BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya ( State of the Art ) Tabel 2.1. Judul – judul Penelitian Sebelumnya Judul Peran Produser di Teori Teori Umum: Metodologi Pendekatan : “Provocative Active” di - Komunikasi Massa Kualitatif 87,6 Hard Rock FM - Media Massa Metode : wawancara Oleh Satya Dimas - Karakteristik Radio dan observasi Permana, Universitas Bina Nusantara 2013 dan Televisi Teori Khusus: - Informan : - Teori Peran Boim (Produser Program Provocative Proactive 87.6 Hard Rock FM) - Indah (Asisten Produser Provocative Proactive 87.6 Hard Rock FM) - Pandji (Announcer dan Produser Provocative Proactive 87.6 Hard Rock FM) 7 8 Pengaruh Radio Streaming Teori Umum : Pendekatan BEU Radio : Terhadap - Komunikasi Massa Kuantitatif Minat Membeli Produk - Media Massa Metode : penyebaran Clothing Line Bloop - Radio kuisioner Endorse Urbie Pada - Radio Streaming Informan Komunitas Komunitas Remaja Ceria Teori Khusus : Jakarta Pusat 2013 Oleh Sadam Husen, Universitas Bina Nusantara 2013 Produksi Program “Slagi Teori : Remaja Ceria Jakarta Pusat Uses and 2013 Gratification - Teori Minat Teori Umum: Pendekatan : Ada” di Motion Radio - Komunikasi Massa Kualitatif 97,5 FM - Media Massa Metode : wawancara Oleh Andreas Kristiono, - Radio Informan : Universitas Bina Nusantara 2011 Teori Khusus: - Angie Rasidy - Program Radio (Produser - Elemen Program Program Radio “Slagi Ada” Motion Radio) Tuning In: Key Audience Teori Umum: Pendekatan: issues for Public Service - Sejarah Radio Broadcaster, RTE Radio - Radio School of Media, College Teori Khusus: - of Arts and Tourism Dublin Institute of Technology 2013 The Metode: wawancara – Medium’s Effect (1995 – 2012) Oleh Patrick Hannon, Kualitatif - Informan: - Adrian The Public Service Moynes. MD Broadcasting Model of Irish Radio independent- commercial broadcasters’ RTE Eithne Hand, Head of RTE first call for change Radio 1 - John (Engineer) 9 Using Radio for Advocacy Teori Umum: Pendekatan: and Communication of - Radio Kuantitatif Issues Affecting Farm - Community, Metode: Penyebaran Communities in Community Media, kuisioner Zimbabwe, Mass Media Oleh Clever Maputseni, Teori Khusus: International Masters in - Advocacy Communication for - Communicztion for Development course at Malmo University’s School of Arts and Communication (K3) 2006 Development Informan: Komunitas Petani di ZImbabwe 10 2.2 Teori Umum 2.2.1 Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi mengandung makna bersama – sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifaynya communis, yang bermakna umum atau bersama.Para ahli mendifinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing – masing. Ingat bahwa sejarah ilmu komunikasi, ia dikembangkan dari ilmuwan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Trenholm dan Jensen mendefinisikan komunikasi demikian: “A process by which a source transmits a message to a receiver through some channel.”(Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisika pesan kepada penerima melalui beragam saluran). (Wiryanto, 2008:5) Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif, bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigm yang dikemukakan oleh Lasswell dalam karyanya, The Structure and Fungtion of Cummonicatin in society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?) (Wiryanto, 2008:7) 11 2.2.1.1 Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahami oleh komunikan. Komunikasi adalah sebuah proses, sebuah kegiatan yang berlangsung kontinu.Joseph De Vito (1996) mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, dimana komponen – komponen saling terkait. Bahwa para pelaku komunikasi beraksi dan beraksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen yang lain, artinya elemen – elemen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen, masing – masing komponen saling mengait dengan komponen yang lain. Dalam aplikasinya, langkah – langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut : (Suprapto, 2011:7-8) Gambar 2.1 Proses Komunikasi IDE ENCODING PENGIRIMANG DECODING BALIKAN 1. Langkah pertama, ide / gagasan diciptakan oleh sumber / komunikator. 2. Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialihbentukkan menjadi lambang- lambang komunikasi yang mempunyai makna dan pengiriman. 12 3. Lankah ketiga, pesan yang telah di – encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran / media yang sesuai dengan karakteristik lambang – lambang komunikasi ditunjukkan kepada komunikan. 4. Langkah keempat, penafsiran isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut disebut dengan decoding. 5. Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di – decoding, 2.2.1.2 Karakteristik Komunikasi Rogers dalam Wiryanto (2008 : 22) membedakan karakteristik komunikasi berdasarkan pada faktor – faktor arus informasi, segmentasi khalayak, derajat interakti dan control terhadap arus inormasi, sebagai berikut: - Komunikasi antarpribadi - Komunikasi interaktif - Komunikasi media massa Komunikasi interaktif adalah bentuk komunikasi melalui media massa yang memiliki arus informasi bersifat dua arah dan segmentasi khalayaknya bersifat demassifikasi (tinggi). Demassifikasi berarti arus informasi yang diterima oleh khalayak bersifat pribadi. Asynchronicity diartikan sebagai proses komunikasi terus berlangsung, meskipun pihak penerima tidak berada di tempat, seperti pengirim e-mail, SMS, atau pemakaian answering machine pada peswat telpon. (Wiryanto, 2008:22) 13 Tabel 2.2 Karakteristik Komunikasi Sifat Saluran Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komunikasi Antarpribadi Interaktif Media Massa Arus Informasi One to few Many to many One to many Sumber Khalayak induvidu Peserta komunikasi Organisasi media interaktif Segmentasi Tinggi Tinggi Rendah Khalayak (demassifikasi) (demassifikasi) (massifikasi) Target Interaktif Tinggi Tinggi Rendah Arus Balik Cepat Bisa cepat, bisa Cepat / tunda tunda Asynchronicity Rendah Tinggi untuk media Rendah / tinggi baru Emosi Sosial vs Tinggi Task – Related sosial emosional Rendah Rendah Content Non – Verbal Sulit Bisa untuk media Media visual bisa, baru Kontrol Arus Oleh Informasi komunikasi Kebebasan Rendah Pribadi peserta Peserta komunikasi media audio bisa Konrol kecil Biasanya rendah Tinggi khalayak 14 2.2.2 Komunikasi Massa Kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau bahkan jutaan orang merupakan ciri dari komunikasi massa, yang dilakukan melalui medium massa seperti televisi atau koran. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah medium massa untuk mengirim pesan kepada audien yang luas untuk tujuan memberi informasi, menghibur, atau membujuk. (Vivian, 2008:450) Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication. Media massa atau saluran. Menurut John D. Barrow (1998:3) mengenai kajian teori komunikasi massa yang menarik “ sebuah dunia yang cukup sederhana untuk dikenal secara utuh akan menjadi terlalu sederhana bagi para pengamat yang sadar dan mungkin telah mengenalnya.Ketika sebuah organisasi menggunakan teknologi sebagai sebuah media untuk berkomunikasi dengan khalayak yang besar, maka akan terjadi komunikasi massa dan biasanya sebuah organisasi menggunakan teknologi untuk berkomunikasi dengan khalayak yang besar. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass commnuication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media) dari pemabahasan ini dapat dilihat pengertian komunikasi massa pada komunikasi dengan menggunakan media massa baik media cetak maupun media elektronik. Menurut Prof. Onong Uchajana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. (Prof. Onong Uchjana Effendy., 2003:79) 15 Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa selalu bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada banyak orang, menggunakan semua media yang ada. Dan komunikasi massa selalu mengikuti perkembangan zaman yang ada dalam penyampaiannya. Jika di zaman dulu menggunakan cara-cara konvensional, yang kemudian berkembang menggunakan media cetak dan elektronik, sekarang sudah bertambah dengan menggunakan internet. Tak bisa dipungkiri bahwa komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan, hingga menjadi suatu usaha bisnis yang menjanjikan. Maka, sebagai makhluk yang mau tidak mau harus berkomunikasi, penting bagi kita untuk bisa menguasai teknik komunikasi dengan baik dan benar. 2.2.2.1 Ciri – Ciri Komunikasi Massa Adapun ciri-ciri komunikasi massa tersebut, dijabarkan oleh Nurudin sebagai berikut: (Nurudin, 2011:19) 1) Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana yang kita ketahui sistem itu adalah “sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Dalam sistem sebagai sebuah lembaga dalam komunikasi massa ada beberapa unsur yang membentuk sesuatu yang akhirnya disebut sebagai lembaga. Suatu unsur saling bekerja sama, berkaitan satu dengan yang lain dan juga saling melengkapi. 2) Komunikan dalam Komunikasi Massa bersifat Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial 16 ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama. Namun mereka adalah komunikan televisi. 3) Pesannya Bersifat Umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Kita bisa melihat televisi, misalnya. Karena televisi ditujukan untuk dinikmati oleh orang banyak, pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemilihan kata-katanya sebisa mungkin memakai kata-kata populer bukan kata-kata ilmiah. Sebab kata ilmiah merupakan monopoli kelompok tertentu. 4) Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Dalam media cetak seperti koran, hanya berlangsung satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respons kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback). 5) Komunikasi Massa menimbulkan Keserempakan Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesanpesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Bersamaan tentu juga bersifat relatif. Contohnya majalah atau media. Komunikator dalam media massa berupaya menyiarkan informasinya secara serentak, walaupun ada wilayah jangkauannya yang berbed, yang memungkinkan terjadi perbedaan penerimaan. 6) Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat memerlukan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Peralatan teknis merupakan sebuah sarana yang sangat 17 dibutuhkan media massa, dikarenakan agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak tersebar. 7) Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Tidak semua data atau bahan-bahan yang akan disampaikan oleh media bisa disiarkan begitu saja, oleh karena itu perlu ada pemilihan dan penyesuaian dengan media yang bersangkutan. Gatekeeper berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi psean – pesan lainnya. Intinya Gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem yang dimiliki, semakin banyak pula Gatekeeping yang dilakukan. Gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disebarkannya pun tergantung pada fungsi penapisan informasi tersebut. 2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Banyak ahli yang mengemukakan sejumlah fungsi komunikasi massa kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Karlinah mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum sebagai berikut (Ardianto & Erdinayah, 2004: 19): 1. Fungsi Informasi Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengat atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia social akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah atau tempat bekerja melainkan dari media. 18 2. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. 