Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... THE PERFORMANCE COMPARISON BETWEEN CONVENTIONAL AND SHARIA MUTUAL FUNDS Irwan Suriadi1 Mujahid Dakwah2 Universitas Mataram ABSTRACT Investment activity currently has a wide range of investment options, particularly investments in mutual funds. With the development of the Sharia investment funds currently investing in mutual funds also enlivened with the presence of sharia. This study tried to describe the performance comparison between conventional and sharia mutual funds in Indonesia. Differences between Islamic and conventional mutual funds lies in the principles inherent in Islamic mutual fund products, in the mutual funds of public funds will be invested by investment managers in companies that have products that are halal products other than cigarettes, pork, alcohol and usury while for mutual funds conventional public funds will be invested in companies that have products that are haram. mutual funds also have risks that decrease the net asset value (NAV) of mutual funds into investment risk of failure. Analysis tools used to measure the performance of conventional mutual funds and is Treynor Index, the Sharp ratio and Jensen Alpha. Treynor, and Jensen Alpha Sharp describes the level of risk faced by a mutual fund in the market. The results of this study is the performance of sharia mutual funds better than the performance of conventional mutual funds. The correlation between both analytical tools sharia and conventional mutual funds show Sharp ratio, Treynor Index has a strong correlation / high level of consistency. Keywords: Sharia Mutual Funds, Conventional Mutual Funds, NAB, Jensen Alpha, Treynor Index, Sharp Rasio. ABSTRAK Kegiatan investasi saat ini memiliki berbagai macam pilihan investasi, terutama investasi pada reksadana. Dengan berkembangnya jenis investasi syariah saat ini investasi pada reksadana juga disemarakkan dengan hadirnya reksadana syariah. Penelitian ini mencoba menggambarkan perbandingan kinerja antara reksadana konvesional dan reksadana syariah di Indonesia. Perbedaan antara reksadana syariah dan konvesional terletak pada prinsipprinsip syariah yang melekat pada produk reksadana tersebut, di dalam reksadana syariah dana masyarakat akan diinvestasikan oleh manajer investasi pada perusahaan yang memiliki produk halal saja yaitu selain produk rokok, babi, alkohol dan riba sedangkan untuk reksadana konvesional dana masyarakat akan diinvestasikan pada perusahaan yang memiliki produk yang haram. reksadana syariah juga memiliki 1 2 Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 55 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... resiko yaitu penurunan nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah yang menjadi resiko kegagalan investasi. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja reksadana syariah dan konvesional adalah Treynor Index, Sharp ratio dan Jensen Alpha. Treynor, Sharp dan Jensen Alpha ini menggambarkan tingkat resiko yang dihadapi oleh suatu reksadana di pasar. Hasil dari penelitian ini adalah kinerja reksadana syariah menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksadana konvesional. Korelasi antar alat analisis baik reksadana syariah maupun reksadana konvesional menunjukkan Treynor Index dan Sharp rasio memiliki korelasi yang kuat/tingkat konsistensi yang tinggi. Kata Kunci : Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, NAB, Jensen Alpha, Treynor Index, Sharp Rasio. PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan investasi dipasar modal merupakan merupakan kegiatan yang menarik dan sekaligus sebagai ajang bertemunya antara perusahaan yang membutuhkan dana segar untuk kegiatan usaha dan investor (pihak yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dipasar modal dapat melalui dua cara, yaitu pertama melalui investasi langsung (membeli saham, obligasi, serta produk derivatif lainnya) dan melalui lembaga investasi yang menghimpun dana dari masyarakat, setelah dana terkumpul kemudian dana-dana tersebut diinvestasikan atau digunakan untuk membeli surat-surat berharga yang berada dipasar modal. Dalam hal ini pengelola investasi tidak hanya menginvestasikan dananya pada satu unit saham, tetapi dapat membentuk fortofolio dalam berbagai unit saham atau unit instrument lainnya seperti pada reksadana. Reksadana memiliki beberapa jenis diantaranya; Reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan reksadana pasar uang. Dalam hal ini peneliti memilih reksadana campuran, dimana peneliti akan menggunakan jenis reksadana ini untuk membandingkan reksadana yang berbasis syari’ah dengan reksadana konvesional, dimana reksadana syari’ah tersebut adalah Batasa syari’ah, BNI dana plus, Danareksa syari’ah berimbang, dan reksadana PNM syari’ah, sedangkan untuk reksadana konvesional yaitu semua reksadana campuran konvesional. Reksadana syari’ah merupakan jenis reksadana yang saat ini