial Finance 12th Edition. USA
: Pearson.
Gitman, Lawrence J and Zutter. Chad J. 2012. Principles of Management
Finance. 13 ed. Boston. MA: Pearson Education, Inc
Gujarati, Damodar N and Dawn C Porter. 2009. Basic Econometrics, 5th
edition. Singapore: Mc Graw Hill
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, and
Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate data Analysis, 7th edition. USA:
Pearson.
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
84
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
Higgins, Robert C. 2001. Analysis For Financial Management 6th Edition.
Boston: McGraw Hill.
John, Franklin S and K. Muthusamy. 2010. Leverage, Growth, and Profitability
as Determinants of Dividend Payout Ratio – Evidence from Indian Paper
Industry. Asian Journal of Business Management Studies 1: 26-30.
Kanwal, Anil and Sujata Kapoor. 2008. Determinants of Dividend Payout Ratios
– a study of Indian Information Technology Sector. International
Research Journal of Finance and Economics. pp 63-71.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2010.
Intermediate Accounting. Thirteenth Edition. USA: John Wiley & sons.
Mackenzie, Bruce, Danie Coetsee, Tapiwa Njikizana, Raymond Chamboko, and
Blaise Colyvas. 2011. Interpretation and Application International
Financial Reporting Standards. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Malik, Fakhra, Sajid Gul, and Muhammad Tausef Khan.2013. Factors
Influencing Corporate Dividend Payout Decisions of Financial and NonFinancial Firms. Journal of Finance and Accounting Vol.4, No.1, 2013.
Marliana, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt
to Equity Ratio. Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio.
Jurnal Manajemen Bisnis Vol. 2 No. 1 Jan 2009.
Moradi, Mehdi, Mahdi Salehi, and Shanaz Honarmand.2010. Factors Affecting
Dividend Policy: Empirical Evidence of Iran. Jurnal. Poslovna Izvrsnost
Zagreb, GOD. IV 2010.
Ross, Stephen A, Randolph W. Westerfield, Bradford D, Jordan. 2008.
Corporation finance fundamental, 8th edition. Singapore: McGraw Hill
Inc.
Sanders, Donald H and Robert K. Smidth. 2000. Statistics: A first course. USA:
McGraw Hill.
Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Sayeed, Mohammad Abu. 2011. The Determinant of Capital Structure for
Selected Bangladeshi Listed Companies. International Reviews of
Bussiness Research Papers, vol. 7, no. 2, pp. 21-36.
Sekaran, Uma. Research Methods for Business 4th edition. 2003. John Wiley &
Sons Ltd: UK.
Sugiyono, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta Bandung.
Supranto J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi 2, Edisi Ketujuh. Jakarta:
Erlangga.
Tampubolon, Manahan P., Prof. Dr. 2005.Manajemen Keuangan (Finance
Management). Edisi Pertama. Bogor: Ghalia Indonesia.
Weygandt, Jery J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso, Donald E. 2010.
Accounting Principles. Ninth Edition. USA: John Wiley & sons.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Ekonisia
Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Ekonisia
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
86
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 87-98
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE INFLUENCE OF DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON EQUITY,
DIVIDEND PAYOUT RATIO, PRICE TO BOOK VALUE,
CURRENT RATIO AND FIRM SIZE TOWARD PRICE
EARNINGS RATIO
SYAFRIL YURISNO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to test and give empirical evidence
about the influence of debt to equity ratio, return on equity, dividend
payout ratio, price to book value, current ratio and firm size toward price
earnings ratio. Sample of this research are obtained from consumer goods
sector companies listed in Indonesia Stock Exchange for period 2002-2013.
The samples are collected using purposive sampling, where 10 companies met
the criteria and were analyzed using descriptive statistic and panel data
regressions with fixed effect model to test the hypothesis. The result of this
study shows that return on equity, dividend payout ratio, price to book value
and firm size does influence the price earnings ratio. On the other hand,
debt to equity ratio and current ratio do not influence the price earnings
ratio. Overall, the independent variables influence price earnings ratio
simultaneously.
Keywords:
Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Dividend Payout Ratio,
Price to Book Value, Current Ratio, Firm Size, Price Earnings
Ratio.
serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek” (Darmadji
dan Fakhruddin, 2006: 2). Pasar
modal memiliki peran penting bagi
perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua
fungsi, yaitu: (1) sebagai sarana
bagi pendanaan usaha atau sebagai
sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor), (2) Pasar modal
adalah sarana bagi
masyarakat
untuk berinvestasi pada instrumen
PENDAHULUAN
Pasar
modal
merupakan
fungsi ekonomis untuk menyediakan
fasilitas perpindahan dana
dan
fungsi
keuangan
untuk
menyediakan dana. Undang-undang
Pasar Modal No.8 tahun
1995
tentang Pasar Modal mendefinisikan
pasar modal sebagai “kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya,
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Salah satu pendekatan dalam
penilaian saham adalah pendekatan
Price
Earnings
Ratio
(PER).
Dasarnya PER memberikan indikasi
tentang
jangka
waktu
yang
diperlukan untuk mengembalikan
dana pada tingkat harga saham dan
keuntungan perusahaan pada suatu
periode tertentu. Oleh karena itu,
rasio ini menggambarkan kesediaan
investor membayar suatu jumlah
tertentu
untuk
setiap
rupiah
perolehan laba tersebut (Halim,
2003: 23).
Beberapa
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi PER telah banyak
dilakukan antara lain Aji
dan
Pangestuti
(2012),
Handayani
(2010), Hayati (2010), Safaruddin
(2013) serta Arisona (2013).
Objek dari penelitian ini adalah
sektor
barang
konsumsi
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dikarenakan adanya
keunggulan
annual book value sektor barang
konsumsi
dibandingkan
sektor
lainnya.
keuangan seperti saham, obligasi,
reksa dana, dan lain-lain.
Di antara berbagai instrumen
keuangan yang terdapat di pasar
modal,
saham
merupakan
instrumen yang memiliki tingkat
imbal hasil (return) dan risiko yang
tinggi. Saham mempunyai nilai
intrinsik sehingga nilai ini yang
akan diamati oleh para investor.
Nilai intrinsik merupakan suatu
fungsi
dari
variabel-variabel
perusahaan
yang
akan
dikombinasikan untuk menghasilkan
suatu return yang diharapkan dan
suatu risiko yang melekat pada
saham tersebut (Sunariyah, 2004:
169).
Menurut Handayani (2010)
pergerakan harga suatu saham yang
terjadi di bursa merupakan suatu
fenomena yang sangat penting bagi
para investor untuk dilakukan suatu
analisa. Sebab suatu pergerakan
harga saham yang baik akan
memperbesar kepercayaan investor
untuk melakukan investasi untuk
menjual atau membeli saham yang
dimiliki perusahaan.
Gambar 1.Book Value
Book Value Menurut Sektor
Tahun 2004‐2013
Rp20,000
Rp10,000
Rp‐
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Tahun
Agriculture
Mining
Basic Industry & Chemicals
Miscellaneous Industry
Consumer Goods Industry
Property, Real estate & building Construction
Infrastructure, Utilities and Transportation
Finance
Trade Services & Investment
Sumber: factbook IDX
88
ISSN: 1410 -9875
Sektor barang konsumsi yang
dicerminkan melalui data book
value merupakan sektor yang
memiliki book value yang paling
tinggi dibandingkan sektor lain.
Nilai book value dapat dihitung
dengan
membandingkan
total
shareholders’
equity
dengan
number of issued shares. Dengan
adanya perhitungan book value
maka
secara
tidak
langsung
retained earnings perusahaan dapat
diketahui karena laba ditahan
perusahaan tersebut merupakan
salah satu komponen dari total
shareholders’ equity.
Permasalahan yang diteliti dalam
penelitian ini adalah pengaruh Debt
to Equity Ratio, Return on Equity,
Dividend Payout Ratio, Price to
Book Value, Current Ratio, dan
Firm Size terhadap Price Earnings
Ratio Pada Perusahaan
Sektor Barang Konsumsi Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2002-2013 secara individu
maupun secara bersama-sama.
KERANGKA
PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Signaling Theory
Dasar dari signaling theory
dikembangkan berdasarkan asumsi
adanya perbedaan informasi yang
terjadi antara pemilik perusahaan
dan
manajemen
perusahaan.
Asumsi dalam signaling theory ini
adalah
bahwa
manajemen
perusahaan mempunyai informasi
yang lebih akurat tentang prospek
perusahaan yang tidak
diketahui
oleh investor. Menurut Gitman dan
Zutter (2012, 534) mendefinisikan
“signaling theory is a financing
action by management that is
believed to reflect its view of the
firm’s stock value; generally, debt
Syafril Yurisno
financing is viewed as a positive
signal that management believes
the stock is “undervalued,” and a
stock issue is viewed as a negative
signal that management believes
the stock is “overvalued”.”
Pecking Order Theory
Pecking
order
theory
merupakan sebuah teori struktur
modal yang dirumuskan yang dapat
menjelaskan mengapa perusahaan
akan
menentukan
keputusan
pendanaan mengikuti suatu hirarki
sumber dana yang paling disukai.
Gitman dan Zutter (2012, 534)
berpendapat mengenai
pecking
order theory bahwa “meaning a
hierarchy of financing that begins
with retained earnings, follow by
debt, and finally new stock issues”.
Price Earnings Ratio
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 82) mendefinisikan price
earnings ratio sebagai berikut,
“measures
the
amount
that
investors are willing to pay for
each dollar of a firm’s earnings;
the higher the price earnings ratio,
the
greater
the
investor
confidence.”
Price
Earnings
Ratio
merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar
jumlah
rupiah
yang
bersedia
dibayarkan investor atas laba per
lembar
saham
perusahaan.
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Debt to Equity Ratio
Menurut Berk et al. (2013:
69), “A common ratio used to
assess a firm’s leverage that we
calculate by dividing the total
amount of short and long term
debt by total shareholders’ equity”.
