Unnes Journal of Mathematics Education Research

advertisement
UJMER 3 (2) (2014)
Unnes Journal of Mathematics Education Research
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer
ANALISIS PEMBELAJARAN DAN LITERASI MATEMATIKA SERTA
KARAKTER SISWA MATERI GEOMETRI DAN PENGUKURAN
Dessy Eka Jayanti , St. Budi Waluya, Ani Rusilowati
Program Studi Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
Sejarah Artikel:
Diterima September 2014
Disetujui Oktober 2014
Dipublikasikan November
2014
Secara umum tujuan penelitian ini dideskripsikannya proses pembelajaran dan
kemampuan literasi matematika serta karakter siswa pada materi geometri dan
pengukuran menggunakan analisis POAC. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Bentuk pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan angket, observasi, wawancara, da
dokumentasi. Sumber data utama adalah guru matematika dan siswa. Keabsahan
data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji credibility, uji
transferability, uji dependability, uji dependability, dan uji confirmability. Hasil
penelitian yang didapatkan bahwa proses pembelajaran dan kemampuan literasi
matematika serta karakter siswa pada materi geometri dan pengukuran kelas VIII
SMP N 1 Tulis menggunakan analisis POAC telah dilakukan berdasarkan analisis
POAC. Proses pembelajaran matematika diidentifikasi berdasarkan proses pengajaran dan proses belajar. Kemampuan literasi matematika siswa rendah karena hanya
mencapai level 4.
Keywords:
mathematics learning;
mathematics literacy;
creative
Abstract
The general research questions in this study how the learning process and maths literacy skills
as well as the character of the students on the geometry material and the measurement using
POAC analysis. Generally this study’s aim are described the learning process and mathematics literacy skills as well as the character of the students on the geometry material and the
mesurement of eight class of Junior High School 1 Tulis using POAC analysis. This is a kind
of qualifative sudy. The form of study approached were used descriptive observation, interviews, and documentation. The main data source were mathematics teachers and students.
The validity data was used by using the test of credibility. The test used in this study wereTes
of transferability, test of dependabrility, and test of confirmability. The result of the study
that the learning process and maths literacy skills as well as the character of the students on
the geometry material and the measurement of the eight class of Junior High School 1 Tulis
using POAC analysis has been done based on the POAC analysis. Mathematics learning process was identified based on the process of teaching and learning. Mathematics literacy skills
of students was low because only reached level 4.
© 2014 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi:
Kampus Unnes Bendan Ngisor Semarang 50233
E-mail:
ISSN 2252-6455
Dessy Eka Jayanti, dkk. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 3 (2) (2014)
(mathematic literacy). Kenyataannya siswa masih
lemah dalam literasi matematika, padahal dengan perkembangan jaman literasi matematika
sangat diperlukan untuk berkomunikasi dan pengembangan teknologi. Survei PISA, yang mengukur kemampuan anak usia 15 tahun dalam literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan
alam yang telah dilaksanakan dalam tiga periode
oleh OECD (Shiel, 2007: 1).
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana perangkat pembelajaran matematika, (2) Bagaimana proses pembelajaran
matematika, (3) Bagaimana profil kemampuan
literasi matematika, dan (4) Bagaimana deskripsi
karakter kreatif siswa. Tujuan dari penelitian ini
adalah (1) Mengetahui perangkat pembelajaran
matematika, (2) Mengetahui proses pembelajaran matematika, (3) Mengetahui profil kemampuan literasi matematika, dan (4) Mengetahui
deskripsi karakter kreatif siswa. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang proses
pembelajaran matematika yang humanistik sehingga dapat meningkatkan karakter siswa, dan
pembelajaran matematika yang konstruktivistik
dan problem solving yang dapat meningkatkan kemampuan literasi matematika, serta memberikan
informasi bagi para guru akan khasanah ilmu
pengetahuan khususnya kajian kemampuan literasi matematika dan karakter yang diintegrasikan
dalam proses pembelajaran matematika materi
geometri dan pengukuran khususnya pada materi
kubus, balok, prisma, dan limas.
