4 BAB II LANDASAN TEORI A. PIUTANG Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu 1 tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Menurut Warrent dkk (2005 : 392) istilah piutang “ meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”. Menurut Smith dan Skousen (2005 : 364 ) Piutang dagang (piutang usaha) menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan dalam kegiatan normal biasanya piutang usaha akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehinga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001 : 85) “Piutang dagang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja, yaitu kas – inventory – piutang dagang – kas”. Dari definisi diatas bisa di tarik kesimpulan bahwa piutang dapat dipakai untuk semua tuntutan baik dalam bentuk uang, barang-barang atau jasa-jasa tetapi untuk tujuan akuntansi istilah piutang pada umumnya dipakai dalam arti yang sempit untuk menujukkan tuntutan yang di harapkan akan diselesaikan dengan penerimaan uang. 5 Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan selalu memiliki piutang. Adapun piutang merupakan unsur yang penting dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan. Prosedur yang wajar dan cara pengamanan yang wajar terhadap piutang bukan saja keberhasilan perusahaan, tetapi juga memelihara hubungan yang baik dan memuaskan langganan. 1. Klasifikasi piutang Pada dasarnya piutang usaha dan piutang lain-lain diharapkan dapat di tagih dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus usaha normal. di klasifikasikan sebagai aktiva lancar tanpa memandang jangka waktu tagihnya. Jumlah penagihan piutang usaha dan penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Istilah piutang usaha mencakup seluruh tagihan uang terhadap individu organisasi atau dipihak debitur yang lain. Piutang yang timbul dalam perusahaan dapat disebabkan oleh berbagai macam jenis transaksi. Umumnya sebagian besar piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Pengklasifikasian piutang menurut IAI (2004 : 94) Menurut sumber terjadinya piutang di golongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha termasuk digolongkan sebagai piutang lain-lain. Sedangkan menurut Smith dan Skousen (2005 : 287 )”Dalam mengklasifikan piutang, perlu dibuat perbedaan yang penting antara piutang 6 dagang dan piutang non dagang (trade and non trade receivables)”. Piutang juga dapat diklasifikasikan menurut lamanya tanggal jatuh tempo. Klasifikasi semacam ini akan menghasilkan piutang lancar atau jangka pendek dan piutang tak lancar atau jangka panjang. a. Sifat dan karakteristik Piutang usaha 1. Piutang Usaha Sebagai Sumber Kas Pada kesempatan lain, perusahaan mungkin saja tidak menghadapi kesulitan keuangan, tetapi ingin mempercepat proses penagihan piutang atu memindahkan resiko kredit dan usaha penagihan kepada pihak lain. Dalam hal ini piutang atas pelanggan dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan (penyediaan dana) Menurut Smith dan Skousen terjemahan Alfonsus Sirait (2005 : 296) : Piutang usaha merupakan bagian siklus operasi normal perusahaan. Kas digunakan untuk membeli persediaan yang pada gilirannya sering dijual secara kredit. Piutang kemudian ditagih, yang menghasilkan kas untuk memulai siklus selanjutnya. Kadangkala perusahaan membutuhkan kas dalam waktu dekat dan tidak dapat menunggu selesainya siklus normal. Piutang usaha biasa di ubah menjadi sebagai berikut : a). Penggadaian piutang usaha Merupakan suatu perjanjian pinjaman dengan penggadaian piutang sebagai jaminan atas pinjaman. Pinjaman tersebut dapat dibuktikan dengan wesel tartulis yang menyatakan penggadaian seluruh piutang tertentu. Pinjaman seringkali diperoleh dari bank 7 atau lembaga pinjaman lainnya dengan menjaminkan atau menggadaikan piutang usaha sebagai jaminan. Dalam penggadaian seluruh piutang, semua piutang usaha berlaku sebagai agunan atas wesel tersebut. Akan tetapi harus dibuat pengungkapan pada neraca, dengan komentar dalam tanda kurung atas jumlah serta sifat piutang yang digadaikan untuk menjamin kewajiban kepada pemberi pinjaman. Apabila terdapat penggadaian piutang tertentu kepada pemberi pinjaman, peminjam