3. Fungsi Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel dan sebagainya. Fungsi mempengaruhi ini dapat dilihat antara lain dalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yag disusun sedemikian rupa sehingga tidak terlihat sebagai suatu artikel yang isinya mempromosikan suatu produk. Artikel tersebut biasanya memuat tulisan tentang suatu analisis produk tertentu. Khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam tulisan tersebut sehingga tanpa sadar khalayak melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media tersebut. 4. Fungsi Proses Pengembangan Mental Untuk mengembangkan wawasan, kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia kepada komunikasi, karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya. 5. Fungsi Adaptasi Lingkungan Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu menusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator dan komunikan. 19 6. Fungsi Memanipulasi Lingkungan Manipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikan digunakan sebagai kontrol utama dan pengatur lingkungan. 2.2.3 Media Massa 2.2.3.1 Definisi Media Massa Istilah ‘media massa’ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja dimasyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet dan lain-lain. Dalam kehidupan dewasa ini, informasi tentang kejadian disekeliling tidak lagi menjadi pintu rapat yang sulit untuk diketahui oleh banyak orang di luar sana. Hal ini terwujud dengan adanya media massa yang menjadi saluran komunikasi secara massa yang dapat menjangkau banyak orang dimanapun tanpa terbatas ruang gerak dan waktu. Media massa secara umum mempunyai definisi sebagai alat penyebarluasan. Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, seperti surat kabar, film, radio dan televisi. (Cangara, 2008:134). Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkanpesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa 20 mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. (Nurudin,2011:9) Media massa dapat menumbuhkan bermacam – macam rangsangan atau stimulus sehingga tanggapan audience yang dihasilkan juga akan berbedabeda. Hal ini dapat diuraikan ke dalam empat perumusan khusus yang merupakan ringkasan pemikiran kontemporer tentang pengaruh media massa. Seperti yang dikatakan oleh Fleur dalam Suprapto (2011: 21), yaitu : 2.2.4 - Teori perbedaan induvidu - Teori kategori sosial - Teori hubungan social - Teori norma – norma budaya Pengertian Radio Radio tepatnya radio siaran merupakan salah satu jenis media massa yang bersifat auditif, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. Apa yang dilakukan radio adalah memperdengarkan suara manusia untuk mengutarakan sesuatu. Radio dituntut untuk bias mengutarakan secara jelas agar pendengar bias mengerti dengan maksud dan tujuan dari apa yang disampaikan kepada pendengar. Stokkink dalam bukunya yang berjudul The Profesional Radio Presenter, menyatakan bahwa : Radio adalah media yang buta, maka pendengarnya mencoba untuk mengevaluasikan apa yang didengarnya dan mencoba untuk memvisualisasikan apa yang didengarnya dan mencoba menciptakan si pemilik suara dalam bayangan mereka sendiri. (Stokkink, 1997 : 101) Dengan demikian radio itu bersifat visual karena yang dilakukan radio adalah mendengarkan suara manusia untuk menyampaikan sesuatu, sehingga 21 radio sering disebut sebagai “theater of mind” yaitu menciptakan gambar dalam imajinasi pendengar. Pengertian diatas dapat diartikan bahwa siaran radio pada dasarnya tidak disajikan secara visual, tetapi menggunakan media verbal dan dengan suara pula membawa imajinasi para pendengarnya untuk membayangkan halhal yang sedang dikemukakan oleh penyiar agar si pendengar dapat mengerti maksud dan tujuan dari apa yang diungkapkan tersebut. 