05_Irwan_Suriadi_Dis Edisi XXXII Th. XXI Juni 2012

advertisement
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
THE PERFORMANCE COMPARISON BETWEEN CONVENTIONAL AND
SHARIA MUTUAL FUNDS
Irwan Suriadi1
Mujahid Dakwah2
Universitas Mataram
ABSTRACT
Investment activity currently has a wide range of investment options, particularly
investments in mutual funds. With the development of the Sharia investment funds currently
investing in mutual funds also enlivened with the presence of sharia. This study tried to
describe the performance comparison between conventional and sharia mutual funds in
Indonesia.
Differences between Islamic and conventional mutual funds lies in the principles
inherent in Islamic mutual fund products, in the mutual funds of public funds will be invested
by investment managers in companies that have products that are halal products other than
cigarettes, pork, alcohol and usury while for mutual funds conventional public funds will be
invested in companies that have products that are haram. mutual funds also have risks that
decrease the net asset value (NAV) of mutual funds into investment risk of failure.
Analysis tools used to measure the performance of conventional mutual funds and is
Treynor Index, the Sharp ratio and Jensen Alpha. Treynor, and Jensen Alpha Sharp describes
the level of risk faced by a mutual fund in the market.
The results of this study is the performance of sharia mutual funds better than the
performance of conventional mutual funds. The correlation between both analytical tools sharia
and conventional mutual funds show Sharp ratio, Treynor Index has a strong correlation / high
level of consistency.
Keywords: Sharia Mutual Funds, Conventional Mutual Funds, NAB, Jensen Alpha,
Treynor Index, Sharp Rasio.
ABSTRAK
Kegiatan investasi saat ini memiliki berbagai macam pilihan investasi, terutama
investasi pada reksadana. Dengan berkembangnya jenis investasi syariah saat ini
investasi pada reksadana juga disemarakkan dengan hadirnya reksadana syariah.
Penelitian ini mencoba menggambarkan perbandingan kinerja antara reksadana
konvesional dan reksadana syariah di Indonesia.
Perbedaan antara reksadana syariah dan konvesional terletak pada prinsipprinsip syariah yang melekat pada produk reksadana tersebut, di dalam reksadana
syariah dana masyarakat akan diinvestasikan oleh manajer investasi pada perusahaan
yang memiliki produk halal saja yaitu selain produk rokok, babi, alkohol dan riba
sedangkan untuk reksadana konvesional dana masyarakat akan diinvestasikan pada
perusahaan yang memiliki produk yang haram. reksadana syariah juga memiliki
1
2
Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
55
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
resiko yaitu penurunan nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah yang menjadi
resiko kegagalan investasi.
Alat analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja reksadana syariah dan
konvesional adalah Treynor Index, Sharp ratio dan Jensen Alpha. Treynor, Sharp dan
Jensen Alpha ini menggambarkan tingkat resiko yang dihadapi oleh suatu reksadana
di pasar.
Hasil dari penelitian ini adalah kinerja reksadana syariah menunjukkan kinerja
yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksadana konvesional. Korelasi antar
alat analisis baik reksadana syariah maupun reksadana konvesional menunjukkan
Treynor Index dan Sharp rasio memiliki korelasi yang kuat/tingkat konsistensi yang
tinggi.
Kata Kunci : Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, NAB, Jensen Alpha,
Treynor Index, Sharp Rasio.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan investasi dipasar modal
merupakan merupakan kegiatan yang
menarik dan sekaligus sebagai ajang
bertemunya antara perusahaan yang
membutuhkan dana segar untuk kegiatan
usaha dan investor (pihak yang mempunyai
kelebihan dana. Investasi dipasar modal
dapat melalui dua cara, yaitu pertama
melalui investasi langsung (membeli saham,
obligasi, serta produk derivatif lainnya) dan
melalui
lembaga
investasi
yang
menghimpun dana dari masyarakat, setelah
dana terkumpul kemudian dana-dana
tersebut diinvestasikan atau digunakan
untuk membeli surat-surat berharga yang
berada dipasar modal. Dalam hal ini
pengelola
investasi
tidak
hanya
menginvestasikan dananya pada satu unit
saham, tetapi dapat membentuk fortofolio
dalam berbagai unit saham atau unit
instrument lainnya seperti pada reksadana.
Reksadana memiliki beberapa jenis
diantaranya; Reksadana saham, reksadana
pendapatan tetap, reksadana campuran dan
reksadana pasar uang. Dalam hal ini
peneliti memilih reksadana campuran,
dimana peneliti akan menggunakan jenis
reksadana ini untuk membandingkan
reksadana yang berbasis syari’ah dengan
reksadana konvesional, dimana reksadana
syari’ah tersebut adalah Batasa syari’ah,
BNI dana plus, Danareksa syari’ah
berimbang, dan reksadana PNM syari’ah,
sedangkan untuk reksadana konvesional
yaitu
semua
reksadana
campuran
konvesional.
Reksadana
syari’ah
merupakan jenis reksadana yang saat ini
banyak diminati oleh investor atau
masyarakat khususnya investor muslim,
dimana jumlah populasi masyarakat
Indonesia mencapai 80 % dari total 202 juta
penduduk Indonesia tentang reksadana itu
sendiri
apalagi
berkaitan
mengenai
reksadana syari’ah.
Terdapat 5 perusahaan sekuritas
yang membuka atau memiliki jenis
reksadana syari’ah yang meliputi 2
reksadana syari’ah yang pada pendapatan
tetap dan 5 reksadana syari’ah pada
reksadana jenis campuran3 dan ada
beberapa Fund Manajer lainnya yang
berkeinginan untuk membuka
unit
reksadana syari’ah. Melihat perkembangan
reksadana yang sangat cepat khususnya
bagi reksadana syari’ah, sudah saatnya
investor muslim untuk berinvestasi pada
reksadana syari’ah.
