KEPADATAN POPULASI Helicoperva armigera

advertisement
KEPADATAN POPULASI Helicoperva armigera (Hubner) (Lepidoptera:
Noctuidae) PADA TANAMAN TOMAT DI KAMPUNG BATU
KECAMATAN DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK
Oleh
Suherlinda, Jasmi, dan Elza Safitri
Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan IlmuPendidikan
(STKIP) PGRI Sumatera Barat
[email protected]
ABSTRACT
Population of fruit caterpillar (Helicoperva armigera) on tomato plants can reduce yield.
In the area of Kampung Batu Danau Kembar District of Solok is the most widely caterpillars cause
damage to tomato plants. Based on the data obtained from the UPTD Kampung Batu District of
Solok, in 2013 stated that in 2011 the production of tomatoes in the amount of 85.46 tons and
declined in 2012 to 69.16 tons. In connection with the matter, has done research on population
density Helicoperva armigera (Lepidoptera:Noctuidae) on tomato plants in Kampung Batu Danau
Kembar District of Solok which aims to determine the population density Helicoperva armigera
on tomato plants in Kampung Batu Danau Kembar District of Solok.The study started from
August to September 2013 with a descriptive survey method is by way of direct collection of the
Helicoperva armigera larvae at the site of research. Field sampling was conducted on tomato
plants age of 3 months and 4 months after planting. Physical environmental factors measured are
temperature and humidity. Widely used as a study area of about 30 x 20 m. From the research that
has been conducted in Kampung Batu Danau Kembar District of Solok acquired traits Helicoperva
armigera found on tomato plants in Kampung Batu Danau Kembar District of Solok are long of
caterpillar that is found at the age of 3 months and 4 months ranged from 1.5 cm to 3 cm, color of
caterpillars were found ranging from yellow-green to brown. The highest population density of
fruit caterpillar on tomato plants aged 3 months after planting is 5.40 individual/stem, while the
lowest population density of fruit caterpillars on tomato plants aged 4 months after planting is 2.70
individual/stem.
Keyword: Helicoperva armigera, tomato, population, density
PENDAHULUAN
Tanaman tomat merupakan salah satu
sayuran yang terpenting karena selain dapat
dimakan sebagai buah segar, buah tomat juga
digunakan sebagai campuran bumbu masak,
saus dan sebagainya. Dalam 100 gr buah tomat
terkandung air sebanyak 4,1 gr, serat 0,8 gr,
abu 0,6 gr, Ca 18,0 mg, Fe 0,8 mg, Na 4,0 mg,
K 266,0 mg, Niasin 0,60 mg, vitamin A 735
IU, tiamin 0,06 mg, riboflavin 0,04 mg, dan
asam askorbat 29,0 mg (Ashari, 1995).
Salah satu hama yang menyerang
tanaman tomat adalah ulat buah (Helicoperva
armigera). Larva (ulat) menyerang tanaman
tomat dengan cara membuat lubang pada buah
dan masuk kedalamnya, buah yang terserang
menjadi busuk lunak dan jatuh ke tanah.
Serangan ulat buah ditandai oleh adanya
lubang-lubang pada buah tua dan buah
gampang busuk. Ulat ini sudah menyerang
sejak buah tomat masih kecil (Nazaruddin,
2000). Buah yang dilubangi juga bisa terkena
infeksi, sehingga buah menjadi busuk lunak
dan jatuh ke tanah. Jika buah tomat yang
terserang dibuka terkadang ulat masih terdapat
didalamnya, seringkali larva juga menyerang
pucuk dan melubangi cabang tanaman.
Serangan ulat buah ini ditandai oleh adanya
lubang-lubang pada buah muda maupun buah
tua, buah yang sudah dilubangi menjadi cacat
dan berwarna cokelat, buah yang dilubangi
juga bisa terkena infeksi sehingga buah
menjadi busuk dan jatuh ke tanah (Agromedia,
2007).
