perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Produk Menurut Kotler (2001), produk didefinisikan semua yang dapat ditawarkan kepada ataudikonsumsi pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhanpemakainya. Sementara itu menurut Keegan (1999), produk merupakan kumpulan berbagai atribut fisik, psikologis, jasa atau layanan, dan simbolik yang secara kolektif membentuk kepuasan atau manfaat bagi para pembeli atau pemakai.Suatu produk juga dapat didefinisikan dengan sifat-sifat fisik atau karakteristik yang melekat pada produk tersebut seperti berat, ukuran, dan material. Definisi ini dapat diperluas dengan memasukan beberapa hal seperti warna, tekstur, gaya, dan bentuk. Menurut Tjiptono (1997) mengatakan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan commit to user 7 kebutuhan atau keinginan 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id konsumen.Sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Dari definisi-definsi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan produk adalah segala sesuatu baik berwujud barang atau jasa yang digunakan untuk memuaskan konsumen, dimana tiap barang atau jasa tersebut memilliki manfaat yang berbeda.Dapat dikatakan pelanggan dalam membeli barang tidak hanya membeli sekumpulan atribut fisiknya saja tetapi lebih dari itu.Pelanggan tersebut tersedia untuk membayar sesuatu yang diharapkan agar dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya. 2. KLASIFIKASI PRODUK Pada dasarnya produk dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kriteria. Seperti produk yang diklasifikasikan berdasarkan pengguna dibedakan menjadi produk konsumen dan produk industri. Berdasarkan bagaimana barang itu dibeli hingga kerangka pengklasifikasian produk berkembang untuk pemasaran secara global. Dalam pemasaran internasional produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu produk lokal, produk internasional, dan produk global. a) Produk lokal Produk lokal atau produk domestik adalah produk yang memiliki pasar potensial di suatu negara dan bertahan dalam lingkup domestik. Meskipun secara kemampuan produk tersebut mampu untuk memasuki pasar internasional. Kadangkala produk nasional bisa dimunculkan oleh perusahaan global yang berusaha melayani commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kebutuhan dan preferensi pasar negara tertentu. Ada beberapa alasan mengapa suatu perusahaan kadang tidak melakukan ekspansi dan bertahan di pasar domestik seperti keberadaan bisnis sematamata di satu negara tidak memberikan peluang untukmengembangkan dan mendayagunakan global leverage dalam hal pemasaran, riset dan pemasaran, serta produksi. Kedua, produk lokal/nasional tidak memungkinkan adanya transfer dan aplikasi pengalaman yang diperoleh dari satu pasar ke pasar lainnya. Ketiga, single-country producttidak bisa memanfaatkan transfer keahlian manajerial yang didapatkan dari single-product area. b) Produk Internasional Produk internasional adalah produk yang dianggap mempunyai potensial untuk dipasarkan di beberapa negara. c) Produk Global Produk Global adalah produk yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar global. Beberapa produk global memang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pasar global, sementara beberapa produk global lainnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. 3. Loyalitas Pelanggan(Customer Loyalty) Terciptanya kepuasaan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi harmonis sehingga memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya kesetiaan terhadap merek serta membuat suatu commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 2000). Menurut Tjiptono (2000) loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif dalam pembelian jangka panjang. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa kesetiaan terhadap merek diperoleh karena adanya kombinasi dari kepuasan dan keluhan. Sedangkan kepuasan pelanggan tersebut hadir dari seberapa besar kinerja perusahaan untuk menimbulkan kepuasan tersebut dengan meminimalkan keluhan sehingga diperoleh pembelian jangka panjang yang dilakukan oleh konsumen. Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menjaga kelangsungan usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya. Pelanggan yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan pelayanan tertentu, sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Selanjutnya pada tahap berikutnya pelanggan yang loyalakan -produk lain buatan produsen yang sama. Dan pada akhirnya mereka adalah konsumen yang setia pada produsen atau perusahaan tertentu untuk selamanya. Philip Kotler (2001) menyatakan bahwa loyalitas tinggi adalah pelanggan yang melakukan pembelian dengan prosentasi makin meningkat pada perusahaan tertentu daripada perusahaan lain. Menurut Griffin (2003) seseorang yang loyal akan menjukkan perilaku pembelian yang didefinisikan commit to user sebagai pembelian non- 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id rendomyang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan. Dalam jangka panjang, loyalitas pelanggan menjadi tujuan bagi perencanaan pasar stratejik (Kotler, 1997 dalam Dharmamesta 1999:2). Sedangkan menurut Baran et al. (2008), hingga saat ini para peneliti belum menemukan definisi loyalitas yang dapat diterima semua pihak. Sejauh ini ada tiga definisi yang berbeda untuk mendiskripsikan loyalitas, yaitu : 1. Behavioral Loyality Dalam behavioral loyality, cukup melihat barang dengan merek apa yang dibeli. Jika seorang pelanggan telah memiliki loyalitas pada merek tertentu, pelanggan tersebut akan terus membeli merek tersebut dibanding merek lainnya. 2. Affective Loyality Afek merupakan komponen perasaan dari sebuah sikap, yang termasuk didalamnya kesukaan dan preferensi. Pendukung teori ini menyatakan bahwa loyalitas tidak hanya dengan melihat apa yang dibeli, tetapi juga harus melihat kesukaan dan preferensi dari seorang pelanggan pada merek tersebut. 3. Situation-Spasific Model of Loyalty Pendukung dari model ini memiliki pernyataan bahwa hubungan antara sikap dan perilaku dimoderasi oleh variabel-variabel lain seperti keadaan ekonomi orang tersebut, kepribadian dan juga commit to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id situasi saat pembeliian (barang yang tersedia dirak, harga yang murah, point-of-purchase display, promosi penjualan). Berdasarkan model ini, bisa saja seorang pelanggan tidak jadi membeli merek yang disukai karena adanya promo khusus dan ketersediaan dari merek lain. Jacob dan Olsen (1979) dalam Dharmesta (1999) mengungkapkan bahwa loyalitas terdiri dari dua dimensi sebagai berikut : 1) Loyalitas Sebagai Perilaku (Behavior) Perilaku dapat mencerminkan melalui runtutan pembelian, proporsi pembelian. Menurut Neal (1999) dalam Dharmmesta (1999), perilakuloyal dapat diartikan sebagai pelanggan yang melakukan kegiatan pembelian berulang, yaitu perbandingan dari jumlah pembeli produk atau jasa yang sama dalam kategori khusus dibandingkan dengan jumlah total pembelian yang dilakukan pembeli tersebut pada kategori produk yang sama. 2) Loyalitas Sebagai Sikap (Attitude) Sikap loyal dapat dicerminkan melalui komitmen psikologis konsumen pada objek tertentu (Dharmmesta, 1999).Sikap loyal dapat diartikan sebagai keinginan spesifik untuk melanjutkan suatu hubungan dengan penyedia jasa (Czeoiek dan Gilmore, 1987) dalam Dharmmesta, 1999). Untuk menjadi pelanggan yang loyal seorang konsumen harus melalui commit user beberapa tahapan. Proses initoberlangsung lama, dengan penekanan 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan perhatian yang berbeda-beda. Dengan memperhatikan masingmasing tahap dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan mempunyai peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi konsumen loyal. Menurut Dharmmesta (1999) dan Oliver (1999), ada empat tahapan pada loyalitas, yaitu : 1) Loyalitas Kognitif Konsumen yang mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan basis informasi secara memaksa menunjuk pada suatu merek atas merek lainnya. Sehingga loyalitasnya hanya didasarkan pada kognisi saja. Karena loyalitas ini hanya didasarkan pada kognisisaja, maka loyalitas ini tidak cukup kuat untuk membuat konsumen tetap loyal. Maka pemasar harus memiliki alasan yang lebih kuat dibandingkan dengan pemasar lainnya agar konsumen tetap loyal. 