buku PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA

advertisement
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus
utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan
akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Di dalam MDGs terdapat 8 tujuan
utama antara lain:
1. Memberantas Kemikinan dan Kelaparan Ekstrem
2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV dan AIDS, Malaria serta penyakit lainnya
7. Memastikan kelestarian lingkungan
8. Promote global partnership for development
Kedelapan target pembangunan ini harus dicapai pada tahun 2015. Pada tujuan
ke-7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan, dimana salah satu target yang
harus dicapai adalah menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga
tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak dengan
indikator antara lain:
1. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum
layak, perkotaan dan perdesaan
2. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak,
perkotaan dan perdesaan
Target yang harus dicapai untuk tahun 2015 agar rumah tangga perkotaan dapat
mengakses air bersih adalah sebesar 75,29% dengan acuan dasar 50,58% pada
tahun 1993. Sedangkan menurut Laporan MDGs Indonesia 2011, pada tahun
2009 persentasenya menurun menjadi 49,82%. Hal ini menunjukkan terjadinya
degradasi lingkungan menyebabkan air bersih susah ditemukan di kawasan
perkotaan. Oleh karena itu, peningkatan akses rumah tangga terhadap air bersih
menjadi pekerjaan yang besar bagi pemerintah. Sedangkan target yang harus
dicapai untuk mengakses sanitasi layak perkotaan pada tahun 2015 adalah
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
2
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
sebesar 76,82% dengan acuan dasar 53,64% pada tahun 1993. Menurut Laporan
MDGs Indonesia 2011, pada tahun 2009 persentase yang sudah dicapai sebesar
69,51% rumah tangga dapat memperoleh akses terhadap sanitasi layak pada
kawasan perkotaan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan
adalah adanya Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP)
dimana didalamnya setiap kabupaten/kota diharuskan untuk menyusun
dokumen perencanaan sanitasi. Didalam Dokumen Perencanaan Sanitasi
kabupaten/kota harus menyusun tiga (3) dokumen yaitu Buku Putih Sanitasi
Kabupaten/Kota, Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dan Memorandum
Program Sektor Sanitasi (MPSS).
Rangkaian awal dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Sanitasi adalah
Penulisan Buku Putih Sanitasi. Buku Putih tersebut berisikan informasi yang
lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi di Kabupaten/Kota sebagai dasar
untuk membuat perencanaan pengembangan sanitasi dimasa mendatang.
Tahapan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi antara lain :
1. Internalisasi dan penyamaan persepsi
2. Penyiapan profil wilayah
3. Penilaian profil sanitasi (sanitation assessment)
4. Penetapan prioritas pengembangan sanitasi
5. Finalisasi buku putih
Berdasarkan pada survey kebutuhan nyata sanitasi Kota Yogyakarta tahun 2008,
akses masyarakat terhadap air bersih tidak mengalami persoalan yang besar,
karena sebagian besar masyarakat tidak kekurangan air pada musim kemarau
dan hujan serta tidak mengalami permasalahan terhadap kualitas air bersih.
Sedangkan untuk sanitasi, sebagian besar masyarakat memiliki WC/KM sendiri
atau paling tidak dilingkungan permukiman terdapat WC/KM umum.
Penyaluran limbah sebagian besar disalurkan pada septic tank atau jaringan
pipa air limbah yang dimiliki Pemda.Terkait dengan penanganan drainase,
hanya 5% masyarakat yang pernah mengalami banjir di lingkungan
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
3
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
permukiman dimana frekuensi banjir tidak sering terjadi dan banjir yang terjadi
cepat surut.
Kegiatan penyusunan Dokumen Perencanaan Sanitasi ini juga mendukung salah
satu misi dalam pembangunan Kota Yogyakarta yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta tahun 20052025, yaitu “Mewujudkan Kota Yogyakarta Sehat”.
1.2. Landasan Gerak
1.2.1. Pengertian Sanitasi
Sanitasi diartikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah
untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik pada tingkat
rumah tangga maupun pada lingkungan perumahan dan terbagi kedalam 3
subsektor antra lain air limbah, persampahan, dan drainase tersier. Menurut
Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP), 2010 sanitasi diartikan
sebagai suatu proses multi-langkah, dimana berbagai jenis limbah dikelola dari
titik timbulan (sumber limbah) ke titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan
akhir.
