16 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kinerja Karyawan
2.1.1
Pengertian kinerja karyawan
Istilah kinerja dari kata job performance atau actual performance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Prestasi kerja pada
umunya dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman dan kesungguhan
kerja dari karyawan yang bersangkutan. Kinerja pada dasarnya merupakan apa
yang dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa
banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik
untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya
meningkatkan kinerja organisasi (Mathis dan Jackson, 2002:78). Menurut
Mangkunegara (2006:9), kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang secara
kualitas maupun kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadaya.
Kinerja karyawan merupakan komponen penting dalam meningkatkan
produktivitas. Efesiensi dan efektivitas yang tinggi dan dapat menentukan
kemajuan perusahaan. Tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan erat dengan
sistem pemberian penghargaan yang ditetapkan oleh lembaga atau organisasi.
Sedarmayanti (2007:260) kinerja merupakan hasil kerja seseorang pekerja, sebuah
proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan dimana hasil karya
tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara kongrit dan dapat diukur
16
(dibandingkan) secara standar yang telah ditentukan. Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut maka yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja yang
dicapai oleh para karyawan dalam kaitan pelaksanaan tugas berdasarkan ukuran
yang berlaku dalam satu satuan waktu.
2.1.2
Standar kinerja karyawan
Standar kinerja menentukan tingkat kinerja pekerjaan yang diharapkan
dari pemegang pekerjaan dan kriteria terhadap kesuksesan pekerjaan. Biasanya
standar kinerja adalah pernyataan-pernyataan mengenai kinerja yang dianggap
diterima dan dapat dicapai atas sebuah pekerjaan tertentu. Menurut Simamora
(2006:147), ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penetapan
standar kinerja yaitu sebagai berikut.
1) Standar kinerja harus relevan dengan individu dan organisasi.
2) Standar kinerja harus dapat membedakan antara pelaksanaan pekerjaan yang
baik, sedang dan buruk.
3) Standar kinerja dinyatakan dengan angka.
4) Standar kinerja harus mudah diukur.
5) Standar kinerja harus mudah dipahami.
Prosedur untuk membuat standar kinerja sangat majemuk. Dalam
pendekatan yang sangat terarah, manajemen dapat langsung menulis standarstandar dan mensosialisasikan kepada karyawan.
2.1.3
Fungsi dan tujuan kinerja karyawan
Simamora (2006:147) menyatakan standar kinerja karyawan mempunyai
dua fungsi yaitu sebagai berikut.
17
1) Menjadi tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran dari upaya-upaya karyawan. Jika
standar kinerja telah terpenuhi, maka karyawan akan merasakan adanya
pencapaian dan penyelesaian pekerjaan.
2) Standar kinerja merupakan kriteria pengukuran kesuksesan sebuah pekerjaan.
Tanpa adanya standar tidak ada sistem pengendalian yang dapat
mengevaluasi kinerja karyawan.
Standar-standar kinerja karyawan memiliki tujuan antara lain sebagai berikut.
1) Membentuk pedoman-pedoman terhadap kinerja aktual yang dapat diukur.
Hal ini berguna bagi orang yang menduduki jabatan tersebut dan atasannya
dapat mengevaluasi kinerja orang tersebut.
2) Meningkatkan motivasi dan komitmen.
Jika karyawan dan penyelia bekerjasama untuk membuta standar-standar
kinerja karyawan maka partisipasi karyawan dapat memberikan kontribusi
bagi pemenuhan kebutuhan akan afiliasi, pengakuan dan otonomi.
2.1.4
Penilaian kinerja karyawan
Penilaian kinerja karyawan merupakan salah satu tugas manajer yang
penting dalam perusahaan (Rivai, 2010:547). Penilaian kinerja adalah salah satu
tugas penting untuk dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan. Walaupun
demikian, pelaksanaan kinerja yang objektif bukanlah tugas yang sederhana.
Penilaian harus dihindarkan adanya “like dan dislike” dari penilai agar objektivitas
penilai dapat terjaga. Kegiatan penilaian ini penting, karena dapat digunakan
untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik
kepada para karyawan tentang kinerja mereka.
18
Penilaian kinerja memiliki sejumlah tujuan dalam organisasi. Menurut
Sedarmayanti (2007:262), tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut.
1) Membantu meningkatkan kinerja.
2) Menetapkan sasaran bagi kinerja perorangan.
3) Menilai kebutuhan pelatihan dan pengembangan.
4) Menyepakati rencana untuk mengembangkan karyawann dimasa depan.
5) Menilai potensi dimasa depan untuk kenaikan pangkat.
6) Memberi umpan balik kepada karyawan mengenai kinerja mereka.
7) Memberi konsultasi kepada karyawan mengenai peluang karir.
8) Menentukan taraf kinerja karyawan untuk maksud peninjauan gaji.
9) Mendorong pimpinan untuk berpikir cermat mengenai kinerja staf pada
umumnya dan faktor yang mempengaruhinya, termasuk gaya kepemimpinan
dan perilaku mereka sendiri.
Penilaian kinerja juga dapat menjadi landasan untuk penilaian sejauh mana
kegiatan manajemen sumber daya manusia seperti perekrutan, seleksi,
penempatan, kompensasi, dan pelatihan dilakukan dengan baik. Hal ini
ditegaskan oleh Mangkunegara (2006:10), bahwa penilaian kinerja adalah
penilaian yang dilakukan secara sistemasis untuk mengetahui hasil pekerjaan
karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu, juga untuk menentukan
kebutuhan pelatihan kerja secara cepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai
kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik dimasa
mendatang serta sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi
jabatan atau penentuan imbalan.
19
Simamora (2006:338) menyatakan bahwa penilaian kinerja (performance
appraisal) secara keseluruhan merupakan proses yang berbeda dari evaluasi
pekerjaan (job evaluation). Penilaian kinerja berkenaan dengan seberapa baik
seseorang dalam melakukan pekerjaan yang diberikan atau ditugaskan. Seberapa
tinggi harga sebuah pekerjaan bagi organisasi akan ditentukan dari evaluasi
pekerjaan yang akan menunjukkan pada kisaran berapa gaji sepatutnya diberikan
kepada pekerjaan itu.
2.1.5
Manfaat penilaian kinerja karyawan
Arti penting penilaian kinerja menurut William dan Davis dalam
Hariandja, (2002:195) adalah sebagai berikut.
1) Perbaikan kinerja
Penilaian kinerja akan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui
umpan balik yang diberikan oleh organisasi.
2) Penyesuaian gaji
Penilaian kinerja dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi
karyawan secara layak sehingga dapat memotivasi karyawan. Keputusan
untuk penempatan, yaitu menempatkan karyawan sesuai dengan keahliannya.
3) Pendidikan dan pelatihan
Melalui penilaian kinerja akan diketahui kelemahan-kelemahan dari
karyawan sehingga dapat dilakukan program pendidikan dan pelatihan
karyawan.
20
4) Perencanaan karier
Penilaian kinerja dapat digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan karier
karyawan.
5) Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan
Penilaian kinerja dapat memberikan gambaran bagi perusahaan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada sehingga dapat dilakukan
perbaikan. Dapat mengidentifikasi adanya kekurangan dalam desain
pekerjaan, nilai kinerja yang kurang akan menunjukan adanya kekurangan
dalam perencanaan jabatan.
6) Perlakuan kesempatan yang sama kepada semua karyawan
Penilaian kinerja yang objektif menunjukan adanya perlakuan yang adil bagi
semua karyawan.
7) Dapat membantu karyawan dalam mengatasi masalah yang bersifat eksternal
Penilaian kinerja akan memberikan informasi kepada atasan sehingga akan
diketahui hal-hal yang menyebabkan turunnya kinerja, sehingga manajemen
dapat membantu menyelesaikannya.
8) Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia.
Penilaian kinerja secara keseluruhan akan memberikan gambaran sejauh
mana fungsi sumber daya manusia berjalan dengan baik atau tidak.
Grensing-Pophal (2008) menyatakan bahwa untuk mengevaluasi kinerja
karyawan, dinilai dari dua keahlian yang dimiliknya, yaitu keahlian teknis dan
interpersonal. Kedua keahlian tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1) Keahlian teknis, meliputi hal-hal sebagai berikut.
21
(1) Wawasan kerja. Indikator ini menilai tentang apakah karyawan memiliki
keahlian dan pengetahuan tentang pekerjaannya untuk memenuhi standar
yang telah ditentukan.
(2) Kualitas kerja, meliputi akurasi, ketelitian, konsistensi, dan penyelesaian
tugas yang diserahkan atau dilaksanakan
(3) Produktivitas, meliputi hasil kerja dan ketepatan waktu menyelesaikan
pekerjaan.
(4) Daya paham, meliputi kemampuan belajar, menyerap konsep yang
esensial bagi pekerjaan, dan mengikuti instruksi/prosedur.
(5) Organisasi, menyangkut kemampuan menangani banyak proyek secara
bersamaan, menyusun prioritas tugas dan menyelesaikan proyek sesuai
jadwal.
2) Keahlian interpersoal, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Independensi dan inisiatif, yaitu kemampuan untuk bekerja tanpa
pengawasan.
(2) Kerja sama tim, yaitu kemampuan kerja sama yang baik dengan rekan
kerja, manajemen, dan bawahan.
(3) Hubungan dengan pelanggan, yaitu pemahaman tentang pentingnya
pelanggan bagi organisasi, dan perhatian pelanggan terhadapnya.
(4) Perilaku, meliputi antusiasme, keinginan, dan motivasi.
(5) Kepemimpinan, berkaitan dengan kemauan karyawan untuk mengambil
peran pemimpin dan kemampuannya dalam memotivasi, mengarahkan,
menugaskan, dan melatih.
22
(6) Kualitas pribadi, meliputi kehadiran, ketepatan waktu, dan penampilan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa, penilaian kinerja
karyawan dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas serta ketepatan waktu dalam
menyelesaikan
seuatu pekerjaan yang nantinya akan berpengaruh terhadap
pemberian balas jasa berupa kompensasi.
2.1.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
Wirawan (2009:7), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut.
1) Faktor internal pegawai, yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang
merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika kinerja
pegawai berkembang. Faktor-faktor bawaan, misalnya bakat serta keadaan
fisik dan kejiwaan. Sementara faktor-faktor yang diperoleh misalnya,
pengetahuan, ketrampilan, etos kerja, pengalaman kerja, disiplin kerja serta
motivasi kerja.
2) Faktor lingkungan internal organisasi, misalnya strategi organisasi, sukungan
sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, serta sistem
manajemen dan kompensasi. Oleh karena itu, untuk dapat mendukung dan
meningkatkan
produktivitas
karyawan
manajemen
organisasi
harus
menciptakan lingkungan internal organisasi yang kondusif.
3) Faktor lingkungan eksternal organisasi, adalah keadaan, kejadian, atau situasi
yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja
karyawan. Budaya masyarakat juga merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi kinerja karyawan.
23
Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas
maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang ditentukan. Mangkunegara
(2006:32), berpendapat kinerja individu adalah hasil dari hal-hal berikut.
1) Atribut individu, yang menentukan kapasitas untuk mengerjakan sesuatu,
meliputi aktor individu (kemampuan dan keahlian, latar belakang serta
demografi) dan faktor psikologis meliputi persepsi, attitude, personality,
pembelajaran dan motivasi.
2) Upaya kerja (work effort) yang membentuk keinginan untuk mencapai
sesuatu.
3) Dukungan organisasi, yang memberikan kesempatan untuk berbuat sesuatu.
Dukungan organisasi meliputi sumber
daya, kepemimpinan, lingkungan
kerja, struktur organisasi dan job design.
Sedarmayanti (2007:32) menyatakan terdapat pula berbagai faktor yang
mempengaruhi kinerja yaitu sebagai berikut.
1) Sikap mental, berupa motivasi kerja, disiplin kerja dan etika kerja.
2) Pendidikan pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi
akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti
pentingnya produktivitas.
3) Keterampilan, pada aspek tertentu karyawan akan semakin terampil melaui
pelatihan, sehingga akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas
kerja dengan baik. Karyawan akan lebiih terampil apabila mempunyai
kecakapan (ability) dan pengalaman (experience) yang cukup.
24
4) Manajemen, pengertian manajemen disini dapat berkaitan denga sistem yang
diterapkan oleh pimpinan yuntuk mengelola ataupun memimpin serta
mengendalikan staf atau bawahannya. Apabila manajemen tepat mendorong
karyawan untuk melakukan tindakan yang produktif.
5) Hubungan Industrial Pancasila (HIP), dengan menerapkan HIP akan
menciptakan ketenangan kerja, memberikan motivasi, menciptakan hubungan
kerja yang serasi dan dinamis, menciptakan harkat dan martabat karyawan.
6) Tingkat penghasilan, apabila penghasilan memadai maka dapat menimbulkan
konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kinerja.
7) Gizi dan kesehatan, apabila karyawan dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan
berbadan sehat, maka akan dapat meningkatkan kinerjanya.
8) Jaminan sosial, jaminan sosial yang diberikan suatu organisasi kepada
karyawannya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian, semangat kerja
dan mendorong kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan kinerjanya.
9) Lingkungan dan iklim kerja, lingkungan dan iklim kerja yang baik akan
mendorong karyawan agar senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung
jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju kea rah
peningkatan kinerja.
10) Sarana produksi, mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja.
11) Teknologi, apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya
maka akan memungkinkan, tepat waktu dalam menyelesaikan proses
25
produksi, jumlah produksi lebih banyak dan bermutu, memperkecil terjadinya
pemborosan bahan sisa.
12) Kesempatan berprestasi, karyawan yang bekerja tentu mengharapkan
peningkatan karier atau pengembangan potensi pribadi yang nantinya akan
bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi organisasinya.
2.2
Penempatan Karyawan
2.2.1
Pengertian penempatan
Penempatan dalam kerja merupakan hal yang menarik untuk diperhatikan
karena nantinya akan berhubungan dengan berbagai kepentingan perusahaan
maupun kepentingan karyawan itu sendiri. Penempatan sumber daya yang tepat
pada posisi yang tepat bukan saja menjadi idaman suatu perusahaan tetapi juga
menjadi keinginan karyawan. Tentunya penempatan ini paling tidak disesuaikan
dengan syarat yang dilihat dari tingkat pendidikan, bakat, kemampuan dan minat
karyawan.
