ISSN 2302-0199 pp. 1- 22 Jurnal Ilmu Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA AKTIVIS PADA LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DI KOTA BANDA ACEH Salwa Hayati Has an1, Nasir Aziz2, Muhammad Adam3 Magister Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala Staff Pengajar Jurusan Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala 1) 2,3) Abstract: One factor that may affect the performance improvement on NGO activists in the city of Banda Aceh is the work environment, work environment consists of the physical and non physical environment inherent to the activists in performing their duties and functions that can not be separated from the business development ofemployee performance. Working environment fresh, comfortable, and meet theneeds of decent standard will contribute to the comfort of employees in performingtheir duties. The purpose of this study was to determine the effect of the physical work environment has a positive and significant influence on the performance of the NGO activists in the city of Banda Aceh, to determine the effect of nonphysicalwork environment has a positive and significant influence on the performance of theNGO activists in the city of Banda Aceh and to determine the dominant factor affecting the performance of the NGO activist in Banda Aceh. The research site is in the city of Banda Aceh. Object of research is onenvironmental influences on the performance of the work of activists innongovernmental organizations (NGOs) in the city of Banda Aceh, with the number of respondents as many 94 people. The results showed that simultaneous physical work environment variables andnon-physical work environment, significantly influence the performance ofemployees on non-governmental organizations in the city of Banda Aceh, while the partial indicates that the physical work environment variables and non-physicalwork environment also affects the performance improvement employees in non-governmental organizations in the city of Banda Aceh. Key words: physical work environment, work environment and physical non-performance Abstrak: Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kinerja aktivis pada LSM di Kota Banda Aceh adalah lingkungan kerja, lingkungan kerja ini sendiri terdiri atas lingkungan fisik dan lingkungan non fisik yang melekat dengan aktivis dalam menjalankan tugas dan fungsinya sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha pengembangan kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang segar, nyaman, dan memenuhi standart kebutuhan layak akan memberikan kontribusi terhadap kenyamanan karyawan dalam melakukan tugasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja fisik mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aktivis pada lembaga swadaya masyarakat di Kota Banda Aceh, untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja non fisik mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aktivis pada lembaga swadaya masyarakat di Kota Banda Aceh dan untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kinerja aktivis pada LSM di Banda Aceh. Adapun lokasi penelitian adalah di Kota Banda Aceh. Objek penelitian adalah mengenai pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja aktivis pada lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Kota Banda Aceh, dengan jumlah responden sebanyak 94 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik, berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan pada Lembaga Swadaya Masyarakat di Kota Banda Aceh, sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik juga berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan pada Lembaga Swadaya Masyarakat di Kota Banda Aceh. Kata Kunci: Lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja non fisik dan Kinerja. 2012 Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 1 2012 ISSN 2302-0199 pp. 2- 22 Jurnal Ilmu Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala LSM merupakan terjemahan bebas dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda Non Government Organization (NGO), yang juga. Sedangkan LSM yang mempunyai isu menunjukkan organisasi ini didirikan atas tentang perempuan dan kesetaraan gender kepentingan masyarakat. Dasar pembentukan yang masih aktif mencapai 20 LSM. organisasi bisa dikarenakan kesamaan ide dan LSM perempuan ini mengkonsentrasikan cita–cita yang dituangkan dalam visi dan misi dan menfokuskan diri dalam kegiatan– organisasi. kegiatan pendidikan dan budaya (Education LSM di Kota Banda Aceh dimulai and Culture), pemberdayaan (Empowerment) pertama kali yaitu pada tanggal 22 Agustus dengan membuka peluang usaha melalui pola 1974 membuka kantornya pertama di Aceh kemitraan terpadu; permodalan, yang bergerak dalam bidang keluarga pendampingan dan pemasaran di bidang berencana yaitu Perkumpulan Keluarga pertanian, peternakan, perikanan dan industri Berencana Indonesia (PKBI). LSM di Kota rumah tangga, pengembangan sumber daya Banda Aceh mengalami perkembangan yang manusia (Capacity Building) dengan berbagai cukup pesat terutama setelah terjadinya pelatihan dan kegiatan (seminar, workshop, musibah gempa dan tsunami yang melanda lokakarya, semiloka, studi banding dan wilayah Aceh pada akhir tahun 2004 yang lalu. penelitian/survey), hukum dan HAM (Law Perkembangan LSM dipicu oleh adanya and Human Right) dan meningkatkan lembaga donor, baik dari dalam negeri keterlibatan kaum perempuan dalam maupun luar negeri yang ikut berpartisipasi pembangunan serta mendukung kelestarian dalam penyaluran bantuan kepada para korban lingkungan hidup (Environment). gempa dan tsunami Aceh, dimana lembaga Dalam rangka meningkatkan kinerja donor ini memerlukan mitra kerja dalam aktivis pada LSM, maka faktor sumber daya penyaluran bantuan dan pertanggungjawaban manusia merupakan faktor yang penting di keuangan yang salah satunya melalui LSM di dalam setiap organisasi, karena bagaimana pun Kota Banda Aceh. modernnya peralatan yang dimiliki organisasi LSM didasarkan atas prinsip kepemilikan apabila tidak ditunjang oleh karyawan yang lokal dengan selalu mengedepankan nilai–nilai terampil dan memiliki dedikasi yang tinggi, kerjasama untuk memberdayakan masyarakat amak apa yang dicapai organisasi belum tentu sesuai syari’at Islam dan adat istiadat dalam sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. mewujudkan cita–cita masyarakat Aceh yang Sebagai alat produksi yang hidup, faktor madani. Hingga akhir tahun 2010 jumlah tenaga manusia ini mempunyai sifat khusus LSM yang terdaftar pada lembaga forum LSM yang berbeda dengan faktor-faktor produksi Aceh berj umlah 33 LSM yang bergerak dalam lain yaitu sikap mental dimana sifat khusus ini berbagai bidang sosial kemanusian, dengan sangat jumlah aktivitas mencapai 264 orang, dengan meningkatkan kinerja semaksimal mungkin. mempengaruhi usaha dalam Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 -2 Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala Untuk memiliki sumber daya manusia yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil berkinerja tinggi, maka salah satu upaya untuk kerjanya. Persepsi yang baik atau positif mencapainya adalah dengan memperhatikan