1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jarak pagar (Jatropha curcas L., termasuk dalam famili Euphorbiaceae) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Tanaman ini banyak ditemukan di Afrika Selatan, Afrika Tengah, India Selatan, dan Asia Tenggara. Jarak pagar merupakan tanaman multifungsi yang memiliki banyak manfaat dan potensi dan dapat hidup pada daerah hujan dataran rendah sampai dataran tinggi. Daun jarak pagar lazim dimanfaatkan untuk mengatasi perut kembung. Ada pula yang menggunakannya untuk pereda panas dengan menempelkan di dahi. Sari pati daunnya dikonsumsi sebagai obat batuk dan antiseptik setelah melahirkan. Tak hanya di Indonesia, di berbagai negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin pun daun jarak berfaedah sebagai obat (Openshaw 2000). Selain minyak biji jarak pagar dapat dipergunakan sebagai biodiesel (Achten & Verchot 2007), daun jarak juga berpotensi digunakan sebagai pakan ternak. Akan tetapi hal tersebut mempunyai kendala yaitu dengan adanya kandungan racun dalam daun jarak yang harus dihilangkan sebelum digunakan sebagai pakan ternak. Senyawa racun di tanaman jarak pagar pada umumnya adalah curcin dan phorbol ester (Bhagya et al. 2008). Spesies-spesies jarak yang racunnya telah diteliti secara luas antara lain Jatropha curcas, J. elliptica, J. glauca, J. gossypifolea, J. aceroides, J. tanoresisi, J. macarantha, J. integerrima, J. glandulifera, J. podagrica, dan J. multifida (Becker et al. 2011). Riset kesehatan menyatakan, bahwa phorbol ester dalam jarak pagar, mampu mengaktifkan protein kinase C (PKC), enzim kunci dalam penyaluran sinyal dan pengembangan sebagian besar sel dan jaringan. PKC mempengaruhi kerja protein pengatur pertumbuhan, saluran ion, dan gen. Jika berlebih PKC dapat memicu tumorgenesis, awal tumbuhnya tumor. Karena itu pemakaian pada manusia tidak boleh sembarangan, harus diawasi ketat. Salah satu aksesi jarak pagar yang daunnya tidak beracun adalah aksesi Meksiko, tetapi memiliki tingkat produksi biji yang rendah bila ditanam di Indonesia dan rendahnya produksi biji dikarenakan oleh rendahnya jumlah bunga betina yang muncul (Komunikasi Pribadi, Triadiati 2009). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa giberelin sebesar 100 ppm berperan dalam memacu jumlah bunga betina dan pembentukan kapsul (buah) pada J.curcas (Makwana & Shukla 2010). Dengan demikian upaya untuk mendapatkan perlakuan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang tepat dalam memacu pertumbuhan dan jumlah bunga betina tanaman jarak pagar aksesi Meksiko perlu dilakukan, guna memperoleh produksi yang tinggi. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi dan jenis Zat Pengatur Tumbuh yang dapat memacu pertumbuhan dan pembentukan bunga betina tanaman jarak pagar aksesi Meksiko. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai Februari 2011 bertempat di Desa Cibeureum, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah stek jarak pagar aksesi Meksiko. ZPT yang digunakan adalah IAA, Giberelin, dan Kinetin. Persiapan Bahan Tanaman Sebanyak 30 stek tanaman jarak pagar aksesi Meksiko yang diambil langsung dari tanaman induknya di Cikampek disiapkan dengan ukuran panjang rata-rata 20 cm. Penanaman Penanaman stek dilakukan dalam polibag berdiameter 15 cm, dengan media tanam (tanah : kompos = 1 kg/1 kg), stek siap dipindah setelah ± 3 Minggu Setelah Tanam (MST). Tanaman dari polibag dipindahkan ke lubang tanam berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dengan jarak tanam sebesar 100 cm. Pupuk kandang diberikan sebanyak kurang lebih 5 kg tiap lubang tanam dan ditambah NPK Mutiara sebanyak 5-10 gram. Perlakuan Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 7 perlakuan ZPT dan 4 ulangan. Aplikasi ZPT diberikan tiap minggu sesuai konsentrasi yang