Pendahuluan
Era globalisasi memerlukan sumber daya
manusia (SDM) yang handal yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan untuk bekerjasama secara efektif. SDM yang
memiliki kemampuan-kemampuan seperti itulah
yang mampu memanfaatkan informasi. SDM
yang memiliki pemikiran seperti yang telah disebutkan, lebih mungkin dihasilkan dari lembaga
pendidikan di sekolah. Pendidikan dapat mendidik siswa menjadi manusia yang berbudi atau
berakhlak, berbuat sesuai dengan norma-norma
dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sesuai
karakter bangsa. Pengalaman di banyak negara
menunjukkan, SDM yang bermutu lebih penting
daripada sumber daya alam yang melimpah.
Dengan berkembangnya pengetahuan dan
teknologi, perlu penyaringan yang seksama terhadap materi pelajaran matematika dengan cara
penyampaian yang lebih terarah dengan mengutamakan pengertian dan kemahiran memecahkan masalah. Temiz (2003: 171) mengemukakan
kemampuan pemecahan masalah berhubungan
erat dengan kreativitas yang dimiliki oleh setiap
siswa. Pemahaman konseptual juga harus selalu melekat pada diri siswa agar mereka mampu
menerapkan matematika dalam kehidupan nyata
(Ojose, 2011: 99).
Di pihak lain, pola pembelajaran di era
globalisasi saat ini telah berkembang sangat pesat
dengan memberdayakan siswa secara optimal,
hal ini mendorong guru untuk meningkatkan
profesional dalam mengembangkan proses belajar. Paradigma pembelajaran dewasa ini telah
bergeser dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran barudengan proses belajar semakin berorientasi pada kepentingan siswa (Suyanto, 2007).
Persoalan lain akan muncul ketika pembelajaran di kelas yang hanya menekanan hasil akan
menyebabkan siswa cenderung makin bersikap
individualistis, tertutup dan kurang bisa bersosialisasi sehingga sikap siswa akan menjadi antipati
dan tidak peduli dengan sesama dan lingkungan
akan semakin meningkat. Pada gilirannya membuka peluang terjadinya kekerasan yang terjadi
dalam dunia pendidikan atau sekolah (bullying),
kekerasan tersebut bukan hanya bersifat fisik seperti pemukulan tetapi juga cemoohon, hinaan,
dan lain sebagainya.
Melihat persaingan global yang semakin
ketat saat ini siswa perlu dibekali dengan kemampuan menalar, berargumentasi dan pemecahan
masalah dalam kehidupan nyata agar dapat mengikuti perkembangan jaman. Kemampuan tersebut dinamakan kemampuan literasi matematika
Metode
Pendekatan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif karena berguna untuk memahami reliatas subjektif guru matematika dan
siswa. Proses obeservasi dan wawancara terhadap guru matematika dan siswa sangat utama
dalam pengumpulan data. Angket, wawancara,
observasi, dan dokumentasi dilakukan untuk
menggali informasi mengenai proses pembelajaran matematika dan kemampuan literasi matematika serta karakter siswa. Teknik pengumpulan
data dalam peneltian ini melalui catatan tertulis
atau perekaman.
Instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini belum divalidasi oleh
para ahli karena peneliti membuat instrumen
sendiri. Validator penelitian ini adalah 3 dosen
program studi pendidikan matematika, Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang. Hasil validasi yang dinyatakan valid, digunakan sebagai instrumen penelitian.
80
Dessy Eka Jayanti, dkk. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 3 (2) (2014)
Moleong (2011: 324) berpendapat bahwa
untuk menetapkan keabsahan data diperlukan
teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.
Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability). Data validasi diperoleh dari hasil tim validator terhadap instrumen penelitian.
Analisis data ini dilakukan secara kuantitatif.
Penilaian kualitas instrumen dituangkan
dalam bentuk skor skala 1 sampai dengan 5. Penilaian instrumen untuk menilai validitas materi atau isi, konstruksi, dan bahasa instrumen.
Validator menuliskan penilaiannya, saran, dan
komentarnya pada lembar validasi. Data yang
didapatkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang terdiri dari
tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data sekaligus
reduksi data, display data, penarikan kesimpulan
atau verifikasi (Sugiyono, 2013: 335).
ajar yang digunakan sudah sesuai dengan kurikulum KTSP, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa sebagai sasaran. Langkah-langkah
dalam mempelajari materi yang ada dalam bahan
ajar sudah di desain secara tepat. Adanya sistem
evaluasi sebagai pengendalian kemampuan siswa. Sebagai perencanaan awal, LKS dilengkapi
dengan beberapa informasi yang digunakan untuk memperjelas cakupan isi dari LKS. Penyajian
untuk tiap sub materi pembelajaran berbeda-beda, akan tetapi tetap masih dalam satu kelompok.
