BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Remaja a

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Remaja
a. Pengertian
Remaja
atau
“adolescence”
(Inggris),
berasal
dari
bahasa
latin
“adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang
dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial
dan psikologi. (Soetjiningsih, 2007)
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pupertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa.
(Yani Widyastuti, dkk, 2009).
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi
dari masa anak ke masa dewasa yang di tandai dengan percepatan perkembangan
fisik, mental,
emosional dan sosial berlangsung pada dekade kedua masa
kehidupan. (Moersintowarti, 2002).
b. Tahap perkembangan remaja
7
Guna memperjelas definisi lebih
lanjut, peneliti akan menguraikan siklus
perkembangan remaja yang terdiri dari:
1) Remaja Awal (11-13 tahun)
Didalam usia awal terjadi adanya pertumbuhan yang pesat akan pertumbuhan
fisik, remaja mulai merasakan adanya ketertarikan pada lawan jenis, dan
memerlukan penerimaan dari kelompok sebayanya. Rasa keakuanya sangat
tinggi sehingga hal ini membuat sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang
yang usianya lebih tua (orang dewasa)
2) Remaja Menengah (14-16 tahun)
Pada masa timbul dengan adanya perkembanngan pola fikir remaja merasa
bangga bila dikagumi atau digemari oleh temannya pengenalan akan datang
nya masa dewasa akan ada, Namun demikian ada timbul mencintai diri sendiri.
Tetapi remaja kerap dalam kondisi kebinggungan karena tidak tahu harus
memilih yang mana, Peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis
atau pesimis, idealis atau materialis dan lain sebagainya. Remaja pria harus
membebaskan diri dari aedipus complek (perasaan cintanya kepada ibunya
dimasa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan teman-teman
sebayanya.
3) Remaja Akhir (17-20 tahun)
Persiapan peran sebagai orang dewasa, Dimana remaja berusaha bisa menyatu
dengan orang lain dan mencari pengalaman baru. Adanya perubahan sikap diri
dari memusatkan perhatian dari diri sendiri menjadi keseimbangan antara diri
sendiri dengan orang lain. Remaja berusaha mencari pengalaman-pengalaman
baru. (Sarwono, 2011).
2. Penyakit menular seksual
a. Pengertian
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang pada umumnya terjadi pada
alat kelamin dan ditularkan terutama melalui hubungan seksual (Depkes, 2008).
PMS adalah singkatan dari penyakit menular seksual , Yang berarti suatu
infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual
(oral, anal atau lewat vagina). PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS
menyerang sekitar alat kelamin tapi kejalanya dapat muncul dan menyerang
mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lain.
b. Beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang penyakit menular seksual
(PMS):
1) Penyakit menular seksual (PMS) dapat terjadi pada laki-laki maupun
perempuan
2) Penularan penyakit menular seksual (PMS) dapat terjadi, walaupun hanya
sekali melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan
penderita penyakit menular seksual (PMS)
3) Perempuan lebih mudah tertular penyakit menular seksual (PMS) dari
pasangannya di bandingkan laki-laki, karena bentuk alat kelaminnya dan
luas permukaannya yang terpapar air mani pasangannya.
4) Tanda-tanda dan gejala penyakit menular seksual (PMS) pada laki-laki
biasanya tampak jelas sebagai luka atau duh tubuh, sehingga pengobatan
dapat dilakukan lebih awal
5) Komplikasi penyakit menular seksual (PMS) seperti kemandulan dapat
dicegah bila penyakit menular seksual (PMS) segera di obati
c. Macam-macam penyakit menular seksual (PMS)
PMS yang umum terdapat di indonesia adalah:
1) Gonorrea
Kuman penyebab ini Neisseria gonnorrhoeae.
Tanda-tandanya : Nyeri pada saat kencing, merah, bengkah dan bernanah
pada alat kelamin.
Gejala dan tanda-tanda pada wanita: Keputihan kental, rasa nyeri di
rongga panggul, dapat juga tanpa gejala.
Gejala pada laki-laki: Rasa nyeri pada saat kencing, keluarnya nanah
kental kuning kehijauan, dapat juga tanpa tanda gejala
Komplikasi yang timbul adalah infeksi radang panggul mandul,
menimbulkan kebutaan pada bayi yang dilahirkan Pemeriksaan yaitu
dengan pewarnaan gram (Yani widyastuti, dkk, 2009).