Helicoperva armigera merupakan
salah satu hama penting pada tanaman tomat
yang mempunyai daerah penyebaran cukup
luas. Serangga tersebut dapat ditemukan
hampir diseluruh daerah tropik dan juga
daerah-daerah yang beriklim sedang seperti
Asia, Eropa, Amerika Utara dan Hawaii. Di
Indonesia, Helicoperva armigera dapat
ditemukan didataran rendah sampai ketinggian
2000 meter di atas permukaan laut (Kalshoven,
1981).
Warna larva bervariasi dari hijau,
hijau kekuning-kuningan, hijau kecoklatcoklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada
badan ulat bagian samping ada garis
bergelombang memanjang, berwarna lebih
muda. Pada tubuhnya kelihatan banyak kutil
dan berbulu. Larva ini terdiri dari lima instar,
lama stadium larva berkisar antara 12-25 hari.
Pupa dibentuk dalam tanah, pupa yang baru
terbentuk berwarna kuning, kemudian berubah
kehijauan dan akhirnya berwarna kuning
kecoklatan. Lama stadium pupa adalah 15-21
hari, imagonya berupa ngengat, panjang sayap
ngengat bila dibentangkan lebih kurang empat
cm dan panjang badan 1,5-2 cm (Matnawy,
1989). Tingkat populasi larva Helicoperva
armigera dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti keadaan iklim, musuh alami dan
tanaman inang. Pada musim kemarau,
perkembangan populasi larva sangat cepat dan
berbeda dengan keadaan pada musim
penghujan. Hal ini memberikan petunjuk
bahwa perbedaan musim atau perbedaan curah
hujan berpengaruh terhadap perkembangan
populasi
larva
Helicoperva
armigera
dilapangan (Lukefahr, 1981).
Rendahnya produksi tomat disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya adalah ulat
buah (Helicoperva armigera). Di daerah
Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar
Kabupaten Solok ulat ini paling banyak
menimbulkan kerusakan pada tanaman tomat.
Berdasarkan data yang didapatkan dari UPTD
Kecamatan Kampung Batu Kabupaten Solok,
pada tahun 2013 menyatakan bahwa pada
tahun 2011 produksi tanaman tomat yaitu
sebesar 85,46 ton dan menurun pada tahun
2012 menjadi 69,16 ton.
Penelitian
tentang
Helicoperva
armigera ini sudah umum dilakukan
diantaranya Wiwin Setiawati (1991) telah
melakukan penelitian tentang daur hidup ulat
buah
tomat
Helicoperva
armigera
(Lepidoptera: Noctuidae). Penelitian tentang
Kepadatan Populasi Helicoperva armigera
(Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman Tomat
di Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar
Kabupaten Solok belum ada dilakukan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka telah
dilakukan penelitian tentang Kepadatan
Populasi Helicoperva armigera (Lepidoptera:
Noctuidae) pada tanaman tomat di Kampung
Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten
Solok.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
metode survey deskriptif yaitu dengan cara
koleksi langsung terhadap Helicoperva
armigera. Pengambilan sampel di lapangan
dilakukan pada tanaman tomat berumur tiga
bulan dan empat bulan setelah tanam, luas
areal yang akan dijadikan tempat penelitian
sekitar 30x20 m. Untuk pengambilan sampel
pertama terdapat 10 bedengan, untuk
pengambilan sampel kedua terdapat 10
bedengan. Jarak antara bedeng yang satu
dengan yang lainnya ±30 cm. Dalam tiap
bedengan terdapat 50 baris tanaman tomat.
Jarak tanaman tomat yang satu dengan yang
lainnya sekitar 15–20 cm dan lebar bedengan
lebih kurang 100 cm. Tiap bedengan diambil
10 tanaman secara purposive sampling yang
akan dijadikan sebagai sampel penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari
yaitu pukul 06.00 WIB
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ciri-ciri Helicoperva armigera yang
ditemukan pada tanaman tomat di Kampung
Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten
Solok yaitu panjang ulat berkisar antara 1,5 cm
sampai dengan 3 cm, warna tubuh mulai dari
hijau kekuningan, hijau, coklat, dan hitam.
Gambar 2.Larva Helicoperva armigera
(Hubner)
Hasil penelitian tentang kepadatan
populasi Helicoperva armigera pada tanaman
tomat di Kampung Batu Kecamatan Danau
Kembar Kabupaten Solok, ditampilkan pada
Gambar 3 Lampiran 2.
