BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KITAB KUNING DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI MTs SALAFIYAH NU KARANGANYAR TIRTO PEKALONGAN A. Analisis pelaksanaan pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan 1. Analisis perencanaan pembelajaran Pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto dalam hal administrasi pembelajaran telah dilengkapi dengan penetapan target penyempaian materi, yakni semacam silabus sederhana dan rencana pelaksanaan pembalajaran (RPP) yang masih berpedoman pada kurikulum KTSP 2006 dan semakin disempurnakan serta dilengkapi. Meskipun belum optimal dalam kelengkapan administrasi perangkat pembelajaran, namun paling tidak upaya ini sebagai perwujudan pelaksanaan tugas pendidik sebagaimana tertuang dalam UU.Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. 2. Analisis proses pelaksanaan pembelajaran Berdasarkan hasil observasi proses kegiatan pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, baik matan Taqrīb maupun Al-Akhlāq Lil-Banīnserta hasil wawancara dengan guru maupun siswa, kegiatan pembelajaran telah melibatkan siswa secara aktif. Guru 81 82 memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam sistem keraisan dan senantiasa mengangkat dan mengontekskan materi dengan kasus-kasus fikih maupun akhlak yang sedang berkembang saat ini. Komunikasi pembelajaran tidak lagi searah dari guru ke siswa saja,namun siswa dituntut aktif dalam pembelajaran.Siswa lebih leluasa berpendapat serta bertanya tentang permasalahan maupun kemusykilan materi pembelajaran tanpa dibatasioleh kleim sū’ul adab sebagaimana tradisi pembelajaran kitab kuning di sebagian pesantren salaf. Fakta proses pembelajaran kitab kuning semacam ini merupakan transformasi pendekatan pembelajaran kitab kuning yang di sebagian besar pesantren salaf masih didominasi oleh guru sebagai pengajar dengan segala kewenangannya serta menempatkan peserta didik sebagai pihak yang pasif dan hanya bersifat menerima, menuju ke pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pihak yang aktif (active learning) sesuai dengan salah satu misi MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, yakni “Melaksanakan pembelajaran active learning yang beroriantasi pada IPTEK” Sebagai respon positif atas kronologi model pembelajaran kitab kuning sebelumnya dengan pendekatan salaf, yakni murni bandhongan yang berdampak pada kurang optimalnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, guru muatan lokal fikih kitab maupun muatan lokal akhlak berinisiatif melakukan pendekatan pembelajaran secara kontekstual. 83 Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dalam pendekatan CTL, penulis menganalisis hal-hal berikut: a. Prinsip Kesalingbergantungan Proses pembelajaran kitab kuning di MTsSalafiyah NU Karanganyar tirto, baik kitab Taqrīb maupun Al-Akhlāq Lil-Banīn telah memenuhi prinsip kesalingbergantungan, yaitu adanya keterkaitan dan hubungan materi kitab dengan fakta kontemporer, pengalaman siswa atau dengan disiplin ilmu yang lain. Hal ini tampak pada pemaparan materi oleh guru seperti pendemonstrasian materi kitab kuning dengan praktek fikih kekinian (waqi’iyyah) seperti mekanisme tajhīzul mayyit kontemporer. Siswa dibimbing untuk mempraktekkan cara perawatan mayat secara situasional sesuai memandikan mayat dengan korban standar syar’i, kebakaran atau misalnya mutilasi. tatacara Selain memperluas pemahaman siswa, pendekatan pembelajaran semacam ini akan memberikan pemahaman kepada mereka bahwa hukum syariat adalah hal yang bersifat dinamis dan fleksibel, senantiasa berkembang menyesuaikan perkembangan zaman dan kasus yang dihadapi. Contoh lainnya adalah, seperti dalam pembelajaran kitab Al-Akhlāq Lil-Banīn guru memberikan pemahaman kepada siswa tentang adab berjalan yang dikontekskan dengan pengalaman mereka dalam berkendara. Guru juga menghubungkan materi adab anak terhadap seorang ibu