hendaknya mentransfer saldo perkiraan tersebut ke suatu perkiraan pengendali buku besar khusus dan mengidentifikasikan secara jelas serta memperhitungkan masing-masing piutang yang digadaikan dalam buku besar pembantu. b). Penjualan piutang usaha tanpa tanggung Renteng Merupakan penjualan piutang tanpa tanggung jawab atas pelunasannya dikemudian hari kepada pembeli atau pihak ketiga, yang biasanya adalah bank atau lembaga keuangan lainnya. Jika piutang dijual tanpa tanggung-renteng (without resourse) maka pembeli menanggung resiko ketertagihan piutang dan setiap kerugian kredit transfer piutang usaha dalam tarnsaksi tanpa tanggung renteng serupa dengan penjulan piutang usaha secara langsung baik dalam bentuk (transfer kepemilikan). Maupun dalam substansinya (transfer pengendalian). 8 Pemaktoran seringkali merupakan bagian dari hubungan kerja berlanjut dimana lembaga keuangan menjalankan fungsi kredit disamping fungsi penagihan. Unit peusahaan akan dibebaskan dari semua aktivitas ini dan penjualan barang akan langsung menghasilkan kas untuk dapat digunakan perusahaan. Oleh karena faktor menyerap kerugian dari piutang yang tak tertagih dan sering kali memikul tanggung jawab kredit dari penagihan, maka beban yang berhubungan dengan pemaktoran umumnya lebih besar dari pada beban bunga atas pinjaman dalam penggadaian penjaminan piutang. Apabila piutang usaha dijual secara tuntas, yakni tanpa tanggung renteng lebih lanjut maka kas di debit, piutang usaha dan saldo penyisihan yang bersangkutan ditutup, serta suatu perkiraan beban didebit untuk beban pemaktoran. Jika sebagian dari harga beli ditahan oleh faktor, berarti piutang tersebut masih menunggu penyelesaian akhir. c). Transfer piutang usaha dengan tetap bertanggung jawab atas pelunasannya Merupakan campuran dari kedua bentuk pembiayaan melalui piutang tersebut di atas. Transfer dengan tanggung renteng bermakna bahwa penerima transfer (bank atau lembaga keuangan) memberi uang kas untuk piutang yang diterima, tetapi mempunyai hak untuk menagihnya dari pelaku transfer jika debitor (pelanggan transferor) tidak melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo. 9 2. Karakteristik Piutang Adapun karakteristik dari piutang usaha adalah sebagai berikut : Kalsifikasi “aktiva lancar” seperti yang diterima secara luas, mencakup semua piutang yang diidentifikasikan dapat tertagih dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasional normal yang minimal lebih panjang. Piutang non dagang meliputi seluruh tipe piutang lainnya. Piutang yang ditimbul bukan dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tidak termasuk dalam kelompok piutang dagang tetapi dikelompokkan tersendiri dengan judul piutang bukan dagang (bukan usaha). Menurut Smith dan Skousen ( 2005 : 296 ) : Piutang usaha merupakan siklus operasi normal perusahaan, kas digunakan untuk membeli persediaan yang pada gilirannya sering dijual secara kredit. Piutang kemudian ditagih yang menghasilkan kas untuk memulai siklus selanjutnya kadangkala perusahaan membutuhkan kas dalam waktu dekat dan tidak dapat menunggu selesainya siklus normal. Piutang usaha (account receivable) normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. 10 b. Jenis-jenis Piutang Tagihan bisa timbul dari berbagai macam sumber , tetapi yang terbesar timbul dari penjualan barang atau jasa. Tagihan-tagihan yang dimiliki dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Tagihan-tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang. 2. Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang wesel. a. Piutang usaha Piutang usaha baru dapat menghasilkan penerimaan kas jika sudah dibayar pada saat jatuh tempo. Pengertian dari piutang usaha itu sendiri menurut Kasmir ( 2008 : 41 ) “Piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lainnya yang memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Piutang ini terjadi akibat dari penjualan barang atau jasa kepada konsumennya secara angsuran ( kredit)”. Sedangkan menurut Marihot Manullang & Derliana Sinaga (2005 : 37) “piutang usaha merupakan segala tagihan dari penjualan barangbarang atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan. Penundaan