BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
3.1.
Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan berjudul “Pengaruh Persepsi Harga, Citra
Merek, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Pada Primagama Cabang
Taman Palem Lestari”. Teori yang mendukung atas judul penelitian yang
dilakukan adalah teori persepsi harga, teori citra merek, teori lokasi dan teori
keputusan pembelian.
3.1.1. Persepsi Harga
Menurut Solomon, Bamossy, Askegaard, dan Hogg (2007:36), persepsi
adalah suatu proses dimana respon seseorang menyeleksi, mengelola dan
menginterpretasikan. Sedangkan menurut Heding, Knudtzen, Bjerre (2008:68),
persepsi adalah proses penciptaan makna di mana otak mengidentifikasi pola
input dan mengakui unsur-unsur tertentu seperti sedang saling berkaitan.
Menurut Kotler dan Keller (2011:161), persepsi adalah proses dimana kita
memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya tergantung
pada stimulus secara fisik, tetapi juga pada hubungan stimulus terhadap
lingkungan sekitarnya dan pada kondisi masing-masing orang. Seseorang dapat
18
19
memiliki persepsi yang berbeda walaupun terhadap objek yang sama karena tiga
proses persepsi, yaitu perhatian selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif.
a.
Perhatian Selektif (Selective Attention)
Setiap hari seseorang dapat mengalami banyak sekali peristiwa yang
terjadi dan tidak mungkin setiap peristiwa yang terjadi itu dapat diingat.
karena kita tidak mungkin mengingat itu semua, kita menyaring sebagian
stimulus dimana proses penyaringan tersebut disebut perhatian selektif. Oleh
karena itu pemasar harus bekerja cukup keras untuk menarik perhatian
konsumen. Tantangan yang sesungguhnya adalah menjelaskan rangsangan
mana yang akan diperhatikan orang.
Berdasarkan temuan mengenai perhatian selektif bahwa orang cenderung
memerhatikan stimulus yang berhubungan dengan kebutuhannya saat ini,
orang cenderung memerhatikan stimulus yang mereka antisipasi, dan orang
cenderung memerhatikan stimulus yang memiliki perbedaan besar terhadap
ukuran rangsangan normal.
b.
Ingatan Selektif (Selective Retention)
Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari, tetapi
cenderung mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinan
mereka. Karena adanya ingatan selektif, kita cenderung mengingat hal-hal
baik yang disebutkan tentang produk yang kita sukai dan melupakan hal-hal
baik yang disebutkan tentang produk pesaing.
c.
Distorsi Selektif (Selective Distortion)
20
Rangsangan tidak selalu muncul di pikiran orang seperti yang diinginkan
oleh pengirimnya. Distorsi selektif adalah kecenderungan untuk menafsirkan
informasi dengan cara yang sesuai dengan yang diinginkan oleh kita.
Konsumen akan sering mendistorsi informasi agar konsisten dengan merek
sebelumnya dan keyakinan serta harapan akan produk tersebut.
Chang dan Wildt dalam Kaura (2012) mendefinisikan persepsi harga
sebagai representasi persepsi konsumen atau persepsi subjektif terhadap harga
obyektif produk.
Dalam keadaan persaingan yang semakin kompetitif sekarang ini,
perbedaan harga dirasakan menjadi faktor penting dalam keputusan pembelian
dimana umumnya konsumen akan memilih harga yang paling murah untuk suatu
produk atau layanan yang ditawarkan. Bagaimana konsumen mempersepsikan
mahal atau murahnya harga memiliki pengaruh yang kuat dalam keingingan
pembelian dan kepuasan pembelian (Schiffman dan Kanuk, 2010:173).
Saat ini pasar dirasakan sangat kompetitif sehingga perusahaan
memerlukan sasaran penetapan harga khusus yang dapat diukur dan dicapai agar
dapat bertahan dalam pasar yang ada. Kemudian diperlukan pengawasan
terhadapat tujuan tersebut untuk menentukan efektifitas dari strategi perusahaan
yang telah dibuat. Berikut faktor yang menentukan kebijakan penetapan harga
menurut Kotler dan Keller (2011:389):
1.
