BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sindrom Rubinstein Taybi merupakan kasus jarang. Prevalensinya satu diantara 100.000-125.000 kelahiran1–5. Referensi lain menyebutkan prevalensi dalam populasi umum dapat mencapai satu diantara 300.000 kelahiran6. Sindrom Rubinstein Taybi merupakan kumpulan gejala yang mempunyai karakteristik sebagai berikut. Jempol dan ibu jari kaki yang lebar, abnormalitas fasial, mikrosefal, dan retardasi mental. Disamping itu, terdapat variasi manifestasi klinis lain yang beragam2,4–6. Sekitar sepertiga pasien dengan sindrom Rubinstein Taybi mempunyai malformasi jantung kongenital. 65% kasus merupakan defek tunggal, misalnya PDA (patent ductus arteriosus), defek septum, koartasio atau stenosis pulmonal. Sedangkan 35% kasus memiliki defek dua kelainan atau lebih, bahkan dapat merupakan malformasi kompleks. Keluhan kardiovaskular yang muncul pada sindrom Rubinstein Taybi tidak berbeda dengan anak normal yang menderita kelainan jantung7. Hipertensi pulmonal dapat terjadi karena kelainan jantung bawaan8–12,24–26. Hipertensi pulmonal didefinisikan sebagai tekanan darah yang tinggi pada arteri yang menuju paru-paru. Pada individu sehat tekanan darah arteri yang menuju seluruh tubuh berkisar 120/80 mmHg dan tekanan darah arteri pulmonalis sekitar 25/10 mmHg. Jika tekanan arteri pulmonalis melebihi kisaran 40/20 mmHg atau rerata tekanan melebihi 25 mmHg, terjadilah hipertensi pulmonal8. Hipertensi pulmonal dahulu memiliki prognosis yang sangat buruk, tetapi saat ini prognosis berkembang menjadi lebih baik secara drastis dengan adanya perbaikan mutu diagnosis dan manajemen umum seiring dengan terapi spesifik untuk hipertensi pulmonal9,12,15. Meskipun anak dengan sindrom Rubinstein Taybi memiliki angka harapan hidup normal5,7, adanya kelainan jantung kongenital dengan hipertensi pulmonal menjadi faktor prognosis utama terjadinya mortalitas pada anak. Selain itu, banyak variasi manifestasi klinis yang dapat mempengaruhi mortalitas dan morbiditas pada sindrom Rubinstein Taybi. Untuk itulah pasien membutuhkan pelayanan kesehatan khusus penyakit kronik dan dipikirkan kelanjutan terapi dan pemantauan selanjutnya di luar rumah sakit. Tentunya prognosis anak dengan sindrom Rubinstein Taybi lebih baik jika dilakukan intervensi yang tepat dan terpadu. 1 B. DESKRIPSI KASUS SINGKAT Tabel 1. Nama Identitas pasien : ADNV Nama ayah : Bp. S Tanggal lahir : 20 Oktober 2008 Umur : 49 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SD Alamat : Cempluk RT/RW 4/15 Pacarejo Pekerjaan : Petani Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta Masuk RS : 29 November 2013 Nama ibu : Ny. W No CM : 01.66.16.29 Umur : 35 tahun Tanggal diperiksa : Desember 2013 Pendidikan : SD Usia saat ini Pekerjaan : 5 tahun 2 bulan : Petani Seorang anak perempuan usia 5 tahun, didiagnosis menderita sindrom Rubinstein Taybi sejak bulan Desember 2013 secara klinis. Anak dirawat pertama kali di RSUP Dr. Sardjito pada 29 November 2013 selama 20 hari dengan keluhan utama keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Riwayat anak lahir langsung menangis secara spontan. Anak lahir prematur (umur kehamilan 8 bulan) dengan berat badan lahir rendah (2100 gram). Riwayat asuhan antenatal ibu kurang baik, ibu pernah mengalami perdarahan (flek) selama awal kehamilan tetapi berhenti sendiri setelah beberapa hari. Sejak berusia 5 bulan pasien sering mengalami batuk