TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Eucalyptus spp A. Taksonomi Tanaman Eucalyptus spp. merupakan anggota suku Myrtaceae, marga Eucalyptus dengan jenis Eucalyptus spp. Jenis-jenis yang sudah dikenal umum antara lain Eucalyptus alba (ampupu), E. deglupta, E. grandis, E. plathyphyla, E. saligna, E. umbellate (Khaerudin,1993). Jenis lain seperti E. camadulensis, Eucalyptus pelita, E. tereticornis dan E. torreliana (Khaerudin,1993). B. Penyebaran dan Morfologi Eucalyptus Daerah penyebaran meliputi Australia, New Britian , Papua dan Tasmania. Namun ada juga beberapa spesies yang ditemukan di Irian Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Timor Leste. Marga Eucalyptus terdiri dari sekitar 500 jenis pohon dan perdu ( Khaerudin, 1993). Marga Eucalyptus terdiri atas 500 jenis yang kebanyakan endemik di Australia. Hanya ada 2 jenis yang tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Philipina) yaitu E. urophyla dan E. deglupta. Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju Malesia bagian timur. Keragaman tersebar di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian baratdaya. Pada saat ini beberapa jenis ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di kawasan Malesia, juga di benua Asia, Afrika bagian tropika dan subtropika, Eropa bagian selatan, Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Latifah, 2004). Universitas Sumatera Utara Tanaman Eucalyptus bertajuk tidak rapat, tinggi bervariasi menurut jenisnya. Jenis ampupu tinggi dapat mencapai 35 meter dengan diameter 120 cm, jenis hue tingginya dapat mencapai 25 m dengan diameter 80 cm, sedangkan jenis leda tingginya dapat mencapai 40 m dengan berdiameter 125 cm. Eucalyptus mempunyai musim berbunga yang berbeda satu dengan yang lainnya. E. deglupta berbunga bulan April-Juli, E. pathyphylla berbunga bulan Juli-November, E. alba berbunga bulan Oktober, E. saligna berbunga bulan September-Desember, E. grandis berbunga bulan Januari-Agustus, E. umbellate berbunga bulan AgustusOktober. Biji Eucalyptus tergolong sangat halus, kecil dan lembut. Jumlah per kilogram untuk setiap jenis berbeda-beda. Jenis hue tiap kg mengandung 850.000 biji, jenis leda 11 juta biji, jenis saligna 702.000 biji, dan jenis ampupu mengandung 2,5 juta biji (Khaerudin, 1993). Menurut Nurcahyaningsih (2004) Eucalyptus pelita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi besar dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Ukuran pohon bervariasi dari pohon kerdil dengan percabangan yang banyak sampai pohon besar dengan tinggi mencapai 10 m dengan diameter lebih dari 100 cm. C. Persyaratan Tempat Tumbuh Umumnya Eucalyptus spp tumbuh baik pada jenis tanah alluvial kecuali E. saligna yang memerlukan jenis tanah podsol, kelembaban tinggi dan tergenang air. Jenis E. deglupta tumbuh baik pada tanah alluvial subur, bertopografi datar dan rendah serta waktu hujan tanahnya tergenang kemudian mengering. Ketinggian tempat yang sesuai untuk Eucalyptus berbeda-beda. Jenis hue, leda Universitas Sumatera Utara dan saligna dapat tumbuh pada ketinggian antara 0-100 mdpl, sedangkan untuk jenis ampupu dan grandis ketinggian tempat yang sesuai masing-masing 600-2300 mdpl dan 0-800 mdpl. Untuk tumbuh baik Eucalyptus menghendaki iklim yang berbeda-beda menurut jenisnya. Jenis ampupu dan hue menghendaki daerah beriklim kering dan tipe iklim C,D, dan E menurut Schmidt dan Ferguson. E. grandis dan E. saligna menghendaki tipe iklim C dan D, sedangkan jenis leda menghendaki iklim tipe A ( Khaerudin, 1993). Penyakit Pada Tanaman Eucalyptus spp A. Definisi Penyakit Tanaman