terhadap lingkungan lingkungan kerja yang baik agar karyawan memberikan pengaruh yang baik terhadap tersebut dapat berprestasi dan dapat hasil kerjanya, demikian juga sebaliknya. diandalkan. Lingkungan kerja menurut pengamatan organisasi akan Salah satu faktor yang dapat penulis yang terjadi pada objek penelitian mempengaruhi peningkatan kinerja aktivis belum menunjang kinerja yang dihasilkan oleh pada LSM di Kota Banda Aceh adalah aktivis, hal ini terkait dengan kecemasan lingkungan kerja, lingkungan kerja ini sendiri tentang ketidakpastian di masa depan. Di terdiri atas lingkungan fisik dan lingkungan samping itu juga ada keluhan dan tuntutan non fisik yang melekat dengan aktivis dalam kepada pimpinan yang disampaikan melalui menjalankan tugas dan fungsinya sehingga rapat lembaga. tidak dapat dipisahkan dari usaha Menurut Parlinda (2003 : 138) kondisi pengembangan kinerja karyawan. Lingkungan kerja adalah keadaan dimana tempat kerja kerja yang segar, nyaman, dan memenuhi yang baik meliputi fisik atau non fisikyang standart kebutuhan layak akan memberikan dapat memberikan kesan menyenangkan, kontribusi terhadap kenyamanan karyawan aman, tentram dan lain sebagainya. Apabila dalam melakukan tugasnya. Lingkungan kerja kondisi kerja baik maka hal tersebut dapat non fisik yang meliputi keramahan sikap para memacu timbulnya rasa puas dalam diri karyawan, sikap saling menghargai diwaktu karyawan yang pada akhirnya dapat berbeda pendapat, dan lain sebagainya adalah memberikan pengaruh positif terhadap kinerja syarat wajib untuk terus membina kualitas karyawan. Begitu juga sebaliknya, apabila pemikiran karyawan yang akhirnya bisa kondisi kerja buruk maka karyawan tidak akan membina kinerja mereka secara terus-menerus mempunyai kepuasan dalam bekerja. Lingkungan kerja yang dirasakan oleh Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan aktivis LSM Banda Aceh, merupakan suasana baik atau sesuai apabila manusia dapat psikologis yang sangat berpengaruh terhadap melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, perilaku aktivis, hal ini terbentuk sebagai hasil aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan dari aktivitas organisasi dan interaksi di antara kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka aktivis. Perilaku adalah merupakan fungsi dari waktu yang lebih lama lagi lingkungan- karakteristik manusia dan persepsinya lingkungan kerja yang kurang baik dapat terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih maka persepsi aktivis terhadap lingkungan banyak dan tidak mendukung diperolehnya organisasi yang terbentuk dalam lingkungan rancangan sistem kerja yang efisien tempatnya bekerja mempengaruhi perilakunya dalam melaksanakan pekerjaan dan 2012) Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 3 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala (Sedarmayanti, 2001 : 2). Berdasarkan uraian di atas, penulis Berdasarkan pendapat di atas dapat tertarik untuk melakukan penelitian dalam dijelaskan bahwa faktor lingkungan kerja bentuk karya akhir tentang pengaruh memegang peranan penting dalam mencapai lingkungan kerja terhadap kinerja aktivis pada kinerja di samping faktor sikap perjuangan, LSM di Kota Banda Aceh. pengabdian, disipin, dan kemampuan METODE PENELITIAN profesional yang dimiliki oleh aktivis dalam Lokasi dan Objek Peneitian melaksanakan tugas, sehingga berdaya guna Adapun lokasi penelitian adalah di Kota dan berhasil guna. Karyawan yang profesional Banda Aceh. Objek penelitian adalah dapat diartikan sebagai sebuah cara untuk mengenai pengaruh lingkungan kerja terhadap selalu berfikir, bekerja keras, bekerja sepenuh kinerja aktivis pada lembaga swadaya waktu, disiplin, jujur, berloyalitas tinggi, dan masyarakat (LSM) di Kota Banda Aceh. penuh dedikasi demi untuk keberhasilan pekerjaannya (Hamid, 2003 : 40 ). Populasi dan Sampel Kinerja merupakan suatu fungsi dari Adapun yang menjadi populasi dalam motivasi dan kemampuan. Untuk penelitian ini adalah seluruh aktivis pada LSM menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang yang mempunyai isu-isu tentang perempuan sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan dan kesetaraan gender yang ada di Kota Banda tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan Aceh. Sampai akhir tahun 2011 jumlah LSM ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif yang bergerak di bidang perempuan dan .untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman kesetaraan gender yang masih aktif mencapai yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan 20 LSM. Pengambilan sampel untuk LSM bagaimana mengerjakannya (Rivai, 2005 : menggunakan teknik purposive sampling 309). karena hanya menentukan LSM yang Tingkat keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat dari kinerja organisasi dalam mengelolah sumber daya yang dimiliki. Organisasi dengan kinerja yang baik, mempunyai efektivitas dalam menangani sumber daya manusinya, menentukan sasaran yang harus dicapai baik secara individu maupun organisasinya. Hal ini menjadi suatu fenomena yang sangat penting bagi LSM dalam meningkatkan kinerja terutama kepedulian LSM terhadap lingkungan dan mempunyai isu tentang perempuan dan kesetaraan gender sedangkan penarikan sampel untuk responden dilakukan dengan menggunakan metode sensus. Operasional Variabel • Lingkungan Fisik (X1) Suatu keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung, kepedulian sosial lainnya. 4 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 4 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala 2012 Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 5 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala • Lingkungan Non Fisik (X 2), Semua Dalam kamus Bahasa Indonesia keadaan terjadi yang berkaitan dengan (2005 : 503), kinerj a diartikan sebagai hubungan kerja, baik hubungan sesuatu yang harus dicapai, prestasi yang dengan atasan maupun dengan diperlihatkan dan kemauan kerja. Dalam hubungan sesama rekan kerja, pengertian luas, kata kinerja selalu ataupun dengan bawahan. dikaitkan dengan kata-kata seperti job Kinerja Karyawan (Y), kemampuan performance atau work performance yang pegawai dalam mengelola sumber daya yang berada di bawah kendalinya pada suatu saat berarti hasil kerja atau prestasi. Menur ut Dessler ( 2006 : 322) tertentu. mengemukakan bahwa pada dasarnya KAJIAN PUSTAKA kinerja lebih merupakan fungsi dari Pengertian Kinerja pelatihan, komunikasi, alat, dan Kinerja dalam bahasa inggris disebut sebagai “performance” yang berarti perbuatan, pelaksanaan pekerjaan, prestasi pengawasan serta motivasi pribadi. Tujuan dan standar kinerja harus sesuai dengan tujuan strategis organisasi/instansi kerja, pelaksanaan pekerjaan yang berdaya Robbins (2006 : 212), mendefinisikan guna. Saat ini, orang -orang mulai prestasi kerja karyawan sebagai hasil kerja memikirkan cara yang benar dalam bekerj a seseorang karyawan selama periode untuk m enghasilkan sesu atu yang tertentu dibandingkan dengan berbagai bermanfaat sesuai dengan harapan kemungkinan, misalnya standar, organisasi, semua itu dilakukan untuk target/sasaran atau kriteria yang telah mendapatkan kinerja yang maksimal. ditentukan