banyak diminati oleh investor atau masyarakat khususnya investor muslim, dimana jumlah populasi masyarakat Indonesia mencapai 80 % dari total 202 juta penduduk Indonesia tentang reksadana itu sendiri apalagi berkaitan mengenai reksadana syari’ah. Terdapat 5 perusahaan sekuritas yang membuka atau memiliki jenis reksadana syari’ah yang meliputi 2 reksadana syari’ah yang pada pendapatan tetap dan 5 reksadana syari’ah pada reksadana jenis campuran3 dan ada beberapa Fund Manajer lainnya yang berkeinginan untuk membuka unit reksadana syari’ah. Melihat perkembangan reksadana yang sangat cepat khususnya bagi reksadana syari’ah, sudah saatnya investor muslim untuk berinvestasi pada reksadana syari’ah. Perkembangan reksadana syari’ah di Indonesia sejalan dengan pertumbuhan 3 56 Sumber Bisnis Indonesia Agustus, 2004 DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... Sharia fund global yang pertama dimulai pada tahun 1995 oleh National Comercial Bank Saudi Arabia yang meluncurkan Global Trade Equity dan tidak begitu lama ada sekitar 45 Sharia Equity yang dikelola oleh Top Fund Manajemen Company saat ini (Iggi H. Achsien, Maraknya Reksdana Syari’ah, 2004). Melihat total keseluruha asset yang dikelola cukup besar, berdasar data dari BAPEPAM terdapat peringkat asset , dimana pada akhir tahun tahun 2002 nilai asset yang dikelola oleh fund manager yang ada di indonesia mencapai Rp 46,613 triliun dan pada bulan april 2003 nilai assetnya mengalami peningkatan menjadi Rp 61,254 Triliun. Dari uraian diatas penulis ingin meneliti sekaligus ingin membuktikan bahwa kinerja (return dan resiko) yang dihasilkan oleh reksadana syari’ah lebih besar dibandingkan dengan reksadana konvesional dengan menggunakan alat ukur Traynor Indeks, Sharp Ratio, dan Jensen Alpha, dengan judul “Perbandingan kinerja antara reksadana syariah dan reksadana konvesional.” Perumusan Masalah Penelitian ini berusaha untuk mencari bukti empiris mengenai jawaban atas pertanyaanpertanyaan dibawah ini: a. Apakah kinerja portofolio reksadana syari’ah menghasilkan return yang lebih tinggi dibandingkan dengan reksadana konvesional. b. Apakah kinerja portofolio reksadana syari’ah mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvesional. c. Bagaimanakah konsistensi dari ketiga alat ukur kinerja reksadana dengan menggunakan Sharp Ratio, Traynor Indeks dan Jensen Alpha. Batasan Masalah Untuk menghindari timbulnya salah pengertian pada penelitin ini, maka pemberian batasan-batasan terhadap beberapa istilah berikut ini: a. Reksadana campuran dari keempat jenis reksadana syari’ah, yaitu reksadana Batasa syari’ah, BNI dana plus syari’ah, Danareksa syari’ah berimbang, Reksadana PNM syari’ah. b. Reksadana campuran dari jenis reksadana konvesional yang diambil secara acak c. Nilai Aktiva bersih dari keempat jenis reksadana syari’ah dan lima belas reksadana konvesional yang masuk kedalam reksadana campuran dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2010 d. Pengukuran kinerja fortofolio pada penelitian yang dibatasi pada alat ukur Treynor Indeks, Sharp Rasio dan Jensen Alpha. Tujuan Penelitian a. Mengetahui apakah kinerja portofolio yang dimilki oleh reksadana syari’ah menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dalam memperoleh laba yang dihasilkan dibandingkan dengan reksadana konvesional. b. Mengetahui apakah kinerja fortofolio yang dimiliki oleh reksadana syariah memiliki resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan reksdana konvesional c. Mengetahui konsistensi ketiga alat ukur (Sharp Ratio, Traynor Index, Jensen Alpha) dengan membandingakan tingkat korelasinya dalam mengukur portofolionya. KAJIAN PUSTAKA Hasil Penelitian Terdahulu DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 57 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... Penelitian yang dilakukan oleh Rugg (1991) yang meneliti tentang Reksadana, dimana pengukuran kinerja Asset termasuk Reksadana dengan menggunakan Rugg Performanc Indeks yang sangat dipengaruhi oleh perhitungan Beta. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Saukat Imran (1999) menyebutkan bahwa ada tiga metode dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio konvesional yaitu dengan membandingkan kinerja Sharia Trust dengan indeks pasar, membandingkan kinerja sharia unit trust dengan unit trust konvesional. Wan Hasan (1998) yang meneliti Efek dari tipe manajemen terhadap kinerja Fund yang menunjukkan adanya kausalitas atau hubungan antara kedua alat ukur terebut. Sedangkan Rizal ramli 1999) melakukan studi untuk mengevaluasi dan membuat tingkat kinerja atas 9 Sharia fund selama 6 tahun yang dimulai dari periode Januari 1992- Juni 1998. Ia juga melakukan pembandingan terhadap 9 sharia fund dengan RHBII sebagai portofolio pasar maupun KLIBOR 3 bulanan sebagai Proxi risk-free rate. IGGI H Achsien (1999) meneliti tentang perbandingan antara unit fund Konvesional dan unit fund syari’ah yang