BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan energi dunia terus meningkat setiap tahun, seiring dengan perkembangan teknologi yang dicapai umat manusia. Kebutuhan energi terbesar di dunia berasal dari negara-negara dengan perkembangan ekonomi dan populasi yang pesat. Perkembangan ekonomi akan meningkatkan kualitas dan standar hidup masyarakat yang mendorong peningkatan penggunaan teknologi untuk memenuhi kebutuhan. United State Energy Information Administration (USEIA) melaporkan proyeksi kebutuhan energi dunia pada tahun 2040 akan mengalami peningkatan hingga 48% (Doman dkk., 2016). Peningkatan drastis tersebut mendorong perkembangan penelitian tentang energi non-migas di dunia, salah satunya adalah biogas. Biogas adalah gas yang berasal dari dekomposisi anaerob materi organik. Biogas menjadi salah satu kunci utama berkembangnya pasar energi terbarukan ramah lingkungan. Diperkirakan pada tahun 2020, sebagian besar kebutuhan energi terbarukan akan dipenuhi dari bioenergi, dan 25% berasal dari biogas. Komponen utama biogas adalah gas CH4 35-65%, CO2 15-40%, N2 15%, NH3 5% dan beberapa gas lain seperti O2, H2, H2S, serta H2O (Sun dkk., 2015). Keberadaan gas CO2 pada biogas yang mencapai 40% tersebut menjadi hal yang tidak diinginkan, sebab mengurangi efisiensi energi biogas dan harus dipisahkan. Gas CO2 bersifat inert dan menyebabkan kapasitas energi biogas berkurang. (Gil dkk., 2015). Beberapa teknologi telah dikembangkan untuk memisahkan CO2 dari biogas, seperti adsorpsi, absorpsi, pemisahan dengan membran, dan pemisahan kriogenik (Shao dkk., 2012). Teknologi pemisahan gas dengan membran menawarkan potensi yang lebih baik untuk memisahkan CO2. Keunggulan teknologi membran dapat lebih mudah berkembang karena biaya pengembangan yang lebih murah, kemudahan untuk dikembangkan, kebutuhan energi yang lebih sedikit, dan ramah lingkungan (Yaqun dkk., 2013). 1 2 Salah satu teknologi pemisahan dengan membran yang saat ini berkembang adalah pemisahan gas dengan menggunakan membran matriks tercampur atau Mixed Matrix Membranes (MMMs) (Powell dan Qiao, 2006). MMMs didasarkan pada sistem padat-padat yang terdiri dari material anorganik yang didispersikan dalam matriks polimer. Jenis membran tersebut memiliki selektivitas dan permeabilitas yang baik karena adanya penambahan material anorganik sebagai material pendukung pemisahan gas (Noble dkk., 2011). Bastani dkk. (2013) menjelaskan bahwa material anorganik yang paling sering digunakan sebagai material komponen sintesis MMMs adalah zeolit. Zeolit berperan sebagai material pemisah gas yang memiliki difusifitas dan selektivitas berdasarkan bentuk dan ukuran pori. Polimer yang sering digunakan sebagai matriks dalam sintesis MMMs adalah Matrimid® dan Pebax®. Polimer tersebut dipilih karena adanya gugus amin yang dapat digunakan sebagai gugus aktif dalam pemisahan gas melalui difusi terfasilitasi gugus pembawa. Permasalahan yang dihadapi dalam proses sintesis MMMs adalah sifat membran yang rapuh dan mudah cacat karena kontak yang buruk antara material anorganik dengan polimer yang digunakan. Permasalahan lain yang menghambat sintesis MMMs adalah sifat polimer yang memiliki gugus amin sebagai gugus aktif mudah teroksidasi ketika digunakan dalam proses pemisahan gas. Kontak yang buruk antara material anorganik dan matriks polimer diatasi dengan penambahan penaut silang dalam sintesis MMMs. Sifat polimer yang mudah teroksidasi diatasi dengan mengganti polimer yang digunakan, yaitu menggunakan polimer yang memiliki gugus aktif selain gugus amin, misalnya polimer yang memiliki gugus karboksil dan hidroksil (Bastani dkk., 2013). Isiklan dkk. (2010) menuliskan salah satu polimer yang memiliki banyak gugus karboksil dan mudah untuk dibuat film adalah polimer alginat. Kelebihan lain dari polimer alginat adalah mudah didapat, sifat toksisitas yang rendah, biodegradable, dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan. Namun, sintesis membran berbahan dasar alginat harus disertai dengan penambahan penaut silang karena membran alginat murni seringkali bersifat rapuh dan mudah cacat. Ugra (2016) telah melakukan sintesis MMMs berbahan dasar zeolit/alginat sebagai membran pemisah gas CO2 dan CH4, membran yang dihasilkan memiliki sifat rapuh, mudah rusak, dan memiliki permeabilitas rendah. Contoh senyawa-senyawa yang digunakan sebagai penaut silang adalah gliserol, etilen glikol, etilen gliserol, p-xylenediamin, maupun senyawa-senyawa yang stabil dan mudah menyisip di antara rantai polimer. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan etilen glikol sebagai penaut silang dapat memperbaiki sifat fisika-kimia membran dan meningkatkan sifat permselektivitas dengan drastis (Zhang dkk., 2013). 3 Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dipelajari sintesis MMMs zeolit/Naalginat dengan penambahan penaut silang berupa etilen glikol sebagai membran pemisah gas CO2 dan CH4 yang bertujuan untuk meningkatkan sifat fisik membran dan permeabilitas gas pada membran. I.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengkaji sintesis MMMs zeolit/Na-alginat tertaut silang etilen glikol sebagai membran pada pemisahan gas CO2 dan CH4. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mempelajari sintesis MMMs zeolit/Na-alginat tertaut silang etilen glikol sebagai membran pemisah gas CO2/CH4 dan mempelajari pengaruh penambahan penaut silang terhadap nilai kuat tarik dan persen perpanjangan MMMs. 2. Mempelajari permeabilitas dan selektivitas MMMs terhadap gas CO2/CH4. I.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada pengembangan ilmu kimia, terutama dibidang pemisahan gas CO2 dengan teknologi yang murah dan ramah lingkungan, serta dapat memperkaya referensi dalam sintesis MMMs pemisah gas CO2/CH4 berbahan dasar Na-alginat dan zeolit.