terlebih dahulu dan telah Menurut buku Lembaga Administrasi Negara (1993 : 3), kinerja merupakan suatu gam baran m engenai tingkat pencapaian dan pelaksanaan suatu kegiatan ataupun kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. disepakati bersama. Oleh karena itu prestasi kerja umumnya menyangkut dengan pekerjaan atau macam pekerjaan manusia yang mengerjakan pekerjaan tersebut dan kemampuan/ketrampilan serta lingkungan daripada pekerjaan tersebut. analisis Pengertian tersebut di atas, sangat akuntabilitas kinerja yang menggambarkan jelas menyatakan bahwa kinerja atau keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan prestasi kerja adalah hasil kerja baik secara dengan program dan kebijakan dalam kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi oleh seseorang karyawan dalam periode dan misi sebagaimana yang ditetapkan tertentu sesuai dengan tanggung jawab dalam rencana strategik. yang diberikan. Selanjutnya dilakukan pula 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala Faktor kritis yang berkaitan dengan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan jangka panjang organisasi kehidupan manusia, kerja merupakan adalah kemampuan untuk mengukur bagian yang paling dasar dari kehidupan seberapa baik karyawannya bekerja serta manusia. Kerja akan memberikan status menggunakan informasi tersebut guna pada pribadi manusia itu sendiri. memastikan pelaksanaannya memenuhi Seseorang bekerja karena ada sesuatu standar-standar sekarang dan terus yang hendak dicapai dan aktivitasnya yang meningkat sepanjang waktu. Teknik yang dilakukan akan membawa kepada suatu paling tua yang digunakan manajemen keadaan yang lebih memuaskan dari pada adalah melalui penilaian kerja keadaan sebelumnya. Dengan demikian (performance apprasial). Penilaian kerja dapat dikatakan bahwa pada diri manusia dapat pula menjadi sumber kerisauan dan terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada frustasi bagi manajer dan karyawan. Hal saatnya akan membentuk tujuan-tujuan ini disebabkan ketidakpastian di sekitar yang hendak dicapai dan dipenuhinya. sistem penilaian kinerja. Pada intinya Yang menjadi persoalan sekarang adalah penilaian kinerja dapat dianggap sebagai bagaimana perusahaan dapat membuat alat untuk menverifikasi bahwa individu- pegawainya me njadi pekerja yang individu memenuhi standar kinerja yang ber pr es ta si da la m bi d an g n ya d an telah ditetapkan serta membantu individu mengelola kinerja mereka. Jadi untuk menilai kinerja karyawan dibutuhkan penilaian kerja. Dalam bersemangat menjalankan tugasnya, bekerja keras, dan siap menghadapi tantangan sehingga tujuan perusahaan tercapai. penilaian kinerja dinilai kontribusi Setiap perusahaan atau organisasi karyawan kepada organisasi selama pemerintahan perlu melakukan penilaian periode tertentu. Melalui penilaian kinerja, prestasi kerja para karyawannya. Penilaian kar yawan m endapatkan inf orm asi prestasi kerja karyawan merupakan salah mengenai seberapa baik ia bekerja jika satu alternatif dasar dalam pemindahan dibandingkan dengan standar organisasi. (mutasi) atau promosi karyawan, sehingga Dengan kata lain karyawan mendapatkan akan dicapai kinerja karyawan yang tinggi, umpan balik atas kinerja mereka sebagai sesuai dengan target dan harapan dari pedoman perilaku di masa depan. Sehingga perusahaan. diperlukan penilaian kinerj a yang Gibson, Ivannenich, Donnelly (2003: dilakukan secara benar dan tepat agar 167) mengemukakan bahwa : "Evaluasi hasilnya dapat djadikan informasi terhadap prestasi adalah evaluasi sistematik dan fokus strategik organisasi. formal atas prestasi kerja karyawan dan Kerja dan bekerja adalah merupakan 6 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 7 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala 2012 Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala potensi pengembangannya di masa depan". Kemudian Matindas (2004:112) Selanjutnya Robbins (2006: 327) " P e ni la ia n kar ya a da la h ke g iat a n mengemukakan bahwa : m e m b er i k a n u m p a n b a l i k k e p a d a Kinerja karyawan (Employee karyawan mengenai unjuk kerjanya selama Performance) adalah tingkat terhadap mana karyawan mencapai kurun waktu tertentu. persyaratan-persyaratan pekerjaan. boleh dirahasiakan kepada orang yang Penilaian kinerja (Performance Appraisal) dinilai. Penilaian karya harus dijadikan adalah proses yang mengukur kinerja kritik yang dilengkapi saran dan petunjuk kar yawa n. P enilaia n kiner ja pada untuk perbaikan. Pada kenyataannya umumnya mencakup aspek kualitatif penilaian karya bukan hanya berguna maupun pelaksanaan untuk menetapkan besarnya imbalan yang pekerjaan. Penilaian kinerja berkenaan harus diterima seorang kar yawan, dengan seberapa baik seseorang melainkan dapat juga berfungsi untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan atau membantu proses pengembangan dirinya. yang diberikan. Penilaian yang diberikan secara terbuka kuantitatif dari Program penilaian karyawan yang Hal ini berarti penilaian kinerja tidak dan didisk usika n, m em un gki nka n dianut oleh perusahaan, dapat karyawan mengetahui hal-hal yang menimbulkan kepercayaan moral yang merupakan kekurangannya dan baik dari karyawan terhadap perusahaan. mengetahui dengan pasti hal-hal yang Adanya kepercayaan dikalangan karyawan diharapkan darinya. bahwa mereka akan menerima imbalan Penilaian prestasi kerja (performance sesuai dengan prestasi yang dicapainya, appraisal) merupakan salah satu tugas yang ak a n m er u pa k a n r an gs an g a n b ag i paling penting bagi setiap manager yang karyawan untuk memperbaiki prestasinya. diakui pula bahwa banyak kesulitan Selanjutnya bila karyawan diberitahu dialami kelemahan-kelemahannya, maka dengan memadai. Tidaklah selalu mudah untuk bantuan pimpinan mereka berusaha untuk menilai prestasi seorang karyawan secara memperbaiki diri masingmasing. akurat dan lagi pula serba sulit untuk Penilaian karyawan menimbulkan loyalitas perusahaan bila mengembangkan dan dapat terhadap pemimpin memajukan dalam menyampaikan menanganinya hasil penelitian secara kepada yang bersangkutan tanpa menimbulkan rasa dihadapi kecewa baginya. manajer Masalah adalah yang bagaimana karyawannya melalui pemberian sarana menilai kemampuan-kemampuan tenaga pendidikan khusus bagi karyawan yang kerja pada saat ini sehubungan dengan memerlukannya. persyaratan-persyaratan sekarang maupun 2012) Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 9 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala pada waktu-waktu mendatang. da n ti n g ka t k em am p ua n ter t e nt u. Selanjutnya, Hoy dan Miskel (2005 : Kesediaan dan ketrampilan seseorang 2 1 6 ) , b e r p e n d a p a t b a h w a k i n er j a tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan merupakan fungsi daripada kemampuan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas dan motivasi, dengan formulasinya : tentang apa yang dikerjakan dan performance = f (ability x motivation). bagaimana mengerjakannya. Kinerja Untuk mendapatkan gambaran tentang merujuk kinerja seseorang, maka perlu pengkajian melaksanakan tugas serta kemampuan khusus tentang kemampuan dan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan motivasi/kemauan. dan dapat dinyatakan baik atau sukses jika kepada keberhasilan dalam tujuan yang diinginkan dapat dicapai Usman (2009 : 488), menyebutkan kinerja merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam rangka mencapai prestasi kerja yang lebih baik dalam satuan waktu yang telah ditentukan dengan kriteria ter t e nt u p ul a. S at u an wa kt u y a n g ditentukan bisa satu tahun, dua tahun, bahkan lima tahun atau lebih. Kriteria ditentukan oleh persyaratan yang telah dengan baik, efektif dan efesien. Dari berbagai definisi di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja merupakan usaha atau prestasi yang harus dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan tingkat kemampuan dan motivasi serta standar kriteria yang ditetapkan untuk mewujudkan tujuan organisasi kearah yang lebih baik dan berdaya guna. ditetapkan oleh pihak berwenang yang mengadakan penilaian atau pengukuran kinerja. Manfaat Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja digunakan Mangkunegara (2005 : 312), juga menyebutkan bahwa kinerja adalah prestasi atau kemampuan yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi suatu organisasi (instansi). yang diberikan kepadanya dan sesuai Pengukuran dimaksud merupakan dengan standar kerja yang ditetapkan hasil dari suatu penilaian yang sistematik untuk mencapai suatu tujuan di dalam dan didasarkan pada kelompok indikator organisasi. kinerja yang berupa indikator-indikator Menurut Rivai dan Basri ( 2005 : 15), kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan 8 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Menurut buku panduan Lembaga Administrasi Negara R.I (1993 : 4), Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala 2012 Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 11 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala pengertian pengukuran kinerja adalah suatu proses sistematis dan memulai upaya pengukuran dan tidak ber ke si na m b u n ga n u nt u k m e n il ai kinerja akan langsung sempurna, dan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan nantinya akan dilakukan perbaikan- kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, perbaikan atas pengukuran kinerja sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan yang telah disusun. dalam mewujudkan visi dan misi dan perlu mengharapkan pengukuran 2. Perlakukan pengukuran kinerja strategi instansi pemerintah. Proses ini sebagai suatu proses yang dimaksudkan untuk menilai pencapaian berkelanjutan yang bersifat kontinyu setiap indikator kinerja guna memberikan (berulang-ulang). Proses ini gambaran tentang keberhasilan dan merupakan suatu cerminan dari upaya kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. organisasi untuk selalu berupaya Selanjutnya dalam memperbaiki kinerjanya. dilakukan pula analisis akuntabilitas kinerja yang menggambarkan 3. Sesuaikan proses pengukuran kinerja keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan tersebut dengan organisasi, dan dengan program dan kebijakan dalam organisasi harus menetapkan ukuran rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi kinerja yang sesuai dengan besarnya dan misi sebagaimana yang ditetapkan organisasi, kultur, visi, misi, tujuan, dalam rencana strategik sasaran, dan struktur organisasi. Selanjutnya, Lembaga Administrasi Selanjutnya, Peraturan Menteri Negara R.I ( 2000 : 5), penger ti an Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 09 pengukuran kinerja merupakan suatu Tahun 2007 tentang Pedoman Umum metode untuk menilai kemajuan yang telah Penetapan Indikator Kinerja Utama di dicapai dibandingkan dengan tujuan yang Li n g ku n g a n I ns ta ns i P em er i nt a h, telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak menyebutkan bahwa pengukuran kinerja dimaksudkan untuk berperan sebagai merupakan kegiatan manajemen mekanisme untuk memberikan khususnya membandingkan tingkat kinerja penghargaan/hukuman(reward/punishment yang dicapai dengan standar, rencana atau ), akan tetapi pengukuran kinerja berperan target dengan menggunakan indikator s e b a g a i a l a t k o m u n i k a s i d a n al a t kinerja yang telah ditetapkan. manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi. Agar kinerja menyebutkan bahwa pengukuran kinerja terlaksana dengan baik, maka setiap merupakan alat yang berfaedah tidak organisasi harus : hanya mengevaluasi kerja para 1. Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya karyawan/staf, tetapi juga mengembangkan dengan segera, pengukuran Menur ut Usm an (2009 : 489), artinya segera 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala dan memotivasi kalangan karyawan. 3. Pengukuran harus melayani tujuan Pengukuran kinerja juga dapat menjadi perencanaan sumber kerisauan dan frustasi para manajer memberikan kesempatan meninjau dan pegawai karena ketidakpastian atau rencana karier karyawan dengan kurang objektifnya dalam pengukuran. memperhatikan Adapun tujuan pengukuran kinerja adalah kelemahannya secara spesifik dan untuk : akhirnya pengukuran atau penilaian 1. 2. karier dengan kekuatan Lebih menjamin objektifitas dalam pembinaan karyawan hampir selalu berdampak pada Memperoleh promosi. bahan-bahan pertimbangan objektif pembinaan para karyawan dan keputusan peningkatan gaji dan dalam Menurut Wibisono (2006 : 193), Memberi masukan untuk menyelesaikan masalah yang ada bahwa Mengukur validitas metode yang telah digunakan lebih jauh. Dalam prakteknya sering kali Mendiagnosa masalah-masalah dalam organisasi dan manajer terhadap penyimpangan kinerja Sebagai umpan balik bagi karyawan serta pimpinan. masuk akal dan logis. Pengukuran kinerja Dessler (2006 : 323) mengemukakan rutin tanpa adanya penekanan menindak bahwa pengukuran kinerja berarti lanjuti hasil pengukuran yang didapatkan, mengevaluasi kinerja karyawan saat ini dan pada hakikatnya hanya memberikan atau di masa lalu dan relatif terhadap pandangan bahwa terdapat perbedaan standar kinerjanya. Ada beberapa alasan kinerja yang dicapai saat ini dengan target untuk mengukur/menilai kinerja bawahan, yang diharapkan. Tetapi tidak memberikan antara lain sebagai berikut : arahan mengapa perbedaan itu terjadi dan 3. 4. 5. 6. 