yang berarti gatal. Psoriasis merupaka

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Pendahuluan
Kata psoriasis berasal dari bahasa Yunani “psora” yang berarti gatal.
Psoriasis merupakan suatu penyakit kulit yang bersifat kronik residif dengan
gambaran klinik bervariasi. Kelainan ini dikelompokkan dalam penyakit
eritroskuamosa dan ditandai bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh
skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat seperti mika disertai
fenomena tetesan lilin, tanda auspitz dan fenomena kobner.
Penyakit ini secara klinis tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh manapun sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.
Penyebab psoriasis
tidak diketahui,
tetapi
faktor
genetik dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Beberapa faktor dapat memicu timbulnya
psoriasis, yaitu stress, konsumsi alkohol, merokok, sinar matahari, adanya
penyakit
sistemik
seperti
infeksi streptococcus dan
HIV
serta
faktor
endokrin. Pada psoriasis vulgaris terjadi percepatan proliferasi sel-sel epidermis
dibandingkan sel-sel pada kulit normal. Pergantian epidermis hanya terjadi dalam
3-4 hari sedangkan turn over epidermis normalnya adalah 28-56 hari. Psoriasis
juga sering dikatakan sebagai penyakit kelainan sel imun dimana sel T menjadi
aktif, bermigrasi ke dermis dan memicu pelepasan sitokin (TNF-α, pada
umumnya) menyebabkan terjadinya inflamasi dan produksi sel kulit yang cepat.
Ada beberapa tipe psoriasis yaitu meliputi psoriasis plak, psoriasis
pustular, psoriasis guttata, psoriasis eritroderma, dan pada lokasi tertentu seperti
psoriasis scalp, psoriasis fleksular, psoriasis pada mukosa oral, psoriasis kuku, dan
psoriasis
arthritis.
Psoriasis
plak
atau
dikenal
juga
sebagai
psoriasis vulgaris merupakan tipe yang paling sering dijumpai, ditemukan sekitar
80-90% dari penderita psoriasis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak,
bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas.
( Price, 1994)
Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronik dan rekuren / kambuhan,
ditandai dengan adanya bercak-bercak kemerahan dengan sisik putih yang kasar
dan tebal.
(httt//www.sinarharapan.co.id)
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronik dan rekuren, yang
khas ditandai dengan papula atau plak eritematosa, kering, batas tegas dan tertutup
skuama tebal berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan atau putih seperti perak /
mika.
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana
produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan ± 6-9 x lebih besar daripada
kecepatan sel normal.
(Smeltzer, Suzanne)
Psoriasis adalah masalah kulit di mana bagian kulit menjadi radang dan ditutupi
sisik berwarna perak atau kelabu pada siku, lutut dan kulit kepala.
Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit yang kronis. Penyakit ini ditandai
dengan bercak-bercak merah dengan sisik kasar dan tebal. Penyakit tersebut
dianggap sebagai suatu penyakit gangguan kekebalan tubuh, yang dipengaruhi
terutama oleh sel T (salah satu jenis sel darah putih). Sel T yang teraktivasi akan
berinteraksi dengan sel kulit (terutama keratinosit) dan mengakibatkan
pembentukan kulit yang tebal dan bersisik.
(www.suarapembaharuan.com)
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit kronis yang tidak menular, sering kambuh,
yang disebabkan oleh proses autoimun dan kadang-kadang dapat diturunkan.
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses
pergantian kulit yang terlalu cepat. Biasanya bentuk kulit bersisik. Kemunculan
penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang, penyakit ini
secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup serta mengganggu kekuatan mental seseorang bila tidak dirawat
dengan baik.
(www.psoriasis.or.id)
2.2.
Epidemiologi
Kasus psoriasis sering dijumpai secara universal di berbagai belahan
dunia. Prevalensi kasus psoriasis pada berbagai populasi bervariasi dari 0,1%
hingga 11,8% berdasarkan laporan yang dipublikasikan. Di Eropa insiden
tertinggi yang dilaporkan, yaitu Denmark (2,9%) dan Faeroe Island (2,8%),
dengan prevalensi rata-rata dari Eropa Utara sekitar 2%. Di Amerika Serikat
prevalensinya berkisar dari 2,2% sampai 2,6% dengan hampir 150.000 kasus baru
yang didiagnosis setiap tahunnya. Pada bangsa berkulit hitam misalnya di Afrika
jarang dilaporkan demikian pula bangsa Indian di Amerika. Sementara insiden
psoriasis di Asia hanya 0,4%.
