BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

advertisement
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak komunikasi yang dilakukan
oleh Federal Open Market Committee (FOMC) terhadap return dan volatilitas
return indeks harga saham di Amerika Serikat, Meksiko, Tiongkok, Jepang,
Singapura, dan Indonesia pada periode 1 Januari 2008 hingga 31 Desember 2014.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah return indeks harga saham di
enam negara sampel dan return indeks harga saham di pasar saham di Hong Kong
dan India. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan variabel-variabel dalam
negeri masing-masing negara sampel yaitu: pertumbuhan PDB, inflasi, suku
bunga acuan, dan neraca transaksi berjalan. Analisis utama dalam penelitian ini
menggunakan metode GARCH (1,1). Dari regresi return pasar saham dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
Tiga dari empat variabel dummy komunikasi FOMC terbukti berpengaruh
signifikan terhadap return saham. Outlook ekonomi yang negatif hanya terbukti
berpengaruh positif terhadap return saham di Amerika Serikat, sedangkan outlook
ekonomi yang positif tidak terbukti berpengaruh terhadap return saham di enam
negara sampel. Dua variabel dummy lainnya yaitu kebijakan moneter longgar dan
kebijakan moneter ketat, terbukti berpengaruh positif terhadap return saham.
kebijakan moneter longgar berpengaruh positif terhadap return saham di Amerika
Serikat dan Indonesia, sedangkan kebijakan moneter ketat berpengaruh positif
terhadap return saham di Jepang.
78
Sedangkan dari hasil regresi volatilitas return saham dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Variabel outlook ekonomi yang positif, kebijakan moneter longgar, dan
kebijakan moneter ketat terbukti berpengaruh terhadap volatilitas return saham.
Namun tidak ditemukan bukti bahwa variabel outlook ekonomi yang negatif
berpengaruh terhadap volatilitas return saham. Variabel outlook ekonomi yang
positif terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap volatilitas return saham
di Tiongkok, Jepang, Singapura, dan Indonesia. Variabel kebijakan moneter
longgar juga terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap volatilitas return
saham Amerika Serikat, Tiongkok, dan Indonesia. Pengaruh variabel kebijakan
moneter ketat terhadap volatilitas return saham bersifat ambigu, karena kebijakan
moneter ketat berpengaruh positif signifikan terhadap volatilitas return saham di
Jepang, namun berpengaruh negatif signifikan terhadap volatilitas return saham di
Tiongkok.
Selain
menggunakan
variabel
komunikasi
FOMC
sebagai
variabel
independen, penelitian ini juga memasukkan variabel makroekonomi masingmasing negara sampel sebagai variabel independen untuk mengontrol dampak
dari variabel-variabel tersebut terhadap return dan volatilitas return saham di
masing-masing negara. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan variabel
return dari empat negara dengan pasar saham yang nilai kapitalisasi pasarnya
terbesar di Asia. Berdasarkan hasil regresi variabel-variabel makroekonomi dan
return saham dari empat negara dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Asia
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
79
1. Hanya dua dari empat variabel makroekonomi dalam negeri masingmasing negara sampel yang berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Variabel pertumbuhan PDB terbukti berpengaruh signifikan
terhadap return saham di Amerika Serikat dan Tiongkok, meskipun
pengaruhnya masih bersifat ambigu. Sedangan variabel makroekonomi
lain yang berpengaruh signifikan adalah inflasi. Variabel inflasi terbukti
berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham di Amerika Serikat.
2. Variabel return saham di Hong Kong terbukti berpengaruh positif
signifikan terhadap return saham di Amerika Serikat dan Meksiko. Akan
tetapi, variabel independen return yang lain tidak terbukti berpengaruh
terhadap return saham di negara-negara sampel.
3. Pertumbuhan PDB terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap
volatilitas return saham di Amerika Serikat, Meksiko, Singapura, dan
Indonesia, namun berpengaruh positif signifikan terhadap volatilitas return
saham di Tiongkok. Sedangkan inflasi terbukti berpengaruh negatif
signifikan terhadap volatilitas return saham di Amerika Serikat, Meksiko,
Singapura dan Indonesia. Suku bunga acuan hanya terbukti berpengaruh
negatif signifikan terhadap volatilitas return saham di Tiongkok, dan
neraca transaksi berjalan terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap
volatilitas return saham di Tiongkok dan Indonesia.
4. Return saham Hong Kong, Jepang, dan Tiongkok terbukti berpengaruh
negatif signifikan terhadap volatilitas return saham. Return saham Hong
Kong terbukti berpengaruh negatif terhadap volatilitas return saham di
Amerika Serikat dan Tiongkok. Di sisi lain, return saham Jepang terbukti
80
berpengaruh negatif signifikan terhadap volatilitas return saham di
Amerika Serikat dan Indonesia, sedangkan return saham Tiongkok
berpengaruh negatif signifikan terhadap volatilitas return saham di Jepang
dan Indonesia.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka terdapat beberapa saran terutama
untuk penelitian selanjutnya yaitu:
1. Penelitian selanjutnya perlu memasukkan variabel makroekonomi
Amerika Serikat secara eksplisit ke dalam model. Hal ini dilakukan untuk
mengontrol dampak dari variabel makroekonomi Amerika Serikat
terhadap return dan volatilitas return dari indeks harga saham di negaranegara sampel.
2. Penelitian selanjutnya perlu menganalisis jalur komunikasi FOMC selain
pernyataan
pasca
pertemuan
resmi,
sehingga
analisis
mengenai
komunikasi FOMC menjadi lebih kuat.
3. Penelitian selanjutnya perlu menggunakan data intra harian untuk dapat
melihat respon pasar terhadap komunikasi FOMC dengan lebih cepat. Hal
ini dilakukan karena respon pasar saham terhadap suatu berita bisa terjadi
hanya dalam waktu yang sangat singkat, sehingga ambiguitas hasil analisis
dapat dikurangi atau dihilangkan.
Selain itu, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk pemerintah
maupun pihak-pihak terkait, terutama di Indonesia yaitu:
81
1. Hasil penelitian menemukan bukti bahwa kondisi perekonomian Amerika
Serikat yang baik dan kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat
yang bersifat ketat akan menurunkan volatilitas di pasar saham Indonesia.
Hal ini berarti bahwa pemerintah dan Bank Indonesia perlu mengantisipasi
berita-berita terkait dengan kondisi perekonomian dan kebijakan moneter
di Amerika Serikat.
2. Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa pertumbuhan PDB akan
menurunkan volatilitas di pasar saham Indonesia. Oleh sebab itu, maka
pemerintah perlu memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam
kondisi sehat, karena perlambatan pertumbuhan PDB kurang favorable
bagi penurunan volatilitas di pasar saham.
3. Kenaikan return saham di pasar saham Jepang dan Tiongkok
menyebabkan penurunan volatilitas di pasar saham Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pasar saham di Indonesia
dengan pasar saham di Jepang dan Tiongkok, sehingga pemerintah dan
pihak terkait perlu mengikuti perkembangan pasar saham di negara lain
agar bisa mengantisipasi dampak dari gejolak di pasar saham negara lain.
82
Download