berulang tanpa demam. Berat badan sukar naik. Ada riwayat menetek sering terputus-putus dan tampak mudah lelah. Orang tua menyadari bahwa wajah anak berbeda dari orang tua. Selain itu, orang tua menyadari bahwa perkembangan anak lebih terlambat dibanding teman sebaya. Dari riwayat penyakit keluarga tidak didapatkan anggota keluarga yang memiliki penamapakan wajah sama, atau sindrom tertentu. kakak pasien dikatakan orangtua normal. Silsilah dari keluarga pasien dapat diliat dibawah ini. 2 Gambar 1. Silsilah keluarga pasien Riwayat pemberian makanan kurang baik, ASI tidak eksklusif. Dari umur 3 tahun hingga sekarang, anak hanya makan bubur kacang hijau sekali sehari, nasi dua kali sehari sebanyak 5 sendok dan minum susu formula tidak rutin. Riwayat perkembangan anak tampak ada keterlambatan. Perkembangan motorik kasar adalah sebagai berikut. Anak dapat duduk mulai usia 3 tahun, berdiri saat usia 3,5 tahun, dan berjalan saat usia 4,5 tahun. Motorik halus: anak dapat menggenggam usia 6 bulan, memindahkan benda usia 2 bulan, mencoret-coret ketika usia 3 tahun, dan menggambar belum bisa sampai sekarang. Bahasa: mengoceh ketika usia 1 tahun, mengucap 1 kata saat usia 3 tahun, dan bisa 3-4 kata saat ini. Personal sosial: senyum spontan mulai usia 1 bulan, minum dari cangkir usia 4 tahun, dan menggunakan sendok saat usia 4,5 tahun. Riwayat imunisasi lengkap sesuai program pengembangan imunisasi (PPI) dilaksanakan di puskesmas dekat rumah.Anak telah dilakukan imunisasi sebagai berikut. BCG 1 kali saat umur 0 bulan. DPT 3 kali saat umur 2,3, dan 4 bulan. Polio dan Hepatitis B sebanyak empat kali saat umur 0,2,3, dan 4 bulan. Imunisasi terakhir adalah Campak saat umur 9 bulan. Pemeriksaan fisik abnormal yang ditemukan adalah sebagai berikut. Anak tampak sangat kurus dan wajah tampak dismorfik dengan penampakan wajah segitiga, rambut lebat, hidung berbentuk beaked nose (dengan hipoplasia alae nasi dengan collumela pendek, dan hipoplasia maksila). Saat awal masuk rumah sakit, pengukuran antropometri menunjukkan anak mengalami gizi buruk sesuai kurva WHO dan mikrosefal sesuai kurva Nellhaus (berat badan 8 Kg, tinggi badan 89 cm, lingkar kepala 45 cm, lingkar lengan atas 12 cm). Terdapat kelainan pada pemeriksaan jantung. Pada pemeriksaan fisik jantung terdapat kesan 3 kardiomegali, suara jantung S1 tunggal S2 mengeras split tidak konstan, terdapat bising ejeksi sistolik derajat 3/6 di spasium interkosta 3-4 linea parasternalis sinistra. Pemeriksaan ekstremitas ditemukan jari kaki tampak tumpang tindih. Pemeriksaan kepala, pada rongga mulut, ditemukan karies dentis multipel. Gambar 2. Karakteristik wajah Gambar 3. Karakteristik jari kaki Hasil pemeriksaan penunjang adalah sebagai berikut. Darah rutin dan urine rutin dalam batas normal. Pemeriksaan rontgen dada didapatkan kardiomegali, sedangkan paruparu dalam batas normal Hasil Echocardiografi didapatkan kelainan malformasi jantung, yaitu: ventricel septal defect (VSD) (perimembranous outlet) PMO besar ukuran 7-8 mm, bidirectional shunt. Tampak tricuspid insufficiency (TI) berat, dengan pressure gradient (PG) sebesar 111 mmHg. Tampak ada pulmonary iinsufficiency (PI) ringan. Kontraktilitas left ventricel (LV) baik dengan ejection fraction (EF) sebesar 61%. Arkus Aorta ada di kiri, tak tampak coarctasio aorta (CoA). Terdapat patent ductus arteriosus (PDA) sedang, serta terdapat hipertensi pulmonal. Anak telah menjalani kateterisasi