Kepadatan Individu/ Batang
6
5,40
5
4
2.70
3
2
1
0
II
B
I
A
Umur Tanaman
Gambar 3: Diagram Kepadatan populasi
Helicoperva armigera pada tanaman Tomat A:
umur tanaman tomat 3 bulan setelat tanam, B:
umur tanaman tomat 4 bulan setelah tanam.
Tabel 1. Hasil rata-rata pengukuran
faktor fisik lingkungan dari bulan Juni sampai
September di Kampung Batu Kecamatan
Danau Kembar Kabupaten Solok.
Faktor
fisik
Suhu 0C
Kelemba
ban %
Keadaan
Cuaca
Juni
20,5
70
Geri
mis
Bulan
Juli
Agust
us
25
25
50
50
Cerah
Cerah
Septe
mber
20,5
70
Geri
mis
Pada Gambar 3 dan Lampiran 2 dapat
dilihat bahwa kepadatan populasi ulat buah
tertinggi pada tanaman tomat umur tiga bulan
yaitu 5,46 individu/batang, sedangkan pada
tanaman tomat umur empat bulan kepadatan
populasinya yaitu 2,70 individu/batang.
Tingginya kepadatan populasi ulat buah pada
tanaman tomat umur 3 bulan diduga karena
faktor cuaca yang cerah, menurut Lukefahr
(1981) pada musim kemarau, perkembangan
populasi larva sangat cepat dan berbeda dengan
keadaan pada musim penghujan. Hal ini
memberikan petunjuk bahwa perbedaan musim
atau
perbedaan
tingkat
curah
hujan
berpengaruh terhadap perkembangan populasi
larva Helicoperva armigera dilapangan.
Populasi telur dan larva serta
kerusakan buah pada musim kemarau jauh
lebih tinggi dibandingkan musim hujan. Larva
instar 1 dan 2 lebih menyukai makan daun dan
kuncup bunga, sedangkan larva instar 3,4 dan 5
menyukai buah. Larva instar 3 mampu merusak
rata-rata 2-4 buah berukuran kecil hingga
sedang, larva instar 4 dan 5 mampu merusak
rata-rata 3,3 buah berukuran besar (Ladaha,
1997). Pada tomat umur 3 bulan setelah tanam
keadaaan cuaca di Kampung Batu Kecamatan
Danau Kembar Kabupaten Solok cerah dengan
suhu 25℃ dan kelembaban 50%. Keadaan ini
sangat menunjang perkembangan larva
Helicoperva armigera.
Populasi telur dan larva serta
kerusakan buah pada musim kemarau jauh
lebih tinggi dibandingkan musim hujan. Larva
instar 1 dan 2 lebih menyukai makan daun dan
kuncup bunga, sedangkan larva instar 3,4 dan 5
menyukai buah. Larva instar 3 mampu merusak
rata-rata 2-4 buah berukuran kecil hingga
sedang, larva instar 4 dan 5 mampu merusak
rata-rata 3,3 buah berukuran besar (Ladaha,
1997). Pada tomat umur 3 bulan setelah tanam
keadaaan cuaca di Kampung Batu Kecamatan
Danau Kembar Kabupaten Solok cerah dengan
suhu 25℃ dan kelembaban 50%. Keadaan ini
sangat menunjang perkembangan larva
Helicoperva armigera.
Pada umur tomat 4 bulan setelah
tanam kepadatan populasi Helicoperva
armigera berkurang karena dipengaruhi oleh
siklus hidup dari Helicoperva armigera, karena
pada umur ini larva sudah banyak yang
berubah menjadi pupa dan imago. Kemudian
dipengaruhi oleh persediaan makanan mulai
berkurang yaitu pertumbuhan daun dan buah
pada umur ini mulai berhenti, dan sebagian
daunnya sudah mulai tua atau kering. Selain itu
keadaan iklim yang kurang mendukung juga
mempengaruhi kepadatan populasi Helicoperva
armigera, berdasarkan penelitian pada umur
tomat 4 bulan setelah tanam keadaan cuaca
gerimis, dengan suhu 20℃ dan kelembaban
70%. Perkembangan populasi Helicoperva
armigera pada tomat lebih tinggi pada musim
kemarau dari pada musim hujan, karena pada
curah hujan yang tinggi menyebabkan
menurunnya populasi Helicoperva armigera.
