TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut klasifikasi tumbuhan kacang hijau diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Vigna Spesies : V. radiate (Rukmana, 1997). Kacang hijau merupakan tanaman setahun separuh tegak dengan tinggi 0,5-1 m, dengan cabang banyak tertupi bulu pendek kecoklatan. Dengan cabang menyamping pada batang utama yang berwarna hijau dan ungu (Adrianto dan Indarto, 2004). Batang tanaman kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama menghasilkan sepasang daun yang berhadap-hadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal (Rukmana, 1997). Universitas Sumatera Utara 18 Daun beranak daun tiga yang mirip dengan daun kacang tunggak letaknya berseling-seling. Tangkai daunnya lebih panjang dari daunnya dengan warna hijau muda dan hijau tua (Rubaztky dan Yamaguchi, 1998). Bunga membuah sendiri, menghasilkan polong sepanjang 5-10 cm dan diameter 0,5 cm yang matang dalam waktu 20 hari setelah berbunga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Bunga kacang hijau berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Bunganya termasuk kedalam hermaprodit atau berbunga sempurna. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari sudah layu (Purwono dan Hartono, 2005). Buah kacang hijau berbentuk polong yang umumnya mengandung sedikitnya 10 biji kecil lonjong hingga bundar, berwarna hijau tua kekuningan atau kuning. Tanaman tertentu menghasilkan biji coklat atau kuning (Rubaztky dan Yamaguchi, 1998). Polongnya menyebar dan menggantung berbentuk silinder panjangnya mencapai 15cm, sering kali lurus, berbulu atau tanpa bulu berwarna hitam atau coklat soga. Polong menjadi tua pada 60-120 hari setelah tanam. Perontokan bunga banyak terjadi dan mencapai 90% (Somaatmadja, 1993). Syarat Tumbuh Iklim Berdasarkan indikator didaerah sentrum produsen tersebut keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 25ºC- 27ºC dengan Universitas Sumatera Utara 19 kelembaban udara 50%- 80%, curah hujan antara 50 mm- 200 mm per bulan dan cukup mendapat sinar matahari. Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada saat musin kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah. Didaerah yang bercurah hujan tinggi, penanaman kacang hijau mengalami banyak hambatan misalnya, mudah rebah dan mudah terserang hama dan penyakit. Produksi kacang hijau musin hujan biasanya lebih rendah daripada produksi pada musin kemarau (Rukmana, 1997) Tanaman semusim, suhu memainkan peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan dan perkembangan bunga (Barden dan Parish, 1987). Tanah Hal yang paling penting untuk pemilihan lahan kacang hijau adalah tanah yang subur, banyak mengadung bahan organik (humus), aerase dan drainasenya baik serta mempunyai pH 5,8-6,8 untuk pH yang ber-pH < 5,8 perlu dilakukan pengapuran (liming). Fungsi pengapuran adalah untuk meningkatkan mineralisasi nitrogen dalam sisa-sisa tanaman, membebaskan nitrogen sebagai ion ammonium dan nitrat agar tersedia bagi tanaman, membantu memperbaiki kegemburan tanaman serta meningkatkan pH tanah mendekati netral (Rukmana, 1997). Kacang hijau adalah tanaamn hari pendek. Awal pembungaannya akan dihambat jika fotoperiode meningkat. Kacang hijau adalah tanaman musin hangat dan tumbuh di bawah suhu rata-rata yang berkisar antara 20ºC- 40ºC dan suhu optimumnya 28ºC- 30ºC. Karena kacang hijau dapat ditanam pada musim panas dan musim gugur serta pada ketinggian 2000 m dpl di daerah tropik. Tanaman ini rentan Universitas Sumatera Utara 20 terhadap genangan dan tahan terhadap kekeringan dengan cara mempersingkat periode antara pembungaan dan pematangannya. Kebutuhan airnya 200- 300 mm untuk masa pertumbuhannya (Somaatmadja, 1993). Unsur hara makro tersedia dalam jumlah optimal pada kisaran pH 6,5- 7,5 atau mendekati netral. Seperti unsur hara P tersedia dalam jumlah banyak pada kisaran pH 6,5- 8 dan 9- 10 (Sutedjo, 2002). Mutasi Buatan Mutasi adalah perubahan susunan atau kontruksi dari gen maupun kromosom suatu individu tanaman, sehingga memperlihatkan penyimpangan (perubahan) dari individu asalnya dan bersifat baka (turun temurun). Mutasi pada tanaman dapat menyebabkan perubahan- perubahan pada bagian- bagian tanaman baik bentuk maupun warnanya juga perubahan