tinjauan pustaka

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Cabai Merah (Capsicum annuum)
Cabai atau lombok termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi
Angiospermae, kelas Dicotyledone, ordo Solanales, famili Solanaceae, genus
Capsicum, dan spesies Capsicum annuum L. Cabai termasuk ke dalam suku
terong-terongan (Solanaceae). Buah cabai banyak mengandung vitamin A dan C.
Selain itu, buah cabai mengandung minyak atsiri capsaicin yang menyebabkan
buah terasa pedas.
Tanaman cabai merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan batang
berkayu dan memiliki banyak cabang. Tinggi tanaman dapat mencapai 100 cm
dengan diameter tajuk sampai 50 cm. Daun cabai umumnya berwarna hijau muda
sampai gelap; bentuk daun cabai umumnya bulat telur, lonjong, atau oval dengan
ujung meruncing tergantung jenis dan varietasnya. Bunga cabai berbentuk
terompet, sama dengan bunga pada tanaman Solanaceae lainnya; bunga cabai
merupakan bunga lengkap yang terdiri dari kelopak, mahkota, benang sari, dan
putik. Buah cabai memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda tergantung
jenis dan varietasnya. Tanaman cabai memiliki akar tunggang yang terdiri atas
akar utama dan akar lateral. Akar lateral mengeluarkan serabut, mampu
menembus tanah sampai kedalaman 50 cm dan lebar sampai 45 cm (Wiryanta &
Wahyu 2002).
Pada umumnya, cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan
(dataran tinggi) dengan ketinggian ± 2.000 m dpl dengan keadaan iklim yang
tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk
pertumbuhan tanaman cabai adalah 24 sampai 27 ºC dan untuk pembentukan buah
pada 16 sampai 23 ºC.
Buah cabai dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan bumbu masak, industri
makanan, dan obat-obatan. Tanaman cabai termasuk komoditas sayuran yang
hemat lahan karena untuk produksinya lebih mengutamakan perbaikan teknologi
budidaya. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin, damar, zat
pewarna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clanlutein; dan
4
mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan naisin. Zat aktif kapsisidin
berkhasiat untuk memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah infeksi
sistem percernaan (Dermawan 2010).
Potensi Bahan Tanaman sebagai Repellent Serangga
Jerut Purut (Citrus hystrix)
Jeruk purut termasuk ke dalam divisi Spermathophyta, subdivisi
Angiospermae, kelas Dicotyledone, ordo Geraniales, famili Rutaceae, genus
Citrus, dan spesies Citrus hystrix D. C. Jeruk purut merupakan pohon dengan
ketinggian 5 sampai 7.5 m. Batang berkayu, tumbuh tegak, berbentuk bulat,
dengan percabangan simpodial, berduri, dan berwarna hijau kotor. Daun tunggal,
berseling, berbentuk lonjong, tepi beringgit, dengan ujung meruncing, pangkal
membulat, memiliki panjang 4 sampai 5.5 cm; dan lebar 2 sampai 2.5 cm.
Pertulangan daun menyirip, permukaan berbintik, dan berwarna hijau. Bunga
majemuk, berbentuk tandan, berada di ketiak daun, bertangkai silindris, dengan
panjang ± 2 cm, dan berwarna hijau; kelopak berbentuk bintang, berwarna hijau
kekuningan; benang sari berbentuk silindris dengan panjang 3 sampai 6 mm, dan
berwarna putih; tangkai putik berbentuk silindris dengan panjang 3 sampai 5 mm,
kepala bulat dan berwarna kuning; mahkota bunga sebanyak 5 helai, berbentuk
bintang, dan berwarna putih (Syamsuhidayat et al. 1993).
Daun jeruk purut mengandung tannin sebanyak 1.8%; steroid; tritepenoid;
dan minyak atsiri dengan komposisi antara lain sitronellal, ß-linalool, ß-pinena,
ß-mirsena, dan komponen lain. Kulit buah jeruk purut mengandung zat saponin;
tannin 1%; steroid; triterpenoid; dan minyak atsiri yang mengandung sitrat 2%
sampai 2.5% (v/b), saponin, polifenol, sitronellal, linalool, geraniol, hidroksi
sitronellal, linalil asetat, flavonoid, naringin, dan hesperidin (Bisset 1994; Hakim
et al. 2001; Takarina & Koswara 1995; Agusta 2000). Menurut Martini et al.