Memilih tujuan penetapan harga
21
Perusahaan pertama kali menentukan dimana posisi penawaran pasar.
Semakin jelas tujuan yang ditetapkan, maka akan semakin mudah untuk
menentukan harga.
2.
Menentukan permintaan
Masing-masing harga akan memiliki tingkat permintaan yang berbedabeda dan akan memiliki dampak yang berbeda terhadap tujuan pemasaran.
3.
Memperkirakan biaya
Permintaan terhadap suatu produk dapat mempengaruhi harga suatu
produk. Pada tahapan ini perusahaan akan menghitung harga yang akan
diberikan kepada konsumen.
4.
Menganalisis biaya, harga, dan penawaran dari pesaing
Perusahaan dapat menggunakan analisis biaya, permintaan pasar, biaya
pesaing, harga pesaing dan kemungkinan reaksi pesaing sebagai dasar
penetapan harga. Perusahaan juga perlu untuk membandingkan biayanya
dengan biaya pesaing, apakah biaya produksinya lebih rendah atau lebih
tinggi dan juga harga dan kualitas penawaran pesaing. Dengan mengetahui
biaya, harga dan kualitas pesaing, perusahaan dapat menggunakan sebagai
titik orientasi untuk menetapkan harga.
5.
Memilih metode penetapan harga
Perusahaan memilih salah satu dari berbagai metode penetapan harga yaitu
markup pricing, target return pricing, perceived value pricing, value pricing,
going rate pricing, dan auction type pricing.
22
6.
Memilih harga akhir
Metode penetapan harga dapat memberikan informasi bagi perusahaan
untuk menetukan harga akhir. Dalam menentukan harga, perusahaan harus
mempertimbangkan faktor-faktor tambahan, termasuk dampak dari kegiatan
pemasaran lainnya, kebijakan harga perusahaan, keuntungan-dan-berbagi
risiko harga, dan dampak harga pada pihak lain.
Menurut Lichtenstein, Ridgway, dan Netemeyer dalam Gecti (2014),
persepsi harga memiliki 7 dimensi yaitu:
1.
Hubungan Kualitas-Harga (Price-Quality Association)
Hubungan ini digambarkan dengan keyakinan antara kategori produk
dengan tingkat harga yang saling berhubungan.
2.
Sensitivitas Prestise (Prestige Sensitivity)
Sensitivitas prestise menggambarkan antara persepsi harga
yang
berpengaruh terhadap orang lain dan menandakan status pembeli yang lebih
tinggi.
3.
Kesadaran Harga (Price Consciousness)
Bagi beberapa konsumen, persepsi harga dapat juga dikarakterisikan
dengan kesadarannya terhadap harga. Kesadaran terhadap harga digambarkan
sebagai sejauh mana konsumen memfokuskan secara eksklusif pada
membayar harga yang rendah.
4.
Kesadaran Nilai (Value Consciousness)
23
Persepsi harga untuk beberapa konsumen dapat dikarakteristikan dengan
kepedulian konsumen atas keuntungan yang diterima terhadap harga yang
dibayarkan pada saat transaksi pembelian.
5.
Mavenisme Harga (Price Mavenism)
Persepsi harga dapat dipengaruhi oleh niat konsumen untuk memperoleh
informasi tentang harga agar mereka dapat mentransfer informasi tentang
harga kepada orang lain.
6.
Kecenderungan Potongan Harga (Sale Proneness)
Sale prononess sekedar mengindikasikan tren konsumen terhadap produk
dan jasa dalam penjualan. Konsep ini diproduksi dengan konsep
kecenderungan promosi yang digunakan untuk menjelaskan reaksi yang kuat
dari konsumen untuk berbagai promosi. Sale prononess dikaitkan dengan
kecenderungan promosi seperti yang juga terkait dengan harga diskon.
7.
