12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Tinjauan penelitian sebelumnya yang menjadi acuan pertama terhadap penelitian ini adalah tesis yang berjudul Strategi Peningkatan Kinerja Badan Usaha Milik Daerah: Analisis SWOT terhadap PD. Hotel Swarna Dwipa Provinsi Sumatra Selatan yang dilakukan oleh Helena (2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi, kendala dan strategi yang tepat bagi peningkatan kinerja PD. Hotel Swarna Dwipa dengan menggunakan analisis manajemen strategis, untuk memperoleh isu-isu strategis dan berarkhir pada pemunculan strategi yang tepat dan handal. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskripsi kualitatif dengan metode analisis manajemen strategi dan teknik analisis matriks SWOT (Strength Weakness Opportunity Threats Analysis) untuk menemukan isu utama dan strategi yang tepat bagi peningkatan kinerja organisasi PD. Hotel Swarna Dwipa secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat 4 strategi yaitu mengintegrasikan semua komponen yang ada dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan hotel, meningkatkan pemasaran dan diversifikasi produk perhotelan yang ada untuk menarik minat para pelanggan untuk memperoleh semua pelayanan hotel (one way stop strategy), membuka kesempatan kerjasama dengan hotel atau stakeholders lainnya dalam bidang pemasaran atau pemakaian jasa pelayanan hotel secara terintegrasi, memberikan keleluasaan staf atau karyawan dalam berinovasi atau mengembangkan kreaktivitas dalam rangka peningkatan kinerja pelayanan hotel 13 secara optimal. Saran dari hasil penelitian ini adalah untuk mencapai hasil yang optimal dari peningkatan kinerja organisasi Hotel Swarna Dwipa, maka dibutuhkan dukungan penuh dari pihak pemerintah daerah Propinsi Sumatera Selatan sebagai pemilik BUMD ini dengan rnemberikan keleluasaan pihak Direksi Hotel dalam mengembangkan kinerja hotel pada periode yang disepakati, pihak manajemen Hotel Swama Dwipa perlu membuka diri terhadap perubahan lingkungan internal maupun eksternal, termasuk memanfaatkan peluang yang ada pada era globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia saat ini, melakukan upaya peningkatan kinerja organisasi Hotel Swarna Dwipa melalui penggunaan teknologi yang berlaku dalam dunia perhotelan termasuk penggunaan teknologi informasi bagi upaya promosi dan membuka jaringan pemasaran hotel, pihak manajemen Hotel Swarna Dwipa perlu melakukan kerjasama dengan pihak yang terkait (travel biro atau hotel lainnya) bagi event pariwisata yang berdampak pada peningkatan tingkat hunian hotel secara berkesinambungan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mencari potensi, kendala, dan strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja karyawan. Selain itu menggunakan metode penelitian yang sama, yaitu metode penelitian deskripsi kualitatif dengan metode analisis manajemen strategi dan teknik analisis matriks SWOT (Strength Weakness Opputunity Threats Analysis) untuk menemukan isu utama dan strategi yang tepat bagi peningkatan kinerja karyawan.Perbedaannya adalah lokasi penelitian yang dilakukan, selain itu penelitian ini juga menganalisis potensi dan kendala strategi yang sudah diterapkan sehingga memunculkan strategi baru untuk lebih meningkatkan kinerja karyawan juga meminimalisir kendala yang ada. 14 Penelitian yang menjadi acuan kedua adalah skripsi yang berjudul Pelaksanaan Strategi Optimalisasi Kinerja Sumber Daya Manusia di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta yang dilakukan oleh Rahati (2009).Tujuan dari peneilitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan strategi optimalisasi kinerja SumberDaya Manusia bidang pariwisata di dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Surakarta serta faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pelaksanaan strategi tersebut. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif.Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan telaah dokumen sedangkan teknik penarikan sampel menggunakan teknik pupossive sampling.Untuk menganalisis data digunakan teknik analisis data interaktif sedangkan untuk menguji validitas data digunakan triangulasi data. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, strategi optimalisasi kinerja SumberDaya Manusia dilaksanakan dalam bentuk program peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia pariwisata melalui jalur formal dan nonformal, peningkatan peran dan partisipasi Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dalam pembangunan pariwisata, pengembangan standarisasi sistem dan prosedur pelayanan perizinan, peningkatan peran serta Sumber Daya Manusia sektor pariwisata dalam upaya mengoptimalkan event-event seni budaya. Realisasi tersebut dijabarkan dalam kegiatan meliputi pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, berpartisipasi dalam kegiatan kepariwisataan baik yang bertaraf nasional maupun internasional, serta penetapan standard ijin usaha jasa pariwisata. Pelaksanaan kegiatan tersebut sudah baik dalam hal partisipasi Sumber Daya Manusia bidang pariwisata, namun masih menghadapi beberapa hambatan seperti pengelolaan obyek dan daya tarik wisata belum profesional, pemanfaatan jaringan 15 informasi dan promosi pariwisata belum optimal dan lain-lain, meskipun demikian implementasi strategi tersebut tetap memiliki faktor pendukung misalnya adanya partisipasi dari masyarakat sekitar serta dukungan dari instansi terkait. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mencari faktor penghambat dan faktor pendukung dari strategi yang sudah diterapkan, serta jenis penelitian yang merupakan deskriptif kualitatif. Namun selain lokasi yang berbeda, penelitian Rahati menggunakanteknik analisis data purose sampling sedangkan penelitian ini menggunakan teknik analisis SWOT yang menggabungkan faktor pendukung dan faktor kendala dari strategi yang sudah ada untuk digabungkan dan menemukan strategi baru untuk mengoptimalkan Sumber Daya Manusia, yaitu karyawan Conrad Bali. Penelitian yang menjadi acuan ketiga adalah Penerapan StrategiEmployee Relationspada Hotel Elmi Surabaya dalam rangka Peningkatan Kinerja dan Kualitas Karyawan yang dilakukan oleh Rahayu (2011). Tujuan penelitian ini adalah agar Hotel Elmi Surabaya mampu bersaing dengan hotel sejenis, maka diperlukan adanya manajemen yang solid dengan didukung oleh karyawan yang berkualitas dan memiliki kinerja yang baik. Untuk mencapai hal tersebut tentunya diperlukan adanya strategi employee relations yang berguna untuk memotivasi karyawan agar meningkatkan kinerja serta kualitasnya.Penelitian ini bersifat kualitatif dengan teknik penelitian wawancara. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan cara menyebarkan angket yang berupa kuesioner pada seluruh karyawan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dalam kuesioner, diolah untuk kemudian dirujuk dengan teori yang ada. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada 16 umumnya pihak manajemen Hotel Elmi Surabaya telah menyadari dengan sepenuhnya akan pentingnya membangun komunikasi yang baik dengan karyawan.Strategi employee relations telah diterapkan pada lingkungan kerja di Hotel Elmi Surabaya dengan menggunakan bentuk-bentuk kegiatan yang dapat memotivasi karyawan dengan didukung oleh media dan teknik public relations untuk meningkatkan kinerja serta kualitas karyawan dan hasil yang didapat adalah baik.Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk meningkatan kinerja dan kualitas karyawan hotel. Perbedaannya adalah pada penelitian Rahayu hanya berfokus kepada employee relations,sedangkan pada penelitian ini membahas lima strategi peningkatan kinerja karyawan yang sudah diterapkan oleh Conrad Bali sehingga dapat diteliti strategi untu mengoptimalkan kinerja karyawan Conrad Bali.Selain itu, teknik analisis dan lokasi penelitian yang dilakuan oleh Rahayu adalah hal yang membedakan antara penelitian Rahayu dan penelitian ini. 2.2 Deskripsi Konsep 2.2.1 Tinjauan Strategi Strategi menurut Alwi (2005:1092) diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Fathurrahman dan Sutikno (2007:3) mendefinisikan strategi secara bahasa, yakni siasat, kiat, trik atau cara. Sedangkan secara umum strategi adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam konteks pengajaran, Iskandarwassid dan Sunendar (2008:3) mendefiniskan strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik 17 berpikir secara unik untuk dapat menganalisi, memcahkan masalah di dalam mengambil keputusan. Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah kemampuan internal untuk merencanakan dengan tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2.2.2 Tinjauan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia menurut Sumarsono (2003:4) mengemukakan bahwa: “Sumber Daya Manusia atau human resources memiliki dua pengertian.Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha kerja atau usaha kerja tersebut. Mampubekerja berarti mampu melakukan kegiatan bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat.” Mathis & Jackson (2006:3) memiliki definisi Sumber Daya Manusia merupakan rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.Sedangkan Hasibuan (2003:244) berpendapat bahwa Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh individu.Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan terpadu dari daya pikir untuk merancang sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi dalam proses produksi. 2.2.4 Tinjauan Kinerja Karyawan Definisi kinerja karyawan menurut Rivai (2005:15) adalah kesediaan seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan 18 menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Mangkunegara (2009:9) mendefinisikan kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Senada dengan pendapat tersebut, Gomes (dalam Mangkunegara, 2009:9) mengungkapkan kinerja karyawan adalah ungkapan seperti output, efisien serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas. Berdasarkan pendapat ahli di atas, pengertian kinerja dapat simpulkan sebagai sekelompok orang melakukan tugas dan tanggung jawab secara efektif dan sering dihubungkan dengan produktivitas. Kinerja karyawan dapat diukur dengan kriteria yang bermacam-macam. Menurut Gomes (2003:134), indikator pengukuran kinerja karyawan adalah: 1. Quantity of work: Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. 2. Quality of work : Kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. 3. Job knowledge : Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya. 4. Creativeness : Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari tindakantindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul. 5. Cooperation : Kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi) 6. Dependability : Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja tepat pada waktunya. 19 7. Initiative : Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dalam memperbesar tanggung jawabnya. 8. Personal qualities : Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi. Menurut Cascio (2003:336-337), kriteria sistem pengukuran kerja adalah sebagai berikut: 1. Relevan (relavance). Relavan mempunyai makna (1) terdapat kaitan yang erat antara standar untuk pekerjaan tertentu dengan tujuan organisasi, dan (2) terdapat keterkaitan yang jelas antara elemen-elemen kritis suatu pekerjaan yang telah diidentifikasi melalui analisis jabatan dengan dimensi-dimensi yang akan dinilai dalam form penilaian. 2. Sensitivitas (sensitivity). Sensitivitas berarti adanya kemampuan sistem penilaian kinerja dalam membedakan pegawai yang efektif dan pegawai yang tidak efektif. 3. Reliabilitas (reliability). Reliabilitas dalam konteks ini berarti konsistensi penilaian. Dengan kata lain sekalipun instrumen tersebut digunakan oleh dua orang yang berbeda dalam menilai seorang pegawai, hasil penilaiannya akan cenderung sama. 4. Akseptabilitas (acceptability). Akseptablitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya. 5. Praktis (practically). Praktis berarti bahwa instrumen penilaian yang disepakati mudah dimengerti oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses tersebut. 