2) Loyalitas Afektif Loyalitas tahap kedua didasarkan pada aspek afektif konsumen, sikap merupakan fungsi kognisi (pengharapan) pada periode awal pembelian (masa prakonsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah dengan kepuasan di periode berikutnya (masa pasca konsumsi). Seperti yang dinyatakan oleh Oskamp dalam Dharmmesta commit to useryang terjadi sulit dirubah karena (1999), pada tahap ini loyalitas 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id loyalitas yang terjadi sudah masuk dalam benak konsumen sebagai afek dan bukan sebagai kognisi yang mudah berubah. Afek memiliki sifat yang tidak mudah berubah karena sudah terpadu dengan kognisi dan evaluasi konsumen secara keseluruhan tentang suatu merek. Munculnya loyalitas afektif ini didorong oleh faktor kepuasan. Namun demikian masih tetap belum menjamin adanya loyalitas. Kepuasan konsumen berkoleransi dengan niat membeli ulang diwaktu mendatang. Niat yang diutarakan, atau bahkan sekali pembelian ulang, belum dapat menunjukkan loyalitas, meskipun dapat dianggap sebagai tanda awal munculnya loyalitas. 3) Loyalitas Konatif Loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Komitmen seperti ini sudah melampui afek. Afek hanya menunjukkan suatu keinginan untuk menjalankan tindakan. Keinginan untuk membeli ulang atau membeli loyal itu hanya merupakan tindakan yang terantisipasi tetapi belum terlaksana. Untuk melengkapi runtutan loyalitas pada suatu tahap lagi dalammodel ini yaitu loyalitas tindakan. commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4) Loyalitas Tindakan Aspek konatif atau niat melakukan telah mengalami perkembangan, yaitu dikonversi menjadi perilaku atau tindakan. Loyalitas tindakan merupakan hasil dari tiga tahap sebelumnnya dengan mengetahui frekuansi pembelian ulang yang dilakukan oleh konsumen. Loyalitas menjadi penting karena secara positif memiliki dampak pada penjualan, share-ofwallet dan dalam mempertahankan pelanggan (Orderkerken-Schrder et al., 2003; Reynolds and Beatty, 1999 dalam Dagger et al., 2011:275). Meningkatnya loyalitas menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi karena biaya untuk memepertahankan pelanggan lebih murah dibandingkan mencari pelanggan baru (Fornell and Wernefelt, 1987; Reicheld and Teal, 1996 dalam Dagger et al., 2011:275). Dalam mendapatkan upaya prioritas untuk yang mempertahankan lebih besar pelanggan harus dibandingkan untuk mendapatkan pelanggan baru. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berdasarkan kepuasan murni dan terus-menerus merupakan salah satu aset terbesar yang mungkin didapat oleh perusahaan. 4. Pemasaran Hubungan (Relationship Marketing) Hubungan yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan sehingga perlu adanya strategi pemasaran hubungan commit to user (relationship marketing) dimana transaksi antara penjual dan pembeli 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berlangsung secara berkelanjutan. Pemasaran keterhubungan merupakan proses menarik, menjaga, multi-servis pada organisasi dengan tujuan meningkatkan hubungan pelanggan (Berry, 1995 dalam Dagger et al., 2005:273). Para ahli pemasaran dan akademisi telah menemukan kesimpulan bahwa hubungan pelanggan (customer relationship) merupakan faktor penting dalam keberhasilan bisnis dalam jangka panjang (Gronroos, 1997; Gummeson, 2002 dalam Hess et al., 201:14). Hubungan pelanggan berfokus pada pembangunan dan pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Dengan demikian tujuan utama dari hubungan pelangganadalah untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang dan profitabilitas perusahaan dengan cara mengetahui secara baik kebiasaan pelanggan. Relationship marketing jugadapat diartikan sebagai integrasi dari strategi penjualan, pemasaran, dankoordinasi pelayanan yang diarahkan pada terbentuknya loyalitas pelanggan(Kalakota dan Robinson, 2001 dalam Ndubisi, 2006). Berry (1983 dalamNdubisi, 2006) di sisi lain mendefinisikan relationship marketing sebagaisebuah strategi untuk menarik, mempertahankan, dan meningkatkanhubungan dengan pelanggan. Relationship marketing merupakan strategi dan usaha untuk menjalinhubungan dengan pelanggan dan memberikan pelayanan yang memuaskanbagi pelanggan.Relationship marketing mendukung suatu perusahaan untukmenyediakan pelayanan yang optimal kepada pelanggan secara real timemelalui pengetahuan kebutuhan pelanggan commit to user 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan penyediaan variasi penawaran,pelayanan, program, dan media yang sesuai dengan permintaan mereka menurutKotler (2003). 5. Manfaat Hubungan (Relationship Benefits) Dalam membangun hubungan bisnis yang baik haruslah mencerminkan hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak, yaitu perusahaan dan pelanggan. Menurut Zineldin (2006) manfaat hubungan (relationship benefit) sebagai keuntungan yang didapat pelanggan dari perusahaan, harus memiliki nilai yang lebih dari pengalaman dimana melibihi dari inti produk itu sendiri. Perusahaan akan berkomitmen dalam mendirikan, membangun, dan menjaga hubungan dengan pelanggan yang nantinya diharapkan adanya hubungan yang berkesinambungan menurut Morgan dan Hunt 1994) dalam dagger et al., (2009:375). Manfaat hubungan merupakan keuntungan yang didapatpelanggan yang bertujuan untuk mempererat pelanggan dengan perusahaan. Jadi pengertian dari manfaat hubungan adalah manfaat yang perusahaan berikan kepada pelanggan dalam upaya menjaga hubungan dengan pelanggan. Manfaat hubungan berkontribusi dalam membangun hubungan dengan cara mengurangi tingkat stres pelanggan (bitner, 1995 dalam Dalziel et al., 2011;406) dan mendorong orang lain (yang memiliki andil dalam hubungan tersebut) dalam memperbaiki hubungan di bandingkan untuk mengakhiri hubungan tersebut (dwyer et al., 1987 dalam Dalziel et al., 2011;406). Secara umum, tujuan dari relathionship benefit dapat ditinjau dari skala ekonomi, psikologi, manfaat sosial, (Dwyer et al., 1987; commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berry, 1995; Bitner, 1995; Peterson, 1995; Bendapudi and Berry, 1997 dalam Dalziel et al., 2011; 406). Keuntungan secara ekonomi berhubungan dengan kemudahan waktu dan uang yang disimpan (reynold and beatty, 1999a,b; paul et al., 2009 dalam Dalziel et al.,2011;406), sedangkan keuntungan secara psikologis dapat berupa otonomi, kenyamanan, kepercayaan, hak istimewa dan (Paul et al.,2009 dalam Dalziel et al., 2011;406). Tidak hanya itu, manfaat dari relationship benefits akan memiliki hubungan langsung pada level komitmen pelanggan yang mengarah pada perusahaan jasa tersebut, (henning-Thaurau et al.,2001 dalam Dagger et al.,2011;276). Dalam manfaat hubungan mengandung tiga esensi yaitu sosial, kepercayaan dan perlakuan khusus (gwinner et al., 1998). Penelitian mengenai manfaat hubungan memberikan penekanan kepada persepsi konsumen dengan tujuan untuk mengetahui seberapa baik suatu hubungan dalam memenuhi ekspektasi dan keinginan pelanggan (Bitner,1995 Gwinner et al.,1998; Henning-Thurau et al.,2002 - Carrasco and foxall, 2006 dalam Dagger et al 2011;274). a. Manfaat Sosial (Social Benefits) Manfaat sosial lebih mengarah pada keuntungan yang diterima dari hubungan aktual dengan perusahaan jasa. Kebanyakan perusahaan jasa, interaksi antara pelanggan dan karyawan menjadi persepsi sentral untuk kualitas pelanggan (Reynold and beatty, 1999 dalam Dalziel et al., 2011;406). Di sisi lain, manfaat sosial berhubungan dengan pertemanan dan orang penting yang tidak commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memiliki kepentingan secara ekonomi (Dwyer et al., 1987; Reynolds and Beatty, 1999a b; Paul et al., 2009 dalam Dalziel et al., 2011;406). Gwinner et al., (1998) dalam Dagger et al.,2011;247) mengartikan manfaat sosial sebagai keuntungan yang diterima pelanggan dari aspek emosional di dalam hubungan, seperti pengakuan diri, keakraban dan pertemanan. Manfaat sosial meliputi perasaan dimana pelanggan merasa familiar, diakui, adanya rasa pertemanan, dan keakraban, yang akan mendorong pelanggan untuk berinteraksi sesama pelanggan sama baiknya seperti ketika pelanggan berinteraksi dengan pegawai perusahaan (Gwinner et al., 1998; Price and Arnould, 1999; Ford, 2001; Petterson and Smith, 2001 dalam Dalziel et al., 2011;406). Manfaat sosial menjadi salah satu faktor bagi perusahaan untuk menciptakan hubungan interpersonal yang baikdan erat dengan konsumennya. Dengan cara membangun hubungan yang baik diharapkan akan meningkatkan pengalaman konsumen ketika menggunakanjasa tersebut (Bitner,1995 dalam Dagger et al., 2009;274). Sebuah penelitian memperkirakan, ketika hubungan jasa sudah terjalin, maka akan semakin tinggi tingkat ketergantungan pelanggan kepada perusahaan penyedia jasa (Bendapusi and Berry, 1997 dalam Degger et al., 2009;274). Hubungan adalah, pertemanan dan pengakuan diri mengiringi manfaat sosial memberikan nilai tambah kepada pelanggan, sehingga akan memotivasi pelanggan untuk menjaga hubungan dan berkomitmen kepada pelanggan. commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Manfaat kepercayaan (Confidence Benefits) Salah satu kunci keberhasilan pemasaran hubungan (relationship marketing) adalah adanya keberadaan komitmen dan kepercayaan yang terjalin secara bersama-sama dalam sebuah hubungan, sehingga menghasilkan efisiensi, produktivitas, dan efektivitas serta mengarahkan secara langsung perilaku kooperatif. Hubungan yang ditandai dengan adanya keperyaan yang bernilai menjukkan bahwa pihak-pihak yang berhubungan berkomitmen dengan adanya hubungan tersebut (Hrebiniak, 1974 dalam Morgan dan Hunt, 1994). Manfaat kepercayaan dapat diartikan sebagai sebuah persepsi yang mengurangi ketidakpastian dan akan meningkatkan perasaan tenang tentang harapan dari perusahaan jasa tersebut (Gwinner et al., 1998 dalam Dagger et al., 2011;274). Gwinner et al., (1998) dalam Dagger et al., (2011;274) juga menambahkan, bahwa dengan mereduksi resiko merupakan kunci keberhasilan dalam hubungan, dan hal itu akan memfasilitasi pelanggan untuk percaya dan yakin kepada perusahaan. c. Manfaat Perlakuan Khusus (Special Treatment) Manfaat perlakuan khusus merupakan keuntungan yang didapat secara langsung oleh pelanggan dari perusahaan. Manfaat perlakuan khusus berhubungan dengan keuntungan seperti potongan harga, jasa yang lebih cepat atau individual services untuk pelanggan dalam membangun hubungan (Gwinner et al., 1998 dalam Dagger et al., 2011;274). commit to user 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Teori dari pertukaran sosial mengatakan bahwa hubungan yang dibangun berdasarkan subjektivitas analisis cost benefits membandingkan beberapa alternatif (Vaughn and Hogg, 2001 dalam Dagger et al., 2011;274). Teori ini membantu menjelaskan antara hubungan pelanggan dan penyedia jasa dimana pelanggan hanya akan mengikat hubungan jika hubungan tersebut memberikan manfaat yang lebih penting dari banyaknya biaya yang dipersepsikan. Dengan demikian, dengan adanya manfaat perlakuan khusus yang diberikan perusahaan kepada pelanggan dapat membuat konsumen memiliki rasa komitmen yang lebih kepada perusahaan tersebut. 