Mengenai pelaksanaan penempatan sumber daya manusia, Mudiartha
(2001 : 140) mengemukakan bahwa penempatan sumber daya manusia adalah
proses kegiatan yang dilaksanakan manajer sumber daya manusia dalam suatu
perusahaan untuk menentukan lokasi dan posisi seorang karyawan dalam
melaksanakan pekerjaan. Tidak hanya itu, masih tetap menurut Mudiartha (2001 :
140) bahwa penempatan sumber daya manusia adalah suatu proses memberikan
tugas dan pekerjaan kepada karyawan yang lulus dalam seleksi untuk
dilaksanakan secara continue dan wewenang serta tanggung jawab yang melekat
sebesar porsi dan komposisi yang ditetapkan serta mampu mempertanggung
26
jawabkan segala resiko yang mungkin terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang
dan tanggung jawab tersebut.
Hasibuan
(2007:70)
menyatakan
bahwa
penempatan
(placement)
karyawan adalah tindak lanjut dari seleksi yaitu menempatkan calon karyawan
yang diterima (lulus seleksi) pada jabatan/pekerjaan yang membutuhkannya dan
sekaligus mendelegasikan authority kepada orang tersebut. Dari definisi diatas
dapat dikatakan bahwa penempatan karyawan adalah cara atau usaha menyalurkan
kemampuan sumber daya manusia sebaik-baiknya untuk menempatkan karyawan
pada suatu tempat paling sesuai sehingga akan dapat meningkatkan semangat
kerja yang bersangkutan.
Menurut Ardana (2012:18), penempatan adalah proses mencocokkan atau
membandingkan kualifikasi yang dimiliki dengan persyaratan pekerjaan, dan
sekaligus memberikan tugas, pekerjaan kepada calon karyawan untuk
dilaksanakan. Dalam melaksanakan tugas, calon karyawan banyak memasuki
suatu keadaan baru yang selama ini belum pernah dialaminya. Keadaan itu adalah
mulai bekerja dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik
dan tepat waktu.
2.2.2
Tujuan penempatan
Menurut Rivai dan Sagala (2010:214) penempatan memiliki manfaat sebagai
berikut.
27
1) Mengurangi ketidaksesuaian
Penilaian terhadap pekerjaan yang realistis dapat menutup kesenjangan psikologis
antara harapan pendatang baru dengan kenyataan yang ada. Perbedaan antara
harapan dan kenyataan disebut ketidaksamaan kognitif.
2) Mencegah berhentinya pekerjaan baru
Berhentinya pekerja baru adalah modal harganya. Disamping biaya rekrutmen
dan seleksi, biaya yang terkait dengan administrasi pekerja baru pada
department SDM, pembuatan gaji pada catatan akuntansi dan biaya pelatihan
akan hilang begitu pekerja tersebut berhenti.
2.2.3
Sistem penempatan
Proses penempatan tidak terbatas pada sumber daya manusia baru lulus
seleksi tetapi juga termasuk penempatan sumber daya manusia lama dan akan
menempati jabatan yang baru, karena rotasi, mutasi dan promosi jabatan. Pada
hakekatnya yang menjadi sasaran proses penempatan sumber daya manusia
menurut Mudiartha (2001:141) adalah sebagai berikut.
1) Mengisi informasi atau lowongan pekerjaan yang tersedia di perusahaan
2) Sumber daya manusia yang baru lulus tidak terlalu lama menunggu
diangkat dan apa yang akan dikerjakan
3) Menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat
4) Agar perusahaan dapat bekerja dengan efisien dengan memanfaatkan
sumber daya manusia yang tepat tersebut.
Menurut Siagan (2004:156), bahwa yang terpenting ketika memasuki
proses penempatan adalah melalui program pengenalan dimana titik tolak yang
28
tepat digunakan untuk menyusun suatu program pengenalan adalah pandangan
yang mengatakan bahwa pegawai baru pada dasarnya ingin diterima sebagai
anggota baru dari suatu keluarga besar. Dengan titik tolak demikian, melalui
program pengenalan mereka menyerap kultur, norma, dan tradisi organisasi dan
dijadikannya sebagai bagian dari cara dan gaya hidupnya. Masih menurut Siagian
(2004:158) bahwa suatu program pengenalan mencakup empat hal Mudirtha yaitu
sebagai aspek kehidupan organisasi, keuntungan bagi pegawai, perkenalan dan
berbagai aspek tugas dan mutasi. Berarti penempatan mencakup promosi, transfer
dan bahkan demosi sekalipun.
Menurut Rivai dan Sagala (2010:214) penempatan memiliki manfaat
sebagai berikut.
1) Mengurangi ketidaksesuaian
Penilaian terhadap pekerjaan yang realistis dapat menutup kesenjangan
psikologis antara harapan pendatang baru dengan kenyataan yang ada.
Perbedaan antara harapan dan kenyataan disebut ketidaksamaan kognitif.
2) Mencegah berhentinya pekerja baru
3) Berhentinya pekerja baru adalah modal harganya. Disamping biaya rekrutmen
dan seleksi, biaya yang terkait dengan administrasi pekerja baru pada
department SDM, pembuatan gaji pada catatan akuntansi dan biaya pelatihan
akan hilang begitu pekerja tersebut berhenti.
2.2.4
Indikator penempatan
Menurut Rivai dan Sagala (2010:30) indikator - indikator yang
berhubungan dengan penempatan adalah sebagai berikut.
29
1) Orientasi/ pengenalan terhadap pekerjaan
2) Mutasi yang sesuai dengan keahliannya
3) Penyesuaian pendidikan dan kemampuan dengan pekerjaan
4) Bidang pekerjaan yang membantu pekerjaan
5) Penyesuaian ilmu dan kemampuan dengan pekerjaan.
2.2.5
Proses penempatan
Proses penempatan tidak terbatas pada sumber daya manusia baru lulus
seleksi tetapi juga termasuk penempatan sumber daya manusia lama dan akan
menempati jabatan yang baru, karena rotasi, mutasi dan promosi jabatan. Pada
hakekatnya yang menjadi sasaran proses penempatan sumber daya manusia
menurut Mudiartha (2001 : 141) adalah sebagai berikut.
1) Mengisi informasi atau lowongan pekerjaan yang tersedia di perusahaan
2) Sumber daya manusia yang baru lulus tidak terlalu lama menunggu diangkat
dan apa yang akan dikerjakan
3) Menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat
4) Agar perusahaan dapat bekerja dengan efisien dengan memanfaatkan sumber
daya manusia yang tepat tersebut.