20 Faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu dalam organisasi menurut Mangkunegara (2009:16-17) adalah sebagai berikut: 1. Faktor Individu Secara psikologis, individu yang normail adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Faktor Lingkungan Organisasi Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Menurut Mathis dan Jackson (2006:113-114), ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu: 1. Kemampuan Individual Kemampuan individual karyawan ini mencakup bakat, minat, dan faktor kepribadian. Tingkat ketrampilan, merupakan bahan mentah yang dimiliki seorang karyawan berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, kecakapan interpersonal, dan kecakapan teknis. Dengan demikian, kemungkinan seorang 21 karyawan akan mempunyai kinerja yang baik, jika karyawan tersebut akan menghasilkan kinerja yang baik pula. 2. Usaha yang Dicurahkan Usaha yang dicurahkan dari karyawan bagi perusahaan adalah etika kerja, kehadiran, dan motivasinya. Tingkat usahanya, merupakan gambaran motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Dari itu, kalaupun karyawan mempunyai tingkat ketrampilan untuk mengerjakan pekerjaan, akan tetapi tidak akanbekerja dengan baik jika hanya sedikit upaya. Hal ini berkaitan dengan perbedaan antara tingkat ketrampilan dengan tingkat upaya. Tingkat ketrampilan merupakan cermin dari apa yang dilakukan. 3. Dukungan Organisasional Dalam dukungan organisasional, perusahaan menyediakan fasilitas bagi karyawan dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah apa yang dipengaruhi sebanyak mereka memberikan kontribusi pada organisasi. Gibson (2003:39) berpendapat, ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu : 1. Variabel Individual, terdiri dari: kemampuan dan keterampilan, mental dan fisik, latar belakang (keluarga, tingkat sosial), penggajian dan demografis (umur, asal-usul, jenis kelamin). 2. Variabel Organisasional, terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan. 22 3. Variabel Psikologis, terdiri dari: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi. Mangkunegara (2009:67) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Lebih lanjut Keith Davis (dalam Mangkunegara 2009:67) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah: Human Performance = Ability + Motivation Motivation = Attitude + Situation Ability = Knowledge + Skill 1) Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ rata-rata (110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (right man on the place, right man on the right job). 2) Faktor Motivasi Faktor motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapisituasi kerja.Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, 23 fisik, tujuan, dan situasi) Artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai serta mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja. Simamora (dalam Mangkunega, 2012:14) mengemukakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : 1) Faktor Individual yang terdiri dari: (1) Kemampuan dan keahlian (2) Latar belakang (3) Demografi 2) Faktor psikologis yang terdiri dari: (1) Persepsi (2) Attitude (3) Personality (4) Pembelajaran (5) Motivasi 3) Faktor organisasi yang terdiri dari: (1) Sumber daya (2) Kepemimpinan (3) Penghargaan (4) Struktur (5) Job design Selain faktor di atas, terdapat juga faktor dari lingkungan eksternal yang juga memiliki peranan besar dalam mempengaruhi kinerja karyawan.Menurut Astuti (2011) Lingkungan eksternal adalah institusi atau kekuatan luar yang 24 mempengaruhi kinerja organisasi.Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua komponen, yaitu berikut ini: 1) Lingkungan Khusus Lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang secara langsung relavan terhadap pencapaian tujuan organisasi.Lingkungan khusus, meliputi orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam organisasi (stakeholder), sepeti konsumen, pemasok, pesaing, dan kreditor. 