6. Pemeliharaan Hubungan (Relationship Maintenance) Perusahaan selalu berharapdapat membangun komitmen dan hubungan yang loyal dengan pelanggan, karena itu perusahaan selalu menjaga hubungan baik dengan pelanggan.Hal ini dapat diraih dengan investasi, komunikasi dan manajemen aktif dalam hubungan tersebut. Disisi lain, untuk meningkatkan komitmen antara pelanggan, perusahaan harus memperlihatkan bahwa mereka berinvestasi kepada pelanggan, membangun komunikasi secara terbuka, serta berusaha untuk mengelola hubungan baik dengan pelanggan. Jadi pemeliharaan hubungan adalah usaha-usaha yang dilakukan perusahaan untuk menjaga hubungan yang baik dengan konsumen. a. Pemeliharaan investasi (Investment Maintenances) Pemeliharaan investasi dapat diartikan sebagai bentuk perhatian, usaha dan sumber commit to user daya dimana perusahaan 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menggunakannya untuk menjaga hubungan dengan pelanggan (Mummalaneni and Wilson, 1991; Smith, 1998 dalam Dagger et al.,2011;275). Banyak perusahaan melakukan investasi pada program loyalitas, teknologi dan infrastruktur untuk membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan. Sebagai contoh, garuda Indonesia memberikan kemudahan pelayanan dalam bentuk keanggotaan dengan nama GFF (Garuda Frequent Flyer), dalam upaya memberikan kemudahan dan keuntungan bagi anggotanya, dengan harapan hubungan perusahaan dan pelanggan dapat terjalin semakin dekat dan erat. Signaling theory menjelaskan bahwa ketika perusahaan memiliki niat baik, niat itu tidak selalu bisa diobservasi. Sehingga untuk dapat mengobservasi tindakan tersebut, perusahaan haruslah menjadi bagian dari pengiriman sinyal kepada pelanggan bahwa perusahaan memiiki niat baik (Boulding and Kirman, 1993 dalam Dagger et al., 2011;275). Indikator ini akan memberitahu pelanggan bahwa perusahaan berkomitmen untuk membangun hubungan kuat (miyamoto and Rexha, 2004 dalam Dagger et al.,2009;275). Berdasarkan studi sebelumnya menyatakan bahwa investasi memiliki hubungan positif dengan kualitas hubungan (relationship qulity) (De Wulf et al., 2001 dalam Dagger et al., 2011;275). Selain itu studi terdahulu mengatakan bahwa adanya hubungan investasi hubungan (relationship investment) dengan komitmen (mayamoto and rexha, 2004 dalam Dager et al., 2011;275). commit to user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Pemeliharaan Komunikasi(Communication Maintences) Pemiliharaan komunikasi merupakan perpanjangan dari penyedia jasa dan pelanggan dimana mereka berkomunikasi secara terbuka, tulus dan bersungguh-sungguh satu sama lain (Andersom and Weitz, 1989;Smith, 1998 dalam Dagger et al., 2011;275). Sebagai contoh adalah komunikasi yang meliputi interaksi dalam website, surat personal, dan lainnya. Tujuan utama dari komunikasi adalah memiliki efek positif dalam aspek hubungan pemasaran (Ball et al., 2006 dalam Dagger et al., 2011;275). Disisi lain untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan, penyedia jasa harus dapat meyakinkan pelanggan bahwa hubungan yang dijalin akan dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama (Anderson N Weitz, 1989 dalam Dagger et al., 2011;275). Pemeliharaan komunikasi menjadi hal yang penting untuk menciptakan keberhasilan dalam membangun komitmen dan hubungan jangka panjang. Bahasa dan ekspresi seringkali diartikan dalam arti yang berbeda dengan orang yang berbeda (Sabel. 1993 dalam Dagger et al.,2011;275). Terkadang pelanggan sering memiliki persepsi yang berbedabeda dari komuniasi yang mereka tangkap. Dengan keterbukaan komunikasi akan memperkecil kemungkinan pelanggan ambigu dan akan lebih akurat dengan apa yang diekspektasikan pelanggan. Komunikasi juga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dalam jangka waktu yang lama dalam hubungan, sehingga akan meningkatkan komitmen pelanggan (Anderson and commit to user 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Weitz, 1992 dalam Dagger et al., 2009;275) penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang terbuka akan menjadi predictor yang kuat dalam suatu komitmen (Smith, 1998 dalam Dagger et al., 2009;275). c. Pemeliharaan Manajemen (Manajement Maintenances) Pemeliharaan menajemen yang dilakukan secara aktif dengan tujuan pekerjaan ditunjukkan untuk mengelola dan berusaha