(2002), daun jeruk purut memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi dan dapat
dijadikan sebagai penolak (repellent) nyamuk Aedes aegypti (Diptera: Culicidae).
5
Serai wangi (Cymbopogon citratus)
Serai wangi termasuk ke dalam golongan rumput-rumputan yang disebut
Andropogon citratus atau Cymbopogon citratus dan termasuk ke dalam divisi
Anthophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monokotil, famili Graminae, genus
Cymbopogon, dan spesies Cymbopogon citratus (Agusta 2000).
Serai wangi
dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah yang cukup subur, dengan ketinggian
sampai 4.000 m dpl. Minyak atsiri tanaman serai wangi mengandung campuran
berbagai jenis senyawa termasuk di dalamnya aldehida, alkohol, ester, keton, dan
terpena. Senyawa-senyawa tersebut diduga merupakan sisa metabolisme tanaman
dan digunakan untuk menjalankan peran ganda, seperti menarik serangga atau
mengusir serangga. Mardiasih (2010) melaporkan bahwa ekstrak batang serai
wangi pada konsentrasi 0.5% dan 1% dapat memberikan efek penghambatan
peneluran terhadap lalat buah dengan persentase penghambatan peneluran
masing-masing 87% dan 92%.
Kacang Babi (Tephrosia vogelii)
Kacang babi yang memiliki nama latin Tephrosia vogelii Hook. F.
(Fabaceae) merupakan tanaman perdu berumur pendek yang berasal dari Afrika
tropis, tumbuh tegak, bercabang banyak, memiliki tinggi 2 sampai 3 m. Kacang
babi memiliki akar tunggang. Batang berbentuk bulat, berkayu, dan berwarna
hijau. Daun berwarna hijau. Bunganya ada yang berwarna ungu dan putih;
sedangkan bijinya berukuran kecil, keras, dan berwarna hitam (Kardinan 2002).
Kacang babi mengandung senyawa rotenoid termasuk rotenon, tefrosin, dan
deguelin. Rotenon banyak terdapat pada bagian daun tanaman kacang babi.
Ekstrak daun kacang babi bersifat repellent terhadap imago Sitophilus zeamais
(Coleoptera: Curculionidae) pada konsentrasi 7.5% sampai 10% (w/w) dan dapat
menghambat pertumbuhan imago sampai 87.5%; diikuti dengan konsentrasi 2.5%
(w/w) yang menghambat pertumbuhan sebesar 65% (Ogendo et al. 2003).
Nilam (Pogostemon cablin)
Nilam (Pogostemon cablin) termasuk ke dalam famili Labiateae, ordo
Lamiales, divisi Spermathophyta, dan subdivisi Angiospermae. Nilam dapat
6
tumbuh di berbagai jenis tanah (andosol, latosol, regosol, padsolik, dan kambisol),
tetapi akan tumbuh lebih baik pada tanah gembur yang banyak mengandung
humus, bertekstur lempung sampai liat berpasir, dengan pH 5.5 sampai 7
(Nurhayani 2006).
Minyak nilam dapat digunakan sebagai antiseptik, insektisida, dan aroma
terapi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstrak daun nilam dapat
menghambat aktivitas peneluran hama. Yuliani et al. (2005) telah melakukan
penelitian menggunakan ekstrak daun nilam pada konsentrasi 50% dan mampu
memberikan penolakan terhadap lalat Musca domestica (Diptera: Muscidae)
sebesar 87.6%.
Kemangi (Ocimum bassilicum)
Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan ketinggian antara
30 sampai 150 cm. Kemangi termasuk ke dalam ordo Lamiales, famili
Lamiaceae, genus Ocimum, dan spesies Ocimum bassilicum. Kemangi memiliki
batang berkayu; berbentuk segi empat atau bulat; beralur; bercabang; berbulu; dan
berwarna hijau, hijau kecoklatan atau ungu. Daun tunggal berbentuk bulat telur,
ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, panjang
1 sampai 5 cm, dan lebar 3 sampai 6 cm (Kardinan 2002).