2) Lingkungan Umum Lingkungan umum meliputi berbagai faktor, antara lain kondisi ekonomi, politik dan hukum, sosial budaya, demografi, teknologi, dan kondisi global yang mungkin mempengaruhi organisasi. Penilaian kinerja adalah kontribusi individu (karyawan) pada organisasi tempat mereka bekerja (Bernardin dan Russel dalam Umam, 2010:190191).Sedarmayanti (2011:261) berpendapat bahwa penilaian kinerja adalah sistem formal untuk memeriksa/mengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja seseorang.Menurut Syafarudin Ali (dalam Umam 2010:191) mengemukakan bahwa secara teoritis, tujuan penilaian kinerja dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development. Suatu yang bersifat evaluation harus menyelesaikan: 1) Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi 2) Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision 3) Hasil penilian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan: 1. Prestasi real yang dicapai individu 25 2. Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja 3. Prestasi-prestasi yang dikembangkan Menurut Sedarmayanti (2011:262) menjelaskan bahwa tujuan penilaian kinerja adalah: 1) Meningkatkan kinerja karyawan dengan cara membantu mereka agar menyadari dan menggunakan seluruh potensi mereka dalam mewujudkan tujuan organisasi. 2) Memberikan informasi kepada karyawan dan pimpinan sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan. Umam (2010:101) mengemukakan bahwa kontribusi hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi. Secara terperinci, penilaian kinerja bagi organisasi adalah: 1) Penyesuaian-penyesuian kompensasi 2) Perbaikan kinerja 3) Kebutuhan latihan dan pengembangan 4) Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian,dan perencanaan tenaga kerja 5) Untuk kepentingan penelitian pegawai 6) Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai 2.2.4 Tinjauan Optimalisasi Optimalisasi berasal dari kata optimal, yang berarti terbaik, tertinggi (Depdikbud, 1995:628).Poerwadwadaminta (1997:753) mengemukakan bahwa Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai harapan dengan efektif dan efisien.Menurut Winardi (1999: 363) optimalisasi adalah ukuran yang 26 menyebabkan tercapainya tujuan.Secara umum optimalisasi adalah pencarian nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks. 2.2.5 Tinjauan Hotel Menurut Manurung & Tarmoezi (2001:1) hotel adalah sebuah gedung yang digunakan untuk tempat penginapan dengan tujuan komersial dan menyediakan jasa pelayanan secara profesional bagi para tamu termasuk menyediakan makanan, minuman, dan fasilitas lainnya. Depdiknas (2008) berpendapat hotel adalah bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan, bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum. Sedangkan menurut Bagyono (2012:63) hotel adalah jenis akomodasi yang dikelola secara komersial dan profesional, disediakan bagi setiap orang untuk mendapatkan pelayanan penginapan, makan dan minum serta pelayanan lainnya. Jadi berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa gedung yang digunakan komersil untuk tempat penginapan, menyediakan jasa pelayanan secara profesional. Manurung & Tarmoezi (2001:2-6), mengklasifikasikan jenis hotel berdasarkan besarnya hotel (hotel size), pemakai jasa hotel (hotel target market), mutu pelayanan (level of service), dan cara kepemilikannya (ownership). Masingmasing kategori untuk pengklasifikasiannya akan diurakan sebagai berikut: 27 1) Berdasarkan Besarnya Hotel (Hotel Size) Secara umum, hotel dapat dikategorikan berdasarkan besarnya hotel yang bersangkutan, yakni besarnya jumlah kamar yang dimiliki. Pengklasifikasian hotel berdasarkan kategori ini dibagi atas empat, yakni: (1) Hotel yang memiliki jumlah kamar tidak lebih dari 150 kamar. (2) Hotel yang memiliki jumlah kamar antara 150 hingga 299 kamar. (3) Hotel yang memiliki jumlah kamar antara 300 hingga 600 kamar. (4) Hotel yang memiliki jumlah kamar lebih dari 600 kamar. 