Faktor lain yang mempengaruhi
kepadatan populasi Helicoperva armigera yaitu
adanya musuh alami berupa predator, parasit,
parasitoid dan patogen. Musuh alami dapat
berperan sebagai pengendali populasi hama
karena hubungan antara hama dan musuh
alaminya sangat erat sekali dan saling
mempengaruhi. Bila musuh alami dapat
berperan secara optimal dilapangan, maka
populasi hama akan senantiasa lebih rendah
dari musuh alaminya sehingga tidak terjadi
ledakan hama (Ladaha, 1997).
Dari hasil uji t yang telah dilakukan
terbukti bahwa, adanya perbedaan populasi
Helicoperva armigera pada umur 3 bulan dan 4
bulan setelah tanam, maka didapatkan thitung
19,7 dan ttabel 1,645. Disini dapat dilihat
bahwa t-hitung > t-tabel, sehingga tanaman
tomat umur 3 bulan setelah tanam berbeda
nyata dengan umur 4 bulan setelah tanam.
Kepadatan populasi satu larva Helicoperva
armigera
pertanaman
mengakibatkan
kehilangan hasil panen sebesar 13,62%.
Intensitas serangan larva Helicoperva armigera
pada tanaman tomat adalah 1 individu per
batang, sehingga status ekologi larva
Helicoperva armigera di lapangan sudah
termasuk hama karena merugikan manusia
(Setiawati dkk, 2000).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan di Kampung Batu Kecamatan Danau
Kembar Kabupaten Solok dapat disimpulkan
bahwa kepadatan populasi ulat buah tertinggi
terdapat pada tanaman tomat yang berumur 3
bulan setelah tanam yaitu 5,40 individu/batang,
sedangkan kepadatan populasi ulat buah
terendah pada tanaman tomat berumur 4 bulan
setelah tanam yaitu 2,70 individu/batang, ciriciri Helicoperva armigera yang ditemukan
yaitu panjang ulat berkisar antara 1,5 cm
sampai dengan 3 cm, warna ulat yang
ditemukan mulai dari kuning kehijauan sampai
dengan coklat. Kehadiran ulat buah pada
tanaman tomat telah termasuk ke dalam kriteria
hama.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, R. 2007. Panduan Lengkap Budi
Daya Tomat. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Ashari, S. 1995. Holticultura Aspek Budidaya.
Universitas Indonesia Press. Jakarta
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest Of Crops In
Indonesia.
IchtiarBaru-Van
Hoeve:
Jakarta.
Ladaha. 1997. Ekologi Helicoperva armigera
(Lepidoptera:
Noctuidae)
pada
pertanaman Tomat. Dalam jurnal Sudjak,
Resensi
Hasil-hasil
Teknologi
Pengelolaan
Serangga
Helicoperva
armigera (Lepidoptera: Noctuidae) IPB,
Bogor.
Lukefahr, MJ. 1981. A Review of the
Problems, Progress and Prospects for
Host Plant Resistance to Heliothis spp.
Jurnal. http://eprints. unsri. Pdf. Diakses
tanggal 18 Februaru 2013.
Matnawy, H. 1989. Perlindungan Tanaman.
Kanisius: Yogyakarta.
Nazaruddin. 2000. Budi Daya dan Pengaturan
Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar
Swadaya: Jakarta.
Setiawati, W. 1991. Daur Hidup Ulat Buah
Tomat
Helicoperva
armigera
(Lepidoptera: Noctuidae). Journal. Bul.
Penel. Hort. 20 (4): 112-117. Diakses 10
Juni 2013.
Setiawati. Sudjak. 2000. Pengaruh Kepadatan
Populasi dan waktu Infestasi Helicoperva
armigera Hubn. terhadap Kehilangan
Hasil
Buah
Tomat
dan
Upaya
Pengendaliannya. Journal. Hort. 10 (2):
116. Diakses 10 Juni 2013.
Download