1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu tempat yang paling banyak diminati oleh
para investor untuk melakukan investasi. Selain itu, Pasar modal merupakan salah
satu instrumen ekonomi pada dewasa ini yang mengalami perkembangan sangat
pesat, sehingga dijadikan indikator dan penunjang kemajuan perekonomian suatu
negara. Oleh sebab itu, sebagian besar para investor menginvestasikan dananya
dalam bentuk saham investasi melalui pasar modal daripada melakukan investasi
dalam bentuk aktiva atau asset lainnya, karena Investor mulai tertarik dengan pasar
modal sebagai salah satu sarana investasi dengan tujuan untuk mendapatkan
dividen atau capital gain (Purboyono, 2002). Investor memperoleh deviden saat
perusahaan mengumumkan adanya pembagian deviden sedangkan capital gain
diperoleh dari selisih harga saham harian yang terdaftar di pasar modal.
Perubahan harga saham yang terdaftar di pasar modal sangat dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain meliputi
pengumuman laporan keuangan dan pembagian deviden. Sedangkan faktor
eksternal dibedakan menjadi dua yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor
ekonomi dapat berupa, inflasi, perubahan suku bunga dan berbagai regulasi
ekonomi yang diumumkan oleh pemerintah. Berdasarkanfaktor ekonomi eksternal
yang mempengaruhi harga saham adalah salah satunya adalah adanya regulasi
ekonomi yang diumumkan oleh pemerintah.
1
2
Salah satu regulasi yang akhir–akhir ini menjadi isu yang banyak dibicarakan
masyarakat baik media masa atau media cetak adalah dampak disahkannya Tax
Amnesty atau Pengampunan Pajak oleh orang pertama di Indonesia yaitu Presiden
Joko Widodo pada tanggal 1 Juli 2016 terhadap reaksi investor. Pajak merupakan
salah satu penerimaan utama bagi Indonesia untuk membangun pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan dapat menutup defisit APBN.
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) merupakan instrumen
untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran negara dalam rangka membiayai
pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan
untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
perekonomian dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah memberlakukan Tax Amnesty. Tax
Amnesty adalah suatu kesempatan waktu yang terbatas pada kelompok pembayar
pajak tertentu untuk membayar sejumlah tertentu dan dalam waktu tertentu berupa
pengampunan kewajiban pajak (termasuk bunga dan denda) yang berkaitan dengan
masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut hukuman pidana.
Pemerintah beranggapan dengan disahkannya pemberlakuan Pengampunan Pajak
dianggap dapat meningkatkan pendapatan pajak pemerintah untuk membangun
perekonomian Indonesia, dimana selama ini penerimaan pajak pemerintah
Indonesia dianggap belum maksimal akibat selama ini efek dari ketidaktaatan
masyarakat Indonesia dalam membayar pajak salah satunya adalah penyimpanan
kekayaan masyarakat Indonesia di Luar Negeri. Dengan adanya Tax Amnesty
pemerintah akan mendapatkan aliran dana dari luar negeri yang berasal dari dana
masyarakat Indonesia yang selama ini parkir negara lain. Sehingga dengan Tax
Amnesty diharapkan pemerintah dapat memperoleh penerimaan pajak lebih besar
yang nantinya akan digunakan untuk membangun perekonomian Indonesia
sehingga hal ini akan menimbulkan ketertarikan para investor untuk
menginvestasikan modalnya ke Indonesia.
Keputusan Investasi para investor juga didasarkan pada keadaan
pertumbuhan perekonomian negara tersebut, dimana hal ini akan berhubungan
dengan keuntungan yang akan didapatkan para investor. Jika suatu negara
mempunyai pertumbuhan ekonomi yang baik, dimana negara tersebut mampu
membangun negaranya baik secara struktur maupun infrastruktur maka perusahaan
– perusahaan yang ada dalam negara tersebut yang telah go public atau yang telah
memperjualbelikan sahamnya juga akan dinilai baik oleh para investor. Sehingga
investor akan mulai berinvestasi di negara tersebut Karena para investor
menganggap jika dia menginvestasikan dananya ke perusahaan tersebut dia akan
beranggapan akan menerima keuntungan berupa deviden dan capital gain yang
besar. Selain itu keputusan investasi perusahaan juga tergantung dari sinyal yang
diberikan oleh pemerintah. Dalam hal ini sinyal yang diberikan pemerintah apakah
valid atau sesuai dengan perubahan diharapkan.
Sebelum tahun 2016 tax amnesty pernah diberlakukan di Indonesia. Saputra
(2015) menyatakan bahwa kegagalan tax amnesty tahun 1984, diakibatkan karena
tidak diikuti dengan kebijakan lain yaitu system administrasi perpajakan.
Sedangkan dalam pemberlakuan 2008 tax amnesty terjadi peningkatan wajib pajak
baru, SPT, PPN, tetapi setelah kepatuhan wajib selesai kepatuhan pajak stagnan,
realisasi penerimaan pajak turun. Wardiyanto (2008) meneliti sunset policy yang
diberlakukan pada tahun 2008. Hasil penelitian menunjukkan sunset policy telah
berhasil menambah jumlah WP baru dan meningkatan
pajak.
