analisis pengaruh program gerbangmas

advertisement
ANALISIS PENGARUH PROGRAM GERBANGMAS-TASKIN
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKATDESA
SAWAJA KECAMATAN CANDI LARAS UTARA KABUPATEN TAPIN
Imansyah
Fakutas Ekonomi Universitas Achmad Yani Banjarmasin
Jl.A.Yani Km.35,5 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
e-mail : [email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program
Gerakan Terpadu Pembangunan Masyarakat dalam Pengentasan Kemiskinan
(program Gerbangmas -Taskin) Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di
Desa Sawaja Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin. Populasi yang
sekaligus juga ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat kelas menengah kebawah yang mampu berusaha dan mendapatkan
bantuan program Gerbangmas-Taskin di Desa Sawaja Kecamatan Candi Laras
Utara Kabupaten Tapin pada tahun 2013 dengan jumlah sebanyak 30 orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Program Gerbangmas-Taskin memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Melalui nilai
koefisien determinasi diketahui bahwa 72,1% peningkatan pendapatan masyarakat
disebabkan oleh program Gerbangmas-Taskin, sedangkan sisanya oleh faktorfaktor lain,
Kata Kunci: Program Gerbangmas-Taskin, Pendapatan Masyarakat
Abstract: The purpose of this study was to determine the effect movement
program Integrated Community Development in Poverty Alleviation
(Gerbangmas-Taskin program) To Increase Community Income In the village of
Candi Laras Utara subdistrict Sawaja Tapin district. The population which is also
designated as a sample in this study were all lower middle class people who are
able to try and get help Gerbangmas-Taskin program in the village of Candi Laras
Utara subdistrict Sawaja Tapin district in 2013 with a total of 30 people. Results
of this study shows that Gerbangmas-Taskin program have a significant influence
on community income. Through the score of determination coefficient, 72,1% of
the couse of increasing community income is because of Gerbangmas-Taskin
program, while the rest are from other factors.
Keywords: Gerbangmas-Taskin Program, Community Income
Latar Belakang
Pemerintah Daerah Provinsi melalui
sebuah program pembangunan dengan
sasaran untuk menanggulangi kemiskinan
daerah provinsi Kalimantan Selatan. Melalui
program yang diberinama “GerbangmasTaskin Provinsi Kalimantan Selatan” tersebut
diharapkan tingkat kelompok masyarakat
yang mampu berusaha akan menjadi lebih
mandiri dan mampu menciptakan lapangan
kerja sendiri sehingga tingkat pengangguran
dan kemiskinan dapat ditanggulangi.
Gerakan
terpadu
pembangunan
masyarakat Kalimantan Selatan untuk
pengentasan kemiskinan atau GerbangmasTaskin yang diluncurkan pada tahun 2008,
merupakan program terpadu dalam rangka
mempercepat penanggulangan kemiskinan di
wilayah Kalsel. Dalam pelaksanaannya
Gerbangmas
Taskin
menggunakan
pendekatan tridaya, yaitu, pemberdayaan
manusia,
pemberdayaan
usaha
dan
pemberdayaan lingkungan. Dengan anggaran
dana sebesar 3,6 milyar rupiah pertahunnya,
119
120 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131
di titik beratkan pada pemberdayaan usaha
dan pemberdayaan manusia sebanyak 70%
dengan dana dari APBD Provinsi dan
pemberdayaan lingkungan 30%, dari APBD
Kabupaten/ Kota (Maghfur, 2010).
Awal
direalisasikannya
program
Gerbang Mas-Taskin pada tahun 2008
sebanyak 82 desa/kelurahan di Kalimantan
Selatan masuk dalam program, dan tahun
2010 sebanyak 58 , dengan anggaran, 50 juta
per. Salah satu yang merasakan manfaat
program ini adalah Desa Sawaja Kecamatan
Candi Laras Utara Kabupaten Tapin. Melalui
program kerja Gerbangmas-Taskin tersebut
diharapkan tingkat pengangguran dan
kemiskinan akan berkurang sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat di
desa Sawaja.
Penanggulangan
kemiskinan
merupakan kebijakan dan program nasional
yang konsisten dilakukan oleh pemerintah
baik
oleh
pusat
maupun
daerah.
Penanggulangan kemiskinan sebagai bentuk
kebijakan
pembangunan
merupakan
tanggung jawab semua elemen bangsa. Hal
ini disadari oleh kenyataan bahwa
kemampuan keuangan pemerintah dalam
mendanai
pelaksanaan
kebijakan
penanggulangan kemiskinan sangat terbatas.
Oleh karena itu diperlukan suatu strategi
untuk mengoptimalkan hasil dan capaian,
serta juga untuk lebih meningkatkan
koordinasi antar sektoral, meminimalisir
ketidaktepatan sasaran maupun kesalahan
dalam perencanaan. Strategi yang harus
dilakukan tetap dalam koridor Rencana
Pembangunan Jangka Menangah (RPJM)
Daerah/ Renstra, yaitu suatu dokumen yang
disebut
dengan
Dokumen
Strategi
Penanggulangan
Kemiskinan
Daerah
(SPKD).
Dengan
adanya
Program
Gerbangmas-Taskin ini yang menjadi
pertanyaan adalah apakah bisa mengurangi
masyarakat
miskin,
mengurangi
pengangguran dan meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah
bahwa pelaksanaan Program GerbangmasTaskin harapannya adalah bisa mengurangi
pengangguran,
mengurangi
masyarakat
miskin dan
meningkatkan pendapatan
masyarakat, maka yang menjadi rumusan
masalah pada penilitian ini adalah apakah
berpengaruh efektif Program Gerakan
Terpadu Pembangunan Masyarakat –dalam
Pengentasan Kemiskinan (GerbangmasTaskin) terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat Di desa Sawaja Kecamatan
Candi Laras Utara Kabupaten Tapin.
Berdasarkan rumusan masalah yang
telah ditetapkan, dapat disimpulakn bahwa
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Program
Gerbangmas-Taskin
Terhadap
Peningkatan Pendapatan Masyarakat desa
Sawaja
Kecamatan Candi Laras Utara
Kabupaten Tapin.
Kajian Literatur
Menurut Schumpeter, perkembangan
adalah perubahan spontan dan terputus-putus
dalam keadaan stasioner yang senantiasa
mengubah
dan
mengganti
situasi
keseimbangan yang ada sebelumnya.
Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan
jangka panjang secara perlahan dan mantap
yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan
penduduk. Bedanya pertumbuhan dengan
pembangunan adalah bahwa pertumbuhan
lebih melihat kepada target, sedang
pembangunan melihat prosesnya. Namun
demikian, istilah perkembangan ekonomi
digunakan secara bergantian dengan istilah
pertumbuhan
ekonomi,
kesejahteraan
ekonomi, kemajuan ekonomi dan perubahan
jangka panjang (Irawan dan Suparmoko,
2009).
.Pembangunan yang sering dirumuskan
melalui kebijakan ekonomi dalam banyak hal
membuktikan
keberhasilan.
Hasil-hasil
pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat secara adil melintasi (menembus)
batas ruang (inter-region) dan waktu(intergeneration). Implikasinya
kajian
aspek
spasial menjadi kurang relevan dalam
keadaan empirik yang telah dilukiskan di atas
(Nugroho dan Rochmin, 2004).
Demikian, konsepsi pembangunan
yang dikemukakan di atas sejalan dengan
kajian terhadapnya maupun implementasi
diberbagai negara dan wilayah lain,
dikemukakan
berbagai
kelemahan.
Kelemahan
tersebut
muncul
seiring
ditemukannya fenomena yang khas, antara
Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 121
lain kesenjangan, kemiskinan, pengelolaan
public goodyang tidak tepat, lemahnya
mekanisme kelembagaan dan sistem politik
yang kurang berkeadilan. kelemahankelemahan itulah yang menjadi penyebab
hambatan terhadap gerakan maupun aliran
penduduk, barang dan jasa, prestasi, dan
keuntungan (benefit)dan
kerugian (cost) di
dalamnya. Seluruh sumberdaya ekonomi dan
non-ekonomi menjadi terdistorsi alirannya
sehingga
divergence
menjadi
makin
parah. Akibatnya,
hasil
pembangunan
menjadi mudah diketemukan antar wilayah,
sektor, kelompok masyarakat, maupun
pelaku ekonomi. implisit, juga terjadi
dichotomy antar waktu dicerminkan oleh
ketidakpercayaan terhadap sumberdaya saat
ini karena penuh dengan berbagai
resiko (high inter temporal opportunity
cost). Keadaan ini bukan saja jauh dari nilainilai moral tapi juga cerminan dari
kehancuran (in sustainability). Ikut main di
dalam permasalahan di atas adalah
mekanisme pasar yang beroperasi tanpa
batas. Perilaku ini tidak mampu dihambat
karena beroperasi sangat massif, terusmenerus, dan dapat diterima oleh logika
ekonomi
disamping
didukung
oleh
kebanyakan kebijakan ekonomi secara
sistematis (Nugroho dan Rochmin, 2004).
Secara
tradisional
pembangunan
memiliki arti peningkatan yang terus
menerus pada Gross Domestic Product atau
Produk Domestik Bruto suatu negara. Untuk
daerah,
makna
pembangunan
yang
tradisional difokuskan pada peningkatan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
suatu provinsi, kabupaten, atau kota
(Kuncoro, 2004).
Muncul kemudian sebuah alternatif
definisi pembangunan ekonomi menekankan
pada
peningkatan income
per
capita
(pendapatan per kapita). Definisi ini
menekankan pada kemampuan suatu negara
untuk meningkatkan output yang dapat
melebihi pertumbuhan penduduk. Definisi
pembangunan tradisional sering dikaitkan
dengan sebuah strategi mengubah struktur
suatu negara atau sering kita kenal dengan
industrialisasi. Kontribusi mulai digantikan
dengan kontribusi industri. Definisi yang
cenderung
melihat
segi
kuantitatif
pembangunan ini dipandang perlu menengok
indikator-indikator sosial yang ada (Kuncoro,
2004).
Paradigma
pembangunan
modern
memandang suatu pola yang berbeda dengan
pembangunan
ekonomi
tradisional.
Pertanyaan beranjak dari benarkah semua
indikator ekonomi memberikan gambaran
kemakmuran. Beberapa ekonom modern
mulai mengedepankan dethronement of GNP
(penurunan tahta pertumbuhan ekonomi),
pengentasan
garis
kemiskinan,
pengangguran, distribusi pendapatan yang
semakin timpang, dan penurunan tingkat
pengangguran yang ada. Teriakan para
ekonom ini membawa perubahan dalam
paradigma pembangunan menyoroti bahwa
pembangunan harus dilihat sebagai suatu
proses yang multidimensional (Kuncoro,
2004).
Beberapa ahli menganjurkan bahwa
pembangunan
suatu
daerah
haruslah
mencakup tiga inti nilai (Todaro , 2000):
1. Ketahanan (Sustenance): kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan pokok
(pangan, papan, kesehatan, dan proteksi)
untuk mempertahankan hidup.
2. Harga diri (Self Esteem): pembangunan
haruslah memanusiakan orang. Dalam arti
luas pembangunan suatu daerah haruslah
meningkatkan
kebanggaan
sebagai
manusia yang berada di daerah itu.
3. Freedom from servitude: kebebasan bagi
setiap individu suatu negara untuk
berpikir, berkembang, berperilaku, dan
berusaha untuk berpartisipasi dalam
pembangunan.
Pada akhir dasawarsa 1960an, banyak
negara berkembang mulai menyadari bahwa
“pertumbuhan ekonomi” (economic growth)
tidak
identik
dengan
“pembangunan
ekonomi”
(economic
development).
Pertumbuhan
ekonomi
yang
tinggi,
setidaknya melampaui negara-negara maju
pada tahap awal pembangunan mereka,
memang dapat dicapai namun dibarengi
dengan
masalah-masalah
seperti
pengangguran, kemiskinan di pean, distribusi
pendapatan
yang
timpang,
dan
ketidakseimbangan struktural. Ini pula agar
memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan
122 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131
ekonomi merupakan syarat yang diperlukan
(necessary)
tetapi
tidak
mencukupi
(sufficient) bagi proses pembangunan
(Kuncoro, 2004). Pertumbuhan ekonomi
hanya mencatat peningkatan produksi barang
dan
jasa
secara
nasional,
sedang
pembangunan berdimensi lebih luas dari
sekedar peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Myrdal (1968) dalam
Kuncoro, 2004), mengartikan pembangunan
sebagai pergerakan ke atas dari seluruh
sistem sosial. Ada pula yang menekankan
pentingnya pertumbuhan dengan perubahan
(growth with change), terutama perubahan
nilai-nilai dan kelembagaan. Dengan kata
lain, pembangunan ekonomi tidak lagi
memuja GNP sebagai sasaran pembangunan,
namun lebih memusatkan perhatian pada
kualitas dari proses pembangunan. Dalam
praktik pembangunan di banyak negara,
setidaknya pada tahap awal pembangunan
umumnya berfokus pada peningkatan
produksi.