Contoh-contoh soal dan cara penyelesaiannya
ada dalam setiap sub materi yang dibahas dalam LKS. Perintah kerja untuk melakuakn pengendalian ketika siswa mengerjakan tugas sudah
tercantum dengan jelas. Pada silabus, RPP, dan
LKS aspek problem solving mempunyai rata-rata
paling tinggi, sedangkan dalam bahan ajar aspek
humanistik yang mempunyai rata-rata paling
tinggi.
Pengumpulan data proses pembelajaran
kelas VIII dilakukan di akhir keseluruhan proses
pembelajaran matematika dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara
terhadap guru matematika kelas VIII. Proses belajar siswa kelas VIII mempunyai rata-rata lebih
tinggi dibandingkan dengan proses pengajaran
yang dilakukan guru matematika.
Pada tahap perencanaan pembelajaran
masing-masing perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, bahan ajar, dan LKS sudah
direncanakan dengan baik, artinya komponenkomponan utama sudah lengkap. Pengorganisasian proses pembelajaran sudah dilakukan dengan
baik, karena guru tersebut juga telah memperhatikan tahapan pengorganisasian dalam proses
pembelajaran, guru mampu mengatur berbagai
macam aktivitas yang dilakukan selama proses
pembelajaran di dalam kelas dengan memperhatikan aspek humanistik, aspek konstruktivistik,
dan aspek prolem solving yang muncul. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru telah
menciptakan kondisi yang menyenangkan yang
menjadikan siswa dapat belajar secara efektif.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru dapat menunjang optimalisasi hasil belajar siswa.
Data kemampuan literasi matematika dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi
berupa tes tertulis di kelas VIIIE yang dilakukan
setelah selesai penyampaian seluruh materi pelajaran. Sebelum soal kemampuan literasi matematika ini diujikan, sebelumnya soal tersebut diujicobakan di kelas VIIIA terlebih dahulu. Dari 12
soal tes yang diuji cobakan, diambil 8 soal tes untuk penelitian. Pengambilan soal-soal tes tersebut
dengan pertimbangan validitas, reliabilitas, taraf
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan temuan penelitian
dilakukan berdasarkan metode analisis POAC
yang telah didesain secara lengkap. Data-data
yang disajikan akan mendukung pendeskripsian
proses pembelajaran matematika, pedoman guru
dalam menggunakan perangkat pembelajaran,
kemampuan literasi matematika, serta karakter
kreatif siswa kelas VIII SMP N 1 Tulis.
Perencanaan pembuatan silabus sudah
memperhatikan komponen-komponen yang ada
dalam silabus, sehingga ketika diorganisasikan
keterkaitan antar komponen silabus juga sudah
cukup baik, tahap penggerakan kegiatan pembelajaran yang tercantum dalam silabus dapat
menjadikan siswa mencapai indikator pencapaian kompetensi yang menjadi fokus utama dalam
pembelajaran, dan pada tahap pengendalian
sudah dicantumkan sumber belajar secara jelas.
Perencanaan pembuatan RPP telah mencakup
poin-point utama kompetensi dasar yang akan dicapai siswa, pada tahap pengorganisasian adanya
keterkaitan antar komponen RPP dengan silabus,
tahap penggerakan dalam kegiatan pembelajaran
pada RPP sudah dirinci dengan baik untuk mencapai masing-masing tujuan pembelajaran, dan
tahap pengendalian yang ada dalam RPP terlihat
pada bagian alokasi waktu yang disediakan dan
bentuk pengendalian penilaian.
Perencanaan bahan ajar sudah mempertimbangkan komponen-komponen bahan ajar
yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional. Bahan
81
Dessy Eka Jayanti, dkk. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 3 (2) (2014)
kesukaran, dan daya pembeda soal yang memenuhi kriteria. Nilai tertinggi kelas VIIIE adalah
79, sedangkan nilai terendah ketika diberikan tes
kemampuan literasi matematika adalah 21.
