BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kepuasaan Konsumen 2.1.1.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan adalah tingkatan dimana kinerja anggapan produk sesuai dengan ekspektasi pembeli (Kotler dan Amstrong, 2008:16). Lovelock dan Wright (2007 : 102), menyatakan bahwa kepuasan adalah keadaan emosional, reaksi pascapembelian mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan, atau kesenangan. Kepuasaan bergantung pada perkiraan kinerja produk dalam memberikan nilai, relatif terhadap harapan pembeli. Jika kinerja sesuai dengan harapan, pembeli terpuaskan. Jika kinerja melebihi yang diharapkan, pembeli lebih senang. Kuncinya adalah menyesuaikan harapan pelanggan dengan kinerja perusahaan. 2.1.1.2. Konsep Kepuasan Konsumen Selain mencari keuntungan, salah satu tujuan dari perusahaan adalah untuk memuaskan konsumennya. Menurut Mowen dan Minor dalam Kurnia (2007 : 19), Kepuasan konsumen (consumer satisfaction) didefinisikan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Tujuan tersebut tidaklah gampang untuk diwujudkan. Kotler dan Amstrong (2008 : 16), menyatakan bahwa jika kinerja 15 produk tidak memenuhi ekspetasi, pelanggan akan kecewa. Jika kinerja produk sesuai dengan ekspektasi, pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi ekspektasi, pelanggan sangat puas. Hal tersebut tidaklah berarti bahwa perusahaan harus berusaha memaksimalkan kepuasan konsumen, tetapi perusahaan harus mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen. Menurut Tse dan Witon dalam Tjiptono (2008 : 146), kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Sedangkan Kotler dalam Tjiptono (2008 : 146), menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. 2.1.1.3. Manfaat Kepuasaan Konsumen Kepuasaan pelanggan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan dan tingkat kepuasan pelanggan yang makin tinggi akan menghasilkan loyalitas pelanggan yang lebih besar (Lovelock dan Wright, 2007:104). Beberapa manfaat dari kepuasaan konsumen pelanggan adalah sebagai berikut : 1) Mengisolasi pelanggan dari persaingan 2) Mendorong pelanggan kembali dan mendorong loyalitas 3) Dapat menciptakan keunggulan yang berkelanjutan 4) Meningkatkan/mempromosikan cerita positif dari mulut ke mulut 5) Mengurangi biaya kegagalan 16 2.1.1.4. Pengukuran Kepuasan Pengukuran tingkat kepuasan konsumen merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena hal tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi perusahaan untuk pengembangan dan pengimplementasian strateginya. Menurut Kotler dalam Tjiptono (2008 : 148), mengatakan bahwa ada 4 (empat) metode yang digunakan untuk mengukur dan memantau kepuasan konsumen, yaitu: 1) Sistem keluhan dan saran Setiap perusahaan yang berorientasi kepada konsumen, perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para konsumen untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Perusahaan bisa menyediakan media seperti kotak saran, saluran telepon khusus dan kartu komentar sehingga konsumen leluasa menyampaikan keluhan ataupun saran. Tapi tidak semua konsumen yang tidak puas akan menyampaikan keluhannya, bisa saja mereka langsung beralih pemasok dan tidak akan mengkonsumsi produk perusahaan. 2) Survey kepuasan konsumen Metode survey umumnya dilakukan melalui kuesioner, telepon, e-mail, fax, dan wawancara pribadi. Melalui metode ini perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari konsumen dan sekaligus juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para konsumennya. 17 3) Ghost shopping Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan konsumen adalah dengan mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai konsumen/ konsumen potensial produk perusahaan dan pesaing, kemudian mereka melaporkan hasil yang mereka dapat mengenai kekuatan dan kelemahan produk-produk tersebut dan kinerja karyawan dalam melayani konsumen. 4) Lost customer analysis Metode terakhir ini sedikit unik, dimana perusahaan berusaha menghubungi para konsumen yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih ke produk pesaing untuk menanyakan alasan mereka berhenti membeli atau pindah ke produk pesaing sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan-kebijakan untuk memperbaikinya. 2.1.2. Retailing 2.1.2.1. Pengertian Retailing Menurut Levy and Weitz (2009 : 6), pengertian retailing adalah sebagai berikut. “Retailing is the set of business activities that adds value to the products and services sold to consumers for their personal of family use.“ Artinya, retailing adalah seperangkat aktivitas bisnis yang menciptakan nilai terhadap produk dan servis yang dijual kepada konsumen untuk pemakian sendiri atau keluarganya. 18 2.1.2.2. Retail Mix Bauran ritel meliputi variabel-variabel keputusan pengecer yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen dan mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Elemen-elemen dalam bauran ritel terdiri dari merchandise assortment, pricing, location, customer servis, store design and display, communication mix ( Levy and Weitz, 2009:21). Menurut Kotler dan Keller (2007 : 170), keputusan-keputusan pemasaran pengecer meliputi bidang keragaman dan perolehan produk, layanan, atmosfer toko, harga, promosi dan tempat. Triyono (2006) menjelaskan secara ringkas masing-masing unsur dalam bauran ritel sebagai berikut. 1) Place atau lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis ritel 2) Product atau barang yang dijual dalam bisnis ritel lazim disebut merchandise 3) Value atau nilai barang yang dijual 4) People atau petugas yang berhubungan dengan konsumen 5) Communication atau komunikasi dengan konsumen 2.1.3. Retail Location 2.1.3.1. Pengertian Lokasi Sopiah dan Syihabudhin (2008 : 139), mendefinisikan lokasi usaha sebagai saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri. Menurut Kotler dan 19 Armstrong (2008 : 40), Lokasi usaha adalah suatu saluran pemasaran yang membantu produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis. Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa lokasi usaha adalah tempat yang terpilih oleh peritel untuk menyalurkan barangnya kepada konsumen. Menurut Ma’ruf (2005 : 115), apabila suatu gerai berada pada lokasi yang tepat, maka gerai tersebut akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama, oleh pramuniaga yang sama banyak dan terampil, dan sama-sama mempunyai setting/ambience yang bagus. Hal ini erat kaitatnya dengan jumlah kunjungan konsumen ke suatu gerai. 2.1.3.2. Jenis-Jenis Lokasi Kotler dan Keller (2007 : 180), mengatakan bahwa pengecer dapat menempatkan tokonya di distrik bisnis pusat, pusat perbelanjaan regional, pusat pembelanjaan lingkungan, pertokoan, atau di toko yang lebih besar. 1) Distrik Bisnis Umum (general business district) adalah daerah kota yang tertua dan terpadat lalu lintasnya, sering dikenal sebagai pusat kota. Biaya sewa toko dan kantornya biasanya tinggi. 2) Pusat Perbelanjaan Regional (regional shopping center) berupa malmal besar dipinggir kota yang berisikan 40 hingga 200 toko. Mal tersebut biasanya menarik pelanggan dari radius 5 hingga 20 mil. 20 3) Pusat Perbelanjaan Lingkungan (community shopping center) adalah mal-mal yang lebih kecil dengan satu toko utama dan 20 hingga 40 toko kecil. 4) Pertokoan Strip Mall (shopping strip) berisikan sekelompok toko yang biasanya ditempatkan di satu bangunan panjang, yang melayani kebutuhan suatu lingkungan tetangga untuk bahan makanan, perkakas, binatu, dan lain-lain. 5) Lokasi di dalam toko yang lebih besar. Pengecer-pengecer terkenal tertentu menempatkan unit-unit baru yang lebih kecil sebagai ruang konsesi di dalam toko atau tempat usaha yang lebih besar. 2.1.3.3. Menetapkan Lokasi Suatu Gerai Ritel Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi adalah sebagai berikut (Levy and Weitz, 2009 : 218). 1) Kondisi Ekonomi Karena lokasi memerlukan suatu komitmen dari sumber daya sumber daya yang ada dalam jangka panjang, maka tingkat pertumbuhan populasi dalam suatu area serta pekerjaan mereka penting untuk diketahui 2) Persaingan Tingkat persaingan di suatu area sangat mempengaruhi jumlah permintaan konsumen terhadap merchandise yang ditawarkan oleh pengecer. 21 3) Strategi perusahaan Target pasar perusahaan harus sesuai dengan strategi yang dijalankan perusahaan. Dalam hal ini, karakteristik dari populasi yang menjadikan target market perusahaan harus relevan strategi perusahaan. 4) Biaya Operasional Biaya operasional toko sangat bervariasi. Biaya penyimpangan dan kedekatan dengan pemasok akan memberikan biaya operasional yang lebih rendah. Peraturan pemerintah dan regulasi mengenai lingkungan juga memberikan pengaruh terhadap biaya operasional toko. Menurut Ma’ruf (2005 : 118), untuk membuka gerai disuatu lokasi baru, hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui potensi yang tersedia. 1) Populasi Besarnya populasi, tingkat pendapatan, pekerjaan, industri setempat, tingkat pengangguran, perumahan, klasifikasi kepadatan rumah dan lingkungan/tetangga, penduduk, tingkat usia kepemilikan rumah, gaya hidup, kelompok suku dan pola belanja sekarang. 2) Kemudahan akses Arus pejalan kaki, rute masuk pejalan kaki, transportasi umum, tingkat kepemilikan kendaraan, jaringan jalan, parkir, dll. 3) Pesaing Kegiatan ritel sekarang, daya tarik lingkungan, kondisi ritel, indeks kejenuhan, potensi persaingan, dll. 22 4) Biaya Harga, syarat leasing, persiapan situs gerai, larangan dalam membangun, kebutuhan renovasi atau peremajaan, biaya perawatan, kebutuhan keamanan, ketersedian dan penggajian staf, biaya antar, biaya promosi, dll. 2.1.4. Merchandise Management 2.1.4.1. Pengertian Manajemen Merchandise Menurut Levy and Weitz (2009 : 330), Merchandise management refers to the process by which a retailer attemps to offer the right quantity of the right merchandise in the right place at the right time and meet the company’s financial goals (proses dimana seorang pengecer berusaha untuk memberikan merchandise dengan jumlah yang tepat dalam waktu yang tepat pada saat yang tepat dan memenuhi sasaran finansial perusahaan). Ma’ruf (2005 : 135), menyatakan bahwa Merchandise adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel. Alma (2007 : 56), mendefinisikan pengadaan produk sebagai perencanaan yang berkenaan dengan memasarkan barang dan jasa yang tepat pada tempatnya, waktu yang tepat, jumlah yang tepat, dan dengan harga yang tepat. Berdasarkan bebarapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengadaan produk merupakan suatu proses dimana seorang pengecer berusaha untuk 23 memberikan merchandise dengan jumlah yang tepat, pada tempat dan waktu yang tepat sesuai dengan tujuan finansial perusahaan. 2.1.4.1. Proses Manajemen Merchandise Manajemen Merchandise berkaitan dengan pembelian atau pembelanjaan, penanganan, dan keuangannya. Hal-hal yang berkenaan dengan manajemen merchandise antara lain target pasar, jenis gerai, lokasi dimana gerai berada, value chain, kemampuan pemasok, biaya, kecendrungan model produk. Levy and Weitz (2009 : 338), menyatakan bahwa proses manajemen merchandise terdiri dari aktivitas-aktivitas sebagai berikut. 1) Meramalkan kategori penjualan 2) Mengembangkan suatu rencana keragaman merchandise 3) Menetapkan tingkat persediaan barang yang cocok dan ketersediaan produk 4) Mengembangkan suatu rencana untuk mengelola persediaan 5) Mengalokasikan merchandise kedalam toko 6) Membeli merchandise 7) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya serta membuat penyesuaian Prinsip Quick Respone (respon cepat) terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan harus dapat ditangkap dengan baik dan untuk memenuhinya, harus ditindaklanjuti dengan langkah-langkah yang nyata. Oleh karena itu, bagian pembelian harus rajin melihat kompetisi diluar. 