BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan tersebut dapat disebabkan oleh adanya hubungan ekonomi antar negara dan perdagangan internasional yang sering kali dimaksudkan untuk mempercepat pembangunan negara yang bersangkutan, terutama bagi negara berkembang (Sukirno, 1997 : 223). Perdagangan internasional memberikan harapan bagi negara untuk bisa menutupi kekurangan tabungan yang diperlukan bagi pertukaran modal dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas perekonomian. Dalam hal ini dapat diketahui salah satunya melalui tingkat Produk Domestik Bruto (PDB). Indonesia dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju pertumbuhan pendapatan rata-rata pertahunnya tinggi dengan komposisi yang tidak lagi didominasi oleh komoditas pertanian dan pertambangan (Tambunan, 2001 : 63). Indonesia yang merupakan sebuah negara yang sedang berkembang senantiasa akan melakukan kerjasama dengan negara-negara lainnya, karena Indonesia tidak akan mampu memenuhi semua kebutuhan masyarakatnya sendiri dengan keterbatasan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) serta 1 teknologi yang dimiliki. Untuk itulah Indonesia senantiasa akan melakukan hubungan dengan luar negeri melalui perdagangan internasional. Kehidupan perdagangan internasional terdiri dari kegiatan ekspor dan impor, walaupun masing-masing memberikan dampak yang positif bagi pembangunan suatu negara, namun kegiatan eksporlah yang lebih memberikan nilai tambah bagi suatu negara bila dibandingkan dengan kegiatan impor. Kegiatan impor dalam jangka panjang akan membawa ”kebocoran” bagi devisa negara. Disamping itu, apabila dilihat dari neraca perdagangan yang merupakan salah satu indikator makro perekonomian suatu negara, adanya volume ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan volume impor, menunjukkan majunya perekonomian suatu negara baik dari segi kegiatan perdagangan internasional, maupun dari sumbangannya terhadap pembiayaan pembangunan. Keadaan perdagangan internasional suatu negara tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung dalam percaturan ekonomi global. Situasi ini dapat dipastikan akan menularkan pengaruh ke setiap negara. Meningkatnya perdagangan internasional ditandai dengan peningkatan ekspor yang berdampak pada meningkatnya devisa, sehingga pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara. Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri secara efektif tanpa bantuan negara lainnya. Perdagangan luar negeri memiliki dampak yang luas terhadap perekonomian suatu negara terutama di negara berkembang dengan 2 pendapatan yang rendah yang tidak memungkinkan untuk melakukan akumulasi tabungan dan modal. Perdagangan luar negeri memberikan harapan bagi negara untuk bisa menutupi kekurangan tabungan domestik yang diperlukan bagi pembentukan modal dalam rangka meningkatkan produktivitas perekonomiannya. Pasca disepakatinya liberalisme perdagangan dunia dalam wadah WTO (World Trade Organization) yang menyebabkan kita harus siap untuk menyongsong era globalisasi ekonomi, maka peran perdagangan luar negeri (ekspor) sangatlah penting. Peran perdagangan luar negeri ini sangatlah vital, karena berkaitan dan saling menunjang bagi kegiatan sektor lainnya. Oleh karena itu pemerintah harus memberikan perhatian yang besar terhadap kebijakan pembangunan perdagangan yang berorientasi untuk peningkatan devisa. Perekonomian suatu negara akan dapat meningkatkan permintaan global, akibatnya perdagangan luar negeri melalui ekspor – impor akan ikut meningkatkan permintaan agregat. Permintaan agregat ditandai dengan meningkatnya ekspor yang akan berdampak pada semakin meningkatnya devisa bagi