2.2.4.1 Karakteristik Radio Dibandingkan dengan media massa lain, radio memiliki karakteristik yang khas. Romli dalam bukunya Broadcast Journalism, karakteristik radio adalah : 1. Auditori. Radio adalah “suara”, untuk didengar, karena isi siaranya bersifat “sepintas lalu” dan tidak dapat diulang. Pendengar tidak mungkin akan “menoleh kebelakang” sebagaimana pembaca Koran bias kembali kepada tulisan yang sudah dibaca atau mengulang bacaan. 2. Transmisi. Proses penyebarluasannya disampaikan kepada pendengar melalui pemancar. 3. Mengandung gangguan. Seperti timbul tenggalam (fading) dan gangguan teknis “channel noise factor”. 4. Theater of mind. Radio menciptakan gambar (make picture) dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan suara dan kata. 5. Identik dengan musik. Radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media paling utama yang digunakan untuk mendengarkan musik. (Romli, 2005 : 22-23) 22 Pernyataan di atas, radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar yang juga merupakan media cetak, juga dengan film yang bersifat mekanik optic, dan dengan televisi. Kalaupun ada persamaan dalam sifatnya yang elektronik, tetapi juga terdapat perbedaan, yaitu radio sifatnya audio, sedangkan televisi sifatnya audiovisual. Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan. 2.2.4.2 Radio Sebagai Bentuk Media Massa Radio sebagai media komunikasi yang memiliki banyak jenis, tetapi hanya radio siaran (radio broadcast) yang merupakan media massa, tidak demikian dengan radio telegrafi, radio telefono seperti radio CB (Citizen Band) dan lain-lainnya yang bersifat interpersonal. Radio dalam hal ini, radio siaran sebagai media massa yang sifatnya khas dibandingkan dengan media lain. Kelebihan radio siaran dari media massa lainnya adalah pesan yang disiarkan oleh komunikan dapat ditata menjadi suatu kisah yang dihiasi dengan musik sebagai ilustrasi dengan efek suara sebagai unsur dramatisasi dan oleh khalayak dapat dinikmati dalam segala situasi. Radio tepatnya radio siaran (broadcast radio) merupakan salah satu jenis media massa (mass media), yakni sarana atau saluran komunikasi massa (channel of mass communication), seperti halnya surat kabar, majalah, atau televisi. Komunikasi yang dilakukan radio seperti halnya di media massa lain komunikasi massa (mass communication), yakni komunikasi kepada orang banyak (mass public) dengan menggunakan media (communicating with media). 23 Romli dalam buku Broadcast journalism, karena termasuk media massa, radio juga memiliki karakteristik media massa sebagai berikut : 1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. 2. Universalitas, pesannya bersifat umum. 3. Periodisitas, tetap atau berkala. 4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus menerus sesuai periode mengudara atau jadwal terbit. 5. Aktualitas, berisi hal-hal baru. (Romli, 2005 : 22) Definisi ini membuktikan bahwa radio merupakan bagian dari media massa karena radio juga emiliki karakteristik yang sama dengan media massa dimana radio itu memiliki sebuah karakteristik publisitas, universalitas, perioderitas, kontinuitas, dan aktualitas dan karakteristik yang ada pada radio itu pun ada pada media massa. 2.2.4.3 Keunggulan dan Kelemahan Radio Radio sebagai salah satu media elekronik memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan media lainnya. Keanekaragaman tawaran program radio siarannya menjadikan radio sebagai media massa yang paling dipopulerkan. Radio saat ini banyak memberikan sesuatu yang baru karena saat ini radio sebagai media tidak hanya memberikan informasi berupa berita tetapi juga hiburan yang dapat dinikmati oleh khalayak tanpa adanya iuran. Romli dalam buku Broadcast Journalism, radio memiliki keunggulan diantaranya : 1. Cepat dan Langsung. Sarana tercepat, lebih cepat dari Koran ataupun TV, dalam menyampaikan informasi kepada public tanpa melalui proses yang rumit dan butuh waktu banyak, seperti siaran televisi atau sajian media cetak. 2. Akrab. Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya. 3. Dekat. Suara penyiar hadir di rumah atau di dekat pendengar. 