ANALISIS PENGARUH PROGRAM GERBANGMAS-TASKIN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKATDESA SAWAJA KECAMATAN CANDI LARAS UTARA KABUPATEN TAPIN Imansyah Fakutas Ekonomi Universitas Achmad Yani Banjarmasin Jl.A.Yani Km.35,5 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail : [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program Gerakan Terpadu Pembangunan Masyarakat dalam Pengentasan Kemiskinan (program Gerbangmas -Taskin) Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin. Populasi yang sekaligus juga ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat kelas menengah kebawah yang mampu berusaha dan mendapatkan bantuan program Gerbangmas-Taskin di Desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin pada tahun 2013 dengan jumlah sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Gerbangmas-Taskin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Melalui nilai koefisien determinasi diketahui bahwa 72,1% peningkatan pendapatan masyarakat disebabkan oleh program Gerbangmas-Taskin, sedangkan sisanya oleh faktorfaktor lain, Kata Kunci: Program Gerbangmas-Taskin, Pendapatan Masyarakat Abstract: The purpose of this study was to determine the effect movement program Integrated Community Development in Poverty Alleviation (Gerbangmas-Taskin program) To Increase Community Income In the village of Candi Laras Utara subdistrict Sawaja Tapin district. The population which is also designated as a sample in this study were all lower middle class people who are able to try and get help Gerbangmas-Taskin program in the village of Candi Laras Utara subdistrict Sawaja Tapin district in 2013 with a total of 30 people. Results of this study shows that Gerbangmas-Taskin program have a significant influence on community income. Through the score of determination coefficient, 72,1% of the couse of increasing community income is because of Gerbangmas-Taskin program, while the rest are from other factors. Keywords: Gerbangmas-Taskin Program, Community Income Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi melalui sebuah program pembangunan dengan sasaran untuk menanggulangi kemiskinan daerah provinsi Kalimantan Selatan. Melalui program yang diberinama “GerbangmasTaskin Provinsi Kalimantan Selatan” tersebut diharapkan tingkat kelompok masyarakat yang mampu berusaha akan menjadi lebih mandiri dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga tingkat pengangguran dan kemiskinan dapat ditanggulangi. Gerakan terpadu pembangunan masyarakat Kalimantan Selatan untuk pengentasan kemiskinan atau GerbangmasTaskin yang diluncurkan pada tahun 2008, merupakan program terpadu dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan di wilayah Kalsel. Dalam pelaksanaannya Gerbangmas Taskin menggunakan pendekatan tridaya, yaitu, pemberdayaan manusia, pemberdayaan usaha dan pemberdayaan lingkungan. Dengan anggaran dana sebesar 3,6 milyar rupiah pertahunnya, 119 120 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131 di titik beratkan pada pemberdayaan usaha dan pemberdayaan manusia sebanyak 70% dengan dana dari APBD Provinsi dan pemberdayaan lingkungan 30%, dari APBD Kabupaten/ Kota (Maghfur, 2010). Awal direalisasikannya program Gerbang Mas-Taskin pada tahun 2008 sebanyak 82 desa/kelurahan di Kalimantan Selatan masuk dalam program, dan tahun 2010 sebanyak 58 , dengan anggaran, 50 juta per. Salah satu yang merasakan manfaat program ini adalah Desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin. Melalui program kerja Gerbangmas-Taskin tersebut diharapkan tingkat pengangguran dan kemiskinan akan berkurang sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di desa Sawaja. Penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan dan program nasional yang konsisten dilakukan oleh pemerintah baik oleh pusat maupun daerah. Penanggulangan kemiskinan sebagai bentuk kebijakan pembangunan merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa. Hal ini disadari oleh kenyataan bahwa kemampuan keuangan pemerintah dalam mendanai pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi untuk mengoptimalkan hasil dan capaian, serta juga untuk lebih meningkatkan koordinasi antar sektoral, meminimalisir ketidaktepatan sasaran maupun kesalahan dalam perencanaan. Strategi yang harus dilakukan tetap dalam koridor Rencana Pembangunan Jangka Menangah (RPJM) Daerah/ Renstra, yaitu suatu dokumen yang disebut dengan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Dengan adanya Program Gerbangmas-Taskin ini yang menjadi pertanyaan adalah apakah bisa mengurangi masyarakat miskin, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa pelaksanaan Program GerbangmasTaskin harapannya adalah bisa mengurangi pengangguran, mengurangi masyarakat miskin dan meningkatkan pendapatan masyarakat, maka yang menjadi rumusan masalah pada penilitian ini adalah apakah berpengaruh efektif Program Gerakan Terpadu Pembangunan Masyarakat –dalam Pengentasan Kemiskinan (GerbangmasTaskin) terhadap peningkatan pendapatan masyarakat Di desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin. Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, dapat disimpulakn bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Program Gerbangmas-Taskin Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin. Kajian Literatur Menurut Schumpeter, perkembangan adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Bedanya pertumbuhan dengan pembangunan adalah bahwa pertumbuhan lebih melihat kepada target, sedang pembangunan melihat prosesnya. Namun demikian, istilah perkembangan ekonomi digunakan secara bergantian dengan istilah pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomi dan perubahan jangka panjang (Irawan dan Suparmoko, 2009). .Pembangunan yang sering dirumuskan melalui kebijakan ekonomi dalam banyak hal membuktikan keberhasilan. Hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara adil melintasi (menembus) batas ruang (inter-region) dan waktu(intergeneration). Implikasinya kajian aspek spasial menjadi kurang relevan dalam keadaan empirik yang telah dilukiskan di atas (Nugroho dan Rochmin, 2004). Demikian, konsepsi pembangunan yang dikemukakan di atas sejalan dengan kajian terhadapnya maupun implementasi diberbagai negara dan wilayah lain, dikemukakan berbagai kelemahan. Kelemahan tersebut muncul seiring ditemukannya fenomena yang khas, antara Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 121 lain kesenjangan, kemiskinan, pengelolaan public goodyang tidak tepat, lemahnya mekanisme kelembagaan dan sistem politik yang kurang berkeadilan. kelemahankelemahan itulah yang menjadi penyebab hambatan terhadap gerakan maupun aliran penduduk, barang dan jasa, prestasi, dan keuntungan (benefit)dan kerugian (cost) di dalamnya. Seluruh sumberdaya ekonomi dan non-ekonomi menjadi terdistorsi alirannya sehingga divergence menjadi makin parah. Akibatnya, hasil pembangunan menjadi mudah diketemukan antar wilayah, sektor, kelompok masyarakat, maupun pelaku ekonomi. implisit, juga terjadi dichotomy antar waktu dicerminkan oleh ketidakpercayaan terhadap sumberdaya saat ini karena penuh dengan berbagai resiko (high inter temporal opportunity cost). Keadaan ini bukan saja jauh dari nilainilai moral tapi juga cerminan dari kehancuran (in sustainability). Ikut main di dalam permasalahan di atas adalah mekanisme pasar yang beroperasi tanpa batas. Perilaku ini tidak mampu dihambat karena beroperasi sangat massif, terusmenerus, dan dapat diterima oleh logika ekonomi disamping didukung oleh kebanyakan kebijakan ekonomi secara sistematis (Nugroho dan Rochmin, 2004). Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu provinsi, kabupaten, atau kota (Kuncoro, 2004). Muncul kemudian sebuah alternatif definisi pembangunan ekonomi menekankan pada peningkatan income per capita (pendapatan per kapita). Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Kontribusi mulai digantikan dengan kontribusi industri. Definisi yang cenderung melihat segi kuantitatif pembangunan ini dipandang perlu menengok indikator-indikator sosial yang ada (Kuncoro, 2004). Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Pertanyaan beranjak dari benarkah semua indikator ekonomi memberikan gambaran kemakmuran. Beberapa ekonom modern mulai mengedepankan dethronement of GNP (penurunan tahta pertumbuhan ekonomi), pengentasan garis kemiskinan, pengangguran, distribusi pendapatan yang semakin timpang, dan penurunan tingkat pengangguran yang ada. Teriakan para ekonom ini membawa perubahan dalam paradigma pembangunan menyoroti bahwa pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses yang multidimensional (Kuncoro, 2004). Beberapa ahli menganjurkan bahwa pembangunan suatu daerah haruslah mencakup tiga inti nilai (Todaro , 2000): 1. Ketahanan (Sustenance): kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok (pangan, papan, kesehatan, dan proteksi) untuk mempertahankan hidup. 2. Harga diri (Self Esteem): pembangunan haruslah memanusiakan orang. Dalam arti luas pembangunan suatu daerah haruslah meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang berada di daerah itu. 3. Freedom from servitude: kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Pada akhir dasawarsa 1960an, banyak negara berkembang mulai menyadari bahwa “pertumbuhan ekonomi” (economic growth) tidak identik dengan “pembangunan ekonomi” (economic development). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara maju pada tahap awal pembangunan mereka, memang dapat dicapai namun dibarengi dengan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan di pean, distribusi pendapatan yang timpang, dan ketidakseimbangan struktural. Ini pula agar memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan 122 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131 ekonomi merupakan syarat yang diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi proses pembangunan (Kuncoro, 2004). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas dari sekedar peningkatan pertumbuhan ekonomi. Menurut Myrdal (1968) dalam Kuncoro, 2004), mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang menekankan pentingnya pertumbuhan dengan perubahan (growth with change), terutama perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi tidak lagi memuja GNP sebagai sasaran pembangunan, namun lebih memusatkan perhatian pada kualitas dari proses pembangunan. Dalam praktik pembangunan di banyak negara, setidaknya pada tahap awal pembangunan umumnya berfokus pada peningkatan produksi. Meskipun banyak varian pemikiran, pada dasarnya kata kunci dalam pembangunan adalah pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi pembangunan yang dianggap paling sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing dan melakukan industrialisasi. Peranan sumber daya manusia (SDM) dalam strategi semacam ini hanyalah sebagai “instrumen” atau salah satu “faktor produksi” saja.Manusia ditempatkan sebagai posisi instrumen dan bukan merupakan subyek dari pembangunan. Titik berat pada nilai produksi dan produktivitas telah mereduksi manusia sebagai penghambat maksimisasi kepuasan maupun maksimisasi keuntungan. Konsekuensinya, peningkatan kualitas SDM diarahkan dalam rangka peningkatan produksi. Inilah yang disebut sebagai pengembangan SDM dalam kerangka production centered development (Tjokrowinoto, 2006). Bisa dipahami apabila topik pembicaraan dalam perspektif paradigma pembangunan yang semacam itu terbatas pada masalah pendidikan, peningkatan ketrampilan, kesehatan, link and match, dan sebagainya. Kualitas manusia yang meningkat merupakan prasyarat utama dalam proses produksi dan memenuhi tuntutan masyarakat industrial.Alternatif lain dalam strategi pembangunan manusia adalah apa yang disebut sebagaipeople-centered development atau panting people first (Korten, 1981 dalam Kuncoro, 2004). Artinya, manusia (rakyat) merupakan tujuan utama dari pembangunan, dan kehendak serta kapasitas manusia merupakan sumber daya yang paling penting Dimensi pembangunan yang semacam ini jelas lebih luas daripada sekedar membentuk manusia profesional dan trampil sehingga bermanfaat dalam proses produksi. Penempatan manusia sebagai subyek pembangunan menekankan pada pentingnya pemberdayaan (empowerment) manusia, yaitu kemampuan manusia untuk mengaktualisasikan segala potensinya. Penggunaan indicator dan variabel pembangunan bisa berbeda untuk setiap Negara. Di Negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan perdesa, dan harga makanan pokok yang rendah. Sebaliknya, di Negara-negsara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indicator pembangunan akan bergeser kepada factor-faktor sekunder dan tersier (Tikson, 2005). Sejumlah indicator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internacional antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB), struktur perekonomian, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu terdapat pula dua indicator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson (2005) terhadap keempat indikator tersebut: 1. Pendapatan perkapita Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikaor makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 123 makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi). Beberapa ahli menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi. 2. Struktur ekonomi Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barangbarang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin menurun. 