negara yang neraca perdagangannya surplus sehingga pembangunan dapat dilaksanakan. Peningkatan efisiensi sangatlah tepat, apalagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yakni di tingkat ASEAN sejak tahun 2002, di tingkat AsiaPasifik tahun 2010 dan di tingkat Dunia tahun 2020 yang akan datang. Karena ini merupakan syarat utama bagi suatu negara atau daerah untuk memenangkan persaingan. Dengan efisiensi akan mampu tercipta produk yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Ekspor Indonesia sangat 3 beragam, keragaman ekspor tersebut tercakup dalam bentuk migas dan non migas dimana selama ini Indonesia mengandalkan ekspor non migas sebagai penghasil devisa utama dalam penerimaan negara. Perkembangan laju pertumbuhan dan peranan ekspor non migas Indonesia pada tahun 2003-2007 terlihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Kontribusi atau Peranan Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia Tahun 2003-2007 Nilai Ekspor (Juta US$) Tahun Migas Non Migas Kontribusi (%) Migas 2003 13,651.4 47,406.8 22,36 2004 15,645.3 55,939.3 21,86 2005 19,231.6 66,428.4 22,45 2006 21,209.5 79,589.1 21,04 2007 22,088.6 92,012.3 19,36 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003-2008 Non Migas 77,64 78,14 77,55 78,96 80,64 Ekspor Total (Migas + Non Migas) 61,058.2 71,584.6 85,660.0 100,798.6 114,100.9 Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa nilai ekspor total Indonesia selama 5 tahun terakhir (2003 – 2007) cenderung mengalami peningkatan jumlah ekspor. Di sini terlihat ekspor Indonesia terus meningkat dari 61,058.2 Juta US$ pada tahun 2003 naik hingga 114,100.9 Juta US$ pada tahun 2007. Peningkatan ekspor pada tahun 2007 ini disebabkan adanya peningkatan pada ekspor migas dari 21,209.5 Juta US$ tahun 2006 menjadi 22,088.6 Juta US$ dan pada ekspor non migas dari 79,589.1 Juta US$ tahun 2006 menjadi 92,012.3 Juta US$. Selain itu peranan/kontribusi ekspor non migas juga meningkat terus dari 77,6 persen pada tahun 2003 menjadi 80,6 persen pada tahun 2007. Sebaliknya peranan/kontribusi ekspor migas dari tahun ke tahun menunjukkan arah perkembangan yang terus menurun. Bila tahun 2003 kontribusinya mencapai 22,4 persen sedangkan tahun 4 2007 hanya tinggal 19,4 persen. Ini menandakan pula bahwa struktur ekspor Indonesia terus menerus bergeser ke arah komoditi non migas karena peranannya terhadap total ekspor yang cukup besar dalam penerimaan devisa. Kinerja perdagangan luar negeri Indonesia tentunya akan memberikan dampak bagi perekonomian Provinsi Bali yang juga aktif melakukan kegiatan perdagangan internasional baik kegiatan ekspor maupun impor. Hal ini disebabkan karena Provinsi Bali merupakan daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Provinsi Bali dilihat dari geografisnya merupakan daerah yang tidak begitu luas sehingga pengembangan sektor industri, terutama industri kecil dan menengah dipandang sebagai upaya yang sangat nasional dan usaha ini beraneka ragam serta sesuai dengan potensi daerah. Menurut data yang diperoleh di Disperindag Provinsi Bali, pada tahun 2008 realisasi ekspor komoditas Provinsi Bali dapat dikelompokkan menjadi 5 komoditas, yaitu: 1. Komoditi ekspor hasil kerajinan yang terdiri dari 17 jenis antara lain: kerajinan alat musik, anyaman, bambu, batu padas, furniture, kayu, keramik, kerang, perak, kulit, terracotta, logam, lukisan, rotan, tulang dan kerajinan lilin serta kerajinan lain-lain seperti kerajinan dari batok kelapa, kaca, kertas, sabun, alang-alang, plepah pisang, dan karet. 2. Komoditi ekspor hasil industri yang terdiri dari enam komoditi, yaitu: TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) , plastik, sepatu, tas, komponen rumah jadi dan ikan dalam kaleng. 