menggunakan pengukuran Risk– adjusted Return dengan index Sharpe, Traynor dan Jensen meneunjukkan bahwa syari’ah fund lebih unggul dibandingkan dengan semua pembandingnya yaitu fund konvesional, RHBII dan KLSE Composite indeks dari tahun 1997-1999. Inwin (1962) dari Warton School meneliti terhadap 189 reksadana periode Desember 1952 sampai dengan periode September 1958 dengan CAPM yang hasilnya menunjukkan sebagian return reksadana berada diatas Sekurities Market Line, tetapi sebagian yang lain juga berada pada Sekurities Market Line, dimana kesimpulannya tidak memberikan hasil yang selalu konsisten melebihi pasar secara umum. Prestasi rata-rata reksadana tidak 58 banyak berbeda dengan prestasi portofolio yang dikelola secara tidak proporsional dengan komposisi aktiva yang serupa. Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh (Bel dan Legrew (1996) dan perbedaan perhitungan resiko antara Sharpe ratio dan Treynor indeks akan memberikan hasil yang sama apabila portofolio yang dibentuk memberikan diversifikasi resiko yang telah terbagi secara sempurna. Van Smit dan Lawrwnce (1996) melakukan penelitian terhadap reksadana di Inggris selama periode 1975-1993 yang menemukan korelasi terhadap ketiga alat ukur tersebut yang meneunjukkan derajat yang tinggi. Gall (1988) memeringkat 44 reksadana pada periode Januari 1982 sampai dengan April 1987 yang didapat dari Wall Street dengan risk adjusted memberikan hasil yang sama baiknya dengan menggunakan alat ukur Treynor Indeks, Sharpe ratio dan kinerja diatas akan memberikan hasil yang berbeda jika tanpa Risk Adjustment. LANDASAN TEORI Reksadana merupakan wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan ke dalam fortofolio efek oleh manajer investasi. Dengan demikian dana yang ada dalam reksadana merupakan dana bersama para pemodal sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut. Di Indonesia reksadana mulai lahir pada tahun 1995, seiring dengan perkembangannya pada tahun 1996 reksadana tumbuh dengan pesat, dimana ada 1 reksadana dengan dana kelola sebesar Rp 356 milyar dan hingga tahun 1996 tercatat ada 25 reksadana dengan dana kelolaan sebesar 5,02 triliun. Pada tahun 2004 ini pertumbuhan reksadana semakin cepat dan semakin diminati oleh masyarakat. Hal ini DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... dibuktikan dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengalihkan uangnya dari deposito tabungan ke dalam reksadana, karena imbal hasil yang diberikan oleh reksadana sangat tinggi, apalagi saat ini bunga deposito mengalami penurunan atau lebih kecil dari tahun sebelumnya. Manfaat Reksadana Adapun maanfaat pemodal yang melakukan investasi dalam reksadana adalah; 1. Pemodal yang tidak memiliki modal yang cukup besar dalam melakukan investasinya dapat melakukan diversifikasi investasinya dalam efek sehingga dapat memperkecil resikonya. Dengan reksadana, pemodal yang mempunyai modal kecil dapat ikut dalam reksadana sehingga akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan untuk melakukan diversifikasi 2. Efisiensi waktu Dengan melakukan investasi pada reksadana dana yang dimiliki nasabah akan dikelola oleh manajer investasi secara profesional, maka pemodal tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk mengamati perkembangan harga saham setiap jam, menit, ataupun detik karena hal tersebut dilakukan oleh manajer investasi. 3. Dapat mempermudah pemodal untuk melakukan investasi dipasar modal, menentukan saham-saham yang baik atau tidak merupakan pekerjaan yang tidak mudah, namun memerlukan keahlian dan pengetahuan yang tinggi. Resiko Reksadana Adapun resiko yang terdapat dalam reksadana adalah 1. Resiko berkurangnya nilai unit penyertaan Resiko ini disebabkan oleh turunnya harga dari efek yang masuk dalam portofolio reksadana tersebut 2. Resiko Liquiditas Resiko ini berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi oleh menajer investasi jika sebagian besar dari pemegang unit melakukan penjualan kembali atas unitunit yang dipegangnya, dimana manajer investasi sangat kesulitan dalam menyediakan uang tunai. 3. Resiko Wanprestasi Resiko ini merupan resiko yang terburuk dimana resiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi mengasuransikan kekayaan reksadana yang tidak segera dibayar ganti ruginya dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti wanprestasi dari pihak-pihak ynag terkait dengan reksadana, pialang, agen pembayaran yang dapat menyebabkan penurunan NAB reksadana. Jenis-jenis reksadana A. Dilihat dari segi bentuknya, reksadana dapat dibedakan menjadi; 1. Reksadana berbentuk perseroan Perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana dengan menjual saham, selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan. Ciri-ciri reksadana ini adalah; a. Bentuk hukumnya dalah perseroan terbatas b. Pengelolaan kekayaan reksadaan berdasarkan pada kontrak antara direksi dengan manajer investasi yang ditunjuk. c. Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan bank konstudian. 2. Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 59 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... Dalam reksadana ini kontrak dilakukan antara manajer investasi dan bank konstudian ynag mengikat pemegang unit penyertaan, dimana menajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif. Reksadana inilah yang paling populer saat ini dibandingkan dengan reksadana lainnya. Ciri-ciri Reksadana ini adalah; a. Bentuk hukumnya adalah kontrak investasi kolektif b. Pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer investasi dengan kontrak yang telah disepakati. c. Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilakukan oleh bank konstudian. B. Dilihat dari sifatnya reksadana dibedakan atas; 1. Reksadana bersifat tertutup (ClosedEnd Fund) Merupakan reksadana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada pemodal, jika pemilik ingin menjual sahamnya haruslah dilakukan melalui bursa efek tempat saham reksadana itu dicatatkan. 2. Reksadana bersifat terbuka (Open-end Fund) Merupakan reksadana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemilik saham ini dapat melakukan penjualan kembali sahamsaham yang telah dimiliki. C. Dari tujuan investasinya, reksadana dapat dibedakan menjadi; 1. Growth Fund, yaitu reksadana yang menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana dan dialokasikan kepada fortofolio saham. 2. Income fund, yaitu reksadana yang mengutamakan pendapatan yang tetap 60 yang dialokasikan utang dan obligasi. pada portofolio D. Dilihat dari portofolio investasinya, reksadana dapt dibedakan menjadi; 1. Reksadana pasar uang, yaitu reksadana yang hanya melakukan investasi pada efek-efek yang bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun dengan tujuan untuk menjaga likuiditas modal. 2. Reksadana pendapatan tetap, yaitu reksadana yang yang investasi sekurang-kurang 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. 3. Reksadana campuran, yaitu reksadana yang melakukan investasi dalam bentuk efek ekuitas dan dalam bentuk efek yang bersifat utang Reksadana Syariah Reksadana syariah atau (Sharia Investment Fund) merupakan intermediasi yang membantu surplus unit dalam melakukan penempatan dana untuk diinvestasikan, Sharia investment fund ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan investor yang menginginkan pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih yang dapat dipertanggungjawabkan secara religius dan sesuai dengan prinsip syariah. Seorang investor muslim sangat mengharapkan beberapa hal yang menjadi latar belakang investasi yang akan dilakukan, antara lain; 1. Highest sharia credential 2. Top quality asset management 3. Transparancy of investment quaides 4. A range of risk return profiles 5. Out performance of alternatif investment 6. Liquidity 7. Sound regulatory environment Sharia fund biasanya disejajarkan dengan Socially resaponsible investment (SRI) atau Etical investment. DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... Sejarah Reksadana Syariah Sharia Equity pertama kali diluncurkan pada tahun 1995 oleh National Commercial Bank (NCB) diSaudi Arabia dengan nama Global Trade Equity dengan dana yang dikelola sebesar $ 150 juta. Equity ini dijalankan dengan prinsip- prinsip syariah yang dibantu oleh Wellington Manajemen Company of Boston Massachuset. Perkembangan dari equity ini berkembang dengan sangat cepat dimana setahun setelah pembukaan equity ini sudah menambah 4 Equity fund yang baru dengan prinsip syariah. Tabel 1 Sharia Equity Fund Utama di Dunia Fund Global Trade Equity Oasis Ibn Khaldun Int Equity Abrar Investment Fund Al Safwa Equity Instutional NCB Robert Fleming PFM Group (UK) Abrar Group Int Al Tawfek Co Year 1995 1996 1996 1996 1996 Size $m 150 16,6 25 100 200 Sumber : Iqbal (1997) Sampai dengan saat ini ada sekitar 45 Sharia equity fund yang dikelola oleh beberapa top manajemen company didunia. Basis dari dana potensial dari sharia equity fund ini adalah di timur tengah dengan dana sebesar $ 800 milliar. Di negara negara yang mayoritas islam, reksadana syariah sangat berkembang deperti di malaysia, bahrain dan negara-negara muslim lainnya. Ada beberapa fund management company yang saat ini mengembangkan sharia equity fund yaitu Deutce bank, City bank, Robert Fleming, dan UBS. Di Indonesia reksadana syariah mulai berkembang pada tahun 1999 dimana pertama kali diluncurkan oleh danareksa investment company dengan instrumen berupa reksadana syariah, kemudian disusul dengan diluncurkan produk reksadana syariah lainnya seperti Rifan syariah, PNM syariah, dsbnya. Sharia Equity fund sangat berbeda dengan fund konvesional, dimana perbedaan yang paling mendasar adalah adanya proses scanning atau Filterisasi menurut prinsip-prinsip syariah dengan ketentuan perusahaan tersebut tidak melakukan aktifitas yang dilarang yaitu riba, gharar, minuman