Dalam sebuah survey besar USA, usia rata-rata penderita adalah 28 tahun,
sedangkan di Cina dilaporkan rata-rata usia penderita adalah 36 tahun. Telah
dilaporkan bahwa 35% dari kasus penyakit onset sebelum usia 20 tahun dan 58%
sebelum 30 tahun. Dalam sebuah penelitian di Jerman, psoriasis memiliki dua
puncak onset yaitu puncak onset pertama pada masa remaja dan dewasa muda (16
hingga 22 tahun) dan puncak onset kedua pada usia lanjut (57 hingga 60 tahun).
Laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama untuk terjadinya
psoriasis vulgaris. Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan awal penyakit
psoriasis puncaknya terjadi pada onset usia 22 tahun pada pria dan 16 tahun pada
wanita.
Di Indonesia sendiri prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3 persen
(bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia
saat ini berkisar 200 juta, berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk yang menderita
psopriasis yang hanya sebagian kecil saja sudah terdiagnosis dan tertangani secara
medis. Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001,
insiden psoriasis mencapai 2,3 %.
2.3.
Etiologi
Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik berperan dalam
penyakit ini. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis risiko mendapatkan
psoriasis 12%, sedangkan jika salah satu orang tuanya menderita psoriasis maka
resikonya mencapai 34-39%.
Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan,
namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1. Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma,
garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan
hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas pada psoriasis timbul
setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
2. Infeksi
Pada
anak-anak
terutama
infeksi
Streptokokus
hemolitikus
sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman
lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh.
3. Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada
musim penghujan akan kambuh.
4. Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung
membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan
setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul
pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.
5. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun
pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya
psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa
penderita.
6. Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7. Obat-obatan
Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat
psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat
menimbulkan efek “withdrawal”.
Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah
diakui sebagai pencetus psoriasis.
Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat
menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan
dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
1. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat
gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada
saat
beraktivitas.
Bila
Psoriasis
sudah
muncul
dan
kemudian
digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
2. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
3. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
4. Emosi tak terkendali.
5. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit
menjadi merah , misalnya mengandung alkohol.
2.4.
Patogenesis
Psoriasis juga sering dikatakan sebagai penyakit kelainan sel imun dimana
sel T menjadi aktif, bermigrasi ke dermis dan memicu pelepasan sitokin (TNF-α,
pada umumnya) menyebabkan proliferasi keratinosit, angiogenesis dan terjadinya
kemotaksis dari sel-sel radang dalam dermis dan epidermis. Sel langerhans juga
berperan pada imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis di
awali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel
Langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat,
hanya 3 - 4 hari sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.
2.5.
Macam-macam Psoriasis
Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain:
1. Psoriasis punctata
: Lesi sebesar jarum pentul atau milier.
2. Psoriasis folikularis
: Lesi dengan skuama tipis terletak pada
muara folikel rambut.
3. Psoriasis guttata
: Lesi sebesar tetesan air.
4. Psoriasis numularis
: Lesi sebesar uang logam.
5. Psoriasis girata
: Lesi sebesar daun.
6. Psoriasis anularis
: Lesi melingka berbentuk seperti cincin
karena
adanya
involusi
dibagian
tengahnya.
7. Psoriasis diskoidea
: Lesi merupakan bercak solid yang
menetap.
8. Psoriasis ostracea
: Lesi berupa penebalan kulit yang kasar
dan
tertutup
lembaran-lembaran
skuama mirip kulit tiram.
9. Psoriasis rupioides
: Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika.
Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti:
1. Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
2. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
3. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.
4. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor atau
lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah payudara
dan lainnya.
5. Psoriasis seboroik bila lesi didapatkan di daerah seboroik seperti kulit
kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya.
Tipe-tipe psoriasis, yaitu:
1. Psoriasis vulgaris: bentuk ini ialah jenis yang paling umum karena itu
disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk
plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas.
2. Psoriasis putulosa: gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai gejala
umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu makan menurun.
Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin merah. Setelah beberapa jam
timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah pada bercak merah
tersebut. Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat
menjadi eritroderma.
3. Psoriasis eritroderma: dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang
terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya kelainan
kulit yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat
kemerahan dan bersisik tebal yang menyeluruh. Ada kalanya kelainan
kulit psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya
lebih meninggi.
4. Psoriasis kuku: menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku tampak
lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel, sehingga penderita
sulit sembuh.
5. Psoriasis artritis: penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada sendi,
sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, persis seperti gejala
rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong agar sendisendinya tidak sampai keropos.
2.6.
Manifestasi Klinik
Lesi psoriasis vulgaris berupa plak eritematous, berbatas tegas, simetris,
kering, tebal dengan ukuran yang beragam serta dilapisi oleh skuama tebal
berlapis-lapis dan berwarna putih seperti mika. Plak eritematous yang tebal
menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh
darah dan inflamasi. Tempat predileksi lesi psoriasis yaitu pada scalp, ekstensor
lengan, kaki, lutut, siku, dorsum manus dan dorsum pedis (skor PASI 4,3).