24 2.1.4.2. Variety dan Assorment Menurut Levy and Weitz (2009 : 37), variety is the number of merchandise categories a retailer offers. Assortment is the number of different items in a merchandise category. Variety is often referred to as the breadth of merchandise carried by a retailer; assortment is referred to as the depth of merchandise. (Variasi adalah banyaknya ketegori/ kelompok merchandise yang ditawarkan oleh seorang pengecer. Assortment adalah banyaknya barang-barang yang berbeda dalam suatu kategori/kelompok merchandise yang dijual oleh pengecer; assortment berhubungan dengan kedalaman dari merchandise). Kotler dan keller berpendapat bahwa seorang pengecer harus memutuskan keluasan dan kedalaman keragaman produk sesuai dengan harapan belanja dari pasar sasarannya. Dengan demikian, suatu gerai dapat menawarkan keragaman produk yang sempit dan dangkal, sempit dan dalam, lebar dan dangkal, atau keragaman produk yang lebar dan dalam (Kotler dan Keller, 2007:171). 2.1.5. Retail Pricing 2.1.5.1. Pengertian Harga Menurut Kotler dan Armstrong (2008 : 345), harga adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Secara sederhana, istilah harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan atau aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas atau 25 kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk (Fandy Tjiptono dkk, 2008 : 465). 2.1.5.2. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Penetapan Harga Ritel Pertimbangan-pertimbangn utama dalam penetapan harga adalah sebagai berikut (Kotler dan Armstrong , 2008 : 345). 1) Persepsi pelanggan terhadap nilai-nilai dari produk menjadi batas atas dari harga. Bila pelanggan menganggap bahwa harga lebih besar daripada nilai produk, mereka tidak akan membeli produk. 2) Biaya produksi menetapkan batas bawah bagi harga. Bila perusahaan menetapkan harga dibawah harga produksi, perusahaan akan mengalami kerugian. 3) Pertimbangan faktor internal dan eksternal perusahaan, seperti strategi dan bauran pemasaran secara keseluruhan, kondisi pasar dan permintaan, dan strategi serta harga dari pesaing. 2.1.5.3. Metode-Metode Penetapan Harga Levy and Weitz (2009 : 435), menyatakan bahwa terdapat tiga metode penetapan harga untuk meningkatkan penjualan yaitu sebagai berikut. 1) Leader Pricing Penetapan harga dimana profit margin-nya lebih rendah daripada tingkat yang biasanya diraih, ini bertujuan untuk menarik konsumen lebih banyak. 26 2) Price Lining Pengecer seringkali memberikan harga yang berbeda untuk barang dengan kualitas yang berbeda. 3) Odd Pricing Adalah harga yang ganjil atau harga yang menunjukan angka yang tidak bulat. Sedangkan, menurut Kotler dan Keller (2007 : 179), harga dapat digunakan sebagai faktor memposisikan yang utama dan harus diputuskan dalam kaitannya dengan pasar sasaran, assortment dan layanan, serta pesaingnya. Kotler dan Keller (2007 : 93), menyatakan bahwa terdapat tujuh metode penetapan harga, yaitu : 1) Penetapan Harga Mark Up Penetapan harga dengan metode ini dilakukan dengan menambahkan mark up standar pada biaya produk atau jasa. Beberapa pemasar menggunakan metode ini karena penjual dapat menentukan biaya yang jatuh lebih mudah dibandingkan dengan cara memperkirakan permintaan. Selain itu, metode ini dianggap memberikan rasa keadilan baik bagi penjual maupun bagi pembeli. 2) Penetapan Harga Sasaran Pengembalian (target return pricing) Dalam metode ini, perusahaan menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembangan investasi yang dibidiknya. 27 3) Penetapan Harga Persepsi Nilai (perceived value) Perusahaan yang menggunakan metode penetapan harga persepsi nilai harus menyerahkan nilai yang dijanjikan melalui pernyataan nilai mereka, dan pelanggan harus mempersepsikan nilai yang diberikan perusahaan. 4) Penetapan Harga Nilai (value pricing) Perusahaan yang menerapkan metode ini memikat hari pelanggan dengan menetapkan harga yang cukup rendah untuk tawaran yang bermutu tinggi. 5) Penetapan Harga Umum (going rate pricing) Perusahaan yang menggunakan metode ini mendasarkan harganya pada harga pesaing. Perusahaan bisa mengenakan harga yang lebih rendah, lebih tinggi, atau bahkan sama dengan harga yang ditetapkan oleh pesaing. 6) Penetapan Harga Tipe Lelang (auction type pricing) Terdapat tiga tipe lelang dengan prosedur penetapan harga yang berbeda-beda, yaitu lelang Inggris, lelang Belanda, dan lelang tawaran tertutup. 2.1.6. Retail Communication Mix 2.1.6.1. Pengertian Retail Communication Levy and Weitz (2009 : 441), mendefinisikan retail communication mix: the communication programs that informs customers about the retailer as well as 28 the merchandise and servies it offers and plays a role in developing repeat visits and customer loyalty merchandise and services it offers and plays a role in developing repeat visits and customer loyalty. (Program komunikasi yang menginformasikan tentang merchandise dan service yang ditawarkan oleh peritel dan memainkan peranan dalam menciptakan kunjungan kembali dan loyalitas pelanggan). Promosi merupakan salah satu program yang dapat membangun image (citra) dan program promosi yang lengkap disebut bauran promosi (promotion mix). Menurut Kotler dan Keller (2007:111), promosi adalah sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menonjolkan keistimewaan-keistimewaan produknya dan membujuk konsumen sasaran agar membeli. 2.1.6.2. Metode-Metode Berkomunikasi dengan Pelanggan Menurut Levy and Weitz (2009 : 447), metode-metode berkomunikasi dengan pelanggan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan pembagian sebagai berikut. 1) Paid Impersonal Communication yaitu periklanan, promosi penjualan, atmosfer toko, situs web, dan membentuk komunitas. 2) Paid Personal Communication yaitu penjualan personal, email, Direct mail, mobile commerce. 