Perkembangan reksadana syari’ah
di Indonesia sejalan dengan pertumbuhan
3
56
Sumber Bisnis Indonesia Agustus, 2004
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
Sharia fund global yang pertama dimulai
pada tahun 1995 oleh National Comercial
Bank Saudi Arabia yang meluncurkan
Global Trade Equity dan tidak begitu lama
ada sekitar 45 Sharia Equity yang dikelola
oleh Top Fund Manajemen Company saat
ini (Iggi H. Achsien, Maraknya Reksdana
Syari’ah, 2004). Melihat total keseluruha
asset yang dikelola cukup besar, berdasar
data dari BAPEPAM terdapat peringkat
asset , dimana pada akhir tahun tahun 2002
nilai asset yang dikelola oleh fund manager
yang ada di indonesia mencapai Rp 46,613
triliun dan pada bulan april 2003 nilai
assetnya mengalami peningkatan menjadi
Rp 61,254 Triliun.
Dari uraian diatas penulis ingin
meneliti sekaligus ingin membuktikan
bahwa kinerja (return dan resiko) yang
dihasilkan oleh reksadana syari’ah lebih
besar dibandingkan dengan reksadana
konvesional dengan menggunakan alat
ukur Traynor Indeks, Sharp Ratio, dan
Jensen Alpha, dengan judul “Perbandingan
kinerja antara reksadana syariah dan
reksadana konvesional.”
Perumusan Masalah
Penelitian ini berusaha untuk mencari bukti
empiris mengenai jawaban atas pertanyaanpertanyaan dibawah ini:
a. Apakah kinerja portofolio reksadana
syari’ah menghasilkan return yang lebih
tinggi dibandingkan dengan reksadana
konvesional.
b. Apakah kinerja portofolio reksadana
syari’ah mempunyai resiko yang lebih
kecil dibandingkan dengan reksadana
konvesional.
c. Bagaimanakah konsistensi dari ketiga
alat ukur kinerja reksadana dengan
menggunakan Sharp Ratio, Traynor
Indeks dan Jensen Alpha.
Batasan Masalah
Untuk menghindari timbulnya salah
pengertian pada penelitin ini, maka
pemberian
batasan-batasan
terhadap
beberapa istilah berikut ini:
a. Reksadana campuran dari keempat jenis
reksadana syari’ah, yaitu reksadana
Batasa syari’ah, BNI dana plus syari’ah,
Danareksa
syari’ah
berimbang,
Reksadana PNM syari’ah.
b. Reksadana
campuran
dari
jenis
reksadana konvesional yang diambil
secara acak
c. Nilai Aktiva bersih dari keempat jenis
reksadana syari’ah dan lima belas
reksadana konvesional yang masuk
kedalam reksadana campuran dari
Januari 2009 sampai dengan Desember
2010
d. Pengukuran kinerja fortofolio pada
penelitian yang dibatasi pada alat ukur
Treynor Indeks, Sharp Rasio dan Jensen
Alpha.
Tujuan Penelitian
a. Mengetahui apakah kinerja portofolio
yang dimilki oleh reksadana syari’ah
menghasilkan kinerja yang lebih tinggi
dalam
memperoleh
laba
yang
dihasilkan
dibandingkan
dengan
reksadana konvesional.
b. Mengetahui apakah kinerja fortofolio
yang dimiliki oleh reksadana syariah
memiliki resiko yang lebih rendah
dibandingkan
dengan
reksdana
konvesional
c. Mengetahui konsistensi ketiga alat ukur
(Sharp Ratio, Traynor Index, Jensen
Alpha)
dengan
membandingakan
tingkat korelasinya dalam mengukur
portofolionya.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Penelitian Terdahulu
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
57
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
Penelitian yang dilakukan oleh
Rugg (1991) yang meneliti tentang
Reksadana, dimana pengukuran kinerja
Asset
termasuk
Reksadana
dengan
menggunakan Rugg Performanc Indeks
yang sangat dipengaruhi oleh perhitungan
Beta. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Saukat Imran (1999) menyebutkan bahwa
ada tiga metode dalam melakukan evaluasi
kinerja portofolio konvesional yaitu dengan
membandingkan kinerja Sharia Trust
dengan indeks pasar, membandingkan
kinerja sharia unit trust dengan unit trust
konvesional. Wan Hasan (1998) yang
meneliti Efek dari tipe manajemen terhadap
kinerja Fund yang menunjukkan adanya
kausalitas atau hubungan antara kedua alat
ukur terebut.
Sedangkan
Rizal
ramli
1999)
melakukan studi untuk mengevaluasi dan
membuat tingkat kinerja atas 9 Sharia fund
selama 6 tahun yang dimulai dari periode
Januari 1992- Juni 1998. Ia juga melakukan
pembandingan terhadap 9 sharia fund
dengan RHBII sebagai portofolio pasar
maupun KLIBOR 3 bulanan sebagai Proxi
risk-free rate. IGGI H Achsien (1999)
meneliti tentang perbandingan antara unit
fund Konvesional dan unit fund syari’ah
yang menggunakan pengukuran Risk–
adjusted Return dengan index Sharpe,
Traynor dan Jensen meneunjukkan bahwa
syari’ah fund lebih unggul dibandingkan
dengan semua pembandingnya yaitu fund
konvesional, RHBII dan KLSE Composite
indeks dari tahun 1997-1999.
Inwin (1962) dari Warton School
meneliti terhadap 189 reksadana periode
Desember 1952 sampai dengan periode
September 1958 dengan CAPM yang
hasilnya menunjukkan sebagian return
reksadana berada diatas Sekurities Market
Line, tetapi sebagian yang lain juga berada
pada Sekurities Market Line, dimana
kesimpulannya tidak memberikan hasil
yang selalu konsisten melebihi pasar secara
umum. Prestasi rata-rata reksadana tidak
58
banyak berbeda dengan prestasi portofolio
yang dikelola secara tidak proporsional
dengan komposisi aktiva yang serupa.
Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh
(Bel dan Legrew (1996) dan perbedaan
perhitungan resiko antara Sharpe ratio dan
Treynor indeks akan memberikan hasil
yang sama apabila portofolio yang dibentuk
memberikan diversifikasi resiko yang telah
terbagi secara sempurna.
Van Smit dan Lawrwnce (1996)
melakukan penelitian terhadap reksadana
di Inggris selama periode 1975-1993 yang
menemukan korelasi terhadap ketiga alat
ukur tersebut yang meneunjukkan derajat
yang tinggi. Gall (1988) memeringkat 44
reksadana pada periode Januari 1982
sampai dengan April 1987 yang didapat
dari Wall Street dengan risk adjusted
memberikan hasil yang sama baiknya
dengan menggunakan alat ukur Treynor
Indeks, Sharpe ratio dan kinerja diatas akan
memberikan hasil yang berbeda jika tanpa
Risk Adjustment.
LANDASAN TEORI
Reksadana merupakan wadah yang
digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan ke dalam fortofolio efek oleh
manajer investasi. Dengan demikian dana
yang ada dalam reksadana merupakan
dana bersama para pemodal sedangkan
manajer investasi adalah pihak yang
dipercaya untuk mengelola dana tersebut.
Di Indonesia reksadana mulai lahir
pada
tahun
1995,
seiring
dengan
perkembangannya
pada
tahun
1996
reksadana tumbuh dengan pesat, dimana
ada 1 reksadana dengan dana kelola sebesar
Rp 356 milyar dan hingga tahun 1996
tercatat ada 25 reksadana dengan dana
kelolaan sebesar 5,02 triliun.
Pada tahun 2004 ini pertumbuhan
reksadana semakin cepat dan semakin
diminati oleh masyarakat. Hal ini
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
dibuktikan dengan semakin banyaknya
masyarakat yang mengalihkan uangnya
dari
deposito tabungan
ke dalam
reksadana, karena imbal hasil yang
diberikan oleh reksadana sangat tinggi,
apalagi saat ini bunga deposito mengalami
penurunan atau lebih kecil dari tahun
sebelumnya.
Manfaat Reksadana
Adapun
maanfaat
pemodal
yang
melakukan investasi dalam reksadana
adalah;
1. Pemodal yang tidak memiliki modal
yang cukup besar dalam melakukan
investasinya
dapat
melakukan
diversifikasi investasinya dalam efek
sehingga dapat memperkecil resikonya.
Dengan reksadana, pemodal yang
mempunyai modal kecil dapat ikut
dalam
reksadana
sehingga
akan
terkumpul dana dalam jumlah yang
besar sehingga akan memudahkan
untuk melakukan diversifikasi
2. Efisiensi waktu
Dengan melakukan investasi pada
reksadana dana yang dimiliki nasabah
akan dikelola oleh manajer investasi
secara profesional, maka pemodal tidak
akan menghabiskan banyak waktu
untuk mengamati perkembangan harga
saham setiap jam, menit, ataupun detik
karena hal tersebut dilakukan oleh
manajer investasi.
3. Dapat mempermudah pemodal untuk
melakukan investasi dipasar modal,
menentukan saham-saham yang baik
atau tidak merupakan pekerjaan yang
tidak mudah, namun memerlukan
keahlian dan pengetahuan yang tinggi.
Resiko Reksadana
Adapun resiko yang terdapat dalam
reksadana adalah
1. Resiko
berkurangnya
nilai
unit
penyertaan
Resiko ini disebabkan oleh turunnya
harga dari efek yang masuk dalam
portofolio reksadana tersebut
2. Resiko Liquiditas
Resiko ini berkaitan dengan kesulitan
yang dihadapi oleh menajer investasi
jika sebagian besar dari pemegang unit
melakukan penjualan kembali atas unitunit yang dipegangnya, dimana manajer
investasi sangat kesulitan dalam
menyediakan uang tunai.
3. Resiko Wanprestasi
Resiko ini merupan resiko yang
terburuk dimana resiko ini dapat timbul
ketika
perusahaan
asuransi
mengasuransikan kekayaan reksadana
yang tidak segera dibayar ganti ruginya
dari nilai pertanggungan saat terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan seperti
wanprestasi dari pihak-pihak ynag
terkait dengan reksadana, pialang, agen
pembayaran yang dapat menyebabkan
penurunan NAB reksadana.
Jenis-jenis reksadana
A. Dilihat dari segi bentuknya, reksadana
dapat dibedakan menjadi;
1. Reksadana berbentuk perseroan
Perusahaan
penerbit
reksadana
menghimpun dana dengan menjual
saham, selanjutnya dana dari hasil
penjualan tersebut diinvestasikan pada
berbagai
jenis
efek
yang
diperdagangkan.
Ciri-ciri reksadana ini adalah;
a. Bentuk hukumnya dalah perseroan
terbatas
b. Pengelolaan
kekayaan
reksadaan
berdasarkan pada kontrak antara direksi
dengan manajer investasi yang ditunjuk.
c. Penyimpanan
kekayaan
reksadana
didasarkan pada kontrak antara manajer
investasi dengan bank konstudian.
2. Reksadana berbentuk kontrak investasi
kolektif
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
59
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
Dalam reksadana ini kontrak dilakukan
antara manajer investasi dan bank
konstudian ynag mengikat pemegang
unit penyertaan, dimana menajer
investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio investasi kolektif.
Reksadana inilah yang paling populer
saat ini dibandingkan dengan reksadana
lainnya.
Ciri-ciri Reksadana ini adalah;
a. Bentuk hukumnya adalah kontrak
investasi kolektif
b. Pengelolaan reksadana dilakukan oleh
manajer investasi dengan kontrak yang
telah disepakati.
c. Penyimpanan
kekayaan
investasi
kolektif
dilakukan
oleh
bank
konstudian.