Berdasarkan pada Buku Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi (TTPS, 2010),
sanitasi adalah upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk
menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik pada tingkat rumah
tangga maupun pada lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi ke dalam tiga
subsektor yaitu air limbah, persampahan dan drainase. Berikut disajikan uraian
terkait dengan subsektor sanitasi.
1. Pengelolaan air limbah
Sistem pengelolaan air limbah dikelompokkan antara lain :
a.
Sistem setempat air limbah (blak and grey water) langsung diolah
setempat. Sistem setempat bisa kering atau basah. Sistem kering tidak
memakai air untuk membersihkan kotoran. Sedangkan sistem basah
menggunakan air untuk membersihkan kotoran dan sistem basah ini yang
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
4
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
umum digunakan di Indonesia. Pada sistem setempat yang memadai
dibutuhkan ceruk atau tangki untuk menampug endapan tinja dan
tergantung pada permeabilitas tanah ntk menapis air limbah ke dalam
tanah. Tangki septik memerlukan pembuangan endapan tinja secara
berkala (2-4 tahun). Endapan tinja yang terkumpul harus diangkut dan
diolah di instalasi pengolahan yang dirancang untuk ini (instalasi
pengolahan lumpur tinja atau IPLT).
b.
Sistem terpusat, sistem ini biasanya dikelola oleh Pemerintah Daerah atau
badan milik swasta resmi yang mengalirkan black dan grey water secara
bersamaan. Sistem ini umumnya menyertakan WC gelontor yang
tersambung ke saluran limbah
c.
Sistem sanitasi hibrida, sistem ini masih menahan solid di dalam bak
penampungannya,
tetapi
mengalirkan
limbah
cairnya
ke
sistem
pengumpulan/koleksinya. Sistem hibrida bisa dikoneksikan ke kloset
sistem simbur ataupun sentor yang dialirkan lebih dulu ke interseptor
sebelum dihubungkan dengan jaringan pipa air limbah. Sebagaimana
tangki septik biasa, lumpur dalam bak penampung tetap harus dikuras ke
IPLT.
2. Pengelolaan persampahan
Pengelolaan sampah dibagi ke dalam dua aktivitas utama yaitu pengumpulan
dan pemrosesan akhir. Berdasarkan UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, untuk pemrosesan akhir digunakan sistem controlled dan sanitary
landfill. Sedangkan untuk sistem open dumping sudah tidak diperkenankan lagi.
Pengumpulan sampah dibedakan menjadi pengumpulan langsung atau
perorangan (dari pintu ke pintu) dan tidak langsung atau komunal (ditimbun
pada TPS atau kontainer).
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
5
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
3. Pengelolaan drainase
Drainase perkotaan dibedakan menjadi, sebagai berikut.
a. Drainase makro yang terdiri dari drainase primer dan sekunder yang
umumnya diperasikan oleh Provinsi atau Balai. Drainase ini berupa sungai,
drainase/saluran primer dan sekunder.
b. Drainase tersier/mikro yang umumnya direncanakan, dibangun dan dirawat
oleh Pemerintah Kota dan bahkan sering pula melibatkan masyarakat.
Fungsi ganda pada drainase tersier yaitu (1) sebagi tempat pembuangan dan
pengaliran grey water dan juga black water sepanjang tahun dan (2) sebagai
penyalur air hujan/limpasan saat musim hujan tiba.
1.2.2. Kajian Wilayah Sanitasi
Berdasarkan kesepakatan dari Pokja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012 dan
penilaian kondisi eksisting sanitasi Kota Yogyakarta, kajian wilayah sanitasi
Kota Yogyakarta terfokus pada kelurahan di Kota Yogyakarta.
1.2.3. Visi dan Misi Kota Yogyakarta
Mengacu pada dokumen perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Kota Yogyakarta tahun 2005-2025 maka Visi Pembangunan Kota
Yogyakarta Tahun 2005 – 2025 adalah: “Kota Yogyakarta sebagai Kota
Pendidikan Berkualitas, Pariwisata Berbasis Budaya dan Pusat Pelayanan
Jasa, yang Berwawasan Lingkungan”.
Dalam mewujudkan visi pembangunan Kota Yogyakarta tersebut ditempuh
melalui 9 (sembilan) misi pembangunan sebagai berikut:
1.
Mempertahankan predikat Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan
2.
