Bab V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian karakteristik dan model temporal hidrometeorologi daerah aliran Sungai Citarum Hulu dan Tengah dapat memberikan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut. 1. Karakteristik hidrometeorologi daerah tersebut sangat kompleks dimana : curah hujan mempunyai persistensi (periode basah dan kering) yang tegas; variabilitas curah hujan dan debit sungai sangat tinggi; pola dinamika variabilitas curah hujan dan debit sungai cenderung naik; proses hidrometeorologinya bersifat chaotic korelasi dimensi rendah (v<4); curah hujan dan debit sungai bersifat chaotic mono-fraktal (qD<2) (deterministik); periode ulang curah hujan dan debit sungai ekstrim adalah 5 dan 25 bulan; curah hujan dan debit sungai mempunyai siklik 5-7, 9-25, dan 100-125 bulanan; proses hidrometeorologi merupakan hasil dari proses aliran kontinue (nilai β < 1); curah hujan cenderung menurun (3.64% per 100 bulan); dan debit sungai JJA sangat sensitif terhadap perubahan curah hujan (S=1.690). 2. Karakteristik hidrometeorologi sangat dipengaruhi oleh fenomena global yang diindikasikan oleh adannya korelasi yang signifikan dengan temperatur global (GT), dipole mode India (DMI), osilasi selatan (SOI), monsun India (CIP), dan potensi air atmosfer (PW). 3. Model dinamika temporal hidrometeorologi dapat diidentifikasi secara akurat oleh ANFIS. ANFIS dapat memberikan nilai kesalahan (RMSE) yang cukup kecil dan nilai presisi (E) yang cukup besar. Model temporal curah hujan dan debit sungai periode tahunan memberikan hasil yang lebih akurat dibanding model temporal curah hujan dan debit sungai periode bulanan. 4. Model temporal hasil identifikasi ANFIS sangat layak dipergunakan untuk memprediksi curah hujan dan debit sungai. Terutama model temporal curah hujan dan debit sungai periode tahunan. Model temporal curah hujan tahunan menggunakan input evapotranspirasi dan temperatur global sedangkan model 72 temporal debit sungai tahunan menggunakan input curah hujan dan evapotranspirasi. 5. Hasil identifikasi karakteristik dan model temporal hidrometeorologi tersebut mengindikasikan bahwa daerah aliran Sungai Citarum Hulu dan Tengah mempunyai kecenderungan makin kering. Selain itu kejadian kekeringan dan banjir di daerah tersebut akan semakin ekstrim karena dinamika variabilitas curah hujan dan debit sungai cenderung naik sangat tajam. Kebaharuan (novelty) dari penelitian adalah teridentifikasinya hal-hal berilut : (1) hujan di daerah aliran Sungai Citarum didominasi oleh tipe hujan orografi dan konvektif; (2) curah hujan mempunyai periode basah dan kering yang tegas, variabilitasnya cenderung naik secara signifikan, koefisien limpasan juga cenderung naik, sementara itu air cadangan cenderung turun sehingga ke depan daerah tersebut sangat rawan kekeringan dan kebanjiran; (3) proses dinamika curah hujan dan debit sungai merupakan proses chaotic dimensi rendah sehingga penggunaan metode–metode non linier seperti ANFIS atau Neural Network lebih cocok dibanding metode linier; (4) jumlah variabel optimum untuk menggambarkan proses dinamika temporal curah hujan dan debit sungai adalah 23; (5) periode ulang curah hujan dan debit sungai ekstrim mengikuti osilasi monsun, quasi-biennial, dan sunspot; (6) curah hujan dan debit sungai mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan monsun India (CIP); dan (7) model temporal dapat diidentifikasi oleh ANFIS dengan akurat sehingga model tersebut sangat potensial untuk dipergunakan memprediksi curah hujan dan debit sungai. 5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian karakteristik dan model temporal hidrometeorologi dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Proses kekeringan dan kebanjiran di daerah aliran Sungai Citarum Hulu dan Tengah akan semakin ekstrim, oleh karena itu perlu pengelolaan tata air dan tata guna lahan yang lebih komprehensif untuk mengantsipasi dampak yang ditimbulkannya. 73 2. Di masa datang ketersediaan air di daerah aliran Sungai Citarum Hulu dan Tengah semakin berkurang, hal ini akan berdampak pada makin sulitnya pengelolaan sumber-sumber air sehingga perlu meningkatkan pembentukan penampung air (dam atau bendungan) dan meningkatkan intensitas pelaksanaan hujan buatan untuk meningkatkan sumber-sumber air yang tersedia. 3. Dalam pengelolaan tata air di daerah tersebut perlu memperhatikan kejadian curah hujan dan debit sungai ekstrim sehingga risiko kebanjiran dan kekringan dapat diantisipasi. 4. Model temporal curah hujan dan debit sungai tahunan hasil identifikasi ANFIS dalam penelitian ini berpotensi untuk dipergunakan sebagai salah satu alternatif untuk memprediksi curah hujan dan debit sungai dengan cukup akurat. 74