Kecenderungan Kupon (Coupon Proneness)
Bentuk-bentuk penyajian harga dapat mempengaruhi persepsi harga. Salah
satu bentuk penyajian harga adalah pengurangan harga dalam bentuk kupon.
Dengan adanya kupon yang dikeluarkan oleh perusahaan membuat harga
produk menjadi lebih rendah. Harga yang rendah dapat meningkatkan
permintaan. Permintaan yang tinggi dapat menambah volume penjualan
perusahaan.
Dari 7 dimensi yang dikemukakan oleh Lichtenstein, Ridgway, dan
Netemeyer dalam Gecti (2014), penulis hanya akan meneliti 4 dari tujuh dimensi
diferensiasi produk yaitu: hubungan kualitas-harga, sensitivitas prestise,
24
kesadaran harga, dan mavenisme harga. Hal ini dikarenakan tidak ada diskon dan
potongan harga di Primagama cabang Taman Palem Lestari sehingga penulis
tidak mempertimbangkan faktor tersebut.
3.1.2. Citra Merek
The American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2011:241)
mendefinisikan merek sebagai nama, kata, tanda, simbol atau desain, atau
kombinasi dari beberapa hal tersebut, yang ditujukan sebagai identitas dari suatu
barang atau jasa yang disediakan oleh satu penjual atau kelompok penjual untuk
membedakan mereka dari pesaingnya.
Menurut Kapferer (2008:10), merek telah memiliki nilai finansial karena
mereka telah menciptakan aset dalam pikiran dan hati banyak orang. Aset adalah
kesadaran merek, keyakinan eksklusif dan keunggulan atas beberapa keunggulan
yang bernilai, dan ikatan emosional.
Citra merek adalah sekumpulan dari kepercayaan yang dipercaya oleh
konsumen untuk suatu merek tertentu. (Kotler dan Armstrong, 2011:282). Citra
merek mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Artinya,
citra merek atau citra perusahaan yang baik akan merangsang pembelian dengan
penyederhanaan aturan keputusan (Sugiharti, 2012:55). Dengan kata lain bahwa
merek merupakan sebuah nama yang dapat mempengaruhi pembeli (Kapferer,
2008:11).
Ada enam kriteria dalam memilih elemen merek, tiga elemen pertama
adalah mudah diingat, bermakna, dan disukai, tiga hal tersebut adalah elemen
yang membangun suatu merek. Tiga elemen berikutnya adalah mudah
25
dipindahkan, mudah di adaptasi, dan terlindungi, tiga hal tersebut adalah elemen
yang digunakan untuk bertahan dengan memberikan pengaruh dan menjaga
ekuitas merek dari penantang (Kotler dan Keller, 2011:250).
1.
Memorable, seberapa mudah konsumen merek itu diingat dan dikenali.
2.
Meaningful, sebaik apa kredibilitas merek tersebut.
3.
Likeable, tingkat keindahan dan keatraktifan merek tersebut.
4.
Transferable, kemampuan merek dalam mewakili produk baru dalam
kategori yang sama atau berbeda.
5.
Adaptable, kemudahan merek disesuaikan dan diperbaharui sesuai dengan
perkembangan jaman.
6.
Protectable, perlindungan hukum terhadap merek.
Dari 6 elemen yang dikemukakan diatas, penulis hanya akan meneliti 4
variabel yaitu memorable, meaningful, likeable, dan protectable. Hal ini
dikarenakan Primagama cabang Taman Palem Lestari saat ini berfokus hanya
pada layanan bimbingan belajar.
3.1.2.1. Strategi Alternatif Pemilihan Merek
Menurut Kotler dan Keller (2011:261), hampir tidak ada suatu produk
yang tidak memiliki merek. Dengan asumsi perusahaan memutuskan untuk
memberikan merek produk atau jasa, maka harus memilih nama merek untuk
digunakan. Berikut merupakan tiga strategi umum yang populer dalam
menentukan merek:
1. Nama merek bagian dari keluarga atau individu.
26
Perusahaan produk kemasan konsumen memiliki tradisi lama dalam merek
produk yang berbeda dengan nama yang berbeda. Keuntungan besar dari
nama merek individu atau keluarga yang terpisah adalah bahwa jika produk
tersebut gagal atau terlihat memiliki kualitas rendah, perusahaan tidak terikat
reputasinya terhadap hal tersebut. Perusahaan sering menggunakan nama
merek yang berbeda untuk saluran kualitas yang berbeda dalam kelas produk
yang sama.