Mempertahankan predikat Kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata, Kota
Budaya dan Kota Perjuangan
3.
Mewujudkan daya saing Kota Yogyakarta yang unggul dalam pelayanan
jasa
4.
Mewujudkan Kota Yogyakarta yang nyaman dan ramah lingkungan
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
6
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
5.
Mewujudkan masyarakat Kota Yogyakarta yang bermoral, beretika,
beradab dan berbudaya
6.
Mewujudkan Kota Yogyakarta yang good governance (tata kelola
pemerintahan yang baik), clean government (pemerintah yang bersih),
berkeadilan, demokratis dan berlandaskan hukum
7.
Mewujudkan Kota Yogyakarta yang aman, tertib, bersatu dan damai
8.
Mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas
9.
Mewujudkan Kota Yogyakarta Sehat
Sebagai akselerasi untuk mewujudkan kesinambungan pembangunan dengan
memperhatikan RPJM Nasional, dan mengacu pada RPJP Kota Yogyakarta dan
berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, maka Pemerintah Kota
Yogyakarta menetapkan visi yang terdapat dalam dokumen perencanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Yogyakarta
Tahun 2012-2016 yang sedang disusun yaitu “Terwujudnya Kota Yogyakarta
sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, berkarakter dan Inklusif, Pariwisata
Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan dan
Ekonomi Kerakyatan”.
Dalam mewujudkan visi pembangunan Kota Yogyakarta tahun 2012-2016
tersebut ditempuh melalui 4 (empat) misi pembangunan sebagai berikut :
1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
2. Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas.
3. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dengan gerakan Segoro Amarto.
4. Mewujudkan daya saing daerah yang kuat.
1.2.4. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Yogyakarta Tahun 2009-2029
disusun untuk kurun waktu 20 tahun mendatang, pengembangan ruang Kota
Yogyakarta mengacu pada hierarki fungsional sesuai dengan RTRWN dan
selaras dengan RTRW Provinsi antara lain: Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Sehingga dalam
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
7
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
penataan ruang Kota Yogyakarta tidak terlepas dari penataan ruang di wilayah
sekitarnya, yaitu :
 Dalam konteks nasional Kota Yogyakarta adalah Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) yang membutuhkan keterkaitan aksesibilitas antar wilayah secara
optimal.
 Dalam konteks Provinsi D.I Yogyakarta merupakan Ibukota Provinsi,
sehingga dituntut terjadinya aksesibilitas yang tinggi ke sistem kota-kota
dibawahnya (Sleman, Bantul, Kulonprogo dan Gunungkidul) maupun pusatpusat pengembangan lainnya
 Fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan Ibukota Provinsi dituntut
adanya keterkaitan Kota Yogyakarta dengan kota-kota hinterland di
sekitarnya yang berhimpitan untuk membagi beban dan fungsi-fungsi
kegiatan perkotaan secara hierarkis dan terintegrasi.
Tujuan utama penataan struktur tata ruang Kota Yogyakarta adalah sebagai
berikut:
 Memantapkan fungsi Kota Yogyakarta dan kota-kota di sekitarnya untuk
mendukung fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional yaitu sebagai pusat
koleksi distribusi barang dan jasa dalam melayani wilayah Provinsi D.I.
Yogyakarta yang terintegrasi dengan Pusat-pusat Kegiatan Wilayah di
sekitarnya dan Pusat-Pusat Kegiatan Nasional lainnya di Indonesia serta
Internasional,
 Meningkatkan aksesibilitas Kawasan Aglomerasi Yogyakarta dengan pusat
kegiatan wilayah dan lokal di Provinsi D.I. Yogyakarta serta kota-kota
nasional dan internasional melalui keterkaitan sistem jaringan transportasi
primer baik jaringan jalan darat (arteri/kolektor primer)
 Mempertahankan keberadaan kawasan lindung serta mengoptimalkan
potensi sumber daya alam dengan tetap memperhatikan azas kelestarian,
dan budaya setempat
 Mewujudkan pemanfaatan ruang kota yang serasi dan seimbang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung pertumbuhan dan
perkembangan Kawasan Aglomerasi Yogyakarta
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
8
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
 Mengembangkan sistem pusat-pusat pelayanan kawasan yang terintegrasi
dan berhierarki dengan pusat pelayanan lainnya dan sejalan dengan
kebijaksanaan Pembangunan Nasional, Provinsi D.I. Yogyakarta serta
Kabupaten/Kota terkait
 Mengembangkan beberapa ruas jalan baru untuk selanjutnya diintegrasikan
dengan jalan arteri primer dan kolektor primer dan jalan fungsi sekunder
yang telah ada di Kota Yogyakarta untuk meningkatkan aksesibilitas yang
merata ke seluruh pusat-pusat kegiatan dan ke luar kota sekaligus
mengurangi beban transportasi di Kota Yogyakarta yang didukung sistem
terminal penumpang yang berhierarki
 Sistem pusat-pusat pelayanan mengacu pada analisis hierarki pusat-pusat
kegiatan yaitu Yogyakarta sebagai Pusat Kota sekaligus PKN yang ditunjang
oleh empat Kota sebagai PKL (Sleman, Bantul, Kulonprogo dan
Gunungkidul), dan kota-kota ibukota kecamatan serta kota baru atau pusat
kawasan pariwisata sebagai Pusat Kegiatan Lokal lainnya.
