BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pertumbuhan pemasaran di bidang telekomunikasi sangat pesat beberapa tahun belakangan ini, hal ini sebagai akibat pengaruh teknologi, mobilitas masyarakat yang sangat lancar dan kebutuhan masyarakat akan jasa telekomunikasi. Hal ini yang kemudian menjadi perubahan yang penting dan menjadi perhatian dari manajemen dan operasional telekomunikasi. Menurut Kotler & Keller (2009:5) pemasaran adalah ”Proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang ini“. Sedangkan menurut Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran edisi ke sebelas yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2005:4) menyatakan bahwa “Pemasaran membahas pengidentifikasian dan pemenuhan kebutuhan sosial dan manusiawi atau secara singkat dapat dikatakan memenuhi kebutuhan dengan mendapatkan laba”. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan proses saling berinteraksi antar individu baik dalam kelompok ataupun tidak dalam memperoleh apa yang dibutuhkan dan diinginkannya 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dengan menciptakan dan menawarkan produk yang dianggap bernilai, semua ini dilakukan untuk memuaskan kebutuhan dan mendapat keuntungan yang mereka inginkan. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian pemasaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang kelihatannya berbeda tapi sebenarnya sama. Perbedaan ini disebabkan karena mereka meninjau pemasaran dari segi yang berbeda-beda. Ada yang menitikberatkan pada segi fungsi, segi produknya, segi kelembagaannya, segi manajemennya dan ada pula yang menitikberatkan dari semua segi tersebut sebagai suatu sistem. Pemasaran berasal dari kata pasar (market). Pasar merupakan tempat dimana penjual dan pembeli melakukan pertukaran barang, penawaran dan pertukaran barang tersebut dapat dikatakan pemasaran. Hal ini sesuai dengan pengertian pemasaran menurut Djaslim Saladin (2003:1) yang mendefinisikan pemasaran sebagai “Suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetukan harga, promosi dan mendistribusikan barang–barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan”. Dan dalam bukunya yang lain Djaslim Saladin (2001:2) menyatakan bahwa : “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dari individu dan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran barang tersebut”. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Dari semua pengertian pemasaran dan jasa diatas, pemasaran jasa dapat disimpulkan sebagai kegiatan proses sosial dan manajerial dengan mana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan penawaran yang pada dasarnya tidak berwujud fisik dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun mempunyai nilai tambah yang tidak berwujud pula pada saat dibeli. 2.2 Manajemen Pemasaran 2.2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Tujuan manajemen pemasaran adalah mempengaruhi tingkat, jangkauan waktu, komposisi permintaan, sehingga membantu organisasi dalam mencapai sasarannya. Tujuan manajemen pemasaran tidak hanya menawarkan barang yang sesuai dengan keinginan pasar, dan menggunakan penetapan harga yang efektif, komunikasi dan distribusi untuk memberi informasi, mempengaruhi dan melayani pasarnya. Tetapi lebih luas dari itu, tugas manajemen pemasaran adalah mengatur tingkat dan sifat permintaan dengan cara membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Kegiatan pemasaran timbul apabila manusia memutuskan, memuaskan kebutuhan dan keinginannya dengan cara tertentu yaitu yang disebut dengan pertukaran, karena pertukaran merupakan salah satu cara untuk mendapatkan produk untuk memenuhi kebutuhan. 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menurut Djaslim Saladin (2003:3) pengertian manajemen pemasaran adalah “Analisis, perencanaan, penerapan dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi”. Pengertian manajemen pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009:5) adalah “Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”. Melakukan manajemen pemasaran terjadi ketika setidaknya satu pihak dalam sebuah pertukaran potensial berfikir tentang cara-cara untuk mencapai respons yang diinginkan oleh pihak lain. Karenanya kita memandang manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran untuk meraih, mempertahakan serta menumbuhkan pelanggan. Dari beberapa pengertian manajemen pemasaran diatas, manajemen pemasaran dapat diartikan, suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dibidang pemasaran untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. 