dengan proses embriologi, persalinan hingga mereka dewasa. Dengan pengaitan semacam ini, secara mandiri, siswa 84 akan dapat menyimpulkan pemahaman betapa susah payahnya seorang ibu mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui dan merawat anak sehingga sangat tidak layak jika anak berani menentang terhadap orang tua, terutama ibu. b. Prinsip Diferensiasi Dalam hal kemampuan personal, guru memberikan treatment yang berbeda terhadap siswa. Khusus bagi siswa yang masih belum begitu terampil menulis dan membaca tulisan Arab Pegon, guru memberikan bimbingan lebih intens. Selain itu, proses pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa, seperti untuk kelas VII belum diterapkan sistem rais , masih hanya sekedar penunjukkan siswa untuk membacakan teks kitab di depan kelas. c. Prinsip Pengaturan Diri Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran kitab Taqrīb di kelas VIII A dan kitab Al-Akhlāq Lil-Banīn di kelas VII B, prinsip pengaturan diri ini belum dapat diimplementasikan secara maksimal. Guru belum dapat melepaskan siswa secara mandiri untuk membangun pengetahuan dalam suatu kegiatan pembelajaran.Guru tetap berperan membantu mengarahkan siswa serta meluruskan pemahaman siswa yang melebar dan keluar dari konteks pembelajaran. 85 Adapun berdasarkan komponen-komponen pendekatan CTL, penulis menganalisis beberapa hal berikut: a. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna Dalam proses pembelajaran kitab Taqrīb dan AlAkhlāqLil-Banīn, materi yang disampaikan telah dikaitkan dengan fakta aktual, kasus-kasus kontemporer, pengalaman siswa maupun bidang pelajaran lainnya, seperti dalam bab ṭaharah, penggolongan air mutlak yang berjumlah tujuh dikaitkan dengan materi fisika, yaitu siklus hidrologi, materi perawatan mayat yang dikontekskan dengan perawatan mayat modern dan kasus-kasus kematian yang tidak wajar seperti korban mutilasi, bencana alam dan sebagainya. Contoh lainnya adalah pembahasan ṢalatQaṣar dalam pembelajaran kitab Taqrīb, guru kembali meminta siswa untuk mengingat kembali pengalaman mereka berwisata dan berziarah dengan jarak yang telah mencapai masāfatul qaṣri. Siswa didorong untuk memahami dan menyimpulkan atas pengalaman mereka tentang syarat dan mekanisme pelaksanaan ṣalat qaṣar, yakni perjalanan harus mencapai jarak dua marḥalah (kira-kira 80 Km), serta adanya rukhṣah (dispensasi) ibadah semacam ini harus didasari qaṣdu (tujuan) perjalanan yang mubaḥ, bukan untuk maksiat. Dengan demikian, siswa juga memahami bahwa bertamasya termasuk kategori perjalanan yang diperbolehkan. Pengaitan materi pembelajaran kitab kuning dengan pengalaman siswa maupun kasus-kasus faktual keseharian dan 86 kekinian menunjukkan bahwa pengetahuan bukanlah hal imitataif dari sebuah realitas, namun realitas yang terkonstruk dari konsep dan pengalaman siswa itu sendiri. b. Melakukan pekerjaan yang berarti Dalam hal melakukan pekerjaan yang berarti, pelaksanaan pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan CTL di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto baru sampai pada taraf pendemonstrasian materi, baik secara individu maupun berkelompok. Sejauh ini belum diterapkan metode projek, bermain peran dan beberapa metode pembelajaran aktif modern lainnya. c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri Dari hasil observasi pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, siswa belum dapat dilepas secara mandiri untuk melakukan konstruksi pengetahuan. Guru masih memberikan bimbingan secara intensif, terutama bagi siswa yang belum pandai menulis dan membaca Arab pegon. d. Bekerja sama; Berdasarkan hasil observasi dan keterangan guru pengampu kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, sistem kerja kelompok telah diterapkan, terutama dalam hal pendemontrasian materi kitab kuning, seperti demonstrasi perawatan mayat, sujud syahwi dan sebagainya. 