Keluhan yang dirasakan adalah gatal dan kadang rasa panas yang membuat pasien
merasa tidak nyaman. Bentuk kelainan bervariasi : lentikuler, numular atau plakat
dapat berkonfluensi.
Lesi psoriasis memiliki empat karakteristik yaitu:
(1) bercak-bercak eritem yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya.
Eritema sirkumskripta dan merata, tetapi pada stadium lanjut sering
eritema yang ditengah menghilang dan hanya terdapat dipinggir
(2) skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika dan
transparan,
(3) pada kulit terdapat eritema mengkilap yang homogen dan terdapat
perdarahan kecil jika skuama dikerok (Auspitz sign)
(4) ukuran lesi bervariasi-lentikuler, numuler, plakat.
Kelainan kuku ditemukan pada 25-50% pasien dengan psoriasis.
Perubahan pada kuku ini 2 kali lebih sering terjadi pada usia lebih dari 40 tahun,
pada pasien dengan psoriasis sedang hingga berat atau pada pasien yang telah
menderita psoriasis lebih dari 50 tahun. Tanda yang paling umum dari psoriasis
kuku ini adalah pitting selain itu juga perubahan warna lokal yang spesifik yaitu
bercak berwarna kuning atau coklat disebabkan karena debris seluler di bawah
kuku. Psoriasis pada kuku mengenai matrix, lempeng kuku, dan hyponychium.
Pada psoriasis terdapat fenomena yang khas yaitu fenomena tetesan lilin
dimana bila lesi yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan berubah
warna menjadi putih yang disebabkan oleh karena perubahan indeks bias. Auspitz
sign ialah bila skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul bintik-bintik
pendarahan
yang disebabkan
memanjang tetapi bila
kerokan
papilomatosis
tersebut
yaitu
diteruskan
papilla
maka
dermis
akan
yang
tampak
pendarahan yang merata. Fenomena kobner ialah bila kulit penderita psoriasis
terkena trauma misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama dengan
kelainan psoriasis.
2.7.
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran laboratorium penderita psoriasis tidak menunjukkan angka yang
spesifik dan tidak ditemukan pada semua pasien psoriasis. Kelainan terutama
terdapat pada pasien pustular generalisata dan psoriasis eritroderma. Asam urat
serum menunjukkan peningkatan sampai 50% dan biasanya berhubungan dengan
luasnya lesi dan aktifitas penyakit serta beresiko berkembang jadi arthritis gout.
Stadium lesi yaitu lesi awal, lesi yang berkembang dan lesi lanjut. Pada
awalnya terjadi perubahan pada permukaan dermis saja berupa dilatasi kapiler dan
edema papilla dermis dan infiltrasi limfosit yang mengelilingi pembuluh darah.
Limfosit akan meluas sampai bagian bawah epidermis yang akhirnya akan
mengalami spongiosis. Lesi psoriasis lanjut ditandai oleh akantosis dengan
pemanjangan rete riges, hilangnya lapisan granular, parakeratosis dengan adanya
netrofil pelebaran pembuluh darah di papilla dermis, mitosis suprabasal, penipisan
suprapapillari plate dan sebukan sel radang ringan terdapat pada dermis dan atau
papilla dermis.
2.8.
Diagnosis Banding
Psoriasis dapat di diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang
diantaranya ada yang juga tergolong dermatosis eritroskuamosa, yaitu :
1. Dermatosis seboroik
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang
berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat yang seboroik.
Psoriasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuama yang
berlapis-lapis berwarna putih seperti mika disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz.
Tempat predileksinya juga berbeda. Dermatitis seboroik biasanya pada alis, sudut
nasolabial, telinga, daerah sternum dan fleksor. Sedangkan psoriasis banyak
terdapat pada daerah-daerah ekstensor, yaitu siku, lutut dan scalp.
2. Pitiriasis rosea
Pitiriasis berarti skuama halus. Hal ini berbeda dengan proriasis dimana
skuamanya tebal. Tanda khas pada Pitiriasis rosea yaitu adanya lesi awal berupa
herald patch, umumnya di badan, solitar, berbentuk oval dan anular, diameternya
kira-kira 3 cm. Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi
gambaran yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya
sejajar dengan kosta, hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat
predileksi pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas.
3. Liken planus
Gejala klinis sangat gatal, umumnya setelah satu atau beberapa minggu
setelah kelainan pertama timbul diikuti oleh penyebaran lesi. Tempat predileksi
yang paling sering yaitu pada pergelangan tangan bagian fleksor atau lengan
bawah. Kelainan yang khas terdiri atas papul yang poligonal, berskuama, datar
dan berkilat. Kadang-kadang ada cekungan di sentral. Garis-garis anyaman
berwarna putih. Terdapat fenomena Kobner.