Hutan Ilmu penyakit hutan adalah ilmu yang mempelajari tentang (1) hal-hal yang menyebabkan pohon menjadi sakit (biotik dan kondisi lingkungan), (2) mekanisme faktor-faktor tersebut sehingga menyebabkan penyakit, (3) interaksi antara inang dan patogen atau penyabab lain (faktor fisik, lingkungan atau kimia), dan (4) metode pengelolaan pencegahan dan pengurangan kerugian akibat penyakit. Penyakit tumbuhan adalah suatu perubahan atau penyimpangan dalam satu atau lebih bagian dari rangkaian proses fisiologi penggunaan energi yang mengakibatkan hilangnya koordinasi dalam inang (host). Termasuk di dalamnya gangguan dan kemunduran aktivitas seluler, yang biasanya ditunjukkan oleh perubahan morfologi inang yang disebut gejala (symptom) (Widyastuti dkk, 2005). Konsep penyakit pada dasarnya akan lengkap apabila dapat memberikan penjelasan dan penekanan pada peran faktor lingkungan terhadap patogen, inang Universitas Sumatera Utara dan interaksi keduanya. Apabila dilakukan, maka penyakit sebenarnya merupakan hubungan segi empat antar faktor patogen, faktor inang, faktor lingkungan fisik/kimia dan lingkungan biologi, serta manusia sehingga disebut segi empat penyakit. Manusia Patogen Lingkungan Pohon Inang Gambar 1. Piramida Penyakit yang menghubungkan faktor-faktor patogen. Jadi penyakit hutan merupakan gabungan antara empat faktor yaitu manusia, patogen, lingkungan dan inang yang saling terkait dan berinteraksi sebagai berikut: (1) patogen berinteraksi dengan inang melalui proses-proses parasitisme dan patogenesis, dan sebaliknya inang berinteraksi dengan patogen dalam hal penyediaan makanan dan ketahanan selain itu patogen berinteraksi dengan lingkungan fisik dalam pengeluaran racun, pengurasan makanan, dan sebaliknya lingkungan fisik memberikan tidak hanya fasilitas kelembaban, suhu dan hara tetapi juga racun, (2) lingkungan fisik berinteraksi dengan tumbuhan dalam proses penyakit abiotik dan pra-disposisi dan sebaliknya inang berpengaruh terhadap lingkungan fisik berupa pemberian naungan, dan eksudat, serta pengurasan hara dan air, (3) inang memfasilitasi parasit skunder dan populasi lingkungn biologi, dan sebaliknya biologi dapat menjadi parasit skunder serta simbion, (4) patogen berinteraksi dengan lingkungan biologi melalui parasitisme Universitas Sumatera Utara (alternatif), dan sebaliknya lingkungan biologi dapat memparasit patogen, (5) lingkungan fisik memberikan fasilitas suhu, kelembaban, makanan dan juga racun kepada lingkungan biologi, dan sebaliknya lingkungan menguras hara serta mengeluarkan antibiotik ke dalam lingkungan fisik, (6) manusia melakukan kegiatan dalam pengelolaan tegakan hutan termasuk pembalakan (hutan alam), penentuan jarak tanam, pencampuran jenis, penjarangan, penentuan jenis tanaman sela, pemanfaatan mikroorganisme yang berguna untuk pembentukan mikoriza, Rhizobium, Trichoderma (Widyastuti dkk, 2005). B. Penyakit pada Tanaman Eucalyptus Beberapa penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus spp di seluruh dunia antara lain: kanker Coniothyrum, penyakit pink, busuk akar, rengas atau riyuh atau rayap (Coptotermes curvignatus), cendawan akar putih, cendawan Akar merah, damping off, hawar daun dan bercak daun. 1. Kanker Coniothyrum Penyakit yang sangat merusak jenis pohon Eucalyptus yang disebabkan oleh jamur Coniothyrium zuluense. Penyakit ini pertama kali dikenal di Afrika Selatan pada tahun 1989. Infeksi yang disebabkan oleh C. zuluense pada awalnya hanya mengakibatkan noda nekrotik pada batang dan akar. Kemudian lamakelamaan kanker tersebut meluas sehingga mengurangi kualitas kayu yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian pada pohon. Batang yang terinfeksi akan membatasi pengelupasan kulit sebelum pembuatan bubur kertas sehingga akan meningkatkan pekerjaan dan biaya. Jamur ini menginfeksi dengan cara membentuk pycnidia dan konidia pada batang tersebut (Old dkk, 2003). Universitas Sumatera Utara 2. Penyakit Pink Karakteristik umum penyakit ini adalah kematian pada cabang, kanker pada batang, produksi tunas epikormik, pruduksi pertumbuhan miselium pink pada jaringan pohon yang terinfeksi tersebar secara cepat sehingga akan menyebabkan kematian pada pohon. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Ethiopia yang disebabkan oleh jamur Erythricium salmonicolor jamur ini barasal dari famili Corticiceae yang banyak menyerang tanaman perkebunan seperti kopi, karet, cokelat, teh dan semua jenis akasia. Penyakit ini merupakan penyakit yang serius di India dan Brazil (Old dkk, 2003). Gambar 2. Kanker dan penyakit pink yang menyerang Eucalyptus spp. 3. Busuk akar Bagian tanaman yang diserang adalah banir dan akar. Pada kulit terdapat benang-benang berwarna putih yang apabila dibasahi berwarna kunig dan rontok, ranting mati. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi busuk akar, yaitu yang sakit ditebang, tunggak dan akar dibongkar (Irwanto, 2007). 4. Rengas, rinyuh atau rayap (Coptotermes curvignatus) Bagian yang diserang oleh rayap ini adalah batang dan akar. Rayap mulai menyerang dari akar samping atau akar tunggang. Tanda yang lain dapat dilihat yaitu pangkal batang dari pohon yang terserang berwarna coklat hitam. Untuk Universitas Sumatera Utara mengatasinya dapat dilakukan dengan menghancurkan sarangnya atau mencampur insektisida tertentu di sekitar tanaman misalnya dieldrin atau aldrin (Irwanto, 2007). 5. Cendawan akar putih (Corticium salmonicolor). Bagian yang diserang biasanya bagian bawah dari cabang dan ranting. Bagian tersebut akan lama kelamaan menjadi merah jingga. Kulit pohon dibawah benang menjadi belah dan busuk. Cara untuk mengatasinya dengan memperbanyak masuknya udara dan sinar matahari. Serangan yang masih baru diberi fungisida kemudian dikupas dan dibakar. Apabila serangan sudah lanjut, pohon ditebang dan dibakar (Irwanto, 2007). 6. Cendawan akar merah (Ganoderama pseudoferreum) Akibat serang cendawan ini pohon menjadi layu dan merana. Bila serangan sudah lanjut pohon akan mati. Cara mengatasinya dengan menebang pohon yang sakit, membongkar tunggak dan akarnya dibakar atau dengan menggunakan fungisida pada bekas tanaman pohon yang diserang (Irwanto, 2007). 7. Damping off (rebah kecambah) Penyakit ini menyerang tanaman sewaktu masih dipembibitan. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytium dan Fusarium spp. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan teknik pembibitan yang tepat (pengontrolan kualitas tanah, kadar air dan kondisi lingkungan sekitar persemaian) dan dapat dikendalikan dengan pemberian fungisida pada saat dibutuhkan (Irwanto, 2007). Universitas Sumatera Utara 8. Hawar daun Penyakit ini menyerang tanaman pada tingkat pancang yang disebabkan oleh jamur Cylindrocladium sp, Kirramyces sp. Hawar daun dan bercak daun adalah penyakit menular yang terjadi apabila curah huajn tinggi dan daerah lembab. Merupakan penyakit beresiko di Asia Tenggara dan bagian lain dunia. Telah ada penggunaan alat untuk memprediksi tingginya resiko terhadap areal dengan curah hujan tahunan > 1400 mm/tahun dan suhu minimum (terendah) dari bulan terdingin > 16°C. Penyebaran penyakit disebarkan dengan konidia dalam jumlah sangat besar diatas permukaan daun. Selama hujan lebat, spora-spora tersebut dipercik keudara dan terjangkit dekat pohon-pohon. Spesies Cylindocladium biasanya dapat bertahan dalam tanah karena adanya dinding tebal chlamidospora dan propagulnya yang melakukan penularan pertama di bawah tegakan Eucalyptus. Penularan biasanya muncul pada daun dari cabang bawah dan menyebar sampai mahkota. Penyakit paling nyata ditemukan dipersemaian batang-pohon, dimana serangan menjadi sangat luas (Old dkk., 2003). 