5 3. Komoditi ekspor hasil pertanian yang terdiri dari 12 jenis, yaitu: burung hidup, ikan tuna, lobster, ikan hias hidup, ikan nener, sirip ikan hiu, kepiting, ikan kerapu, ikan kakap, ikan lainnya, rumput laut dan buah-buahan. 4. Komoditi-komoditi hasil perkebunan yang terdiri dari 2 jenis, yaitu: kopi dan panili. 5. Komoditi ekspor lain-lain, seperti bunga dan dupa. Komoditas ekspor hasil kerajinan, industri, pertanian dan perkebunan maupun lain-lain sebagai komoditas ekspor utama (non migas) dari Provinsi Bali tentu saja diharapkan agar komoditas ekspor tersebut dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap peningkatan penerimaan devisa Provinsi Bali. Hal ini tentu saja akan menyebabkan pentingnya usaha peningkatan volume maupun nilai ekspor non migas Provinsi Bali. Sebab dengan peningkatan volume maupun nilai ekspor non migas tersebut diharapkan akan mampu mendorong peningkatan penerimaan devisa Provinsi Bali. Perkembangan nilai ekspor non migas Provinsi Bali periode tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 1.2 Tabel 1.2 Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Bali Tahun 2003-2007 2003 Nilai Ekspor (US$) 490,969,090.66 Perkembangan (%) 6.63 2004 498,969,473.16 0.81 2005 458,410,714.67 - 7.39 2006 458,789,262.74 0.08 2007 504,066,358.22 9.87 Tahun Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2003-2008 6 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat perkembangan nilai ekspor Non Migas Provinsi Bali berfluktuasi. Peningkatan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar US$ 504,066,358.22 atau 9.87 persen, ini disebabkan oleh semakin pulihnya keadaan perekonomian di Bali pasca terjadinya Bom Bali II. Tetapi secara keseluruhan perkembangan pencapaian nilai ekspor tersebut telah melampaui nilai ekspor yang ditargetkan. Ekspor non migas Provinsi Bali terdiri dari 5 komoditas yaitu, komoditas hasil kerajinan, industri, pertanian, perkebunan dan hasil lain-lain. Dari lima jenis komoditas tersebut yang memberikan kontribusi paling besar setiap tahunnya terhadap total ekspor non migas Provinsi Bali adalah komoditas hasil kerajinan dan industri. Pembangunan di Provinsi Bali digerakkan melalui perkembangan sektorsektor ekonomi yang ada berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Salah satunya melalui kegiatan pada sektor perdagangan yaitu meningkatkan ekspor non migas. Karena Bali tidak memiliki sumber daya mineral, maka program pengembangan ekspor Provinsi Bali difokuskan pada pengembangan sumber daya manusia yang potensial yang dimiliki dalam rangka meningkatkan produksi, diversifikasi produk pasar, peningkatan daya saing dengan tujuan meningkatkan perolehan devisa. Program yang dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi Bali untuk meningkatkan ekspor non migas tidak mungkin dilaksanakan hanya dengan mengembangkan satu jenis komoditas saja, tetapi diperlukan langkah pengembangan yang seimbang untuk berbagai jenis komoditas. Dari berbagai jenis komoditas ekspor yang dimiliki oleh Provinsi Bali, tidak semua ekspor 7 komoditi-komoditinya memberikan kontribusi yang besar terhadap total ekspor non migas Provinsi Bali. Hal ini dikarenakan permintaan komoditi ekspor sangat tergantung terhadap permintaan dari negara-negara pengimpor dimana kualitas dan harga akan sangat mempengaruhi permintaan ekspor komoditi tersebut. Suatu komoditi akan memiliki potensi yang berbeda-beda dengan komoditi lainnya untuk berkembang dan bersaing agar dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap nilai total ekspor serta dapat menjadi komoditi andalan Provinsi Bali. Seperti halnya komoditi