2.2.2 Konsep Pemasaran Menurut http://majidbsz.wordpress.com/2008/06/30/pengertian- konsep-definisi-pemasaran/ Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasaan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing. Konsep pemasaran yang telah diungkapkan dengan berbagai cara: a. Temukan keinginan pasar dan penuhilah. b. Buatlah apa yang dapat dijual dan jangan berusaha menjual apa yang dapat dibuat. c. Cintailah pelanggan, bukan produk anda. d. Lakukanlah menurut cara anda (Burger king) e. Andalah yang menentukan (United Airlines) f. Melakukan segalanya dalam batas kemampuan untuk menghargai uang pelanggan yang sarat dengan nilai, mutu dan kepuasan (JC. Penney). Dalam pemasaran terdapat enam konsep yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi yaitu: a. Konsep produksi Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dimana-mana dan harganya murah. Konsep ini berorientasi pada produksi dengan mengerahkan segenap upaya untuk mencapai efesiensi produk tinggi dan distribusi yang luas. Disini tugas manajemen adalah memproduksi barang sebanyak mungkin, karena konsumen dianggap akan menerima produk yang tersedia secara luas dengan daya beli mereka. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Konsep produk Konsep produk mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu, performansi dan ciri-ciri yang terbaik. Tugas manajemen disini adalah membuat produk berkualitas, karena konsumen dianggap menyukai produk berkualitas tinggi dalam penampilan dengan ciri-ciri terbaik. c. Konsep penjualan Konsep penjualan berpendapat bahwa konsumen, dengan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif. d. Konsep pemasaran Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunsi untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing. e. Konsep Pemasaran Sosial Konsep pemasaran sosial berpendapat bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif dan efisien daripasda para pesaing dengan tetap melestarikan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ f. Konsep Pemasaran Global Pada konsep pemasaran global ini, manajer eksekutif berupaya memahami semua faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran melalui manajemen strategis yang mantap. tujuan akhirnya adalah berupaya untuk memenuhi keinginan semua pihak yang terlibat dalam perusahaan. 1) Konsep Produksi Konsep ini menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dan selaras dengan kemampuan mereka dan oleh karenanya manajemen harus berkonsentrasi pada peningkatan efisiensi produksi dan efisiensi distribusi, konsep ini menekankan pada volume produksi atau distribusi yang seluas-luasnya dengan harga ditekan serendah mungkin. 2) Konsep Produk Konsep produk berpegang teguh bahwa konsumen akan menyenangi mutu dan kinerja yang paling baik serta memiliki keistimewaan yang mencolok. Oleh karena itu, perusahaan harus mencurahkan upaya terus-menerus dalam perbaikan produk. Secara umum konsep produk menekankan pada kualitas, penampilan, dan ciri-ciri yang terbaik. 3) Konsep Penjualan Kebanyakan konsumen tidak akan membeli cukup banyak produk, terkecuali perusahaan menjalankan suatu usaha promosi 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dan penjualan yang kokoh. Oleh karena itu, perusahaan harus menjalankan usaha-usaha promosi dan penjualan dalam rangka mempengaruhi konsumen. Dalam konsep ini kegiatan pemasaran ditekankan lebih agresif melalui usaha-usaha promosi yang gencar. 4) Konsep Pemasaran Konsep pemasaran menyatakan kunci untuk mencapai sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. 5) Konsep Pemasaran Kemasyarakatan Konsep ini menyatakan bahwa tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan dan minat pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing, sehingga dapat mempertahankan dan mempertinggi kesejahteraan masyarakat. Konsep pemasaran kemasyarakatan merupakan konsep yang bersifat kemasyarakatan, konsep ini menekankan kepada penentuan kebutuhan, keinginan dan minat pasar serta memberikan kepuasan, sehingga memberikan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.3 Jasa 2.3.1 Pengertian Jasa atau Layanan Jasa atau layanan sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Jasa atau layanan merupakan hal terpenting dalam dunia bisnis modern sekarang ini. Tak hanya menjual produk, tapi perusahaan juga menyertakan segala aspek jasa dan layanan pada produk yang ditawarkan. Kata jasa atau layanan itu sendiri memiliki pengertian yang sangat luas. Sejumlah ahli tentang jasa telah berupaya untuk merumuskan definisi jasa yang konklusif. Menurut Kotler (2005:111), “Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik”. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa jasa adalah produk yang tidak berwujud dan tidak mengikat seseorang untuk memilikinya tetapi lebih pada bagai mana seseorang merasakannya. Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2006:5), “Jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberi nilai tambah”. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan hasil dari perekonomian yang tidak dalam bentuk fisik ataupun berwujud, 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dan digunakan langsung pada saat produksi, dan mempunyai nilai tambah sendiri yang tidak bisa dilihat juga pada saat dibeli. Dari semua pengertian pemasaran dan jasa diatas, pemasaran jasa dapat disimpulkan sebagai kegiatan proses sosial dan manajerial dengan mana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan penawaran yang pada dasarnya tidak berwujud fisik dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun mempunyai nilai tambah yang tidak berwujud pula pada saat dibeli. 2.3.2 Karakteristik Jasa atau Layanan Menurut Kotler (2007;45-49), karakteristik jasa bertujuan untuk membedakan dari produk nyata. Jasa memiliki empat karakteristik yang sangat berpengaruh dalam perancanangan suatu program pemasaran dan mengambil keputusan terutama dalam upaya meningkatkan kualitasnya. Keempat karakteristik jasa tersebut adalah: a. Tidak berwujud (intangibility) Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, jasa tidak bisa dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum kita membelinya. Dengan demikian tugas pembeli adalah “mengelola keterangan atau informasi” untuk mewujudkan barang yang tidak berwujud. b. Tidak dapat dipisahkan (inseperability) Jasa pada umumnya dihasilkan dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan. Hal ini tidak berlaku pada barang fisik yang diproduksi, 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ ditempatkan pada persediaan, didistribusikan melalui berbagai pengecer dan akhirnya dikonsumsi. c. Bervariasi (variability) Bidang Jasa sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah karena jasa sangat tergantumg pada siapa yang menyajikan, kapan dan dimana disajikan. Para pembeli jasa sangat menyadari sifat yang mudah berubah ini sehingga mereka sering bertanya-tanya dulu sebelum menentukan siapa pemilik jasa yang akan dipilih. Dalam hal ini pengendalian kualitas perusahaan jasa dapat mengambil dua langkah pokok. Langkah pertama ialah menyeleksi dan melatih karyawan yang cemerlang. Langkah kedua ialah selalu mengikuti perkembangan tingkat kepuasan konsumen melalui sistem saran dan keluhan. Survei pasar saling membandingkan jasa yang dihasilkan sehingga dengan demikian pelayanan buruk dapat dihindari dan diperbaiki. d. Tidak Tahan lama (perishability) Jasa yang tersedia pada saat ini tidak dapat digunakan atau dijual pada masa yang akan datang. Inilah yang dimaksud bahwa jasa tidak dapat disimpan atau tidak memiliki daya tahan. 2.4 Kualitas Pelayanan Sebenarnya ada berbagai macam definisi kualitas menurut para ahli, tetapi tidaklah mudah mendefinisikannya secara akurat. Walaupun 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ demikian kualitas umumnya bisa diperinci, hal itu semua tergantung dari individu yang merasakannya. Nilai yang diberikan pelanggan sangat kuat didasari oleh faktor kualitas jasa. Dimana kualitas suatu produk/jasa adalah sejauh mana produk/jasa memenuhi spesifikasi-spesifikasinya. Menurut Goetsch & Davis seperti yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005:110), kualitas secara rinci didefinisaikan sebagai “kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”. Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa kualitas bisa saja menguntungkan ataupun merugikan. Jika kualitas melebihi harapan maka itu adalah keuntungan tersendiri, sedangkan jika tidak sesuai harapan, maka dapat dikatakan menanggung resiko rugi. 2.4.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Menurut Usmara (2003:231), “Kualitas pelayanan merupakan suatu sikap, hubungan yang dihasilkan dari perbandingan antara ekspektasi (harapan) dengan kinerja (hasil)”. Menurut Tjiptono (2006:59), “Kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan”. Menurut Wyckok yang dikutip oleh Tjiptono (2006:59) mendefinisikan mutu pelayanan sebagai berikut, “Kualitas pelayanan 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan”. Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu pelayanan yang diharapkan dan pelayanan yang dirasakan. Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. 2.4.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Layanan yang baik menjadi salah satu syarat kesuksesan dalam perusahaan. Kualitas pelayanan sering diartikan sebagai perbandingan antara layanan yang diharapkan dengan layanan yang diterima secara nyata. Dalam Tjiptono (2005) menyatakan bahwa Lewis & Booms yang melibatkan 800 pelanggan (yang terbagi dalam empat perusahaan) berusia 25 tahun ke atas, disimpulakan bahwa terdapat lima dimensi kualitas layanan, sebagai berikut: a. Berwujud (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari layanan yang diberikan oleh para pemberi jasa. Hal ini meliputi 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya. b. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan sesuai dengan dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, layanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi. c. Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan layanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu persepsi yang negative dalam kualitas layanan. d. Jaminan dan kepastian (assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen anatara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi (competence) dan sopan santun (courtesy). e. Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memilki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan. Hubungan antara kualitas layanan dan kepuasan konsumen sangat penting bagi perusahaan, karena dengan terpenuhinya kepuasan konsumen berarti perusahaan telah memberikan kualitas layanan yg diharapkan konsumen dengan maksimal. Suatu layanan dari suatu perusahaan dapat dikatakan berkualitas apabila layanan tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Menurut Kotler (2005), “Kualitas layanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan kepuasan pelanggan serta persepsi positif terhadap kualitas layanan”. Apabila kualitas layanan memberikan suatu yang sesuai dengan persepsi konsumen maka akan semakin tinggi kepuasan yang dirasakan konsumen. 2.5 Kepuasan Pelanggan 2.5.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan manajemen. Pelanggan merupakan fokus utama dalam pembahasan mengenai kepuasan dan kualitas jasa. Oleh karena itu, pelanggan memegang peranan cukup penting dalam mengukur kepuasan terhadap produk maupun pelayanan yang diberikan perusahaan. Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis”, yang artinya cukup baik, memadai dan “facio” yang artinya melakukan atau 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ membuat. Jadi kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai” (Tjiptono dan Chandra, 2005:195). Menurut Oxford Advanced Learner’s Disctionary (2000), seperti yang dikutip oleh Tjiptono dan Chandra (2005:195), “Kepuasan dideskripsikan sebagai the good feeling that you have when you achieved something or when something that you wanted happen does happen; The act of fulfilling a need or desire; An acceptable way of dealing with a complaint, a debt, an injury, etc”. Tjiptono dan Chandra (2005:195) juga mengatakan, istilah ini begitu kompleks dan tidak seorang pun yang bisa mendefenisikannya secara pasti dan defenisi-defenisi di atas kelihatan berlainan artinya, sebab kata-kata yang digunakan sangat bervariasi. Namun demikian, pada dasarnya defenisi-defenisi di atas mempunyai arti yang sama, yaitu perasaan enak yang dirasakan ketika sesuatu, hasrat yang kita inginkan akhirnya tercapai. Sedangkan defenisi kepuasan pelanggan (customer satisfaction) menurut Howard dan Sheth (1969) yang dikutip oleh Tjiptono dan Chandra (2005:198), “Kepuasan adalah “situasi kognitif pembeli yang merasa dihargai setara atau tidak setara dengan pengorbanan yang telah dilakukannya”. Defenisi tersebut menekankan bahwa konsumen sangat kritis terhadap barang atau jasa yang mereka konsumsi. Hal ini dapat dirasakan 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mereka atas apa yang diharapkan dan yang telah diperoleh dari pengorbanan mereka pada kenyataannya. Pendapat lainnya, bisa dilihat menurut Westbrook dan Oliver (1991) yang dikutip oleh Tjiptono dan Chandra (2005:197), kepuasan pelanggan (customer satisfaction) adalah “penilaian evaluatif purna pilihan menyangkut seleksi pembelian spesifik”. Defenisi tersebut memperlihatkan bahwa konsumen akan melihat secara keseluruhan apa yang telah mereka rasakan setelah membeli suatu produk/jasa. Hal ini dapat dinilai dari fitur, kualitas, harga, dan lainnya dari suatu produk yang bisa saja sangat bagus dan sangat tidak bagus. 2.5.2 Pengukuran Kepuasan Pelanggan Menurut Kotler, et al. (2004), seperti yang dikutip oleh Tjiptono dan Chandra (2005:210) alat yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu: a. Sistem Keluhan dan Saran Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi pelanggannya guna menyampaikan saran, krutik, pendapat, dan keluhan mereka seperti kotak saran, saluran telepon khusus bebas pulsa, websites, dan lain-lain. b. Ghost Shopping (Mystery Shopping) Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang ghost 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ shoppers untuk berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing. Mereka diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk/jasa perusahaan. Mereka kemudian diminta melaporkan temuan-temuannya berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing. Biasanya para ghost shopper diminta mengamati secara seksama dan menilai cara perusahaan dan pesaingnya melayani permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan, dan menangani setiap keluhan. c. Last Customer