waktu pembayaran itulah yang dinamakan piutang”. Banyak perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Piutang timbul dari penjualan semacam itu biasanya di klasifikasikan sebagai piutang usaha atau wesel tagih. Piutang 11 ini biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan. b. Wesel Tagih Suatu klaim yang didukung oleh promes atau wesel (janji tertulis untuk membayar sejumlah uang) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan klaim berbentuk piutang usaha. Promes (wesel) ditanda tangani oleh debitur untuk mengakui utang dan setuju untuk membayarnya sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Sebab itu promes atau wesel merupakan klaim yamg lebih kuat dimata pengadilan. Menurut Smith dan Skousen terjemahan Alfosus Sirait (2005 : 301) Promes atau wesel merupakan “janji tertulis tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu” Dalam hal ini jumlah yang terutang harus dibayarkan atas permintaan seseorang atau perusahaan, dokumen itu juga harus di tanda tangani oleh orang atau perusahaan yang membuat janji tersebut. Sementara pihak yang membuat janji disebut pembuat (maker). Dan dengan demikian yang mengeluarkan wesel, disebut penarikan wesel (drawer). Pihak yang akan menerima pembayaran disebut penerima wesel (payee). Promes harus ditandatangani oleh 12 penariknya, wesel yang merupakan perintah membayar ditandatangani oleh pihak yang mengeluarkan perintah (penarik). Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi pencatatan dan pelaporannya dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Tanggal jatuh tempo Tanggal suatu promes atau wesel yang harus dibayarkan. Periode waktu diantara tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo wesel atu promes jangka pendek dinyatakan dalam hari atau bulan. Jika dinyatakan dalam hari, maka tanggal jatuh temponya dinyatakan dalam jumlah hari setelah tanggal penerbitan. Dan apabila jangka waktu wesel dinyatakan dalam jumlah bulan setelah tanggal penerbitan, maka tanggal jatuh temponya ditentukan dengan menghitung beberapa bulan ke muka dari tanggal penerbitan. Contoh : Promes berjangka waktu 3 bulan tertanggal 5 mei maka akan jatuh tempo pada tanggal 5 Agustus. 2. Bunga Promes yang berjangka waktu lebih dari satu tahun umumnya menetapkan bunga yang harus dibayarkan secara satu setengah tahun, kuwartalan, atau jangka waktu lain yang telah ditetapkan. Jika jangka waktu promes kurang dari satu tahun, bunga umumnya dibayar pada saat jatuh tempo. 13 3. Nilai jatuh tempo Nilai jatuh Tempo dari suatu promes adalah jumlah pokok (nilai nominal) ditambah bunga. Jumlah yang harus dibayarkan pada tanggal jatuh tempo dinamakan dengan nilai jatuh tempo (maturity value). c. Piutang Lain-lain Pada dasarnya piutang lain-lain (other receivables) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan. Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. 2. Pengakuan Piutang Usaha Piutang tidak boleh diakui untuk barang dagang yang telah dikirimkan apabila ada perjanjian bahwa pihak pengirim tetap memegang hak atas barang itu sampai ada tanda terima resmi, ataupun untuk barang yang dikirimkan atas dasar konsinyasi dimana pengirim barang tetap memegang hak atas barang tersebut sampai pada barangnya terjual oleh konsinye (consignee), atau tidak dicatat sebagai piutang sampai saat dimana barang-barang tadi sudah dijual. Menurut Smith dan Skousen terjemahan Alfonsus Sirait (2005 : 288), 14 Pengakuan piutang usaha bertalian dengan pengakuan pendapatan. Karena pendapatan pada umumnya dicatat ketika proses menghasilkan laba telah selesai dan kas terealisasi atau dapat terealisasi, maka piutang yang berasal dari penjualan barang umumnya diakui pada waktu hak milik atas barang beralih ke pembeli. Piutang yang timbul dari penjualan angsuran, akan dipisahkan menjadi aktiva lancar dan tidak lancar, tergantung pada jangka waktu angsuran tersebut, apabila lebih dari satu tahun maka tidak dilaporkan dalam kelompok aktiva lancar, tetapi masuk kelompok aktiva lainnya. 3. Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha Piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa harus dilaporkan menurut nilai bersih yang dapat direalisasikan atau nilai tunainya. Ini menunjukkan bahwa piutang harus dicatat bersih dari setiap potongan yang diharapkan akan diambil dari cadangan dan return penjualan yang diharapkan. Tujuannya adalah untuk mencapai jumlah tagihan yang diharapkan dari debitur dan dikumpulkan dalam bentuk kas. “Piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih dikurangi jumlah bersih yang akan diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas” ( Soemarso 2004 : 387). Konsep penilaian demikian menunjukkan bahwa aktiva harus dinilai sebesar manfaat yang akan diterima dimasa mendatang. Walaupun piutang telah dinilai sebesar jumlah bersihnya (setelah dikurangi penyisihan piutang tak tertagih) namun biasanya kedua piutang tersebut dapat disajikan. 15 Masalah utama dalam pencatatan piutang yang tidak tertagih adalah penetapan waktu untuk mencatat kerugian. Dua prosedur umum digunakan dalam pencatatan piutang tak tertagih meliputi : a. Metode Penyisihan (allowance method) Merupakan suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai beban dan pengurang tidak langsung terhadap piutang usaha (melalui kenaikan akun penyisihan) dalam periode dimana penjualan itu dicatat. Kebanyakan perusahaan menggunakan metode penyisihan untuk mengestimasi besarnya piutang tak tertagih. 1. Penetapan Penyisihan untuk Piutang Tak Tertagih Dalam menggunakan metode penyisihan, jumlah piutang yang diestimasikan tidak akan tertagih dicatat dengan mendebit beban piutang tak tertagih dan mengkredit penyisihan untuk piutang tak tertagih. Maka ayat jurnalnya : Beban Piutang Tak Tertagih XX Penyisihan untuk Piutang Tak Tertagih XX Beban tersebut akan dilaporkan sebagai beban penjualan atau beban umum dan administrasi serta perkiraan penyisihan akan ditunjukkan sebagai pengurangan atas piutang usaha, sehingga piutang akan dilaporkan pada jumlah bersih yang dapat direalisasikan. Saldo beban 16 piutang tak tertagih biasanya dilaporkan dalam laporan laba-rugi periode berjalan sebagai beban administrative. 2. Penghapusan Piutang Tak Tertagih Apabila piutang usaha dari pelanggan dapat dipastikan tak tertagih sama sekali, maka piutang tersebut dihapus dengan mendebit perkiraan penyisihan, yang sebelumnya telah dibentuk dan mengkreditkan piutang usaha dengan Ayat jurnalnya : Penyisihan Piutang Tak Tertagih XX Piutang Usaha XX Akun penyisihan akan memiliki saldo kredit pada akhir periode jika penghapusan yang dilakukan selama periode tersebut lebih kecil dari saldo awal, sebaliknya akun penyisihan akan memiliki saldo debet jika penghapusan lebih besar dari saldo awal. Piutang usaha yang telah dihapuskan dari akun penyisihan mungkin saja dapat ditagih di kemudian hari. Maka piutang tersebut harus ditimbulkan kembali dengan ayat jurnal yang merupakan kebalikan dari ayat jurnal penghapusan. Sementara kas yang diterima sebagai pembayaran harus dicatat sebagai penerimaan pembayaran piutang dengan ayat jurnalnya sebagai berikut Untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapuskan sebelumnya Piutang Usaha Penyisihan Piutang Tak Tertagih XX XX 17 Untuk mencatat penagihan piutang Kas XX Piutang Usaha XX 3. Estimasi Piutang Tak Tertagih Estimasi Piutang tak tertagih biasanya didasarkan pada 2 (dua) bagian, meliputi : a. Estimasi Piutang Tak Tertagih Berdasarkan Penjualan Piutang usaha diperoleh dari hasil penjualan kredit. Oleh karenanya jumlah penjualan kredit selama suatu periode biasa digunakan untuk mengestimasikan jumlah beban piutang tak tertagih. Metode estimasi berdasarkan penjualan tersebut menekankan penandingan antara beban piutang tak tertagih dengan penjualan sepanjang periode terkait. Jadi metode ini memberi tekanan yang lebih besar pada laporan laba rugi dari pada neraca. % kerugian piutang = Piutang tak tertagih tahun sebelumnya Penjualan tahun sebelumnya Taksiran kerugian piutang = % kerugian piutang Penjualan tahun sekarang b. Estimasi Piutang Tak Tertagih Berdasarkan Analisis Piutang Semakin lama peredaran piutang usaha semakin kecil kemungkinan piutang tersebut akan tertagih, maka dari itu kita bisa berdasarkan 18 estimasi piutang tak tertagih pada seberapa lama piutang tersebut telah beredar. Dalam hal ini kita dapat menggunakan proses yang dinamakan penentuan umur piutang usaha (aging the receivables). Titik awal dalam menentukan umur adalah tanggal jatuh tempo diklasifikasikan menurut beberapa lama piutang tersebut telah jatuh tempo. Prosedur alternatif adalah dengan mengembangkan serangkaian estimasi persentase ketidak tertagihan dan menggunakan pada klasifikasi piutang yang berbeda. Estimasi beban piutang tak tertagih berdasarkan analisis piutang menekankan nilai realisi bersih sekarang dari piutang. 