Menurut Siagan (2004 : 156), bahwa yang terpenting ketika memasuki
proses penempatan adalah melalui program pengenalan dimana titik tolak yang
tepat digunakan untuk menyusun suatu program pengenalan adalah pandangan
yang mengatakan bahwa pegawai baru pada dasarnya ingin diterima sebagai
anggota baru dari suatu keluarga besar. Dengan titik tolak demikian, melalui
program pengenalan mereka menyerap kultur, norma, dan tradisi organisasi dan
30
dijadikannya sebagai bagian dari cara dan gaya hidupnya. Masih menurut Siagian
(2004 : 158) bahwa suatu program pengenalan mencakup empat hal Mudirtha
yaitu sebagai aspek kehidupan organisasi, keuntungan bagi pegawai, perkenalan
dan berbagai aspek tugas dan mutasi. Berarti penempatan mencakup promosi,
transfer dan bahkan demosi sekalipun.
Menurut Rivai dan Sagala (2010:214) penempatan memiliki manfaat
sebagai berikut.
1) Mengurangi ketidaksesuaian
Penilaian terhadap pekerjaan yang realistis dapat menutup kesenjangan
psikologis antara harapan pendatang baru dengan kenyataan yang ada.
Perbedaan antara harapan dan kenyataan disebut ketidaksamaan kognitif.
2) Mencegah berhentinya pekerja baru
3) Berhentinya pekerja baru adalah modal harganya. Disamping biaya rekrutmen
dan seleksi, biaya yang terkait dengan administrasi pekerja baru pada
department SDM, pembuatan gaji pada catatan akuntansi dan biaya pelatihan
akan hilang begitu pekerja tersebut berhenti.
2.3
Pendidikan dan Pelatihan (Dikat)
2.3.1
Pengertian pendidikan dan pelatihan
Handoko (2003 : 104) menyatakan bahwa, pendidikan dan pelatihan
adalah proses kegiatan perusahaan untuk memperbaiki penguasaan karyawan
terhadap berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan
rutin serta untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap
dan sifat-sifat kepribadian. Heidjrahman dan Husnan (2002:77) menyatakan
31
bahwa, pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan
seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan,
memutuskan persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan untuk mencapai
tujuan.
Pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan praktis
dan penerapan guna meningkatkan ketrampilan, kecakapan dan sikap yang
diperlukan oleh organisasi. Pendidikan memberikan karyawan suatu tingkat
kemampuan kecakapan tertentu, sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk
penguasaan ketrampilan-ketrampilan dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan
tertentu (Handoko, 2003:243). Pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah suatu
proses kegiatan dari suatu perusahaan yang bertujuan untuk memperbaiki dan
mengembangkan sikap dan perilaku, ketrampilan dan pengetahuan serta
kecerdasan SDM sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang bersangkutan
(Gorda, 2004:121). Berdasarkan pendapat dari para pakar atau ahli dapat
dikemukakan bahwa, pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah proses kegiatan
dari suatu perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan
sikap dan perilaku, ketrampilan, pengetahuan serta kecerdasan karyawan untuk
menciptakan SDM yang berkualitas.
2.3.2
Manfaat pendidikan dan pelatihan
Manfaat pendidikan dan pelatihan menurut Gorda (2004 : 124)
menyebutkan bahwa, upaya peningkatan mutu sumber daya manusia melalui
proses pendidikan dan pelatihan adalah sebagai berikut.
1)
Kenaikan produktivitas, baik mutu maupun jumlahnya.
32
2)
Memperbaiki moral kerja sumber daya manusia.
3)
Pekerjaan diharapkan dapat dikerjakan lebih cepat dan lebih berkualitas.
4)
Penggunaan bahan baku dapat dihemat.
5)
Penggunaan peralatan dan mesin serta inventaris lainnya diharapkan lebih
tahan lama.
6)
Angka kecelakaan diharapkan menurun.
7)
Menurunnya pengawasan terhadap kegiatan sumber daya manusia.
8)
Tanggung jawab diharapkan lebih besar.
9)
Biaya produksi diharapkan lebih rendah.
10) Meningkatkan stabilitas dan fleksibilitas sumber daya manusia.
11) Mengembangkan pertumbuhan pribadi sumber daya manusia.
12) Kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin.
2.3.3
Faktor-faktor pendorong pendidikan dan pelatihan
Menurut Gorda (2004:124) menyatakan bahwa, secara garis besar faktor-
faktor pendorong pendidikan dan pelatihan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu sebagai berikut.
1) Faktor-faktor internal perusahaan
(1) Perubahan produk dan jasa
Berbagai faktor yang mendorong perubahan produksi seperti pertumbuhan
jumlah penduduk yang menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan
produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan, kegiatan pesaing, perubahan
selera konsumen, pilihan produk dan jasa yang ditawarkan pasar,
perkembangan mode, dan sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut
33
dapat diantisipasi pimpinan perusahaan dengan mengambil langkahlangkah, antara lain peningkatan mutu sumber daya manusia melalui
program pendidikan dan pelatihan.
(2) Perubahan pemanfaatan teknologi
Perubahan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
pimpinan perusahaan terdorong untuk merumuskan program diklat
sebagai upaya penyesuaian pengetahuan dan keterampilan pendidikan dan
pelatihan sebagai upaya penyesuaian pengetahuan dan keterampilan
karyawan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru.
(3) Perubahan karyawan
Perubahan jumlah dan mutu karyawan di dalam suatu perusahaan terdapat
berbagai faktor penyebabnya seperti pensiun, meninggal dunia, berhenti
atas permohonan sendiri, pindah kerja karena mengikuti keluarga, dibajak
oleh perusahaan lain, diberhentikan dan penambahan karyawan karena
pengembangan atau ekspansi usaha.
(4) Perubahan pengembangan organisasi
Pengembangan organisasi perusahaan dapat bersifat intensifikasi dan
dapat pula ke arah ekstensifikasi. Pengembangan tersebut misalnya
perluasan rencana-rencana strategik, peningkatan anggaran perusahaan,
peramalan penjualan dan produksi, pengembangan desain organisasi dan
uraian pekerjaan, pengembangan organisasi dengan membuka perwakilan
cabang dan sebagainya.
2) Faktor-faktor eksternal perusahaan
34
(1) Perkembangan dan perubahan ekonomi
Gejala-gejala perkembangan dan perubahan ekonomi yang dimaksud
seperti tingkat suku bunga, harga, inflasi, pengangguran, perubahan
perilaku konsumen, resesi ekonomi atau krisis ekonomi dan sebagainya.
Semua
gejala-gejala
tersebut
merupakan
faktor
dominan
yang
mempengaruhi kondisi perusahaan.
(2) Kebijaksanaan politik nasional dan internasional
Mengatasi berbagai perubahan dan pergeseran yang terjadi, baik di tataran
nasional maupun internasional, maka pimpinan perusahaan harus memiliki
komitmen untuk merumuskan berbagai kebijaksanaan peningkatan dan
pengembangan mutu karyawannya sehingga mereka senantiasa adaptif
terhadap berbagai perubahan dan pergeseran.
(3) Makin ketat persaingan
Mengelola bisnis yang akan menghasilkan produk dan jasa secara efisien
dan berkualitas tinggi serta untuk mengadakan inovasi-inovasi keunggulan
bersaing mengikuti perubahan keinginan dan kebutuhan konsumen yang
terus berkembang ke arah tuntutan kualitas dan pelayanan yang prima.