3) Unpaid Impersonal Communication seperti publisitas 4) Unpaid Personal Communication seperti word of mouth 29 Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2008 : 116), metode-metode komunikasi yang digunakan oleh peritel untuk berkomunikasi dengan pelanggan antara lain sebagai berikut. 1) Periklanan (advertising) adalah semua bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang atau jasa dengan sponsor tertentu. 2) Promosi Penjualan (sales promotion) adalah insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan produk atau jasa. 3) Hubungan Masyarakat (public relations) adalah membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik, dan menangani rumor, berita, dan kejadian yang tidak menyenangkan. 4) Penjualan Personal (personal selling) adalah presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan menghasilkan penjualan dan membangun hubungan pelanggan. 5) Pemasaran Langsung (direct marketing) adalah hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh respon segera dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng (penggunaan surat langsung, telepon, faximile, dan e-mail) 30 2.1.6.3. Keputusan Promosi Pengecer dapat menggunakan satu atau semua sarana promosi (iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung) untuk mencapai konsumen. Pengecer dapat beriklan di surat kabar, majalah, radio, televisi, dan internet. Iklan mungkin didukung oleh sisipan surat kabar dan surat langsung, Penjualan personal memerlukan pelatihan wiraniaga yang hati-hati tentang cara menyapa pelanggan, memenuhi kebutuhan pelanggan, dan menangani keluhan mereka. Promosi penjualan mungkin meliputi demonstrasi dalam toko, pajangan, dan lain-lain. Kegiatan hubungan masyarakat mencakup pembukaan toko, pajangan dan lain-lain. Kegiatan hubungan masyarakat mencakup pembukaan toko, acara khusus, kegiatan layanan masyarakat dan lain sebagainya (Kotler dan Armstrong, 2008 : 92). 2.1.7. Customer Service Menurut Levy and Weitz (2009 : 539), customer service is the set activities and programs undertaken by retailers to make the shopping experience more rewarding for their customer. These activities increase the value customers receive from the merchandise and service they purchase. (adalah suatu serangkaian aktivitas dan program yang ditanggung oleh para peritel untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih berharga kepada pelanggannya. Aktivitas-aktivitas ini meningkatkan nilai yang diterima oleh para pelanggan dari merchandise dan service yang mereka bayarkan). 31 2.1.7.1. Tingkatan-Tingkatan Layanan Kotler dan Keller (2007 : 165), menyatakan bahwa pengecer dapat memposisikan diri dalam menawarkan salah satu dari empat tingkat layanan: 1) Swalayan (self-services), swalayan adalah landasan semua usaha diskon. Banyak pelanggan bersedia melakukan proses menemukanmembandingkan-memilih sendiri guna menghemat uang 2) Swapilih (self-selection), pelanggan mencari barangnya sendiri, walaupun mereka dapat meminta bantuan. 3) Layanan terbatas (limited service), pengecer ini menjual lebih banyak barang belanja dan pelanggan memerlukan lebih banyak informasi dan bantuan. Toko-toko tersebut juga menawarkan layanan seperti kredit dan hak mengembalikan barang. 4) Layanan lengkap ( full-service), wiraniaga siap membantu dalam setiap tahap proses menemukan-membandingkan-memilih tersebut. 2.1.7.2. Service Mix Bauran layanan (service mix) merupakan alat kunci untuk mendiferensiasikan suatu toko dari yang lain. Pengecer harus mengambil keputusan mengenai bauran layanan (service mix) untuk ditawarkan kepada pelanggan ( Kotler dan Keller, 2007:176). 1) Layanan pra-pembelian, meliputi jam buka toko, tukar tambah, dan lain sebagainya. 32 2) Layanan purna pembelian, mencakup pengiriman dan penyerahan, penyesuaian dan pengembalian barang, pengubahan dan penyesuaian, pemasangan, dan lain-lain. 3) Layanan tambahan, meliputi informasi umum, perbaikan, kredit, dan lain-lain. 2.1.7.3. Mengevaluasi Service Quality Servqual adalah suatu kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa. Cara ini mulai dikembangkan pada tahun 1980-an oleh Zeithaml, Parasuraman & Berry, dan telah digunakan dalam mengukur berbagai kualitas jasa. Dengan kuesioner ini, kita bisa mengetahui seberapa besar celah (GAP) yang ada di antara persepsi pelanggan dan ekspektasi pelanggan terhadap suatu perusahaan jasa. Kuesioner Servqual dapat diubah-ubah (disesuaikan) agar cocok dengan industri jasa yang berbeda-beda pula (misalnya bank, restoran, atau perusahaan telekomunikasi). Skala Servqual meliputi lima dimensi kualitas jasa yaitu: 1. Tangibles 2. Reliability 3. Responsiveness 4. Assurance 5. Empathy. Lima karakteristik customer service yang digunakan pelanggan untuk mengevaluasi service quality antara lain sebagai keandalan merupakan kemampuan untuk melaksanakan layanan yang dijanjikan secara menyakinkan dan akurat (Levy and Weitz, 2009:544). 1) Daya tanggap merupakan kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. 2) Jaminan adalah pengetahuan dan kesopanan karyawan kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan. 33 dan 3) Empati adalah kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan. 4) Benda berwujud merupakan penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan bahan komunikasi. 