Meskipun
banyak
varian
pemikiran, pada dasarnya kata kunci dalam
pembangunan adalah pembentukan modal.
Oleh karena itu, strategi pembangunan yang
dianggap paling sesuai adalah akselerasi
pertumbuhan ekonomi dengan mengundang
modal asing dan melakukan industrialisasi.
Peranan sumber daya manusia (SDM) dalam
strategi semacam ini hanyalah sebagai
“instrumen” atau salah satu “faktor produksi”
saja.Manusia ditempatkan sebagai posisi
instrumen dan bukan merupakan subyek dari
pembangunan. Titik berat pada nilai produksi
dan produktivitas telah mereduksi manusia
sebagai penghambat maksimisasi kepuasan
maupun maksimisasi keuntungan.
Konsekuensinya, peningkatan kualitas
SDM diarahkan dalam rangka peningkatan
produksi. Inilah yang disebut sebagai
pengembangan SDM dalam kerangka
production
centered
development (Tjokrowinoto, 2006). Bisa dipahami apabila
topik
pembicaraan
dalam
perspektif
paradigma pembangunan yang semacam itu
terbatas
pada
masalah
pendidikan,
peningkatan ketrampilan, kesehatan, link and
match, dan sebagainya. Kualitas manusia
yang meningkat merupakan prasyarat utama
dalam proses produksi dan memenuhi
tuntutan masyarakat industrial.Alternatif lain
dalam strategi pembangunan manusia adalah
apa yang disebut sebagaipeople-centered
development atau panting people first
(Korten, 1981 dalam Kuncoro, 2004).
Artinya, manusia (rakyat) merupakan tujuan
utama dari pembangunan, dan kehendak serta
kapasitas manusia merupakan sumber daya
yang paling penting Dimensi pembangunan
yang semacam ini jelas lebih luas daripada
sekedar membentuk manusia profesional dan
trampil sehingga bermanfaat dalam proses
produksi. Penempatan manusia sebagai
subyek pembangunan menekankan pada
pentingnya pemberdayaan (empowerment)
manusia, yaitu kemampuan manusia untuk
mengaktualisasikan segala potensinya.
Penggunaan indicator dan variabel
pembangunan bisa berbeda untuk setiap
Negara. Di Negara-negara yang masih
miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan
mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan
dasar seperti listrik masuk desa, layanan
kesehatan perdesa, dan harga makanan pokok
yang rendah. Sebaliknya, di Negara-negsara
yang telah dapat memenuhi kebutuhan
tersebut, indicator pembangunan akan
bergeser kepada factor-faktor sekunder dan
tersier (Tikson, 2005).
Sejumlah indicator ekonomi yang dapat
digunakan
oleh
lembaga-lembaga
internacional
antara
lain
pendapatan
perkapita (GNP atau PDB), struktur
perekonomian, urbanisasi, dan jumlah
tabungan. Disamping itu terdapat pula dua
indicator lainnya
yang menunjukkan
kemajuan pembangunan sosial ekonomi
suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks
Kualitas Hidup (IKH atau PQLI). Berikut ini,
akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson
(2005) terhadap keempat indikator tersebut:
1. Pendapatan perkapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran
GNP maupun PDB merupakan salah satu
indikaor makro-ekonomi yang telah lama
digunakan untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi.
Dalam
perspektif
makroekonomi, indikator ini merupakan
bagian kesejahteraan manusia yang dapat
diukur, sehingga dapat menggambarkan
kesejahteraan
dan
kemakmuran
masyarakat. Tampaknya pendapatan per
kapita
telah
menjadi
indikator
Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 123
makroekonomi yang tidak bisa diabaikan,
walaupun memiliki beberapa kelemahan.
Sehingga
pertumbuhan
pendapatan
nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan
pembangunan di negara-negara dunia
ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa
kesejahteraan
dan
kemakmuran
masyarakat secara otomatis ditunjukkan
oleh adanya peningkatan pendapatan
nasional
(pertumbuhan
ekonomi).
Beberapa ahli menganggap penggunaan
indikator ini mengabaikan pola distribusi
pendapatan nasional. Indikator ini tidak
mengukur distribusi pendapatan dan
pemerataan
kesejahteraan,
termasuk
pemerataan akses terhadap sumber daya
ekonomi.
2. Struktur ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan
pendapatan per kapita akan mencerminkan
transformasi struktural dalam bidang
ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan
adanya perkembangan ekonomi dan
peningkatan per kapita, konstribusi sektor
manupaktur/industri dan jasa terhadap
pendapatan nasional akan meningkat
terus. Perkembangan sektor industri dan
perbaikan
tingkat
upah
akan
meningkatkan permintaan atas barangbarang industri, yang akan diikuti oleh
perkembangan investasi dan perluasan
tenaga kerja. Di lain pihak, kontribusi
sektor pertanian terhadap pendapatan
nasional akan semakin menurun.
3. Angka Tabungan
Perkembangan sector manufaktur/industri
selama tahap industrialisasi memerlukan
investasi dan modal. Finansial capital
merupakan factor utama dalam proses
industrialisasi dalam sebuah masyarakat,
sebagaimana terjadi di Inggeris pada
umumnya Eropa pada awal pertumbuhan
kapitalisme yang disusul oleh revolusi
industri. Dalam masyarakat yang memiliki
produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat
dihimpun melalui tabungan, baik swasta
maupun pemerintah.