Menurut
penelitian
yang
dilakukan Aji dan Pangestusi (2012)
dan Arisona (2013) menjelaskan
bahwa DER tidak berpengaruh
terhadap PER berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Hayati
(2010) dan Safaruddin (2013) yang
hasil penelitiannya menjelaskan
bahwa DER berpengaruh terhadap
PER.
Return on Equity
Return on equity merupakan
rasio profitabilitas yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar
income yang dapat dihasilkan dari
setiap
lembar
saham
biasa.
Perusahaan
yang
mampu
menghasilkan profitabilitas yang
tinggi
dapat
meningkatkan
ketertarikan
investor
untuk
berinvestasi
dalam
perusahaan
tersebut sehingga semakin tinggi
permintaan atas saham perusahaan
maka semakin tinggi harga saham
perusahaan tersebut. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan
Hayati (2010) yang menyatakan
terdapat
pengaruh
yang
berhubungan positif terhadap price
earnings ratio berbeda dengan
penelitian Hidayah (2011) yang
menyatakan
tidak
terdapat
pengaruh.
Dividend Payout Ratio
Menurut Gitman dan Zutter
(2012,
577),
mendefinisikan:
“Dividend payout ratio indicates
the percentage of each dollar
earned that a firm distributes to
90
November 2012
the owners in the form of cash. It
is calculated by dividing the firm’s
cash dividend per share by its
earnings per share.”
Pada penelitian Arisona (2013)
menyatakan
terdapat
pengaruh
antara dividend payout
ratio
dengan price earnings ratio, Aji
dan
Pangestuti
(2012)
dan
Ratnaningrum dan Susilowati (2010)
berpendapat sebaliknya.
Price to Book Value
Price to book value disebut
juga market to book ratio. Menurut
Gitman dan Zutter (2012, 83),
market to book ratio is a ratio that
provides an assessment of how
investors
view
the
firm’s
performance. Semakin tinggi price
to book value maka semakin tinggi
nilai perusahaan maka semakin
banyak investor yang
menginginkan saham perusahaan
tersebut sehingga hal ini akan
meningkatkan harga saham karena
penawaran saham di bursa terbatas.
Hasil
penelitian
Aji
dan
Pangestuti (2012) mengemukakan
bahwa PBV berpengaruh signifikan
terhadap PER, sedangkan Hayati
(2010) bependapat sebaliknya.
Current Ratio
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 71) mendefinisikan, “A
measure of liquidity calculated by
dividend the firm’s current assets
by its current liabilities”. Current
ratio merupakanindikator
yang
dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendek dengan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan.
Penelitian yang
dilakukan
oleh Aji dan Pangestuti (2012)
menyimpulkan bahwa CR tidak
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
berpengaruh signifikan terhadap
PER,
sedangkan
Lusiana
dan
Chabachib
(2011)
berpendapat
sebaliknya.
Firm Size
Menurut Baker dan Martin.
(2011, 24) “Firm size is usually
measured as the logarithm of total
assets or sales”. Perusahaan yang
besar
cenderung
mempunyai
kapasitas yang untuk menghasilkan
profit yang lebih besar sehingga
memunculkan ekspektasi investor
yang lebih besar. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Arisona
(2013), mengemukakan bahwa Firm
size tidak berpengaruh terhadap
PER, hasil penelitian ini bertolak
belakang dengan penelitian Aji dan
Pangestuti (2012) dan Safaruddin
(2011).
Model Penelitian
Debt to Equity Ratio (X1)
Return on Equity (X2)
Dividend Payout Ratio
(X3)
Price Earnings Ratio (Y)
Price to Book Value (X4)
Current Ratio (X5)
Firm Size (X6)
Gambar 2 Model Penelitian
Berdasarkan model penelitian yang
telah diuraikan di atas maka,
hipotesis untuk
penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ha1: Terdapat pengaruh Debt to
Equity Ratio terhadap Price
Earnings Ratio.
Ha2:
Terdapat pengaruh Return
on Equity terhadap Price
Earnings Ratio.
Ha3: Terdapat pengaruh Dividend
Payout Ratio terhadap Price
Earnings Ratio.
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Ha4: Terdapat pengaruh Price to
Book Value terhadap Price
Earnings Ratio.
Ha5: Terdapat pengaruh Current
Ratio
terhadap
Price
Earnings Ratio.
Ha6: Terdapat pengaruh Firm Size
terhadap
Price
Earnings
Ratio.
Ha7: Terdapat pengaruh Debt to
Equity Ratio, Return On
Equity,
Dividend
Payout
Ratio, Price to Book Value,
Current Ratio dan Firm Size
secara
bersama-sama
terhadap
Price
Earnings
Ratio.
METODA PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Bentuk dari penelitian ini
bersifat penelitian kausal karena
meneliti hubungan sebab-akibat
antara dua variabel, yaitu variabel
independen
terhadap
variabel
dependen.
Objek Penelitian
Di dalam penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah
perusahaan sektor barang konsumsi
yang terdaftar dalam Bursa Efek
November 2012
Indonesia pada periode 2002-2013.
Metode pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah
purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik
penentuan
sampel
dengan
pertimbangan-pertimbangan
tertentu (Sugiyono,2010: 122).
Adapun beberapa kriteria dalam
pengamabilan
sampel
adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan yang bergerak pada
perusahaan
sektor
barang
konsumsi yang konsisten
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia (BEI) tahun
2002
sampai tahun 2013.
2. Perusahaan
yang
menyampaikan
laporan
keuangan dalam mata uang
Rupiah dan berakhir pada 31
Desember.
3. Adanya data yang lengkap
untuk mencari variabel yang
digunakan
dalam
penelitian ini antara
lain:
Debt to Equity Ratio, Return
On Equity,
Dividend
Payout Ratio, Price to Book
Value, Current Ratio dan Firm
Size.
Definisi Operasional
Tabel 1 Definisi Operasional
Variabel Penelitian
Price Earnings Ratio
Debt to Equity Ratio
Return on Equity
Dividend Payout Ratio
Price to Book Value
Current Ratio
Firm Size
92
Proxy
������ ����� ��� �����
��� �
���
����� �����������
��� �
����� ������������ � ������
��� ������
��� �
����� ������������ � ������
�������� ��� �����
��� �
���
������ ����� ��� �����
��� �
���� �����
������� ������
�� �
������� �����������
���� � ��������� �� ����� ������
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
HASIL PENELITIAN
Keterangan :
Y
= Price Earnings Ratio
a
= Konstanta
�
= Koefisien perubahan nilai
X1
= Debt to Equity Ratio
X2
= Return On Equity
X3
= Dividend Payout Ratio
X4
= Price to Book Value
X5
= Current Ratio
X6
= Firm Size
e
=
standar
error
yang
merupakan variabel lain
diluar penelitian.
Analisis regresi
linier
berganda, menurut Anderson et al.
(2014, 684), ”The equation that
describes how the dependent
variabel y is related to the
independent variables � 1 , x2,...,xp
and an error term”.
Persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
Y = a + � 1X1 + � 2X2 + � 3X3 +
�4X4 + �5X5 + �6X6 + e
Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif
PER
DER
ROE
DPR
PBV
CR
Size
Mean
15.48550
0.755919
0.276915
0.453595
5.727395
3.431210
12.51401
Maksimum
60.66667
3.658834
1.258059
1.718263
68.67925
17.60926
13.89261
Minimum
2.435897 0.069409
Deviasi
8.893809 0.728259
Standar
Observasi
120
120
Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7
0.028785
0.245664
0.032051
0.298630
0.392157
9.870700
0.668263
2.504747
11.23638
0.688718
120
120
120
120
120
Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk memilih antara model random effect
dengan fixed effect.
Tabel 3 Uji Hausman
`
Test Summary
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
Cross-section random
13.788303
6
0.0321
Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa
nilai
Cross-section
random
statistiknya bernilai 13.788303 yang
lebih besar daripada nilai tabel chisquare dengan � sebesar 0.05 dan
degree of freedom (d.f.) = 6
(13.788303 > 12.592). Nilai p-value
dari chi-square 0.0321 juga lebih
kecil dari � 0.05 (0.0321 < 0.05)
sehingga dapat disimpulkan Ha
tidak dapat ditolak. Hal ini berarti
model
penelitian
lebih
baik
menggunakan model fixed effect.
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Uji Normalitas
Tabel 4 Normalitas
Skewness
0.434387
Kurtosis
2.975002
Jarque-Bera
3.777957
Probability
0.151302
November 2012
dan kurtosis dari perhitungan juga
mendekati karakteristik distribusi
normal yaitu skewness sebesar 0
dan kurtosis 3 dimana nilai
skewness sebesar 0.434387 dan
kurtosis sebesar 2.975002. Nilai pvalue dari tabel yang disajikan di
atas sebesar 0.151302 lebih besar
dari alpha 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho tidak dapat
ditolak, dan data berdistribusi
normal. Dengan demikian, data
dapat
disimpulkan
berdistribusi
normal.
Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7
Berdasarkan tabel, nilai JarqueBera (3.777957) < X2 tabel dengan
� � 0.05 dan d.f = 2 (3.777957 <
5.991), yang berarti Ho tidak dapat
di tolak. Selain nilai JB, skewness
Uji Asumsi Klasik
Tabel 5 Uji Multikolinieritas
DER
ROE
DPR
PBV
CR
SIZE
DER
1.000000
0.214424
-0.001686
0.214473
-0.515848
0.615630
ROE
0.214424
1.000000
0.547880
0.800246
-0.275833
0.190594
DPR
-0.001686
0.547880
1.000000
0.389699
-0.073323
0.060663
PBV
0.214473
0.800246
0.389699
1.000000
-0.281024
0.200081
CR
-0.515848
-0.275833
-0.073323
-0.281024
1.000000
-0.580490
SIZE
0.615630
0.190594
0.060663
0.200081
-0.580490
1.000000
Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7
Tabel 6 Uji Glejser
Variable
Coefficient
C
-0.519473
DER
0.585898
ROE
-10.22053
DPR
2.418994
PBV
0.139364
CR
0.144843
SIZE
0.356066
Std.Error
17.74514
1.197038
3.054221
1.251443
0.039138
0.103395
1.466009
t-Statistic
-0.029274
0.489456
-3.346362
1.932963
3.560838
1.400875
0.242881
Prob.