4. Koreksi terhadap Penyisihan Piutang Tak Tertagih Saldo penyisihan untuk piutang tak tertagih dibentuk dan dibukukan melalui pencatatan ayat jurnal penyesuaian pada penutupan setiap periode akuntansi. Jika penyisihan terlalu besar dari ketentuan, saldo perkiraan akan membengkak secara cuma-cuma dan laba akan terlalu kecil. Jika penyisihan terlalu kecil, saldo perkiraan penyisihan akan kurang memadai dan laba akan terlalu besar. Jika piutang tak tertagih menurut pengalaman dapat dijadikan patokan untuk memperkirakan antisipasi kerugian, prosedur penyisihan dapat cukup memuaskan dan tak perlu dilakukan penyesuaian. Jika telah terjadi kegagalan untuk mengestimasi piutang tak tertagih dengan cukup memuaskan jumlah penyisihan yang dihasilkan dengan sendirinya menjadi tidak memadai atau terlalu besar dan diperlukan penyesuaian. 19 5. Diskon Pelanggan seringakali mengutip harga berdasarkan daftar atau katalog harga yang menyediakan diskon dagang atau kuantitas. Diskon dagang (trade discount) semacam itu digunakan untuk menghindari perubahan yang sering terjadi dalam katalog. Potongan dengan mengurangi harga jual yang berlaku menjadi harga jual bersih yang benar-benar dibebankan kepada pelanggan. Harga bersih ini adalah jumlah yang harus dicatat untuk piutang usaha dan pendapatan.. Jenis diskon lain adalah potongan tunai atau diskon penjualan (sales discount) diberikan sebagai perangsang agar pembeli melakukan pembayaran secepatnya. Diskon semacam ini dinyatakan dalam bentuk istilah seperti 2/10, n/30 (diskon 2% jika dibayarkan dalam10 hari, jumlah kotor jatuh tempo dalam 30 hari) 6. Retur Penjualan dan Pengurangan Harga Ada kemungkinan sejumlah barang akan dikembalikan (diretur) dan sejumlah pengurangan harga harus diberikan karena faktor-faktor seperti barang yang kurang sempurna atau cacat, kerusakan barang selama pengiriman. Jika barang di kembalikan atau diperlukan pengurangan harga, penjualan bersih dan piutang usaha akan berkurang. b. Metode Penghapusan Piutang Langsung Tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat 20 dengan mengkredit Piutang Usaha dan mendebet Beban Piutang Tak tertagih. Berdasarkan metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih tidak dicatat sampai piutang tersebut diputuskan tidak akan tertagih lagi. Jadi akun penyisihan dan ayat jurnal penyesuaian tidak di perlukan pada akhir periode. 4. Penagihan Piutang Usaha Perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit yang panjang cendrung memiliki jumlah piutang usaha yang relative tinggi dibandingkan perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit yang pendek. Namun dalam kedua situasi diatas adalah penting untuk menagih piutang secepat mungkin. Dua ukuran keuangan yang sangat berguna dalam mengevaluasi efisiensi penagihan piutang yaitu : 1. Perputaran Piutang Usaha Mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun. Menurut Arthur J. Keown “Rasio perputaran piutang usaha adalah perbandingan antara jumlah penjualan kredit selama satu tahun dengan rata-rata piutang”. Sedangkan menurut Darsono Prawironegoro (2007 : 95) Recievable turnover adalah : “kemampuan dana yang berputar dalam satu periode tertentu makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan “. 