9. Bercak Daun penyakit ini menyerang tanaman pada tingkat semai dan pancang. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Pestolatia sp, Curvularia sp, Mycospphaerella spp. Jamur ini telah ditemukan pada negara-negara beriklim sedang dimana Eucalyptus tumbuh secara luas tetapi pada daerah tropis hanya muncul sedikit (Old dkk., 2003). Universitas Sumatera Utara C. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh patogen tanah pada tegakan Eucalyptus. Beberapa penyakit pada tegakan Eucalyptus yang disebabkan oleh patogen yang berasal dari tanah adalah: penyakit layu, penyakit ini terdiri atas, Penyakit Dutch, penyakit Oak Wilt, Verticillium Wilt, Mimosa Wilt, kanker batang dan penyakit pink dan dan cendawan akar merah. 1. Penyakit layu Penyakit layu disebabkan oleh jamur yang dengan cepat mengganggu arus translokasi menghasilkan embun dan menyebabkan daun-daun menjadi layu, dan sering juga menyebabkan kematian pohon dalam waktu yang cepat. Penyakit ini tentu saja menghalangi transpirasi, seperti kanker mulut batang atau seperti kebusukan akar yang luas, dapat juga menyebabkan kelayuan. Hal ini disebabkan karena kemampuan jamur penyebab penyakit tersebut menyerang jaringan vaskuler dan membuat kelompok unik. invasi ini kemudian berlanjut ke jaringan xylem. Jika invasi jamur berjalan lambat, maka kelayuan tidak akan terjadi, dan kematian pada pucuk terjadi pada waktu yang lama. Jamur ini menyerang melalui tiga cara utama yaitu melalui pemberian makan pada serangga vektor setelah cabang atas pohon terluka, melalui berbagai luka di dinding akar, dan melalui gesekan akar antara pohon yang sakit dan sehat yang sama jenisnya. Penyakit Dutch dan Wilt oak adalah dua contoh penting penyakit layu di mana jamur dan vektor serangga sebagai agen penyebab, sedangkan Verticillium wilt dan Mimosa wilt adalah dua contoh jamur tanah penyebab penyakit layu dimana jamur masuk melalui luka pada akar. Secara Universitas Sumatera Utara umum, jamur yang menyebabkan penyakit layu adalah jenis jamur dari famili Ascomycetes dan Deuterumycetes (Stipes, 2000). a) Penyakit Dutch (penyakit ini terjadi di Eropa) Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ceratocytis ulmi. Gejala dari penyakit ini adalah menguning dan menyebabkan kelayuan pada daun-daun dari beberapa cabang bagian atas selama akhir musim semi sampai awal nusim panas sehingga daun-daun akan mengalami kekeringan dan perubahan warna daun menjadi cokelat dan akhirnya mati. Gejala ini kemudian berlanjut pada cabang yang lebih besar dan sering juga menyerang keseluruhan pohon pada akhir musim panas. Infeksi terjadi lebih cepat pada musim panas. Cabang yang terinfeksi akan berubah warna menjadi cokelat akibat pelunturan yang berasal dari xylem. Pelunturan yang sama juga dapat ditemukan pada ranting, cabang besar, batang, dan kadang-kadang di (dalam) akar. Di dalam cabang pohon dan batang pohon yang mati atau yang hampir mati sering ditemukan telur dan larva vektor serangga (Stipes, 2000). b) Penyakit Oak Wilt Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ceratocystis fagacearum. Penyakit ini dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok oak merah dan oak putih. Adapun ciri-ciri kelompok oak merah adalah terjadi karena sebagian daun yang terlambat untuk bersemi, yang pada awalnya daun-daun tersebut berwarna hijau kemudian menguning atau kecoklatan dari ujung hingga ke arah petiola. Daun-daun yang absis terjadi secara serentak dan gejala daun-daun yang berguguran biasanya dimulai dari bagian atas kemudian bergerak ke bagian bawah. Setelah semua daun berguguran, maka penurunan pertumbuhan yang sering tampak pada batang dan Universitas Sumatera Utara cabang utama. Kematian pada pohon sering terjadi pada akhir musim panas. Pelunturan pada xylem ranting dan cabang jarang dijumpai pada kelompok oak merah. Pada pohon yang mati akan tampak miselium jamur pada bagian xylem (Stipes, 2000). Kelompok oak putih: gejala yang terjadi tidak mencakup seluruh cabang tapi hanya terjadi pada sebagian cabang-cabang kecil saja. kemunduran progresif di atas terjadi pada beberapa musim dan menyebabkan kematian yang cepat, walaupun beberapa kelompok pohon oak putih bisa memulihkan (Stipes, 2000). c) Verticillium wilt Penyakit ini disebabkan oleh jamur Verticillium dahliae. Pohon yang terserang sering terlihat layu dan mati pucuk. Gejala akut dari penyakit layu ini adalah kerobohan terjadi secara cepat pada daun-daun yang berada di ranting. Gejala ini sering didahului oleh daun, yaitu menghanguskan tepi-tepi daun, dan produksi benih terganggu.. mati pucuk menunjukkan gejala kelayuan bukan saja pada ranting yang berdaun tapi juga terjadi jika ranting-ranting yang tidak berdaun pada musim semi. Kanker mulut juga dapat menyebar mulai dari batang utama di sekitar cabang atau secara terpisah pada batang itu. Pecah menyalak sering terjadi pada permukaan kanker mulut dan suatu lumpur cokelat-hitam dapat mengalir dari garis tepi kanker mulut. Penurunan pertumbuhan pada umumnya terjadi di bawah kanker mulut dan di bawah manapun bagian yang mati. sebagai tambahan, cabang di bawah daerah ini juga sering memperlihatkan daun-daunan yang tidak normal (Stipes, 2000). Universitas Sumatera Utara d) Mimosa Wilt Jamur yang menjadi penyebab dari penyakit ini adalah Fusarium oxysporum. Gejala dari penyakit ini daun-daun menjadi layu, terdapat lingkaran kuning, mati dan kemudian dengan cepat mengalami pergantian, satu cabang suatu waktu bisa mati bahkan bisa terjadi secara keseluruhan. Kematian selalu terjadi pada akhir musim pertumbuhan. Diskolorasi internal dari xylem terjadi seperti pada penyakit verticillium wilt dan lebih mudah dideteksi pada daerah perakaran dan area dinding penopang (Blanched and Terry, 1981). 2. Penyakit kanker batang dan penyakit pink Penyakit ini telah ditemukan di Sumatera Utara. Kematian pohon-pohon disebabkan oleh busuk akar telah sering terjadi dan patogen yang menyebabkan penyakit ini adalah Phytium sp, Phythoptora sp dan Batryodiplodia sp (Nair, 2000). Pada tujuh tahun yang lalu penanaman Eucalyptus urophylla diuji K.S.S.N di Sebulu, Kalimantan Timur, beberapa pohon di lahan tersebut ditemukan mati yang disebabkan karena terserang penyakit akar. Kanker batang juga diamati pada beberapa pohon. Kanker batang pada Eucalyptus disebabkan oleh Nectria sp (Nazif dan Suharti dalam Nair, 2000). 3. Cendawan akar merah Penyakit ini disebabkan oleh jamur Genoderma pseudoferreum. Akibat dari serangan jamur ini adalah menjadi layu dan bila serangan serangan sudah lanjut pohon akan mati. Cara mengataisinya adalah dengan menebang pohon yang sakit, membongkar tunggak dan akarnya dibakar dengan menggunakan fungisida pada bekas tanaman yang ditebang (Nair, 2000). Universitas Sumatera Utara