2) Chlamidia
Disebabkan oleh bakteri Chamydia Trachomatis.
Gejala yang ditimbulkan: cairan vagina encer berwarna putih kekuningan,
Nyeri di rongga panggul, perdarahan setelah hubungan seksual.
Komplilkasi yang muncul terjadi: biasanya menyertai gonore, penyakit
radang panggul, kemandulan akibat perlekatan pada saluran falopian,
infeksi mata pada bayi baru lahir, kemudahan penularan infeksi HIV
(Yani widyatuti, dkk, 2009).
3) Sifilis
Kuman penyebabnya adalah Treponema Palidum.sekitar 6-12 minggu
setelah hubungan seksual muncul bercak merah pada tubuh yang datang
hilang serta tanpa disadari.
Gejala : luka pada kemaluan tanpa ada nyeri, bintil bercak merah pada
tubuh.
Komplikasi pada wanita hamil antara lain:dapat melahirkan dengan
kecacatan fisik seperti kerusakan kulit, limpa, hati, dan keterbelakangan
mental (Yani widyastuti, dkk, 2009).
4) Trikomonasiasis
Disebabkan oleh protozoa Trichomanas Vaginalis.
Gejala-gejala yang mungkin timbul antara lain: keluar cairan encer
berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, Sekitar kemaluan
bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman. Komplikasi yang bisa
terjadi: lecet sekitar kemaluan, bayi lahir prematur, memudahkan
penularan infeksi HIV(Yani widyastuti, dkk, 2009).
5) Kutil kelamin
Disebabkan oleh Human Papiloma Virus.
Gejala yang ditimbulkan:tonjolan kulit seperti kutil besar disekitar alat
kelamin (seperti jengger ayam) (Yani widyastuti, dkk, 2009).
6) Chancroid
Disebabkan oleh bakteri haemophillus ducreyi yang menular karena
hubungan seksual.
Gejala dan tanda-tandanya: Luka-luka dan nyeri, benjolan mudah pecah.
Komplikasi: Luka dan infeksi sehingga mematikan jaringan disekitar nya,
memudahkan menularan HIV.
7) HIV-AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang
menyebabkan AIDS. Hampir tidak ada kejala yang muncul pada awal
terinfeksi HIV. Tetapi ketika berkembang menjadi AIDS, Maka orang
tersebut perlahan-lahan akan kehilangan kekebalan tubuhnya sehingga
mudah terserang penyakit dan tubuh akan melemah. Tes HIV (ELISA
dua kali) perlu disertai konseling sebelum dan sesudah dilakukan.
d. Cara penularan penyakit menular seksual (PMS) dapat melalui:
1) Hubungan seksual yang tidak terlindungi, baik
melalui vagina, anus,
maupun oral
2) Penularan dari ibu kejanin selama kehamilan (HIV/AIDS, Herpes, Sifilis),
Pada persalinan (HIV/AIDS, Gonorhoe, Klamidia), sesudah bayi lahir
(HIV/AIDS)
3) Melalui trasfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah
atau produk darah (HIV/AIDS).
e. Penyakit menular seksual (PMS ) tidak dapat dicegah hanya dengan:
1) Membersihkan alat kelamin setelah hubungan seksual
2) Minum jamu tradisional
3) Minum obat antibiotik sebelum dan sesudah hubungan seksual.
f. Pencegahan penularan HIV/AIDS pada dasarnya sama dengan pencegahan
penyakit menular seksual (PMS), yaitu:
1) Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan
yang setia
atau menghindari hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti
2) Mempunyai prilaku seksual yang bertanggung jawab dan setia pada
pasangannya
3) Setiap darah transfusi dicek terhadap HIV dan donor darah kepada sanak
saudara lebih sehat dan aman dibanding donor darah proffesional
4) Menghindari injeksi, periksa dalam, prosedur pembedahan yang tidak steril
dari petugas kesehatan yang tidak bertanggung jawab
5) Menggunakan kondom dengan hati-hati, benar, dan konsisten
g. Beberapa ciri khas Penyakit menular seksual
1) Penularan terutama melalui hubungan seksual
2) Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan
hubungan seksual
3) Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang tidak promiskus (tidak
berganti-ganti pasangan)
4) Kelainan tidak selalu dijumpai pada alat kelamin (Daili, 2005).