Dalam konteks ini maka kebijaksanaan pimpinan perusahaan ke arah
peningkatan dan pengembangan mutu sumber daya manusia dapat
diwujudkan melalui pendidikan dan pelatihan.
(4) Perubahan lingkungan sosial – budaya
Mengantisipasi perubahan lingkungan sosial – budaya, maka pendidikan
dan pelatihan menjadi penting dan strategi untuk menanamkan organisasi
35
pembelajaran agar tetap adaptif dan fleksibel terhadap berbagai perubahan
agar tetap memiliki keunggulan bersaing sesuai dengan perkembangan
keinginan dan kebutuhan pasar.
(5) Munculnya konsep 7 S McKinsey
7 S adalah singkatan dari 7 elemen yang terdiri dari Shared Values and
Vision, Strategy, Structure, Staffs, Skills, System dan Style. Dari konsep
McKinsey tersebut terdapat lima “S” yang sangat erat hubungannya
dengan kemampuan dan ketrampilan SDM, yaitu Structure, Staffing,
Skills, Shared values dan Style dalam merumuskan kebijaksaan
peningkatan dan pengembangan mutu SDM melalui diklat untuk
mencapai tujuan yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi.
2.3.4
Metode pendidikan dan pelatihan
Gorda (2004:138) menyatakan bahwa, metode pendidikan dan pelatihan
karyawan perusahaan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai
berikut.
1) Metode pendidikan dan pelatihan bagi pimpinan
(1) Metode kuliah dan ceramah
Bertujuan untuk menambah pengetahuan para pimpinan perusahaan.
Proses pendidikan dan pelatihan berjalan satu arah, yaitu informasi hanya
datang dari guru atau instruktur saja sedangkan peserta didik pasif.
(2) Metode kasus
Tujuan metode kasus adalah menunjukkan kemampuan peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan melalui
36
pembahasan kasus-kasus yang disodorkan atau dibahas dalam pendidikan
dan pelatihan.
(3) Role playing
Bertujuan untuk membentuk atau mengubah sikap peserta didik,
dilaksanakan dengan cara menugaskan peserta didik untuk memerankan
berbagai peran dalam kegiatan bisnis.
(4) Rotasi jabatan
Bertujuan agar peserta didik memperoleh berbagai jenis pengalaman di
lingkungan perusahaan sehingga peserta didik memiliki pengawasan
secara menyeluruh tentang kegiatan bisnis dalam suatu perusahaan.
(5) Business game
Metode ini adalah suatu simulasi pengambilan keputusan yang dibuat
sesuai dengan situasi kehidupan bisnis secara nyata dengan skala kecil.
Tujuannya adalah untuk melatih peserta didik dalam pengambilan
keputusan dan cara mengelola operasi-operasi perusahaan.
2) Metode pendidikan dan pelatihan bagi pelaksana
(1) On the job training
Metode ini digunakan untuk melatih karyawan tentang cara melaksanakan
pekerjaan yang akan atau sedang dipangkunya. Pelaksanaannya dengan
menggunakan berbagai petunjuk secara langsung kepada karyawan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan.
37
(2) Magang
Karyawan ditempatkan pada suatu pekerjaan yang dibimbing oleh
seseorang atau beberapa orang yang lebih berpengalaman.
(3) Kursus-kursus
Metode ini merupakan bentuk pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan dan untuk memenuhi minat karyawan dalam
bidang-bidang pengetahuan tertentu.
2.4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.4.1
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya
pemeliharaan karyawan yang baik. K3 ini harus ditanamkan pada diri masingmasing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar
mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk
perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menunjuk kepada kondisikondisi fisiologis fiskal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Menurut Mathis dan Jackson (2006:412), Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman,
terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan,
pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan
pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga
pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja. Secara teknis K3 adalah
upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat
38
kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien menurut Ardana,dkk
(2012:208).
Sedarmayanti (2009:127) mengemukakan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material dan metode
yang mencakupi lingkungan kerja agar pekerjaan tidak mengalami cedera.
Undang-undang nomor 14/tahun 1969 Pasal 9 mengutarakan bahwa: Tiap tenaga
kerja berhak mendapatkan perlindungan atau keselamatan, kesehatan, kesusilaan,
pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia
dan moral agama.
Menurut Gorda (2004:226) mengemukakan bahwa arti Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) merupakan kondisi-kondisi fisiologi-fisikal dan
psikologis karyawan yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan. Seandainya sebuah perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan
keselamatan dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedikit karyawan yang sedikit
karyawan yang menderita cedera atau penyakit jangka panjang pendek maupun
jangka panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka diperushaan tersebut.
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi karyawan serta memberikan rasa aman
dan nyaman kepada karyawan guna mewujudkan kinerja yang optimal.
2.4.2
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Ardana,dkk (2012:208), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
bertujuan antara lain sebagai berikut.
39
1) Memeberikan jamninan rasa aman dan nyaman bagi karyawaan dalam
berkarya pada semua jenis dan tingkat pekerjaan.
2) Menciptakan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
sejahtera, bebas dari kecelakaandan penyakit akibat kerja.
3) Ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional dengan prinsip
pembangunan berwawasan lingkungan.
2.2.3
Gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
Menurut Gorda (2004:228), sedikitnya terdapat 5 (lima) sumber gangguan
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, yakni sebagai berikut.
1) Kecelakaan-kecelakaan kerja
2) Penyakit yang diakibatkan pekerjaan
3) Kehidupan kerja berkualitas rendah
4) Stres pekerjaan
5) Kelelahan kerja
2.4.4
Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja
Menurut Ardana,dkk (2012:208), penyebab terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat dibagi dalam dua kelompok yakni sebagai berikut.
1) Kondisi berbahaya, yaitu kondisi yang tidak aman dari,
a) Mesin, perakitan, pesawat, bahan bakar dan lain-lain.
b) Lingkungan.
c) Proses.
d) Sifat pekerjaan.
e) Cara kerja.
40
2) Perbuatan berbahaya, yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat
terjadi antara lain karena,
a) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana.
b) Cacat tubuh yang tidak kentara.
c) Keletihan dan kelesuan.
d) Sikap dan tingkah laku yang tidak sempurna.
2.4.5
Akibat Kecelakaan Kerja
Menurut Husni (2005: 136), keselamatan kerja bertalian dengan
kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal
dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat
diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Ada 4 (empat)
faktor penyebabnya yaitu:
1) Faktor manusia.
2) Faktor material/bahan/peralatan.
3) Faktor bahaya/sumber bahaya.
4) Faktor yang dihadapi (pemeliharaan/perawatan mesin-mesin).
Menurut Husni (2005:137) bahwa disamping ada sebabnya maka suatu
kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan kerja ini dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain:
1. Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan.
2. Biaya pengobatan dan perawatan korban.
3. Tunjangan kecelakaan.
41
4. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi.
2) Kerugian yang bersifat non ekonomis
Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan
baik itu merupakan kematian, luka/cedera berat maupun luka ringan.
Menurut Husni (2005:140), sumber-sumber bahaya bagi kesehatan tenaga
kerja yakni berupa faktor fisik, kimia, biologis, faal dan psikologis. Faktor-faktor
tersebut terbagi antara lain sebagai berikut.