4. Indeks Kualitas Hidup
IKH atau Physical Qualty of life
Index (PQLI) digunakan untuk mengukur
kesejahteraan
dan
kemakmuran
masyarakat. Indeks ini dibuat indicator
makroekonomi tidak dapat memberikan
gambaran
tentang
kesejahteraan
masyarakat dalam mengukur keberhasilan
ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional
sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi
tanpa
diikuti
oleh
peningkatan
kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung
berdasarkan kepada (1) angka rata-rata
harapan hidup pada umur satu tahun, (2)
angka kematian bayi, dan (3) angka melek
huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata
harapan hidup dan kematian bayi akan
dapat menggambarkan status gizi anak
dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan
keluarga yang langsung beasosiasi dengan
kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang
diukur dengan angka melek huruf, dapat
menggambarkan jumlah orang yang
memperoleh akses pendidikan sebagai
hasil
pembangunan.
Variabel
ini
menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi
keluarga akan mempengaruhi status
pendidikan para anggotanya. Oleh para
pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai
yang paling baik untuk mengukur kualitas
manusia sebagai hasil dari pembangunan,
disamping pendapatan per kapita sebagai
ukuran kuantitas manusia.
Program Gerbangmas-Taskin merupakan salah satu program yang dijalankan
pemerintah daerah tingkat I untuk
menanggulangi permasalahan kemiskinan
dan pengangguran di pedesaan. Alokasi dana
program Gerbangmas-Taskin diperuntukan
sebagai modal UPK dan Pengelolaan Usaha
Simpan Pinjam. Dana Program GerbangmasTaskin terdiri dari dana Pemberdayaan
Usaha, dana Pemberdayaan Manusia, dan
dana Pemberdayaan Lingkungan (Tim
Penyusun, 2012).
Gerakan
terpadu
pembangunan
masyarakat Kalimantan Selatan untuk
pengentasan kemiskinan atau GerbangmasTaskin yang diluncurkan pada tahun 2008,
merupakan program terpadu dalam rangka
mempercepat penanggulangan kemiskinan di
wilayah Kalsel. Dalam pelaksanaannya
Gerbangmas
Taskin
menggunakan
pendekatan tridaya, yaitu, pemberdayaan
manusia,
pemberdayaan
usaha
dan
124 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131
pemberdayaan lingkungan. Dengan anggaran
dana sebesar 3,6 milyar rupiah pertahunnya,
di titik beratkan pada pemberdayaan usaha
dan pemberdayaan manusia sebanyak 70%
dengan dana dari APBD Provinsi dan
pemberdayaan lingkungan 30%, dari APBD
Kabupaten/ Kota (Maghfur, 2010).
Dana Pemberdayaan Usaha Program
Gerbangmas-Taskin adalah asset desa/ yang
harus dikelola secara baik oleh UPK dan
seoptimal mungkin dapat dikembangkan
sebagai modal abadi yang dapat digunakan
untuk pengembangan usaha masyarakat,
terutama bagi kalangan Rumah Tangga
Miskin (RTM) berpotensi. Dengan tidak
meninggalkan
tujuan
program
UPK
melakukan pemilihan aktivitas usaha dengan
berpegang pada 3 prinsip, yaitu:
1. Berpihak pada RTM, artinya dana tersebut
tidak digunakan untuk kemanfaatan selain
meningkatkan tarif hidup RTM.
2. Menguntungkan, artinya semua jenis
kegiatan usaha yang dilakukan harus
sudah diperhitungkan dengan matang
untuk menghindari kerugian.
3. Berkelanjutan, artinya usaha yang
dilakukan oleh UPK bukan jenis usaha
yang hanya bersipat spekulasi dan
sementara, tetapi selamanya dapat tetap
terus dijalankan, tidak berhenti di tengah
jalan (Tim Penyusun, 2012).
Penanggulangan kemiskinan memang
harus dilakukan secara lintas sektoral oleh
karena peliknya sumber dan penyebab
kemiskinan yang tidak bisa diatasi oleh
hanya satu dinas atau instansi pemerintah.
Masalah kemiskinan, bukan merupakan
tanggung jawab lembaga atau instansi
tertentu, namun menjadi tanggung jawab
semua pihak, baik dari elemen pemerintah
maupun masyarakat. “Dengan adanya
program bantuan dari Pemerintah Pusat
maupun Propinsi ini tentu sangat membantu
upaya
percepatan
Pemda
dalam
penanggulangan
masalah
kemiskinan
ditengah terbatasnya dana anggaran yang
dimiliki daerah” (Pemkab Tapin, 2012).
Indikator dari program Gerbangmas
Taskin dalam penelitian ini adalah:
1. Penurunan angka kemiskinan
2. Daya beli masyarakat
3. Derajat
kesehatan
pendidikan.
dan
partisipasi
Pendapatan yang diperoleh masingmasing jenis faktor produksi tersebut
tergantung kepada harga dan jumlah masingmasing faktor produksi yang digunakan.
Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai
faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan sesuatu barang adalah sama
dengan harga dari barang tersebut (Sukirno,
2002).
Pendapatan dalam ilmu ekonomi
didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau
hal materi lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa manusia.
Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah
total pendapatan dari setiap anggota rumah
tangga dalam bentuk uang atau natura yang
diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha
rumah tangga atau sumber lain. Kondisi
seseorang dapat diukur dengan menggunakan
konsep pendapatan yang menunjukkan
jumlah seluruh uang yang diterima oleh
seseorang atau rumah tangga selama jangka
waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus,
2002).
Pendapatan adalah penerimaan bersih
seseorang, baik berupa uang kontan maupun
natura. Pendapatan atau juga disebut juga
income dari seorang warga masyarakat
adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor
produksi yang dimilikinya pada sektor
produksi. Dan sektor produksi ini membeli
faktor-faktor produksi tersebut untuk
digunakan sebagai input proses produksi
dengan harga yang berlaku dipasar faktor
produksi. Harga faktor produksi dipasar
faktor produksi (seperti halnya juga untuk
barang-barang dipasar barang) ditentukan
oleh tarik menarik, antara penawaran dan
permintaan (Samuelson dan Nordhaus,
2002).
Secara singkat pendapatan seorang
warga masyarakat ditentukan oleh:
1. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia
miliki yang bersumber pada alam, tenaga
kerja, modal dan skill. Modal adalah
semua bentuk kekayaan yang dapat
digunakan langsung maupun tidak
langsung dalam proses produksi untuk
menambah output. Dalam pengertian
Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 125
ekonomi, modal yaitu barang atau uang
yang bersama-sama faktor-faktor produksi
tanah dan tenaga kerja menghasilkan
barang-barang dan jasa-jasa baru. Modal
atau biaya adalah salah satu faktor yang
sangat penting bagi setiap usaha, baik
skala kecil, menengah maupun besar
(Sukirno, 2002). Pengertian skill atau
ketrampilan adalah kemampuan untuk
mengoperasikan pekerjaan secara mudah
dan cermat. Pengertian ini biasanya
cenderung pada aktivitas psikomotor.