21 Sebagai contoh, dengan ketentuan kredit 2/10, n/30 piutang usaha harus berputar sedikit diatas 12 kali dalam setahun. Perputaran piutang usaha dihitung sebagai berikut : Perputaran Piutang Usaha = Penjualan Kredit Bersih Piutang Usaha rata-rata 2. Jumlah hari penjualan dalam piutang (number of days receivables) merupakan estimasi lamanya piutang usaha beredar. Dengan ketentuan kredit 2/10, n/30, jumlah hari penjualan dalam piutang harus lebih rendah dari 30 hari. Hal ini dihitung sebagai berikut Jumlah Hari Penjualan Dalam Piutang = Piutang usaha, akhir tahun Penjualan kredit rata-rata harian B. LIKUIDITAS Setiap perusahaan haruslah mempunyai laporan keuangan yang baik karena dengan adanya laporan keuangan, maka dapat diketahui apakah perusahaan tersebut termasuk perusahaan yang mengalami kemajuan dan dapat dipercaya untuk mengelola perusahaan dengan sebaik-baiknya. Likuiditas perusahaan menunjukkan pada kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang usaha dan persediaan. 22 Maka dapat dikatakan pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai disatu pihak dengan hutang lancar dilain pihak-pihak (likuiditas badan usaha) juga dengan pengeluaran untuk menyelenggarakan perusahaan dilain pihak (likuiditas perusahaan). 1. Pengertian Likuiditas Pengertian Likuiditas menurut Muslich (2003 : 48) : Rasio yang menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera di konversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai, serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh. Sedangkan definisi rasio Likuiditas menurut Munawir (2004 : 239) adalah : “rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai operasi dan memenuhi kewajiban finansiil pada saat ditagih “ Suatu perusahaan dianggap likuid apabila mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya dan mempunyai alat pembayaran/aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang/ kewajiban lancarnya. Sebaliknya suatu perusahaan dianggap tidak likuid (ilikuid) apabila tidak dapat dengan segera dengan memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih atau dengan segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih atau dengan kata lain jumlah aktiva lancarnya lebih kecil dari pada jumlah hutang/kewajiban lancarnya. Untuk menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan, dapat digunakan rasio likuiditas. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur 23 kemampuan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Dengan analisa likuiditas, maka dapat diketahui posisi keuangan jangka pendek. Efektivitas penggunaan modal kerja, tingkat kredit yang menguntungkan bagi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek tepat pada waktunya, sehingga perusahaan khususnya bagi pimpinan perusahaan mempunyai pertimbangan untuk mengambil keputusan yang akan dilaksanakan pada periode selanjutnya. 2. Rasio-rasio dalam Likuiditas Rasio keuangan yang banyak dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas sebuah perusahaan yaitu : a. Current Ratio (Rasio Lancar) Menurut Husnan dan Enny (2004 : 72) definisi rasio lancar adalah : “rasio yang mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa di pakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya”. Sedangkan menurut Agnes Sawir (2005 : 302) rasio lancar adalah : “rasio yang menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang ”. Current Ratio = Aktiva Lancar x 100 % Hutang Lancar 24 Nilai rasio lancar yang makin meningkat dari satu periode ke periode berikutnya menunjukkan adanya perbaikan dalam posisi keuangan. Suatu rasio lancar yang baik adalah 2, yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki Rp 2 dalam aktiva lancar untuk kewajiban lancar sebesar Rp 1. b. Quik Ratio (Rasio Cepat) Definisi rasio cepat menurut Sofyan Syafri (2004 : 302) adalah : “ rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar”. Perbandingan antara (aktiva lancar dikurangi persediaan) dengan pasiva lancar. Aktiva lancar dikurangi persediaan ini menunjukkan jumlah kekayaan yang dalam jangka pendek sudah hampir dipastikan dapat dijadikan uang. Quik Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan x 100 % Hutang Lancar Penalarannya bagi kreditur jangka pendek semakin besar rasio cepat ini akan semakin memberikan pengamanan baginya, akan tetapi bagi perusahaan besarnya rasio ini harus ada batasnya karena penggunaan dana dalam jumlah yang melebihi ukuran untuk ditanamkan dalam komponen kas dan equivalent, surat berharga dan piutang merupakan penanaman dana yang tidak produktif. 