Karakteristik soal kemampuan literasi
matematika ditinjau dari tiga aspek, yaitu komponen proses, kemampuan matematika, dan dan
komponen konteks. Persentase tertinggi ada pada
kemampuan siswa dalam merumuskan masalah
secara matematis (formulate), karena sebagian
besar siswa dapat mengidentifikasi aspek-aspek
matematika dalam soal tes yang terdapat pada
situasi konteks nyata, siswa dapat mengidentifikasi variabel-variabel tiap soal yang penting,
siswa dapat memahami struktur matematika dalam permasalahan atau situasi sesuai pertanyaan
yang ada dalam tiap soal, siswa dapat menyederhanakan situasi atau masalah untuk dengan analisis matematika, siswa dapat mengidentifikasi
hambatan dan asumsi dibalik model matematika
dan menyederhanakannya agar lebih mudah untuk diolah penyelesaiannya, siswa dapat merepresentasikan situasi secara matematika dengan
menggunakan variabel yang sesuai, siswa dapat
merepresentasikan permasalahan dengan cara
yang berbeda yang sesuai dengan idenya masingmasing, siswa dapat menyajikan penyelesaian
permasalahan secara matematika karena siswa
memahami hubungan antara bahasa, simbol dan
konteks dalam soal tes, siswa dapat mengubah
permasalahan menjadi bahasa matematika atau
model matematika, siswa dapat memahami aspek-aspek permasalahan yang berhubungan dengan masalah dalam soal yang telah diketahui.
Persentase kerangka penilaian literasi matematika dalam PISA 2012 ditunjukkan disajikan
sebagai berikut. Communication atau kemampuan
siswa dalam mengkomunikasikan masalah matematika dan melihat adanya suatu masalah kemudian tertantang untuk mengenali dan memahami
permasalahan tersebut mencapai prosesntase paling tinggi yaitu 83%, hal ini dikarenakan siswa
dapat menginterpretasikan pernyataan, pertanyaan, benda yang memungkinkan siswa untuk
membentuk model permasalahan yang merupakan langkah penting dalam memahami dan merumuskan masalah, selama proses penyelesaian
masalah siswa meringkas dan menyajikan solusi
penyelesaian dengan baik, setelah solusi ditemukan siswa menggunakan solusi yang didapatkan
dan melakukan justifikasi terhadap solusinya.
Menurut komponen konteks yang menjadi
fokus dalam PISA yang dimaknai sebagai situasi yang tergambar dalam suatu permasalahan.
Persentase konteks pendidikan dan pekerjaan
(Occupational) lebih tinggi dibandingkan dengan
komponen konteks yang lain yaitu sebesar 63%,
karena siswa telah mampu meresapi kehidupannya di sekolah dan atau tempat lingkungan siswa
belajar. Konteks pekerjaan yang diketahui siswa
tidak terbatas, akan tetapi dalam penelitian ini
dibatasi hanya untuk pada hal-hal seperti mengukur almari yang akan dilapisi cat dan menghitung luas minimal permukaan sebuah benda
yang akan digunakan untuk pengepakan sabun
mandi. Siswa memahami dengan baik hubungan
setiap tingkat tenaga kerja, dari tingkatan terendah sampai tingkatan yang tertinggi yang dikenal
oleh siswa. Sehingga siswa dapat merumuskan,
melakukan klasifikasi permasalahan, dan memecahkan masalah tersebut.
Secara umum kemampuan literasi matematika bernuansa PISA siswa kelas VIIIE di SMP
N 1 Tulis hanya dapat mencapai level 4 menurut
OECD, 2010. Siswa yang dapat mencapai level 1
ada 15 siswa atau ada 38% dari siswa kelas VIIIE,
siswa yang dapat mencapai level 2 ada 9 siswa
atau ada 23%, siswa yang dapat mencapai level 3
ada 2 siswa atau ada 5%, siswa yang dapat mencapai level 4 ada 1 siswa atau ada 3%, tidak ada
siswa atau 0% siswa yang dapat mencapai level 5
dan 6, dan ada 13 siswa atau 33% dari siswa kelas
VIIIE yang tidak dapat mencapai level 1.
Nilai-nilai yang berkembang secara teratur
dan mampu menjadikan tingkah laku siswa menjadi lebih konsisten dan mudah diperhatikan ini
dapat dilihat berdasarkan angket yang diamati.
Rata-rata skor karakter kreatif yang dimiliki siswa kelas VIIIE adalah 57, hanya ada 2 siswa yang
mempunyai level kreatif sangat tinggi. Sehingga
dapat dismpulkan bahwa rata-rata level karakter
kreatif yang dimiliki siswa kelas VII berada pada
level sedang.