Daun kemangi mengandung eugenol, linalool, dan geraniol yang bersifat
volatil; senyawa ini menyebabkan nyamuk tidak datang (Dinata 2005). Selain itu,
daun kemangi mengandung metil eugenol, ocimene, alfa pinene, eucalyptol,
methyl cinnamate, anetol, dan chompor (Kardinan 2003). Kardinan (2007) juga
melaporkan bahwa daun kemangi memiliki daya proteksi terhadap serangan
nyamuk A. aegypti sebesar 22.9% pada konsentrasi 20%.
Lalat Buah Bactrocera sp.
Dalam siklus hidupnya, lalat buah melalui 4 fase perkembangan, yaitu telur,
larva, pupa, dan imago. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah,
di dalam luka, atau cacat buah secara berkelompok. Lalat buah betina dapat
menghasilkan telur sekitar 15 butir. Telur berwarna putih transparan berbentuk
bulat panjang dan salah satu ujungnya runcing.
Larva lalat buah hidup dan
7
berkembang di dalam daging buah antara 6 sampai 9 hari. Larva mengorok
daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau pencerna yang berfungsi
melunakkan daging buah sehingga mudah dihisap dan dicerna. Enzim tersebut
diketahui dapat mempercepat pembusukan, selain bakteri pembusuk yang
mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas pembusukan sudah
mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah. Bersamaan dengan jatuhnya
buah, larva lalat buah siap memasuki tahap pupa, kemudian larva masuk ke dalam
tanah dan menjadi pupa. Pupa berwarna kecoklatan dan berbentuk oval dengan
panjang ± 5 mm. Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama
16 hari.
Imago lalat buah berwarna merah kecoklatan, toraks berwarna gelap dengan
2 garis kuning membujur, dan pada bagian abdomen terdapat garis melintang.
Lalat buah betina memiliki ujung abdomen yang lebih runcing dibandingkan
dengan lalat jantan. Lalat buah mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dengan
siklus hidup yang pendek dan peka terhadap lingkungan yang kurang baik. Suhu
optimal untuk perkembangan lalat buah sebesar 26 °C, sedangkan kelembaban
relatif
sekitar
70%.
Kelembaban
tanah
sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan pupa. Selain itu, cahaya mempunyai pengaruh langsung terhadap
perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat
dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan menetas apabila
terkena cahaya (Kalshoven 1981).
Fase kritis serangan lalat buah adalah pada saat buah menjelang masak.
Pada fase ini, pelaksanaan pemantauan sangat dibutuhkan.
Lalat buah dapat
dikendalikan dengan berbagai cara mulai dari mekanis, kultur teknis, biologi, dan
kimia. Cara mekanis yang biasa dilakukan untuk pengendalian serangan lalat
buah adalah dengan mengumpulkan dan memungut sisa buah yang tidak dipanen,
terutama buah sotiran untuk menghindarkan buah tersebut menjadi inang
potensial. Pengendalian mekanis juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan
buah yang busuk atau sudah terserang, kemudian dibenamkan ke dalam tanah atau
dibakar. Pembungkusan buah mulai umur 1.5 bulan untuk mencegah peletakan
telur (oviposisi) merupakan cara mekanik yang paling baik untuk diterapkan
sebagai antisipasi terhadap serangan lalat buah. Pengendalian secara kultur teknis
8
dapat dilakukan dengan pengolahan tanah (membalik tanah) di bawah pohon/tajuk
tanaman dengan tujuan pupa terangkat ke permukaan tanah sehingga terkena sinar
matahari dan akhirnya mati.
Di alam, lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus
Biosteres dan Opius; dan beberapa predator, seperti semut, sayap jala
(Chrysopidae: Neuroptera), kepik Pentatomidae (Hemiptera), dan beberapa
kumbang tanah (Coleoptera). Peran musuh alami belum banyak dimanfaatkan
mengingat populasinya yang rendah dan banyaknya petani yang mengendalikan
hama menggunakan insektisida. Parasitoid dan predator ini lebih rentan terhadap
insektisida daripada hama yang diserangnya. Pengendalian dengan cara kimia
yang biasa dilakukan adalah menggunakan senyawa perangkap/atraktan yang
dikombinasikan dengan insektisida yang memiliki efek mortalitas (CABI 2000).
Download