2) Berdasarkan Pemakai Jasa Hotel (Hotel Target Market) Banyaknya hotel dikategorikan berdasarkan pemakai jasa hotel, yaitu: (1) Commersial Hotel Commercial hotel adalah hotel yang diperuntukkan khusus bagi para usahawan. Jenis hotel itu biasanya berlokasi di pusat kota atau di daerah bisnis. Walaupun jenis hotel ini diperuntukkan bagi para usahawan, banyak juga grup pelancong atau pelancong pribadi yang tertarik menginap di hotel ini. (2) Airport Hotel Airport Hotel merupakan hotel yang digemari oleh para tamu karena dekat dengan pusat perbelanjaan seperti bandara. Hotel ini menjadi pilihan penginapan para tamu usahawan dan penumpang pesawat terbang yang tiba kemalaman di bandara daerah/negara tujuan atau yang mengalami penundaan penerbangan, serta para awak pesawat terbang. 28 (3) Suite Hotel Suite Hotel merupakan usaha perhotelan yang sangat cepat perkembangannya. Jenis hotel ini mempunyai kamar dengan ciri tersendiri karena kamar tidur yang terpisah dari ruang tamu dan terhindar dari keramaian umum dan hanya menampung lebih sedikit tamu dibanding hotel lainnya. (4) Residential Hotel Residential hotel hampir mirip dengan suite hotel karena jenis hotel ini memiliki kamar tidur, ruang tamu, dan dapur kecil. Jenis hotel ini biasanya disewa untuk waktu lama dan sistem penyewaannya terdiri dari dua pilihan, yakni tamu bisa menyewa hanya gedungnya saja tanpa pelayanan atau menyewa gedung berikut pelayanan. (5) Resort Hotel Resort hotel jenis hotel yang menjadi pilihan orang yang akan berlibur dan menginap lebih lama daripada tamu dihotel lainnya. Hotel ini memiliki ciri khusus yaitu pemandangan indah dan kegiatan yang menyenangkan. (6) Bed and Breakfast Hotel Hotel ini disebut juga dengan B&B Hotel. Hotel jenis ini bervariasi bentuknya, mulai dari bentuk rumah yang terdiri dari beberapa kamar yang dilengkapi dengan fasilitas penginapan sampai bentuk gedung kecil yang memiliki 20 sampai 30 kamar tidur dan menyuguhkan sarapan kepada tamu. 29 (7) Time-Share Hotel Time-Share Hotel atau kondominium merupakan pengembangan usaha perhotelan berupa suatu gedung yang dimiliki oleh perseorangan atau perusahaan yang membentuk suatu asosiasi dan menyewa jasa perusahaan manajemen untuk mengoperasikan gedung tersebut menjadi hotel. (8) Casino Hotel Casino hotel merupakan hotel yang dilengkapi dengan fasilitas judi. Meskipun begitu, hotel ini memiliki kamar mewah, makanan, minuman, dan pelayanan yang mewah guna mendukung pengoperasian perjudian di hotel ini yang berlangsung 24 jam sehari. (9) Conference Center Conference Center merupakan hotel yang dirancang untuk menangani grup yang mengadakan pertemuan. Pada umumnya hotel ini menyediakan akomodasi, tetapi tujuan utama hotel ini adalah untuk memberikan pelayanan yang mendukung keberhasilan penyelenggaraan pertemuan dengan penyediaan peralatan audiovisual dan sound system beserta teknisinya, meja dan kursi yang menyenangkan, dan lain sebagainya. 3) Berdasarkan Mutu Pelayanan (Levels of Service) Cara lain untuk mengklasifikasikan hotel adalah berdasarkan mutu pelayanannya. Mutu pelayanan merupakan salah satu alat ukur atas hotel yang memberikan jasa kepada tamu. Berdasarkan klasifikasi ini ada beberapa hal seputar dasar pelayanan hotel, yaitu: 30 1) Pelayanan yang Tidak Nyata (Itangibility of Service) Sebenarnya produk tak nyata seperti pelayanan yang bermutu yang disuguhkan hotel merupakan kontribusi terbesar dalam pengalaman usaha perhotelan. Produk tak nyata, yakni mutu pelayanan tidak kalah pentingnya dengan produk nyata seperti makanan enak bagi tamu pada waktu mereka menikmati hidangan yang mereka peroleh. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produk tak nyata, yakni mutu pelayanan merupakan daya pikat yang kuat, jelas, dan tepat bagi usaha perhotelan. 