2.1.8. Atmosfer Toko Atmosfer toko adalah unsur lain dalam gudang persediaan toko (Kotler dan Keller, 2007:177). “Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang mempersulit atau mempermudah pembeli berjalan kesana kemari. Setiap toko memiliki penampilan.” Toko tersebut harus mempunyai atmosfer terencana yang sesuai denga pasar sasarannya dan memikat konsumen untuk membeli. Suasana dalam toko menggambarkan moment of truth, yaitu situasi langsung yang dirasakan konsumen saat berbelanja. Suasana dalam toko ini dipengaruhi oleh desain toko, komunikasi visual, dan penyajian merchandise (Ma’ruf,2005:203). Pengertian Atmosfer toko menurut Berman Revars yang dikutip oleh Alma (2007 : 60), Atmosfer adalah suasana toko yang meliputi interior, exterior, tata letak, lalu lintas internal toko, kenyamanan udara, layanan, musik, seragam pramuniaga, pajangan barang disebut yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen dan membangkitkan keinginan untuk membeli. Pengertian atmosfer menurut Ma’ruf (2005 : 206), : “Atmosfer adalah suasana dalam toko yang menciptalakan perasaan tertentu dalam pelanggan yang ditimbulkan dari penggunaan unsur “desain interior, pengaturan cahaya, tata suara sistem pengaturan udara dan pelayanan.” 34 2.2. Hasil Pembahasan Penelitian Sebelumnya 1) Penelitian berdasarkan jurnal yang dibuat oleh Alit Suryani pada tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Ritail Service Terhadap Nilai Hedonik dan Kepuasan Pelanggan Pada Ritel Modern di Kota Denpasar”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh langsung retail service terhadap nilai hedonik, pengaruh langsung nilai hedonik terhadap kepuasan pelanggan, dan pengaruh tidak langsung retail service terhadap kepuasan melalui nilai hedonik. Penelitian ini menggunakan 112 sampel yang ditetapkan dengan accidental sampling dan dianalisis dengan analisis jalur/path analysis. Hasil analisis diketahui bahwa variabel retail service berpengaruh langsung terhadap nilai hedonik (74 persen), variabel nilai hedonik berpengaruh langsung terhadap kepuasan pelanggan (51 persen) dan retail service berpengaruh tidak langsung terhadap kepuasan pelanggan (34 persen). Oleh karena itu ritel modern relevan memperhatikan dan meningkatkan kualitas service agar konsumen puas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis variabel bauran ritel dan kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha, jumlah responden dan tahun pelaksanaan penelitian. 2) Penelitian berdasarkan jurnal yang dibuat oleh Alit Suryani pada tahun 2011 dengan judul “Customer Relationship Pada Ritel Tradisional di Kota Denpasar”. Penelitian ini menggunakan responden dari 80 penjual dengan accidental sampling dan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penjual ritel telah menjalankan 35 dimensi costumer relationship dalam mempertahankan hubungan dengan pelanggan, dan costumer relationship dibutuhkan untuk bersosialisasi secara sistematis agar menjadi elemen yang kuat dalam retail tradisional di Denpasar. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis variabel bauran ritel dan kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha yang diteliti, jumlah responden dan waktu pelaksanaan penelitian. 3) Penelitian berdasarkan jurnal yang dibuat oleh Ade Devia Pradipta dan Nyoman Dayuh Rimbawan pada tahun 2011 dengan judul “Hubungan Harga, Kepuasan, dan Loyalitas Pelanggan di Bidang Jasa Penerbangan (Studi Pada Maskapai Garuda Indonesia)”. Dirasakan keadilan harga berpengaruh langsung atas kepuasan pelanggan tetapi tidak untuk loyalitas. Berdasarkan analisis kepuasan pelanggan dan loyalitas mendahului dua kepentingan atas penerimaan harga. Penelitian ini menemukan saran bahwa dirasakan keadilan harga dalam industri pelayanan dapat dilihat sebagai sebuah faktor dalam rangka untuk mempertahankan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis variabel bebas dimana penelitian ini hanya meneliti variabel harga saja. 4) Penelitian berdasarkan jurnal yang dibuat oleh Wayan Edi Arsawan dan Wayan Suryathi pada tahun 2009 dengan judul “Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Aplikasi Konsep Penjualan Pada Supermarket Tiara 36 Dewata Group Di Denpasar”. Seratus responden telah disurvey dengan koesioner dan rekapitulasi atas customer as a partner yang merupakan kepuasan pelanggan dengan fasilitas fisik, beberapa keuntungan berbelanja dan pelayanan. Aplikasi yang paling menguntungkan atas customer as a partner yaitu keuntungan berbelanja. Hasil dari penelitian adalah aplikasi atas customer as a partner sebagai konsep penjualan yang mana diterapkan di Tiara Dewata Group dapat mencapai kepuasan pelanggan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah tempat penelitian, variabel bebas yang digunakan dan waktu pelaksanaan penelitian. 5) Penelitian berdasarkan jurnal yang dibuat oleh Asmai Ishak pada tahun 2005 dengan judul “Pentingnya Kepuasan Konsumen dan Implementasi Strategi Pemasarannya”. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam rangka terciptanya kepuasan konsumen tersebut, perusahaan akan berusaha untuk mengetahui: (1) minat yang mendasari konsumen membeli produk mereka; (2) proses pengambilan keputusan pembelian produk tersebut; dan (3) penilaian (persepsi) para konsumen terhadap produk perusahaan jika dibandingkan dengan produk pesaing. Dengan memahami ketiga hal tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memilih metode dan media komunikasi yang tepat dan sesuai dengan pasar sasarannya dan mempunyai pedoman untuk menetapkan strategi pelayanan, saluran distribusi, bersaing dan pengembangan produk di masa yang akan datang. Dalam konsep ini perusahaan berusaha untuk memuaskan semua stakeholder-nya. Persamaan 37 penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis variabel bauran ritel, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha, Lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian. 6) Penelitian yang dilakukan oleh Farid Hamdani pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Bauran ritel terhadap Citra Toko (Studi pada Persepsi Konsumen Matahari Departement Store Tunjungan Plaza Surabaya)”. Penelitian ini berusaha menjelaskan hubungan kausalitas antara elemen bauran ritel, yaitu antara lain: apakah bauran ritel yang terdiri dari lokasi toko, pelayanan, produk, harga, suasana toko, karyawan toko, dan metode promosi berpengaruh terhadap citra toko pada Matahari Department store. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk kota Surabaya yang pernah berkunjung ke Matahari Department store dengan jumlah populasi infinite. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dan penarikan sampel dilakukan dengan accidental sampling serta alat analisis regresi linier berganda untuk mempengaruhi besarnya pengaruh tersebut. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis variabel bauran ritel, sedangkan perbedaannya adalah lokasi yang diteliti, waktu pelaksanaan penelitian dan variabel terikatnya. 7) Penelitian yang dilakukan oleh Raudhah Maria Ulfah pada tahun 2008 dengan judul “Analisis Variabel Pembentuk Kepuasan Konsumen pada Ritel Hypermarket di Depok”. Pada penelitian ini menyatakan bahwa pengusaha ritel bersaing dalam memperoleh simpati konsumen diantaranya dengan 38 meningkatkan pelayanan guna mencapai kepuasan konsumen. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama meneliti kepuasan konsumen dan variabel kualitas pelayanan sedangkan perbedaannya adalah variabel bebas yang diteliti berbeda, tahun penelitian juga berbeda. 8) Penelitian berdasarkan jurnal yang dilakukan oleh Lia Natalia pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Faktor Persepsi yang Memengaruhi Minat Konsumen untuk Berbelanja pada Giant Hypermarket Bekasi”. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan dalam berbelanja dan promosi secara bersama maupun secara parsial terhadap minat konsumen untuk berbelanja dan untuk menganalisis variabel manakah yang paling dominan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis variabel bauran ritel, sedangkan perbedaannya adalah lokasi penelitian dan tahun pelaksanaan penelitian. 9) Penelitian yang dilakukan oleh Ginanda Paramita pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Aplikasi Bauran Pemasaran Terhadap Kepuasan Pelanggan Toko Modern (Studi Kasus Pada Carrefour di Depok )”. Dari perhitungan menggunakan regresi linier berganda, dapat dilihat bahwa tidak semua variabel bauran pemasaran berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Dari delapan variabel, terdapat dua variabel yang tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, yaitu variabel store location dan Sedangkan characteristic, sisanya yaitu variabel 39 product design exterior. retail communication, in store ambience, retail price consideration, dan visual merchandising berpengaruh positif dan customer service berpengaruh negatif terhadap kepuasan pelanggan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian. 10) Penelitian berdasarkan jurnal yang dibuat oleh Trisno Musanto pada tahun 2004 dengan judul “Faktor – Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan: Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya”. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kepusaan pelanggan mempunyai pengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan Iklan Jitu surat kabar Jawa Pos pada CV.Sarana Media advertising dan variabel mana yang memberikan kontribusi terbesar pengaruhnya terhadap loyalitas pelanggan. Dalam penelitian ini menggunakan empat variabel untuk mewakili kepuasan pelanggan yang meliputi: reliability, response to and remedy of problems, sales experience dan convenience of acquisition. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa sales experience memberikan kontribusi terbesar terhadap loyalitas pelanggan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah variabel bebas yang diteliti berbeda dan tahun pelaksanaan penelitian. 11) Penelitian yang dilakukan oleh Agyl Satrio Hutomo pada tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Kualitas Produk dan Tingkat Kepuasan Konsumen 40 Terhadap Loyalitas Pelanggan pada Produk Makanan Tela Krezz Cabang Bekasi”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk dan tingkat kepuasan konsumen secara bersama – sama berpengaruh terhadap loyalitas pelangan. Secara parsial kualitas produk dan tingkat kepuasan konsumen juga berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan dimana variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap loyalitas pelanggan adalah tingkat kepuasan konsumen. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha yang diteliti dan tahun pelaksanaan penelitian. 12) Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Iqbal pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Persepsi Nilai, Harapan, dan Kepercayaan Terhadap Kepuasan Konsumen pada Penyedia Jasa Internet di Jabodetabek”. Dari hasil penelitian variabel persepsi nilai dan kepercayaan memengaruhi kepuasan akan PJI secara langsung dan signifikan. Sedangkan untuk variabel harapan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kepuasan konsumen. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis variabel bebas, lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian. 13) Penelitian yang dilakukan oleh Mita Febriana Puspasari pada tahun 2008 dengan judul “Analisis Pengaruh Retail Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Pamela Swalayan Yogyakarta”. Seorang pengecer memerlukan lebih dari sekedar menjual produk-produk yang berkualitas dan 41 beragam, menawarkan produk tersebut dengan harga menarik dan membuatnya mudah didapat oleh konsumen, tetapi juga harus berkomunikasi dengan para konsumen yang ada sekarang dan calon konsumen. Untuk melakukan hal ini, mereka harus memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana, di mana, apa dan kapan para konsumen akan melakukan pembelian. Para pengecer harus memperhatikan semua faktor yang mempengaruhi para konsumen, seperti barang dagangan, harga, suasana toko dan servis pelanggan (customer service). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis variabel bauran ritel, sedangkan perbedaannya adalah lokasi penelitian dan tahun pelaksanaan penelitian. 