Penelitian
tersebut
kepatuhan
pembayar
juga menemukan kekurangan dalam implementasi
sunset policy, yaitu pertama kurangnya perencanaan program dimana pemerintah
tidak membuat estimasi biaya program dan estimasi pendapatan. Pemerintah
mengeluarkan biaya operasional yang tidak sebanding dengan ekspektasi yang
tinggi atas pendapatan yang akan diterima pemerintah. Publikasi yang kurang juga
membuat sunset policy pada tahun 2008 tidak berjalan optimal. Dwiejugiasteadi,
2016 (dalam Yovanda, 2016) menyatakan pengampunan pajak di Indonesia pernah
gagal dua kali. Kegagalan pertama terjadi tahun 1964, karena ada Gerakan 30
September Partai Komunis Indonesia. Sedangkan kegagalan kedua terjadi pada
tahun 1984, karena masalah minyak, batubara, kayu.
Penelitian yang menggunakan metode event study telah banyak dilakukan
sebelumnya, seperti dalam penelitian sebelumnya Pratama et al. (2015) meneliti
tentang peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia
Ke–7 terhadap abnormal return. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut tidak mengakibatkan adanya abnormal
return yang signifikan. Suryanto (2015) meneliti tentang peristiwa pengumuman
Investment Grade Indonesia terhadap abnormal return. Hasil penelitian tersebut
memberikan dua kesimpulan. Pertama, bahwa terdapat abnormal return sebelum
terjadinya peristiwa tersebut. Yang kedua, tidak ada perbedaan rata–rata abnormal
return sebelum dan setelah terjadinya peristiwa. Berdasarkan penelitian-penelitian
tersebut tidak ada peristiwa yang dapat ditentukan pengaruhnya terhadap reaksi
investor secara pasti, sehingga peneliti memilih peristiwa lain untuk dijadikan objek
penelitian. Peristiwa tersebut adalah pengesahan Undang–Undang Tax Amnesty
tanggal 1 Juli 2016 oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Sirait et al.
(2012) meneliti tentang dampak pergantian Menteri Keuangan Republik Inonesia
Tahun 2010 terhadap abnormal return perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Hasilnya adalah Average Abnormal Return (AAR) saham
perusahaan perbankan selama periode peristiwa, ditemukan bahwa terdapat
perbedaan Average Abnormal Return (AAR) yang signifikan sebelum dan setelah
perisitiwa pergantian Menteri Keuangan Tahun 2010. Chatziantoniou et al. (2013)
meneliti tentang efek kebijakan moneter dan kebijakan fiskal terhadap kinerja
pasar saham di Jerman, Inggris dan Amerika Serikat dengan menggunakan
model VAR. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan moneter dan kebijakan
fiskal baik secara masing-masing maupun bersama-sama dapat mempengaruhi
pasar saham.
Pada penelitian ini, peneliti memilih perusahaan yang termasuk dalam
kategori LQ45 periode Februari 2016 sampai dengan Juli 2016 sebagai sampel
penelitian. Perusahaan LQ45 adalah 45 perusahaan yang sahamnya paling aktif
diperdagangkan dan memiliki tingkat likuiditas tinggi serta kapitalisasi pasar
tertinggi (Jogiyanto, 2015:156). Peneliti memilih perusahaan yang termasuk dalam
kategori LQ45 sebagai sampel karena perusahaan–perusahaan tersebut termasuk
perusahaan yang sahamnya diminati oleh para investor, sehingga diharapkan
perusahaan yang termasuk dalam kategori LQ45 tersebut dapat mewakili dan
mencerminkan respon perusahaan–perusahaan lain yang juga terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dalam hal ini kaitannya terhadap peristiwa pengesahan Undang–
Undang Tax Amnesty tanggal 1 Juli 2016 oleh Presiden Indonesia Joko Widodo.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan suatu
permasalah Apakah ada perubahan abnormal return saham perusahaan LQ45 pada
saat sebelum dan setelah pengesahan Undang–Undang Tax Amnesty pada tanggal 1
Juli 2016 oleh Presiden Joko Widodo.
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara statistik, apakah pengesahan
Undang–Undang Tax Amnesty pada tanggal 1 Juli 2016 oleh Presiden Joko Widodo
berpengaruh terhadap perubahan abnormal return saham perusahaan LQ45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi salah satu bahan pertimbangan yang dapat membantu investor dalam
melakukan investasi.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Kontribusi Teoretis
a.
Sebagai bahan masukan bagi pengembangan pengetahuan khususnya
dibidang pasar modal.
b.
Dengan penelitian mengenai uji beda abnormal return sebelum dan
sesudah terjadinya pengesahan Undang–Undang Tax Amnesty pada
tanggal 1 Juli 2016 oleh Presiden Joko Widodo, diharapkan peneliti
dapat menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh selama kuliah.
c.
Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti
lain yang berkeinginan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang
sejenis.
2.
Kontribusi Praktis
a.
Bagi calon investor dan analisis keuangan dapat berguna sebagai bahan
dalam mempertimbangkan strategi investasi yang efektif untuk
memprediksi harga saham di masa yang akan datang dan menetapkan
keputusan investasi pada sekuritas saham.
b.
Bagi emiten, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam
mempertimbangkan penetapan keputusan yang berkaitan dengan hargaharga saham pada pasar modal di Indonesia khususnya di Bursa Efek
Indonesia.
c.
Bagi pihak lain, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kondisi pasar modal
Indonesia.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menfokuskan permasalahan, maka ruang lingkup penelitian ini di
fokuskan pada kajian dan pembahasan mengenai pengaruh peristiwa pengesahan
Undang–Undang Tax Amnesty pada tanggal 1 Juli 2016 oleh Presiden Joko Widodo
terhadap abnormal return saham perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Download