2.9.
Diagnosis
Diagnosis psoriasis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
gambaran klinis lesi kulit. Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi.
Pemeriksaan
penunjang
yang
paling
umum
dilakukan
untuk
mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan
pewarnaan hematoksilin-eosin. Pada umumnya akan tampak penebalan epidermis
atau akantosis serta elongasi rete ridges. Terjadi diferensiasi keratinosit yang
ditandai dengan hilangnya stratum granulosum. Stratum korneum juga mengalami
penebalan dan terdapat retensi inti sel pada lapisan ini yang disebut dengan
parakeratosis. Tampak neutrofil dan limfosit yang bermigrasi dari dermis.
Sekumpulan neutrofil dapat membentuk mikroabses Munro. Pada dermis akan
tampak tanda-tanda inflamasi seperti hipervaskularitas dan dilatasi serta edema
papila dermis. Infiltrat dermis terdiri dari neutrofil, makrofag, limfosit dan sel
mast.
Selain biopsi kulit, abnormalitas laboratorium pada penderita psoriasis
biasanya bersifat tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada semua pasien.
Pada psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis pustular generalisata, dan eritroderma
tampak penurunan serum albumin yang merupakan indikator keseimbangan
nitrogen negatif dengan inflamasi kronis dan hilangnya protein pada kulit.
Peningkatan marker inflamasi
sistemik
seperti
C-reactive protein, α-2
makroglobulin, dan erythrocyte sedimentation rate dapat terlihat pada kasus-kasus
yang berat. Pada penderita dengan psoriasis yang luas dapat ditemukan
peningkatan kadar asam urat serum. Selain daripada itu penderita psoriasis juga
menunjukkan gangguan fungsi lipid (peningkatan high density lipoprotein), rasio
kolesterol-trigliserida serta plasma apolipoprotein-A1. Pada beberapa studi ang
dilakukan akhir-akhir ini, tampak peningkatan kadar prolaktin serum pada
penderita psoriasis dibandingkan kelompok kontrol.
2.10.
Penentuan derajat keparahan penyakit
Mengukur derajat keparahan atau perbaikan klinis pada psoriasis
tampaknya merupakan hal yang mudah, tetapi pada kenyataannya hal ini
menimbulkan banyak kesulitan. Diperlukan pengukuran objektif yang terpercaya,
valid, dan konsisten. Untungnya lesi pada psoriasis biasanya cukup jelas secara
klinis dan oleh sebab itu relatif mudah untuk melakukan kuantifikasi tetapi
sayangnya kuantifikasi sederhana pada lesi bukan merupakan suatu penilaian yang
lengkap pada derajat keparahan, sebab dampak lesi psoriasis berbeda pada
penderita yang satu dengan lainnya. Konsensus oleh American Academy of
Dermatology
menyatakan
bahwa
setiap
penentuan
keparahan
psoriasis
membutuhkan perhatian khusus pada pengaruhnya terhadap kualitas hidup
penderita. Salah satu tehnik yang digunakan untuk mengukur derajat keparahan
psoriasis yaitu dengan menggunakan Psoriasis Area and Severity Index (PASI).
PASI merupakan kriteria pengukuran derajat keparahan yang paling sering
digunakan. Berupa suatu rumus kompleks yang diperkenalkan pertama kali dalam
studi penggunaan retinoid pada tahun 1978. PASI menggabungkan elemen pada
presentasi klinis yang tampak pada kulit berupa eritema, indurasi dan skuama.
Setiap elemen tersebut dinilai secara terpisah menggunakan skala 0 - 4 untuk
setiap bagian tubuh: kepala dan leher, batang tubuh, ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah. Penilaian dari masing-masing tiga elemen kemudian
dijumlahkan, selanjutnya hasil penjumlahan masing-masing area tubuh dikalikan
dengan skor yang didapat dari skala 1 - 6 yang merepresentasikan luasnya area
permukaan yang terlibat pada bagian tubuh tersebut. Skor ini kemudian dikalikan
dengan faktor koreksi yang terdapat pada tiap area tubuh (0.1 untuk kepala dan
leher, 0.2 untuk ekstremitas atas, 0.3 untuk batang tubuh, dan 0.4 untuk
ekstremitas bawah). Akhirnya skor dari keempat area tubuh ditambahkan
sehingga menghasilkan skor PASI. Kemungkinan nilai tertinggi PASI adalah 72
tetapi nilai ini secara umum dianggap hampir tidak mungkin untuk dicapai.
Berdasarkan nilai skor PASI, psoriasis dapat dibagi menjadi psoriasis ringan (skor
PASI <11), sedang (skor PASI 12-16), dan berat (skor PASI >16).