87 e. Berpikir kritis dan kreatif Dalam hal berpikir kritis dan kreatif, siswa telah dilatih mengungkapkan pertanyaan maupun pendapat melalui diskusi baik dalam sistem keraisan, maupun tanya jawab dengan guru. Guru juga menuntut siswa, terutama rais untuk kreatif memberikan contoh kasus-kasus kekinian yang berkaitan dengan materi kitab kuning yang dipelajari sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Melalui metode demonstrasi dan ceramah interaktif dan sistem keraisan, daya kritis dan keterampilan berbicara siswa akan berkembang sesuai dengan taraf perkembangan mereka. Langkah ini cukup efektif untuk meningkatkan antusias dan rasa penasaran siswa terhadap materi pembelajaran, khususnya yang berhubungan dengan pengalaman mereka . f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang Bimbingan secara intensif yang dilakukan guru, terutama terhadap siswa yang masih kurang dalam hal kemampuan menulis dan membaca tulisan Arab pegon serta penyelenggaraan ekstrakurikuler kajian kitab kuning telah membantu siswa untuk meningkatkan serta mengembangkan kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran kitab kuning. g. Mencapai standar yang tinggi Sejauh ini, implementasi pendekatan CTL dalam pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto belum dapat dilakukan secara utuh. Berbagai metode dan strategi 88 dalam pendekatan CTL belum dapat diterapkan karena berbagai kendala. h. Menggunakan penilaian autentik. Penilaian yang dilakukan oleh guru pengampu pelajaran kitab kuning baik kitab Taqrīb dan Al-AkhlāqLil-Banīn masih menggunakan penilaian konvensional. Penilaian siswa secara utuh dan menyeluruh baik dalam proses maupun hasil belum dapat diimplementasikan. 3. Analisis evaluasi pembelajaran Dari hasil interviu dan dokumentasi berbagai data, pelaksanaan evaluasi pembalajaran kitab kuning dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning di MTsSalafiyah NU Karanganyar TIrto pada muatan lokal Fikih Kitab dan Akhlak telah menyesuaikan kebijakan kurikulum madrasah setempat, yakni melalui Ulangan Harian, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Teknik penilaian menggunakan tes tertulis, lisan dan praktek.Adapun sistem penilaian autentik belum diterapkan.Penilaian proses secara utuh masih sulit untuk dilaksanakan, mengingat guru harus mengenali siswa satu persatu dan mengadakan pengawasan secara intensif. Dalam proses pembelajaran, guru hanya melakukan penilaian praktek baca kitab secara bergilir. Sedangkan hasil penilian menunjukkan bahwa 80 % siswa dalam tiap kelasnya mampu memahami materi yang disampaikan guru. 89 B. Analisis faktor pendukung dan kendala pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan 1. Analisis faktor pendukung pembelajaran Pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto dapat diimplementasikan dan secara dinamis berkembang serta semakin disempurnakan. Berikut ini hasil analisis berbagai faktor pendukung implementasinya: a. Keterampilan dan kreatifitas guru Tingkat kualitas sebuah pembelajaran sangat ditentukan oleh keterampilan dan kreatifitas guru. Berangkat dari penelaahan model pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto pada tahun pelajaran pertama (2008/2009) yang murni menggunakan metode bandhongan ala pesantren yang berdampak pada rendahnya pemahaman siswa terhadap materi dan pembelajaran yang membosankan, dengan berbekal pengalaman dan keterampilan sebagai aktifis baḥṡul masāil yang sering mengangkat kasus keagamaan kontemporer, guru muatan lokal fikih kitab bersama guru muatan lokal akhlak berinisiatif menerapkan sebuah pendekatan kontekstual. Implementasi pendekatan CTL ini bertujuan agar konsep yang bersifat abstrak dapat dikonkretkan dengan pengalaman siswa dan kasus-kasus kontemporer.Selain itu, guru juga menerapkan sistem 90 pembelajaran aktif (active learning) dengan sistem rais, semacam diskusi review materi yang telah disampaikan secara terpimpin oleh