24 4. Hangat. Panduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. 5. Sederhana. Tidak rumit, tidak banyak pernik, bagi pengelola maupun pendengar. 6. Tanpa batas. Siaran radio menembus batas-batas geografis, demografis, SARA (suku, agama, ras, antar golongan), dan kelas sosial. 7. Murah. Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga pesawat televisi, pesawat radio relatif jauh lebih murah. 8. Bisa Mengulang. Radio memiliki kesetaraan alami (transient nature) sehingga berkemampuan mengulang informasi yang sudah disampaikan. 9. Fleksibel. Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa mengganggu aktifitas yang lain. (Romli, 2005 : 23-25). Penjelasan di atas maka bisa kita lihat bahwa radio memiliki keunggulan yang berbeda dengan media massa lainnya. Radio adalah media yang sangat sederhana, murah dan dapat digunakan dimana dan kapan saja. Hal inilah yang membuat menjadi media yang paling popular dikalangan masyarakat. Selain memiliki keunggulan, adapun memiliki kelamahan seperti yangt dijelaskan Romli dalam bukunya yang berjudul Broadcast Journalism bahwa kelemahan radio adalah : 1. Selintas. Siaran radio cepat hilang dan gampang dilupakan. Pendengarnya, tidak bias seperti pembaca Koran yang bias mengulang bacaanya dari awal tulisan. 2. Global. Sajian informasi radio bersifat global, tidak detail, karenanya angka-angka pun dibulatkan. Misalnya penyiar akan menyebutkan seribu lebih untuk angka 1.053. 3. Batsan Waktu. Waktu siaran relative terbatas, hanya 24 jam sehari, berbeda dengan surat kabar, yang bias menambah jumlah halaman dengan bebas. Waktu 24 jam sehari tidak bias ditambah menjadi 25 jam atau lebih. 25 4. Beralur linier. Program disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada, tidak bias meloncat-loncat. Beda dengan surat kabar, pembaca bias langsung ke halaman tengah, akhir atau langsung ke rubric yang ia sukai. 5. Mengandung gangguan. Seperti timbul tenggelam (fading) dan gangguan teknis “channel noise factor”. (Romli, 2005 : 25-26). Pernyataan diatas menggambarkan bahwa radio sebagai media massa elekronik yang memiliki fungsi mendidik, menghibur serta memberikan informasi tercepat kepada khalayak selain memiliki keunggulan dan juga memiliki klemahan.namun tidak dapat dipungkiri dari banyaknya kelebihan yang dimiliki radio juga memiliki kelemahan dalam proses penyiarannya oleh karena itu dibutuhkan adanya sebuah evaluasi agar segala kekurangan ini tidak mengurangi fungsi dari media (radio) itu sendiri. 2.2.4.4 Sifat Pendengar Radio Pendengar merupakan hal terpenting dalam hadirnya suatu stasiun radio, dimana dapat berjalan dengan efektif atau tidaknya komunikasi yang terjalin antara pendengar dan penyiar tergantung dari sifat pendengar, seperti apa yang diungkapkan oleh Effendy dalam bukunya Kamus Ilmu Komunikasi adalah sebagai berikut : a. Heterogen pendengar radio adalah massa, sejumlah orang yang sangat banyak yang sifatnya heterogen terpencar-pencar di berbagai tempat, terdapat perbedaan antara pendengar satu dengan pendengar lainnya yaitu berbeda dalam jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan taraf kebudayaan. b. Pribadi, karena pendengar berada dalam keadaan heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat umumnya di rumah-rumah, maka suatu isi pesan dapat dimengerti jika sifatnya pribadi (personal) sesuai dengan situasi dimana pendengar itu berada. 26 c. Selektif, pendengar radio siaran sifatnya selektif maksudnya mereka akan memilih program siaran yang disukainya. (Effendy, 1989 : 90-92) Dari pengertian di atas diketahui bahwa sifat pendengar adalah heterogen, terdapat banyak perbedaan di antara satu sama lainnya, perbedaan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan taraf kebudayaan. Selain itu sifat dari pendengar radio adalah pribadi (personal) maksudnya isi pesan akan dapat lebih dimengerti jika sifatnya lebih pribadi sesuai dengan situasi, dan sifat selektif mereka akan memilih program siaran yang disukainya. 