B. Dilihat
dari
sifatnya
reksadana
dibedakan atas;
1. Reksadana bersifat tertutup (ClosedEnd Fund)
Merupakan reksadana yang tidak dapat
membeli kembali saham-saham yang
telah dijual kepada pemodal, jika
pemilik ingin menjual sahamnya
haruslah dilakukan melalui bursa efek
tempat saham reksadana itu dicatatkan.
2. Reksadana bersifat terbuka (Open-end
Fund)
Merupakan
reksadana
yang
menawarkan dan membeli kembali
saham-sahamnya dari pemodal sampai
sejumlah
modal
yang
sudah
dikeluarkan. Pemilik saham ini dapat
melakukan penjualan kembali sahamsaham yang telah dimiliki.
C. Dari tujuan investasinya, reksadana
dapat dibedakan menjadi;
1. Growth Fund, yaitu reksadana yang
menekankan pada upaya mengejar
pertumbuhan
nilai
dana
dan
dialokasikan kepada fortofolio saham.
2. Income fund, yaitu reksadana yang
mengutamakan pendapatan yang tetap
60
yang dialokasikan
utang dan obligasi.
pada
portofolio
D. Dilihat dari portofolio investasinya,
reksadana dapt dibedakan menjadi;
1. Reksadana pasar uang, yaitu reksadana
yang hanya melakukan investasi pada
efek-efek yang bersifat utang dengan
jatuh tempo kurang dari 1 tahun dengan
tujuan untuk menjaga likuiditas modal.
2. Reksadana pendapatan tetap, yaitu
reksadana
yang
yang
investasi
sekurang-kurang 80% dari aktivanya
dalam bentuk efek bersifat ekuitas.
3. Reksadana campuran, yaitu reksadana
yang melakukan investasi dalam bentuk
efek ekuitas dan dalam bentuk efek
yang bersifat utang
Reksadana Syariah
Reksadana syariah atau (Sharia
Investment Fund) merupakan intermediasi
yang membantu surplus unit dalam
melakukan penempatan dana untuk
diinvestasikan, Sharia investment fund ini
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
investor yang menginginkan pendapatan
investasi dari sumber dan cara yang bersih
yang dapat dipertanggungjawabkan secara
religius dan sesuai dengan prinsip syariah.
Seorang
investor
muslim
sangat
mengharapkan beberapa hal yang menjadi
latar belakang investasi yang akan
dilakukan, antara lain;
1. Highest sharia credential
2. Top quality asset management
3. Transparancy of investment quaides
4. A range of risk return profiles
5. Out
performance
of
alternatif
investment
6. Liquidity
7. Sound regulatory environment
Sharia fund biasanya disejajarkan dengan
Socially resaponsible investment (SRI) atau
Etical investment.
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
Sejarah Reksadana Syariah
Sharia
Equity
pertama
kali
diluncurkan pada tahun 1995 oleh National
Commercial Bank (NCB) diSaudi Arabia
dengan nama Global Trade Equity dengan
dana yang dikelola sebesar $ 150 juta.
Equity ini dijalankan dengan prinsip-
prinsip syariah yang dibantu oleh
Wellington Manajemen Company of Boston
Massachuset. Perkembangan dari equity ini
berkembang dengan sangat cepat dimana
setahun setelah pembukaan equity ini
sudah menambah 4 Equity fund yang baru
dengan prinsip syariah.
Tabel 1
Sharia Equity Fund Utama di Dunia
Fund
Global Trade Equity
Oasis
Ibn Khaldun Int Equity
Abrar Investment Fund
Al Safwa Equity
Instutional
NCB
Robert Fleming
PFM Group (UK)
Abrar Group Int
Al Tawfek Co
Year
1995
1996
1996
1996
1996
Size $m
150
16,6
25
100
200
Sumber : Iqbal (1997)
Sampai dengan saat ini ada sekitar
45 Sharia equity fund yang dikelola oleh
beberapa top manajemen company didunia.
Basis dari dana potensial dari sharia equity
fund ini adalah di timur tengah dengan
dana sebesar $ 800 milliar. Di negara
negara yang mayoritas islam, reksadana
syariah sangat berkembang deperti di
malaysia, bahrain dan negara-negara
muslim lainnya.
Ada beberapa fund management
company yang saat ini mengembangkan
sharia equity fund yaitu Deutce bank, City
bank, Robert Fleming, dan UBS.
Di Indonesia reksadana syariah
mulai berkembang pada tahun 1999 dimana
pertama kali diluncurkan oleh danareksa
investment company dengan instrumen
berupa reksadana syariah, kemudian
disusul dengan diluncurkan produk
reksadana syariah lainnya seperti Rifan
syariah, PNM syariah, dsbnya.
Sharia Equity fund sangat berbeda
dengan
fund
konvesional,
dimana
perbedaan yang paling mendasar adalah
adanya proses scanning atau Filterisasi
menurut prinsip-prinsip syariah dengan
ketentuan perusahaan tersebut tidak
melakukan aktifitas yang dilarang yaitu
riba, gharar, minuman keras, judi, daging
babi, rokok.
Sharia fund semakin berkembang
dengan adanya DJIM (Down jones sharia
market) sebagai benchmark dari pasar-pasar
saham internasioanl.
Sharia fund sering kali disamakan
dengan Social responsibe Investment (SRI)
ayau Etical Investment. SRI juga dikenal
dengna nama Socially aware investment,
dan value based investment dimana sesuatu
yang paling ditonjolkan adalah gabungan
antara uang dan moralitas.
Tujuan utama dari berinvestasi
direksadana syariah adalah memenuhi
kebutuhan
investor
yang
tidak
menginginkan modalnya diinvestasikan
pada perusahaan yang dilarang seperti
perusahaan
rokok,
babi,
alkohol,
perusahaan yang mengandung riba.
Di dalam SRI ini investor ditawarkan dua
keuntungan sekaligus yaitu return tanpa
mengorbankan prinsip yang diyakini yang
dikaitkan dengan dengan resiko, baik itu
sistematis ataupun total.
