BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Kata psoriasis berasal dari bahasa Yunani “psora” yang berarti gatal. Psoriasis merupakan suatu penyakit kulit yang bersifat kronik residif dengan gambaran klinik bervariasi. Kelainan ini dikelompokkan dalam penyakit eritroskuamosa dan ditandai bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat seperti mika disertai fenomena tetesan lilin, tanda auspitz dan fenomena kobner. Penyakit ini secara klinis tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh manapun sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik. Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Beberapa faktor dapat memicu timbulnya psoriasis, yaitu stress, konsumsi alkohol, merokok, sinar matahari, adanya penyakit sistemik seperti infeksi streptococcus dan HIV serta faktor endokrin. Pada psoriasis vulgaris terjadi percepatan proliferasi sel-sel epidermis dibandingkan sel-sel pada kulit normal. Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over epidermis normalnya adalah 28-56 hari. Psoriasis juga sering dikatakan sebagai penyakit kelainan sel imun dimana sel T menjadi aktif, bermigrasi ke dermis dan memicu pelepasan sitokin (TNF-α, pada umumnya) menyebabkan terjadinya inflamasi dan produksi sel kulit yang cepat. Ada beberapa tipe psoriasis yaitu meliputi psoriasis plak, psoriasis pustular, psoriasis guttata, psoriasis eritroderma, dan pada lokasi tertentu seperti psoriasis scalp, psoriasis fleksular, psoriasis pada mukosa oral, psoriasis kuku, dan psoriasis arthritis. Psoriasis plak atau dikenal juga sebagai psoriasis vulgaris merupakan tipe yang paling sering dijumpai, ditemukan sekitar 80-90% dari penderita psoriasis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak, bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas. ( Price, 1994) Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronik dan rekuren / kambuhan, ditandai dengan adanya bercak-bercak kemerahan dengan sisik putih yang kasar dan tebal. (httt//www.sinarharapan.co.id) Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronik dan rekuren, yang khas ditandai dengan papula atau plak eritematosa, kering, batas tegas dan tertutup skuama tebal berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan atau putih seperti perak / mika. Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan ± 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal. (Smeltzer, Suzanne) Psoriasis adalah masalah kulit di mana bagian kulit menjadi radang dan ditutupi sisik berwarna perak atau kelabu pada siku, lutut dan kulit kepala. Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit yang kronis. Penyakit ini ditandai dengan bercak-bercak merah dengan sisik kasar dan tebal. Penyakit tersebut dianggap sebagai suatu penyakit gangguan kekebalan tubuh, yang dipengaruhi terutama oleh sel T (salah satu jenis sel darah putih). Sel T yang teraktivasi akan berinteraksi dengan sel kulit (terutama keratinosit) dan mengakibatkan pembentukan kulit yang tebal dan bersisik. (www.suarapembaharuan.com) Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit kronis yang tidak menular, sering kambuh, yang disebabkan oleh proses autoimun dan kadang-kadang dapat diturunkan. Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Biasanya bentuk kulit bersisik. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang, penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta mengganggu kekuatan mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (www.psoriasis.or.id) 2.2. Epidemiologi Kasus psoriasis sering dijumpai secara universal di berbagai belahan dunia. Prevalensi kasus psoriasis pada berbagai populasi bervariasi dari 0,1% hingga 11,8% berdasarkan laporan yang dipublikasikan. Di Eropa insiden tertinggi yang dilaporkan, yaitu Denmark (2,9%) dan Faeroe Island (2,8%), dengan prevalensi rata-rata dari Eropa Utara sekitar 2%. Di Amerika Serikat prevalensinya berkisar dari 2,2% sampai 2,6% dengan hampir 150.000 kasus baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Pada bangsa berkulit hitam misalnya di Afrika jarang dilaporkan demikian pula bangsa Indian di Amerika. Sementara insiden psoriasis di Asia hanya 0,4%. Dalam sebuah survey besar USA, usia rata-rata penderita adalah 28 tahun, sedangkan di Cina dilaporkan rata-rata usia penderita adalah 36 tahun. Telah dilaporkan bahwa 35% dari kasus penyakit onset sebelum usia 20 tahun dan 58% sebelum 30 tahun. Dalam sebuah penelitian di Jerman, psoriasis memiliki dua puncak onset yaitu puncak onset pertama pada masa remaja dan dewasa muda (16 hingga 22 tahun) dan puncak onset kedua pada usia lanjut (57 hingga 60 tahun). Laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama untuk terjadinya psoriasis vulgaris. Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan awal penyakit psoriasis puncaknya terjadi pada onset usia 22 tahun pada pria dan 16 tahun pada wanita. Di Indonesia sendiri prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3 persen (bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia saat ini berkisar 200 juta, berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk yang menderita psopriasis yang hanya sebagian kecil saja sudah terdiagnosis dan tertangani secara medis. Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 %. 2.3. Etiologi Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik berperan dalam penyakit ini. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis risiko mendapatkan psoriasis 12%, sedangkan jika salah satu orang tuanya menderita psoriasis maka resikonya mencapai 34-39%. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain: 1. Trauma Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma. 2. Infeksi Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh. 3. Iklim Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh. 4. Faktor endokrin Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi. 5. Sinar matahari Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita. 6. Metabolik Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis. 7. Obat-obatan Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat menimbulkan efek “withdrawal”. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui sebagai pencetus psoriasis. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata. Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah : 1. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal. 2. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik. 3. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit. 4. Emosi tak terkendali. 5. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi merah , misalnya mengandung alkohol. 2.4. Patogenesis Psoriasis juga sering dikatakan sebagai penyakit kelainan sel imun dimana sel T menjadi aktif, bermigrasi ke dermis dan memicu pelepasan sitokin (TNF-α, pada umumnya) menyebabkan proliferasi keratinosit, angiogenesis dan terjadinya kemotaksis dari sel-sel radang dalam dermis dan epidermis. Sel langerhans juga berperan pada imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis di awali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3 - 4 hari sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. 2.5. Macam-macam Psoriasis Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain: 1. Psoriasis punctata : Lesi sebesar jarum pentul atau milier. 2. Psoriasis folikularis : Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel rambut. 3. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air. 4. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam. 5. Psoriasis girata : Lesi sebesar daun. 6. Psoriasis anularis : Lesi melingka berbentuk seperti cincin karena adanya involusi dibagian tengahnya. 7. Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang menetap. 8. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan tertutup lembaran-lembaran skuama mirip kulit tiram. 9. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika. Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti: 1. Psoriasis digitalis atau interdigitalis. 2. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah. 3. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki. 4. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor atau lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah payudara dan lainnya. 5. Psoriasis seboroik bila lesi didapatkan di daerah seboroik seperti kulit kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya. Tipe-tipe psoriasis, yaitu: 1. Psoriasis vulgaris: bentuk ini ialah jenis yang paling umum karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas. 2. Psoriasis putulosa: gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai gejala umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu makan menurun. Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin merah. Setelah beberapa jam timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah pada bercak merah tersebut. Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi eritroderma. 