PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani mengalami peningkatan dari tahun-ke tahun. Indonesia memiliki ternak unggas lokal yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Sesuai Data Statistik Indonesia (2010-2011) bahwa peningkatan jumlah penduduk mencapai lebih kurang 3.500.000 jiwa setiap tahunnya. Data statistik (BPS, 2010) menunjukkan bahwa populasi ayam lokal secara keseluruhan pada tahun 2008-2010 berturut-turut adalah 243,423 juta ekor, 249,964 juta ekor, dan 268,957 juta ekor. Berdasarkan data tersebut jumlah populasi ayam lokal tidak sebanding dengan peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap bahan pangan sumber protein, oleh karena itu produktivitas ternak, khususnya unggas perlu ditingkatkan dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan protein dan konsumsi protein. Ayam arab adalah salah satu jenis ayam lokal yang sangat berpotensial untuk dikembangkan sebagai sumber protein hewani di Indonesia, ternak ini memiliki kelebihan sebagai ayam petelur unggul dan bisa sebagai ayam pedaging. Ayam ini memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi dan mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi. Unggas lokal yang banyak dipelihara masyarakat pedesaan maupun perkotaan yaitu ayam kampung, ternak ini mempunyai kelebihan dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan tropis, sebagai penghasil telur dan pedaging dan mudah dalam pemeliharaan. Mempunyai keistimewaan harga daging dan telurnya lebih tinggi dibandingkan harga daging dan telur ayam ras dan disukai oleh konsumen. Ketersediaan keperluan ransum unggas khususnya ayam arab dan ayam kampung, akhir-akhir ini mengalami masa yang sulit akibat mahalnya bahan baku, sehingga berdampak pada harga ransum. Telah banyak usaha dilakukan untuk mencari bahan pakan baru yang mempunyai nutrien cukup tinggi, mudah dicerna, tidak mengganggu kesehatan ternak, dan mudah didapat serta tersedia secara kontinyu. Sumber bahan pakan alternatif yang memiliki nilai nutrien tinggi dan mudah didapatkan adalah daun katuk. 1 Daun katuk bermanfaat untuk ternak terutama pada ayam lokal karena kaya akan mineral besi, provitamin dalam bentuk β-carotene, vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral lainnya. Daun katuk kaya akan β-carotene sehingga dapat meningkatkan warna kuning telur dan juga sebagai antioksidan karena daun katuk kaya akan klorofil. .Daun katuk juga mengandung senyawa metabolik sekunder yaitu monomrthyl succinate dan cis-2-methyl cyclopentanol asetat (ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), 2-pyrolodinon dan methyl pyroglutamate (alkaloid), saponin, flavonoid dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut sangat penting dalam metabolisme lemak, karbohidrat dan protein dalam tubuh. Pemberian tepung daun katuk dapat meningkatkan performa dan mengoptimalkan pertambahan bobot badan, menurunkan konsumsi pakan dan memperbaiki konversi pakan. Pemberian daun katuk juga dapat meningkatkan efisiensi pakan, meningkatkan efisiensi pertumbuhan, menurunkan akumulasi lemak, dan meningkatkan rasa daging. Penelitian ini menggunakan ransum berserat kasar tinggi dengan menambahkan tepung daun katuk pada ransum dan memakai dedak padi sebagai sumber energi untuk mengurangi biaya produksi melalui penurunan biaya ransum dengan tidak mengutamakan jagung karena mahal. Diharapkan pemberian serat kasar tinggi dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang optimal, sehingga diperoleh konversi ransum yang rendah. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun katuk sebagai bahan pakan sumber serat terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, konversi pakan dan kandungan kolesterol daging. 2