2. Nama merek perusahaan atau payung perusahaan
Banyak perusahaan menggunakan merek perusahaan mereka sebagai
payung merek pada seluruh pilihan produk mereka. Dengan menggunakan
strategi ini, maka biaya pengembangan menjadi lebih rendah karena tidak
perlu untuk menjalankan penelitian atau menghabiskan banyak biaya untuk
iklan agar dikenal. Penjualan produk baru cenderung menjadi kuat jika nama
produsen baik. Hubungan citra perusahaan atas inovasi, keahlian, dan
kepercayaan telah terbukti secara langsung mempengaruhi evaluasi konsumen.
Akhirnya, strategi pemilihan merek perusahaan dapat menyebabkan nilai tak
berwujud (intangible) yang lebih besar bagi perusahaan.
3. Nama sub merek
Sub merek menggabungkan dua atau lebih merek perusahaan, merek
keluarga, atau nama-nama merek produk individual.
3.1.3. Lokasi
Menurut Elliott, Rundle-Thiele, dan Waller (2012:24), lokasi adalah
aktivitas perusahaan untuk menyalurkan produk atau jasa yang tersedia kepada
27
konsumen pada waktu dan tempat yang tepat. Melalui place atau sarana tempat
maka sebuah perusahaan dapat menempatkan produk/jasanya untuk dapat
dijangkau oleh target pelanggan.
Menurut Heding, Knudtzen dan Bjerre (2008:38), tempat atau lokasi
dalam bauran pemasaran mengacu pada distribusi produk dari produsen ke
konsumen akhir. Lokasi berkaitan dengan penyediaan barang-barang agar tersedia
dalam jumlah yang tepat di lokasi yang tepat. Hal ini penting untuk
mempertimbangkan saluran distribusi yang paling efektif untuk merek dan untuk
mengembangkan strategi rantai pasokan yang sesuai dengan atribut merek dan
tuntutan konsumen. Strategi rantai pasokan ini menyiratkan identifikasi mitra
saluran yang tepat, manajemen persediaan pada dasarnya memastikan bahwa
semua langkah dari ketika merek meninggalkan tempat produksi hingga mencapai
konsumen diarahkan dan dioptimalkan.
Menurut Hurriyati (2008:55) untuk produk industri manufaktur place di
artikan sebagai saluran distribusi (zero channel, two channel, dan multilevel
channels), sedangkan untuk produk industri jasa, place diartikan sebagai tempat
pelayanan jasa. Lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok jasa
kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci. Keputusan mengenai
lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana
penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. Tempat juga
penting sebagai lingkungan dimana dan bagaimana jasa akan diserahkan, sebagian
dari nilai dan manfaat dari jasa. Lokasi berhubungan dengan keputusan yang
dibuat oleh perusahaan mengenai dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan,
28
yang lebih penting dari lokasi adalah tipe dan tingkat operasi yang terlibat.
Terdapat tiga macam tipe interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan yang
berhubungan dengan pemilihan lokasi, yaitu sebagai berikut:
1. Pelanggan mendatangi penyedia jasa
2. Penyedia jasa mendatangi pelanggan
3. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara
Menurut (Tjiptono, 2007:57) pemilihan lokasi usaha memerlukan
pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut:
1. Akses, misalnya lokasi yang mudah dilalui atau mudah dijangkau sarana
transprotasi
2. Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.
3. Lalulintas (traffic), dimana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan besar terjadinya
impulse buying.
b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan,
misalnya pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, dan ambulan.
4. Tempat parkir yang luas dan aman.
5. Ekspansi, yaitu tersedianya tempat yang cukup luas untuk perluasan bisnis
dikemudian hari.