1. Pengukuran harus memainkan peranan yang terintegrasi dalam proses manajemen kinerja. pengukuran kinerja hanyalah merupakan titik awal untuk menganalisis penjelasan kualitatif diberikan oleh yang terjadi walaupun penjelasan ini juga sering kali hanya sebuah aktivitas lebih jauh lagi, tidak memberikan cara dalam penyelesaian perbedaan tersebut. Selanjutnya, Siagian (2006 : 223) 2. Pengukuran memungkinkan atasan menyebutkan bahwa pengukuran kinerja dan bawahan untuk menyusun sebuah merupakan bagian penting dari seluruh rencana dalam mengoreksi semua p r os e s k e k a r y a a n k a r ya w a n y a n g kesalahan atau kekurangan yang bersangkutan. Pentingnya pengukuran ini ditemukan. harus bersifat rasional dan diterapkan secara objektif terlihat pada dua 10 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 13 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala 2012 Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala kepentingan yaitu kepentingan karyawan m e nj a di d asar u n t uk m e m ber ik a n yang kepentingan inf or m asi um pan bali k yan g akan organisasi. Bagi para karyawan, penilaian digunakan tidak hanya oleh para manajer atau pengukuran tersebut berperan sebagai atau pimpinan tetapi juga oleh para umpan balik tentang berbagai hal seperti karyawan untuk memantau kinerja mareka bersangkutan dan kemampan, keletihan, kekurangan dan sendiri. potensinya yang pada gilirannya Dalam beberapa referensi manajemen bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalul, dapat disimpulkan bahwa pengukuran rencana, dan pengembangan kariernya. kinerja mempunyai peranan antara lain : Bagi organisasi, hasil tersebut sangat 1. Sebagai alat untuk memastikan penting dalam pengambilan keputusan pemahaman para pelaksana terhadap tentang berbagai hal, seperti identifikasi ukuran yang digunakan untuk kebutuhan program pendidikan dan pencapaian kinerja. pelatihan, rekrutmen, seleksi, penempatan, 2. Sebagai sarana untuk memonitor sistem imbalan dan berbagai aspek lainnya sejauh mana upaya yang telah dari keseluruhan proses manajemen dilakukan sumber daya manusia secara efektif. pencapaian kinerja yang telah mendekati direncanakan. Darma (2005 : 14), pengukuran kinerja merupakan suatu sistem formal apakah 3. Sebagai sarana untuk mengevaluasi yang dipergunakan untuk mengevaluasi pencapaian kinerja karyawan secara periodik yang membandingkan kinerja yang telah ditentukan oleh organisasi. Pengukuran ditetapkan sebelumnya, dan dengan upaya perbaikan. atas dasar bahwa apabila kita tidak dapat meningkatkannya. Tak ada 4. Sebagai alat untuk memberikan penghargaan atau hukuman yang gunanya objektif bagi para pelaksananya. menetapkan sasaran atau standar-standar kinerja kecuali ada suatu perjanjian dan dengan demikian dapat dilakukan upaya- adalah aspek kunci dari manajemen kinerja mengukurnya maka kita tidak akan dapat kinerja 5. Sebagai alat komunikasi antara pemahaman bersama tentang bagaimana bawahan dan pimpinan dalam rangka kinerja dalam pencapaian sasaran atau memperbaiki kinerja organisasi. standar-standar tersebut akan diukur. 6. Menjadi alat untuk memperbaiki kualitas pelayanan untuk masyarakat. 7. Menjadi alat untuk membantu Ukuran-ukuran kinerja seharusnya dapat memberikan bukti tentang apakah hasil yang dikehendaki telah tercapai atau tidak memahami proses kegiatan instansi dan sejauhmana pemegang pekerjaan telah pemerintahan mencapai hasil tersebut, dan ini akan 2012) Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 15 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala 8 . Menjadi alat untuk memastikan kemerosotan ini sebaiknya diperbaiki pengambilan keputusan dilakukan melalui pelatihan atau melalui sarana lain secara objektif. (seperti pemindahan karyawan). Dari uraian-uraian di atas penulis Jadi pada intinya batasan manapun dapat menyimpulkan bahwa pengukuran yang akan digunakan, penilaian individu kinerja merupakan suatu proses yang harus selalu diartikan sebagai suatu proses sistematis dan berkesinambungan dan yang sistematis dimana atasan mengkaji mutlak harus ada pada suatu organisasi dan menilai kemampuan, perilaku kerj a dalam mengevaluasi kemajuan kerja dan hasil kerja pegawai dalam suatu dengan perbandingan tujuan atau sasaran periode waktu tertentu untuk digunakan yang telah ditetapkan secara periodik. sebagai baha n per tim ban gan bagi Menurut Lowyer dan Porter dalam As’ad (2005 : 48) menuliskan bahwa Job Performance atau kinerja usaha adalah pengambilan keputusan tentang tindakantindakan dibidang sumber daya manusia. Analisis kinerja bermanfaat bagi hasil yang dicapai oleh seseorang menurut bawahan, atasan dan organisasi perusahaan. ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang Menurut Robbins (2006 : 256) menyatakan bersangkutan. bahwa analisis kinerja mempunyai Dari pengertian-pengertian tersebut sejumlah manfaat sebagai berikut : dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan 1. Untuk menetapkan kompensasi prestasi yang diperoleh suatu perusahaan atau individu pada suatu tingkatan di mana 2. Sebagai umpan balik kinerja bagi karyawan karyawan memenuhi/mencapai persyaratan 3. Perencanaan Pelatihan kerja yang ditentukan. 4. Menetapkan Promosi Jabatan Untuk mendapatkan tenaga kerja yang 5. Perencanaan Sumber Daya Manusia penilaian kinerja sangat diperlukan, karena 6. Dipertahankan atau dikeluarkan seorang karyawan dengan adanya sistem penilaian yang baik, 7. Riset mempunyai kinerja yang baik, maka karyawan akan mengetahui apa yang diharapkan oleh perusahaan atau instansi dimana karyawan bekerja. Dengan demikian beberapa pengertian analisis Lebih lanjut Robbins (2006 : 312) mencoba merinci kaitan antara hasil dari peni laian kinerj a dengan tindakan yang dapat diambil di bidang SDM: kinerja adalah sebagai berikut : Menur ut Dessler (2005 : 268) menyatakan bahwa analisis kinerja adalah memferivikasi bahwa ada kemerosotan kinerja dan menetapkan apakah 12 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 1. Performance Improvement Memberikan kesempatan bagi karyawan apakah ia pejabat atau non pejabat untuk mengambil tindakan- Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala 2012 Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 17 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala tindakan yang diperlukan didiagnosa, disembuhkan. guna meningkatkan kinerja individu maupun organisasi. 2. 9. Compensation Adjusment Placement Decision Training and Development Need Kinerja yang buruk jadi m engi dentif ikasi kan 5. per lunya Bagian/bi ro SD M melalui penilaian kinerja dapat membantu mengatasi masalah yang disebabkan oleh faktorfaktor diluar lingkungan kerja. 11. Feedback to Human Resources baik boleh jadi mengidentifikasikan ditunjukkan perlunya pengembangan lebih lanjut organisasi potensi yang telah ada. seberapa baik biro SDM menjalankan Career Planning and Development dalam pengambilan oleh bisa individu atau menggambarkan fungsi nya. Melihat kepada manfaat dan kegunaan yang begitu banyak dari suatu proses keputusan tentang jalur karir yang peni laian kinerj a, bisa dipahami apabila spesifik yang seharusnya dipilih oleh dikatakan bahwa peran penilaian kinerja seseorang. dalam manajemen sumber daya manusia Staffing Process Deficiencies menjadi sangat penting. K i n e r j a y a n g b a i k a t a u b ur u k menunjukkan kekuatan dan juga kelemahan pada prosedur staffing. tidak akurat dapat mengakibatkan kesalahan dalam hal pengisian pegawai, pelatihan dan kosultasi. yang Menurut Gibson (2003 : 73) kinerja, para pemimpin dapat menentukan level kinerja itu secara menyeluruh atau terinci dilakukan dengan memberi rangking bagi tiap bidang pertanggung jawaban pokok. Pada umumnya hampir Job Design Error Kinerja Sistem Penilaian Kinerj a mengatakan bahwa dalam sistem penilaian Informational Inaccuracies Berpedoman pada informasi yang 8. diskriminasi. Baik atau buruknya kinerja yang pedoman 7. lebih memastikan tidak adanya unsur retraining, sedangkan kinerja yang Performance feedback dapat dij adikan 6. Equal Employment Opportunity 10. External Challenges Memberikan manfaat bagi masalah promosi, transfer dan demosi 4. selanjutnya Penilaian kinerja yang akurat dapat Menentukan besaran pendapatan yang layak diterima oleh seseorang. 