BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menurut Prof. Simon Kuznets adalah : “ kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Defenisi ini memiliki 3 komponen : pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus- menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajad pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Teknologi modern misalnya, tidak cocok dengan corak/kehidupan desa,pola keluarga besar, dan buta huruf (M.L.Jhingan, 2007:57). 2.1.2. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Kaum klasik merupakan ahli-ahli ekonomi yang mengemukakan analisisnya sebelum tahun 1870. Yang termasuk kaum klasik antara lain Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus, dan John Stuart Mill. Beberapa kesimpulan dari teori kaum klasik antara lain: a. Tingkat perkembangan suatu masyarakat tergantung kepada empat faktor, yaitu jmlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah, tingkat teknologi yang dicapai. b. Pendapatan nasional suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga jenis pandapatan, yaitu upah para pekerja, keuntungan para pengusaha, dan sewa tanah yang diterima pemilik tanah. c. Kenaikan upah akan menyebabkan pertambahan penduduk. d. Tingkat keuntungan merupakan faktor yang menentukan besarnya pembentukan modal; apabila tidak terdapat keuntungan maka pembentukan modal tidak akan terjadi dan perekonomian akan mencapai tingkat stationary state. e. Hukum hasil lebih yang makin berkurang berlaku untuk segala kegiatan ekonomi sehingga mengakibatkan tanpa adanya kemajuan teknologi, pertambahan penduduk akan menurunkan tingkat upah, menurunkan tingkat keuntungan, akan tetapi menaikkan tingkat sewa tanah. f. Faktor-faktor bukan ekonomi yang mempunyai peranan penting seperti kepercayaan masyarakat, kebiasaan berpikir, adat istiadat, dan corak institusi yang ada (menurut Mill). 2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik Sejak pertengahan tahun 1950-an berkembang serangkaian analisis mengenai pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik. Oleh sebab itu, dewasa ini teori tersebut dikenal sebagai teori pertumbuhan NeoKlasik. Ahli ekonomi yang menjadi perintis mengembangkan teori tersebut adalah Solow.(Sukirno, 2006:263). Selain itu ada ahli-ahli ekonomi Neo-Klasik antara lain: Trevor Swan, Alfred Marshal, dan Joseph Schumpeter. Pandangan menurut Neo-Klasik antara lain: a. Pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penawaran faktorfaktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi sehingga perekonomian akan berkembang. b. Rasio modal produksi dapat dengan mudah mengalami perubahan. Adanya fleksibilitas ini, suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tidak terbatas dalam menentukan gabungan modal dan tenaga kerja yang akan digunakan dalam menghasilkan sejumlah produksi tertentu. c. Pembangunan ekonomi terutama diciptakan oleh inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif atau golongan entrepreneur (menurut Schumpeter). 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern Yang termasuk golongan ini antara lain: Harrod-Domar, Rostow, Kuznets dan Chenery. Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh dua orang ahli ekonomi sesudah Keynes, yaitu Evsey Domar dan R.F.Harrod. Pada dasarnya teori tersebut sebenarnya dikembangkan oleh kedua ahli ekonomi itu secara terpisah. Tetapi, karena inti dari teori tersebut sama, maka dewasa ini ia dikenal sebagai teori Harrod-Domar.(Sukirno: 2006:255). Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Dengan perkataan lain, teori Harrod-Domar pada hakikatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar pertumbuhan yang mantap atau steady growth – yang dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya barang-barang modal – akan selalu berlaku dalam perekonomian. Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskannya. Kelima tahap pertumbuhan itu adalah: masyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat untuk lepas landas (the preconditions for take off), lepas landas (the take off), gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age of high massconsumption).(Sukirno, 2006:167). 2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi a. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor yang terpenting karna selain sebagai tenaga kerja dan pengusaha (orang yang akan mengkombinasikan seluruh faktor produksi didalam proses produksi), manusia juga berperan untuk menciptakan teknologi baru dan atau mengembangkan teknologi yang sudah ada. Meningkatkan kualitas tersebut dengan meninggalkan cara-cara berpikir tradisional yang diganti dengan cara berpikir modern. Sehingga, peran sumber daya manusia sangat menentukan berhasil tidaknya proses pertumbuhan ekonomi. b. Sumber Daya Alam Hal-hal yang termasuk sumber daya alam adalah tanah, air, udara, hewan, tumbuh-tumbuhan, mineral, dan segala sesuatu yang ada dialam ini. Tanpa faktor yang cukup, pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi. Indonesia dari segi faktor sumber daya alam cukup memadai, hanya tinggal kemampuan untuk memanfaatkan dan melestarikannya agar proses pembangunan dapat beralngsung secara berkesinambungan. c. Modal Agar ekonomi bertumbuh stok barang modal harus ditambah melalui investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi akan lebih baik lagi jika penambahan kuantitas barang modal juga disertai penambahan kualitas. d. Kewirausahaan Merupakan kemampuan dan keberanian mengambil resiko guna memperoleh keuntungan. Para pengusaha mempunyai perkiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikan akan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Kemampuan mengkombinasikan input dapat disebut sebagai kemampuan inovasi. 2.2. Pasar Modal 2.2.1. Defenisi Pasar Modal Defenisi pasar modal menurut (Sundjaja dan Barlian,2003:424) sebagai berikut : 1. Dalam arti sempit Pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang. 2. Dalam arti luas a. Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersil dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek. b. Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit ( biasanya jangka waktunya lebih dari 1 tahun) termasuk saham,obligasi, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka. 2.2.2. Jenis-Jenis Pasar Modal a. Pasar Perdana Yang dimaksud pasar perdana adalah penjualan perdana efek/ sertfikat atau penjualan yang dilakukan sesaat sebelum perdagangan dibursa/pasar sekunder (Pandji Anoraga,2001:26). Penjualan perdana kepada publik (Initial Public Offering (IPO)) sekuritas yang baru diterbitkan, baru boleh dilakukan setelah mendapat izin emisi dari Ketua Bapepam. Harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi pada pasar perdana yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental yang bersangkutan. Hasil penjualan saham tersebut keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan. Penjualan saham dan obligasi ini dilaksanakan oleh lembaga-lembaga keuangan, investment banker,broker, dan dealers. Para perarntara ini mengatur penjualan efek baik kepada lembaga maupun perorangan. b. Pasar Sekunder Pasar sekunder merupakan pasar/bursa dimana efek atau surat berharga diperdagangkan dengan harga kurs diluar pasar perdana (Danareksa,PT,1986). Atau dengan kata lain pasar sekunder merupakan pasar yang memperdagangkan saham sesudah melewati pasar perdana. Sehingga hasil penjualan saham biasanya tidak lagi masuk modal perusahaan, melainkan masuk kedalam kas para pemegang saham yang bersangkutan. c. Pasar ketiga (Bursa Paralel) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi diluar bursa efek resmi, dalam pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut tradinginformation. Informasi yang diberikan dalam pasar ini meliputi harga-harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang beersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini pialang dapat bertindak dalam kedudukan sebagai pedagang efek maupun sebagai perantara pedagang. 2.2.3. Manfaat Pasar Modal Manfaat pasar modal bisa diraakan baik oleh investor, emiten, pemerintah maupun lembaga penunjang. • Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu : 1) jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar; 2) dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai; 3) tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana/perusahaan; 4) solvabilitis perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan; 5) ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil; 6) cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominalperusahaan; 7) emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko tinggi; 8) tidak ada bebas finansial yang tetap; 9) jangka waktu penggunaan data tidak terbatas; 10) tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu; 11) profesionalisme dalam manajemen meningkat. • Manfaat pasar modal bagi investor : 1) nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital gain; 2) memperoleh deviden bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi; 3) mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi. 4) dapat dengan mudahmengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi resiko. 