2) Jaminan Mutu (Quality Assurance) Tantangan terbesar yang dihadapi oleh usaha perhotelan sekarang ini adalah pengawasan mutu berbagai pelayanan/servis. Pelaksanaan servis/pelayanan yang mantap merupakan servis yang memberikan jaminan mutu. Jadi kemantapan dalam melakukan tugas oleh petugas hotel merupakan kunci untuk menghasilkan mutu pelayanan. Kunci untuk kemantapan dalam melaksanakan tugas adalah fasilitas yang memenuhi syarat dan usaha perhotelan dapat dibahas berdasarkan tiga dasar mutu pelayanan, yaitu: world-class service (menawarkan servis/pelayanan kelas dunia), mid-range servis (menawarkan servis kelas menengah), dan economy/limited service. 4) Berdasarkan Cara Kepemilikan (Ownership) Cara lain untuk mengklasifikasian hotel adalah berdasarkan sistem kepemilikan. Berdasarkan sistem ini, hotel dapat dibagi menjadi dua, seperti sebagai berikut: 31 1) Independent Hotel Independent hotel adalah hotel yang tidak memiliki kerja sama kepemilikan atau pun manajemen dengan hotel lain. 2) Chain Hotel Chain hotel hotel berantai) terdiri atas beberapa bentuk sesuai dengan asosiasi tempat hotel tersebut bergabung. Macam hotel berantai adalah: parent company, management contract, franchise dan referral group hotels. Sedangkan Bagyono (2012:62) berpendapat akomodasi dapat dibedakan meliputi: 1. Hotel Hotel adalah akomodasi yang dikelola secara komersial dan profesional, disediakan bagi setiap orang untuk mendapatkan pelayanan penginapan, makan dan minum serta pelayanan lainnya. 2. Motel Motel adalah jenis akomodasi yang dirancang khusus untuk orang-orang atau tamu yang tengah melakukan perjalanan dengan mengendarai mobil. Kata motel berasal dari kata “Motor Hotel” atau Motor Inn, “Motor Court” atau “Motor Lodge”. Ciri-ciri motel: 1) Memiliki tempat parkir atau garasi untuk tiap kamar. 2) Bangunan berbentuk bungalow, cottage, atau villa. 3) Berada di tepi jalan raya yang menghubungkan dua kota dan objek wisata. 4) Lokasinya dekat dengan bengkel, pencurian mobil dan pompa bensin. 32 5) Fasilitas kamar dilengkapi dengan kulkas kecil dan perlengkapan makan pagi. 6) Terdapat tempat bermain anak. 3. Losmen Losmen yang berasal dari kata “Lodgement” adalah suatu usaha komersial yang menggunakan seluruh atau sebagian dari bangunan yang khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan. 4. Pondok Remaja (Youth Hostel) Pondok remaja yaitu jenis akomodasi yang dirancang khusus dan disediakan untuk para remaja, pelajar serta mahasiswa yang sedang melaksanakan study tour, kunjungan dan lain-lain. Youth hotel biasanya menyediakan kamar tidur yang dapat diisi oleh lebih dari dua orang per kamar dan tarif kamarnya pun relatif murah. 5. Bumi Perkemahan (Camping Ground) Bumi perkemahan yaitu acara perkemahan yang disediakan sebagai sarana akomodasi. 6. Pondok Wisata atau Wisma (Guest House atau Homestay) Pondok wisata adalah rumah-rumah pribadi yang disewakan kepada wisatawan. 7. Inn Kata inn pada dasarnya memiliki arti yang hampir sama dengan kata “Hotel”. Inn merupakan cikal bakal terbentuknya hotel. 33 8. Marina atau Boatel atau Nautel Boatel ialah jenis akomodasi yang dibangun secara permanen dipermukaan air (sungai, danau, laut dan lain-lain), sedangkan letak menuju ke tempat tersebut biasanya dihubungkan dengan jembatan atau naik kapal. 9. Holiday Flatlets Holiday Flatlets ialah suatu jenis akomodasi yang merupakan perpaduan antara bentuk rumah susun (Flat) dan para tamu dapat menyewa secara mingguan. 10. Holiday Camps Holiday Camps adalah akomodasi yang merupakan perpaduan antara pondok wisata dan wisma. 11. Chalet Chalet adalah akomodasi yang sebagian bangunannya terbuat dari bahan kayu dan berlokasi di sepanjang lereng pegunungan. Chalet dapat ditemukan di Switzerland. 12. Floating Hotel (Hotel Terapung) atau Marine Hotel Hotel terapung adalah kapal pesiar yang dilengkapi dengan fasilitas kamar, restoran dan bar seperti layaknya hotel berbintang. 13. Apartment Apartment ialah jenis akomodasi yang disewakan untuk umum dengan jangka waktu tinggal cukup lama. 34 14. Mess Mess adalah jenis akomodasi yang biasanya dimiliki oleh suatu perusahaan tertentu dan disediakan untuk karyawannya dengan sewa kamar yang sangat murah.