siswa. b. Pengadaan ekstrakurikuler pengajian kitab kuning Sebagai langkah pendukung untuk pengembangan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran kitab kuning di kelas, guru menyelenggarakan ekstrakurikuler pengajian kitab kuning seperti kitab Taqrīb, Risālatul Mu’awwanah, Qaṭrul Gaiṡ, Tījan Ad Darāry, Taisīrul Khalāq, Haid dan Problematikanyadan lain sebagainya.Di samping itu, pada bulan Ramadan juga diadakan kegiatan “ngaji pasaran” di rumah guru pengampu kitab kuning. Dengan ekstrakurikuler pengajian kitab kuning ini, selain menambah wawasan siswa tentang ajaran agama Islam.Kesulitan pemahaman siswa yang belum terselesaikan di kelas dapat dikomunikasikan kembali dalam forum pengajian tersebut. Di samping itu, kemampuan motorik siswa dalam menulis dan membaca bahasa Arab pegon makin terasah. c. Lingkungan yang religius MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto berada di kawasan desa Karanganyar yang religius. Di sana masih banyak dijumpai ulama dan santri. Lembaga pendidikan Islam nonformal dan kegiatan keagamaan seperti madrasah diniyyah maupun majelis taklim begitu semarak. Iklim lingkungan yang kondusif semacam ini menjadikan 91 sebagian besar siswa sering terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan tersebut, khususnya dalam pengajian kitab kuning. d. Dukungan orang tua Selain lingkungan yang religius, dukungan orang tua terhadap pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto memiliki peranan penting.Sebagian besar orang tua menghendaki dan mendambakan anak-anak mereka agar tidak hanya pandai dalam ilmu pengetahuan umum, namun juga pandai mengkaji kitab kuning layaknya santri.Dalam berbagai kesempatan pada saat rapat guru dengan orang tua/wali murid, tidak jarang terjadi percakapan seputar perkembangan siswa dalam penguasaan kitab kuning. 92 2. Analisis kendala pembelajaran Selama kurang lebih empat tahun, sejak tahun pelajaran 2009/2010 sampai dengan 2013-2014, penerapan pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto mengahadapi berbagai kendala sebagai berikut: a. Masih banyak siswa yang memiliki kemampuan menulis dan membaca tulisan Arab pegon yang rendah, khususnya bagi siswa kelas VII dan belum pernah mengikuti pengajian kitab kuning sama sekali. b. Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang belum lengkap, sehingga materi yang membutuhkan alat peraga, hanya didemonstrasikan seadanya bahkan hanya disampaikan secara verbal. c. Tingkat pemahaman sebagaian besar siswa terhadap kaidah gramatikal bahasa Arab yang rendah meskipun telah diselenggarakan pembelajaran Naḥwu Ṣaraf. d. Tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran secara aktif. Masih banyak siswa yang cenderung pasif karena malu. e. Terdapat materi dalam kitab kuning, khususnya fikih (kitab Taqrīb) yang tidak relevan lagi seperti bab perbudakan. Selain itu terdapat pula materi yang hanya dijumpai di wilayah tertentu, seperti bab Maskhul Khuffain yang praktek secara riel hanya dijumpai di negaranegara timur tengah. 93 Secara garis besar, implementasi pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto berjalan dengan baik meskipun secara ideal, konsep pendekatan CTL belum dapat diimplementasikan secara utuh. Mulai dari konsep perencanaan pembelajaran yang masih sederhana, proses pembelajaran yang belum sepenuhnya menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran CTL serta evaluasi yang masih menggunakan sistem evaluasi konvensional. Meskipun demikian, secara umum, penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Tirto ini telah berhasil menciptakan nuansa pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Dengan mengasimilasikan antara konsep pembelajaran salaf dengan pendekatan kontekstual, pembelajaran menjadi lebih fleksibel menyentuh fakta-fakta kontemporer dan pengalaman pribadi siswa. Sehingga siswa tidak lagi terbebani dengan tumpukan konsep yang abstrak.