keras, judi, daging babi, rokok. Sharia fund semakin berkembang dengan adanya DJIM (Down jones sharia market) sebagai benchmark dari pasar-pasar saham internasioanl. Sharia fund sering kali disamakan dengan Social responsibe Investment (SRI) ayau Etical Investment. SRI juga dikenal dengna nama Socially aware investment, dan value based investment dimana sesuatu yang paling ditonjolkan adalah gabungan antara uang dan moralitas. Tujuan utama dari berinvestasi direksadana syariah adalah memenuhi kebutuhan investor yang tidak menginginkan modalnya diinvestasikan pada perusahaan yang dilarang seperti perusahaan rokok, babi, alkohol, perusahaan yang mengandung riba. Di dalam SRI ini investor ditawarkan dua keuntungan sekaligus yaitu return tanpa mengorbankan prinsip yang diyakini yang dikaitkan dengan dengan resiko, baik itu sistematis ataupun total. DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 61 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... Pengukuran kinerja Reksadana Pengukuran kinerja reksadana dilakukan terhadap alat ukur yang digunakan dalam tulisan ini yaitu Traynor Index, Sharp Ratio, dan Jensen Alpha. Wilson dan Jones menemukan hubungan terhadap ketiga alat ukur tersebut dimana disimpulkan bahwa ketiga alat ukur tersebut bias negatif atau positif tergantung dari return market yang digunakan sebagai independent variabel. Yasmin dan Larence (1996) melakukan penelitian terhadap reksadaan di inggris selama tahun 1975sampai 1993, yang menemukan bahwa korelasi terhadap ketiga alat ukur Sharp, Jensen, dan treynor yang menunjukkan derajat yang tinggi artinya bahwa terjadi konsisistensi terhadap ketiganya. Dalam penelitian lain dimana digambarkan adanya korelasi antara Sharpe ratio, dan Treynor Index dan perbedaan perhitungan resiko antara Sharpe ratio dengan dan treynor index akan memberikan hasil yang sama apabila portofolio yang dibentuk telah menggambarkan difersifikasi resiko telah terbagi sempurna (Jones 2000) METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel penelitian Populasi dari penelitian ini adalah reksadana campuran aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan sampel penelitian adalah 15 produk reksadana konvesional dan 4 produk reksadana syariah selama periode Januari 2009-Desember 2010 Teknik Pengambilan sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa; a) Data nilai NAB 4 produk reksadana syari’ah dan 15 produk portofolio 62 reksadana konvesional selama periode Januari 2009- Desember 2010 b) Data yang digunakan adalah data mingguan yang diambil dari NAB pada penutupan akhir minggu, data bulanan yang diambil dari NAB penutupan akhir bulan c) Data mingguan dan bulanan harga indeks pasar yang diwakili oleh index LQ 45 dan JII yang didapat dari Laporan BEI d) Data bulanan nilai SBI untuk reksadana konvesional sedangkan data bulan untuk reksadana syari’ah diwakili oleh SWBI Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah; 1. NAB dari masing-masing reksadana selama periode tahun 2009-2010 2. Harga indeks pasar (LQ 45 dan JII) 3. Return bebas resiko (nilai SBI dan SWBI) 4. Return portofolio dan resiko. Definisi Operasional Variabel 1. NAB merupakan nilai aktiva bersih masing-masing Reksadana baik reksadana syari’ah ataupun konvesional. 2. Return Pasar, return pasar yang digunakan adalah indek LQ 45 untuk reksadana konvesional dan Jakarta Sharia Indeks (JII) untuk reksadana syari’ah. 3. Return Bebas Resiko, Return bebas resiko menggunakan SBI dan SWBI, return yang duhitung adalah perubahan tingkat bunga dan bonus pada sebelum t-1 sampai dengan hari ke t 4. Mengukur resiko Mengukur resiko disini ada 2 yaitu; resiko tidak sistematis yang diwakili dengan standar deviasi dan resiko sistematis diwakili dengan Beta (β) DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... a) Standar Deviasi, Standar deviasi mengukur simpangan return dari expected return b) Beta Beta dihitung dengan meregresikan antara return portofolio dan return market b. Alat Analisis Alat analisis yang digunakan dalam mengukur resiko dan return reksadana syari’ah dan konvesional yaitu; 1. Return Pasar, return pasar yang digunakan adalah indek LQ 45 untuk reksadana konvesional dan Jakarta Sharia Indeks (JII) untuk reksadana syari’ah. Rumus ; RM = Indeksit − Indeksit Indeksit − 1 Rm =Return market Indeks It =Indeks LQ 45 atau JII pada saat hari t Indeks It-1 = Indeks pada saat hari t-1 Dengan Return rata-rata = Rm = a) t ∑ Return Bebas Resiko Return bebas resiko menggunakan SBI dan SWBI, return yang duhitung adalah perubahan tingkat bunga dan bonus pada sebelum t-1 sampai dengan hari ke t Rumus; Rf = 2. Rf t − Rf t −1 Rf t −1 Mengukur resiko Mengukur resiko disini ada 2 yaitu; resiko tidak sistematis yang diwakili dengan standar deviasi dan resiko sistematis diwakili dengan Beta (β) a. Standar Deviasi Standar deviasi mengukur simpangan return dari expected return dengan formulasi Rf = ∑ ( Rp − E ( Rp) n −1 Yang