Balai Penyidikan Dibutuhkan

advertisement
Balai Penyidikan Dibutuhkan
Kamis, 18 Maret 2010 | 02:51 WIB
Jakarta, Kompas - Pemerintah tahun ini berencana membangun balai penyidikan penyakit ikan dan lingkungan. Hal
itu untuk menekan laju penyakit ikan, yang beberapa tahun terakhir ini marak.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Syamsuddin H Amin di
Jakarta, Rabu (17/3), menjelaskan, penyakit melekat pada komoditas hasil budidaya, seperti udang, ikan mas, dan
nila.
Hingga kini, Kementerian Kelautan dan Perikanan belum memiliki balai penyidikan penyakit ikan, sementara
Kementerian Pertanian telah memiliki delapan balai penyidik hewan ternak.
Balai penyidik penyakit ikan dan lingkungan akan dibangun di lahan seluas 6 hektar di Anyer, Banten, dengan
anggaran Rp 20 miliar. Balai ini akan melakukan riset lingkungan, penanganan residu, dan sumber penyakit ikan.
Beberapa penyakit ikan yang belum terpecahkan, antara lain, adalah penyakit koi herphes virus (KHV) pada ikan
mas, streptococcus pada nila, dan vibrio pada kerapu. Adapun white spot pada udang vaname telah menurunkan
produksi udang nasional tahun 2009 hingga 15 persen.
”Pasar ekspor menghendaki produk yang memenuhi standar mutu, keamanan pangan, dan kejelasan asal-usul.
Persyaratan itu harus dipenuhi agar produk diterima pasar,” ungkap Syamsuddin.
Kepala Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya I Made Suitha mengemukakan, upaya perlindungan
keamanan pangan harus diimbangi dengan cara budidaya ikan yang baik di tingkat petambak. Selain itu, rekayasa
media budidaya ikan untuk menekan laju penyakit. (LKT)
Download