6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung bisnis yang ditawarkan.
Misalnya bisnis restoran kelas kecil yang berdekatan dengan daerah kampus,
sekolah, dan perkantoran.
29
7. Persaingan, yaitu lokasi pesaing. Misalnya dalam menentukan lokasi restoran
kelas kecil, perlu dipertimbangkan apakah dijalan atau daerah yang sama
banyak pula terdapat restoran kelas kecil lainnya.
8. Peraturan pemerintah.
Dari 8 faktor yang dikemukakan oleh Tjiptono (2007:57), penulis hanya
akan meneliti 5 kriteria yaitu: akses, visibilitas, lalu lintas, tempat parkir, dan
lingkungan. Hal ini dikarenakan peraturan pemerintah, ekspansi, dan persaingan
merupakan faktor pertimbangan bagi pemilik usaha sebagai pertimbangan dalam
menentukan pemilihan lokasi.
3.1.4. Keputusan Pembelian
Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:478), keputusan adalah pemilihan
terhadap dua atau lebih alternatif pilihan. Dengan kata lain didalam membuat
keputusan harus ada alternatif pilihan yang lain.
Menurut Kotler dan Armstrong (2011:154) keputusan pembelian adalah
keputuan pembeli mengenai merek mana yang akan dibeli. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen seperti faktor budaya, sosial,
dan personal.
3.1.4.1. Faktor Budaya
Budaya, subkultur, dan kelas sosial merupakan pengaruh penting terhadap
perilaku pembelian konsumen. Budaya adalah faktor yang menentukan dasar
keinginan dan perilaku seseorang. Sedangkan Subkultur meliputi kebangsaan,
agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Ketika subkultur tumbuh cukup besar
30
dan kaya, perusahaan sering merancang program pemasaran khusus untuk
melayani mereka.
Hampir semua manusia menunjukkan stratifikasi sosial, paling sering
dalam bentuk kelas sosial, bagian yang relatif homogen dan tahan lama dalam
masyarakat.
3.1.4.2. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, faktor sosial, seperti kelompok referensi, keluarga,
dan peran dan status sosial mempengaruhi perilaku pembelian seseorang.
Kelompok referensi adalah kelompok yang memiliki pengaruh secara
langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok
yang memiliki pengaruh langsung disebut anggota kelompok.
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat, dan anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang
paling berpengaruh. Keluarga terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Dari
orang tua seseorang memperoleh orientasi terhadap agama, politik, dan ekonomi,
dan rasa ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Bahkan jika pembeli tidak lagi
sering berinteraksi dengan orang tuanya, pengaruh orang tua terhadap perilaku
seseorang masih signifikan.
Kelompok seringkali merupakan sumber informasi yang penting dan
membantu untuk menentukan norma-norma perilaku. Kita dapat menentukan
posisi seseorang dalam setiap kelompok dalam hal peran dan status sosial. Peran
terdiri dari kegiatan seseorang yang diharapkan untuk dilakukan. Setiap peran
pada gilirannya memiliki makna sebagai status. Pada dasarnya seseorang akan
31
memilih produk yang mencerminkan dan mengkomunikasikan peran dan status
sosial yang sebenarnya atau yang diinginkan mereka di masyarakat. Pemasar
harus menyadari potensi status simbol produk dan merek.
3.1.4.3. Faktor Personal
Karakteristik pribadi yang mempengaruhi keputusan pembeli meliputi usia
dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan
konsep diri, dan gaya hidup dan nilai.
Usia dan tahap dalam siklus hidup. Dalam hal ini selera seseorang dalam
makanan, pakaian, peralatan rumah tangga, dan rekreasi seringkali berhubungan
dengan usia.
Pekerjaan dan keadaan ekonomi juga mempengaruhi pola konsumsi.
Dalam keadaan krisis ekonomi maka daya beli dari konsumen akan turun.
Pemasar mencoba untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki
minat di atas rata-rata dalam produk dan layanan mereka.