didefinisikan dengan ; σ =Standar Deviasi Rp = Return actual E (Rp) = Expected return n = Jumlah bulan/minggu Beta Beta dihitung dengan meregresikan antara return portofolio dan return market dengan rumus; Ri− Rf = ( Rm − Rf ) β i Alat analisis yang digunakan dalam mengukur kinerja reksadana syari’ah dan konvesional yaitu: 1. The Sharpe Indeks Dalam metode ini portofolio diukur dengan cara membandingkan antara selisih rerata tingkat keuntungan portofolio dengan rerata tingkat bunga bebas resiko dengan resiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi S p = ( R I − R f ) / σp Sp = Sharpe Indek Ri = Return portofolio I pada periode t Rf = Return risk-free rate untuk period t σp = Standar deviasi atau total resiko portofolio Risk-free rate of return merujuk pada return sekuritas yang dianggap tidak memiliki resiko atau σ sama dengan nol 2. Treynor Indeks Model ini menunjukkan hubungan antara portofolio acces return dan resiko sistematis yang ada. Diasumsikan bahwa ansistematic risk diminimumkan melalui diversifikasi portofolio, sehingga indek ini menunjukkan risk premium perresiko sistematis. Dalam model ini resiko sistematis diukur dengan beta, dimana beta merupakan parameter yang menunjukkan volatilitas DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 63 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... relative dari return portofolio terhadap return pasar. Treynor Indek diformulasiakan sbb; Ti = ( Ri − R f ) / Β i Ti = Treynor risk Adjusted return untuk portofolio i Ri = Return portofolio i Rf = Risk free rate Bi = Beta i 3. Jensen Indek Model ini mengevaluasi kinerja portofolio yang didasarkan pada CAPM, Sebagaimana Treynor yang mempertimbangkan risk-adjusted sebagai risiko sistematis dengan modifikasi untuk merefleksikan superoritas manajer portofolio dalam melakukan peramalan harga sekuritas. Jensen Indeks dirumuskan dengan; aj = (Rj-Rf)- Bj (Rm-Rf) aj = Average inveremential rate of return portofolio j Rm = Return Pasar Rf = Risk free rate Rj = Return Portofolio HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Reksadana Konvesional Pengukuran kinerja portofolio mingguan yang dilakukan terhadap nilai aktiva bersih (NAB) dari produk reksadana campuran konvesional yang terdiri dari 15 produk reksadana. Kinerja dari 15 produk reksadana campuran tersebut yaitu Jisawi mix, SAM dana berkembang, Simas satu, Mega dana kombinasi, BNI dana fleksibel, Trimegah dana kombinasi, bahana dana infrastruktur, bahana dana selaras, Bahana dana sejahtera, Master berimbang, Sidana flexi, Garuda satu, Schoder dana prestasi, Mega kombinasi seri A, Messpierson finas investasi. Tabel 2 Kinerja Reksadana Konvesional No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama Jisawi SAM Simas Mega BNI Trimegah Bahana BDSel BDSej Master Sidana Garuda Schoder Niaga Mespier Mean Median Sumber : data diolah 64 Return Premium (Rp-Rf) β (Rp-Rf)/ β β (Rp-Rf)/ β Rp-E(Rp) -0,2782 -0,3182 -0,2672 -0,3205 -0,2417 -0,2176 -0,3187 -0,3186 -0,5102 -0,3221 -0,3094 -0,2961 -0,2842 -0,3197 -0,3155 -0,5102 -0,3155 0,4370 0,3800 0,5530 0,3470 0,3480 0,3850 0,3410 0,3320 0,3770 0,3750 0,3960 0,3520 0,3540 0,3350 0,3780 0,3320 0,3750 -0,6366 -0,8374 -0,4832 -0,9236 -0,6945 -0,5652 -0,9346 -0,9596 -1,3533 -0,8589 -0,7813 -0,8412 -0,8028 -0,9543 -0,8347 -1,3533 -0,8374 0,3694 0,3377 0,7207 0,3397 0,9092 1,1334 0,3360 0,3340 0,3344 0,3384 0,3839 0,3521 0,4746 0,3378 0,3355 0,3340 0,3397 -0,7531 -0,9423 -0,3708 -0,9435 -0,2658 -0,1920 -0,9485 -0,9539 -1,5257 -0,9518 -0,8059 -0,8410 -0,5988 -0,9464 -0,9404 -1,5257 -0,9404 -0,0691 -0,0721 -0,0303 -0,0769 -0,0775 -0,753 -0,0841 -0,0819 -0,078 -0,0769 -0,0707 -0,0736 -0,0751 -0,0793 -0,0723 -0,0744 -0,0753 Treynor Index Sharp Ratio DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 Jensen Alpha Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... Perhitungan yang dilakukan terhadap produk reksadana campuran konvesional bahwa terdapat 15 produk reksadana yang mempunyai return diatas return premium, dimana dapat dilihat dari perhitungan yang ditunjukkan dengan tabel diatas diantaranya Jisawi mix –0,2782. SAM dana berkembang-0,3182. Simas satu – 0,2672. Mega dana kombinasi-0,3205. BNI dana fleksibel –0,2417. Trimegah dana kombinasi –0,2176. Bahana dana infrastruktur –0,3187. bahana dana selaras – 0,3186. Bahana dana sejahtera-0,5102. Master berimbang –0,3221. Sidana flexi0,3094. Garuda satu –0,2961, Schoder dana prestasi-0,2842. Niaga kombinasi seri A 0,3197, Messpierson finas investasi –0,3155. Sedangkan nilai beta dapat diperoleh, dimana beta pada produk reksadana campuran konvesional adalah Jisawi mix 0,4370. SAM dana berkembang 0,3800. Simas satu 0,5530. Mega dana kombinasi 0,3470. BNI dana fleksibel 0,3480. Trimegah dana kombinasi 0,3850. Bahana dana infrastruktur 0,3410. bahana dana selaras 0,3320. Bahana dana sejahtera0,3770. Master berimbang 0,3750. Sidana flexi 0,3960. Garuda satu 0,3520 