3. Psoriasis eritroderma: dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya kelainan kulit yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat kemerahan dan bersisik tebal yang menyeluruh. Ada kalanya kelainan kulit psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya lebih meninggi. 4. Psoriasis kuku: menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku tampak lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel, sehingga penderita sulit sembuh. 5. Psoriasis artritis: penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada sendi, sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong agar sendisendinya tidak sampai keropos. 2.6. Manifestasi Klinik Lesi psoriasis vulgaris berupa plak eritematous, berbatas tegas, simetris, kering, tebal dengan ukuran yang beragam serta dilapisi oleh skuama tebal berlapis-lapis dan berwarna putih seperti mika. Plak eritematous yang tebal menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi. Tempat predileksi lesi psoriasis yaitu pada scalp, ekstensor lengan, kaki, lutut, siku, dorsum manus dan dorsum pedis (skor PASI 4,3). Keluhan yang dirasakan adalah gatal dan kadang rasa panas yang membuat pasien merasa tidak nyaman. Bentuk kelainan bervariasi : lentikuler, numular atau plakat dapat berkonfluensi. Lesi psoriasis memiliki empat karakteristik yaitu: (1) bercak-bercak eritem yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskripta dan merata, tetapi pada stadium lanjut sering eritema yang ditengah menghilang dan hanya terdapat dipinggir (2) skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika dan transparan, (3) pada kulit terdapat eritema mengkilap yang homogen dan terdapat perdarahan kecil jika skuama dikerok (Auspitz sign) (4) ukuran lesi bervariasi-lentikuler, numuler, plakat. Kelainan kuku ditemukan pada 25-50% pasien dengan psoriasis. Perubahan pada kuku ini 2 kali lebih sering terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, pada pasien dengan psoriasis sedang hingga berat atau pada pasien yang telah menderita psoriasis lebih dari 50 tahun. Tanda yang paling umum dari psoriasis kuku ini adalah pitting selain itu juga perubahan warna lokal yang spesifik yaitu bercak berwarna kuning atau coklat disebabkan karena debris seluler di bawah kuku. Psoriasis pada kuku mengenai matrix, lempeng kuku, dan hyponychium. Pada psoriasis terdapat fenomena yang khas yaitu fenomena tetesan lilin dimana bila lesi yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi putih yang disebabkan oleh karena perubahan indeks bias. Auspitz sign ialah bila skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul bintik-bintik pendarahan yang disebabkan memanjang tetapi bila kerokan papilomatosis tersebut yaitu diteruskan papilla maka dermis akan yang tampak pendarahan yang merata. Fenomena kobner ialah bila kulit penderita psoriasis terkena trauma misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis. 2.7. Pemeriksaan Penunjang Gambaran laboratorium penderita psoriasis tidak menunjukkan angka yang spesifik dan tidak ditemukan pada semua pasien psoriasis. Kelainan terutama terdapat pada pasien pustular generalisata dan psoriasis eritroderma. Asam urat serum menunjukkan peningkatan sampai 50% dan biasanya berhubungan dengan luasnya lesi dan aktifitas penyakit serta beresiko berkembang jadi arthritis gout. Stadium lesi yaitu lesi awal, lesi yang berkembang dan lesi lanjut. Pada awalnya terjadi perubahan pada permukaan dermis saja berupa dilatasi kapiler dan edema papilla dermis dan infiltrasi limfosit yang mengelilingi pembuluh darah. Limfosit akan meluas sampai bagian bawah epidermis yang akhirnya akan mengalami spongiosis. Lesi psoriasis lanjut ditandai oleh akantosis dengan pemanjangan rete riges, hilangnya lapisan granular, parakeratosis dengan adanya netrofil pelebaran pembuluh darah di papilla dermis, mitosis suprabasal, penipisan suprapapillari plate dan sebukan sel radang ringan terdapat pada dermis dan atau papilla dermis. 2.8. Diagnosis Banding Psoriasis dapat di diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang diantaranya ada yang juga tergolong dermatosis eritroskuamosa, yaitu : 1. Dermatosis seboroik Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat yang seboroik. Psoriasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuama yang berlapis-lapis berwarna putih seperti mika disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda. Dermatitis seboroik biasanya pada alis, sudut nasolabial, telinga, daerah sternum dan fleksor. Sedangkan psoriasis banyak terdapat pada daerah-daerah ekstensor, yaitu siku, lutut dan scalp. 