0.9767
0.6255
0.0011
0.0560
0.0006
0.1642
0.8086
Sumber: Hasil pengolahan Eviews7
Tabel 7 Uji Park
Variable
Coefficient
C
-14.72714
DER
0.074143
ROE
-2.233504
DPR
1.619638
94
Std. Error
12.59353
0.582251
2.298237
0.837382
t-Statistic
-1.169421
0.127339
-0.971834
1.934169
Prob.
0.2449
0.8989
0.3334
0.0558
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
Variable
PBV
CR
SIZE
Coefficient
-0.015849
0.022997
1.218892
Std. Error
0.034124
0.083799
1.031355
t-Statistic
-0.464445
0.274436
1.181836
Prob.
0.6433
0.7843
0.2400
Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7
Uji Autokorelasi
Tabel 8 Nilai Durbin Watson
Durbin-Watson stat
2.038219
Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7
Positive
Autocorrelation
0
No evidence of
Autocorrelation
Inconclusive
dL
1.5987
Inconclusive
dU
1.8082
2
Negative
Autocorrelation
4‐dU
4‐dL
2.1918
2.4013
4
2.038219
Uji multikolinieritas yaitu hubungan
linier
antar
variabel
bebas
(independen) di dalam regresi
berganda (Widarjono, 2013: 101).
Dalam penelitian ini, yang menjadi
rule of thumb jika suatu model
terjadi
multikolinieritas
bila
koefisien korelasi antar variabel
independen > 0.85. Hasil uji
multikolinieritas, koefisien korelasi
< 0.85, maka diduga model tidak
terjadi multikolinieritas.
Nilai
probabilitas
pada
variabel debt to equity
ratio
sebesar 0.8989, nilai probabilitas
pada variabel return on equity
sebesar 0.3334, nilai probabilitas
pada variabel dividend payout ratio
sebesar 0.0558, nilai probabilitas
pada variabel price to book value
sebesar 0.6433, nilai probabilitas
pada variabel current ratio sebesar
0.7843 dan nilai probabilitas pada
variabel size sebesar 0.2400. Semua
variabel
independen
tidak
mengandung
heteroskedastisitas
karena nilai probabilitas setiap
variabel lebih besar dari alpha 0.05
sehingga
dapat
disimpulakan
dengan menggunakan uji Park tidak
terdapat
masalah
heteroskedastisitas dalam model.
Nilai Durbin-Watson terletak
pada 1.5987 < 2.038219 < 1.8082
yang terletak di wilayah no
evidence
of
autocorrelation
sehingga dapat disimpulkan bahwa
data
tidak
mengandung
autokorelasi.
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Tabel 9
Variabel
C
DER
Coefficient
13.04117
3.233590
Std. Error
1.560983
1.841038
Variabel
C
ROE
Coefficient
10.01112
19.76917
Variabel
C
DPR
Coefficient
8.067019
16.35485
Std. Error
1.312091
2.559273
t-Statistic
6.148218
6.390428
Prob.
0.0000
0.0000
Variabel
C
PBV
Coefficient
13.56911
0.334602
Std. Error
0.988811
0.123011
t-Statistic
13.72264
2.720092
Prob.
0.0000
0.0076
Variabel
C
CR
Coefficient
16.65342
-0.340380
Std. Error
1.734430
0.460512
t-Statistic
9.601665
-0.739133
Prob.
0.0000
0.4614
Variabel
C
SIZE
Coefficient
-184.2495
15.96092
Std. Error
41.79550
3.339491
t-Statistic
-4.408357
4.779445
Prob.
0.0000
0.0000
Std. Error
1.954413
6.604392
t-Statistic
8.354463
1.756395
t-Statistic
5.122313
2.993337
Prob.
0.0000
0.0818
Prob.
0.0000
0.0034
Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7
Nilai
t-statistic
sebesar
1.756395 yang mana lebih kecil dari
nilai t-tabel 1.98027 dan berada di
daerah penerimaan hipotesis nol,
artinya Ho tidak dapat ditolak,
Hasil ini didukung oleh nilai
probabilitas sebesar 0.0818, dimana
lebih besar dari alpa 0.05 sehingga
didapat kesimpulan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara Debt to
Equity
Ratio
terhadap
Price
Earnings Ratio.
Nilai
t-statistic
sebesar
2.993337 yang mana lebih besar
dari nilai t-tabel 1.98027 dan
berada
di
daerah
penolakan
hipotesis nol, artinya Ho dapat
ditolak, Hasil ini didukung oleh
nilai probabilitas sebesar 0.0034,
96
dimana lebih kecil dari alpa 0.05
sehingga didapat kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh antara Return
on Equity terhadap Price Earnings
Ratio.
Nilai
t-statistic
sebesar
6.390428 yang mana lebih besar
dari nilai t-tabel 1.98027 dan
berada
di
daerah
penolakan
hipotesis nol, artinya Ho dapat
ditolak, Hasil ini didukung oleh
nilai probabilitas sebesar 0.0000,
dimana lebih kecil dari alpa 0.05
sehingga didapat kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh antara Dividend
Payout
Ratio
terhadap
Price
Earnings Ratio.
ISSN: 1410 -9875
Syafril Yurisno
Nilai
t-statistic
sebesar
2.720092 yang mana lebih besar
dari nilai t-tabel 1.98027 dan
berada
di
daerah
penolakan
hipotesis nol, artinya Ho dapat
ditolak, Hasil ini didukung oleh
nilai probabilitas sebesar 0.0076,
dimana lebih kecil dari alpa 0.05
sehingga didapat kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh antara Price to
Book Value terhadap Price Earnings
Ratio.
Nilai t-statistic sebesar 0.739133 yang mana lebih kecil dari
nilai t-tabel 1.98027 dan berada di
daerah penerimaan hipotesis nol,
artinya Ho tidak dapat ditolak,
Hasil ini didukung oleh nilai
probabilitas sebesar 0.4614, dimana
lebih besar dari alpa 0.05 sehingga
didapat kesimpulan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara Current
Ratio terhadap Price Earnings Ratio.
Nilai
t-statistic
sebesar
4.779445 yang mana lebih besar
dari nilai t-tabel 1.98027 dan
berada
di
daerah
penolakan
hipotesis nol, artinya Ho dapat
ditolak, Hasil ini didukung oleh
nilai probabilitas sebesar 0.0000,
dimana lebih kecil dari alpa 0.05
sehingga didapat kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh antara Firm Size
terhadap Price Earnings Ratio.
Tabel 10 Uji F
F-statistic
9.677893
Prob(F-statistic)
0.000000
Sumber: Hasil pengolahan
Eviews 7
Nilai
F-statistic
sebesar
9.677893 yang mana lebih besar
dari nilai F-tabel 2.18 dan berada
di daerah penolakan hipotesis nol,
artinya Ho dapat ditolak. Hasil ini
didukung oleh nilai probabilitas
sebesar 0.0000, dimana lebih kecil
dari alpa 0.05 sehingga didapat
kesimpulan
bahwa
terdapat
pengaruh Debt to Equity Ratio,
Return on Equity, Dividend Payout
Ratio, Price to Book Value, Current
Ratio dan Firm Size secara simultan
terhadap Price Earnings Ratio.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian,
Return on Equity, Dividend Payout
Ratio, Price to Book Value, Firm
Size berpengaruh terhadap Price
Earnings Ratio, sedangkan Debt to
Equity Ratio dan Current Ratio
tidak berpengaruh terhadap Price
Earnings Ratio. Terdapat pengaruh
variabel Debt to Equity Ratio,
Return on Equity, Dividend Payout
Ratio, Price to Book Value, Current
Ratio dan Firm Size secara
bersama-sama
terhadap
Price
Earnings Ratio.
Penelitian
ini
memiliki
keterbatasan-keterbatasan
yang
dapat
dijadikan
bahan
pertimbangan
bagi
penelitian
selanjutnya agar bisa mendapatkan
hasil yang lebih baik. Keterbatasan
yang ada pada penelitian ini antara
lain penelitian hanya difokuskan
pada perusahaan sektor barang
konsumsi
serta
variabel
yang
terbatas,
dimana
hanya
menggunakan
6
variabel
independen, yaitu Debt to Equity
Ratio, Return on Equity, Dividend
Payout Ratio, Price to Book Value,
Current Ratio dan Firm Size.
Berdasarkan
keterbatasan
penelitian
di
atas,
maka
rekomendasi
bagi
penelitian
selanjutnya adalah menggunakan
objek penelitian yang lebih luas
sehingga
menghasilkan
jumlah
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
sampel yang lebih banyak serta
menambah jumlah variabel-variabel
lain ke penelitian yang mungkin
November 2012
dapat
menjelaskan
dan
turut
berpegaruh terhadap Price Earnings
Ratio.
REFERENSI
Aji, Meygawan dan Irene Rini Demi Pangestuti. 2012. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Diponegoro Journal
of Management, Vol.1. Nomor 1.
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney., William Thomas A. 2014. Statistics
for Business and Economics, 12th edition. South Western: Cengage
Learnings.
Arisona, Vivian Fisera. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning
Ratio Pada Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu
Manajemen. Vol.1. Nomor 1. Januari 2013.
Baker, H. Kent, and Gerald S. Martin. 2011. Capital Structure and Corporate
Financing Decisions. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal Di Indonesia,
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance.
13th Edition. United States of America: Pearson Education
Limited.
Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat
Handayani, Wiwid. 2010. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Price
Earning Ratio Sebagai Dasar Penilaian Kewajaran Harga Saham Pada
Perusahaan Farmasi/Kimia Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta.
Wacana,
Vol.13 No.3
Hayati, Nurul. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earnings Ratio
(PER) Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham
Perusahaan
Real Estate dan Property Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan
Akuntansi, Vol. 11 No.1.
Hidayah, Nur. 2011. Analisis Variabel-Variabel
Fundamental
yang
Mempengaruhi
Price Earnings Ratio dalam Penilaian Saham Industri
Otomotif dan
Komponen yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun
2005-2010. Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi Asia. Vol. 5, No.2. Juni 2011.
Safaruddin. 2011. Nilai Intrinsik Saham Serta Informasi Fundamental yang
Mempengaruhinya (Kajian Empiris di Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. Vol 11, No.2, Agustus 2011.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ke-4. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Widarjono, Agus, 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya; Disertai
Panduan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
98
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 2, Desember 2014, Hlm. 99-110
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH, TANGIBILITY, NON - DEBT TAX
SHIELD, DAN PROFITABILITY TERHADAP LEVERAGE PADA
PERUSAHAAN WHOLESALE DAN RETAIL TRADE
R. WASISTO ROESWIDIONO
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the
influence of firm size, growth, tangibility, non-debt tax shield
and
profitability toward leverage. The sample in this study is a wholesale and
retail trade company listed in Indonesia Stock Exchange in 2002 until 2013,
using purposive sampling method. This study also compared result of the
previous research with this research. Data for this study comes from
secondary data. The data was then analyzed with eviews 7 Panel Data
Regression Analysis. The result of this research shows that firm size, growth,
tangibility, and non-debt tax shield has no effect to leverage, while
profitability has an effect on leverage. Overall, the independent variables
influence leverage simultaneously.
Keywords:
Firm Size, Growth,
Profitability, Leverage.
Tangibility,
Non-Debt
Tax
Shield,
penting
dalam
menjalankan
kegiatan usaha tersebut dalam
menghadapi persaingan, Sumber
pendanaan
(modal)
mungkin
berasal dari dalam perusahaan
maupun dari luar perusahaan.
Proporsi antara jumlah dana dari
dalam dan dari luar
disebut
struktur modal. Menurut Gitman
dan Zutter (2012, 508 ) stuktur
modal adalah “the mix of longterm debt and equity maintained
by the firm”. Perusahaan dalam
cara mendapatkan modal untuk
mengembangkan dan menjalankan
usahanya biasanya lebih sering
menggunakan
hutang.
Leverage
dalam studi empiris, didefinisikan
PENDAHULUAN
Persaingan bisnis dewasa ini
sudah semakin ketat. Secara tidak
langsung
dalam
menghadapi
persaingan ini perusahaan dituntut
untuk meningkatkan potensi dan
peluang yang ada secara efektif
dan
efisien
dalam
kegiatan
operasionalnya
agar
dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
Dalam upaya untuk mencapai
tujuannya
perusahaan
pada
dasarnya membutuhkan
modal
untuk mengembangkan perusahaan
dalam
menghadapi
persaingan
dalam
dunia
bisnis.
Modal
merupakan salah satu hal yang
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
sebagai ukuran yang menunjukkan
tingkat penggunaan utang dalam
membiayai
aset
perusahaan
(sudiyatno
dan
sari,
2013).
Penggunaan
hutang
dapat
menimbulkan resiko kebangkrutan
bagi perusahaan tetapi juga dapat
menimbulkan penghematan pajak
bagi perusahaan. Semakin tinggi
rasio pemanfaatan hutang (debt
ratio),
semakin
tinggi
risiko
perusahaan, sehingga suku bunga
mungkin lebih tinggi.
Penelitian
mengenai
kebijakan hutang (leverage) telah
banyak dilakukan oleh beberapa
peneliti, antara lain Sari (2012),
Steven dan Lina (2011), Ashraf dan
Rasool (2013), Sultera et al. (2012)
serta Destriana
dan
Yeniatie
(2010).
Pemilihan
perusahaan
wholesale dan retail trade sebagai
objek penelitian didasarkan karena
perusahaan wholesale dan retail
trade memperoleh aliran
dana
kredit
terbesar
dari
Bank
Perkreditan
Rakyat
(BPR)
berdasarkan
jenis
penggunaan
sebagai
modal
kerja
secara
konsisten dari tahun 2010 sampai
tahun 2013 apabila dibandingkan
dengan
sektor-sektor
ekonomi
lainnya.
Berdasarkan
penggunaannya
sebagai
modal
kerja, pada tahun 2002 perusahaan
wholesale
dan
retail
trade
memperoleh aliran dana kredit
sebesar 2.827 (miliar Rp),
pada
tahun 2003 sebesar 3.758 (miliar
Rp), pada tahun 2004 sebesar 4.894
(miliar Rp), pada
tahun
2005
sebesar 5.877 (miliar Rp), pada
tahun 2006 sebesar 6.326 (miliar
Rp), pada tahun 2007 sebesar 7.049
(miliar Rp), pada
tahun
2008
sebesar 8.523 (miliar Rp), pada
tahun 2009 sebesar 8.892 (miliar
100
November 2012
Rp), pada tahun 2010 sebesar 9.679
(miliar Rp), pada
tahun
2011
sebesar 11.368 (miliar Rp), pada
tahun 2012 sebesar 13.433 (miliar
Rp) dan pada tahun 2013 sebesar
14.028 (miliar Rp).
Penelitian
ini
bertujuan
untuk menguji Pengaruh firm size,
growth, tangibility, non-debt tax
shield, dan profitability terhadap
leverage
pada
perusahaan
wholesale dan retail trade yang
terdaftar di BEI tahun 2002-2013
secara individu maupun bersamasama.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pecking Order Theory
Pecking Order Theory Myers dan
Majluf (1984) dalam Prihadi (2013,
478) merupakan urutan pendanaan
yang dimulai dari penggunaan dana
internal, penerbitan surat hutang,
dan yang
terakhir
penerbitan
saham. Berdasarkan pecking order
theory dapat disimpulkan bahwa
perusahaan
lebih
memilih
melakukan pendanaan dari dalam
terlebih dahulu untuk memenuhi
kebutuhan operasionalnya dan bila
retained
earning
tidak
bisa
memenuhi
kebutuhan
dana
perusahaan maka perusahaan akan
memilih
menggunakan
hutang.
Sehingga berdasarkan pecking order
theory, perusahaan dengan tingkat
profit yang tinggi biasanya memiliki
tingkat hutang yang rendah dan
sebaliknya
perusahaan
dengan
tingkat profit yang rendah maka
perusahaan tersebut akan memiliki
tingkat hutang yang tinggi.
Trade Off Theory
Menurut Trade off Theory yang
dikemukakan oleh Stiglitz (1969)
ISSN: 1410 -9875
dalam Sari (2012) menjelaskan
bahwa
suatu
perusahaan
mempunyai tingkat hutang yang
optimal
dan
berusaha
untuk
menyesuaikan tingkat hutang ke
arah titik optimal tersebut ketika
perusahaan tersebut berada pada
tingkat hutang yang terlalu tinggi
(overlevered) atau terlalu rendah
(underlevered). Titik optimal ini
terjadi karena adanya pajak, yaitu
sebagai faktor yang mendorong
perusahaan untuk meningkatkan
hutangnya.
Sedangkan
biaya
kebangkrutan merupakan faktor
yang mendorong perusahaan untuk
membatasi tingkat hutangnya.
Leverage
Gitman dan Zutter (2012, 508)
“Leverage refers to the effects
that fixed-cost have on returns
that shareholders earn”. Pada
penelitian ini leverage diukur
dengan
menggunakan
debt
ratio.Debt ratio merupakan rasio
untuk mengukur seberapa besar
jumlah aktiva perusahaan yang
dibiayai dengan hutang.
Firm Size
Gibson (2009, 190), firm size can
be seen by looking at relative
sales, assets, or profit size.
Perusahaan-perusahaan
yang
berukuran besar justru cenderung
lebih mudah memperoleh pinjaman
dalam jumlah yang besar. Hal ini
disebabkan oleh besarnya jumlah
aktiva yang
dimiliki
oleh
perusahaan dan juga perusahaan
besar biasanya lebih transparan
dalam
mengungkapkan
kinerja
perusahaannya untuk orang luar
sehingga lebih dapat dipercaya oleh
kreditur. Sari (2012) menyatakan
bahwa firm size berpengaruh
terhadap
leverage,
sedangkan
R. Wasisto Roeswidiono
Steven
dan
Lina
(2011)
menyatakaan bahwa firm size tidak
berpengaruh terhadap leverage.
Growth
Higgins (2001, 115) menyatakan
bahwa “Growth rate is the
increases in a company’s value of
sales, total assets, or market
capitalization”. Perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi
biasanya akan membutuhkan dana
yang besar dimana perusahaan
biasanya
akan
berhutang
dikarenakan tingkat profitabilitas
perusahaan tidak cukup untuk
mendukung tingkat pertumbuhan
yang tinggi. Sari (2012) menyatakan
bahwa
growth
berpengaruh
terhadap
leverage,
sedangkan
menurut Steven dan Lina (2011)
growth tidak berpengaruh terhadap
leverage.
Tangibility
Menurut
trade
off
theory,
perusahaan
dengan
tingkat
tangibility
yang
tinggi
akan
cenderung menggunakan hutang
sebagai pendanaannya. Hal ini
dikarenakan semakin nyata asset
yang dimiliki perusahaan, semakin
bayak asset yang bisa digunakan
perusahaan sebagai jaminan untuk
memperoleh
pendanaan
dalam
bentuk hutang. Menurut Sari (2012)
tangibility berpengaruh terhadap
leverage.
Non-debt Tax Shield
Ross et al.