Oleh karena kompleksitas skor PASI tersebut, maka bukan merupakan suatu
hal yang mengejutkan jika skor ini jarang digunakan pada praktek klinis. Skor
PASI merupakan suatu sistem penilaian yang digunakan untuk tujuan penelitian.
Pada uji klinis, persentase perubahan pada PASI dapat digunakan sebagai titik
akhir penilaian terapi psoriasis. The United States Food and Drug Administration
(FDA) menggunakan 75% perbaikan pada skor PASI sebagai penilaian respon
terapi pada pasien psoriasis.
Beberapa kesulitan dalam penggunaan skor PASI diantaranya; kesulitan
dalam menentukan skor serta kurangnya korelasi dengan hasil akhir yang
dilaporkan oleh pasien sendiri. Pengukuran luas permukaan tubuh bersifat tidak
konsisten diantara para peneliti, sehingga menyebabkan variabilitas inter observer
yang signifikan. Hal terpenting lainnya, skor PASI tidak secara jelas
memperkirakan dampak dari penyakit terhadap pasien. Beberapa penelitian yang
menilai korelasi antara PASI dengan kualitas hidup penderita telah menunjukkan
konsistensi yang rendah.
Beberapa variasi dari PASI telah dikembangkan untuk
memperbaiki
kelemahan ini serta untuk mengurangi waktu dan usaha yang diperlukan dalam
melakukan penilaian. Salah satu variasi yang menarik adalah meminta pasien
melakukan PASI modifikasi terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini disebut Self
Administered PASI (SAPASI). SAPASI memiliki korelasi yang baik dengan
PASI serta responsive terhadap terapi. SAPASI khususnya memberikan manfaat
pada studi epidemiologi berskala besar dimana penilaian oleh dokter terhadap
semua pasien dianggap tidak praktis.
2.11.
Penatalaksanaan
Psoriasis merupakan suatu penyakit dengan penatalaksanaan yang
kompleks. Meskipun penyakit ini tidak dapat disembuhkan, beberapa terapi yang
ada saat ini dapat meminimalisir lesi-lesi kulit dan gejala-gejala lainnya. Sebagian
besar penderita tidak pernah mencapai suatu keadaan remisi yang bebas terapi.
Pemilihan terapi untuk psoriasis harus diperhatikan derajat keparahan penyakit,
lokasi psoriasis, tipe psoriasis, riwayat penyakit yang pernah diderita, gaya hidup,
usia dan jenis kelamin, dan obat psoriasis yang tersedia.
Faktor pencetus harus tetap dihindari meskipun pasien dalam keadaan
diterapi. Strategi pengobatan psoriasis dapat dibagi menjadi tiga langkah yaitu
langkah pertama adalah terapi topikal (apabila luas permukaan yang terkena
kurang dari 20 persen), langkah kedua adalah fototerapi dan langkah ketiga adalah
obat sistemik (apabila luas lesi melebihi 20 persen luas permukaan lesi).
1. Topikal
Terapi-terapi topikal yang digunakan untuk penatalaksanaan psoriasis
meliputi preparat ter, kortikosteroid topikal, antralin, calcipotriol, derivate vitamin
D topikal dan analog vitamin A, imunomodulator topikal (takrolimus dan
pimekrolimus), dan keratolitik (seperti asam salisilat). Terapi-terapi tersebut
merupakan pilihan untuk penderita-penderita dengan psoriasis plak yang terbatas
atau
menyerang
kurang
dari
20%
luas
permukaan
tubuh.
Terapi
topikal digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan agen topikal lainnya
atau dengan fototerapi.
a) Preparat ter
Preparat ter biasanya kurang efektif jika digunakan tunggal. Hasilnya akan
lebih baik jika dikombinasikan dengan terapi sinar ultraviolet. Preparat ter
berfungsi sebagai anti proliferasi dan anti inflamasi.
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif, sehingga yang
biasa digunakan adalah yang berasal dari kayu atau batubara. Ter dari batubara
lebih efektif dari kayu, tapi kemungkinan dapat juga memberikan iritasi yang
besar. Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal
dari batubara, dan untuk yang akut biasanya digunakan ter yang berasal dari kayu.
Folikulitis adalah efek samping utama dari ter batubara. Iritasi dan alergi
jarang terjadi dan meskipun ter batubara telah terbukti menjadi karsinogen dalam
percobaan hewan, karsinoma hanya diprovokasi oleh aplikasi klinis yang jarang
terjadi.
Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5% dimulai dengan konsentrasi
rendah jika tidak ada perbaikan maka dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan
hasil pengobatan maka daya penetrasinya harus dipertinggi dengan cara
menambahkan asam salisilat 3-5%.
b) Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal yang digunakan dalam bentuk cream, salep dan
lotion. Kortikosteroid kelas I digunakan maksimal selama 2 minggu. Terapi
kortikosteroid dikenal sebagai anti-inflamasi, anti-proliferatif, dan imunosupresif.