ekspor hasil kerajinan yang sudah merupakan komoditi andalan Provinsi Bali yang berhasil menembus pasaran ekspor non migas sebagai penghasil devisa. Produk kerajinan yang ada di Bali, mayoritas bahan bakunya didatangkan dari luar Bali, sehingga produk kerajinan ini tidak diproduksi secara besar-besaran, selain itu karena bahan baku yang didatangkan dari luar Bali, membuat produk ini sangat tergantung dari ketersediaan bahan baku tersebut. Dengan demikian cara yang digunakan para pengusaha untuk mengatasi hal ini adalah dengan cara made to order, yaitu pembeli harus memesan terlebih dahulu, baru setelah itu produk dari kerajinan tersebut dibuat. Pasar yang potensial untuk memasarkan hasil industri kerajinan adalah pasar luar negeri yaitu melalui wisatawan yang berkunjung ke Bali maupun melalui pameran produk ekspor dan melalui media promosi lainnya. Ekspor komoditi hasil kerajinan cukup berperan terhadap total ekspor daerah Bali. Hal ini terlihat dari kontribusi masing-masing komoditas hasil kerajinan yang memberikan peranan cukup besar terhadap nilai total ekspor Provinsi Bali. 8 Tabel 1.3 No Realisasi Nilai Ekspor Komoditi Hasil Kerajinan Provinsi Bali Tahun 2003-2007 Komoditi Kerajinan 1. Kayu Kerajinan 2. Furniture Kerajinan 3. Perak Kerajinan 4. Bambu Kerajinan 5. Logam Kerajinan 6. Rotan Kerajinan 7. Terracotta Kerajinan 8. Kulit Kerajinan 9. Batu Padas Kerajinan 10. Anyaman Kerajinan 11. Keramik Kerajinan 12. Kerang Kerajinan 13. Lukisan Kerajinan 14. Alat Musik Kerajinan 15. Lilin Kerajinan 16. Tulang Kerajinan 17. Lain-Lain Total Hasil Kerajinan 2003 2004 Nilai Ekspor (US$) 2005 2006 2007 83,181,069.44 80,843,411.22 85,559,739.95 78,210,572.56 98,272,639.27 36,372,375.95 36,738,381.44 47,421,459.29 50,785,078.76 40,579,739.31 24,492,286.79 26,955,907.95 29,022,565.63 25,818,449.60 31,770,270.82 11,834,965.75 14,613,221.60 12,695,667.66 12,879,746.37 8,751,755.37 6,482,189.78 6,876,108.62 9,372,380.96 17,342,116.13 11,469,327.02 3,537,813.77 3,387,706.24 4,261,511.46 4,101,897.02 4,957,345.82 4,826,800.40 7,628,876.27 5,943,201.82 5,366,346.26 4,681,596.50 4,796,228.47 2,369,457.92 4,880,605.58 3,697,232.22 5,076,383.58 5,204,977.82 6,962,341.10 10,336,450.17 16,079,695.11 14,146,024.05 2,432,630.80 1,488,118.73 2.241,073.00 3,044,030.76 3,027,757.13 2,176,952.00 3.506,069.13 2,982,244.03 2,040,517.23 2,730,375.66 1,791,289.16 1,079,985.09 2,142,682.29 2,566,669.22 2,285,493.46 368,806.92 257,322.28 319,851.16 782,972.35 2,231,240.26 99,538.11 82,017.91 178,540.58 552,001.15 981,058.10 279,956.93 105,664.13 278,913.50 227,965.27 394,234.94 215,103.29 159,733.87 440,510.04 326,147.99 313,582.57 9,589,485.28 7,968,059.67 9,527,263.02 12,060,854.99 15,613,437.99 197,682,470.66 201,022,383.17 227,604,660.14 235,882,292.99 247,282,261.85 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali,2003-2008 Berdasarkan Tabel 1.3 pada tahun 2003-2007 perkembangan nilai ekspor komoditi hasil kerajinan Provinsi Bali sangat berfluktuasi. Pada tahun 2007 nilai 9 ekspor kerajinan kayu memberikan sumbangan terbesar yaitu dengan nilai ekspor sebesar 98,272,639.27 US$ kemudian dilanjutkan dengan kerajinan furniture, perak dan seterusnya, sedangkan kerajinan yang memberikan kontribusi terendah adalah kerajinan tulang dengan nilai ekspor sebesar 313,582.57 US$ di tahun 2007. Disadari bahwa ekspor memang merupakan sumber pemasukan devisa bagi suatu negara. Namun dibalik semua itu untuk menjaga kestabilan ekspor beberapa hal perlu terus dikembangkan. Diantaranya adalah selalu berorientasi pada peningkatan kualitas, masalah pengiriman yang harus selalu sesuai dengan pesanan seperti jumlah produk, ketepatan waktu, desain