Kepribadian dan konsep diri. Setiap orang memiliki karakteristik
kepribadian yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Dengan kepribadian,
kita memiliki sifat-sifat psikologis manusia yang menyebabkan perbedaan
tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan terhadap rangsangan lingkungan
(termasuk perilaku pembelian).
Gaya hidup dan nilai. Orang-orang dari subkultur, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama dapat mengakibatkan gaya hidup yang sangat berbeda. gaya
hidup adalah pola seseorang hidup di dunia seperti yang diungkapkan dalam
kegiatan, minat, dan pendapat. Hal ini menggambarkan "manusia seutuhnya"
32
berinteraksi dengan lingkungan nya. Pemasar mencari hubungan antara produk
mereka dan kelompok gaya hidup.
3.1.4.4. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Keller (2011:166), secara umum konsumen akan
mengalami 5 proses tahapan sebelum melakukan pengambilan keputusan yang
meliputi pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian, perilaku pasca pembelian.
Sumber : Marketing Management (Kotler dan Keller, 2011:166)
Gambar 3.1 Proses Keputusan Pembelian
Berikut penjelasan mengenai proses keputusan pembelian dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan yang dipicu stimulus secara internal dan eksternal. Para pemasar
perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu dengan
mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Dengan demikian para
pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat
konsumen.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
lebih banyak informasi untuk suatu produk. Sumber informasi utama
33
konsumen akan terbagi menjadi empat bagian yaitu:
 Personal meliputi keluarga, teman, tetangga, kenalan.
 Komersial meliputi iklan, situs web, penjual, dealer, kemasan, tampilan.
 Publik meliputi media massa, organisasi peringkat konsumen.
 Pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
3. Evaluasi alternatif
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh
semua konsumen atau satu konsumen dalam semua situasi pembelian.
Evaluasi didasarkan pada keyakinan dan sikap yang diperoleh dari bertindak
dan belajar.
Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi
konsumen. Pertama, konsumen berusaha untuk memenuhi kebutuhan. Kedua,
konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen
melihat setiap produk sebagai sebuah paket dari atribut dengan berbagai
kemampuan untuk memberikan manfaat.
4. Keputusan pembelian
Konsumen bisa mengambil keputusan untuk tidak mengevaluasi setiap
merek, namun faktor-faktor yang mengintervensi bisa mempengaruhi
keputusan final. Ada dua faktor umum yang dapat mempengaruhi antara niat
pembelian dan keputusan pembelian yaitu:
a. Perilaku orang lain
Pengaruh orang lain tergantung pada intensitas sikap negatifnya terhadap
alternatif pilihan konsumen yang akan membeli dan derajat motivasi dari
34
konsumen yang akan membeli untuk mengikuti orang lain.
b. Faktor situasional yang tidak terduga
Faktor situasional yang tidak terduga merupakan keadaan dimana
konsumen mengubah tujuan pembelian maupun keputusan pembelian.
5. Perilaku pasca pembelian
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena
memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal
yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap
informasi yang mendukung keputusannya. Oleh karena itu para pemasar
harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan
pemakaian produk pasca pembelian.
3.2.
Penelitian Terdahulu
Beberapa ringkasan hasil penelitian pendahulu yang dianggap relevan dan
dapat digunakan sebagai referensi terkait penelitian ini dapat dilihat dalam tabel
3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu
No
Peneliti,
Tahun dan
Bentuk
Penelitian
1.
Afrizal Fatah
Tahun : 2011
Bentuk :
Tesis
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Pengaruh
Persepsi Harga,
Kualitas
Pelayanan, Citra
Toko/Gerai dan
Mutu Produk
Terhadap
Keputusan
Pembelian (Studi
Mengetahui
pengaruh persepsi
harga, kualitas
pelayan, citra
toko/gerai, mutu
produk terhadap
keputusan
pembelian di
Giant
Penelitian ini
menggunakan
tehnik
pengumpulan
data dengan
kuesioner dan
metode yang
dipakai adalah
multiple linear
Variabel persepsi
harga, citra
toko/gerai,
kualitas
pelayanan dan
mutu produk
berpengaruh
terhadap
keputusan
35
Kasus Pada
Giant
Hypermarket
Bintaro)
2.