 Pola pemanfaatan ruang untuk Kawasan Lindung dan Kawasan Ruang
Terbuka Hijau atau Jalur Hijau yang telah ditetapkan dalam UU No 26 tahun
2007, serta lahan pertanian sawah beririgasi merupakan limitasi
pengembangan dan harus dijaga kelestariannya dan target kawasan terbuka
secara total adalah 60% dan khusus untuk Kota Inti adalah 35% .
 Pengembangan kawasan pariwisata tetap mempertahankan yang telah ada
dan membatasi dan mengendalikan dengan ketat pengembangan baru di
wilayah provinsi dan Kota Yogyakarta, dan pengarahan pada kawasan efektif
pariwisata di Kecamatan Kraton dan Kota Gede sesuai dengan Rencana Tata
Ruang yang berkaitan
 Mengintegrasikan sistem pelayanan beberapa infrastruktur yang dapat
dilakukan seperti integrasi pelayanan air bersih, pengelolaan sampah,
pengelolaan air limbah dan lainnya berdasarkan kesepakatan antar
kabupaten/kota terkait
 Mengembangkan Kawasan Prioritas untuk mengantisipasi kawasan yang
cenderung tumbuh cepat, mempunyai kepentingan ekonomi, lingkungan dan
sosial budaya
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
9
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
 Mengembangkan
konsep
kelembagaan
kerjasama
antar
wilayah
Kabupaten/Kota dalam penataan ruang Kawasan Aglomerasi Kota
Yogyakarta.
 Menciptakan keserasian pembangunan dengan Kota-Kota di dalam wilayah
pengembangan Provinsi D.I. Yogyakarta.
 Mengembangkan konsep kelembagaan kerjasama penataan ruang dan
pembangunan antarKabupaten/kota dalam Kawasan Aglomerasi Yogyakarta
atau wilayah Kabupaten/Kota lainnya.
1.3. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Buku Putih Sanitasi dimaksudkan untuk memberikan gambaran
yang lengkap terkait kondisi sanitasi Kota Yogyakarta sekaligus menjadi
masukan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta agar memiliki dokumen strategis
dalam pelaksanaan pembangunan Kota Yogykarta. Pemetaan kondisi sanitasi
(sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang
penetapannya berdasarkan urutan potensi risiko kesehatan lingkungan
(priority setting).
Adapun tujuan dari Program Penyusunan Buku Putih Sanitasi ini antara lain :
1. Memberikan informasi sarana sanitasi Kota Yogyakarta.
2. Memetakan sarana sanitasi Kota Yoyakarta.
3. Menyusun rencana dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi Kota
Yogyakarta.
4. Memberikan informasi bagi seluruh pihak yang berkepentingan untuk
pembangunan sanitasi Kota Yogyakarta.
5. Menghasilkan kebijakan daerah terkait dengan sanitasi Kota Yogyakarta.
6. Menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan
pembangunan sanitasi secara efektif, efisien dan terpadu.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
10
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
1.4. Metodologi
1.4.1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Putih (Penilaian
dan Pemetaan Situasi Sanitasi Kota Yogyakarta) antara lain.
1.
Pendekatan partisipatif, dalam pelaksanaannya melibatkan masyarakat
dan swasta dalam layanan sanitasi, komunikasi, serta pemberdayaan
masyarakat dengan pelibatan jender dan masyarakat miskin.