14) Penelitian yang dilakukan oleh Rahman El Junusi pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Atribut Produk Islam, Komitmen Agama, Kualitas Jasa dan Kepercayaan Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Bank Syari’ah (Pada Bank Muamalat Kota Semarang)”. Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara atribut produk dengan kepuasan, pengaruh komitmen agama terhadap kepuasan nasabah lebih besar pengaruhnya dari pada atribut produk, analisis data kualitas yang disediakan Bank Muamalat pengaruhnya signifikan terhadap kepuasan nasabah, pengaruh kepercayaan terhadap nasabah mempunyai pengaruh yang signifikan dan hasil empiris menunjukkan kepuasan dan loyalitas mempunyai hubungan positif (0,55), hal ini menunjukan semakin puas nasabah maka semakin tinggi loyalitas nasabah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti 42 adalah sama-sama menganalisis kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis variabel bebas yang digunakan dan tahun pelaksanaan penelitian. 15) Penelitian yang dilakukan oleh Maksum Ainaini pada tahun 2006 dengan judul “Studi Terhadap Kepuasan Atas Pelayanan Puskesmas di Surakarta”. Dari hasil perhitungan komputer menyebutkan bahwa nilai Beta dari kelima dimensi service quality yaitu assurance sebesar (1,375), reliability sebesar (0,866), dan emphaty sebesar (0,810). Hal ini dapat dilihat bahwa assurance mempunyai nilai β paling tinggi, dengan demikian bahwa dimensi assurance mempunyai pengaruh dominan terhadap kepuasan pelanggan, kemudian yang kedua adalah variabel reliability, dan ketiga adalah variabel emphaty. Hasil uji F diperoleh nilai Fhitung (23,393) lebih besar dari Ftabel (2,21). Dengan demikian hipotesis terbukti bahwa lima dimensi service quality yaitu reliability (X1), responsiveness (X2), assurance (X3), emphaty (X4), dan tangibel (X5) secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelayanan pasien puskesmas-puskemas di Surakarta. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha, jenis variabel bebas yang digunakan dan waktu pelaksanaan penelitian. 16) Jurnal yang dibuat oleh Malcolm Kirkup dan Mohammed Rafiq pada tahun 1994 dengan judul ”Managing Tenant Mix in New Shooping Centres”. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat usaha yang 43 letak usahanya berada di daerah pusat perdagangan, akan lebih mudah mendapatkan perhatian dari calon konsumen. Selain itu, dikatakan bahwa untuk perkembangan sebuah usaha, maka dibutuhkan sebuah pengembangan lokasi usaha yang baik dan konsisten untuk dapat bersaing dengan usahausaha baru yang lebih unik dan lebih segar. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti variabel lokasi usaha sedangkan perbedaan penelitian ini adalah jenis usaha yang diteliti dan tahun pelaksanaan penelitian. 17) Jurnal yang dibuat oleh Bert Rosenbloom pada tahun 1986 dengan judul ”The Trade Area Mix and Retailing Mix : A Retail Strategy Matrix”. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan petunjuk-petunjuk mengenai pendirian usaha baru pada suatu area perdagangan dan menambah pengetahuan mengenai produk untuk suatu usaha baru. Kesimpulannya dari penelitian ini adalah matriks strategi bauran pemasaran ritel berpengaruh positif terhadap posisi sebuah usaha dalam suatu area perdagangan. Dengan melakukan strategi pengembangan yang tepat, maka suatu usaha akan dapat mengikuti alur dari sebuah area perdagangan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis variabel bauran pemasaran ritel, sedangkan perbedaannya pada waktu pelaksanaan penelitian. 18) Penelitian berdasarkan jurnal yang dilakukan oleh Yu-Jia Hu dengan judul “Service Quality as Mediator of The relationship Between Marketing Mix Strategy and Customer Loyalty: The Case of Retailing Store in Taiwan”. 44 Penelitian ini mendukung teori bahwa strategi bauran pemasaran memiliki dampak signifikan pada loyalitas pelanggan. Penelitian ini menguji secara komprehensif pengaruh mediasi kualitas pelayanan terhadap hubungan antara strategi bauran pemasaran dan loyalitas pelanggan untuk pelanggan di toko ritel Taiwan. Populasi untuk penelitian ini adalah identifikasi sebagai pelanggan dari empat rantai toko ritel, hasil survei di 200 individu untuk anailis. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama–sama meneliti variabel bauran pemasaran dan kualitas pelayanan, sedangkan perbedaanya adalah lokasi penelitian dan tahun pelaksanaan penelitian. 19) Jurnal yang dibuat oleh Harald Biong pada tahun 1993 dengan judul ”Satisfaction and Loyalty to Supplier within the Grocery Trade”. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh dari komponen-komponen marketing mix pemasok (salesforce, product, profitability, and marketing support) terhadap kepuasan dan loyalitas retailernya. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa product dan marketing support tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan retailer tetapi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen individual. Selain itu, dapat diperoleh kesimpulan bahwa kepuasan dan loyalitas pelanggan memliki hubungan yang positif. Semakin tinggi kepuasan dari seorang konsumen, maka loyalitas terhadap sebuah usaha akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kepuasan dari konsumen, maka tingkat loyalitas terhadap sebuah usaha akan semakin rendah. Persamaan penelitian 45 ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti kepuasan konsumen, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha, jenis variabel bebas serta waktu penelitian. 20) Jurnal yang dibuat oleh Peter Carrol pada tahun 1990 dengan judul “Upgrading the Retail Customer Mix”. Khusus pada bank yang kehilangan uangnya sekitar 40% dari konsumen ritel, untuk mengakhiri keadaan ini dibutuhkan tiga tindakan generik yaitu pricing changes, a revamped marketing strategy, dan improved customer management. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan keuntungan ritel mungkin bukan dengan pemotongan harga dengan kebijakan yang pupuler, tetapi bukan dengan mengubah customer mix. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis variabel bauran ritel dan kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha dan tahun pelaksanaan penelitian. 21) Jurnal yang dibuat oleh Alan M. Wilson pada tahun 1992 dengan judul “The Adoption of a Retail-Oriented Merketing Mix for Bank Branch Operations”. Jurnal ini mempertimbangkan penekanan saat ini yang sedang berlangsung dengan ritel bank pada pendistribusian elemen atas bauran pemasaran. Pada hal tertentu, jurnal ini menunjukkan bahwa ritel bank dalam UK telah menyadari pentingnya jaringan cabang didalam mencapai keuntungan kompetitif dan sedang aktif menuju derajat yang lebih besar atau lebih rendah dalam mengadaptasi orientasi bauran pemasaran ritel untuk operasi cabang bank. Jurnal ini meneruskan argumennya bahwa bauran belum sukses 46 berkoordinasi sebagai hasil atas pembatasan pengiriman atas pegawai pemasaran dalam sektor bank. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis variabel bauran ritel dan kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha, lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian. 22) Jurnal yang dibuat oleh Koushiki Choudhury pada tahun 2008 dengan judul “Service Quality: Insight From The Indian Banking Scenario”. Penelitian ini menyarankan bahwa membedakan konsumen menjadi empat dimensi atas service quality dalam kasus ini pada industri bank ritel di India yaitu, sikap, kompetensi, nyata dan kenyamanan. Mengidentifikasi dimensi pokok dari membangun service quality di industri bank ritel India merupakan langkah pertama dalam definisi dan penentuan dari service quality. Jurnal ini telah menarik temuan dari dimensi service quality untuk inisiatif bersaing bahwa manajer bank dapat membawa peningkatan skill karyawan dan sikap dan menanamkan budaya pelayanan konsumen. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha, jenis variabel bebas dan tahun pelaksanaan penelitian. 23) Jurnal yang dibuat oleh Miyuri Shirai pada tahun 2009 dengan judul “Investigation Of Emotional Responses To An Unexpected Price”. Penelitian ini menginvestigasi emosional yang timbul dari pengamatan yang tak terduga mengenai harga tinggi atau rendah, dan bagaimana demikian emosional berkaitan untuk niat pembelian. Eksperimen ini melakukan 47 untuk menganalisis isu penemuan ini bahwa emosional netral, kejutan dan kekaguman, menimbulkan dalam kedua tipe dari pengalaman yang kuat diantara berbagai emosional yang timbul, ketidakpuasan, kemurungan, dan frustasi merupakan rasa pengalaman negatif sangat kuat dan senang, gembira, antusias, puas dan senang merupakan rasa pengalaman positif sangat kuat. Selain itu, terlebih emosional adalah ditemukan untuk menjadi perantara dari efek atas pengalaman harga dalam niat pembelian. Struktur dari harga emosional yang tak terduga adalah dari investigasi dan ditemukan menjadi lebih simpel dalam membandingkannya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis variabel bebas, lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian. 24) Jurnal yang dibuat oleh L. Lynn Judd, Barry T. Lewis dan Jon R.Nance pada tahun 1989 dengan judul “Pricing Strategies In The Small Business Retail Grocery Area: Can They Affect Retail Profitability”. Objek primer dalam penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan diantara perkerjaan dari strategi seleksi harga dan keuangan yang sukses dari anggota toko atas kooperatif toko ritel. Tujuan penelitian ini adalah dirasakannya situasi persaingan dari toko retail telah masuk dalam hubungan ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis bauran pemasaran ritel dan kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha, lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian. 48 25) Jurnal yang dibuat oleh Charles Dennis,Tino Fenech dan Bill Merriles pada tahun 2005 dengan judul “Sale the 7 Cs: Teaching/Training Aid For The (e-) Retail Mix”. Penemuan atau hasil dari penelitian diringkas kedalam kerangka kerja bahwa mempunyai tujuh komponen terkait dengan “C” yang membantu menghapalkan. Dimulai dari C1 untuk kenyamanan, C2 untuk nilai dari konsumen dan keuntungan, C3 untuk biaya bagi konsumen, C4 untuk komputasi dan kategori manajemen, C5 untuk hak konsumen, C6 untuk layanan konsumen dan servis, dan C7 untuk komunikasi dan hubungan konsumen. Ini disederhanakan dalam menghapal dan ini hal baru dalam (e-) retail. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis variabel bauran pemasaran ritel dan kepuasan pelanggan, sedangkan perbedaannya adalah jenis usaha, lokasi dan tahun pelaksanaan penelitian. 2.3. Rumusan Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan studi–studi terdahulu yang relevan, maka rumusan hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. H1 : Ada pengaruh yang positif antara faktor harga terhadap kepuasaan konsumen pada Toko Bahan Bangunan UD. Tiasari Nadi 2. H2 : Ada pengaruh yang positif antara faktor merchandise terhadap kepuasaan konsumen pada Toko Bahan Bangunan UD. Tiasari Nadi 3. H3 : Ada pengaruh yang positif antara faktor Layanan terhadap kepuasaan konsumen pada Toko Bahan Bangunan UD. Tiasari Nadi. 49 4. H4 : Ada pengaruh yang positif antara faktor Lokasi terhadap kepuasaan konsumen pada Toko Bahan Bangunan UD. Tiasari Nadi. 5. H5 : Ada pengaruh yang positif antara faktor Promosi terhadap kepuasaan konsumen pada Toko Bahan Bangunan UD. Tiasari Nadi. 6. H6 : Ada pengaruh yang positif antara faktor Atmosfer Toko terhadap kepuasaan konsumen pada Toko Bahan Bangunan UD. Tiasari Nadi Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Harga (X1) Merchandise(X2) Kepuasaan (Y) Pada Toko Bahan Bangunan UD Tiasari Nadi Layanan(X3) Lokasi(X4) Promosi(X5) Atmosfer gerai(X6) 50