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
61
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
Pengukuran kinerja Reksadana
Pengukuran
kinerja
reksadana
dilakukan terhadap alat ukur yang
digunakan dalam tulisan ini yaitu Traynor
Index, Sharp Ratio, dan Jensen Alpha.
Wilson dan Jones menemukan hubungan
terhadap ketiga alat ukur tersebut dimana
disimpulkan bahwa ketiga alat ukur
tersebut bias negatif atau positif tergantung
dari return market yang digunakan sebagai
independent variabel.
Yasmin dan Larence (1996) melakukan
penelitian terhadap reksadaan di inggris
selama tahun 1975sampai 1993, yang
menemukan bahwa korelasi terhadap
ketiga alat ukur Sharp, Jensen, dan treynor
yang menunjukkan derajat yang tinggi
artinya bahwa terjadi konsisistensi terhadap
ketiganya.
Dalam penelitian lain dimana
digambarkan adanya korelasi antara Sharpe
ratio, dan Treynor Index dan perbedaan
perhitungan resiko antara Sharpe ratio
dengan
dan
treynor
index
akan
memberikan hasil yang sama apabila
portofolio
yang
dibentuk
telah
menggambarkan difersifikasi resiko telah
terbagi sempurna (Jones 2000)
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah
reksadana campuran aktif diperdagangkan
di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan
sampel penelitian adalah 15 produk
reksadana konvesional dan 4 produk
reksadana syariah selama periode Januari
2009-Desember 2010
Teknik Pengambilan sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder berupa;
a) Data nilai NAB 4 produk reksadana
syari’ah dan 15 produk portofolio
62
reksadana konvesional selama periode
Januari 2009- Desember 2010
b) Data yang digunakan adalah data
mingguan yang diambil dari NAB pada
penutupan akhir minggu, data bulanan
yang diambil dari NAB penutupan
akhir bulan
c) Data mingguan dan bulanan harga
indeks pasar yang diwakili oleh index
LQ 45 dan JII yang didapat dari Laporan
BEI
d) Data bulanan nilai SBI untuk reksadana
konvesional sedangkan data bulan
untuk reksadana syari’ah diwakili oleh
SWBI
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan pada
penelitian ini adalah;
1. NAB dari masing-masing reksadana
selama periode tahun 2009-2010
2. Harga indeks pasar (LQ 45 dan JII)
3. Return bebas resiko (nilai SBI dan SWBI)
4. Return portofolio dan resiko.
Definisi Operasional Variabel
1. NAB merupakan nilai aktiva bersih
masing-masing
Reksadana
baik
reksadana
syari’ah
ataupun
konvesional.
2. Return Pasar, return pasar yang
digunakan adalah indek LQ 45 untuk
reksadana konvesional dan Jakarta
Sharia Indeks (JII) untuk reksadana
syari’ah.
3. Return Bebas Resiko, Return bebas
resiko menggunakan SBI dan SWBI,
return yang duhitung adalah perubahan
tingkat bunga dan bonus pada sebelum
t-1 sampai dengan hari ke t
4. Mengukur resiko
Mengukur resiko disini ada 2 yaitu;
resiko tidak sistematis yang diwakili
dengan standar deviasi dan resiko
sistematis diwakili dengan Beta (β)
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
a)
Standar Deviasi, Standar deviasi
mengukur simpangan return dari
expected return
b)
Beta
Beta dihitung dengan meregresikan
antara return portofolio dan return
market
b.
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam
mengukur resiko dan return reksadana
syari’ah dan konvesional yaitu;
1.
Return Pasar, return pasar yang
digunakan adalah indek LQ 45 untuk
reksadana konvesional dan Jakarta
Sharia Indeks (JII) untuk reksadana
syari’ah.
Rumus ; RM =
Indeksit − Indeksit
Indeksit − 1
Rm =Return market
Indeks It =Indeks LQ 45 atau JII pada
saat hari t
Indeks It-1 = Indeks pada saat hari t-1
Dengan Return rata-rata = Rm =
a)
t
∑
Return Bebas Resiko
Return bebas resiko menggunakan SBI
dan SWBI, return yang duhitung adalah
perubahan tingkat bunga dan bonus
pada sebelum t-1 sampai dengan hari ke
t
Rumus; Rf =
2.
Rf t − Rf t −1
Rf t −1
Mengukur resiko
Mengukur resiko disini ada 2 yaitu;
resiko tidak sistematis yang diwakili
dengan standar deviasi dan resiko
sistematis diwakili dengan Beta (β)
a.
Standar Deviasi
Standar deviasi mengukur simpangan
return dari expected return dengan
formulasi
Rf =
∑ ( Rp − E ( Rp)
n −1
Yang didefinisikan dengan ;
σ =Standar Deviasi
Rp = Return actual
E (Rp) = Expected return
n = Jumlah bulan/minggu
Beta
Beta dihitung dengan meregresikan
antara return portofolio dan return
market
dengan
rumus;
Ri− Rf = ( Rm − Rf ) β i
Alat analisis yang digunakan dalam
mengukur kinerja reksadana syari’ah dan
konvesional yaitu:
1. The Sharpe Indeks
Dalam metode ini portofolio diukur
dengan cara membandingkan antara
selisih rerata tingkat keuntungan
portofolio dengan rerata tingkat bunga
bebas resiko dengan resiko portofolio
yang dinyatakan dengan standar deviasi
S p = ( R I − R f ) / σp
Sp = Sharpe Indek
Ri = Return portofolio I pada periode t
Rf = Return risk-free rate untuk period t
σp = Standar deviasi atau total resiko
portofolio
Risk-free rate of return merujuk pada
return sekuritas yang dianggap tidak
memiliki resiko atau σ sama dengan nol
2. Treynor Indeks
Model ini menunjukkan hubungan
antara portofolio acces return dan resiko
sistematis yang ada. Diasumsikan
bahwa ansistematic risk diminimumkan
melalui
diversifikasi
portofolio,
sehingga indek ini menunjukkan risk
premium perresiko sistematis. Dalam
model ini resiko sistematis diukur
dengan beta, dimana beta merupakan
parameter yang menunjukkan volatilitas
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
63
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
relative dari return portofolio terhadap
return pasar.