5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi resiko. • Manfaat Pasar Modal bagi lembaga penunjang : 1) menuju kearah profesional didalam memberikan pelayanannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing; 2) sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel; 3) semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang; 4) likuiditas efek semakin tinggi. • Manfaat Pasar Modal bagi pemerintah yaitu: 1) mendorong laju pembangunan; 2) mendorong investasi; 3) penciptaan lapangan kerja; 4) memperkecil debt Service Ratio (DSR); 5) mengurangi beban anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara). 2.3. Saham 2.3.1. Indeks Harga Saham Indeks harga saham merupakan catatan-catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu. Keputusan pemodal memilih suatu saham sebagai obyek investasinya membutuhkan data-data historis terhadap pergerakan saham yang beredar di bursa. Baik secara individu, kelompok, maupun gabungan. Mengingat transaksiinvestasi saham terjadi pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang sangat rumit dan berbedabeda, pergerakan harga saham memerlukan identifikasi dan penyajian informasi dan sifat spesifik. Di Bursa Efek Indonesia terdapat 7 jenis indeks,(www.jsx.co.id) yaitu : 1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masing masing saham yang didasarkan pada harga dasarnya. 2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEJ. 3. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEJ yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). 4. Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut. 5. Jakarta Islamic Index (JII), terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah Islam. Dewan Pengawas Syariah PT. DIM (Danareksa Investment Management) terlibat dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam JII. 6. Indeks Papan Utama (Main Board Index/MBX), diperuntukkan bagi perusahaan dengan track record yang baik. 7. Indeks Papan Pengembang (Development Board Index/DBX), untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi persyaratan Papan Utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan berprospek. Disamping itu Papan Pengembang diperuntukkan bagi perusahaan yang mengalami restrukturisasi atau pemulihan performa. 2.3.2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983. IHSG merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham” (Darmadji,2001:95). IHSG menunjukkan pergerakkan harga saham secara umum yang tercatat dibursa efek. Indeks ini merupakan gabungan dari sejumlah sektor yaitu pertanian, pertambangan, industri kimia dasar, aneka industri, industri barang konsumsi, properti dan real estate, transportasi dan infrastruktur, keuangan, dan perdagangan, jasa dan investasi. Indeks ini mencakup seluruh pergerakan harga saham biasa maupun preferen yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Perhitungan IHSG didasarkan pada jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat dibursa. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berrada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEI pada hari tersebut. Perhitungannya sebagai berikut : IHSG= Nilai Pasar / Nilai Dasar x 100 Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari ini atau disebut sebagai kapitalisasi pasar. Nilai dasar adalah nilai yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masing-masing saham atau berdasarkan harga yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan kegiatan yang menyebabkan jumlah saham yang tercatat dibursa berubah. Penyesuaian dilakukan agar indeks akan benar-benar mencerminkan harga saham. 2.3.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi IHSG 1. Tingkat Inflasi Berdasarkan penelitian empiris, inflasi memiliki korelasi negatif pada harga saham. Hal ini berarti jika tingkat inflasi naik maka harga saham akan turun, demikian sebaliknya jika tingkat inflasi turun maka harga saham akan naik. Sehingga dapat disimpulkan inflasi mempengaruhi harga saham berarti juga ikut mempengaruhi IHSG. 2. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik investasi sahamnya dan memindahkannya ke tingkat pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Turunnya permintaan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga harga-harga saham turun dan IHSG juga turun. 3. Nilai Tukar (Kurs) Kurs adalah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Kurs dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Risiko nilai kurs merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasi akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut. 4. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara menunjukkan kondisi perekonomian suatu negara yang bersangkutan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila aktivitas ekonomi sekarang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini ditandai dengan meningkatnya jumlah fisik barang dan jasa yang dihasilkan yang mengakibatkan kenaikan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari produk domestik bruto (PDB) yaitu nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka meningkat juga kemampuan masyarakat untuk berinvestasi di pasar saham maupun pasar uang. Dengan makin banyaknya masyarakat yang berinvestasi akan menaikkan harga-harga saham dan IHSG juga ikut naik. 2.4. Relasi antara Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi, atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja (sumber pendapatan) akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (ceteris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan dan kesempatan kerja itu sendiri hanya bisa dicapai dengan peningkatan ouput agregat (barang dan jasa) atau PDB yang terus menerus. Dengan adanya kegiatan produksi, maka tercipta kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, yang selanjutnya menciptakan dan meningkatkan permintaan pasar. Pasar berkembang berarti juga volume produksi, kesempatan kerja dan pendapatan dalam negeri meningkat, dan seterusnya, maka terciptalah pertumbuhan ekonomi. Secara teori, korelasi positif antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi diuraikan secara sederhana namun jelas dalam model pertumbuhan ekonomi HarrodDomar yang intinya adalah penambahan K (kapital) dan pertumbuhan PDB (Y). Dua variabel fundamental dari model ini adalah penambahan K dan rasio penambahan K terhadap pertumbuhan PDB (Y). Rasio ini disebut ICOR (the incremental capital output ratio) yaitu ICOR = ΔK/ ΔY Sejak penambahan K adalah investasi (I) dalam defenisi, maka : ICOR = I/ ΔY Model Domar lebih memfokuskan pada laju pertumbuhan investasi (ΔI/I), Didalam modelnya, I ditetapkan harus tumbuh atassuatu persentase yang konstan, sejak S (Marginal propensity to save), yakni rasio dari pertumbuhan tabungan nasional (S) terhadap peningkatan Y, dan ICOR kedua-duanya konstan. Sedangkan penekanan dari model Harrod lebih pada pertumbuhan Y jangka panjang. Didalam modelnya, laju pertumbuhan keeimbangan (warranted growth) yang membuat besarnya S yang direncanakan ditetapkan selalu dengan sama besarnya I yang direncanakan. Selama Orde Baru,telah terbukti bahwa I memang merupakan faktor krusial bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Terbukti juga, selama krisis ekonomi, lesunya kegiatan I didalam negeri membuat kondisi perekonomian nasional semakin buruk. Dengan tingkat S yang masih terbatas, Indonesia terpaksa bergantung pada pinjaman luar negeri dan penanaman modal baik di pasar modal maupun pasar keuangan untuk mempertahankan kegiatan I yang diperlukan dalam negeri. Perdagangan di pasar modal merupakan salah satu bentuk investasi selain investasi di sektor riil. Partisipan dalam pasar modal terutama adalah pemerintah dan perusahaan. Pemerintah menjual obligasi jangka menengah dan jangka panjang untuk membiayai proyek pendidikan, transportasi, dan proyek-proyek pembangunan ekonomi lainnya. Pemerintah tidak pernah menjual karena pemerintah tidak dapat menjual klaim kepemilikan, sebaliknya perusahaan dapat menjual saham dan obligasi. Saham dan obligasi ini digunakan sebagai sumber pembiayaan perusahaan dalam jangka panjang sehingga likuiditas perusahaan tidak terganggu dan meningkatkan produktifitas. Semakin tinggi harga saham suatu perusahaan maka jumlah dana yang dapat diperoleh melalui penjualan saham akan semakin tinggi, dan tambahan perolehan dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai peningkatan aktivitas perusahaan. 2.5. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan IHSG Teori mengenai hubungan antara perkembangan sektor finansial dan pertumbuhan ekonomi dimulai pada abad ke 20 (Schumpter,1911). Adapun yang menjadi perdebatan adalah apakah terdapat hubungan kausalitas antara perkembangan sektor finansial dan pertumbuhan ekonomi, atau jika terdapat hhubungan kausalitas antar-keduanya, bagaimanakah arah hubungannya. Menurut Kamat dan Kamat (2001), literatur dan hasil studi empiris mengenai arah hubungan kausalitas antar kedua variabel tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga pendekatan yaitu : pendekatan pertama, supply leading, menyatakan bahwa perkembangan sektor finansial menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini menyatakan bahwa keberadaan sektor finansial berfungsi sebagai intermediasi keuangan yang menghubungkan antar unit ekonomi yang surplus dan defisit, yang selanjutnya menyebabkan alokasi sumber daya yang efisien dan akhirnya memacu sektor lainnya dalam perekonomian untuk tumbuh. Penelitian ini telah dilakukan Schumpeter,1911 dan Levine dan Zervos (1996). Pendekatan yang kedua adalah, demand following menyatakan pertumbuhan aktivitas ekonomi sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi memerlukan banyak dana untuk ekspansi. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan meningkatkan permintaan sarana investasi alternatif selain deposito / asset riil. Yaitu investasi dalam saham, oleh karena itu meningkatnya permintaan saham akan memicu perkembangan pasar modal, dalam hal ini IHSG menjadi indikator perkembangan pasar modal. Pendekatan yang ketiga adalah, feedback yaitu hubungan dua arah antara pertumbuhan ekonomi yang di proxykan melalui PDB dengan peningkatan pertumbuhan sektor finansial di pasar modal yang diproxykan melalui IHSG. Kinerja perekonomian yang dilihat dari pertumbuhan ekonomi serta kinerja industri merupakan komponen utama dalam pergerakan IHSG, juga sebaliknya, Investor menilai bahwa kondisi perekonomian dan kemungkinan dari arah perekonomian merupakan elemen kunci dalam pergerakan IHSG. Penilaian investor tersebut akan membentuk ekspektasi yang kemudian akan merubah harga saham sehingga berdampak terhadap IHSG. Harga saham dipengaruhi oleh ramalan perekonomian, ramalan nilai tukar dollar terhadap mata uang domestik, tingkat dan ramalan suku bunga, industri relatif dengan perekonomian, kinerja perusahaan relatif dengan industri, dividen dan pertumbuhan pendapatan potensial dan kualitas manajemen. Pasar modal yang memiliki fungsi ekonomi dan fungsi keuangan secara teori memiliki pengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Penelitian mengenai pengaruh pasar modal terhadap perekonomian Indonesia masih belum banyak dilakukan namun beberapa penelitian telah dilakukan, pasar modal memiliki pengaruh terhadap perekonomian Indonesia dan sebaliknya semakin membaiknya perekonomian Indonesia maka akan semakin meningkatkan ekspektasi investor untuk menginvestasikan modalnya di pasar modal sehingga IHSG juga mengalami peningkatan. Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat bahwa adanya hubungan jangka panjang antara pasar barang, pasar uang, pasar sekuritas (pasar modal) dengan perekonomian Indonesia. Hubungan tersebut akan dijelaskan melalui skema diagram berikut : Gambar 2.1. Kondisi Makro Ekonomi dan Performa Industri terhadap Perkembangan Pasar Modal Produk Domestik Bruto (PDB) Tingkat Suku Bunga (IR) Demand and Supply Saham Kinerja Industri Harga Saham Jumlah Uang Beredar (JUB) Kurs Rupiah terhadap Dollar IHSG Berdasarkan skema diatas diketahui bahwa adanya hubungan yang bersifat jangka panjang antara perekonomian Indonesia dengan pasar modal yang diukur dari tingkat IHSG. 2.6. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan Fauzan Anhar (2007) tentang peranan faktor makro ekonomi terhadap perkembangan IHSG dipasar modal Indonesia. Penelitian ini mencoba untuk menganalisa pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat suku bunga deposito terhadap IHSG dipasar modal Indonesia khususnya PT.BEJ. Data Penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga dan deposito tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG, sedangkan pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan IHSG di pasar modal Indonesia. Selanjutnya dilakukan Muzafar Shah (1996) dalam jurnal “International Economic journal” yang meneliti hubungan kointegrasi antara variabel ekonomi makro yang di nyatakan dalam M1, M2, dan PDB terhadap harga saham secara data bulanan yaitu 177 bulan yang dimulai dari tahun 1978 – 1992 di Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara penawaran uang M1, M2, dan PDB terhadap harga saham di Malaysia. Geske dan Roll (1983) menemukan bahwa harga saham di bursa Amerika Serikat berhubungan negatif dengan inflasi namun memiliki hubungan positif dengan aktifitas ekonomi riil yang dicerminkan dengan produk domestik bruto. Tim Peneliti BEJ dan Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran (2006) melakukan penelitian peranan pasar modal terhadap perekonomian Indonesia studi kasus BEJ dengan menggunakan analisis Autoregressive Distributed Lag Model dan Cointegration test, hasilnya walau kurang elastis IHSG memiliki pengaruh kuat dan pasti terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. I Made Ambara (2008), melakukan analisis VECM (Vector Error Correction Models) dan Causality Granger pasar modal terhadap perekonomian Indonesia, hasilnya secara statistik pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh perkembangan pasar modal (hubungan searah). Bahadur dan Neupane (2006) melakukan analisis Causality Granger, menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi yang diproxykan melalui GDP riil memiliki kausalitas dua arah (feedback) dengan pasar modal yang diproxykan melalui indeks harga saham di Nepal.