(2009,
213),
depreciation tax shield is a noncash expense that reduce our
taxes. Perusahaan yang memiliki
biaya
depresiasi
yang
besar
mengidentifikasikan
bahwa
perusahaan tersebut
memiliki
jumlah aktiva tetap yang besar,
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
dimana aktiva tetap tersebut dapat
dimanfaatkan
oleh
perusahaan
sebagai jaminan untuk memperoleh
hutang. Ashraf and Rasool (2013)
menyatakan bahwa non-debt tax
shield tidak beregaruh terhadap
leverage, sedangkan menurut Sari
(2012) non-debt tax shield tidak
berpengaruh terhadap leverage.
Profitability
Profitabilitas adalah keuntungan
bersih yang diperoleh perusahaan
dalam suatu periode tertentu.
November 2012
Perusahaan dengan profitabilitas
yang tinggi mencerminkan bahwa
perusahaan
mampu
membayar
bunga
dan
pokok
pinjaman,
sehingga lembaga keuangan dan
kreditur akan lebih percaya dalam
memberikan
pinjaman
kepada
perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas yang tinggi. Dalam
penelitian ini profitability diukur
dengan rasio return on assets.
Menurut Sari (2012) profitability
berpengaruh terhadap leverage.
Model Penelitian
Firm Size
Growth
Leverage
Tangibility
Non-Debt Tax Shield
Profita bility
Gambar 1 Model Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka
hipotesis dari penelitian adalah
sebagai berikut:
Ho� : Firm size tidak mempunyai
pengaruh terhadap leverage
pada perusahaan wholesale
dan retail trade
yang
terdaftar di BEI tahun 20022013.
Ho� : Growth tidak mempunyai
pengaruh terhadap leverage
pada perusahaan wholesale
dan retail trade
yang
102
terdaftar di BEI tahun 20022013.
Ho� : Tangibility tidak mempunyai
pengaruh terhadap leverage
pada perusahaan wholesale
dan retail
trade
yang
terdaftar di BEI tahun 20022013.
Ho� : Non-debttax shield tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
leverage
pada
perusahaan wholesale
dan
retail
trade
yang
ISSN: 1410 -9875
terdaftar di BEI tahun 20022013.
Ho� : Profitability
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
leverage
pada
perusahaan wholesale dan
retail trade yang terdaftar
di BEI tahun 2002-2013.
Ho� : Firm size,
growth,
tangibility,
non-debt
tax
shield, dan
profitability
tidak mempunyai pengaruh
terhadap
leverage
pada perusahaan wholesale
dan
retail
trade
yang
terdaftar di BEI tahun 20022013.
METODE PENELITIAN
Benuk Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan
bentuk penelitian asosiatif kausal,
hubungan kausal adalah hubungan
yang bersifat sebab
akibat
(sugiyono.
2010,56),
yaitu
hubungan
variabel
independen
terhadap dependen.
Objek Penelitian
Penelitian
ini
mengambil
perusahaan wholesale dan retail
trade yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 20022013 sebagai objek penelitian.
Sampel penelitian diambil dengan
metode purposive sampling, yaitu
teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono
2010, 392).
Definisi Operasional
total hutang
���� ����� �
total aset
���� ���� � ��� total aset
������ �� ����� ������
������ �
����� ������
R. Wasisto Roeswidiono
�������� ����� ������
Total Assets
��� � ���� ��� ������
Total Depresiasi
�
Total Aset
Uji Kualitas Data
Uji kualitas
data
dimaksudkan
untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh merupakan data
yang bisa mewakili seluruh populasi
yang ada.
1. Uji Normalitas
Bertujuan untuk mengetahui
apakah data yang di uji
berdistribusi normal atau tidak.
Dalam
penelitian
ini
uji
normalitas dapat dilihat dengan
metode histogram dan metode
Jarque-Bera (JB)
2. Uji Outlier
Standarized
value
(z-scores)
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi outlier dimana
batas aman nilai data berada
pada -3 dan +3. (Anderson et al.
2014,127).
���������� �
Analisis Regresi Berganda
Menurut Widarjono (2013, 59),
analisis regresi berganda adalah
analisis model regresi yang terdiri
dari lebih dari satu variabel
independen.
Persamaan Regresi berganda
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Y = �� � �� �� + �� �� + �� �� + �� �� +
�� �� + e
Y
= Leverage
��
= Konstanta
�
= Koefisien perubahan nilai
��
= Firm Size
��
= Growth
��
= Tangibility
��
= Non-debt tax shield
��
= Profitability
e
= Kesalahan error
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif
Variabel
N
Mean
Maksimum
Minimum
Debt ratio
Firm Size
Growth
Tangibility
NDTS
ROA
96
96
96
96
96
96
0.645422
11.89772
0.123782
0.228652
0.027229
0.041974
0.858697
12.74257
0.738626
0.659585
0.079572
0.175291
0.357150
10.72882
-0.505853
0.000236
2.13E-05
-0.097433
Deviasi
Standar
0.115491
0.551961
0.177681
0.159488
0.020276
0.045709
Sumber : Hasil pengolahan eviews 7
Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk memilih antara model random effect dengan
fixed effect.
Tabel 2 Hausman
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
2.575449
Chi-Sq. d.f.
5
Prob.
0.7651
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Dari table dapat dijelaskan bahwa
nilai
Cross-section
random
statistiknya bernilai 2.575449 yang
lebih kecil daripada nilai tabel chisquare dengan α sebesar 0.05 dan
degree of freedom (d.f.) = 5
(2.575499 < 11.070). Nilai p-value
dari chi-square 0.7651 lebih besar
dari  0.05 (0.7651 > 0.05) sehingga
dapat disimpulkan Ho tidak dapat
ditolak. Hal ini berarti model
penelitian
ini
lebih
baik
menggunakan
model
random
effect.
Tabel 3 Uji Normalitas
Skewness
Kurtosis
Jarque-Bera
Profitability
-0.549887
2.749166
5.089675
0.078486
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan
Tabel
4.5,
terdapat
nilai
Jarque-Bera
(5.089675) < X2 tabel dengan  =
0.05 dan d.f. = 2 (5.089675 <
5.991), yang berarti Ho tidak dapat
ditolak.
Selain
Jarque-Bera,
Skewness
dan
Kurtosis
dari
104
perhitungan juga dapat mendekati
karakteristik distribusi normal yaitu
skewness sebesar 0 dan kurtosis 3
dimana nilai skewness sebesar 0.549887 dan kurtosis sebesar
2.749166.
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Uji Asumsi Klasik
Tabel 4 Uji Multikolinearitas
Variabel
Firm size
Growth
Tangibility
NDTS
ROA
Firm size
1.000000
0.177139
-0.231032
-0.040376
0.521548
Growth
0.177139
1.000000
-0.267695
-0.117476
0.176830
Tangibility
-0.231032
-0.267695
1.000000
0.608295
-0.285745
NDTS
-0.040376
-0.117476
0.608295
1.000000
-0.115470
ROA
0.521548
0.176830
-0.285745
-0.115470
1.000000
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Tabel 5 Hasil Uji Park
Variabel
Firm size
Growth
Tangibility
NDTS
ROA
C
Coefficient
-0.171129
2.161639
0.276759
7.162501
-7.643048
-5.825118
Std.Error
0.554790
1.456894
2.162306
15.72095
6.621621
6.510991
t-Statistic
-0.308457
1.483730
0.127992
0.455602
-1.154256
-0.894659
Prob.
0.7584
0.1414
0.8984
0.6498
0.2515
0.3734
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Tabel 6 Hasil Uji Durbin-Watson
Durbin-Watson stat
0.508281
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Positive
Autocorrelation
Inconclusive
dL
0
4
1.5600
No evidence of
Autocorrelation
dU
1.7785
2
Inconclusive
4-dU
4-dL
2.2215
2.4400
Negative
Autocorrelation
0.508281
Dalam penelitian ini tidak
terdapat multikolinearitas apabila
korelasi antar variabel independen
yang dimasukkan dalam penelitian
kurang
dari
0.85
(Widarjono,
2013:104).
nilai
probabilitas
pada
variabel firm size sebesar 0.7584,
nilai probabilitas pada variabel
growth
sebesar
0.1414,
nilai
probabilitas
pada
variabel
tangibility sebesar 0.8984, nilai
probabilitas pada variabel NDTS
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
sebesar 0.6498, nilai probabilitas
pada variabel ROA sebesar 0.2515.
Pada peneitian ini semua variabel
bebas dari
heteroskedastisitas
karena memiliki nilai probabilitas
diatas 0.05.
November 2012
Dari hasil uji Durbin-Watson
dapat dilihat bahwa nilai hitung uji
Durbin-Watson terletak di wilayah
positive autocorrelation sehingga
dapat disimpulkan bahwa data
mengandung autokorelasi.
Tabel 7 Nilai t statistic
Variable
C
Firm size
Coefficient
1.121898
-0.040048
Std.Error
0.418713
0.035142
t-Statistic
2.679394
-1.139594
Prob.
0.0087
0.2574
Variabel
C
Growth
Coefficient
0.640520
0.039602
Std.Error
0.025069
0.061054
t-Statistic
25.55072
0.648630
Prob.
0.0000
0.5182
Variabel
C
Tangibility
Coefficient
0.661851
-0.071853
Std.Error
0.032700
0.098035
t-Statistic
20.24027
-0.732934
Prob.
0.0000
0.4654
Variabel
C
NDTS
Coefficient
0.657030
-0.426309
Std.Error
0.029521
0.639154
t-Statistic
22.25631
-0.666990
Prob.
0.0000
0.5064
Variabel
C
ROA
Coefficient
0.703899
-1.393205
Std.Error
0.019759
0.267234
t-Statistic
35.62419
-5.213418
Prob.
0.0000
0.0000
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai t-statistic firm size
sebesar -1.139594 yang mana lebih
besar dari nilai t-tabel -1.986 dan
berada di daerah penerimaan
hipotesis nol, artinya Ho tidak
dapat ditolak, Hasil ini didukung
oleh nilai probabilitas sebesar
0.2574, dimana lebih besar dari 
0.05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh
antara firm size terhadap debt
ratio.