Treynor Indek diformulasiakan sbb;
Ti = ( Ri − R f ) / Β i
Ti = Treynor risk Adjusted return untuk
portofolio i
Ri = Return portofolio i
Rf = Risk free rate
Bi = Beta i
3. Jensen Indek
Model
ini
mengevaluasi
kinerja
portofolio yang didasarkan pada
CAPM, Sebagaimana Treynor yang
mempertimbangkan
risk-adjusted
sebagai
risiko
sistematis
dengan
modifikasi
untuk
merefleksikan
superoritas manajer portofolio dalam
melakukan peramalan harga sekuritas.
Jensen Indeks dirumuskan dengan; aj =
(Rj-Rf)- Bj (Rm-Rf)
aj = Average inveremential rate of return
portofolio j
Rm = Return Pasar
Rf = Risk free rate
Rj = Return Portofolio
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kinerja Reksadana Konvesional
Pengukuran
kinerja
portofolio
mingguan yang dilakukan terhadap nilai
aktiva bersih (NAB) dari produk reksadana
campuran konvesional yang terdiri dari 15
produk reksadana. Kinerja dari 15 produk
reksadana campuran tersebut yaitu Jisawi
mix, SAM dana berkembang, Simas satu,
Mega dana kombinasi, BNI dana fleksibel,
Trimegah dana kombinasi, bahana dana
infrastruktur, bahana dana selaras, Bahana
dana sejahtera, Master berimbang, Sidana
flexi, Garuda satu, Schoder dana prestasi,
Mega kombinasi seri A, Messpierson finas
investasi.
Tabel 2
Kinerja Reksadana Konvesional
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama
Jisawi
SAM
Simas
Mega
BNI
Trimegah
Bahana
BDSel
BDSej
Master
Sidana
Garuda
Schoder
Niaga
Mespier
Mean
Median
Sumber : data diolah
64
Return
Premium
(Rp-Rf)
β
(Rp-Rf)/ β
β
(Rp-Rf)/ β
Rp-E(Rp)
-0,2782
-0,3182
-0,2672
-0,3205
-0,2417
-0,2176
-0,3187
-0,3186
-0,5102
-0,3221
-0,3094
-0,2961
-0,2842
-0,3197
-0,3155
-0,5102
-0,3155
0,4370
0,3800
0,5530
0,3470
0,3480
0,3850
0,3410
0,3320
0,3770
0,3750
0,3960
0,3520
0,3540
0,3350
0,3780
0,3320
0,3750
-0,6366
-0,8374
-0,4832
-0,9236
-0,6945
-0,5652
-0,9346
-0,9596
-1,3533
-0,8589
-0,7813
-0,8412
-0,8028
-0,9543
-0,8347
-1,3533
-0,8374
0,3694
0,3377
0,7207
0,3397
0,9092
1,1334
0,3360
0,3340
0,3344
0,3384
0,3839
0,3521
0,4746
0,3378
0,3355
0,3340
0,3397
-0,7531
-0,9423
-0,3708
-0,9435
-0,2658
-0,1920
-0,9485
-0,9539
-1,5257
-0,9518
-0,8059
-0,8410
-0,5988
-0,9464
-0,9404
-1,5257
-0,9404
-0,0691
-0,0721
-0,0303
-0,0769
-0,0775
-0,753
-0,0841
-0,0819
-0,078
-0,0769
-0,0707
-0,0736
-0,0751
-0,0793
-0,0723
-0,0744
-0,0753
Treynor Index
Sharp Ratio
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
Jensen Alpha
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
Perhitungan
yang
dilakukan
terhadap produk reksadana campuran
konvesional bahwa terdapat 15 produk
reksadana yang mempunyai return diatas
return premium, dimana dapat dilihat dari
perhitungan yang ditunjukkan dengan tabel
diatas diantaranya Jisawi mix –0,2782. SAM
dana berkembang-0,3182. Simas satu –
0,2672. Mega dana kombinasi-0,3205. BNI
dana fleksibel –0,2417. Trimegah dana
kombinasi
–0,2176.
Bahana
dana
infrastruktur –0,3187. bahana dana selaras –
0,3186. Bahana dana sejahtera-0,5102.
Master berimbang –0,3221. Sidana flexi0,3094. Garuda satu –0,2961, Schoder dana
prestasi-0,2842. Niaga kombinasi seri A 0,3197, Messpierson finas investasi –0,3155.
Sedangkan
nilai
beta
dapat
diperoleh, dimana beta pada produk
reksadana campuran konvesional adalah
Jisawi mix 0,4370. SAM dana berkembang
0,3800. Simas satu 0,5530. Mega dana
kombinasi 0,3470. BNI dana fleksibel 0,3480.
Trimegah dana kombinasi 0,3850. Bahana
dana infrastruktur 0,3410. bahana dana
selaras 0,3320. Bahana dana sejahtera0,3770.
Master berimbang 0,3750. Sidana flexi
0,3960. Garuda satu 0,3520 Schoder dana
prestasi 0,3540. Niaga kombinasi seri A
0,3350, Messpierson finas investasi 0,3780.
Untuk nilai dari portofolio Treynor
index tidak berada diatas nilai index pasar
dan Nilai treynor index untuk reksadana
konvesioanl
campuran
yang
berada
dibawah nilai index pasar adalah Jisawi mix
–0,6366. SAM dana berkembang-0,8374.
Simas satu –0,4832. Mega dana kombinasi0,9236. BNI dana fleksibel –0,6945.