Keterampilan adalah kapasitas yang
dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa
tugas yang merupakan pengembangan dari
hasil training dan pengalaman yang
didapat. Ketrampilan (skill) berarti
kemampuan untuk mengoperasikan suatu
pekerjaan secara mudah dan cermat yang
membutuhkan kemampuan dasar (basic
ability) (Sukirno, 2002).
2. Harga per unit dari masing-masing faktor
produksi, ditentukan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan di pasar faktor
produksi.
3. Tenaga Kerja mempunyai penawaran
yang terus menerus menaik sejalan
dengan
pertumbuhan
penduduk.
Sedangkan permintaan akan tenaga kerja
tergantung pada kenaikan permintaan
akan barang jadi (seperti halnya dengan
permintaan akan barang-barang modal.
Disamping itu permintaan akan tenaga
kerja dipengaruhi pula oleh kemajuan
teknologi ini. Permintaan akan tenaga
kerja tidak tumbuh secepat penawaran
tenaga
kerja
(atau
pertumbuhan
penduduk) maka ada kecenderungan bagi
upah (harga faktor produksi tenaga kerja)
untuk semakin menurun
(Sukirno,
2002:56).
4. Bahan Baku mempunyai penawaran yang
terus menerus menaik sejalan dengan
pertumbuhan
penduduk.
Sedangkan
permintaan akan Bahan Baku tergantung
pada kenaikan permintaan akan barang
jadi (seperti halnya dengan permintaan
akan barang-barang modal. Disamping itu
permintaan akan Bahan Baku dipengaruhi
pula oleh kemajuan teknologi ini.
Permintaan akan Bahan Baku
tidak
tumbuh secepat penawaran Bahan Baku
(atau pertumbuhan penduduk) maka ada
kecenderungan bagi upah (harga faktor
produksi Bahan Baku) untuk semakin
menurun (Samuelson dan Nordhaus,
2002:40).
Menurut teori ekonomi pendapatan
mempunyai arti yang sedikit berbeda,
ditinjau dari sudut pandang pembukuan
pendapatan adalah perbedaan nilai uang dari
sudut penjualan yang diperoleh dari seluruh
biaya yang dikeluarkan. Dalam arti ekonomi
definisi tersebut dipandang terlalu luas
karena tidak mempertimbangkan ongkos
tersembunyi (Sadono Sukirno, 2002).
Pendapatan dalam ilmu ekonomi
didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau
hal materi lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa manusia
bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga
adalah total pendapatan dari setiap anggota
rumah tangga dalam bentuk uang atau natura
yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah
usaha rumah tangga atau sumber lain.
Kondisi seseorang dapat diukur dengan
menggunakan konsep pendapatan yang
menunjukkan jumlah seluruh uang yang
diterima oleh seseorang atau rumah tangga
selama jangka waktu tertentu
Pendapatan
adalah
keseluruhan
penerimaan dari suatu unit usaha selama satu
periode tertentu setelah dikurangi dengan
penjualan retur dan potongan-potongan
(http://id.shvoong.com
/writing-andspeaking/ presenting /2062044- defenisipendapatan-menurut-para-ahli/w7
Goqa
25/11/2012, 20:07).
Indikator dari pendapatan dalam
penelitian ini adalah :
1. Pengembangan usaha ekonomi mikro
untuk kelompok RTM berpotensi.
2. Terbukanya kesempatan kerja.
3. Produktivitas masyarakat meningkat.
Berdasarkan pada serangkaian teori dan
penelitian terdahulu yang telah dikemukakan,
dapat dirumuskan hipotesis yang akan
digunakan pada penelitian ini. Pengertian
hipotesis menurut Sugiyono (2009) adalah
jawaban sementara terhadap rumusan
penelitian di mana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
126 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131
kalimat pernyataan. Hipotesis merupakan
dugaan sementara yang mungkin benar dan
mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau
dipandang sebagai kesimpulan yang sifatnya
sementara, sedangkan penolakan atau
penerimaan
suatu
hipotesis
tersebut
tergantung dari hasil penellitian terhadap
faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian
diambil
suatu
kesimpulan.
Untuk
memudahkan dalam pembahasan dan
analisis, maka diajukan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Ha = Diduga variabel Program Gerbangmas
Taskin (X) tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel
pendapatan (Y)
H1 = Diduga variabel Program Gerbangmas
Taskin (X) berpengaruh signifikan
terhadap variabel pendapatan (Y)
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Sawaja
Kecamatan Candi Laras Utara
Kabupaten Tapin. Pelaksanaan penelitian
dimulai sejak Bulan Pebruari sampai dengan
Bulan April 2016. Variabel penelitian
merupakan objek pengamatan atau fenomena
yang diteliti (Sugiyono, 2008). Untuk
mengetahui pengaruh program GerbangmasTaskin (X) terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat di desa Sawaja Kecamatan
Candi Laras Utara Kabupaten Tapin (Y),
maka ada dua buah variabel yang akan
dianalisis dalam penelitian ini:
1. Variabel terikat (dependent variable)
pendapatan Masyarakat yang Mampu
Berusaha di desa Sawaja Kecamatan
Candi Laras Utara Kabupaten Tapin yang
disimbolkan dengan (Y).
2. Variabel bebas (independet variable)
penelitian
ini
adalah
Program
Gerbangmas-Taskin yang disimbolkan
dengan (X).
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang
terdiri
atas:
objek/
subjek
yangmempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya
orang, tetapi juga objek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi bukan sekedar
jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari,
tetapi
meliputi
seluruh
karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh
subjek/objek yang diteliti (Sugiyono, 2010).
Berdasarkan keterangan tersebut, maka
dapat ditetapkan yang merupakan populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat
yang mampu berusaha dan
mendapatkan bantuan program GerbangmasTaskin di desa Sawaja Kecamatan Candi
Laras Utara Kabupaten Tapin pada tahun
2013 sebanyak berjumlah 30 orang.