Nilai
t-statistic
growth
sebesar 0.648630 yang mana lebih
kecil dari nilai t-tabel 1.986 dan
berada di daerah penerimaan
106
hipotesis nol, artinya Ho tidak
dapat ditolak, Hasil ini didukung
oleh nilai probabilitas sebesar
0.5182, dimana lebih besar dari 
0.05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh
antara growth terhadap debt ratio.
Nilai t-statistic tangibility
sebesar -0.732934 yang mana lebih
besar dari nilai t-tabel -1.986 dan
berada di daerah penerimaan
hipotesis nol, artinya Ho tidak
dapat ditolak, Hasil ini didukung
oleh nilai probabilitas sebesar
0.4654, dimana lebih besar dari 
0.05 sehingga dapat disimpulkan
ISSN: 1410 -9875
bahwa tidak terdapat pengaruh
antara tangibility terhadap debt
ratio.
Nilai t-statistic non-debt tax
shield sebesar
-0.666990
yang
mana lebih besar dari nilai t-tabel 1.986 dan berada di daerah
penerimaan hipotesis nol, artinya
Ho tidak dapat ditolak, Hasil ini
didukung oleh nilai probabilitas
sebesar 0.5064, dimana lebih besar
dari
 0.05
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
R. Wasisto Roeswidiono
pengaruh antara non-debt tax
shield terhadap debt ratio.
Nilai t-statistic return on
assets sebesar -5.213418 yang mana
lebih kecil dari nilai t-tabel -1.986
dan berada di daerah penerimaan
hipotesis nol, artinya Ho dapat
ditolak, Hasil ini didukung oleh nilai
probabilitas sebesar 0.0000, dimana
lebih kcil dari  0.05
sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh antara return on assets
terhadap debt ratio.
Tabel 8 Uji F
F-statistic
Prob(F-statistic)
6.552676
0.000031
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai
F-statistic
sebesar
6.552676 yang mana lebih besar
dari nilai F-tabel 2.32 dan berada
di daerah penolakan hipotesis nol,
artinya Ho dapat ditolak. Hasil ini
didukung oleh nilai probabilitas
0.000031, dimana lebih kecil dari α
0.05
sehingga
didapatkan
kesimpuan
bahwa
terdapat
pengaruh
firm
size,
growth,
tangibility, non-debt tax shield,
dan return on assets terhadap debt
ratio.
PENUTUP
Berdasarkan hasil
analisis
dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa firm size,
growth, tangibility dan non-debt
tax shield
tidak berpengaruh
terhadap
leverage
serta
profitability berpengaruh terhadap
leverage. Dalam pengujian secara
bersama-sama menyatakan bahwa
Firm size, growth, tangibility, nondebt tax shield, dan profitability
berpengaruh secara bersama-sama
terhadap leverage.
Keterbasan pada penelitian
ini adalah penelitian ini hanya
menggunakan
lima
variabel
independen,
masih
terdapat
variabel independen lainnya yang
dapat diduga dapat mempengaruhi
variabel
dependen
dan
juga
penelitian ini hanya menggunakan
perusahaan wholesale dan retail
trade
saja
sebagai
objek
penelitian.
Untuk
mengatasi
keterbatasan dalam penelitian ini,
peneliti memberikan rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya
sebaiknya menambahkan variabelvariabel independen lain yang
mungkin
berpengaruh
terhadap
leverage dan penelitian selanjutnya
diharapkan memperluas populasi
dan sampel yang digunakan di
berbagai sektor, sehingga dapat
menambah jumlah sampel yang
dapat diteliti.
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
REFERENSI
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney., William Thomas A. 2008, 2014.
Statistics for Business and Economics, 12th edition. South Western:
Cengage Learnings.
Ashraf, Tanveer and Safdar Rasool. 2013. Determinants of Leverage of
Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing
Packing Order Theory. Journal of Business Studies Quarterly, Volume 4,
Number 3.
Baker, H. Kent, and Gerald S. Martin. 2011. Capital Structure and Corporate
Financing Decisions. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Bank
Indonesia.
Statistik
Perbankan
Indonesia.
2006-2013.
Http://bi.go.id/statistic/perbankan/Indonesia/Default.aspx
Gibson. Charles H. 2009. Financial Reporting & Analysis.11th Edition. United
States
America: South-Western Cengage Learning.
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. 13th Edition. United States of America: Pearson Education
Limited.
Higgins Robert C. 2001. Analysis for Financial Management. 6th Edition.
Boston. McGraw-Hill Companies.
Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Deviden,
Pertumbuhan
Perusahaan, Free Cash Flow¸dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Hlm.
189 - 207.
Prihadi, Toto. 2013. Capital Budgeting & Fixed Asset Management. Jakarta
Pusat : PPM manajemen.
Ross, Stephen A, et al.2009. Modern Financial Management 8th . Singapore :
MC Graw Hill.
Sari, Lia. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat
Hutangnya. Ilmiah, Volume V No.1.
Setiabudi, Andy dan Dian Agustia. 2012. The Effect of Company Fundamental
Factor to the Firm Leverage. Journal of Basic and Applied Scientific
Research.
Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 13, No. 3.
Hlm. 163-181.
Sudiyatno, Bambang and Sari, Septavia Mustika. 2013. “Determinants of Debt
Policy: An empirical studying Indonesia stock exchange”. International
Research Journals, Vol. 4(1) pp. 98-108.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sultera, Fatimah Karunia, Suhadak dan Darminto. 2012. Pengaruh Aspek
Fundamental Dan Resiko Bisnis Terhadap Financial Leverage. Jurnal
Profit, Volume 6, No. 2.
Widarjono, Agus, 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya; Disertai
Panduan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
108
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi
Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Nonkeuangan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, Hlm.
1 – 16.
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
110
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 8, November 2012, Hlm. 111-120
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI SHARE
RETURN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Y.A. DIDIK CAHYANTO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The goal of this research is to test variables that influence share
return. The variables are book to market ratio, dividend yield, earning yield,
current ratio, return on asset, and debt to equity ratio. This research was
using 37 manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange during 20082010. The data are collected using purposive sampling method. The analysis
and decision making about the hypothesis using multiple regression analysis.
The results of this research indicate that dividend yield, current ratio, return
on asset, and debt to equity have no influence to the share return. Whereas,
book to market ratio and earning yield have influence to share return.
Keywords: Share Return, Book to Market Ratio, Dividend Yield, Earning Yield,
Current Ratio, Return on Asset, Debt to Equity Ratio.
PENDAHULUAN
(investor)
kepada
pihak yang
membutuhkan dana (emiten).
Setiap
investor
dalam
menanamkan modalnya akan selalu
mempertimbangkan
tingkat
pengembalian
yang
akan
diharapkan. Namun belum tentu
tingkat
pengembalian
yang
dihasilkan tersebut sesuai dengan
yang diharapkan, bisa lebih tinggi
ataupun lebih rendah,
maka
investor
akan
memerlukan
pertimbangan-pertimbangan
yang
matang dalam memilih perusahaan.
Biasanya investor akan melakukan
penilaian
dengan
menganalisa
laporan keuangan perusahaan.
Laporan
keuangan
pada
perusahaan
merupakan
sumber
informasi
yang
penting
bagi
Semakin
terbukanya
perekonomian
dunia
termasuk
perekonomian Indonesia membuat
kemajuan industri yang pesat pula
di Indonesia. Hal ini menuntut
perusahaan
untuk
lebih
memperkuat struktur
modalnya,
bisa dengan menjual saham kepada
masyarakat di pasar modal. Pasar
modal adalah salah satu
sarana
untuk menghimpun sumber dana
ekonomi jangka panjang yang
tersedia
di
perbankan
dan
masyarakat. Salah satu fungsi pasar
modal
adalah
sebagai
fungsi
ekonomi,
dimana
menyediakan
sarana untuk memindahkan dana
dari pihak yang kelebihan dana
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
investor dalam mengukur tingkat
kinerja keuangan perusahaan untuk
mengambil keputusan investasi.
Untuk memahami isi dari laporan
keuangan, para pengguna laporan
keuangan
dapat
menggunakan
analisis
fundamental,
yang
merupakan salah satu analisis yang
digunakan untuk menghitung nilai
intrinsik
saham
dengan
menggunakan data keuangan yang
ada
di
perusahaan.
Dalam
melakukan analisis fundamental,
biasanya
investor
dapat
menggunakan rasio keuangan.
Menurut White et al. (2002)
dalam Ulupui
(2007),
rasio
keuangan
digunakan
untuk
membandingkan tingkat risiko dan
tingkat pengembalian hasil yang
dapat terjadi
dari
perusahaan
untuk membantu investor dan
kreditur dalam membuat keputusan
investasi dan kredit yang
baik.
Rasio juga
dapat
menunjukkan
profil
suatu
perusahaan,
karakteristik
ekonomi,
strategi
bersaing dan keunikan karakteristik
operasi, keuangan dan investasi.
Motivasi
dilakukannya
penelitian ini adalah memberikan
pengetahuan
dan
pemahaman
kepada para pengguna laporan
keuangan bahwa analisis rasio
keuangan sangat bermanfaat bagi
investor
dalam
memberikan
informasi keuangan
perusahaan
yang
akan
digunakan
dalam
pengambilan keputusan investasi.
Hal yang juga mendorong penulis
untuk melakukan pengembangan
penelitian
ini
adalah
adanya
ketidakkonsistenan
dari
hasil
penelitian-penelitian
sebelumnya.
Tujuan
penelitian
untuk
mengetahui pengaruh book to
market ratio, dividend yield,
earning yield, current ratio, return
112
November 2012
on asset dan debt to equity ratio
terhadap share return.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Signaling Theory
Teori
sinyal
menjelaskan
tentang bagaimana para investor
memiliki informasi yang sama
dengan
manajer
perusahaan
tentang
prospek
perusahaan
tersebut.