meningkatkan hubungan dengan pelanggan (Noordwier, 1990 dalam Dagger et al., 2011;275). Penelitian pada manfaat mengelola pelanggan akan memungkinkan perusahaan untuk menyadari kekuatan internal dan kelemahannya, sehingga perusahaan dapat mengelola secara efektif dan meningkatkan hubungan merupakan hasil dari pengelolaan secara aktif oleh perusahaan dengan pelanggan (Hakansson, 1982 dalam Dagger et al., 2011:275). Akan tetapi, ketidakpastian merupakan hal yang pasti, sehingga perusahaan harus bersungguh-sungguh dalam mengelola ketidakpastian. Agar efektif dalam mengola ketidakpastian, perusahaan harus fokus untuk memperbaiki adanya proses perubahan atau elemen dari perubahan itu sendiri (Ford, 1980 dalam Dagger et al, 2009:275). Pemeliharaan manajemen yang aktif dapat mengidentifikasikan kepada pelanggan bahwa perusahaan berkomitmen untuk memberikan sebuah pertukaran yang adil dan dalam jangka waktu lama kepada pelanggan (Smith, 1998 dalam Dagger et al., 2011;275). commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 7. Komitmen Pelanggan Komitmen merupakan konsep utama dalam paradigma pemasaran hubungan (morgan and hunt, 1994). Pengembangan dan pemeliharaan hubungan diantara partner dalam jangka panjang merupakan tujuan utama konsep pemasaran hubungan. Komitmen pelanggan merupakan konstruk utama dalam mengembangkan dan mempertahankan pemasaran hubungan karena merupakan kekuatan psikologis utama yang menghubungkan konsumen dengan perusahaan (Bansel et al., 2004 : Morgan and Hunt, 1994 dalam Dagger et al., 2011:274). Komitmen umumnya mengacu pada keinginan yang terus untuk mempertajam sebuah hubungan (Morgan dan Hunt et al., 1994 dalam Dagger et al., 2011:274). Komitmen didefinisikan sebagai mitra pertukaran yang meyakini bahwa hubungan terus menerus dengan mitra lain cukup penting sebagai upaya untuk menjamin usaha-usaha yang maksimum dalam mempertahankannya (Morgan dan Hunt, 1994 dalam Dagger et al., 2011:275) atau sebagai pada suatu organisasi (Gruen, Summer, dan Acito, 2000 dalam Dagger et al., 2011:275). Komitmen dalam perilaku konsumen telah diidentifikasikan sebagai satu variabel mediasi dalam retensi pelanggan (Morgan dan Hunt, 1994). Komitmen tersebut meiliki tiga komponen yaitu : 1. Continuance commitment adalah kekuatan keinginan individu untuk terus bekerja dalam organisasi, commit to user karena individu tersebut 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berkeinginan untuk tidak meninggalkan organisasi (Greenberg dan Baron, 2003:161). 2. Affective commitment adalah kekuatan keinginan individu untuk tetap menjadi anggota atau bekerja dalam organisasi karena adanya kesamaan antara tujuan dan nilai pribadi individu dengan tujuan dan nilai organisasi (Greenberg dan Baroon, 2003:163). 3. Normative Commitment adalah kekuatan keinginan individu untuk tetap menjadi anggota atau bekerja dalam organisasi karena adanya kewajiban dari orang lain agar individu tersebut tetap menjadi anggota atau bekerja dalam organisasi berdasarkan pandangan masyarakat ketika seseorang meninggalkanperusahaan (Greenberg dan Baroon, 2003:163). Menurut (Geykens et al. 1996; Moorman, Zaltman, dan Deshpande 1992 dalam Thurau, 2002). Komitmen pelanggan adalah orientasi jangka panjang pelanggan terhadap hubungan bisnis yang diikat pada kedua tingkat emosional Gundlach, Achrol, dan Mentzer (1995) dalam Thurau (2002) berhasil mengungkapkan bahwa komitmen adalah suatu sikap yang merupakan niat untuk mempertahankan hubungan jangka panjang. Konsumen pada tingkat ini adalah konsumen yang benar benar setia. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Pengembangan Hipotesis Hipotesis adalah perkiraan logis mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih disampaikan dalam bentuk pernyataan yang dapat diiuji Sekaran, (2006).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan pengaruhmanfaat sosial, manfaat kepercayaan, manfaat perlakuan khusus, pemeliharaan investasi, pemeliharaan komunikasi dan pemeliharaan manajemen pada komitmen dan loyalitas. 