Obat ini merupakan jenis yang paling banyak dipakai untuk pengobatan psoriasis
ringan atau terbatas. Dalam suatu penelitian terhadap para spesialis kulit di
Amerika Serikat terlihat 85% responden memilihnya sebagai pilihan pertama. Di
Indonesia, kortikosteroid topikal tersedia dalam bentuk salep, krim, dan solusio.
Pada kulit kepala, muka dan daerah lipatan digunakan krim, dan ditempat
lain digunakan salep. Pada daerah muka, lipatan, dan genitalia eksterna dipilih
potensi sedang misalnya Triamcinolon acetoninide. Jika diberikan potensi kuat
pada mata dapat memberikan efek samping diantaranya teleangiektasis,
sedangkan di lipatan berupa stria attrifikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas
digunakan salep dengan potensi kuat bergantung pada lama penyakit. Jika telah
terjadi perbaikan maka potensinya harus dikurangi.
c) Antralin
Antralin merupakan obat lama untuk mengobati psoriasis ringan sampai
sedang. Antralin mempunyai efek anti mitotik dan menghambat beberapa enzim
yang terlibat di dalam proliferasi epidermal.
Obat ini dikatakan efektif tetapi bersifat iritatif dan kekurangan lainnya
ialah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi 0,1 sampai 1% dengan kontak
singkat (15-30 menit) untuk mencegah iritasi. Digunakan setiap hari mampu
membersihkan lesi psoriasis. Efek samping yang dijumpai adalah iritasi. Sediaan
ini banyak diterima oleh pasien karena pemakaiannya malam hari. Penyembuhan
dalam 3 minggu. Untuk penggunaan 24 jam dapat digunakan 0,1%, jika tidak
terdapat efek samping konsentrasinya dapat ditingkatkan, setiap3-4 hari, dan
maksimum sampai 1%. Antralin digunakan hanya pada plak yang kronik.
Pengobatan psoriasis dengan antralin memberikan efek yang maksimal ketika
dikombinasikan dengan UVB.
d) Calcipotriol
Calcipotriol merupakan sintetik dari vitamin D, preparatnya berupa salep
atau krim. Calcipotriol merupakan pilihan utama atau kedua dalam pengobatan
psoriasis. Walaupun tidak seefektif kortikosteroid superpoten, obat ini hanya
memiliki sedikit efek samping. Obat ini mampu mengobati psoriasis ringan
sampai sedang. Mekanisme kerja sediaan ini adalah anti-proliferasi keratinosit,
menghambat proliferasi, dan meningkatkan diferensiasi sel, juga menghambat
produksi sitokin yang berasal dari keratinosit maupun limfosit. Respon terapi
terlihat setelah dua minggu pengobatan, respons maksimal baru terlihat setelah 68 minggu. Reaksi iritasi dapat mengawali keberhasilan terapi, tetapi ada pula yang
tetap teriritasi dalam pemakaian ulangan. Walaupun lesi dapat menghilang
sempurna, tetapi eritema dapat bertahan. Untuk meredakan proses iritasi,
calcipotriol dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid superpoten.
e) Tazaroten
Tazaroten merupakan molekul retinoid asetelinik topikal, efeknya
menghambat proliferasi dan normalisasi dari differensiasi keratinosit dan
menghambat inflamasi. Indikasinya diberikan pada psoriasis sedang sampai berat,
dan terutama diberikan pada daerah badan. Tazaroten tersedia dalam bentuk gel
dan krim dengan konsentrasi 0,05%-0,1%. Bila dikombinasikan dengan steroid
topikal potensi sedang dan kuat maka akan mempercepat penyembuhan dan
mengurangi iritasi. Efek sampingnya adalah iritasi berupa gatal dan rasa terbakar,
dan eritema pada 30% pada kasus yang bersifat fotosintesis. Tazaroten digunakan
satu kali dalam sehari pada kulit yang kering, dapat digunakan sebagai monoterapi
atau dikombinasikan dengan obat lain seperti steroid topikal pada lokasi plak
psoriasis.
f) Emolien
Terapi topikal apapun yang dipakai, penetrasi akan lebih baik dan terapi
lebih efektif, jika terlebih dahulu skuama psoriasis yang kering dikendurkan
(loosen), dilunakkan (soften) dan atau dilepaskan, yaitu dengan menggunakan
moisturizer dan emolien. Efek emolien adalah melembutkan permukaan tubuh
selain lipatan, juga pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya digunakan salep
dengan bahan dasar vaselin, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat
meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Emolien yang lain adalah lanolin dan
minyak mineral. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.