Choy Johnn
Yee, Ng
Cheng San,
Ch’ng Huck
Khoon
Tahun : 2011
Bentuk :
Jurnal
3.
Agung
Sutrisno
Tahun : 2014
Bentuk :
Tesis
4.
Dessy Amelia
Fristiana
Tahun : 2012
Bentuk :
Jurnal
Hypermarket
Bintaro
regression.
Sampel yang
digunakan 100
orang.
pembelian
Survey
menggunakan
convenience
sampling
dilakukan di
Klang Valley
usia nasabah
berusia antara
23-65 tahun
dan di atas
dengan 200
responden.
Hasil dari
analisis regresi
berganda
menunjukkan
hubungan positif
antara tiga faktor
yang disebutkan
sebelumnya
dengan
keputusan
pembelian.
Consumers’
Perceived
Quality,
Perceived Value
and Perceived
Risk Towards
Purchase
Decision on
Automobile
1. Menguji
hubungan antara
persepsi kualitas
dan keputusan
pembelian
2. Menguji
hubungan antara
persepsi nilai dan
keputusan
pembelian
3. Menguji
hubungan antara
persepsi risiko dan
keputusan
pembelian
Pengaruh
Bauran
Pemasaran Jasa
Terhadap
Keputusan
Pembelian Pada
PT. Krakatau
Bandar
Samudera
Penelitian ini
dilakukan untuk
mengetahui
pengaruh ketujuh
variabel bauran
pemasaran jasa
(produk, harga,
tempat, promosi,
orang, proses dan
bukti fisik)
terhadap keputusan
pembelian.
Sample yang
 Produk, harga,
digunakan 180
Promosi,
responden,
orang, Proses
dengan teknik
tidak
pengumpulan
berpengaruh
data kuesioner,
terhadap
studi
keputusan
dokumentasi,
pembelian.
dan
 Tempat, bukti
wawancara
fisik
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian.
Pengaruh Citra
Merek dan
Harga Terhadap
Keputusan
Pembelian Pada
Ramai Swalayan
Peterongan
Semarang
Mengetahui
pengaruh citra
merek dan harga
terhadap keputusan
pembelian pada
Ramai Swalayan
Peterongan
Semaran
Sampel yang
diambil adalah
100 orang.
Penyebarannya
menggunakan
purposive
sampling.
Skala
pengukurannya
menggunakan
skala Likert.
Semakin baik
citra merek, dan
semakin murah
harga yang
ditawarkan
diharapkan dapat
meningkatkan
keputusan
pembelian.
36
5.
Septi
Tahun : 2013
Bentuk :
Tesis
6.
Eva Sheilla
Rahma
Tahun : 2007
Bentuk :
Tesis
7.
Saiz Wantini,
Trisno
Martono,
Aniek
Hindrayani
Tahun : 2013
Bentuk :
Jurnal
Analisis
Pengaruh Brand
Image dan
Kualitas Produk
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Konsumen Pada
Handphone
Nexian
Mengetahui
pengaruh brand
image, kualitas
produk, brand
image dan kualitas
produk terhadap
keputusan
pembelian
konsumen pada
handphone Nexian
Menggunakan
metode non
probability
sampling
dengan jumlah
responden
direncanakan
sebanyak 110
orang yang
menggunakan
handphone
Nexian
Variabel brand
image dan
kualitas produk
berpengaruh
signifikan secara
parsial dan
bersama-sama
terhadap
keputusan
pembelian
Analisis
Pengaruh
Kualitas
Layanan dan
Citra Merek
terhadap Minat
Beli dan
Dampaknya pada
Keputusan
Pembelian (Studi
Pada Pengguna
Telepon Seluler
Merek Sony
Ericson di Kota
Semarang)
1. Menganalisis
pengaruh citra
merek dan kualitas
layanan terhadap
minat beli
terhadap minat beli
2. Menganalisis
pengaruh kualitas
layanan terhadap
citra merek
3. Menganalisis
pengaruh minat
beli terhadap
keputusan
pembelian
Metode
pemilihan
sampel yang
digunakan
adalah
purposive
sampling
berdasarkan
lama
pemakaian
dengan sampel
100 responden
Citra merek dan
kualitas layanan
berpengaruh
terhadap minat
beli konsumen,
dan minat beli
konsumen
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian
Pengaruh
Bauran
Pemasaran
(produk, harga,
tempat dan
promosi)
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Emping Milinjo
di Kelurahan
Ngadirejo
Kecamatan
Kartasura
Mengetahui
pengaruh bauran
pemasaran
terhadap keputusan
pembelian emping
mlinjo di
Kelurahan
Ngadirejo
Kartasura tahun
2013 secara parsial
dan simultan.