Sampel adalah bagian dari populasi
yang diambil/ ditentukan berdasarkan
karakteristik dan teknik tertentu. Apabila
populasi sedikit maka bisa diambil sebagai
sampel berdasarkan studi penelitian yang
mencakup seluruh elemen dalam populasi
atau menggunakan populasi sebagai subjek
penelitian disebut penelitian sensus (sampel
jenuh) atau penelitian populasi. Penggunaan
populasi
sebagai
subjek
penelitian
disebabkan terjangkaunya jumlah populasi
(Tony Wijaya, 2013).
Berdasarkan keterangan di atas,
diketahui jumlah populasi yang ada sangat
memungkinkan untuk dijangkau, maka
seluruh populasi tersebut dijadikan sebagai
sampel penelitian. Jadi sampel dalam
penelitian ini adalah masyarakat
yang
mampu berusaha dan mendapatkan bantuan
program Gerbangmas-Taskin di desa Sawaja
dengan jumlah 30 orang.
Sumber data dalam penelitian ini
berasal dari masyarakat
yang mampu
berusaha dan mendapatkan bantuan Program
Gerbangmas-Taskin
di
desa
Sawaja
Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten
Tapin. Data yang diperlukan untuk
mengungkapkan peramsalahan menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu
angket, dokumen dan wawancara. Angket
digunaka nsebagai sumber data utama,
sedangkan dokumen dan wawancara
digunakan
untuk
mendapatkan
data
tambahan yang relevan untuk menjelaskan
hasil dari angket yang telah disebarkan.
Model Analisis yang akan digunakan
untuk mengetahui tentang ada tidaknya
pengaruh dari variabel independen Program
Gerbangmas
Taskin
(X)
terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat (Y)
adalah dengan model analisis regresi linier
Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 127
sederhana dengan formulasi sebagai berikut
(Kurniawan, Heri dkk, 2011):
Y = a + bX
Ha : Ada pengaruh secara signifikan
antara
Program
Gerbangmas-Taskin
terhadap
Peningkatan
Pendapatan
Masyarakat di Sawaja.
Dimana :
Y = Nilai dari variabel terikat (pendapatan
masyarakat)
X = Nilai dari variabel bebas (program
Gerbangmas-Taskin)
a = intersep (pintasan) bilamana X=0
b = koefisien arah (slope) dari garis regresi
Kemudian untuk mendapatkan nilai a
dan b dengan menggunakan rumus dari
persamaan regresi linier sederhana sebagai
berikut (Suharyadi dan Purwanto, 2009):
b
n XY   X  Y 
a
Y 
n X 2   X 
2
n
-
b X 
n
Dimana:
Y : Nilai dari variabel terikat
a : Intersep, yaitu titik potong garis dengan
sumbu Y
b: Slope atau kemiringan garis, yaitu
perubahan rata-rata untuk setiap unit
perubahan pada variabel X
X : Nilai dari variabel bebas
N : Jumlah sampel
Uji t ini digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen (X) berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen
(Y). Langkah-langkah pengujian sebagai
berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh secara
signifikan antara Program GerbangmasTaskin terhadap Peningkatan Pendapatan
Masyarakat di Sawaja.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan a = 5%
(signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran
standar yang sering digunakan dalam
penelitian)
3. Menentukan t hitung
t hitung ditentukan dengan menggunakan
rumus (Suharyadi dan Purwanto, 2009):
r n2
t
1 r2
Dimana :
t = Nilai t-hitung
r = Nilai koefisien korelasi
n = Jumlah data pengamatan
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada a = 5%
dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 (n
adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah
variabel independen), dimana:
n = adalah jumlah kasus
k = adalah jumlah variabel independen
5. Kriteria Pengujian
Jika t hitung > t tabel maka Hipotesa nol (Ho)
ditolak dan Ha diterima. Ini berarti
variabel independen secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika t hitung < t tabel maka Hipotesa nol (Ho)
diterima atau menolak menerima Ha. Ini
berarti variabel independen secara parsial
tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen (Suharyadi dan Purwanto,
2009:213).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
128 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131
Berdasarkan dari hasil penyebaran
angket
dapat
diketahui
karakteristik
responden
penelitian.
Jenis
kelamin
responden yang merupakan responden dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Responden Menurut Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah
1.
Laki-laki
22
2.
Perempuan
8
Jumlah
30
(%)
73,33
26,67
100
Berdasarkan tabel.1 dapat diketahui
besarnya persentasi responden masyarakat
yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan di
Sawaja
yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah lakilaki sebanyak 73,33% sedangkan responden
perempuan 26,67%.
Usia responden dalam penelitian ini
dapat
dikelompokkan
seperti
yang
ditampilkan dalam tabel 2.
Tabel 2. Responden Menurut Usia
No
Usia
Jumlah
1.
< 28 tahun
6
2.
29 – 35 tahun
15
3.
> 36 tahun
9
Jumlah
30
(%)
20
50
30
100
Berdasarkan responden menurut usia (Tabel
2) dapat diketahui mayoritas responden yang
menerima bantuan program Gerbangmas
Taskin di desa Sawaja adalah mereka yang
berusia antara 29 – 35 tahun. Sebanyak 50%
Karakteristik responden berdasarkan
pendidikan dapat dikelompokkan seperti
yang disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
SD/ sederajat
9
2.
SMP/ sederajat
9
3.
SMA/ sederajat
12
Jumlah
30
(%)
30
30
40
100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
bahwa jumlah responden masyarakat yang
menerima bantuan Program Gerbangmas
Taskin berdasarkan tingkat pendidikan
diketahui
sebanyak 30%, responden
berpendidikan SD/ sederajat, sebanyak 30%
berpendidikan SMP/ sederajat dan sebanyak
40% responden berpendidikan SMA/
sederajat.
Karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan dapat dikelompokkan seperti yang
disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Responden Berdasarkan Pekerjaan
No
Penghasilan
Jumlah
Responden
1.
Mencari Kayu Galam
9
2.
Mencari ikan
9
3.
Tukang
6
4.
Pedagang kecil
6
Jumlah
30
(%)
30
30
20
20
100
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
bahwa jumlah responden masyarakat yang
menerima bantuan program Gerbangmas
Taskin di desa Sawaja yang bekerja sebagai
mencari kayu galam dan mencari ikan
masing-masing sebanyak sebesar sebesar
30%, responden yang bekerja sebagai tukang
dan pedagang kecil masing-masing sebanyak
20%.