Schoder dana prestasi 0,3540. Niaga kombinasi seri A 0,3350, Messpierson finas investasi 0,3780. Untuk nilai dari portofolio Treynor index tidak berada diatas nilai index pasar dan Nilai treynor index untuk reksadana konvesioanl campuran yang berada dibawah nilai index pasar adalah Jisawi mix –0,6366. SAM dana berkembang-0,8374. Simas satu –0,4832. Mega dana kombinasi0,9236. BNI dana fleksibel –0,6945. Trimegah dana kombinasi –0,5652. Bahana dana infrastruktur –0,9346. bahana dana selaras –0,9596. Bahana dana sejahtera0,3533. Master berimbang –0,3589. Sidana flexi-0,7813. Garuda satu –0,8412, Schoder dana prestasi-0,8028. Niaga kombinasi seri A -0,9543, Messpierson finas investasi – 0,8347. Nilai standar deviasi dihitung dengan meregresikan return reksadana konvesional dengan return market dimana standar deviasi pada Jisawi mix 0,3694. SAM dana berkembang 0,3377. Simas satu 0,7207. Mega dana kombinasi 0,3397. BNI dana fleksibel 0,9092. Trimegah dana kombinasi 1,1334. Bahana dana infrastruktur 0,3360. bahana dana selaras 0,3340. Bahana dana sejahtera 0,3344. Master berimbang 0,3384. Sidana flexi 0,3839. Garuda satu 0,3521 Schoder dana prestasi 0,4746. Niaga kombinasi seri A 0,3378, Messpierson finas investasi 0,3355. Nilai Sharp ratio yang berada diatas nilai indeks pasar LQ 45 adalah SAM dana berkembang-0,9423. Simas satu –0,3708. Mega dana kombinasi-0,9435. BNI dana fleksibel –0,2658. Trimegah dana kombinasi –0,1920. Bahana dana infrastruktur –0,9485. bahana dana selaras –0,9539. Bahana dana sejahtera-0,5257. Master berimbang –0,9518. Sidana flexi-0,8059. Garuda satu –0,8410, Schoder dana prestasi-0,5988. Niaga kombinasi seri A -0,9464, Messpierson finas investasi –0,9404. Jisawi mix –0,7531. Sedangkan nilai untuk portofolio pada Jensen Alpha yang berada diatas nilai index pasar tidak ada dan untuk kinerja Jensen Alpha yang berada dibawah index pasar LQ 45 adalah Jisawi mix –0,0691. SAM dana berkembang-0,0721. Simas satu – 0,0303. Mega dana kombinasi-0,0769. BNI dana fleksibel –0,0775. Trimegah dana kombinasi –0,753. Bahana dana infrastruktur –0,0841. bahana dana selaras – 0,0819. Bahana dana sejahtera-0,078. Master berimbang –0,0769. Sidana flexi-0,0707. Garuda satu –0,0736, Schoder dana prestasi0,0751. Niaga kombinasi seri A -0,0793, Messpierson finas investasi –0,0723. DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 65 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... Kinerja Reksadana Syariah Tabel 3 Kinerja reksadana syariah No 1 2 Nama produk PNM DSB Mean Median Return premium (Rp-Rf) -0,4484 -0,4483 -0,4484 -0,4484 Treynor Indek β 0,4020 0,3290 0,3290 0,3290 (Rp-Rf)/ β -1,1154 -1,3626 -1,3626 -1,2390 Sharp ratio β 0,3679 0,3648 0,3648 0,3648 Jensen Alpha (Rp-Rf)/β -1,2187 -1,2288 -1,2288 -1,2288 Rp-E(Rp) -0,0970 -0,0702 -0,0970 -0,0970 Sumber : data diolah Dalam perhitungan yang dilakukan diatas bahwa produk reksadana syariah menunjukkan nilai return PNM syariah adalah –0,4484 dan nilai dari Danareksa syariah berimbang adalah –0,4483 yang berarti nilai dari keduanya berada dibawah return pasar sebesar –0,1164. Sedangkan beta untuk produk reksadana syariah campuran yaitu PNM syariah 0,4020 dan Danareksa syariah berimbang 0,3290. Untuk nilai Treynor index pada kedua produk reksadana syariah tersebut PNM syariah berada diatas nilai indek LQ 45 -1154 sedangkan untuk Danareksa syariah berimbang berada dibawah nilai indek LQ 45 yaitu –1,3626. Nilai standar deviasi diperoleh dengan meregresikan return reksadana syariah dengan return market. Standar deviasi yang dapat diperoleh dari perhitungan diatas adalah PNM Syariah 0,3679 sedangkan Danareksa syariah berimbang adalah 0,3648. Untuk nilai Sharp ratio dari kedua produk reksadana syariah tersebut adalah PNM syariah –1,2187 dan Danareksa syariah berimbang adalah –1,2288 hal ini berarti nilai kedua reksadana syariah tersebut berada di atas nilai pasar sebesar – 2,5304 Nilai jensen alpha dari kedua produk reksadana syariah tersebut adalah PNM syariah –0,0970 dan Danareksa syariah berimbang adalah –0,0702 hal ini berarti nilai kedua reksadana syariah tersebut berada di bawah nilai pasar Sebesar 0. Konsistensi alat ukur Kinerja Konsistensi alat ukur kinerja reksadana konvesional Tabel 4 Korelasi antar alat ukur kinerja reksadana konvesional. No 1 2 3 4 5 6 7 8 66 Nama Produk Jisawi SAM Simas Mega BNI Trimegah Bahana BDSelaras Treynor Indek -0,6366 -0,8374 -0,4832 -0,9236 -0,6945 -0,5652 -0,9346 -0,9596 Sharp ratio -0,7531 -0,9423 -0,3708 -0,9435 -0,2658 -0,1920 -0,9485 -0,9539 DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 Jensen Alpha -0,0691 -0,0721 -0,0303 -0,0769 -0,0775 -0,753 -0,0841 -0,0819 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... 