2.
Pendekatan berbasis kebutuhan (demand responsive approach), dimana
dalam melakukan analisis disesuaikan dengan kebutuhan publik dimana
masyarakat ikut terlibat langsung dalam pengambilan keptusan.
3.
Pendekatan berbasis fakta (evidance based approach), dimana data yang
dihasilkan berasal dari data primer dan sekunder sehingga bisa
menjelaskan fakta yang sebenarnya dan mengetahui permasalahan
langsung dari sumbernya.
1.4.2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Yogyakarta meiputi data sekunder dan data primer. Berikut disajikan uraian
terkait dengan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai
berikut.
1. Data sekunder, data ini diperoleh dari instansi/dinas pemerintah Kota
Yogyakarta, hasil penelitian terkait sanitasi yang sudah dilakukan dan juga
kajian literatur terkait dengan sanitasi.
2. Data primer, data ini diperoleh dari survey dan observasi lapangan,
wawancara terstruktur, indepht interview, dan Focus Group Discussion (FGD)
dengan masyarakat umum, pihak swasta, organisasi non pemerintah dan
pemerintah Kota Yogyakarta.
1.4.3. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Yogyakarta meliputi data sekunder dan data primer. Berikut disajikan uraian
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
11
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
terkait dengan sumber data yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih
Sanitasi Kota Yogyakarta.
1.
Data sekunder, meliputi

Arsip dan dokumen terkait dengan pelaksanaan pembangunan sanitasi
Kota Yogyakarta yang berasal dari Badan Perencana Pembangunan
Daerah Kota Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Dinas
KIMPRASWIL Kota Yogyakarta, Badan Lingkungan Hidup Kota
Yogyakarta dan dinas/instansi terkait lainnya meliputi (data statistik,
Kota Yogyakarta Dalam Angka proposal, laporan, foto-foto lapangan)

Dokumen perencanaan meliputi RPJP Kota Yogyakarta, RPJMD Kota
Yogyakarta, RTRW Kota Yogyakarta,
Masterplan Drainase dan
dokumen perencanaan lainnya
2. Data Primer, merupakan data yang diperoleh dari lapangan yang meliputi
data dari survey Pemberdayaan Masyarakat, Jender dan Kemiskinan
(PMJK) dan Aspek Promosi Higiene, Studi Penyedia Layanan Sanitasi
(Sanitation Supply Assessment/SSA), Studi Komunikasi dan Pemetaan Media
dan Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (studi Environmental Health
Risk Assessment/EHRA), Studi Kelembagaan dan Studi Keuangan.
Berikut disajikan diagram terkait dengan tahapan penyusunan Buku Putih
Sanitasi Kota Yogyakarta.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
12
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
Gambar 1. 1. Diagram Alir Tahapan Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Yogyakarta
(Sumber: Seri Manual Pengembangan Strategi Sanitasi Perkotaan Tahap B Penilaian dan Pemetaan SITUASI Sanitasi Perkotaan, 2010)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
13
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
1.5. Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan yang lain
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih (Penilaian dan
Pemetaan Situasi Sanitasi Kota Yogyakarta) antara lain :
1.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya
Alami Hayati dan Ekosistemnya
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang
Perumahan dan Pemukiman
3.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
4.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
5.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
6.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antar Pemerintah Pusat dan Daerah
7.
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
8.
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
9.
Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
10. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
12. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
13. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
15. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
(KSNP-SPP)
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Permukiman (KSNP-SPALP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
14
[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]
19. Keputusan Menteri Kesehatan No: 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan
20. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
21. Keputusan Menteri Kesehatan No: 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
22. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: 03 Tahun
1997 Tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair
23. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor:
157a/Kpts/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel Di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
24. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor:
281/Kpts/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
25. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor: 65
Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Pelayanan
Kesehatan Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
26. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor: 24
Tahun 2000 Tentang Kegiatan Wajib Izin Pembuangan Limbah Cair Di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
27. Peraturan Daerah Kota No 2 Tahun 1995 Tentang Persampahan
28. Peraturan Daerah Kota No 6 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Air Limbah
Domestik
29. Peraturan
Walikota
Nomor
103
Tahun
2009
Tentang
Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009
Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik
30. Peraturan Walikota No 25 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2011
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta Tahun 2012
15
Download