dan keamanan. Apabila beberapa indikator diatas diperhatikan dengan seksama, maka ekspor komoditi hasil kerajinan makin lama makin dapat dipertahankan. Disamping itu ekspor juga berhubungan dengan kepercayaan dan pelayanan dimana artinya bagaimana mengemban kedua masalah diatas agar kesinambungan ekspor dapat dipertahankan. Salah satu kelebihan ekspor Bali khususnya dalam bidang industri kerajinan yang memiliki nilai estetika dan seni yang tidak dapat dihasilkan oleh negara lain, harusnya menjadi kekuatan yang dapat menggerakkan ekspor komoditi lainnya. Kekhususan ini sebenarnya telah memberikan keuntungan kompetitif bagi produk ekspor Bali. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah. 1. Bagaimana tingkat daya saing dan tingkat pertumbuhan komoditi ekspor hasil kerajinan Provinsi Bali tahun 2003-2007 ? 10 2. Bagaimanakah prospek perkembangan nilai ekspor komoditi hasil kerajinan Provinsi Bali yang memiliki tingkat daya saing tinggi maupun rendah pada tahun 2009-2010 ? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah. 1. Untuk mengetahui tingkat daya saing dan tingkat pertumbuhan komoditi ekspor hasil kerajinan Provinsi Bali tahun 2003-2007. 2. Untuk mengetahui prospek perkembangan nilai ekspor komoditi hasil kerajinan Provinsi Bali yang memiliki tingkat daya saing tinggi maupun rendah pada tahun 2009-2010 1.3 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut. 1. Bagi khasanah ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk meningkatkan pemahaman serta menerapkan teori-teori yang diperoleh selama diperkuliahan dengan kondisi yang sebenarnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi dan informasi untuk generasi selanjutnya yang berkaitan dengan masalah pengembangan komoditi ekspor non migas terutama yang berkaitan dengan peningkatan komoditi dan 11 pengembangan daya saing ekspor hasil kerajinan Provinsi Bali pada pasar Internasional. 2. Bagi penyelesaian operasional dan kebijakan. Untuk instansi yang terkait dengan pengembangan dan peningkatan komoditas serta daya saing terutama pada daerah Bali, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan ekspor komoditi, khususnya kebijakan bagi ekspor komoditi hasil kerajinan Provinsi Bali. 1.4 Sistematika Penyajian Dalam laporan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dimana masing-masing bab berisi hal-hal sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah dari penelitian ini yang kemudian dirumuskan dalam pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, dan akhir bab ini akan dikemukakan sistematika penyajian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian Pustaka berisikan kajian teori-teori yang merupakan dasar dari pembahasan masalah yang pada umumnya mendasari dan mendukung pokok permasalahan. Dimana akan diuraikan teori-teori yang berkaitan dengan tema yang diangkat pada penelitian skripsi ini antara lain : teori 12 perdagangan internasional, konsep ekspor, konsep tingkat daya saing, dan konsep komoditi ekspor. BAB III METODE PENELITIAN Merupakan bab yang menguraikan tentang metode penelitian yang menyangkut obyek penelitian, jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Menyajikan hasil pembahasan yang menguraikan tentang gambaran umum wilayah penelitian, gambaran umum komoditi ekspor kerajinan di Bali, serta analisis dan perhitungan kemampuan daya saing ekspor, tingkat pertumbuhan dan prospek kedepannya dari komoditi-komoditi ekspor hasil kerajinan Provinsi Bali. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab terakhir yang membahas kesimpulan dari analisis yang dilakukan serta saran-saran yang diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 13