Analysis Perusahaan menghubungi pelanggan yang telah berhenti membeli atau beralih, hal ini harus dilakukan sebab hal ini bisa dikatakan bahwa perusahaan telah gagal dalam memuaskan pelanggannya dan dapat menganalisanya sebagai pelajaran dan pengalaman yang tidak diulangi. d. Survei Kepuasan Pelanggan Pada umumnya, penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survey, baik melalui pos, telepon, maupun dengan wawancara langsung. Hal ini disebabkan setiap survey akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Pengukuran kepuasan pelanggan dengan memakai metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya: 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1) Directly reported satisfaction Pengukuran secara langsung menggunakan item-item spesifik yang menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan. 2) Derived satisfaction Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai tingkat harapan atau ekspektasi pelanggan terhadap kinerja produk pada atributatribut yang relevan dan persepsi pelanggan terhadap kinerja aktual. 3) Problem analysis Pada teknik ini, responden diminta mengungkapkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan produk atau jasa dan memberikan saran-saran perbaikan. 4) Importance-performance analysis Dalam teknik ini responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan berbagai atribut relevan dan tingat kinerja perusahaan pada masingmasing atribut tersebut. Kemudian nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut dan kinerja perusahaan akan dianalisis di Importance – Performace Matrix. Matrix ini sangat bermanfaat sebagai pedoman dalam mengalokasikan sumber daya organisasi yang terbatas pada bidang-bidang spesifik di mana perbaikan kinerja bisa berdampak besar pada kepuasan pelanggan total. 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.6 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Menurut Peter F. Drucker seorang pakar pemasaran (OKA, 2003:36) menyatakan “Untuk berada satu langkah di depan pesaing maka kita harus memberikan pelayanan yang lebih besar dari harapan pelanggan, sehingga pelayanan yang kita berika tidak hanya memenuhi kebutuhan pelanggan tetapi selain emmuaskan juga menyenangkan pelanggan”. Menghadapi pelanggan yang semakin kritis menuntut kita menyusun strategi yang lebih canggih. Kalau diamati lebih cermat kepuasan pelanggan ditentukan oleh kualitas performa pelayanan di lapangan (OKA, 2003:36). Bila pelayanan (service) tidak sama / tidak sesuai dengan harapan (satisfaction) pelanggan, maka dimata pelanngan pelayanan yang disediakan dinilai jelek. Menurut Oka (2003:36), “Memberikan persamaan mengenai pengaruh pelayanan terhadap kepuasan pelanggan yang memunculkan tiga kemungkinan. Persamaan tersebut adalah: Satisfaction = f (Performance – Expectation) Sedanglan tiga kemungkinan yang dihasilkan adalah: 1. Performance < Expectation Apabila hal ini terjadi, maka pelanggan mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan jelek, karena harapan pelanggan tidak terpenuhi atau pelayanannya kurang baik, pelanggan. 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ belum memuaskan 2. Performance = Expectation Apabila keadaan ini terjadi, maka pelanggan tidak ada istimewanya, pelayanan yang diberikan biasa-biasa saja karena belum memuaskan pelanggan. 3. Performance > Expectation Apabila keadaan ini tercapai, maka pelanggan mengatakan pelayanan yang diberikan adalah baik dan menyenangkan serta memuaskan pelanggan. 2.8 Kerangka Pikir Penelitian Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah dengan menggunakan dimensi kualitas layanan seperti yang disarankan oleh Tjiptono (2005), dan juga ada beberapa faktor lain yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan seperti kualitas produk, harga, faktor situasi, faktor pribadi dan faktor lainnya. Namun belum ada standar baku yang dapat dijadikan pedoman dalam mengukur kepuasan pelanggan. Hal ini dikarenakan kepuasan itu sifatnya relatif juga harapan dan interpretasi pelanggan berbeda-beda pula. Akan tetapi untuk tujuan penelitian skripsi ini, pengukuran kepuasan konsumen dalam hal ini adalah pelanggan pada PT. Indosat Tbk. Jakarta hanya difokuskan pada variabel kualitas layanan yang menurut Tjiptono (2005) terdiri dari lima dimensi yaitu: Tangibility, Emphaty, Reliability, 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Responsiveness dan Assurance. Dimana pengukuran ini nantinya akan memberikan hasil apakah pelanggan puas atau tidak puas. Secara sistematik, kerangka berpikir dalam penulisan ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian PT. Indosat Tbk. (IM3) Kualitas Pelayanan (Dimensi Kualitas Pelayanan) Tangible Reliability Assurance Responsiveness Tingkat Kepuasan Pelanggan PT. Indosat Tbk. (IM3) 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Emphaty