jantung pada bulan Desember 4 2013 dengan hasil sebagai berikut. Ditemukan PDA besar, VSD PMO besar (left to right shunt), dan hipertensi pulmonal low flow high resistance reaktif dengan oksigen tes. Kemudian anak telah dilakukan pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras dengan hasil mikrosefal dengan cavum septum pellucidum. Pemeriksaan tes denver II menyimpulkan ada kecurigaan gangguan perkembangan. Pemeriksaan oleh psikolog didapatkan hasil: skor tes IQ sebesar 43. Tes kematangan sosial anak setara dengan usia 2 tahun 2 bulan. Disimpulkan pasien mempunyai disabilitas intelektual sedang. Diagnosis akhir pada pasien ini adalah sindrom Rubinstein Taybi, PDA besar, VSD PMO besar (left to right shunt) , hipertensi pulmonal, gizi buruk tipe marasmik, mikrosefal, disabilitas intelektual sedang, dan karies dentis multipel. Selama perawatan di melati 2, pasien telah manajemen dengan 10 langkah gizi buruk. Anak mentoleransi baik pemberian susu formula F-75 dan F-100, berat badan naik dari 8 Kg saat datang, menjadi 10 Kg ketika pulang. Bagian rehabilitasi medik juga melakukan fisioterapi selama perawatan di bangsal. Sedangkan divisi kardiologi anak memberikan terapi captopril 2x2,5mg dan Stilesco (sildenafil) 2x2,5mg. C. TUJUAN Kasus longitudinal ini disusun untuk memperdalam pemahaman tentang Sindrom Rubinstein Taybi. Beberapa hal yang dapat dipelajari antara lain mengenai karakteristik khas pada sindrom Rubinstein Taybi, kelainan-kelainan yang menyertai dan permasalahanpermasalahn yang mungkin terjadi, serta prognosis penyakit Sindrom Rubinstein Taybi terutama dengan kelainan jantung dan hipertensi pulmonal. D. MANFAAT Manfaat untuk pasien adalah dengan pemantauan dan intervensi yang baik diharapkan pasien Sindrom Rubinstein Taybi dengan penyakit jantung kongenital multipel dan hipertensi pulmonal dapat memberikan prognosis yang lebih baik, kualitas hidupnya meningkat, dan permasalahan lain yang mungkin timbul dapat dideteksi sedini mungkin, dicegah dan diintervensi sebelum berkembang kearah yang lebih berat, atau bahkan tidak muncul. Dengan kewaspadaan dini terhadap kemungkinan permasalahan yang muncul dan dilakukannya penanganan yang menyeluruh dan berkesinambungan, anak dapat tumbuh kembang secara optimal dan mencapai kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Manfaat untuk keluarga dan lingkungan adalah keluarga mendapatkan pemahaman tentang Sindrom Rubinstein Taybi dengan kondisi lain yang menyertai dan permasalahan5 permasalahan yang mungkin terjadi padanya, kewaspadaan dini terhadap permasalahan yang mungkin timbul, tatalaksana dan prognosis anak sehingga dapat berperan aktif dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dalam semua aspek.. Manfaat untuk peserta PPDS antara lain menambah pengetahuan tentang Sindrom Rubinstein Taybi yang merupakan kasus jarang. Diharapkan dengan mempelajari kasus ini, peserta PPDS mampu mengelola pasien dengan permasalahan kompleks, mengetahui prognosis dan komplikasi suatu penyakit yang dapat diaplikasikan pada penyakit atau sindrom lain. Kasus longitudinal ini diharapkan juga dapat meningkatkan ketrampilan ilmu pediatri sosial sebagai perannya sebagai dokter di masyarakat. Manfaat bagi rumah sakit antara lain dengan melakukan pemantauan dan tatalaksana yang baik, akan bisa meningkatkan mutu pelayanan RS, dan mengurangi beban anggaran kesehatan rumah sakit khususnya dan negara pada umumnya. 6