pada sifat- sifat lainnya. Tanaman hasil mutasi dinamakan mutan, sedangkan generasinya biasa dinyatakan dengan M1, M2 dan seterusnya (Herawati dan Ridwan, 2000). Pemuliaan mutasi adalah mutasi buatan untuk mendapatkan varietas tanaman yang unggul. Istilah “pemuliaan mutasi” kadang- kadang digunakan untuk menunjukkan pemakaian mutagen oleh pemuliaan tanaman dalam usanya untuk menciptakan keragamaan dari mutasi buatan. Ini berlawanan dengan mutasi konvensional dimana pemulia tanaman bergantung pada keragaman alami dan keuntungannya diperoleh dari rekombinasi gen, kadang- kadang dibantu dengan hibridisasi (Crowder, 1997). Universitas Sumatera Utara 21 Teknik mutasi buatan merupakan usaha merubah susunan atau jumlah materi genetik/DNA dengan menggunakan radiasi sinar radioaktif (sinar x, alpha, beta dan gamma) atau dengan senyawa (kolkhisin). Teknik mutasi dengan sinar gamma biasanya ditujukan untuk menghasilkan biji-biji tanaman padi dan palawija, agar berumur pendek (cepat dipanen), hasilnya banyak dan tahan terhadap serangan hama wereng. Selain itu, terdapat teknik mutasi buatan lainnya yakni teknik perendaman biji-biji tanaman perkebunan dan pertanian dalam senyawa kolkhisin, senyawa ini menyebabkan tanaman mempunyai buah yang besar dan tidak berbiji, misalnya buah semangka, papaya, jeruk dan anggur tanpa biji (http:// www.e-dukasi.net, 2006). Pada tanaman budidaya yang berproduksi secara seksual, perlakuan terhadap biji merupakan cara yang paling umum digunakan untuk induksi mutasi. Sistem lain yang biasa ialah perlakuan terhadap semai yang masih muda. Mutasi yang terjadi pada sel yang bertanggung jawab terhadap satu bagian tanaman akan menghasilkan kimera mutan, karena dua bagian yang berdekatan pada jaringan tersebut mempunyai genotipe berbeda. Mutasi harus terjadi pada jaringan meristem yang ditimbulkan pada sel-sel reproduksi jika ingin diwariskan kepada keturunannya secara seksual. Penggabungan kimera terjadi bila jaringan tanaman merupakan kombinasi sel dari tanaman yang ada dan tanaman keturunan (Welsh, 1991). Kecepatan mutasi bervariasi sesuai dengan dosis mutagen. Makin tinggi dosis mutagen, makin sering terjadi mutasi dan makin sering terjadi pemunculan kromosom-kromosom dan kematian gen yang tidak diharapkan. Dosis yang dianggap efektif ialah yang hanya menyebabkan kematian 50% dari populasi yang mendapat Universitas Sumatera Utara 22 perlakuan. Dosis ini disebut dosis letal 50% atau LD50 (50% lethal dose) (Welsh, 1991). Kromosom dapat mengalami perubahan susunan atau jumlah bahan genetiknya, yang mengakibatkan adanya perubahan fenotip, perubahan gen-gen yang berangkai, dan perubahan nisbah yang diharapkan dalam keturunan. Peristiwa ini dinamakan aberasi kromosom (Suryo, 1995). Mutagen Kolkhisin Kolkhisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid yang berasal dari umbi dan biji Autumn crocus (Colchicum autumnale Linn) yang termasuk dalam famili Liliaceae. Nama Colchicum diambil dari nama Colchis, ialah seorang raja yang menguasai daerah di tepi Laut Hitam, karena di daerah itulah ditemukan banyak sekali tanaman tersebut. Tanaman yang berbunga dalam musim gugur ini hanya memperlihatkan bunga-bunganya saja diatas permukaan tanah. Dalam musim semi tanaman ini memiliki daun, buah dan biji (Suryo, 1995). Kolkhisin diperdagangkan dalam bentuk serbuk halus berwarna putih. Senyawa ini memiliki sifat mudah larut dalam air dan digunakan dalam konsentrasi rendah. Untuk menginduksi poliploidi pada tanaman kolkhisin efektif digunakan pada konsentrasi 0,01-1,00% dengan lama waktu perendaman 6 - 72 jam (Anggraito 2004). Jika konsentrasi larutan kolkhisin dan lamanya waktu perlakuan kurang mencapai keadaan yang tepat, maka poliploidi belum dapat diperoleh. Sebaliknya jika konsentrasinya terlalu tinggi atau waktunya perlakuan terlalu lama, maka kolkhisin Universitas Sumatera Utara 23 akan memperlihatkan pengaruh negatif yaitu penampilan tanaman menjadi jelek, selsel banyak yang rusak atau bahkan menyebabkan matinya tanaman (Suryo, 1995). Dalam menggunakan kolkhisin, hal yang sering menjadi hambatan adalah sering kali tidak diketahui saat sel-sel tanaman secara simultan mengalami mitosis pada waktu yang sama karena sedang aktif membelah. Bila saat mitosis pada setiap jenis tanaman diketahui, maka perlakuan dengan kolkhisin akan lebih efektif. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab mengapa pada beberapa percobaan lama perendaman tidak memberikan perbedaan nyata terhadap berat buah yang diamati. Sedangkan konsentrasi kolkhisin lebih memberikan perbedaan yang nyata terhadap berbagai parameter pengamatan (Nasir, 2002). Penelitian Sofia (2007) yang menggunakan larutan kolkisin pada kacang kedelai bahwa aplikasi kolkhisin mempengaruhi jumlah polong berisi dimana yang terendah pada konsentrasi paling tinggi C3 (1500 ppm) pada kacang kedelai menghasilkan 60.4 polong, dibandingkan kontrol yaitu 101.2 polong. Pada penelitiannya juga pada tanaman mentimun konsentrasi kolkhisin K3 pada timun dapat memperlambat umur berbunga yaitu pada 34.33 hari dan sedangkan pada kontrol 33 hari. Pemuliaan Poliploidi Poliploidi adalah keadaan sel yang memiliki lebih dari dua genom dasar (3x, 4x, 5x dan seterusnya), ditemukan banyak pada kingdom tanaman. Poliploid dapat berisikan dua atau lebih pasang genom dengan segmen kromosom yang homolog, keseluruhan kromosom homolog atau keseluruhan kromosom tidak homolog. Universitas Sumatera Utara 24 Perbedaan satu dengan yang lain pada sejumlah gen atau segmen kromosom yang menyebabkan sterilitas sebagian atau seluruhnya. Salah satu ciri poliploid yaitu kecepatan pertumbuhan lebih lambat disbanding diploid menyebabkan pembungaan juga terhambat (Hetharie, 2003). Poliploidisasi dapat diperoleh melalui pemberian kolkhisin. Kolkhisin berpengaruh menghentikan aktivitas benang-benang pengikat kromosom (spindel) sehingga kromosom yang telah membelah tidak memisahkan diri dalam anaphase baik pada pembelahan sel tumbuhan maupun hewan. Dengan terhentinya proses pemisahan dalam metaphase mengakibatkan jumlah kromosom dalam suatu sel menjadi berganda. Perlakuan kolkhisin dalam waktu yang makin lama bisa menghasilkan pertambahan genom sebagai suatu deret ukur seperti 4n, 8n, 16n dan seterusnya (Ajijah dan Bermawie, 2003). Gelendong pembelahan (spindle) sebagai apparatus mitosis, tersusun dari mikrotubula dalam bentuk duble. Duble mikrotubula tersusun dari dua buah mikrotubula single, sedangkan mikrotubula single tersusun dari protofilamen. Protofilamen merupakan polimer dari dimer proteintubulin a dan b. Kerja kolkhisin pada dasarnya adalah menghambat pembentukan mikrotubula. Kolkhisin akan berikatan dengan dimer tubulin a dan b, sehingga tidak terbentuk protofilamen. Dengan tidak terbentuknya protofilamen maka tidak terbentuk mikrotubula single dan mikrotubula double yang berakibat tidak terbentuknya gelendong pembelahan. Dengan yang terhambatnya sudah dalam pembentukan keadaan spindel mengganda pembelahan, tidak dibagi maka kearah kromosom berlawanan (Albert et al., 1991). Universitas Sumatera Utara 25 Penelitian Permadi et al., (1991) tentang cara pembelahan umbi, lama perendaman, dan konsentrasi kolkhisin pada poliploidisasi bawang merah ‘Sumenep’, menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara konsentrasi kolkhisin dengan waktu perendaman yang menentukan efektivitas induksi poliploidi. Hasil yang diperoleh adalah bentuk tanaman bawang merah yang lebih pendek, jumlah daun sedikit, jumlah stomata sedikit, daun lebih tebal dengan pembesaran stomata baik lebar maupun panjang. Hasil pemeriksaan sel juga telah terjadi penggandaan sel pada tanaman yang diberi kolkhisin, sehingga memiliki ukuran sel yang lebih besar daripada tanaman kontrol. Cara yang paling efektif untuk menginduksi poliploidi adalah pembelahan umbi melintang dengan waktu perendaman 3 jam dalam larutan kolkhisin 400 ppm. Secara umum pengaruh poliploid bagi tanaman adalah sebagai berikut : 1. Inti dan sel lebih besar (stomata dan tepung sari) 2. Daun dan bunga bertambah besar. Pertambahan ukuran ini ada batasnya, sehingga bila terjadi penambahan terus pada jumlah kromosom tidak menyebabkan penamahan secara berlanjut. 3. Dapat terjadi perubahan senyawa kimia, termasuk peningkatan atau perubahan pada macam atau proporsi karbohidrat, protein, vitamin, atau alkaloid. 4. Laju pertumbuhan menjadi lebih lambat disbanding dengan tanaman diploid dan berbunganya juga terlambat. (Poespododarsono, 1998). Universitas Sumatera Utara