Perkiraan insiden penyakit menular seksual dan penyebarannya di
Dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat dibeberapa negara disebut
bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif dapat menurunkan
insiden penyakit menular seksul namun demikian, disebagai negara besar
insiden penyakit menular seksual. Namun demikian, Disebagai negara besar
insiden penyakit menular seksual relatif masih tinggi setiap bulan muncul
beberapa juta beserta komplikas yang ada antara lain abortus kemandulan,
kecacatan jani, kanker leher rahim, bahkan juga kematian (Daili, 2005).
3. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setalah orang
mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terhadap
obyek terjadi melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengarui oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap objek. Sebagaian besar pengetahuan manusian diperoleh
melalui mata dan telingga. (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah hasil dari kegiatan mengetahui, mengetahui artinya
mempunyai bayangan dalam pemikirannya tentang sesuatu. Pada dasarnya
manusia mengetahui dengan 2 cara sehingga dalam otaknya ada bayangan, yaitu
mengetahui lewat panca indra dan mengetahui lewat akal (Racman, dkk, 2003).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagai besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan
langgeng dari pada tidak disadari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup didalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: (Notoadmodjo, 2003).
1) Tahu ( Know)
Tahu diartikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dengan cara menyebutkan,
menguraikan, dan mendefinisikan.
2) Memahami (Comprehesion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui,dan dapat mengintepretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau meteri
harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
3) Aplikas (Application)
Sebagai kemampuan untuk menggunakan yang telah dipelajari. Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus,
metode, dan prinsip.
4) Analisis (Analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen-komponen, Tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunanan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,
membedakan dan mengelompokan.
5) Synthesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau abyek.
c. Faktor-faktor yang mempengarui pengetahuan
1) Faktor Internal
a)
Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembanngan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagian (Notoatmodjo, 2003).
b) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun
c)
Paparan media massa dan Informasi
Melalaui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa (Tv, radio, majalah, dan lain-lain)
akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak terpapar informasi media massa.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
mamusia dan
pengaruhnya yang dapat mempenggarui perkembangan dan prilaku
orang atau kelompok
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengarui
dari sikap dalam menerima informasi
d. Cara memperoleh pengetahuan
Ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2005).
1) Cara tradisional
a) Cara coba salah
Cara yang paling tradisonal adalah melalui coba-coba atau dengan kata
yang mudah dikenal trial and error. Cara coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinaan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan dan otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan pada
tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu
pengetahuan.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh kebenaran pengetahuan.
d) Melalui jalan fikiran manusia menggunakan penalaran atau jalan fikiran
dalam memperoleh pengetahuannya.
2) Cara modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah.
e. Cara Mengukur Pengetahuan
Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek
penelitian atau responden, kedalam pengetahuan yang ingin remaja ketahui atau
ukur yang dapat remaja sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (
Notoatmodjo, 2003).
Sebagaian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai
metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh kuesioner
dengan hasil yang mantap adalah dengan proses uji coba. Dalam uji coba,
responden diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi
kuesioner yang di uji cobakan itu dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik : Hasil presensi 76%-100%
2) Cukup: Hasil presensi 56%-75%
3) Kurang: Hasil presensi >56% (Arikunto, 2006).
4. Sikap
a. Pengertian
Merupakan konsep paling penting
dalam psikologi sosial yang
membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak pula
penelitian telah dilakukan terhadap sikap kaitannya dengan efek dan perannya
dalam pembentukan karakter dan sistem hubungan antara kelompok serta
pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan lingkungan dan pengaruhnya
terhadap perubahan.(A.wawan & Dewi, 2010).
Menurut Notoatmojo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi
sikap itu tidak dapat langsung dilihat, Tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari prilaku yang tertutup, Sikap secara nyata menunjukan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yanng dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
b. Tingkatan Sikap
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi .
c. Cara Mengukur Sikap
Pengkuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pertanyaan sikap
seseorang. Pertanyaan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak di ungkapkan. Pertanyaan sikap mungkin
berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, Pertanyaan
ini disebut dengan pertanyaan yang favourable. Sebaliknya pertanyaan sikap
mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak
mendukung maupun kontra terhadap objek sikap.(Azwar, 2005).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pertanyaan responden
terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pertanyaan-pertanyaan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden
melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003).
Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor prilaku berdiri sendiri ditentukan
oleh 3 faktor, yaitu: (Notoatmodjo, 2005).
1) Faktor Presdiposisi (Presdisposing Factor)
faktor-faktor yang memungkinkan atau memperpresposisi terjadinya perilaku
seseorang, antara lain:
a) Pengetahuan
Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku,
namun hubungan positif antara kedua variabel telah diperlihatkan dalam
karya terdahulu cartwnight, pengetahuan tertentu tentang kesehatan
mungkin penting sebelum tindakan kesehatan, tetapi tindakan kesehatan
yang diharapkan mungkin tidak akan akan terjadi apabila seseorang
mendapatkan insyarat yang cukup kuat untuk memotifasinya untuk
bertindak atas dasar pengetahuan yang dimilikinya.
b) Sikap
Sikap merupakan salah satu diantara kata yang paling samar namun paling
sering digunakan dalam kamus ilmu prilaku untuk menjadikan singkatan
yang sederhana, sikap sebagai suatu pencenderungan jiwa atau perasaan
yang relatif tetap terhadap kartgori tertentu dari objek, orang, atau situasi
c) Keyakinan
Pendirian bahwa suatu fenomena atau objek benar atau nyata.
d) Nilai
Mengajarkan cukup banyak kata dalam pustaka pendidikan dan pendidikan
kesehatan dan patut mendapat pertimbangan sepenuhnya dalam proses
perencanaan pendidikan kesehatan. Membantu orang memilih melalui
konflik, nilai yang berubungan dengan kesehatan.
2) Faktor Pemungkin ( Enabling Factor)
Faktor pemungkin mencangkup sumberdaya yang perlu untuk melakukan
prilaku kesehatan. Sumberdaya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan,
personalia, klinik atau sumberdaya serupa itu faktor pemungkin ini juga
mencangkup keterjangkauan berbagai sumberdaya. Biaya, jarak, ketersediaan
trasnfortasi, jam buka. Merupakan faktor pemungkin dalam hal ini akhirnya,
“keterampilan” petugas kesehatan seperti yang didiskusikan didalam pustaka
mengenai pendidikan kesehatan sekolah termasuk dalam faktor pemungkin.
3) Faktor Penguat (Reinforsing Factor)
Faktor yang menentukan apabila tindakan kesehatan memperoleh dukungan
atau tidak. Sumber penguat, tentu saja tergantung tujuan dan jenis program.
Didalam program pendidikan kesehatan kerja, misalnya, penguat mungkin
diberikan oleh sejawat kerja, penyelia pemimpin serikat pekerjaan dan
keluarga. Didalam pendidikan pasien, penguat mungkin berasal dari perawat,
dokter, pasien lain dan keluarga. Apakah penguat itu positif atau negatif
tergantung pada sikap dan prilaku orang lain yang berkaitan, yang sebagaian
diantaranya lebih kuat dari pada yang lain dalam mempengarui prilaku.
B. Kerangka Teori
Faktor Pemulih
(Presdisposing Faktor)
a) Pengetahuan
b) Sikap
c) Keyakinaan
d) Nilai
e) Umur
f) pendidikan
Faktor Pendukung
(Enabling Factor)
Fasilitas kesehatan
Perilaku
Faktor Penguat
(Reinforcing Factor)
a) Sikap dan perilaku
petugas kesehatan
b) Keluarga
Skema 2.1 : Kerangka Teori
Sumber : Lowrence green, dkk, p. 117
C. Kerangka konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Tingkat
pengetahuan
tentang
Penyakit menular seksual
Sikap remaja tentang
Penyakit menular seksual
Skema 2.2 Skema Kerangka Konsep
Sumber : (Nursalam, 2003)
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada Hubungan tingkat pengetahuan terhadap
sikap remaja tentang penyakit menular seksual Di SMA N 1 GEYER Kabupaten
Grobogan.
Download