2.2.4.5 Program Radio Pringle – Starr – McCavitt dalam Morissan (2011 : 230) menjelaskan bahwa : The programming of most stasion is dominated by one principal content element or sound, known as format (Program sebagian besar stasiun radio didominasi oleh satu elemen isi atau suara yang utama yang dikenal format). Dengan kalimat ini dapat dikatakan bahwa format adalah penyajian program dan musik yang memiliki ciri – ciri tertentu oleh stasiun radio.Secara lebih sederhana dapat dikatan format stasiun penyiaran atau format siaran radio dapat didefinisikan sebagai upaya pengelola stasiun radio untuk memproduksi program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan audiennya. Tujuan penentuan format adalah untuk memenuhi sasaran khalayak lebih spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan media lainnya di suatu lokasi penyiaran. Menurut Dominick sebagaimana dikutip Morissan (2011 : 231) format stasiun penyiaran radio ketika diterjemahkan kedalam kegitan siaran harus tampil dalam empat wilayah, yaitu : - Kepribadian (personality) penyiar dan repoter - Pilihan musik dan lagu 27 - Pilihan musik dan gaya bertutur (talk) - Spot atau kemasan iklan, jinggle, dan bentuk – bentuk promosi acara radio lainnya. Keith sebagaimana dikutip Morissan (2011 : 231) kemudian menyusun karakteristik empat format siaran utama yang popular di dunia sebagai berikut : Tabel 2.3 Program Radio Adult Contemporary (AC) Untuk Kaum muda dan dewasa dengan rentang umur sangat luas antara 20 – 50 tahun, berdaya beli tinggi,. Menyiarkan musik pop masa kini, softrock, balada. Menyiarkan berita olahraga, ekonomi, politik,. Format ini berkembang pula kedalam format lain seperti Middle of the Road, Album Oriental Rock, dan Easy Listening Contemporary Hit Radio (CHR) atau Untuk ABG dan muda belia berumur TOP 40 Radio antara 12 – 20 tahun. Format yang paling popular yang berisi lagu – lagu top 40 / top30dan tips praktis. Sebelum menjadi CHR awalnya disebut TOP 40 Radio. CHR merupaka radio yang sering memutarkan 30 rekaman terkini, bukan album lama, tidak memutar ulang sebuah lagu yang sama secara berdekatan, perpindahan anatar lagu sangat cepat. All News / All Talk All Talks lebih dahulu hadir pada tahun 1960 di Los Angeles dengan konsep siaran Talk Show interkatif mengupas isu – isu lokal. All News hadir kemiudian tahun 1964 dimotori Gordon McClendon 28 di Chicago dengan konsep berita buletin 20 menit berisi berita lokal, regional, dan dunia. Sasaran radio ini kaum muda dan dewasa berumur 20 – 50 tahun, berdaya beli tinggi. Berita dan bincang ekonomi politik menjadi primadona. sumber : Morissan (2011 : 231) Dari aspek karakterisitiknya jenis siaran dibagi menjadi 2 : (Triartanto,2010:144) - Siaran Karya artistik. Siaran yang diproduksi melalui pendekatan artisitik, yaitu proses produksi mengutamakan segi keindahan. - Siaran karya jurnalistik. Siaran yang diproduksi melalui pendekatan jurnalistik yaitu suatu proses produksi yang mengutamamkan segi kecepatan, termasuk dalam proses penyajian kepada khalayak. Perbedaan antara karya artistik dan karya juranalistik menurut Wahyudi sebagaimana dikutip oleh Triartanto (2010 : 144), sebagai berikut : Tabel 2.4 Karya Artistik dan Karya Jurnalistik Karya Artistik Karya Jurnalistik - Sumber: ide /gagasan - Sumber : permasalahan hangat - Mengutamakan keindahan - Mengutamakan kecepatan / aktualitas - Isi pesan bisa fiksi dan non – fiksi - Isi pesan harus faktual - Penyajian tidak terikat (perencanaan) waktu - Penyajian terikat waktu Sasaran kepercayaan dan kepuasaan - Sasaran kepuasan pendengar pendengar - Memenuhi rasa kagum / menghargai - Memenuhi rasa ingin tahu pendengar seseorang Improvisasi terbatas - 29 - Improvisasi tidak terbatas - Isi pesan terikat