2. Sistemik
a. Metotreksat
Metotrexat adalah antagonis asam folat yang menghambat dihydrofolat
reduktase. Sintesis DNA terhambat setelah pemakaian Metoteksat akibat
penurunan tiamin dan purin. Metotreksat menekan reproduksi sel epidermal,
sebagai anti inflamasi dan immunosupresif sehingga kontraindikasi pada pasien
dengan infeksi sistemik. Metotreksat biasanya dipakai bila pengobatan topikal dan
fototerapi tidak berhasil. Obat ini terbukti merupakan obat yang efektif
dibandingkan dengan obat oral lainnya. Metotreksat berespon baik dalam
pengobatan psoriasis arthritis. Obat ini juga diberikan dalam jangka panjang pada
psoriasis berat dan efektif untuk mengontrol psoriasis pustulosa dan psoriasis
eritroderma. Metotreksat mampu menekan proliferasi limfosit dan produksi
sitokin.
Cara pemberian mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg untuk
mengetahui apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika terjadi efek yang
tidak dikehendaki maka diberikan dosis 3 x 2,5 mg dengan interval 12 jam dalam
seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan
2,5 mg – 5 mg per minggu. Cara lain dengan diberikan i.m 7,5 mg-25 mg dosis
tunggal setiap minggu.
Toksisitas sum-sum tulang belakang merupakan efek samping yang akut,
sebaliknya hepatotoksisitas adalah efek samping jangka panjang. Dengan
demikian metotreksat tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan hati dan
alkoholisme. Sebelum memberikan metotreksat, fungsi hati, ginjal, dan sistem
hematopoetik pasien harus dalam kondisi yang baik.
b. Acitretin
Acitretin merupakan bentuk metabolit dari Etretinat. Etretinat disetujui
untuk pengobatan psoriasis tetapi karena keberadaannya dalam jaringan tubuh
persisten, memungkinkan terjadi teratogenitas tetapi acitretin memiliki waktu
paruh yang lebih cepat dibandingkan etretinat.
Dosis optimal penggunaan acitretin pada orang dewasa adalah 25-50
mg/hari. Toksisitas yang dapat timbul pada penggunaan acitretin adalah
hipervitaminosis A. Efek samping yang umum adalah kulit dan membran mukosa
kering, xerofthalmia, dan kerontokan rambut. Acitretin bersifat teratogen dan
dapat menyebabkan kelainan bawaan. Efek samping sistemik yang sering terjadi
adalah kenaikan lipid serum terutama trigliserida. Efek samping yang juga
mungkin muncul adalah osteoporosis, kalsifikasi ligamen, dan hiperostosis
skeletal. Pemakaian obat dengan pemantauan yang teliti dapat mengurangi efek
samping.
c. Siklosporin
Siklosporin merupakan pengobatan yang sangat efektif pada penyakit
psoriasis. Obat ini menghambat calcineurin fosfatase dan transkripsi IL-2 pada sel
T, juga menghambat presentasi antigen oleh sel Langerhans dan degranulasi sel
mast yang dimana hal itu berkontribusi pada patogenesis terjadinya psoriasis.
Siklosporin dalam bentuk mikroemulsi lebih baik diserap oleh lambung daripada
jenis sebelumnya. Dosis rendah 2,5 mg/kgBB/hari dipakai sebagai terapi awal
dengan dosis maksimum 4 mg/kgBB/hari.
Hipertensi dan disfungsi ginjal adalah efek samping yang harus
diperhatikan dalam penggunaan silosporin. Efek samping ini merupakan akibat
dari berkurangnya aliran darah ke ginjal dan efek toxic pada sel-sel ginjal.
Perubahan anatomik yang dapat terjadi antara lain fibrosis intestinal, atrofi
tubular, arteriolpati. Biasa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi siklosporin
jangka panjang ( ± 1 tahun).
Efek samping umum
yang mungkin muncul adalah intoleransi
gastrointestinal yang bermanifestasi diare, mual, muntah, nyeri abdominal dan
penekanan sumsum tulang. Siklosporin sangat efektif untuk segala bentuk
psoriasis tetapi dengan mempertimbangkan berbagai efek samping dan kurangnya
pengalaman, obat ini jarang dipakai oleh dermatologis. Bersifat nerotoksik dan
hepatotoksik.
3. Fototerapi
Sinar ultravioet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan
penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan
maka akan memperparah psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ultraviolet
artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat
digunakan
secara
tersendiri
atau
berkombinasi
dengan
psoralen
(8-
metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan
preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif
pada 85 % kasus ketika psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang lain.
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek
sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgBB secara oral 2 jam sebelum penyinaran
ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan.
Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan. Efek
samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit kepala.
Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamosa) yang dianggap sebagai resiko
PUVA masih kontroversial.
2.12.
Komplikasi
Komplikasi dari psoriasis antara lain :
1. Psoriasis Pustulosa
Kadang-kadang diatas makula eritematosa pada psoriasis timbul pustulapustula kecil dengan ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan psoriasis
pustula.