Tingkat validitas dan reliabilitas alat
penggali data (angket) dilakukan pengujian
dengan menggunakan Program SPSS
(Statistical Program for Social Science) versi
17.0 for Windows. Validitas dan reliabilitas
diketahui dengan membandingkan rhitung,
alfha
dan
rtabel
diperoleh
dengan
menggunakan rumus df = n–2 (Suharyadi
dan Purwanto, 2009:188), maka diperoleh
hasil df untuk uji validitas = 30-2 = 29 jadi
pada tabel df menunjukkan angka sebesar
0,375 sebagai rtabel pada taraf signifikansi
5%. Ketentuannya adalah apabila rhitung > rtabel
maka pengujian valid tetapi apabila rhitung <
rtabel maka pengujian un valid. Apabila rtabel <
alfa maka pengujian reliabel tetapi apabila
rtabel > alfa maka pengujian un reliabel.
Variabel Program Gerbangmas Taskin
diwakili oleh butir angket nomor 1 sampai
dengan nomor 7. Hasil pengujian butir
angket yang diperoleh dari output program
SPSS versi 17.0 for windows dapat dilihat
pada tabel 5.
Variabel Program Gerbangmas Taskin
seperti pada tabel 5 seluruhnya menunjukkan
angka Corrected Item Total Correlation
(rhitung) berada di atas rtabel (rhitung > rtabel) dan
angka Alpha berada di atas rtabel berarti angka
tersebut valid dan reliabel.
Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 129
Tabel 5. Butir Angket untuk Estimasi Regresi Variabel Program Gerbangmas Taskin
No
rhitung
rtabel
Alpha
Status
Butir 1
0,480
0,375
0,762
Valid
Reliabel
Butir 2
0,570
0,375
0,762
Valid
Reliabel
Butir 3
0,680
0,375
0,762
Valid
Reliabel
Butir 4
0,594
0,375
0,762
Valid
Reliabel
Butir 5
0,618
0,375
0,762
Valid
Reliabel
Butir 6
0,610
0,375
0,762
Valid
Reliabel
Butir 7
0,724
0,375
0,762
Valid
Reliabel
Tabel 6. Hasil Uji Coba Butir Angket Variabel Pendapatan Masyarakat
No
rhitung
rtabel
Alpha
Status
Butir 1
0,591
0,375
0,816
Valid
Reliabel
Butir 2
0,470
0,375
0,816
Valid
Reliabel
Butir 3
0,576
0,375
0,816
Valid
Reliabel
Butir 4
0,671
0,375
0,816
Valid
Reliabel
Butir 5
0,548
0,375
0,816
Valid
Reliabel
Butir 6
0,749
0,375
0,816
Valid
Reliabel
Butir 7
0,418
0,375
0,816
Valid
Reliabel
Tabel 7. Hasil Estimasi Regresi
Variabel
Koefisen Regresi
Constanta
2,476
Gerbangmas-Taskin (X)
0,813
Constanta
: 2,476
Koefisien Determinasi : R = 0,836
R Square (R2) = 0,721
Adjusted R2 = 0,687
ttabel 5% pada df (n-k)=(30-2) =28 : 2,045
Variabel Pendapatan Masyarakat (Y)
diwakili oleh butir angket nomor 1 sampai
dengan nomor 7. Hasil pengujian butir
angket yang diperoleh dari out put program
SPSS versi 17.0 for windows dapat dilihat
pada Tabel 6.
Variabel Pendapatan Masyarakat (Y)
pada tabel 6 seluruhnya menunjukkan angka
Corrected Item Total Correlation (rhitung)
berada di atas rtabel (rhitung > rtabel) dan angka
Alpha berada di atas rtabel yang berarti angka
tersebut valid dan reliabel. Sehingga total
skor angket dapat dilakukan perhitungan
estimasi regresi.
Dari hasil valid dan reliabel kemudian
diolah dan diperoleh hasil estimasi regresi
t hitung
Sig
7,621
8,196
0,000
0,000
seperti tercantum pada tabel 7. Berdasarkan
tabel 7 tentang perhitungan regresi linier
sederhana didapatkan hasil
persamaan
regresi:
Y = 2,476+ 0,813X
Dimana:
a = Nilai constanta sebesar 2,476,
menunjukkan jika tidak ada variabel
Program Gerbangmas Taskin (X) maka
peningkatan pendapatan masyarakat di desa
Sawaja sebesar 2,476.
130 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131
b = 0,813 adalah elastisitas jumlah variabel
peningkatan pendapatan masyarakat di desa
Sawaja . Artinya setiap tambahan atau
kenaikan satu satuan variabel Program
Gerbangmas Taskin (X), maka nilai Y akan
naik rata-rata sebesar 0,813
Uji t adalah uji yang dipakai untuk
mengetahui pengaruh secara parsial antara
variabel bebas (X) dengan variabel terikat
(Y). Pengujian hipotesis secara parsial (Uji t)
dalam penelitian ini menggunakan bantuan
perangkat komputer SPSS 17 for windows.
Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa t-hitung adalah 8,196 sedangkan nilai
ttabel dengan tingkat signifikansi 5%, df2 =
(30-2)=28 adalah 2,045 (tabel distribusi t).
Jika kedua angka tersebut dibandingkan
nampaklah nyata bahwa t-hitung lebih besar
dari t tabel atau t hitung = 8,196 > t tabel
(2,045) pada tingkat signifikan 5% yang
membuktikan bahwa variabel
Program
Gerbangmas Taskin berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel peningkatan
pendapatan masyarakat di desa Sawaja
dengan taraf signifikasi sebesar = 0,000
dimana angka tersebut lebih kecil dari 0,005
yang
menunjukkan
bahwa
variabel
independen berpengaruh terhadap dependen.
Berdasarkan
perhitungan
dengan
menggunakan program komputer SPSS versi
17.0 for windows seperti pada tabel di atas
maka diketahui nilai Koefisien Determinasi (
RSquare) sebesar 0,721. Perhitungan
koefisien determinasi menunjukkan angka
sebesar 0,721 yang berarti bahwa variabel
independen: Program Gerbangmas Taskin
(X) mempunyai kontribusi sebesar 72,1%
terhadap variabel dependen: Peningkatan
pendapatan masyarakat di desa Sawaja (Y),
sedangkan sisanya adalah 27,9% yang
berasal dari variabel lain tidak diikutsertakan
dalam penelitian ini.