1. Hubungan Antara Manfaat Sosial dan Komitmen Dagger et al., (2011) meneliti hubungan manfaat sosial- komitmen.Hasilpenelitian tersebut menjukkan bahwa manfaat hubungan sosial berpengaruh pada komitmen. Dalam penelitian ini, akan diuji pula kebenaran bahwa manfaat hubungan sosial memiliki pengaruh pada komitmen pelanggan dowa di Yogyakarta. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H1: Manfaat sosial berpengaruh positif pada komitmen. 2. Hubungan Antara Manfaat Kepercayaan dan Komitmen Dagger et al, (2011) meneliti hubungan manfaat kepercayaankomitmen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manfaat kepercayaanberpengaruh pada komitmen. Dalam penelitian ini, akan diiuji kebenarannya bahwa manfaat kepercayaan memiliki pengaruh pada komitmen pada pelanggan dowa di Yogyakarta. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H2: Manfaat kepercayaan memiliki pengaruh positif pada komitmen. commit to user 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Hubungan Antara Manfaat Perlakuan Khusus dan Komitmen Dagger et al., (2011) meneliti hubungan perlakuan khusus-komitmen. Hasil penelitian menujukkan bahwa manfaat perlakuan khusus berpengaruh pada komitmen. Dalam penelitian ini, akan diuji pula kebenaran bahwa manfaat perlakuan khusus memiliki pengaruh pada komitmen pelanggan dowa Yogyakarta. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H3: Manfaat perlakuan khusus memiliki pengaruh positif pada komitmen. 4. Hubungan Antara Pemeliharaan Investasi dan Komitmen Dagger et al, (2011) meneliti hubungan pemeliharaan investasikomitmen. Hasil penelitian tersebut menujukkan bahwa pemeliharaan investasi berpengaruh pada komitmen. Dalam penelitian ini, akan diiuji pula kebenaran pemeliharaan investasi memiliki pengaruh pada positif pada pelanggan Dowa di Yogyakarta. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H4: Pemeliharaan investasi memiliki pengaruh komitmen. 5. Hubungan Antara Pemeliharaan Komunikasi dan Komitmen Dagger et al, (2011) meneliti hubungan antara pemeliharaan komunikasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemeliharaan komunikasiberpengaruh positif pada komitmen. Dalam penelitian ini, akan commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id diiuji pula kebenaran bahwa pemeliharaan komunikasi memiliki pengaruh pada komitmen pelanggan Dowa di Yogyakarta. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H5: Pemeliharaan komunikasi memiliki pengaruh positif pada komitmen. 6. Hubungan Antara Pemeliharaan Manajemen dan Komitmen Dagger et al, (2011) meneliti hubungan pemeliharaan manajemen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemeliharaan manajemen berpengaruh pada komitmen. Dalam penelitian ini, akan diiuji kebenaran bahwa pemeliharaan manajemen berpengaruh pada komitmen pelanggan Dowa di Yogyakarta. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H6: Pemeliharaan manajemen memiliki pengaruh positif pada komitmen. 7. Hubungan Antara Komitmen dan Loyalitas Dagger et al., (2011) menunjukkan bahwa komitmen memiliki pengaruh positif pada loyalitas, maka dalam penelitian ini juga akan diiuji kebenarannya bahwa komitmen memiliki efek pada loyalitas dari pelanggan Dowa di Yogyakarta. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H7: Komitmen memiliki pengaruh positif pada Loyalitas. commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Model Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk replikasi dari model penelitian yang telah dilakukan oleh Dagger et al. (2011) dan telah diuji bahwa manfaat sosial, manfaat kepercayaan, manfaat perlakuan khusus, pemeliharaan manajemen, pemeliharaan investasi berpengaruh positif pada komitmen. Relationship Benefits Social Confidence Special Treatment Commitment Loyality Relationship Maintenance Investment Communication Management Gambar 1 Kerangka Pemikiran (Sumber: Dagger, david 2011) commit to user