9 10 11 12 13 14 15 Korelasi BDSejahtera Master Sidana Garuda Schoder Niaga Mespier Treynor-Sharp Sharp-Jensen Treynor-Jensen -1,3533 -0,8589 -0,7813 -0,8412 -0,8028 -0,9543 -0,8347 0,896249 -0,713711 -0,318692 Pada Reksadana konvesional campuran korelasi yang terjadi dengan alat ukur treynor dan sharp dengan data mingguan adalah 0,896249 yang berarti menunjukkan hubungan yang kuat dengan menggunakan data mingguan untuk reksadana campuran konvesional. Untuk alat ukur yang menggunakan Sharp dan Jensen menunjukkan hubungan yang lemah -1,5257 -0,9518 -0,8059 -0,8410 -0,5988 -0,9464 -0,9404 -0,078 -0,0769 -0,0707 -0,0736 -0,0751 -0,0793 -0,0723 dimana hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai dari alat ukur tersebut yang negatif yaitu –0,713711 dan Korelasi dengan menggunakan alat ukur Treynor dan jensen juga sama dimana nilainya juga negatif yaitu –0,318692 yang berarti hubungan yang dimiliki dengan mengguanakan alat ukur tersebut adalah lemah. Tabel 5 Korelasi alat ukur kinerja reksadana syariah No 1 2 Korelasi Nama produk PNM DSB Mean Median Treynor-Sharp Sharp-Jensen Treynor-Jensen Treynor Indek -1,1154 -1,3626 -1,3626 -1,2390 1 -1 -1 Korelasi yang terjadi antar alat ukur mingguan reksadana syariah, dimana korelasi yang terjadi adalah antara treynor dan Sharp 1,0000. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat anatara kedua alat ukur tersebut. Korelasi alat ukur antara Sharp dan Jensen menunjukkan hubungan yang sangat lemah diantara keduanya, dimana hasil korelasi tersebut adalah –1 yang ditunjukkan dengan perhitungan yang ada. Untuk korelasi antara alat ukur dengan treynor dan jensen alpha menunjukkan hal yang sama yaitu negatif 1 yang berarti Sharp Ratio -1,2187 -1,2288 -1,2288 -1,2288 Jensen Alpha -0,0970 -0,0702 -0,0970 -0,0970 hubungan yang ada antara kedua alat ukur tersebut adalah lemah dari data mingguan produk reksadana campuran syariah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari analisis yang dilakukan terhadap produk reksadana syariah dan produk reksadana konvesional campuran menunjukkan bahwa return produk reksadana syariah menunjukkan kinerja yang lebih baik dari produk reksadana konvesional dengan nilai return rata- DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1 67 Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ............... rata sebesar -0,4484 sedangkan nilai return rata-rata untuk reksadana konvesional sebesar -0,5102. Resiko reksadana syariah menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan resiko reksadana konvesional dengan menggunakan Treynor indek, nilai ratarata resiko reksadana syariah sebesar 0,3290 untuk Treynor indek sedangkan nilai rata-rata resiko reksadana konvesional dengan menggunakan Treynor Indek adalah 0,3320. 2. Dengan menggunakan alat ukur kinerja Sharp ratio ternyata nilai rata-rata dari portofolio reksadana syariah lebih tinggi dibandingkan dengan portofolio reksadana konvesional, nilai rata-rata reksadana syariah dengan menggunakan alat ukur Sharp ratio sebesar -1,2288, sedangkan nilai ratarata reksadana konvesional dengan menggunakan alat ukur Sharp ratio sebesar -1,5257. 3. Dari data hasil pengujian korelasi diatas bahwa korelasi yang digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur menunjukkan bahwa pada reksadana syariah dan konvesional, alat ukur Treynor dan Sharp Ratio menunjukkan hubungan yang kuat diantara kedua alat ukur tersebut yang dapat dilihat dari nilai korelasinya yang fositif satu (+1), artinya alat ukur Treynor dan Sharp memiliki konsisten bila digunakan sebagai alat ukur. Saran 1. Kinerja dari reksadana syariah yang dikelola oleh manajer investasi lebih baik daripada reksadana konvesional, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata reksadana syariah yang ada pada 68 perhitungan diatas. Oleh sebab itu diperlukan suatu penelitian yang menggunakan lebih banyak produk reksadana syariah agar tingkat keakuratannya lebih tinggi dan hasilnya juga lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Akhsien, H. IGGI (1999). Investasi Syariah di Pasar Modal. Edisi kedua . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Darmadji, Tjiptono dan Fahrudin. (2001). Pasar Modal Indonesia “Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Pertama, Jakrta :Salemba Empat. E.A Koatin. (1997). Pasar Modal Indonesia ,”Retrospeksi lima Tahun Swastanisasi BEJ”, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Harun, Nasroen.(2002). Perdagangan Saham di Bursa Efek, “Tinjauan Hukum Islam”, Edisi pertama, Jakarta:Yayasan Kalimah. Halim, Abdul. (2002). Analisis Investasi; Edisis pertama, Jakarta : Salemba Empat. Husnan, Suad. (2001). Dasar-dasar Teori Portofolio, Edisi kedua.Yogyakarta: AMP YKPN. Jogiyanto.(1998).Teori Portpofolio dan Analisis Investasi, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE. Muhammad. (2002). Manajemen bank syariah, Edisis pertama, Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Sahatah, Husen dan Atiyah. (2004). Bursa efek, “tuntutan menurut islam dalam ransaksi dipasar modal” , Edisi pertama, Surabaya: Pustaka Progresif. DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1