Berdasarkan indikator dari program
Gerbangmas Taskin dan Pendapatan
Masyarakat , maka dapat dikemukakan
beberapa asumsi penelitian sebagai berikut:
1. Penurunan angka kemiskinan
Dengan adanya program Gerbangmas
Taskin di desa Sawaja Kecamatan Candi
Laras Utara Kabupaten Tapin maka angka
kemiskinan di
tersebut menjadi
berkurang. Hal ini dibuktikan dari
meningkatnya taraf hidup masyarakat
kecil dan kemampuan mereka dalam
memenuhi kebutuhan hidup sudah
semakin baik.
2. Daya beli masyarakat
Dengan adanya program Gerbangmas
Taskin di desa Sawaja
daya beli
masyarakat terhadap suatu produk baik
berupa barang atau jasa menjadi
meningkat. Dengan meningkatnya daya
beli masyarakat tersebut membuktikan
bahwa Program Gerbangmas Taskin telah
berhasil.
3. Derajat partisipasi pendidikan.
Dengan adanya program Gerbangmas
Taskin di desa Sawaja
partisipasi
pendidikan menjadi lebih baik. Hal ini
terbukti dengan partisipasi pendidikan
yang dilakukan masyarakat dengan
menyekolahkan anak-anak mereka ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4. Pengembangan usaha ekonomi mikro
untuk kelompok RTM berpotensi.
Dengan adanya program Gerbangmas
Taskin
di
desa
Sawaja
tingkat
pengembangan usaha ekonomi mikro
untuk kelompok RTM berpotensi dan
memiliki prospek yang cerah untuk
kedepannya. Hal ini dibuktikan dari
banyaknya masyarakat
yang berhasil
dalam
menjalankan usaha
setelah
mendapatkan bantuan dan binaan dari
program Gerbangmas Taskin.
5. Produktivitas masyarakat meningkat.
Dengan adanya program Gerbangmas
Taskin didesa Sawaja
produktivitas
masyarakat menjadi meningkat sebelum
adanya program Gerbangmas Taskin.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis yang telah dilakukan, maka dapat
dikemukakan beberapa hal yang merupakan
kesimpulan dari penelitian ini, yaitu:
1. Hasil uji t menunjukkan bahwa bahwa thitung lebih besar dari t tabel atau thitung =
8,196> ttabel (2,045). Ini berarti variabel
Imansyah, Analisis Pengaruh Program Gerbangmas-taskin …. 131
independen berpengaruh signifikan pada
taraf uji 5% terhadap variabel dependen.
2. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan
angka sebesar 0,721 yang berarti bahwa
variabel
independen:
Program
Gerbangmas Taskin
(X) mempunyai
kontribusi sebesar 72,1% terhadap
variabel
dependen:
peningkatan
pendapatan masyarakat di desa Sawaja
(Y), sedangkan sisanya adalah 27,9%
diberikan oleh variabel lainnya yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat dikemukakan beberapa saran yang
diharapkan dapat bermanfaat. Program
Gerbangmas Taskin merupakan variabel
yang
berpengaruh
sarankan
kepada
Pemerintah Daerah untuk memperhatikan
aspek tersebut supaya tepat sasaran dalam
pengawasan, bimbingan, pemberian modal
usaha dan kegiatan fisik atau infrastruktur
guna peningkatan pendapatan masyarakat
dan rumah tangga miskin taraf kehidupan
dan perekoniam meningkat. Program
Gerbangmas Taskin dapat dilanjutkan
bantuannya guna memperkuat kewirausahaan
untuk menjadikan masyarakat lebih mandiri
dalam berusaha karena dapat mendatangkan
manfaat
bagi
masyarakat,
dapat
memberdayakan potensi mereka dalam
menjalankan usaha sehingga kesejahteraan
bertambah baik yang dapat mengurangi
rumah tangga miskin (RTM).
DAFTAR PUSTAKA
Irawan dan M. Suparmoko. 2009. Ekonomi
dan
Pembangunan.
Yogyakarta:
Liberty.
Kuncoro,
Mudrajat.
2004.
Ekonomi
Pembangunan Teori Masalah dan
Kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Kuncoro, Mudrajat. 2004. Pengelolaan
Fundamental
Ekonomi
Daerah.
Jakarta: Badan Diklat Depdagri dan
JICA
Kurniawan, Heri dkk. 2011. Regresi dan
Korelasi dalam Genggaman Anda.
Jakarta: Salemba Empat.
Lubis, Mukhyar. 2010. Evaluasi Program
Pembangunan. Jakarta: Indeks
Maghfur, Ahmad. 2009. GerbangmasTaskin. http://ahmadmaghfur.blogspot.com/ gerbangmastaskin//, diakses April 2013.
Munandar, M. 2006. Ekonometrika, Teori
dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: Ekonesia
Nugroho dan Rochmin, 2004. Ekonomi dan
Studi Pembangunan (online).
http:education_economi.com/ekonomipembangunan/artikel//, diakses Mei
2013
Rahmanto. 2009. Ekonometrika, Teori dan
Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: Ekonesia
Sadono Sukirno. 2002. Ekonomi Mikro.
Yogyakarta: BPFE
Sugiyono.
2008.
Metode
Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alvabeta.
Samuelson dan Nordhaus. 2002. Pendapatan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan
No. 23. Digitized by. USU Digital
Library.
Sarnowo dan Sunyoto. 2011. Pengantar Ilmu
Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi.
Jakarta: CAPS
Suharyadi dan Poerwanto. 2010. Statistika
untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba Empat.
Sunarto. 2007. Pengantar Ilmu Ekonomi
Mikro. Jakarta: BPFE.
Suparmoko M dan Irawan. 2002. Ekonomi
dan Pembangunan. Jogyakarta: Linbert
Tim
Penyusun.
2012.
Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(SPKD) Provinsi Kalimantan Selatan.
Banjarmasin: Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan .
Tim Penyusun. 2012. Program GerbangmasTaskin Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2012. Banjarmasin: Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan
Todaro, Michael P. 2000. Pemabangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi 9.
Jakarta: Erlanga. Alih Bahasa Drs.
Haris Munandar
Wijaya, Tony. 2013. Metodologi Penelitian
Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Graha
Ilmu.
132 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 119 - 131
Download