2. Pitiriasis rosea Pitiriasis berarti skuama halus. Hal ini berbeda dengan proriasis dimana skuamanya tebal. Tanda khas pada Pitiriasis rosea yaitu adanya lesi awal berupa herald patch, umumnya di badan, solitar, berbentuk oval dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat predileksi pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas. 3. Liken planus Gejala klinis sangat gatal, umumnya setelah satu atau beberapa minggu setelah kelainan pertama timbul diikuti oleh penyebaran lesi. Tempat predileksi yang paling sering yaitu pada pergelangan tangan bagian fleksor atau lengan bawah. Kelainan yang khas terdiri atas papul yang poligonal, berskuama, datar dan berkilat. Kadang-kadang ada cekungan di sentral. Garis-garis anyaman berwarna putih. Terdapat fenomena Kobner. 2.9. Diagnosis Diagnosis psoriasis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis lesi kulit. Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi. Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin. Pada umumnya akan tampak penebalan epidermis atau akantosis serta elongasi rete ridges. Terjadi diferensiasi keratinosit yang ditandai dengan hilangnya stratum granulosum. Stratum korneum juga mengalami penebalan dan terdapat retensi inti sel pada lapisan ini yang disebut dengan parakeratosis. Tampak neutrofil dan limfosit yang bermigrasi dari dermis. Sekumpulan neutrofil dapat membentuk mikroabses Munro. Pada dermis akan tampak tanda-tanda inflamasi seperti hipervaskularitas dan dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat dermis terdiri dari neutrofil, makrofag, limfosit dan sel mast. Selain biopsi kulit, abnormalitas laboratorium pada penderita psoriasis biasanya bersifat tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada semua pasien. Pada psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis pustular generalisata, dan eritroderma tampak penurunan serum albumin yang merupakan indikator keseimbangan nitrogen negatif dengan inflamasi kronis dan hilangnya protein pada kulit. Peningkatan marker inflamasi sistemik seperti C-reactive protein, α-2 makroglobulin, dan erythrocyte sedimentation rate dapat terlihat pada kasus-kasus yang berat. Pada penderita dengan psoriasis yang luas dapat ditemukan peningkatan kadar asam urat serum. Selain daripada itu penderita psoriasis juga menunjukkan gangguan fungsi lipid (peningkatan high density lipoprotein), rasio kolesterol-trigliserida serta plasma apolipoprotein-A1. Pada beberapa studi ang dilakukan akhir-akhir ini, tampak peningkatan kadar prolaktin serum pada penderita psoriasis dibandingkan kelompok kontrol. 2.10. Penentuan derajat keparahan penyakit Mengukur derajat keparahan atau perbaikan klinis pada psoriasis tampaknya merupakan hal yang mudah, tetapi pada kenyataannya hal ini menimbulkan banyak kesulitan. Diperlukan pengukuran objektif yang terpercaya, valid, dan konsisten. Untungnya lesi pada psoriasis biasanya cukup jelas secara klinis dan oleh sebab itu relatif mudah untuk melakukan kuantifikasi tetapi sayangnya kuantifikasi sederhana pada lesi bukan merupakan suatu penilaian yang lengkap pada derajat keparahan, sebab dampak lesi psoriasis berbeda pada penderita yang satu dengan lainnya. Konsensus oleh American Academy of Dermatology menyatakan bahwa setiap penentuan keparahan psoriasis membutuhkan perhatian khusus pada pengaruhnya terhadap kualitas hidup penderita. Salah satu tehnik yang digunakan untuk mengukur derajat keparahan psoriasis yaitu dengan menggunakan Psoriasis Area and Severity Index (PASI). PASI merupakan kriteria pengukuran derajat keparahan yang paling sering digunakan. Berupa suatu rumus kompleks yang diperkenalkan pertama kali dalam studi penggunaan retinoid pada tahun 1978. PASI menggabungkan elemen pada presentasi klinis yang tampak pada kulit berupa eritema, indurasi dan skuama. Setiap elemen tersebut dinilai secara terpisah menggunakan skala 0 - 4 untuk setiap bagian tubuh: kepala dan leher, batang tubuh, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Penilaian dari masing-masing tiga elemen kemudian dijumlahkan, selanjutnya hasil penjumlahan masing-masing area tubuh dikalikan dengan skor yang didapat dari skala 1 - 6 yang merepresentasikan luasnya area permukaan yang terlibat pada bagian tubuh tersebut. Skor ini kemudian dikalikan dengan faktor koreksi yang terdapat pada tiap area tubuh (0.1 untuk kepala dan leher, 0.2 untuk ekstremitas atas, 0.3 untuk batang tubuh, dan 0.4 untuk ekstremitas