1) Faktor fisik, yakni berupa sebagai berikut.
a. suara yang terlalu bising
b. suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
c. penerangan yang kurang memadai
d. ventilasi yang kurang memadai
e. radiasi
f. getaran mekanis
g. tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
h. bau-bauan di tempat kerja
i. kelembapan udara.
2) Faktor kimia, yakni berupa sebagai berikut.
a. gas/ uap
b. cairan
c. debu
d. bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun.
3) Faktor biologis, yakni berupa sebagai berikut.
42
a. bakteri virus
b. jamur, cacing dan serangga
c. tumbuh - tumbuhan dan lain - lain yang hidup/ timbul dalam lingkungan
tempat kerja.
4) Faktor psikologis, yakni berupa sebagai berikut.
a. kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuan
b. suasana kerja yang tidak menyenangkan
c. pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman
kerja yang tidak sesuai
d. pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan.
2.4.6
Manfaat adanya keselamatan dan kesehatan kerja
Menurut Ardana,dkk (2012:208), keselamatan dan kesehatan kerja
bermanfaat antara lain sebagai berikut.
1) Dapat memacu produktivitas kerja karyawan. Dari lingkungan kerja yang aman
dan sehat terbukti berpengaruh terhadap produktivitas. Dengan pelaksanaan
K3, karyawan akan merasa terjamin aman dan terlindung sehingga secara tak
langsung dapat memacu motivasi dan kegairahan kerja mereka sehingga
meningkatkan kinerja karyawan.
2) Meningkatkan
efisiensi/produktivitas
perusahaan.
Karena
dengan
melaksanakan K3 memungkinkan semakin berkurangnya kecelakaan kerja
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam perusahaan.
3) Mengidentifikasikan pengembangan dan pembinaan SDM.
43
4) Pekerja (karyawan) adalah kekayanaan yang amat berharga bagi perusahaan.
Semua pekerjaan ingin diakui martabatnya sebagai manusia. Melalui
penerapan K3 pengembangan dan pembinaan terhadap tenaga bisa dilakukan
sehingga citranya sebagai manusia yang bermartabat dapat direalisasikan.
5) Meningkatkan daya saing produk perusahaan. K3 apabila dilaksanakan dalam
perusahaan bermuara pula kepada penentuan harga barang yang bersaing, hal
tersebut dipicu oleh adanya penghematan dalam biaya produksi perusahaan.
2.5
Pengaruh Penempatan karyawan, Pendidikan dan pelatihan serta K3
terhadap kinerja karyawan
Salah satu aktivitas dalam pengadaan SDM adalah penempatan. Menurut
Ardana (2012;18), penempatan adalah proses mencocokkan atau membandingkan
kualifikasi
yang dimiliki dengan persyaratan pekerjaan, dan sekaligus
memberikan tugas, pekerjaan kepada calon karyawan untuk dilaksanakan. Dalam
menempatkan orang-orang yang kompeten, serasi serta efektif pada posisi yang
sesuai dengan kemampuan individu tersebut. Menurut Hasibuan (2007:27),
karyawan yang cakap, mampu dan terampil belum menjamin produktivitas kerja
yang baik kalau moral kerja dan kedisiplinannya rendah. Sedangkan karyawan
yang bermanfaat dalam mendukung tujuan perusahaan adalah karyawan yang
berkeinginan tinggi untuk berprestasi dan meningkatkan kinerjanya.
Penempatan (placement) karyawan adalah tindak lanjut dari seleksi,
yaitu menempatkan karyawan calon karyawan yang diterima pada jabatan atau
pekerjaan yang membutuhkannya dan sekaligus mendelegasikan authority kepada
orang tersebut. Menurut Hasibuan (2007:28) penempatan karyawan yang jauh di
44
bawah kemampuannya ataupun di luar kemampuannya mengakibatkan moral
kerja dan kedisiplinan karyawan rendah. Penelitian untuk menguatkan teori bahwa
terdapat pengaruh antara penempatan karyawan terhadap kinerja karyawan adalah
penelitian yang dilakukan oleh Suarjaya (2010). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh penempatan karyawan, karakteristik
pekerjaan dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan secara langsung dan tidak
langsung terhadap motivasi dan kinerja karyawan. Jadi, kita harus menugaskan
seorang karyawan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan memberikan
pekerjaan yang disenanginya sehingga menimbulkan kinerja karyawan yang baik
dalam bekerja.
Setelah memperoleh individu yang sesuai dengan yang diharapkan,
peran perusahaan adalah membina dan mengelola karyawan tersebut. Pengelolaan
dan pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan tidak semata-mata hanya untuk
karyawan baru saja, melainkan juga mengelola karyawan lama dengan melakukan
Pendidikan dan Pelatihan (diklat). Handoko (2003:104) menyatakan bahwa,
pendidikan dan pelatihan adalah proses kegiatan perusahaan untuk memperbaiki
penguasaan karyawan terhadap berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja
tertentu, terinci dan rutin serta untuk memperbaiki dan meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian. Melalui adanya diklat
tersebut maka karyawan akan mendapatkan manfaat yang baik dalam
meningkatkan kinerja dalam perusahaan. Sinambela (2012:207) mengungkapkan,
salah satu benefit yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penilaian kinerja adalah
akan menjadi informasi yang penting untuk merancang dan memprogramkan
45
pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan, sehingga mendapatkan hasil pelatihan
yang signifikan dalam menumbuhkan keberhasilan untuk meningkatkan kinerja
karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Valentini (2008) memperoleh hasil
bahwa adanya pengaruh yang signfikan antara diklat dan kinerja karyawan. Jadi,
dapat dikatakan bahwa penelitian ini menguatkan adanya antara diklat dengan
kinerja karyawan. Studi pustaka empiris yang dilakukan Iqra (2011) bertujuan
untuk menguraikan dampak pendidikan dan pelatihan pada peningkatan kinerja
karyawan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan program
pendidikan dan pelatihan yang lebih efektif mengadopsi dan menyusun teknik
yang memberikan bentuk progresif untuk hasil yang maksimal dalam menunjang
kinerja karyawan. Dari penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh
langsung pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja karyawan.
Lingkungan kerja yang aman menjadikan tenaga kerja atau karyawan
menjadi sehat dan produktif. Menurut Hasibuan (2006:206), keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang
baik. Bila terjadi banyaknya kecelakaan, maka akan berpengaruh terhadap
peningkatan absensi karyawan yang berkaitan dengan penurunan produksi
perusahaan yang diakibatkan tidak optimalnya kinerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Zumiadi (2008) dengan judul “Pengaruh
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap peningkatan Kinerja Karyawan
Pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak). hasil dari penelitian ini
bahwa adanya pengaruh signifikan antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
46
terhadap peningkatan kinerja karyawan. . Jadi, dapat dikatakan bahwa penelitian
ini menguatkan adanya antara keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan
kinerja karyawan.