Namun
pada
kenyataannya, manajer perusahaan
umumnya memiliki informasi yang
lebih baik dan cepat berkaitan
dengan
kondisi
dan
propek
perusahaan dibandingkan dengan
investor.
Teori
sinyal
juga
mengemukakan tentang bagaimana
seharusnya
sebuah
perusahaan
memberikan
sinyal
kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal
tersebut dapat berupa informasi
mengenai
kondisi
perusahaan
kepada pemilik ataupun para
pengguna
laporan
keuangan
lainnya. Sinyal yang
diberikan
dapat
juga
dilakukan
melalui
pengungkapan informasi akuntansi
seperti laporan keuangan.
Book to Market Ratio
Book
to
market
ratio
digunakan untuk menghitung nilai
dari
perusahaan
dengan
membandingkan
nilai
buku
terhadap
nilai
pasar
saham
perusahaan.
Jika
sebuah
perusahaan menawarkan return
yang tinggi dan memiliki nilai buku
yang lebih tinggi dibanding dengan
nilai pasar,
maka
perusahaan
tersebut memiliki risiko yang lebih
besar dan return yang diterima
lebih kecil di masa mendatang.
ISSN: 1410 -9875
Dividend Yield
Dividend yield bagian dari
rasio pasar modal yang digunakan
untuk melihat perkembangan nilai
perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan. Dividend yield
merupakan rasio dividen per lembar
saham terhadap harga saham
(Martusa 2007).
Earning Yield
Menurut Khan et al. (2012),
bahwa
earning
yield
dapat
memprediksi besarnya share return
dan menemukan hubungan antara
earning yield dan share return
cukup kuat, karena earning yield
berperan sebagai faktor yang
berisiko terhadap share return.
Current Ratio
Salah satu ukuran likuiditas
suatu perusahaan adalah current
ratio, yang merupakan ukuran
kemampuan
untuk
memenuhi
kewajiban jangka pendeknya yang
telah jatuh tempo, dimana current
ratio ini menghubungkan antara
aktiva lancar dengan kewajiban
lancar
untuk
memperlihatkan
keamanan klaim kreditur apabila
perusahaan mengalami kerugian
drastis (Farkhan dan Ika 2012).
Return On Asset
Return on asset adalah
sebuah indikator yang digunakan
untuk mengukur profitabilitas suatu
perusahaan. Return on asset sering
juga disebut dengan Return on
investment (ROI), yang mengukur
keseluruhan
efektivitas
dari
manajemen dalam
menghasilkan
laba bersih dengan menggunakan
total aktiva yang dimiliki (Gitman
dan Zutter 2012, 68).
Y.a. Didik Cahyanto
Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio (DER)
juga mencerminkan kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
seluruh
kewajibannya
yang
ditunjukkan oleh berapa
bagian
dari modal sendiri yang digunakan
untuk membayar hutang. Debt to
equity
ratio
(DER)
juga
mencerminkan jaminan tentang
seberapa
besar
hutang-hutang
perusahaan dijamin modal sendiri
(Absari et al. 2012).
Hipotesis
Ha1
Book
to
market
ratio
berpengaruh terhadap share
return.
Ha2 Dividend yield berpengaruh
terhadap share return.
Ha3 Earning yield berpengaruh
terhadap share return.
Ha4 Current ratio berpengaruh
terhadap share return.
Ha5 Return on asset berpengaruh
terhadap share return.
Ha6
Debt
to
equity
ratio
berpengaruh terhadap share
return.
METODA PENELITIAN
Bentuk
penelitian
yang
digunakan
adalah
penelitian
causality, yakni penelitian yang
menguji hubungan sebab akibat
antara dua variabel atau lebih.
Sampel
dipilih
dengan
menggunakan metode purposive
sampling yaitu pemilihan anggota
sampel
berdasarkan
kriteria
tertentu agar diperoleh sampel
yang
relevan.
Kriteria-kriteria
purposive
sampling
dalam
penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
1. Perusahaan manufaktur yang
konsisten terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari
tahun
2008
sampai 2010.
2. Perusahaan manufaktur yang
konsisten memperoleh
laba
bersih setelah pajak
selama
periode pengamatan.
3. Perusahaan manufaktur yang
konsisten membagikan dividen
selama periode pengamatan.
4. Perusahaan manufaktur yang
konsisten
memiliki
laporan
keuangan dengan mata uang
Rupiah
selama
periode
pengamatan.
5. Perusahaan manufaktur yang
konsisten menerbitkan laporan
keuangan
dengan
tahun
buku per
31
Desember
selama periode pengamatan.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Share Return
Variabel dependen (tidak
bebas) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah share return.
Share
return
adalah
suatu
pengembalian dari suatu dana atau
modal yang ditanamkan pada suatu
investasi, baik berupa aset riil
maupun aset keuangan. Menurut
Khan et al. (2012)
rumus yang
digunakan untuk menghitung share
return adalah sebagai berikut:
Dps + Capital
Share Return =
Gain P(t-1)
Dimana menurut Khan et al.
(2012):
Dividen
Dps
=
Jumlah saham yang
beredar
114
November 2012
Capital Gain = Pt – P(t-1)
Keterangan:
SR
: Share Return
Dps : Dividend per share
Market Pricet : Harga saham pada
tahun t
Pt
: Harga saham pada tahun t
Pt-1
: Harga saham pada tahun t1
Book to Market Ratio
Book
to
market
ratio
digunakan untuk menghitung nilai
dari
perusahaan
dengan
membandingkan
nilai
buku
terhadap
nilai
pasar
saham
perusahaan. Menurut Khan et al.
(2012) rumus yang digunakan untuk
menghitung book to market ratio
sebagai berikut:
Book to Market Ratio =
Book Value
Per Share
Market Value
Per Share
Dimana menurut Khan et al.
(2012):
Total ekuitas
Book Value per Share =
Jumlah saham
yang beredar
Dividend Yield
Dividend yield merupakan
salah satu indikator yang sering
digunakan analisis sekuritas untuk
kinerja
perusahaan
dalam
membagikan hasil keuntungan atas
pendapatan
saham
yang
diperdagangkan di pasar modal
(Margaretha dan Damayanti 2008).
Menurut Khan et al. (2012) rumus
yang digunakan untuk menghitung
dividend yield sebagai berikut:
Dividend Yield =
Dividend Per Share
Market Price Per Share
ISSN: 1410 -9875
Y.a. Didik Cahyanto
Earnings Yield
Earnings
yield
dapat
memprediksi besarnya share return
dan menemukan hubungan antara
earning yield dan share return
cukup kuat, karena earning yield
berperan sebagai faktor yang
berisiko terhadap share return.
Menurut Khan et al. (2012) rumus
yang digunakan untuk menghitung
earning yield sebagai berikut:
Return on Asset
Return
on
asset
menunjukkan
kemampuan
perusahaan untuk
menghasilkan
laba dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva yang
dimiliki. Rumus yang digunakan
untuk menghitung return on asset
menurut Farkhan dan Ika (2012)
adalah:
Earning Per Share
Earning Yield =
Market Price Per Share
Return on Asset =
Dimana menurut Kieso et al.
(2011, 839):
Net Income – Preference Dividend
Earning per Share =
Weighted – Average Shares
Outstanding
Current Ratio
Current ratio menunjukkan
kemampuan perusahaan mendanai
operasional
perusahaan
dan
melunasi
kewajiban
jangka
pendeknya. Rumus yang digunakan
untuk menghitung current ratio
menurut (Prihadi
2012,
164)
adalah:
Current Ratio =
Net Income After Tax
Average Total Asset
Debt to Equity Ratio
Debt
to
equity
ratio
merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat leverage
dalam menunjukkan kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban jangka panjang, yang
dimana
menghubungkan
antara
total hutang dan total ekuitas.
Rumus
yang
digunakan
untuk
menghitung debt to equity ratio
menurut Farkhan dan Ika (2012)
sebagai berikut:
Total Debt
DER =
Total Equity
Current Asset
Current Liabilities
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
SR
BM
DY
EY
CR
ROA
DER
N
111
111
111
111
111
111
111
Minimum
-.710980
.021156
.001587
.000055
.580499
.001007
.104122
Maximum
1.089744
3.343394
1.047619
1.279945
11.742817
.453627
2.776996
Mean
.33785971
.56114007
.07408833
.13365869
3.13256338
.17478477
.75052943
Std.Deviation
.284225984
.571881732
.153013684
.208652815
2.294409662
.101206734
.603151472
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Model
1
Tabel 2
Hasil Uji t
Unstandardized
Standardize
Coefficients
d
Coefficients
B
Std. Error
Beta
.269
.092
(Constan
t)
BM
-.168
DY
.253
EY
.787
CR
-.006
ROA
.340
DER
-.002
a Dependent Variable: SR
Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS
Persamaan
model
regresi
yang
dihasilkan
dalam
penelitian ini adalah:
SR = 0,269 - 0.168BM + 0.253DY +
0.787EY - 0.006CR + 0.340ROA 0,002DER + e.
Berdasarkan
persamaan
regresi berganda diatas,
jika
variabel book to market ratio,
dividend yield, earning yield,
current ratio, return on asset, dan
debt to equity ratio bernilai 0,
maka variabel share return akan
memiliki nilai sebesar -0,269.
Variabel book to market
ratio memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,013 yang lebih kecil dari
0,05 sehingga Ha1 diterima, yang
berarti variabel book to market
ratio berpengaruh negatif terhadap
share return. Hal ini membuktikan
bahwa book to market ratio
berpengaruh terbalik
terhadap
share return. Semakin tinggi book
to market ratio maka semakin
rendah share return. Berarti juga
bahwa book to market ratio
merupakan
salah
satu
rasio
keuangan yg cukup penting bagi
investor
dalam
pengambilan
keputusan
investasinya,
karena
116
November 2012
.066
.309
.217
.013
.264
.050
t
2.936
Sig.