3. Angka Tabungan Perkembangan sector manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah. 4. Indeks Kualitas Hidup IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indicator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia. Program Gerbangmas-Taskin merupakan salah satu program yang dijalankan pemerintah daerah tingkat I untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan dan pengangguran di pedesaan. Alokasi dana program Gerbangmas-Taskin diperuntukan sebagai modal UPK dan Pengelolaan Usaha Simpan Pinjam. Dana Program GerbangmasTaskin terdiri dari dana Pemberdayaan Usaha, dana Pemberdayaan Manusia, dan dana Pemberdayaan Lingkungan (Tim Penyusun, 2012). Gerakan terpadu pembangunan masyarakat Kalimantan Selatan untuk pengentasan kemiskinan atau GerbangmasTaskin yang diluncurkan pada tahun 2008, merupakan program terpadu dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan di wilayah Kalsel. Dalam pelaksanaannya Gerbangmas Taskin menggunakan pendekatan tridaya, yaitu, pemberdayaan manusia, pemberdayaan usaha dan 124 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131 pemberdayaan lingkungan. Dengan anggaran dana sebesar 3,6 milyar rupiah pertahunnya, di titik beratkan pada pemberdayaan usaha dan pemberdayaan manusia sebanyak 70% dengan dana dari APBD Provinsi dan pemberdayaan lingkungan 30%, dari APBD Kabupaten/ Kota (Maghfur, 2010). Dana Pemberdayaan Usaha Program Gerbangmas-Taskin adalah asset desa/ yang harus dikelola secara baik oleh UPK dan seoptimal mungkin dapat dikembangkan sebagai modal abadi yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha masyarakat, terutama bagi kalangan Rumah Tangga Miskin (RTM) berpotensi. Dengan tidak meninggalkan tujuan program UPK melakukan pemilihan aktivitas usaha dengan berpegang pada 3 prinsip, yaitu: 1. Berpihak pada RTM, artinya dana tersebut tidak digunakan untuk kemanfaatan selain meningkatkan tarif hidup RTM. 2. Menguntungkan, artinya semua jenis kegiatan usaha yang dilakukan harus sudah diperhitungkan dengan matang untuk menghindari kerugian. 3. Berkelanjutan, artinya usaha yang dilakukan oleh UPK bukan jenis usaha yang hanya bersipat spekulasi dan sementara, tetapi selamanya dapat tetap terus dijalankan, tidak berhenti di tengah jalan (Tim Penyusun, 2012). Penanggulangan kemiskinan memang harus dilakukan secara lintas sektoral oleh karena peliknya sumber dan penyebab kemiskinan yang tidak bisa diatasi oleh hanya satu dinas atau instansi pemerintah. Masalah kemiskinan, bukan merupakan tanggung jawab lembaga atau instansi tertentu, namun menjadi tanggung jawab semua pihak, baik dari elemen pemerintah maupun masyarakat. “Dengan adanya program bantuan dari Pemerintah Pusat maupun Propinsi ini tentu sangat membantu upaya percepatan Pemda dalam penanggulangan masalah kemiskinan ditengah terbatasnya dana anggaran yang dimiliki daerah” (Pemkab Tapin, 2012). Indikator dari program Gerbangmas Taskin dalam penelitian ini adalah: 1. Penurunan angka kemiskinan 2. Daya beli masyarakat 3. Derajat kesehatan pendidikan. dan partisipasi Pendapatan yang diperoleh masingmasing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masingmasing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut (Sukirno, 2002). Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2002). Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan (Samuelson dan Nordhaus, 2002). Secara singkat pendapatan seorang warga masyarakat ditentukan oleh: 1. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada alam, tenaga kerja, modal dan skill. Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Dalam pengertian Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 125 ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Modal atau biaya adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar (Sukirno, 2002). Pengertian skill atau ketrampilan adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor. Keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat. Ketrampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability) (Sukirno, 2002). 2. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi, ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi. 3. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal. Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi ini. Permintaan akan tenaga kerja tidak tumbuh secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja) untuk semakin menurun (Sukirno, 2002:56). 4. Bahan Baku mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan Bahan Baku tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal. Disamping itu permintaan akan Bahan Baku dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi ini. Permintaan akan Bahan Baku tidak tumbuh secepat penawaran Bahan Baku (atau pertumbuhan penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi Bahan Baku) untuk semakin menurun (Samuelson dan Nordhaus, 2002:40). Menurut teori ekonomi pendapatan mempunyai arti yang sedikit berbeda, ditinjau dari sudut pandang pembukuan pendapatan adalah perbedaan nilai uang dari sudut penjualan yang diperoleh dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Dalam arti ekonomi definisi tersebut dipandang terlalu luas karena tidak mempertimbangkan ongkos tersembunyi (Sadono Sukirno, 2002). Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu Pendapatan adalah keseluruhan penerimaan dari suatu unit usaha selama satu periode tertentu setelah dikurangi dengan penjualan retur dan potongan-potongan (http://id.shvoong.com /writing-andspeaking/ presenting /2062044- defenisipendapatan-menurut-para-ahli/w7 Goqa 25/11/2012, 20:07). Indikator dari pendapatan dalam penelitian ini adalah : 1. Pengembangan usaha ekonomi mikro untuk kelompok RTM berpotensi. 2. Terbukanya kesempatan kerja. 3. Produktivitas masyarakat meningkat. Berdasarkan pada serangkaian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan hipotesis yang akan digunakan pada penelitian ini. Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2009) adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk 126 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131 kalimat pernyataan. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau dipandang sebagai kesimpulan yang sifatnya sementara, sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari hasil penellitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian diambil suatu kesimpulan. Untuk memudahkan dalam pembahasan dan analisis, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ha = Diduga variabel Program Gerbangmas Taskin (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel pendapatan (Y) H1 = Diduga variabel Program Gerbangmas Taskin (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel pendapatan (Y) Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Bulan Pebruari sampai dengan Bulan April 2016. Variabel penelitian merupakan objek pengamatan atau fenomena yang diteliti (Sugiyono, 2008). Untuk mengetahui pengaruh program GerbangmasTaskin (X) terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin (Y), maka ada dua buah variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini: 1. Variabel terikat (dependent variable) pendapatan Masyarakat yang Mampu Berusaha di desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin yang disimbolkan dengan (Y). 2. Variabel bebas (independet variable) penelitian ini adalah Program Gerbangmas-Taskin yang disimbolkan dengan (X). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yangmempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subjek/objek yang diteliti (Sugiyono, 2010). Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat ditetapkan yang merupakan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mampu berusaha dan mendapatkan bantuan program GerbangmasTaskin di desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin pada tahun 2013 sebanyak berjumlah 30 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil/ ditentukan berdasarkan karakteristik dan teknik tertentu. Apabila populasi sedikit maka bisa diambil sebagai sampel berdasarkan studi penelitian yang mencakup seluruh elemen dalam populasi atau menggunakan populasi sebagai subjek penelitian disebut penelitian sensus (sampel jenuh) atau penelitian populasi. Penggunaan populasi sebagai subjek penelitian disebabkan terjangkaunya jumlah populasi (Tony Wijaya, 2013). Berdasarkan keterangan di atas, diketahui jumlah populasi yang ada sangat memungkinkan untuk dijangkau, maka seluruh populasi tersebut dijadikan sebagai sampel penelitian. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mampu berusaha dan mendapatkan bantuan program Gerbangmas-Taskin di desa Sawaja dengan jumlah 30 orang. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari masyarakat yang mampu berusaha dan mendapatkan bantuan Program Gerbangmas-Taskin di desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin. Data yang diperlukan untuk mengungkapkan peramsalahan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu angket, dokumen dan wawancara. Angket digunaka nsebagai sumber data utama, sedangkan dokumen dan wawancara digunakan untuk mendapatkan data tambahan yang relevan untuk menjelaskan hasil dari angket yang telah disebarkan. Model Analisis yang akan digunakan untuk mengetahui tentang ada tidaknya pengaruh dari variabel independen Program Gerbangmas Taskin (X) terhadap peningkatan pendapatan masyarakat (Y) adalah dengan model analisis regresi linier Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 127 sederhana dengan formulasi sebagai berikut (Kurniawan, Heri dkk, 2011): Y = a + bX Ha : Ada pengaruh secara signifikan antara Program Gerbangmas-Taskin terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Sawaja. Dimana : Y = Nilai dari variabel terikat (pendapatan masyarakat) X = Nilai dari variabel bebas (program Gerbangmas-Taskin) a = intersep (pintasan) bilamana X=0 b = koefisien arah (slope) dari garis regresi Kemudian untuk mendapatkan nilai a dan b dengan menggunakan rumus dari persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut (Suharyadi dan Purwanto, 2009): b n XY X Y a Y n X 2 X 2 n - b X n Dimana: Y : Nilai dari variabel terikat a : Intersep, yaitu titik potong garis dengan sumbu Y b: Slope atau kemiringan garis, yaitu perubahan rata-rata untuk setiap unit perubahan pada variabel X X : Nilai dari variabel bebas N : Jumlah sampel Uji t ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1. Menentukan Hipotesis Ho : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara Program GerbangmasTaskin terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Sawaja. 2. Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi menggunakan a = 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian) 3. Menentukan t hitung t hitung ditentukan dengan menggunakan rumus (Suharyadi dan Purwanto, 2009): r n2 t 1 r2 Dimana : t = Nilai t-hitung r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah data pengamatan 4. Menentukan t tabel Tabel distribusi t dicari pada a = 5% dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen), dimana: n = adalah jumlah kasus k = adalah jumlah variabel independen 5. Kriteria Pengujian Jika t hitung > t tabel maka Hipotesa nol (Ho) ditolak dan Ha diterima. Ini berarti variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika t hitung < t tabel maka Hipotesa nol (Ho) diterima atau menolak menerima Ha. Ini berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Suharyadi dan Purwanto, 2009:213). Hasil Penelitian dan Pembahasan 128 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131 Berdasarkan dari hasil penyebaran angket dapat diketahui karakteristik responden penelitian. Jenis kelamin responden yang merupakan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Responden Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah 1. Laki-laki 22 2. Perempuan 8 Jumlah 30 (%) 73,33 26,67 100 Berdasarkan tabel.1 dapat diketahui besarnya persentasi responden masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di Sawaja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah lakilaki sebanyak 73,33% sedangkan responden perempuan 26,67%. Usia responden dalam penelitian ini dapat dikelompokkan seperti yang ditampilkan dalam tabel 2. Tabel 2. Responden Menurut Usia No Usia Jumlah 1. < 28 tahun 6 2. 29 – 35 tahun 15 3. > 36 tahun 9 Jumlah 30 (%) 20 50 30 100 Berdasarkan responden menurut usia (Tabel 2) dapat diketahui mayoritas responden yang menerima bantuan program Gerbangmas Taskin di desa Sawaja adalah mereka yang berusia antara 29 – 35 tahun. Sebanyak 50% Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dikelompokkan seperti yang disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah 1. SD/ sederajat 9 2. SMP/ sederajat 9 3. SMA/ sederajat 12 Jumlah 30 (%) 30 30 40 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden masyarakat yang menerima bantuan Program Gerbangmas Taskin berdasarkan tingkat pendidikan diketahui sebanyak 30%, responden berpendidikan SD/ sederajat, sebanyak 30% berpendidikan SMP/ sederajat dan sebanyak 40% responden berpendidikan SMA/ sederajat. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dikelompokkan seperti yang disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Responden Berdasarkan Pekerjaan No Penghasilan Jumlah Responden 1. Mencari Kayu Galam 9 2. Mencari ikan 9 3. Tukang 6 4. Pedagang kecil 6 Jumlah 30 (%) 30 30 20 20 100 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah responden masyarakat yang menerima bantuan program Gerbangmas Taskin di desa Sawaja yang bekerja sebagai mencari kayu galam dan mencari ikan masing-masing sebanyak sebesar sebesar 30%, responden yang bekerja sebagai tukang dan pedagang kecil masing-masing sebanyak 20%. Tingkat validitas dan reliabilitas alat penggali data (angket) dilakukan pengujian dengan menggunakan Program SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 17.0 for Windows. Validitas dan reliabilitas diketahui dengan membandingkan rhitung, alfha dan rtabel diperoleh dengan menggunakan rumus df = n–2 (Suharyadi dan Purwanto, 2009:188), maka diperoleh hasil df untuk uji validitas = 30-2 = 29 jadi pada tabel df menunjukkan angka sebesar 0,375 sebagai rtabel pada taraf signifikansi 5%. Ketentuannya adalah apabila rhitung > rtabel maka pengujian valid tetapi apabila rhitung < rtabel maka pengujian un valid. Apabila rtabel < alfa maka pengujian reliabel tetapi apabila rtabel > alfa maka pengujian un reliabel. Variabel Program Gerbangmas Taskin diwakili oleh butir angket nomor 1 sampai dengan nomor 7. Hasil pengujian butir angket yang diperoleh dari output program SPSS versi 17.0 for windows dapat dilihat pada tabel 5. Variabel Program Gerbangmas Taskin seperti pada tabel 5 seluruhnya menunjukkan angka Corrected Item Total Correlation (rhitung) berada di atas rtabel (rhitung > rtabel) dan angka Alpha berada di atas rtabel berarti angka tersebut valid dan reliabel. Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 129 Tabel 5. Butir Angket untuk Estimasi Regresi Variabel Program Gerbangmas Taskin No rhitung rtabel Alpha Status Butir 1 0,480 0,375 0,762 Valid Reliabel Butir 2 0,570 0,375 0,762 Valid Reliabel Butir 3 0,680 0,375 0,762 Valid Reliabel Butir 4 0,594 0,375 0,762 Valid Reliabel Butir 5 0,618 0,375 0,762 Valid Reliabel Butir 6 0,610 0,375 0,762 Valid Reliabel Butir 7 0,724 0,375 0,762 Valid Reliabel Tabel 6. Hasil Uji Coba Butir Angket Variabel Pendapatan Masyarakat No rhitung rtabel Alpha Status Butir 1 0,591 0,375 0,816 Valid Reliabel Butir 2 0,470 0,375 0,816 Valid Reliabel Butir 3 0,576 0,375 0,816 Valid Reliabel Butir 4 0,671 0,375 0,816 Valid Reliabel Butir 5 0,548 0,375 0,816 Valid Reliabel Butir 6 0,749 0,375 0,816 Valid Reliabel Butir 7 0,418 0,375 0,816 Valid Reliabel Tabel 7. Hasil Estimasi Regresi Variabel Koefisen Regresi Constanta 2,476 Gerbangmas-Taskin (X) 0,813 Constanta : 2,476 Koefisien Determinasi : R = 0,836 R Square (R2) = 0,721 Adjusted R2 = 0,687 ttabel 5% pada df (n-k)=(30-2) =28 : 2,045 Variabel Pendapatan Masyarakat (Y) diwakili oleh butir angket nomor 1 sampai dengan nomor 7. Hasil pengujian butir angket yang diperoleh dari out put program SPSS versi 17.0 for windows dapat dilihat pada Tabel 6. Variabel Pendapatan Masyarakat (Y) pada tabel 6 seluruhnya menunjukkan angka Corrected Item Total Correlation (rhitung) berada di atas rtabel (rhitung > rtabel) dan angka Alpha berada di atas rtabel yang berarti angka tersebut valid dan reliabel. Sehingga total skor angket dapat dilakukan perhitungan estimasi regresi. Dari hasil valid dan reliabel kemudian diolah dan diperoleh hasil estimasi regresi t hitung Sig 7,621 8,196 0,000 0,000 seperti tercantum pada tabel 7. Berdasarkan tabel 7 tentang perhitungan regresi linier sederhana didapatkan hasil persamaan regresi: Y = 2,476+ 0,813X Dimana: a = Nilai constanta sebesar 2,476, menunjukkan jika tidak ada variabel Program Gerbangmas Taskin (X) maka peningkatan pendapatan masyarakat di desa Sawaja sebesar 2,476. 130 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131 b = 0,813 adalah elastisitas jumlah variabel peningkatan pendapatan masyarakat di desa Sawaja . Artinya setiap tambahan atau kenaikan satu satuan variabel Program Gerbangmas Taskin (X), maka nilai Y akan naik rata-rata sebesar 0,813 Uji t adalah uji yang dipakai untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Pengujian hipotesis secara parsial (Uji t) dalam penelitian ini menggunakan bantuan perangkat komputer SPSS 17 for windows. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa t-hitung adalah 8,196 sedangkan nilai ttabel dengan tingkat signifikansi 5%, df2 = (30-2)=28 adalah 2,045 (tabel distribusi t). Jika kedua angka tersebut dibandingkan nampaklah nyata bahwa t-hitung lebih besar dari t tabel atau t hitung = 8,196 > t tabel (2,045) pada tingkat signifikan 5% yang membuktikan bahwa variabel Program Gerbangmas Taskin berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel peningkatan pendapatan masyarakat di desa Sawaja dengan taraf signifikasi sebesar = 0,000 dimana angka tersebut lebih kecil dari 0,005 yang menunjukkan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap dependen. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 for windows seperti pada tabel di atas maka diketahui nilai Koefisien Determinasi ( RSquare) sebesar 0,721. Perhitungan koefisien determinasi menunjukkan angka sebesar 0,721 yang berarti bahwa variabel independen: Program Gerbangmas Taskin (X) mempunyai kontribusi sebesar 72,1% terhadap variabel dependen: Peningkatan pendapatan masyarakat di desa Sawaja (Y), sedangkan sisanya adalah 27,9% yang berasal dari variabel lain tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Berdasarkan indikator dari program Gerbangmas Taskin dan Pendapatan Masyarakat , maka dapat dikemukakan beberapa asumsi penelitian sebagai berikut: 1. Penurunan angka kemiskinan Dengan adanya program Gerbangmas Taskin di desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin maka angka kemiskinan di tersebut menjadi berkurang. Hal ini dibuktikan dari meningkatnya taraf hidup masyarakat kecil dan kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sudah semakin baik. 2. Daya beli masyarakat Dengan adanya program Gerbangmas Taskin di desa Sawaja daya beli masyarakat terhadap suatu produk baik berupa barang atau jasa menjadi meningkat. Dengan meningkatnya daya beli masyarakat tersebut membuktikan bahwa Program Gerbangmas Taskin telah berhasil. 