2.6
Hasil Penelitian Sebelumnya
1) Penelitian yang dilakukan oleh Yuni (2007) dengan judul “Analisis
Penempatan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Perkebunan Nusantara III
Medan”. Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya pengaruh penempatan
terhadap kinerja karyawan. Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode Sampling Purposive. Populasi sasaran 45 orang dan sampel yang
diambil sebagai responden adalah keseluruhan dari jumlah populasi. Data
dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner. Varibel diukur dengan
menggunakan skala linkert. Pengolahan data menggunakan SPSS dan
pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian
menggunakan SPSS 12.00 menunjukkan bahwa penempatan berpengaruh
posistif dan signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 0,518. Artinya
kinerja karyawan dipengaruhi oleh komunikasi sebesar 51,8 persen,
sedangkan sisanya sebesar 48,2 persen dipengaruhi oleh faktor lain.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah
sama-sama menggunakan variabel penempatan serta variabel kinerja
karyawan, sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah variabel bebasnya,
jumlah responden dan tempat penelitian .
2) Penelitian yang dilakukan oleh Suarjaya (2010) dengan judul “Pengaruh
Penempatan Karyawan, Karakteristik Pekerjaan dan Lingkungan Kerja
47
Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh penempatan karyawan, karakteristik
pekerjaan dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan secara langsung dan
tidak langsung terhadap motivasi dan kinerja karyawan. Hasil dari penelitian
ini adalah terdapat pengaruh langsung ataupun tidak langsung penempatan
karyawan, karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja terhadap motivasi dan
kinerja karyawan. Persamaan penelitian Suarjaya dengan penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan variabel bebas penempatan dan variabel terikat
yakni kinerja karyawan, sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah
jumlah responden, variabel bebas dan variabel terikat serta tempat penelitian.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2009) dengan judul “Pengaruh
Seleksi Penerimaan Karyawan dan Penempatan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Wangsa Jatra Lestari Pajang Sukoharjo”. Dalam bidang
personalia permasalahan yang mungkin timbul adalah dari seleksi penerimaan
karyawan, penempatan posisi sampai dengan pemberhentian karyawan.
Kebutuhan karyawan baru didalam perusahaan tidak bisa dipastikan,
walaupun sudah direncanakan dengan sebaik- baik nya. Hal ini dikarenakan
berbagai faktor yang timbul baik dalam perusahaan (faktor intern) maupun
faktor yang berasal dari luar perusahaan (faktor ekstern). Untuk itu sebelum
melakukan seleksi pemilihan karyawan perusahaan menentukan kebutuhan
karyawan yang dibutuhkan baik kualitas maupun kuantitas (jumlah).
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel
bebas penempatan dan variabel terikat kinerja karyawan, sedangkan
48
perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas, jumlah responden dan
tempat penelitian.
4) Penelitian yang dilakukan oleh Devi (2009) dengan judul “Analisis Pengaruh
Kepuasan Kerja dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan dengan Komitmen
Organisasi sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada Karyawan
Outsourcing PT. Semeru Karya Buana Semarang)”. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kinerja karyawan outsourcing PT. Semeru Karya Buana
Semarang. Penelitian ini menggunakan variabel kepuasan kerja dan motivasi
untuk menganalisis pengaruh kinerja karyawan outsourcing tersebut. Selain
itu, Penelitian ini juga menggunakan komitmen organisasional sebagai
variabel intervening untuk menganaisis pengaruh tingkat komitmen karyawan
outsourcing terhadap perusahaan. Persamaan dengan penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan variabel terikat kinerja karyawan, sedangkan
perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas, jumlah responden dan
tempat penelitian.
5) Penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah (2008) yang berjudul “Hubungan
Diklat dengan Kinerja Karyawan pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang
Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan diklat yang dilakukan di PT. Jasa Raharja (Persero), mengetahui
tingkat kinerja karyawan di PT. Jasa Raharja (Persero), dan untuk mengetahui
seberapa kuat hubungan diklat dengan kinerja karyawan di PT. Jasa Raharja
(Persero). Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan
variabel bebas yakni diklat dan variabel terikat yakni kinerja karyawan,
49
sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas, jumlah
responden dan tempat penelitian.
6) Penelitian dari Mahayani yang berjudul “Pengaruh Diklat dan Kepuasan
Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Hotel All Seasons Kuta-Badung”
tahun 2010.
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ada pengaruh
signifikan secara simultan dan parsial antara diklat dan kepuasan kerja
terhadap kinerja karyawan pada Hotel All Seasons Kuta-Badung. disiplin dan
kepuasan kerja terhadap kinerja pada Hotel All Seasons Kuta-Badung. Semua
variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja kerja
karyawan. Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel
bebas adalah diklat dan variabel terikatnya adalah kinerja karyawan.
Sedangkan perbedaannya terdapat pada waktu, tempat, jumlah sampel yang
digunakan, serta teknik analisis datanya.
7) Penelitian dari Yohanas Umar yang berjudul “Pengaruh Faktor Budaya
Organisasi, Program Diklat, dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan
dan Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Bank Riau” tahun 2006. Penelitian
ini dilakukan untuk mengindetifikasi pengaruh budaya organisasi, pendidikan
dan pelatihan dan motivasi kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan
bank. Hasil yang ditunjukkan adalah bahwa secara umum program
pendidikan dan pelatihan merupakan faktor penting dalam membentuk
motivasi karyawan pada Bank Riau. Adapun persamaan dengan penelitian ini
adalah pada variabel bebas adalah diklat dan variabel terikatnya adalah
50
kinerja karyawan. Sedangkan perbedaannya terdapat pada waktu, tempat,
jumlah sampel yang digunakan, serta teknik analisis datanya.
8) Penelitian dari Sanapiah (2007) dengan judul “Strategi Peningkatan
Kompetensi Sumber Daya Manusia Aparatur Melalui Pendidikan dan
Pelatihan.” Penelitian ini dilakukan untuk membenahi ketidakseimbangan
antara jumlah PNS dengan jumlah penduduk yang dilayani. Penelitian ini
memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya dalam hal Pendidikan dan
pelatihan. Perbedaan yang terjadi yaitu pada waktu, tempat, jumlah sampel
dan teknik analisis datanya.
9) Penelitian yang dilakukan oleh Rahmad (2011) dengan judul “Pengaruh
Rekrutmen, Penempatan, dan Pengembangan Karir terhadap Kepuasan Kerja
Pegawai (Studi pada PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu
Boko”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
rekrutmen, penempatan, dan Pengembangan Karir secara bersama-sama dan
secara parsial terhadap kepuasan kerja dan mengetahui perbedaan kepuasan
kerja pegawai. Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel
bebas adalah diklat. Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel bebas
dan variabel terikat, waktu, tempat, jumlah sampel yang digunakan, serta
teknik analisis datanya.
10) Penelitian yang dilakukan oleh Agustriari (2012) dengan judul “Pengaruh
Diklat serta Motivasi terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Kearsipan
Kabupaten Badung.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
diklat serta motivasi kerja baik secara simultan maupun parsial terhadap
51
kinerja pegawai di Kantor Kearsipan Kabupaten Badung. Pengumpulan data
yang dilakukan dengan menggunakan observasi, kuesioner dan wawancara
dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang. Adapun
persamaan dengan
penelitian ini adalah pada variabel bebas adalah diklat dan variabel terikatnya
adalah kinerja karyawan. Sedangkan perbedaannya terdapat pada waktu,
tempat, jumlah sampel yang digunakan, serta teknik analisis datanya.