Trimegah dana kombinasi –0,5652. Bahana
dana infrastruktur –0,9346. bahana dana
selaras –0,9596. Bahana dana sejahtera0,3533. Master berimbang –0,3589. Sidana
flexi-0,7813. Garuda satu –0,8412, Schoder
dana prestasi-0,8028. Niaga kombinasi seri
A -0,9543, Messpierson finas investasi –
0,8347.
Nilai standar deviasi dihitung
dengan meregresikan return reksadana
konvesional dengan return market dimana
standar deviasi pada Jisawi mix 0,3694.
SAM dana berkembang 0,3377. Simas satu
0,7207. Mega dana kombinasi 0,3397. BNI
dana fleksibel 0,9092. Trimegah dana
kombinasi
1,1334.
Bahana
dana
infrastruktur 0,3360. bahana dana selaras
0,3340. Bahana dana sejahtera 0,3344.
Master berimbang 0,3384. Sidana flexi
0,3839. Garuda satu 0,3521 Schoder dana
prestasi 0,4746. Niaga kombinasi seri A
0,3378, Messpierson finas investasi 0,3355.
Nilai Sharp ratio yang berada diatas
nilai indeks pasar LQ 45 adalah SAM dana
berkembang-0,9423. Simas satu –0,3708.
Mega dana kombinasi-0,9435. BNI dana
fleksibel –0,2658. Trimegah dana kombinasi
–0,1920. Bahana dana infrastruktur –0,9485.
bahana dana selaras –0,9539. Bahana dana
sejahtera-0,5257. Master berimbang –0,9518.
Sidana flexi-0,8059. Garuda satu –0,8410,
Schoder dana prestasi-0,5988. Niaga
kombinasi seri A -0,9464, Messpierson finas
investasi –0,9404. Jisawi mix –0,7531.
Sedangkan nilai untuk portofolio
pada Jensen Alpha yang berada diatas nilai
index pasar tidak ada dan untuk kinerja
Jensen Alpha yang berada dibawah index
pasar LQ 45 adalah Jisawi mix –0,0691. SAM
dana berkembang-0,0721. Simas satu –
0,0303. Mega dana kombinasi-0,0769. BNI
dana fleksibel –0,0775. Trimegah dana
kombinasi
–0,753.
Bahana
dana
infrastruktur –0,0841. bahana dana selaras –
0,0819. Bahana dana sejahtera-0,078. Master
berimbang –0,0769. Sidana flexi-0,0707.
Garuda satu –0,0736, Schoder dana prestasi0,0751. Niaga kombinasi seri A -0,0793,
Messpierson finas investasi –0,0723.
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
65
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
Kinerja Reksadana Syariah
Tabel 3
Kinerja reksadana syariah
No
1
2
Nama
produk
PNM
DSB
Mean
Median
Return
premium
(Rp-Rf)
-0,4484
-0,4483
-0,4484
-0,4484
Treynor Indek
β
0,4020
0,3290
0,3290
0,3290
(Rp-Rf)/ β
-1,1154
-1,3626
-1,3626
-1,2390
Sharp ratio
β
0,3679
0,3648
0,3648
0,3648
Jensen Alpha
(Rp-Rf)/β
-1,2187
-1,2288
-1,2288
-1,2288
Rp-E(Rp)
-0,0970
-0,0702
-0,0970
-0,0970
Sumber : data diolah
Dalam perhitungan yang dilakukan
diatas bahwa produk reksadana syariah
menunjukkan nilai return PNM syariah
adalah –0,4484 dan nilai dari Danareksa
syariah berimbang adalah –0,4483 yang
berarti nilai dari keduanya berada dibawah
return pasar sebesar –0,1164. Sedangkan
beta untuk produk reksadana syariah
campuran yaitu PNM syariah 0,4020 dan
Danareksa syariah berimbang 0,3290.
Untuk nilai Treynor index pada
kedua produk reksadana syariah tersebut
PNM syariah berada diatas nilai indek LQ
45 -1154 sedangkan untuk Danareksa
syariah berimbang berada dibawah nilai
indek LQ 45 yaitu –1,3626.
Nilai standar deviasi diperoleh
dengan meregresikan return reksadana
syariah dengan return market. Standar
deviasi yang dapat diperoleh dari
perhitungan diatas adalah PNM Syariah
0,3679 sedangkan Danareksa syariah
berimbang adalah 0,3648.
Untuk nilai Sharp ratio dari kedua
produk reksadana syariah tersebut adalah
PNM syariah –1,2187 dan Danareksa
syariah berimbang adalah –1,2288 hal ini
berarti nilai kedua reksadana syariah
tersebut berada di atas nilai pasar sebesar –
2,5304
Nilai jensen alpha dari kedua
produk reksadana syariah tersebut adalah
PNM syariah –0,0970 dan Danareksa
syariah berimbang adalah –0,0702 hal ini
berarti nilai kedua reksadana syariah
tersebut berada di bawah nilai pasar
Sebesar 0.
Konsistensi alat ukur Kinerja
Konsistensi alat ukur kinerja reksadana konvesional
Tabel 4
Korelasi antar alat ukur kinerja reksadana konvesional.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
66
Nama Produk
Jisawi
SAM
Simas
Mega
BNI
Trimegah
Bahana
BDSelaras
Treynor Indek
-0,6366
-0,8374
-0,4832
-0,9236
-0,6945
-0,5652
-0,9346
-0,9596
Sharp ratio
-0,7531
-0,9423
-0,3708
-0,9435
-0,2658
-0,1920
-0,9485
-0,9539
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
Jensen Alpha
-0,0691
-0,0721
-0,0303
-0,0769
-0,0775
-0,753
-0,0841
-0,0819
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
9
10
11
12
13
14
15
Korelasi
BDSejahtera
Master
Sidana
Garuda
Schoder
Niaga
Mespier
Treynor-Sharp
Sharp-Jensen
Treynor-Jensen
-1,3533
-0,8589
-0,7813
-0,8412
-0,8028
-0,9543
-0,8347
0,896249
-0,713711
-0,318692
Pada
Reksadana
konvesional
campuran korelasi yang terjadi dengan alat
ukur treynor dan sharp dengan data
mingguan adalah 0,896249 yang berarti
menunjukkan hubungan yang kuat dengan
menggunakan data mingguan untuk
reksadana campuran konvesional. Untuk
alat ukur yang menggunakan Sharp dan
Jensen menunjukkan hubungan yang lemah
-1,5257
-0,9518
-0,8059
-0,8410
-0,5988
-0,9464
-0,9404
-0,078
-0,0769
-0,0707
-0,0736
-0,0751
-0,0793
-0,0723
dimana hal ini dapat ditunjukkan dengan
nilai dari alat ukur tersebut yang negatif
yaitu –0,713711 dan Korelasi dengan
menggunakan alat ukur Treynor dan jensen
juga sama dimana nilainya juga negatif
yaitu –0,318692 yang berarti hubungan
yang dimiliki dengan mengguanakan alat
ukur tersebut adalah lemah.