3. untuk buruk dapat menyebabkan gej ala adanya “penyakit” d a l a m j o b d e s i g n d a n m el a l u i semua sistem rangking dilakukan dengan cara menetapkan level kinerja sebagai berikut : penilaian, penyakit tersebut dapat 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala Level 1 : Kinerja tidak memenuhi tinggi dalam pelaksanaan syarat yang ditetapkan tugasnya. Kontribusi bagi dalam pelaksanaan suatu keberhasilan unit kerja tugas, kinerja pegawai secara umum di atas rata- dengan level seperti ini jelas rata pegawai lain dengan sekali tidak memuaskan. bidang pertanggung jawab Apabila tidak ada yang sama. peningkatan berarti, yang pegawai cukup Level 5 : dengan j a u h m e la m p a u i s y ar a t kinerja pada level ini perlu pelaksanaan diberi tugas lain yang lebih diperlukan. Pegawai dengan cocok atau diberhentikan. Level 2 : Kinerja secara konsisten tugas yang kinerja pada level ini mem berikan Kinerja tidak memenuhi kontribusi semua syarat pokok yang terbesar bagi keberhasilan ditetapkan unit untuk kerja terutama jika pelaksanaan suatu tugas. dibandingkan dengan Pegawai dengan kinerja kinerja pegawai lain dengan pada level ini tidak dapat tanggung jawab yang sama. memenuhi kriteria tugas dalam satu atau lebih bidang pokok. Tetapi, kinerjanya se da n g m e ni n g ka t da n diperkirakan dapat mencapai level yang benar-benar memuaskan dalam waktu Jadi dapat disim pulkan bahwa kegiatan mengevaluasi atau menilai kinerja pegawai akan dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. dekat. Level 3 : Level 4 : Kinerja benar-benar Peneitian Sebelumnya memenuhi syarat dan Penelitian sebelumnya yang relevan kadang-kadang melampaui dengan penelitian ini adalah penelitian syarat yang diperlukan. yang dilakukan oleh Vera dan Mahyuddin, Kinerja secara konsisten (2005), dengan judul Pengaruh melampaui Kepemimpinan, Motivasi, Pelatihan, Dan pelaksanaan syarat tugas yang Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja diperlukan pegawai dengan Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air kinerja pada level ini secara Minum Kota Surakarta, dimana hasil konsisten mencapai level 14 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 19 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil kerja secara bersama -sama berpengaruh analisis menunjukkan bahwa variabel positif terhadap kinerja karyawan CV. Aji pelatihan dan lingkungan kerja mempunyai Bali Jayawijaya. Hal ini terbukti dari hasil pengaruh positif dan signifikan terhadap uji F yang memperoleh Fhitung sebesar kinerja karyawan pada Perusahaan Daerah 87,424 diterima pada taraf signifikansi 5%; Air Minum Surakarta. Variabel 4) Hasil perhitungan sumbangan relatif dan kepemimpinan dan motivasi menurut sumbangan efektif menunjukkan bahwa analisa data di muka ternyata tidak kontribusi upah terhadap kinerja karyawan signifikan sehingga tidak berpengaruh adalah sebesar 36, 8%, sedangkan pada kinerja karyawan Perusahaan Daerah lingkungan kerja memberikan kontribusi Air Minum Surakarta. sebesar 27,5%, sehingga total sumbangan Nilai F-hitung sebesar 29,809. Artinya upah dan lingkungan kerja dalam bahwa secara bersama-sama faktor meningkatkan kinerja karyawan adalah kepemi mpinan, motivasi, pelati han, dan sebesar 64,3%. lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan Perusahaan Daerah Air Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah Minum Surakarta. dan tinjauan kepustakaan, maka yang Koefisien Determinasi (R2) diperoleh menjadi hipotesis dalam penelitian ini sebesar 0,620. Hal ini berarti variabel adalah: independen (kepemi mpinan, motivasi, Ha1 : Lingkungan pelatihan, dan lingkungan kerja) mampu menjelaskan 62% terhadap variabel de p e nd e n ny a ( k i ner j a kar y a wa n) , sedangkan sisanya sebesar 38% dij elaskan kerja fisik mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aktivis pada lembaga swadaya masyarakat di Kota Banda Aceh. oleh variabel lain. Ha2 : Lingkungan kerja non fisik Kemudian penelitian yang dilakukan mempunyai pengaruh positif dan oleh Lilik, (2009), dengan judul penelitian signifikan terhadap kinerja mengenai “Pengaruh Upah Dan aktivis pada lembaga swadaya Lingkungan masyarakat di Kota Banda Aceh. Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. Aji Bali Jayawijaya Surakarta” menjelaskan bahwa lingkungan HASIL PEMBAHASAN kerja berpengaruh positif terhadap kinerja Analisis Pengaruh Lingkungan Kerj a karyawan CV. Aji Bali Jayawijaya. Hal ini Fisik dan Lingkungan Kerja Non Fisik terbukti dari hasil uji t yang memperoleh thitung X2 = 6,142 diterima pada taraf Terhadap Kinerja Aktivis Pada LSM di Kota Banda Aceh signifikansi 5%; 3) Upah dan lingkungan 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala Dalam rangka meningkatkan kinerja Koefisien regresi lingkungan kerja karyawan pada Lem baga S wadaya fisik (x 1 ) sebesar 0.146. Artinya Masyarakat di Kota Banda Aceh, maka perlu bahwa setiap 100% perubahan dilihat variabel yang mempengaruhi kinerja (lingkungan ker ja fisik) yang karyawan pada Lem baga S wadaya dilakukan oleh organisasi terhadap Masyarakat di Kota Banda Aceh tersebut, setiap karyawan maka secara relatif untuk mengetahui pengaruh variabel bebas akan meningkatkan kinerja karyawan yaitu lingkungan kerja fisik (x1), lingkungan pada Lembaga Swadaya Masyarakat kerja non fisik (x2), terhadap karyawan pada di Kota Banda Aceh sebesar 14.6%, Lembaga Swadaya Masyarakat di Kota Banda dengan Aceh. lingkungan kerja fisik pada Lembaga demikian semakin baik Dari hasil perhitungan statistik dengan Swadaya Masyarakat di Kota Banda menggunakan bantuan program SPSS Aceh akan semakin meningkatkan diperoleh persamaan regresi berganda sebagai kinerja pegawai dimasa yang akan berikut. datang. Y = 2.562 + 0.146x1 + 0.205x2 Koefisien regresi lingkungan kerja non fisik (x2) sebesar 0.205. Artinya Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut: Koefisien Regresi (/9): setiap 100% perubahan (perbaikan, karena tanda +) setiap adanya adanya lingkungan kerja non fisik maka secara relatif akan meningkatkan Konstanta sebesar 2.562. Artinya jika faktor-faktor lingkungan kerja fisik (x1), lingkungan kerja non fisik (x2), dianggap konstan, maka besarnya kinerja dasar karyawan pada Lembaga Swadaya Masyarakat di Kota Banda Aceh adalah sebesar 2562 pada satuan skala likert atau kinerja karyawan kinerja karyawan pada Lembaga Swadaya Masyarakat di Kota Banda Aceh sebesar 20.5%, jadi dengan semakin baik lingkungan kerja non f isi k pa d a L e m b a ga S wa da y a Masyarakat di Kota Banda Aceh maka secara relatif akan meningkatkan kinerja pegawai. pada Lembaga Swadaya Masyarakat di Kota Banda Aceh masih rendah, dengan asumsi variabel lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa dari dua variabel lingkungan kerja non fisik dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.205 mempunyai pengaruh yang dominan terhadap peningkatan kinerja karyawan pada Lem baga S wadaya Masyarakat di Kota Banda Aceh, sedangkan 16 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 21 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala 2012 Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala varibale lingkungan kerja non fisik Lembaga Swadaya Masyarakat di mempunyai pengaruh yang relatif lebih rendah Kota Banda Aceh. Variabel diluar terhadap kinerja pegawai dengan nilai penelitian ini dapat diprediksi seperti koefisien regresi sebesar 0.146. Koefisien Korelasi dan Determinasi tingkat pendidikan pegawai, program Koefisien korelasi (R) = 0.642 yang fasilitas penunjang pekerjaan yang menunjukkan diberikan oleh pihak organisasi, pelatihan secara kontinyu, faktor bahwa maupun faktor gaya kepemimpinan. derajat hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan varibel terikat sebesar 64.2%. Artinya kinerja karyawan pada Untuk menguji faktor-faktor yang Lembaga Swadaya Masyarakat di mempunyai pengaruh terhadap kinerja Kota Banda Aceh mempunyai karyawan pada Lembaga Swadaya hubungan yang erat dengan faktor- Masyarakat di Kota Banda Aceh secara parsial faktor lingkungan kerja fisik (x1), (masing-masing variabel) dapat dilihat dari lingkungan kerja non fisik (x 2 ) hasil sehingga diperlihatkan pada tabel di atas, dimana dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai, dimasa yang akan datang, sehingga kedua variabel tersebut mempunyai peranan besar dalam meningkatkan kinerja Hasil Uji Statistik uji-t. Hasil diketahui besarnya nilai perhitungan thitung yang untuk masing- masing variabel dengan tingkat kepercayaan atau signifikansi sebesar a = 5%. Hasil penelitian terhadap variabel pegawai. lingkungan kerja fisik (x1) diperoleh Koefisien Determinasi (R2) = 0.413. nilai thitung sebesar 3.649 sedangkan Artinya sebesar 41.3% perubahan- ttabel = 1.981, hasil perhitungan ini perubahan dalam variabel terikat menunjukkan bahwa t hitung > ttabel (kinerja karyawan pada Lembaga dengan tingkata signifikansi sebesar Swadaya Masyarakat di Kota Banda 0.000 atau probabilitas jauh dibawah Aceh) dapat dijelaskan oleh a = 5% Dengan demikian hasil perubahan-perubahan dalam faktor perhitungan statistik menunjukkan lingkungan kerja fisik (x1), lingkungan bahwa secara parsial variabel kerja non fisik (x2). Sedangkan lingkungan kerja fisik berpengaruh selebihnya yaitu sebesar 58.7% secara dijelaskan oleh faktor-faktor lain peningkatan kinerja karyawan pada diluar dar i dua var iab el yang Lembaga Swadaya Masyarakat di dijadikan indikator penelitian artinya Kota Banda Aceh. Hasil penelitian ini signifikan terhadap masih ada variabel yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan pada 2012) Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 23 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana Teman Koesmono (2005) bahwa lingkungan kerja fisik berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil signfikan mengindikasikan bahwa variabel yang diteliti berpengaruh nyata dalam meningkatkan kinerja pegawai. Temuan hasil penelitian terhadap variabel lingkungan kerja non fisik (x2) diperoleh nilai sedangkan ttabel thitung masing variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan pada Lem baga S wadaya Masyarakat di Kota Banda Aceh, dan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap karyawan adalah variabel lingkungan kerja non fisik dengan nilai thitung sebesar 5.203 dengan tingkat signifikansi atau probabilitas sebesar 0.000, sedangkan variabel lingkungan kerja fisik mempunyai pengaruh yang lebih kecil dengan nilai thitung sebesar 5.203 dengan tingkat signifikansi atau probabilitas sebesar 0.000. sebesar 5.203 sebesar 1.981, hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa Pengujian Secara Simultan Berdasarkan hasil pengujian secara t hitung > t tabel dengan signifikansi simultan diperoleh nilai sebesar 0.000 atau probabilitas sedangkan Ftabel pada tingkat signifikansi dibawah a 5%. Dengan demikian 5 % adalah sebesar 3.079. Hal ini hasil perhitungan statistik memperlihatkan, berdasarkan perhitungan uji menunjukkan bahwa secara parsial statistik variabel lingkungan kerja non fisik Ftabel, dengan tingkat probabilitas 0.000. berpengaruh secara signifikan Dengan demikian hasil perhitungan ini dapat t er h a d a p p e n i n g k a t a n k i n er j a di ambil suatu keputusan bahwa hipotesis karyawan pada Lembaga Swadaya alternatif yang diajukan dapat diterima dan Masyarakat di Kota Banda Aceh. hipotesis nol ditolak, artinya bahwa Hasil penelitian ini konsisten dengan lingkungan kerja fisik (x1), lingkungan kerja penelitian yang dilakukan oleh non fisik (x2), secara bersama-sama Sarwoko (2005), bahwa lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja kerja non fisik berpengaruh signifikan karyawan pada Lem baga S wadaya terhadap kinerja pegawai. Hasil Masyarakat di Kota Banda Aceh. Fhitung Fhitung sebesar 3 1.973, = menunjukkan bahwa Fhitung > signfikan mengindikasikan bahwa variabel yang diteliti berpengaruh nyata dalam meningkatkan kinerja pegawai. Berdasarkan uraian statistik di atas, memperlihatkan bahwa secara parsial masing18 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 Pembuktian Hipotesis Berdasarkan hasil uji statistik baik secara simultan (uji-F statistik), maupun secara parsial dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan dinyatakan : Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala 1. Bahwa lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja non fisik, mempengaruhi terhadap kinerja pegawai. Hal berpengaruh secara signifikan langsung terdiri dan gaji, insentif, bonus dan terhadap Kinerja karyawan pada komisi yang diberikan kepada karyawan akan Lembaga Swadaya Masyarakat di berdampak terhadap peningkatan kinerja Kota Banda Aceh dengan diperoleh pegawai. Sedangkan lingkungan kerja fisik nilai Fhitung sebesar 31.973 dan Ftabel sebesar 3.079 dengan demikian Fhitung > Ftabel, maka hipotesis yang diajukan terima. 2. ini dikarena lingkungan kerja fisik finansial finansial tidak langsung disebut juga dengan tunjangan, yakni meliputi semua imbalan finansial yang tidak tercakup dalam lingkungan kerja fisik langsung. Dalam hal ini lingkungan kerja fisik non finansial (non Secara parsial variabel yang lebih finansial compensation) terdiri dari kepuasan dominan kinerja yang diterima baik sebagai dampak positif karyawan pada Lembaga Swadaya pekerjaan itu sendiri, seperti tanggung jawab, Masyarakat di Kota Banda Aceh peluang akan pengakuan, peluang adanya adalah variabel lingkungan kerja non promosi, lingkungan psikologis dan atau fisik fisik dengan nilai koefisien regresi dimana orang tersebut berada, seperti rekan mempengaruhi sebesar 0.205. kerja yang menyenangkan, kebijakankebijakan yang sehat, adanya kafetaria, Implikasi Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik baik secara bersama-sama maupun sharing pekerjaan, minggu kerja yang dipadatkan dan adanya waktu luang. Jadi dengan adanya pemberian lingkungan kerja fisik yang memadai akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai. secara parsial dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan pada Lembaga Begitu juga halnya dengan lingkungan Swadaya Masyarakat di Kota Banda Aceh, kerja non fisik dari karyawan juga sejalan sehingga program lingkungan kerja fisik bagi dengan teori yang dikemukakan oleh karyawan pada Lem baga S wadaya Robbins, (2003), bahwa lingkungan kerja Masyarakat di Kota Banda Aceh perlu non fisik yang tinggi dari karyawan juga mendapatkan perhatian dari pimpinan, begitu akan berdampak terhadap peningkatan juga dengan lingkungan kerja non fisik yang kinerja pegawai hal ini karena kondisi tinggi dari karyawan, karena dengan yang dirasakan oleh karyawan yang dapat komitmen organsasi yangn tinggi karyawan menimbulkan perilaku positif yang kuat akan mau mencurahkan segenap pikiran dan terhadap organisasi kerja yang dimilikinya. tenaganya untuk kemajuan organisasi. Hasil penelitian ini mendukung terhadap teori yang telah dilakukan oleh Rivai (2004), bahwa lingkungan kerja fisik dapat 2012) Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 25 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala kinerja yang dihasilkan benar-benar dapat mencapai tujuan dari organisasi SIMPULAN DAN SARAN tersebut. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian 2. Untuk karyawan yang lebih baik lagi, maka variabel lingkungan kerja fisik dan faktor lingkungan kerja non fisik lingkungan perlu lebih dipertahankan agar terjadi kerja non fisik, hubungan yang harmonis antara pada sesama karyawan dengan pimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat di lem baga swadaya m asyarakat, Kota Banda Aceh. sehingga pencapaian kinerj a benar- terhadap 3. 4. kinerja menunjukkan bahwa secara simultan berpengaruh secara signifikan 2. meningkatkan kinerja karyawan benar dapat diwujudkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial menunjukkan Untuk meningkatkan kinerja karyawan bahwa variabel lingkungan kerja fisik yang lebih baik lagi hendaknya pimpinan juga berpengaruh terhadap peningkatan memperhatikan kepada faktor lain selain dari kinerja karyawan pada Lembaga lingkungan kerja fisik dan lingkungan non Swadaya Masyarakat di Kota Banda fisik seperti faktor pendidikan dan pelatihan, Aceh. gaya Sedangkan variabel lingkungan kerja kepemimpinan, maupun faktor kompensasi. non fisik juga berpengaruh terhadap DAFTAR PUSTAKA peningkatan kinerja karyawan pada Anoraga (2005), Organisasi Perkantoran dan Lembaga Swadaya Masyarakat di Motivasi, Cetakan Pertama, Bandung : Kota Banda Aceh. Penerbit : Alumni. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lingkungan kerja non fisik mempunyai pengaruh dominan terhadap peningkatan kinerja karyawan pada Lembaga Swadaya Masyarakat di Kota Banda Aceh As’ad Mohd. (2004), Psikologi Industri, BPFE Yogyakarta. Munandar, Ashar Sunyoto (2005), Psikologi Industri dan Organisasi, UI Press, Jakarta. Daryatmi, (2004), Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Budaya Kerja Terhadap Saran Saran Produktivitas 1. Diharapkan kepada pimpi nan dari Perusahaan Daerah Bank Perkreditan – masing-masing Lembaga Swadaya Masyarakat di Kota Banda Aceh untuk selalu memperhatikan lingkungan kerja bagi karyawan, agar 26 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012 Kerja Karyawan Rakyat Badan Kredit Desa Kabupaten Karanganyar. Jurnal Imiah. Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala Davis, Keith (2006), Fundamental Organization Behavior, Erlangga, Jakarta. Dayan, Anto (2003), Pengantar Metode Statistik, Julid I, Edisi kedelapan Yogyakarta LP3ES, Jakarta. Husein Umar (2005), Riset Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kamus Bahasa Indonesia (2005), Binarupa Aksara, Jakarta. Lembaga Administrasi Negara (1993), Dermawan Wibisono, (2006), Manajemen Pe nguk ur an Ki ne rj a A par at ur Kinerja : Konsep, Desain dan Tehnik Pemerintah, Departemen Dalam Meningkatkan Daya Saing Negeri, Jakarta. Perusahaan, Erlangga, Bandung. Malholtra, K. Naresh (2006), Marketing Dessler, Gary (2006), Perilaku Keorganisasian, PT. Indeks Jakarta. Djatmiko, Yayat Hayati, (2005), Prilaku Organisasi, Alfabeta, Bandung. Gibson, Donnelly dan Ivancevich (2003), Manaje me n E disi Kese mbilan , Jakarta : Erlangga. Daya Manusia, Jakarta : Penerbit BPFE Yogyakarta. Inc, New Yersey. Mangkunegara, (2005), Evaluasi Kinerja Sumber Day a Manusia, Refika Aditama, Jakarta. Manusia dan Perilaku Organisasi, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Moekijat, (2005), Latihan dan Pengembangan Haryanto (2005), Pengaruh Motivasi, Kompensasi, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pendidikan Kebudayaan Karanganyar. dipublikasikan. Edition, Prentice Hall International Matindas, (2004), Manajemen Sumber Daya Handoko Hani, (2005), Manajemen Sumber Dinas Research Applied Orientation, Second dan Kabupaten Tesis, tidak Hasibuan, H. MSP, (2006) Organisasi Dan M o t i v as i : D a s a r P e ni n gk at a n Produktivitas , cetakan pertama, Sumber Daya Manusia, Pionir Jaya, Bandung. Nitisemito, Alex. S., (2008), Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Nitisemito, Alex.S (2006), Wawasan Sumber Daya Manusia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta. Nunnally, Jum C. (1967), Psychometric Theory, Mc. Graw Hill Book Company New York. Jakarta: Penerbit : Bumi Aksara Oemar Hamalik (2005), Pengembangan Heidjrachman dan Husnan (2005), Manajemen Personalia, BPFE-Yogyakarta. Hoy, W.K & Miskel, C.G, (2005), Educational Administration Theory, Research, and Practice, Random House Inc, New York. Usman Husaini (2009), Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, Bumi Sumber Daya Manusia Pelatihan Ketenagakerjaan : Pendekatan Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta. Poerwadarminta, W.J.S. (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Reksohadipradjo, (2005), Manajemen Aksara, Jakarta. 2012) Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus- 27 2012) Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Syiah Kuala Personalia, BPFE-UGM, Yogyakarta. Robbin, P. Stephen (2006), Perilaku Organisasi Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta : Prenhallindo. Sondang P. Siagian, (2006), Manajemen Sumber Manusia, Cetakan Kesepuluh, Bumi Aksara, Jakarta. Supranto, J (2006), Statistik Teori dan Aplikasi, Cetakan Kelima, Jilid 1 dan 2 Jakarta : Sampara Lukman, MA (2001), Pengembangan Erlangga. Pelaksanaan Pelayanan Prima, Lembaga Administrasi Negara - Daya Surya Darma, (2005), Manajemen Kinerja : Republik Indonesia Falsafah, Teori dan Penerapannya, Saydan (2006), Produktivitas Kerja dalam Organisasi, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. Sedarmayanti (2001), Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, Mandar Maju, Jakarta. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Terry (2000), Office Organization and Motivation, cetakan Keempat, Jakarta : Penerbit Bersaudara. Veithzal Rivai dan Ahmad Fauzi Mohd Basri (2005), Performance Appraisal, Raja Siagian, Sondang P (2007), Teori Motivasi dan Grafindo Persada, Jakarta. Aplikasinya, Jakarta PT. Rineka Cipta. Simamora, Henry (2005), Manajemen Sumber Veithzal, Rivai (2005), Manajemen SDM untuk Daya Manusia, Jakarta STIE YKPN. Soetopo, MPA, (2002), Pelayanan Prima, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Cetakan Administrasi Indonesia Pertama, negara- Perusahaan : Dari Teori ke Praktek, Winardi, (2007), Motivasi dan Pemotivasian Lembaga dalam Manajemen, Raja Grafindo Republik Persada, Jakarta. 28 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012