.004
-.339 -2.536
.136
.817
.578 3.632
-.048
-.446
.121 1.288
-.004
-.037
.013
.416
.000
.657
.201
.971
19
apabila book to market ratio
bernilai lebih dari 1 maka nilai
buku lebih besar dari nilai pasar.
Variabel
dividend
yield
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,416 yang lebih besar dari 0,05
sehingga Ha2 tidak diterima, yang
berarti variabel
dividend
yield
tidak berpengaruh terhadap share
return. Hal ini menunjukkan bahwa
perbandingan antara dividend yang
dibagikan kepada investor dengan
harga
pasar
saham
tidak
mempengaruhi
keputusan
para
investor
untuk
menempatkan
modalnya di perusahaan.
Variabel
earning
yield
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000 yang lebih kecil dari 0,05
sehingga Ha3 diterima, yang berarti
variabel earning yield berpengaruh
positif terhadap share return. Hal
ini menunjukkan bahwa earning
yield berpengaruh dan searah
terhadap share return. Ini juga
berarti bahwa perusahaan dengan
earning
yield
yang
tinggi
menghasilkan return yang tinggi
pula. Investor beranggapan bahwa
net income tersebut
dapat
digunakan
perusahaan
untuk
ISSN: 1410 -9875
mendukung
pertumbuhan
perusahaan di masa mendatang
atau dibagikan kepada pemegang
saham dalam bentuk dividen. Maka
investor
akan
sangat
mempertimbangkan earning yield
suatu
perusahaan
ketika
menanamkan modalnya di suatu
perusahaan.
Variabel
current
ratio
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,657 yang lebih besar dari 0,05
sehingga Ha4 tidak diterima, yang
berarti variabel current ratio tidak
berpengaruh
terhadap
share
return. Ini menyatakan bahwa rasio
lancar
kurang
menjadi
bahan
pertimbangan yang penting untuk
investor dalam proses investasi,
karena adanya faktor – faktor lain
yang
mempengaruhi
pandangan
investor tetapi tidak
termasuk
dalam model penelitian ini.
Variabel return on asset
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,201 yang lebih besar dari 0,05
sehingga Ha5 tidak diterima, yang
berarti variabel return on asset
tidak berpengaruh terhadap share
return. Hal ini menunjukkan bahwa
sebelum
investor
menanamkan
modalnya, investor akan melihat
banyak faktor-faktor lain yang
mempengaruhi
keputusan
investasinya. Jadi tidak hanya
melihat
dari
kemampuan
produktivitas perusahaan dalam
kinerjanya.
Variabel Debt to equity ratio
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,971 yang lebih besar dari 0,05
sehingga Ha6 tidak diterima, yang
berarti variabel debt to equity
ratio tidak berpengaruh terhadap
share return. Hal ini menunjukkan
bahwa
investor
tidak
mempertimbangkan debt to equity
ratio sebagai dasar pertimbangan
Y.a. Didik Cahyanto
dalam
memproyeksikan
return
saham yang akan diperoleh di masa
yang akan datang. Namun dalam
pengambilan keputusan investasi,
sebaiknya
investor
tidak
mengabaikan debt to equity ratio
suatu
perusahaan
untuk
menghindari risiko kebangkrutan
karena kegagalan dalam membayar
utang.
PENUTUP
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
book
to
market
ratio
secara
statistik
berpengaruh
terhadap
share
return. Hasil
penelitian
ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khan et al. (2012)
yang menunjukkan bahwa book to
market ratio mempunyai pengaruh
terhadap share return.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dividend yield
secara statistik tidak berpengaruh
terhadap
share
return.
Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Martusa (2007) yang menunjukkan
bahwa
dividend
yield
tidak
mempunyai pengaruh
terhadap
share return. Namun
hasil
penelitian ini
tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Khan et al. (2012), Margaretha
dan Damayanti (2008), Susilowati
dan
Turyanto
(2011)
yang
menunjukkan bahwa dividend yield
mempunyai pengaruh
terhadap
share return.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa earning yield
secara
statistik
berpengaruh
terhadap
share
return.
Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Khan
et al. (2012) yang menunjukkan
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
bahwa earning yield mempunyai
pengaruh terhadap share return.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa current ratio
secara statistik tidak berpengaruh
terhadap
share
return.
Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Elviana (2011) yang menunjukkan
bahwa
current
ratio
tidak
mempunyai pengaruh
terhadap
share return. Namun
hasil
penelitian
ini
tidak
konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Farkhan dan Ika (2012),
Sulaiman dan Handi (2008), Ulupui
(2007), dan Meythi (2007) yang
menunjukkan bahwa current ratio
mempunyai pengaruh
terhadap
share return.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
return
on
asset
secara
statistik
tidak
berpengaruh
terhadap
share
return. Hasil
penelitian
ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Susilowati dan
Turyanto
(2011),
Simanungkalit
(2009) dan Stella (2009) yang
menunjukkan bahwa return on
November 2012
asset tidak mempunyai pengaruh
terhadap share return. Namun hasil
penelitian ini
tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Farkhan dan Ika (2012), Ulupui
(2007), Beny dan Mendari (2011),
Nurmalasari (2009), Rinati (2009),
Ihsan (2009), dan Astuti (2010) yang
menunjukkan bahwa
return
on
asset
mempunyai
pengaruh
terhadap share return.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa debt to equity
ratio
secara
statistik
tidak
berpengaruh
terhadap
share
return. Hasil
penelitian
ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Absari et al. (2012) yang
menunjukkan bahwa debt to equity
ratio tidak mempunyai pengaruh
terhadap share return. Namun hasil
penelitian ini
tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Susilowati
dan
Turyanto
(2011), Ulupui (2007), Farkhan dan
Ika (2012), Stella (2009), dan Ihsan
(2009) yang menunjukkan bahwa
debt to equity ratio mempunyai
pengaruh terhadap share return.
REFERENSI
Astuti, Tri. 2010. Analisis Pengaruh Pengumuman Laporan Keuangan Terhadap
Return Saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Akuntansi dan
Manajemen, Vol. 21, No. 1, hlm 81-104.
Beny, dan Anastasia Sri Mendari. 2011. Pengaruh Value Added Statement, ROA,
ROE, dan Operating Cash Flow Terhadap Return Saham pada Perusahaan
yang Tergabung di BEI. No. 01 Tahun XXXV / Januari 2011 – Articles.
Elviana, Putri. 2011. PengaruhFaktor Fundamental TerhadapReturn Sahampada
Perusahaan Whosale and Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2007 – 2010.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
edisi V. Undip: Semarang.
Gitman, Lawrence J dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance, edisi XIII. Pearson: United States of America.
Haruman, Tendi, Stevanus Adree Cipto Setiawan, dan Maya Ariyanti. 2005.
118
ISSN: 1410 -9875
Y.a. Didik Cahyanto
Pengaruh Fundamental, dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat
Pengembalian Saham BEJ. Usahawan, No. 11, Th XXXIV, November.
Herman, Melissa, dan Kim Sung Suk. 2007. Pengaruh Beta, Size, dan Book to
Market Equity Ratio Terhadap Return di BEJ Tahun 2003-2005. DeReMa
Jurnal Manajemen, Vol. 2, No. 2, Mei.
Ihsan, Mohd. 2009. Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Debt to
Equity Ratio dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Industri
Apparel di Bursa Efek Jakarta. Percikan : Vol. 96 Edisi Januari 2009.
Khan, Gul, Mardan, Shafiq, Razzaq, dan Kamran. 2012. Financial Ratio and
Stock Return Predictability (Evidence from Pakistan). Research Journal
of Finance and Accounting, Vol 3, No 10, 2012.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weggandt, dan Terry D. Warfield. 2011.
Intermediate Accounting, Vol. 2, IFRS Edition.
Margaretha, Farah, dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio,
Dividend Yield dan Market to Book Ratio terhadap Stock Return di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10. No. 3, Desember,
hlm. 149-160.
Martusa, Riki. 2007. Pengaruh Dividen Yield dan Price Earnings Ratio terhadap
Return Saham dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel
Moderating. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 9, No. 3, Desember.
Meythi. 2007. Rasio Keuangan yang Paling Baik untuk Memprediksi Return
Saham: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 9, No. 1, April.
Hlm 47-65.
Nurmalasari, Indah. 2009. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap
Harga Saham Emiten LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2005-2008. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Gunadarma.
www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artike
l_20205630.pdf.
Poernamawatie, Fahmi. 2008. Pengaruh Price Book Value Ratio (PBV) dan Price
Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen
Gajayana, Vol 5, No. 2, November. Hlm 105-118.
Prihadi, Toto. 2011. Praktis Nemahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan
PSAK. Jakarta Pusat: PPM.
Rinati, Ina. 2009. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Retrun On Assets (ROA),
dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan
yang tercantum dalam indeks LQ45. Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi,
Universitas
Gunadarma.
papers.gunadarma.ac.id/index.php/economy/article/ view/348/316.
Sekaran U dan R Bougie. 2010. Research Methods For Business A Skill Building
Approach Fifth Edition.
Stella. 2009. Pengaruh Price to Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on
Asset, dan Price to Book Value Terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 2, hlm. 97 – 106.
Simanungkalit, Minar. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan Rasio Leverage
Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan Makanan dan
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Minuman Terbuka di Indonesia. Tesis. USU. Medan.
Sulaiman, dan Ana Handi. 2008. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return
Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek (BEJ).
Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, Vol.2, No.2, Juli.
Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan
Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika
Keuangan dan Perbankan, Vol. 3. No.1, Mei 2011, Hal: 17-37.
Ulupui, IG. K. A. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan
Makanan dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di
BEJ). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 2, No. 1.
Widjaja, Indra. 2009. Pengaruh Current Ratio dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia.
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Tahun II/04/Oktober/2009:27-37.
120
Download