Jumlah sampel
yang
ditetapkan
sebanyak 100
sampel,
penetapan
responden
dengan
menggunakan
Nonprobability
sampling yaitu
Sampling
incidental.
Hasil dari
penelitian ini
membuktikan
bahwa bauran
pemasaran yang
terdiri dari
produk, harga,
tempat dan
promosi mampu
mempengaruhi
keputusan
pembelian.
37
8.
Cen Lu dan
Kartika
Imasari
Tahun: 2013
Bentuk :
Seminar
nasional dan
Call for
Paper
Den Final
9
Tahun: 2013
Bentuk :
Tesis
Pengaruh Lokasi
Terhadap
Keputusan
Pembelian Pada
Pengunjung
Carrefour Paris
Van Java
Bandung
Pengaruh
Produk, Persepsi
harga, Promosi
serta lokasi
terhadap
keputusan
pembelian (Studi
Kasus Vila Rizki
Ilhami)
Mengetahui
pengaruh lokasi
terhadap pembelian
yang dilakukan
oleh konsumen di
Carrefour Paris
Van Java Bandung
Mengetahui
pengaruh produk,
persepsi harga,
promosi dan lokasi
terhadap keputusan
pembelian dengan
studi kasus di PT.
Mustika Hadiasri
Perumahan Vila
Rizki Ilhami
Menggunakan
metode non
probability
sampling
dengan teknik
purporsive
sampling.
jumlah sampel
dalam
penelitian ini
sebanyak 100
orang.
Tidak terdapat
pengaruh lokasi
terhadap
keputusan
pembelian pada
pengunjung
Carrefour Paris
Van Java
Bandung.

Jumlah Sampel
sebanyak 85
orang dengan
menggunakan
metode
purposive
sample

Variabel produk
dan lokasi tidak
berpengaruh
terhadap
variable
keputusan
pembelian
Persepsi harga
dan
promosi
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian
Sumber : Berbagai Literatur
3.3.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh persepsi harga, citra merek
dan lokasi terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
38
Gambar 3.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka diperoleh model (sub
struktur) penelitian sebagai berikut :
Gambar 3.3 Model Penelitian
39
3.4.
Hipotesis
Menurut Diposumarto (2012:49), hipotesis merupakan jawaban sementara
atau dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya yang berdasarkan teori yang digunakan atau teori yang terkait untuk
mendukung, pembahasan variabel-variabel atau faktor-faktor yang berhubungan
satu dengan yang lainnya, jawaban sementara tersebut secara teoritis dianggap
paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.
Menurut Sugiyono (2009:93), hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadapa rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Atas dasar uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang penulis rumuskan
adalah sebagai berikut:
H1 : Persepsi harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Primagama
cabang Taman Palem Lestari.
H2 : Citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Primagama
cabang Taman Palem Lestari.
H3 : Lokasi berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Primagama cabang
Taman Palem Lestari.
40
H4 : Persepsi harga, citra merek, dan lokasi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap keputusan pembelian pada Primagama cabang Taman Palem
Lestari.
Download