25 c. Cash Ratio Definisi rasio kas menurut Agnes Sawir (2005 : 10) adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas”. Cash Ratio = Cash dan Equivalent x 100 % Current Liabilities Perbandingan antara kas dan equivalent dengan current liabilities. Ratio ini menunjukkan bahwa kekayaan perusahaan dalam bentuk uang cash dan equivalent ada sekian kalinya pinjaman perusahaan yang segera dapat ditagih. Penalaran adalah penyediaan uang kas dan sejenisnya bagi perusahaan dalam jumlah yang besar adalah suatu tindakan yang mengikuti, karena investasi dalam bentuk uang kas adalah tidak produktif sama sekali, begitu juga sebaliknya penyediaan kas dalam kebutuhan yang sebenarnya juga akan menyulitkan likuiditasnya. d. Inventory Turnover Kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. Inventory turnover merupakan perbandingan antara penjualan dengan persediaan, Inventory Turnover dapat dihitung dengan cara : Inventory Turnover = Penjualan Rata-rata Persediaan 26 Hari Rata-rata Pengumpulan Persediaan = 360 Inventory Turnover Persediaan bagi suatu perusahaan mempunyai kedudukan yang sangat penting baik dalam jumlah maupun perannya, jumlah (nilai) persediaan umumnya relative besar diantara unsur-unsur aktiva lancar, sedangkan peranan persediaan adalah sebagai sumber utama pendapatan perusahaan melalui penjualan barang, tingkat perputaran persediaan yang rendah menunjukkan kelebihan persediaan, sedangkan tingkat perputaran persediaan yang cepat menunjukkan ketidaksesuaian persediaan yang dapat menyebabkan kerugian. C. Pengaruh Antara Piutang Usaha Dengan Tingkat Likuiditas Perusahaan Pemberian piutang dimaksudkan untuk meningkatkan volume penjualan yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan sehingga kemampuan perusahaan dalam menghasikan laba cukup tinggi. Oleh karena itu, jika suatu perusahaan melakukan pemberian piutang dengan tujuan untuk mencapai peningkatan laba yang tinggi, maka perusahan tersebut harus memperhitungkan piutang yang timbul karena penjualan secara kredit. Penjualan mempengaruhi besarnya piutang, oleh kerenanya di usahakan agar piutang tersebut cepat kembali menjadi uang tunai atau kas. Jika terjadi penumpukkan dana didalam piutang atau piutang tidak cepat kembali, maka tingkat likuiditas perusahaan yang tinggi tidak tercapai. 27 Perputaran piutang menjadi uang tunai dikenal dengan likuiditas piutang. Likuiditas piutang tersebut sangat dipengaruhi oleh resiko kemungkinan piutang macet, yaitu resiko piutang tidak dapat ditagih sama sekali. Setiap perusahaan tidak terlepas dari resiko tersebut, oleh karena itu peranan manajer keredit sangat besar dalam usahanya untuk memperkecil resiko atau bahkan mungkin menghilangkannya. Jadi dapat dikatakan bahwa pemberian kredit atas penjualan kredit akan menyebabkan kebutuhan modal kerja yang meningkat karena terikatnya sejumlah uang tunai dalam inventory yang lebih besar yaitu dalam piutang, terutama jika tingkat resikonya besar atau perputaran piutangnya lambat. Menurut Munawir (2004 : 75) Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata. Tingkat perputaran piutang ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Account Receivable Turnover (Tingkat Perputaran Piutang) Tingkat Perputaran = Penjualan bersih Rata-rata Piutang Hari rata-rata pengumpulan piutang = 360 Tingkat Perputaran Piutang 28 Tingkat perputaran piutang usaha dan periode penagihan akan berguna jika dibandingkan dengan rata-rata industri atau dengan perjanjian kredit yang diberikan perusahaan. Jika periode penagihan dibandingkan dengan perjanjian penjualan yang diberikan perusahaan, kita dapat menilai berapa pelanggan yang melunasi piutang tepat waktu. Misalnya, jika perjanjian kredit biasa adalah 40 hari, maka periode penagihan rata-rata selama 75 hari mencerminkan satu atau lebih kondisi berikut : 1. Upaya penagihan yang buruk 2. Penundaan pembayaran dari pelanggan 3. pelanggan dalam kesulitan keuangan kondisi pertama membutuhkan tindakan koreksi manager, sementara penyebab lainnya mencerminkan baik kualitas maupun likuiduitas piutang dan membutuhkan tindakan yang lebih hati-hati dan bijak dari manajer.