Tabel 5
Korelasi alat ukur kinerja reksadana syariah
No
1
2
Korelasi
Nama produk
PNM
DSB
Mean
Median
Treynor-Sharp
Sharp-Jensen
Treynor-Jensen
Treynor Indek
-1,1154
-1,3626
-1,3626
-1,2390
1
-1
-1
Korelasi yang terjadi antar alat ukur
mingguan reksadana syariah, dimana
korelasi yang terjadi adalah antara treynor
dan Sharp 1,0000. Hal ini menunjukkan
hubungan yang kuat anatara kedua alat
ukur tersebut. Korelasi alat ukur antara
Sharp dan Jensen menunjukkan hubungan
yang sangat lemah diantara keduanya,
dimana hasil korelasi tersebut adalah –1
yang ditunjukkan dengan perhitungan yang
ada.
Untuk korelasi antara alat ukur dengan
treynor dan jensen alpha menunjukkan hal
yang sama yaitu negatif 1 yang berarti
Sharp Ratio
-1,2187
-1,2288
-1,2288
-1,2288
Jensen Alpha
-0,0970
-0,0702
-0,0970
-0,0970
hubungan yang ada antara kedua alat ukur
tersebut adalah lemah dari data mingguan
produk reksadana campuran syariah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari analisis yang dilakukan terhadap
produk reksadana syariah dan produk
reksadana
konvesional
campuran
menunjukkan bahwa return produk
reksadana syariah menunjukkan kinerja
yang lebih baik dari produk reksadana
konvesional dengan nilai return rata-
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
67
Reksadana Syariah, Reksadana konvesional, ...............
rata sebesar -0,4484 sedangkan nilai
return rata-rata untuk reksadana
konvesional sebesar -0,5102. Resiko
reksadana syariah menunjukkan kinerja
yang lebih baik dibandingkan dengan
resiko reksadana konvesional dengan
menggunakan Treynor indek, nilai ratarata resiko reksadana syariah sebesar
0,3290 untuk Treynor indek sedangkan
nilai
rata-rata
resiko
reksadana
konvesional dengan menggunakan
Treynor Indek adalah 0,3320.
2. Dengan menggunakan alat ukur kinerja
Sharp ratio ternyata nilai rata-rata dari
portofolio reksadana syariah lebih tinggi
dibandingkan
dengan
portofolio
reksadana konvesional, nilai rata-rata
reksadana
syariah
dengan
menggunakan alat ukur Sharp ratio
sebesar -1,2288, sedangkan nilai ratarata reksadana konvesional dengan
menggunakan alat ukur Sharp ratio
sebesar -1,5257.
3. Dari data hasil pengujian korelasi diatas
bahwa korelasi yang digunakan untuk
mengukur
konsistensi
alat
ukur
menunjukkan bahwa pada reksadana
syariah dan konvesional, alat ukur
Treynor dan Sharp Ratio menunjukkan
hubungan yang kuat diantara kedua
alat ukur tersebut yang dapat dilihat
dari nilai korelasinya yang fositif satu
(+1), artinya alat ukur Treynor dan
Sharp
memiliki
konsisten
bila
digunakan sebagai alat ukur.
Saran
1. Kinerja dari reksadana syariah yang
dikelola oleh manajer investasi lebih
baik daripada reksadana konvesional,
hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
reksadana syariah yang ada pada
68
perhitungan diatas. Oleh sebab itu
diperlukan suatu penelitian yang
menggunakan lebih banyak produk
reksadana
syariah
agar
tingkat
keakuratannya lebih tinggi dan hasilnya
juga lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Akhsien, H. IGGI (1999). Investasi Syariah di
Pasar Modal. Edisi kedua . Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Darmadji, Tjiptono dan Fahrudin. (2001).
Pasar Modal Indonesia “Pendekatan Tanya
Jawab, Edisi Pertama, Jakrta :Salemba
Empat.
E.A Koatin. (1997). Pasar Modal Indonesia
,”Retrospeksi lima Tahun Swastanisasi
BEJ”, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Harun, Nasroen.(2002). Perdagangan Saham
di Bursa Efek, “Tinjauan Hukum Islam”,
Edisi
pertama,
Jakarta:Yayasan
Kalimah.
Halim, Abdul. (2002). Analisis Investasi;
Edisis pertama, Jakarta : Salemba Empat.
Husnan, Suad. (2001). Dasar-dasar Teori
Portofolio, Edisi kedua.Yogyakarta:
AMP YKPN.
Jogiyanto.(1998).Teori Portpofolio dan Analisis
Investasi, Edisi Pertama, Yogyakarta:
BPFE.
Muhammad. (2002). Manajemen bank syariah,
Edisis pertama, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Sahatah, Husen dan Atiyah. (2004). Bursa
efek, “tuntutan menurut islam dalam
ransaksi dipasar modal” , Edisi pertama,
Surabaya:
Pustaka
Progresif.
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXII Tahun Ke XXI Juni 2012 Vol. 1
Download