Ada 2 bentuk psoriasis pustulosa:
a.
Psoriasis pustulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch).
Bentuk ini bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis
dengan ciri eritematosa disertai demam dan gejala penyakit sistemik
yang lain. Pustul dapat timbul diatas lesi psoriasis atau pada kulit sehat
yang mengalami eritema sebelumnya. Lesi ini menyebar dengan cepat
dan timbulnya bergelombang. Pustul yang timbul tersusun berkelompok
atau diskret.
Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya nanah. Mukosa mulut
dan lidah dapat mengalami kelainan. Kematian terjadi karena toksik atau
infeksi.
b.
Psoriasis pustulosa lokalisata (bentuk Barber)
Bentuk ini bersifat kronik dan sangat resisten terhadap pengobatan.
Biasanya menyerang telapak tangan dan telapak kaki serta distribusinya
simetris. Lesi berupa pustul diatas plak eritematosa, berskuama. Pustul
yang masih baru berwarna kuning, kemudian berubah menjadi kuning
kecoklatan dan bila postula mengering berwarna coklat gelap. Akhirnya
pustul yang kering ini mengelupas. Kadang-kadang timbul rasa gatal
tetapi lebih sering timbul keluhan seperti rasa terbakar.
2. Psoriasis arthritis
Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan kaki.
Pada stadium akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit.
Bila berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan tulang dan synovial
eusion, menyebabkan pemendekan tulang dan hal ini mengakibatkan
pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku dalam posisi fleksi.
Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan permulaan osteoporosis
diikuti peningkatan densitas tulang, penyempitan rongga persendian dan erosi
permukaan sendi.
3. Psoriasis eritroderma
Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan penyakit yang lama dapat
berkembang menjadi eritoderma. Seluruh permukaan tubuh menjadi merah
dan tertutup skuama putih yang halus. Umumnya bentuk ini timbul akibat
pemakaian obat topikal atau penyinaran yang berlebihan.
Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan berhasil maka erupsi eritoderma
menghilang dan lesi psoriasis yang khas akan muncul kembali.
2.13.
Prognosis
Prognosis baik jika mendapat terapi yang efektif namun angka
kekambuhan dan perbaikan spontan tidak dapat diduga sebelumnya. Jarang
dilaporkan kematian karena kasus ini, tetapi biasanya angka kesakitan pasien akan
meningkat akibat seringnya kekambuhan dari penyakit.
BAB III
KESIMPULAN
3.1.
Kesimpulan
Psoriasis merupakan dermatosis yang sering dijumpai, bersifat kronik
residif. Kasus psoriasis sering djumpai secara universal di berbagai belahan dunia.
Di Indonesia sendiri secara prevalensi jumlah penderita psoriasis mencapai 1-3 %
(bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Sampai sekarang
etiopatogenesis psoriasis belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan ada dua
komponen patogenesis psoriasis, yaitu infiltrasi sel-sel radang di dermis dan
hiperplasia epidermis.
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya stres psikis, infeksi
lokal, trauma, endokrin, gangguan metabolik, obat, alkohol, dan merokok. Lesi
kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat yang mudah terkena trauma
seperti pada siku, lutut, sakrum, kepala, dan genitalia berupa makula eritematous
yang berbentuk bulat, tertutup skuama tebal. Skuama ini selalu menunjukkan
gambaran menebal yang konstan dan perlekatannya kendor. Pada psoriasis
terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik).
Pengobatan psoriasis terbagi tiga, terdiri dari pengobatan topikal, sistemik
dan fototerapi. Prognosis psoriasis adalah baik. Meskipun tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan pengobatan yang rutin dan teratur.
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat residif. Sehingga
diperlukan pemberian edukasi kepada penderita tentang bagaimana psoriasis itu
dan bagaimana menghindari faktor pencetus yang memungkinkan terjadinya
psoriasis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Menter A, et al. Guidelines of care for the management of
psoriasis and psoriatic arthritis. J Am Acad Dermatol 2008;58:826-50.)
2. Doengoes, E, Marilynn. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3,
EGC: Jakarta.
3. Price, Wilson. (1995). “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta.
4. Smeltzer, Suzanne. (2002). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”,
Edisi 8, Volume 3, EGC: Jakarta.
5. Http/www.compas.com.
6. Http/www.dermatology.com.
7. Http/www.indomedia.com.
8. Http/www.medikaholistik.com.
9. Http/www.nuansamedia.com.
10. Http/www.psoriasis.or.id.
11. Http/www.republika.com.
12. Http/www.suarapembaruan.com.
13. Http/www.threeinone.cjb.net.
Referat
PSORIASIS
Penyaji oleh:
Dr. Irfan
PUSKESMAS PANGKALAN BALAI BANYUASIN
PALEMBANG
2014
Download