3. Derajat partisipasi pendidikan. Dengan adanya program Gerbangmas Taskin di desa Sawaja partisipasi pendidikan menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dengan partisipasi pendidikan yang dilakukan masyarakat dengan menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 4. Pengembangan usaha ekonomi mikro untuk kelompok RTM berpotensi. Dengan adanya program Gerbangmas Taskin di desa Sawaja tingkat pengembangan usaha ekonomi mikro untuk kelompok RTM berpotensi dan memiliki prospek yang cerah untuk kedepannya. Hal ini dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang berhasil dalam menjalankan usaha setelah mendapatkan bantuan dan binaan dari program Gerbangmas Taskin. 5. Produktivitas masyarakat meningkat. Dengan adanya program Gerbangmas Taskin didesa Sawaja produktivitas masyarakat menjadi meningkat sebelum adanya program Gerbangmas Taskin. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa hal yang merupakan kesimpulan dari penelitian ini, yaitu: 1. Hasil uji t menunjukkan bahwa bahwa thitung lebih besar dari t tabel atau thitung = 8,196> ttabel (2,045). Ini berarti variabel Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 131 independen berpengaruh signifikan pada taraf uji 5% terhadap variabel dependen. 2. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan angka sebesar 0,721 yang berarti bahwa variabel independen: Program Gerbangmas Taskin (X) mempunyai kontribusi sebesar 72,1% terhadap variabel dependen: peningkatan pendapatan masyarakat di desa Sawaja (Y), sedangkan sisanya adalah 27,9% diberikan oleh variabel lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat. Program Gerbangmas Taskin merupakan variabel yang berpengaruh sarankan kepada Pemerintah Daerah untuk memperhatikan aspek tersebut supaya tepat sasaran dalam pengawasan, bimbingan, pemberian modal usaha dan kegiatan fisik atau infrastruktur guna peningkatan pendapatan masyarakat dan rumah tangga miskin taraf kehidupan dan perekoniam meningkat. Program Gerbangmas Taskin dapat dilanjutkan bantuannya guna memperkuat kewirausahaan untuk menjadikan masyarakat lebih mandiri dalam berusaha karena dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat, dapat memberdayakan potensi mereka dalam menjalankan usaha sehingga kesejahteraan bertambah baik yang dapat mengurangi rumah tangga miskin (RTM). DAFTAR PUSTAKA Irawan dan M. Suparmoko. 2009. Ekonomi dan Pembangunan. Yogyakarta: Liberty. Kuncoro, Mudrajat. 2004. Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Kuncoro, Mudrajat. 2004. Pengelolaan Fundamental Ekonomi Daerah. Jakarta: Badan Diklat Depdagri dan JICA Kurniawan, Heri dkk. 2011. Regresi dan Korelasi dalam Genggaman Anda. Jakarta: Salemba Empat. Lubis, Mukhyar. 2010. Evaluasi Program Pembangunan. Jakarta: Indeks Maghfur, Ahmad. 2009. GerbangmasTaskin. http://ahmadmaghfur.blogspot.com/ gerbangmastaskin//, diakses April 2013. Munandar, M. 2006. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Ekonesia Nugroho dan Rochmin, 2004. Ekonomi dan Studi Pembangunan (online). http:education_economi.com/ekonomipembangunan/artikel//, diakses Mei 2013 Rahmanto. 2009. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Ekonesia Sadono Sukirno. 2002. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alvabeta. Samuelson dan Nordhaus. 2002. Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 23. Digitized by. USU Digital Library. Sarnowo dan Sunyoto. 2011. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi. Jakarta: CAPS Suharyadi dan Poerwanto. 2010. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat. Sunarto. 2007. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Jakarta: BPFE. Suparmoko M dan Irawan. 2002. Ekonomi dan Pembangunan. Jogyakarta: Linbert Tim Penyusun. 2012. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan . Tim Penyusun. 2012. Program GerbangmasTaskin Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012. Banjarmasin: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Todaro, Michael P. 2000. Pemabangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi 9. Jakarta: Erlanga. Alih Bahasa Drs. Haris Munandar Wijaya, Tony. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Graha Ilmu. 132 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131