bawah). Akhirnya skor dari keempat area tubuh ditambahkan sehingga menghasilkan skor PASI. Kemungkinan nilai tertinggi PASI adalah 72 tetapi nilai ini secara umum dianggap hampir tidak mungkin untuk dicapai. Berdasarkan nilai skor PASI, psoriasis dapat dibagi menjadi psoriasis ringan (skor PASI <11), sedang (skor PASI 12-16), dan berat (skor PASI >16). Oleh karena kompleksitas skor PASI tersebut, maka bukan merupakan suatu hal yang mengejutkan jika skor ini jarang digunakan pada praktek klinis. Skor PASI merupakan suatu sistem penilaian yang digunakan untuk tujuan penelitian. Pada uji klinis, persentase perubahan pada PASI dapat digunakan sebagai titik akhir penilaian terapi psoriasis. The United States Food and Drug Administration (FDA) menggunakan 75% perbaikan pada skor PASI sebagai penilaian respon terapi pada pasien psoriasis. Beberapa kesulitan dalam penggunaan skor PASI diantaranya; kesulitan dalam menentukan skor serta kurangnya korelasi dengan hasil akhir yang dilaporkan oleh pasien sendiri. Pengukuran luas permukaan tubuh bersifat tidak konsisten diantara para peneliti, sehingga menyebabkan variabilitas inter observer yang signifikan. Hal terpenting lainnya, skor PASI tidak secara jelas memperkirakan dampak dari penyakit terhadap pasien. Beberapa penelitian yang menilai korelasi antara PASI dengan kualitas hidup penderita telah menunjukkan konsistensi yang rendah. Beberapa variasi dari PASI telah dikembangkan untuk memperbaiki kelemahan ini serta untuk mengurangi waktu dan usaha yang diperlukan dalam melakukan penilaian. Salah satu variasi yang menarik adalah meminta pasien melakukan PASI modifikasi terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini disebut Self Administered PASI (SAPASI). SAPASI memiliki korelasi yang baik dengan PASI serta responsive terhadap terapi. SAPASI khususnya memberikan manfaat pada studi epidemiologi berskala besar dimana penilaian oleh dokter terhadap semua pasien dianggap tidak praktis. 2.11. Penatalaksanaan Psoriasis merupakan suatu penyakit dengan penatalaksanaan yang kompleks. Meskipun penyakit ini tidak dapat disembuhkan, beberapa terapi yang ada saat ini dapat meminimalisir lesi-lesi kulit dan gejala-gejala lainnya. Sebagian besar penderita tidak pernah mencapai suatu keadaan remisi yang bebas terapi. Pemilihan terapi untuk psoriasis harus diperhatikan derajat keparahan penyakit, lokasi psoriasis, tipe psoriasis, riwayat penyakit yang pernah diderita, gaya hidup, usia dan jenis kelamin, dan obat psoriasis yang tersedia. Faktor pencetus harus tetap dihindari meskipun pasien dalam keadaan diterapi. Strategi pengobatan psoriasis dapat dibagi menjadi tiga langkah yaitu langkah pertama adalah terapi topikal (apabila luas permukaan yang terkena kurang dari 20 persen), langkah kedua adalah fototerapi dan langkah ketiga adalah obat sistemik (apabila luas lesi melebihi 20 persen luas permukaan lesi). 1. Topikal Terapi-terapi topikal yang digunakan untuk penatalaksanaan psoriasis meliputi preparat ter, kortikosteroid topikal, antralin, calcipotriol, derivate vitamin D topikal dan analog vitamin A, imunomodulator topikal (takrolimus dan pimekrolimus), dan keratolitik (seperti asam salisilat). Terapi-terapi tersebut merupakan pilihan untuk penderita-penderita dengan psoriasis plak yang terbatas atau menyerang kurang dari 20% luas permukaan tubuh. Terapi topikal digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan agen topikal lainnya atau dengan fototerapi. a) Preparat ter Preparat ter biasanya kurang efektif jika digunakan tunggal. Hasilnya akan lebih baik jika dikombinasikan dengan terapi sinar ultraviolet. Preparat ter berfungsi sebagai anti proliferasi dan anti inflamasi. Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif, sehingga yang biasa digunakan adalah yang berasal dari kayu atau batubara. Ter dari batubara lebih efektif dari kayu, tapi kemungkinan dapat juga memberikan iritasi yang besar. Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara, dan untuk yang akut biasanya digunakan ter yang berasal dari kayu. Folikulitis adalah efek samping utama dari ter batubara. Iritasi dan alergi jarang terjadi dan meskipun ter batubara telah terbukti menjadi karsinogen dalam percobaan hewan, karsinoma hanya diprovokasi oleh aplikasi klinis yang jarang terjadi. Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5% dimulai dengan konsentrasi rendah jika tidak ada perbaikan maka dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan hasil pengobatan maka daya penetrasinya harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat 3-5%. b) Kortikosteroid topikal Kortikosteroid topikal yang digunakan dalam bentuk cream, salep dan lotion. Kortikosteroid kelas I digunakan maksimal selama 2 minggu. Terapi kortikosteroid dikenal sebagai anti-inflamasi, anti-proliferatif, dan imunosupresif. Obat ini merupakan jenis yang paling banyak dipakai untuk pengobatan psoriasis ringan atau terbatas. Dalam suatu penelitian terhadap para spesialis kulit di Amerika Serikat terlihat 85% responden memilihnya sebagai pilihan pertama. Di Indonesia, kortikosteroid topikal tersedia dalam bentuk salep, krim, dan solusio. Pada kulit kepala, muka dan daerah lipatan digunakan krim, dan ditempat lain digunakan salep. Pada daerah muka, lipatan, dan genitalia eksterna dipilih potensi sedang misalnya Triamcinolon acetoninide. Jika diberikan potensi kuat pada mata dapat memberikan efek samping diantaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan berupa stria attrifikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan salep dengan potensi kuat bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan maka potensinya harus dikurangi. c) Antralin Antralin merupakan obat lama untuk mengobati psoriasis ringan sampai sedang. Antralin mempunyai efek anti mitotik dan menghambat beberapa enzim yang terlibat di dalam proliferasi epidermal. Obat ini dikatakan efektif tetapi bersifat iritatif dan kekurangan lainnya ialah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi 0,1 sampai 1% dengan kontak singkat (15-30 menit) untuk mencegah iritasi. Digunakan setiap hari mampu membersihkan lesi psoriasis. Efek samping yang dijumpai adalah iritasi. Sediaan ini banyak diterima oleh pasien karena pemakaiannya malam hari. Penyembuhan dalam 3 minggu. Untuk penggunaan 24 jam dapat digunakan 0,1%, jika tidak terdapat efek samping konsentrasinya dapat ditingkatkan, setiap3-4 hari, dan maksimum sampai 1%. Antralin digunakan hanya pada plak yang kronik. Pengobatan psoriasis dengan antralin memberikan efek yang maksimal ketika dikombinasikan dengan UVB. d) Calcipotriol Calcipotriol merupakan sintetik dari vitamin D, preparatnya berupa salep atau krim. Calcipotriol merupakan pilihan utama atau kedua dalam pengobatan psoriasis. Walaupun tidak seefektif kortikosteroid superpoten, obat ini hanya memiliki sedikit efek samping. Obat ini mampu mengobati psoriasis ringan sampai sedang. Mekanisme kerja sediaan ini adalah anti-proliferasi keratinosit, menghambat proliferasi, dan meningkatkan diferensiasi sel, juga menghambat produksi sitokin yang berasal dari keratinosit maupun limfosit. Respon terapi terlihat setelah dua minggu pengobatan, respons maksimal baru terlihat setelah 68 minggu. Reaksi iritasi dapat mengawali keberhasilan terapi, tetapi ada pula yang tetap teriritasi dalam pemakaian ulangan. Walaupun lesi dapat menghilang sempurna, tetapi eritema dapat bertahan. Untuk meredakan proses iritasi, calcipotriol dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid superpoten. e) Tazaroten Tazaroten merupakan molekul retinoid asetelinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan normalisasi dari differensiasi keratinosit dan menghambat inflamasi. Indikasinya diberikan pada psoriasis sedang sampai berat, dan terutama diberikan pada daerah badan. Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0,05%-0,1%. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat maka akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya adalah iritasi berupa gatal dan rasa terbakar, dan eritema pada 30% pada kasus yang bersifat fotosintesis. Tazaroten digunakan satu kali dalam sehari pada kulit yang kering, dapat digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan obat lain seperti steroid topikal pada lokasi plak psoriasis. f) Emolien Terapi topikal apapun yang dipakai, penetrasi akan lebih baik dan terapi lebih efektif, jika terlebih dahulu skuama psoriasis yang kering dikendurkan (loosen), dilunakkan (soften) dan atau dilepaskan, yaitu dengan menggunakan moisturizer dan emolien. Efek emolien adalah melembutkan permukaan tubuh selain lipatan, juga pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Emolien yang lain adalah lanolin dan minyak mineral. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis. 2. Sistemik a. Metotreksat Metotrexat adalah antagonis asam folat yang menghambat dihydrofolat reduktase. Sintesis DNA terhambat setelah pemakaian Metoteksat akibat penurunan tiamin dan purin. Metotreksat menekan reproduksi sel epidermal, sebagai anti inflamasi dan immunosupresif sehingga kontraindikasi pada pasien dengan infeksi sistemik. Metotreksat biasanya dipakai bila pengobatan topikal dan fototerapi tidak berhasil. Obat ini terbukti merupakan obat yang efektif dibandingkan dengan obat oral lainnya. Metotreksat berespon baik dalam pengobatan psoriasis arthritis. Obat ini juga diberikan dalam jangka panjang pada psoriasis berat dan efektif untuk mengontrol psoriasis pustulosa dan psoriasis eritroderma. Metotreksat mampu menekan proliferasi limfosit dan produksi sitokin. Cara pemberian mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg untuk mengetahui apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika terjadi efek yang tidak dikehendaki maka diberikan dosis 3 x 2,5 mg dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg – 5 mg per minggu. Cara lain dengan diberikan i.m 7,5 mg-25 mg dosis tunggal setiap minggu. Toksisitas sum-sum tulang belakang merupakan efek samping yang akut, sebaliknya hepatotoksisitas adalah efek samping jangka panjang. Dengan demikian metotreksat tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan hati dan alkoholisme. Sebelum memberikan metotreksat, fungsi hati, ginjal, dan sistem hematopoetik pasien harus dalam kondisi yang baik. b. Acitretin Acitretin merupakan bentuk metabolit dari Etretinat. Etretinat disetujui untuk pengobatan psoriasis tetapi karena keberadaannya dalam jaringan tubuh persisten, memungkinkan terjadi teratogenitas tetapi acitretin memiliki waktu paruh yang lebih cepat dibandingkan etretinat. Dosis optimal penggunaan acitretin pada orang dewasa adalah 25-50 mg/hari. Toksisitas yang dapat timbul pada penggunaan acitretin adalah hipervitaminosis A. Efek samping yang umum adalah kulit dan membran mukosa kering, xerofthalmia, dan kerontokan rambut. Acitretin bersifat teratogen dan dapat menyebabkan kelainan bawaan. Efek samping sistemik yang sering terjadi adalah kenaikan lipid serum terutama trigliserida. Efek samping yang juga mungkin muncul adalah osteoporosis, kalsifikasi ligamen, dan hiperostosis skeletal. Pemakaian obat dengan pemantauan yang teliti dapat mengurangi efek samping. c. Siklosporin Siklosporin merupakan pengobatan yang sangat efektif pada penyakit psoriasis. Obat ini menghambat calcineurin fosfatase dan transkripsi IL-2 pada sel T, juga menghambat presentasi antigen oleh sel Langerhans dan degranulasi sel mast yang dimana hal itu berkontribusi pada patogenesis terjadinya psoriasis. Siklosporin dalam bentuk mikroemulsi lebih baik diserap oleh lambung daripada jenis sebelumnya. Dosis rendah 2,5 mg/kgBB/hari dipakai sebagai terapi awal dengan dosis maksimum 4 mg/kgBB/hari. Hipertensi dan disfungsi ginjal adalah efek samping yang harus diperhatikan dalam penggunaan silosporin. Efek samping ini merupakan akibat dari berkurangnya aliran darah ke ginjal dan efek toxic pada sel-sel ginjal. Perubahan anatomik yang dapat terjadi antara lain fibrosis intestinal, atrofi tubular, arteriolpati. Biasa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi siklosporin jangka panjang ( ± 1 tahun). Efek samping umum yang mungkin muncul adalah intoleransi gastrointestinal yang bermanifestasi diare, mual, muntah, nyeri abdominal dan penekanan sumsum tulang. Siklosporin sangat efektif untuk segala bentuk psoriasis tetapi dengan mempertimbangkan berbagai efek samping dan kurangnya pengalaman, obat ini jarang dipakai oleh dermatologis. Bersifat nerotoksik dan hepatotoksik. 3. Fototerapi Sinar ultravioet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ultraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8- metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus ketika psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang lain. Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgBB secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan. Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit kepala. Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamosa) yang dianggap sebagai resiko PUVA masih kontroversial. 2.12. Komplikasi Komplikasi dari psoriasis antara lain : 1. Psoriasis Pustulosa Kadang-kadang diatas makula eritematosa pada psoriasis timbul pustulapustula kecil dengan ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan psoriasis pustula. Ada 2 bentuk psoriasis pustulosa: a. Psoriasis pustulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch). Bentuk ini bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis dengan ciri eritematosa disertai demam dan gejala penyakit sistemik yang lain. Pustul dapat timbul diatas lesi psoriasis atau pada kulit sehat yang mengalami eritema sebelumnya. Lesi ini menyebar dengan cepat dan timbulnya bergelombang. Pustul yang timbul tersusun berkelompok atau diskret. Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya nanah. Mukosa mulut dan lidah dapat mengalami kelainan. Kematian terjadi karena toksik atau infeksi. b. Psoriasis pustulosa lokalisata (bentuk Barber) Bentuk ini bersifat kronik dan sangat resisten terhadap pengobatan. Biasanya menyerang telapak tangan dan telapak kaki serta distribusinya simetris. Lesi berupa pustul diatas plak eritematosa, berskuama. Pustul yang masih baru berwarna kuning, kemudian berubah menjadi kuning kecoklatan dan bila postula mengering berwarna coklat gelap. Akhirnya pustul yang kering ini mengelupas. Kadang-kadang timbul rasa gatal tetapi lebih sering timbul keluhan seperti rasa terbakar. 2. Psoriasis arthritis Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan kaki. Pada stadium akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit. Bila berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion, menyebabkan pemendekan tulang dan hal ini mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku dalam posisi fleksi. Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan permulaan osteoporosis diikuti peningkatan densitas tulang, penyempitan rongga persendian dan erosi permukaan sendi. 3. Psoriasis eritroderma Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan penyakit yang lama dapat berkembang menjadi eritoderma. Seluruh permukaan tubuh menjadi merah dan tertutup skuama putih yang halus. Umumnya bentuk ini timbul akibat pemakaian obat topikal atau penyinaran yang berlebihan. Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan berhasil maka erupsi eritoderma menghilang dan lesi psoriasis yang khas akan muncul kembali. 2.13. Prognosis Prognosis baik jika mendapat terapi yang efektif namun angka kekambuhan dan perbaikan spontan tidak dapat diduga sebelumnya. Jarang dilaporkan kematian karena kasus ini, tetapi biasanya angka kesakitan pasien akan meningkat akibat seringnya kekambuhan dari penyakit. BAB III KESIMPULAN 3.1. Kesimpulan Psoriasis merupakan dermatosis yang sering dijumpai, bersifat kronik residif. Kasus psoriasis sering djumpai secara universal di berbagai belahan dunia. Di Indonesia sendiri secara prevalensi jumlah penderita psoriasis mencapai 1-3 % (bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Sampai sekarang etiopatogenesis psoriasis belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan ada dua komponen patogenesis psoriasis, yaitu infiltrasi sel-sel radang di dermis dan hiperplasia epidermis. Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya stres psikis, infeksi lokal, trauma, endokrin, gangguan metabolik, obat, alkohol, dan merokok. Lesi kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat yang mudah terkena trauma seperti pada siku, lutut, sakrum, kepala, dan genitalia berupa makula eritematous yang berbentuk bulat, tertutup skuama tebal. Skuama ini selalu menunjukkan gambaran menebal yang konstan dan perlekatannya kendor. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Pengobatan psoriasis terbagi tiga, terdiri dari pengobatan topikal, sistemik dan fototerapi. Prognosis psoriasis adalah baik. Meskipun tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan pengobatan yang rutin dan teratur. Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat residif. Sehingga diperlukan pemberian edukasi kepada penderita tentang bagaimana psoriasis itu dan bagaimana menghindari faktor pencetus yang memungkinkan terjadinya psoriasis. DAFTAR PUSTAKA 1. Menter A, et al. Guidelines of care for the management of psoriasis and psoriatic arthritis. J Am Acad Dermatol 2008;58:826-50.) 2. Doengoes, E, Marilynn. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3, EGC: Jakarta. 3. Price, Wilson. (1995). “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta. 4. Smeltzer, Suzanne. (2002). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Volume 3, EGC: Jakarta. 5. Http/www.compas.com. 6. Http/www.dermatology.com. 7. Http/www.indomedia.com. 8. Http/www.medikaholistik.com. 9. Http/www.nuansamedia.com. 10. Http/www.psoriasis.or.id. 11. Http/www.republika.com. 12. Http/www.suarapembaruan.com. 13. Http/www.threeinone.cjb.net. Referat PSORIASIS Penyaji oleh: Dr. Irfan PUSKESMAS PANGKALAN BALAI BANYUASIN PALEMBANG 2014