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas
dap at disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran silabus, RPP, bahan ajar, dan LKS memenuhi
aspek humanistik, konstruktivistik, dan problem
solving. Akan tetapi pada silabus, RPP, dan LKS
aspek problem solving mempunyai rata-rata paling tinggi, sedangkan dalam bahan ajar aspek
humanistik yang mempunyai rata-rata paling
tinggi.
Tes kemampuan literasi matematika yang
digunakan fokus kepada masalah-masalah dalam
kehidupan nyata, diluar dari situasi atau masalah yang sering dibahas di kelas pada saat proses pembelajaran matematika. Perangkat pembelajaran matematika yang digunakan kurang
mendukung adanya penyampaian materi-materi
82
Dessy Eka Jayanti, dkk. / Unnes Journal of Mathematics Education Research 3 (2) (2014)
yang kontekstual karena perangkat pembelajaran
dibuat hanya fokus untuk mengukur kemampuan
teknis baku yang berkaitan dengan ingatan dan
perhitungan semata.
Selama ini siswa menerapkan pengetahuan
matematika berdasarkan pada pengetahuan dan
kemampuan yang telah dipelajari dan dipraktekkan dengan berbagai macam soal yang biasanya
ada pada buku-buku sekolah dan media pembelajaran yang digunakan di sekolah. Namun, masalah konteks dalam PISA menuntut untuk menggunakan kemampuan-kemampuan yang relevan
dalam konteks yang tidak terlalu terstruktur, dimana petunjuk tidak begitu jelas bagi siswa. Literasi matematika merupakan kemampuan yang
sangat penting bagi siswa untuk bertahan hidup
di era informasi dan pengetahuan saat ini. Dalam
hal ini, literasi matematika melangkah jauh dari
kurikulum matematika. Namun demikian, penilaian literasi matematika tidak dapat dipisahkan
dari kurikulum dan pengajaran yang ada karena
pengetahuan dan kemampuan siswa sangat bergantung pada apa dan bagaimana mereka belajar
di sekolah dan bagaimana pembelajaran tersebut
di evaluasi.
Sikap dan emosi (seperti karakter kreatif
yang ada pada siswa) adalah bukan merupakan
komponen dari literasi matematika. Namun demikian, hal tersebut merupakan prasyarat yang
penting untuk literasi matematika. Pada prinsipnya, bisa saja seorang siswa memunculkan
kemampuan literasi matematika tanpa menampilkan sikap dan emosi pada saat yang sama.
Pada prakteknya, sangat jarang terjadi dimana
kemampuan literasi diterapkan dan digunakan
oleh siswa yang tidak mempunyai karakter kreatif untuk melakukan atau memahami sesuatu
yang memuat komponen matematika yang sama.
Kepada pihak sekolah melalui Musyawa-
rah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika, perlu dikembangkan soal-soal model PISA
sehingga dapat menjadi alternatif peningkatan
kuantitias soal yang dapat meningkatkan kemampuan literasi matematika siswa. Semakin
banyaknya soal model PISA, maka akan menambah pengetahuuan bagi para guru untuk terinspirasi mendesain pembelajaran matematika berbasis soal PISA.
Kepada para pemegang kebijkan penyelengaaraan ujian, bentuk soal-soal ujian matematika baik skala sekolah maupun nasional didesain
dengan melibatkan kemampuan literasi matematika.
Kepada para peneliti, perlu dilakukan penelitian lanjutan tetapi pada level sekolah tinggi
atau rendah atau terhadap jenjang pendidikan
lain seperti sekolah dasar atau sekolah menengah
atas.
Daftar Pustaka
Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi. Rosdakarya: Bandung.
Ojose, B. 2011. Mathematics Literacy: Are We Able to
Put The Mathematics We Learn Into Everyday
Use?. Journal of Mathematics Education, Volume
4 No. 1. Hal. 89-100.
Shiel, G., et al. 2007. PISA Mathematics: A Teacher’s
Guide. Dublin: Stationery Office.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed
Methods). Alfabeta: Bandung.
Suyanto. 2007. “Tantangan Profesional Guru di Era
Global”. Makalah. Dies Natalis ke 43 Universitas Negeri Yokyakarta di Universitas Negeri
Yokyakarta. Yokyakarta.
Temiz, T. 2013. Problem Solving, Creativity and
Contruktivist-Based Teaching Practice of Preservice Mathematics Teachers. Journal of educational and Instruktional Studies In The World,
Volume 3 No. 1. Hal 169-172.
83
Download