11) Penelitian yang dilakukan Iqra (2011) dengan judul ”Pengaruh Pendidikan
dan Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan”. Penelitian ini bertujuan untuk
menguraikan dampak pendidikan dan pelatihan pada peningkatan kinerja
karyawan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan program
pendidikan dan pelatihan yang lebih efektif mengadopsi dan menyusun teknik
yang memberikan bentuk progresif untuk hasil yang maksimal dalam
menunjang kinerja karyawan. Dari penelitian ini membuktikan bahwa
terdapat pengaruh langsung pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja
karyawan. Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel
bebas adalah diklat dan variabel terikatnya adalah kinerja karyawan.
Sedangkan perbedaannya terdapat pada waktu, tempat, jumlah sampel yang
digunakan, serta teknik analisis datanya.
12) Valentini (2008) yang berjudul ”Pengaruh Kompensasi, Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat), dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan
Pada LPD Desa Adat Kuta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh yang signifikan secara simultan dan secara parsial
antara kompensasi, pendidikan dan pelatihan (diklat), dan lingkungan kerja
52
fisik terhadap kinerja karyawan serta untuk mengetahui variabel manakah
yang lebih dominan terhadap kinerja karyawan. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini bahwa kompensasi, pendidikan dan pelatihan (diklat), dan
lingkungan kerja fisik berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Selain itu kompensasi, pendidikan dan pelatihan (diklat), dan lingkungan
kerja fisik juga berpengaruh signifikan secara simultan dan parsial terhadap
kinerja karyawan. Adapun
persamaan dengan penelitian ini adalah pada
variabel bebas adalah diklat dan variabel terikatnya adalah kinerja karyawan.
Sedangkan perbedaannya terdapat pada waktu, tempat, jumlah sampel yang
digunakan, serta teknik analisis datanya.
13) Penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2011) dengan judul “Pengaruh K3,
Kompensasi dan Disiplin Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Laka
Leke Restourant Ubud.” Tujuan dari penelitian ini merupakan untuk
mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3), kompensasi, dan
disiplin kerja terhadap produktivitas kerja karyawan Laka Leke Restourant
Ubud baik secara simultan maupun parsial. Metode uji yang digunakan
adalah uji validitas, uji reliabilitas, skor regresi diperoleh dengan uji faktor.
Metode uji untuk menjawab hipotesis adalah model uji regresi linear
berganda dengan uji F dan uji t yang dilengkapi dengan uji asumsi klasik.
Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebas adalah
keselamatan dan kesehatan kerja, sedangkan perbedaannya terdapat pada
variabel bebas dan terikat, waktu, tempat dan jumlah sampel yang digunakan.
53
14) Penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti yang berjudul, “ Pengaruh
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), Komunikasi dan Kepemimpinan
terhadap Kinerja Karyawan pada RSUD Wangaya Kota Denpasar pada tahun
2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
signifikan dari keselamatan dan kesehatan kerja, komunikasi, dan
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan baik secara serempak maupun
sendiri-sendiri, dan variabel mana yang berpengaruh paling dominan. Metode
pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah wawancara,
observasi dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah
karyawan tetap RSUD Wangaya Kota Denpasar yang berjumlah 427 oranf,
dan 100 orang diambil untuk dijadikan sampel. Adapun persamaan dengan
penelitian ini adalah pada variabel bebas adalah diklat dan variabel terikatnya
adalah kinerja karyawan. Sedangkan perbedaannya terdapat pada waktu,
tempat, jumlah sampel yang digunakan, serta teknik analisis datanya.
15) Penelitian yang dilakukan oleh Permana Sari dengan judul, “Pengaruh K3 dan
Diklat terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Indonesia Power
Unit Bisnis Pembangkitan Bali pada tahun 2009. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terhadap produktivitas kerja karyawan
pada PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali. Penelitian ini
menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan
kepada responden. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan PT.
Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali. Jumlah sampel yang
54
digunakan sebesar 58 orang yang mengacu pada pendapat Arikunto dari
populasi sebanyak 233 orang. Teknik analisis data menggunakan uji F dan uji
t. Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebas adalah
keselamatan dan kesehatan kerja, sedangkan perbedaannya terdapat pada
variabel bebas dan terikat, waktu, tempat dan jumlah sampel yang digunakan.
16) Penelitian yang dilakukan oleh Zumiadi (2008) dengan judul “Pengaruh
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap peningkatan Kinerja
Karyawan Pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak). Tujuan
dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh signifikan dari Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja karyawan pada PT. Adhi Karya
Kawasan Medan (Plant Patumbak). Jumlah sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah 140 orang dari jumlah populasi yang ada berjumlah 214
orang. Metode analisis data yang digunakan adalah melalui metode observasi,
kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji
validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik dan metode analisis deskriptif.
Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebas adalah
keselamatan & kesehatan kerja dan variabel terikatnya adalah kinerja
karyawan, sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel bebas dan terikat,
waktu, tempat dan jumlah sampel yang digunakan.
17) Penelitian yang dilakukan oleh Ojo (2009) yang berjudul “Impact Assessment
Of Corporate Culture On Employee Job Performance”. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai secara empiris dampak dari budaya perusahaan
terhadap kinerja kerja karyawan serta produktivitas organisasi menggunakan
55
industry perbankan di Nigeria sebagai studi kasus. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian survei. Perusahaan studi kasus dipilih
dengan menggunakan stratified random sampling, sedangkan responden yang
dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Persamaan dengan
penelitian ini yaitu pada variabel terikatnya yaitu kinerja karyawan.
18) Penelitian dilakukan oleh Webb, dkk (2010). Dengan judul penelitian
“Factors Affecting Goal Difficulty and Performance When Employees Select
Their Own Performance Goals: Evidence from the Field”. Penelitian ini
mengkaji faktor yang mempengaruhi kesulitan diri menetapkan tujuan dan
kinerja dalam pengaturan di mana karyawan bisa memilih tujuan kinerja
mereka dari menu tiga pilihan yang ditetapkan oleh manajemen. Hadiah
untuk pencapaian tujuan yang meningkat dalam kesulitan tujuan. Kami
mengembagkan model peilaku dari faktor diharapkan mempengaruhi tujuan
pemilihan karyawan dan kinerja. Diduga pengaruh pada kesulitan tujuan
termasuk niat dan kesan manajemen karyawan, masa lalu kinerja,
pengalaman, kelayakan dan sebelumnya untuk memberikan imbalan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi kesulitan para karyawan dalam
melakukan pekerjaan dalam mendapatkan imbalan atau upah. Persamaan
dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang kinerja karyawan,
sedangkan perbedaannya adalah jumlah variabel, jumlah populasi, waktu dan
tempat penelitian.
56
2.7
Rumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya maka hipotesis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Penempatan, pendidikan dan pelatihan serta keselamatan dan kesehatan kerja
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada
Ramada Resort Benoa Bali.
2) Penempatan, pendidikan dan pelatihan serta keselamatan dan kesehatan kerja
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada
Ramada Resort Benoa Bali.
57
Download