pada kode etik - Isi pesan terikat pada kode moral - Menggunakan - Penggunaan bahasa bebas (dramatis) - Refleksi daya khayal kuat - Refleksi penyajian kuat - Isi pesan tentang realitas social - Isi pesan menyerap realitas / faktual bahasa jurnalistik (ekonomi kata dan bahasa) sumber : Triartanto (2010 : 144) 2.2.4.6 Format Radio Format berarti susunan item program dalam satu – satuan waktu atau biasa disebut format clock, terdiri dari narasi penyiar, siklus musik, termin iklan, promo radio dan promo program, laporan lalu lintas, laporan cuaca, reportase, dan lain – lain. Format clock membedakan aktivitas pagi, siang, sore hingga malam hari. Susunanya disesuaikan dengan prediksi mengenai lifestyle pendengar pada jam – jam tersebut. Menurut Vivian (2008 : 159) dalam arti yang luas, format bisa berarti susunan program radio secara keseluruhan, yang menjadi semacam penanda identitas yang terkemas dalam pelbagi program radio. Sejarah radio mencatat, di awal pemunculannya, radio tidak punya sasaran atau target tertentu, early mass programing.Program Talk Show baru dimulai kira – kira menjelang decade 1930-an, ketika sebuah program berjudul Grand Ole Opry mulai disiarkan WSM di Nashville. Musik tidak lagi menjadi atraksi utama. Pada era talk show, radio berhasil meraih massa dalam jumlah yang signifikan. Kretivitas orang – orang radio pun mengalir tanpa henti. Pada dekade 1950-an, ketika TV mulai meraih popularitas, format mass programing perlahan – lahan ditinggalkan.Saatnya kini radio beralih ke format spesifik untuk melayani khalayak yang juga lebih spesifik. Saat ini format radio semakin beragam, karena sasaran targetnya juga semakin banyak. Music radio, old time radio, all-news, sports radio, talk radio, religious radio, dan radio ramalan cuaca adalah jenis format – format 30 yang disusun berdasarkan genre music tertentu, misalnya top 40, country, jazz, rock, new age, adaukt contemporary, oldies, adult, standarts, hispanik, dangdut, campur sari, dan lain – lain. Menurut Pringle – Starr – McCavitt, seperti dikutip Morissan (2005:108) the programming of most stasions is dominted by one principle content element or sound, known as format (program sebagian besar stasiun radio didominasi oleh satu elemen isi atau suara yang utama yang dikenal dengan format). Secara garis besar format stasiun dapat dibagi, yakni : - Format berita. Format berita mengandung pengertian bahwa stasiun radio itu menyajikan porsi dominan siarannya adalah berita dan informasi. - Format musik. Format musik mengandung pengertian bahwa stasiun radio itu menyajikan sajian utama siarannya lagu dan musik. - Format khusus. Format khusus mengandung pengertian sebagai stasiun radio bersangkutan mencirikan siarannya pada materi tertentu dan khas. (Triartanto, 2010:138) Triartanto (2010:139) mengugkapkan bahwa pengertian format program mengacu pada perencanaan penyajian suatu program yang didasari isi materi siarannya. Format produksi mengandung pengertian bagaimana suatu program disajikan secara tekniknya.Sedangkan format siaran atau lebih dikenal dengan format stasion dapat dimaknai sebagai bentuk kepribadian suatu stasiun penyiaran radio sebagaimana dapat didengarkan dari program siarannya. Format program musik seluruh program terbesarnya adalah musik atau lagu sebagai ciri khasnya sebagai representasi dari format stasiunnya (format musik). Menurut Triartanto (2010 : 140) format musik stasiun memiliki kategorisasinya, antara lain : - Adult contempory 31 - Beautiful music - Country - CHR (Contemprory Hits Radio) atau top 40 - Cross Over - Middle of the road - Album oriented rock - Hispanic atau latin - Oldies - Pop Indonesia - Dangdut - Campur sari, dan lain lain. Program Ngopi Hangat di radio 100,2 Amirah FM termasuk dalam program musik di radio yang mengusung lagu terkini dengan format Contempory Hit Radio (CHR) atau Top 40 dengan segmentasi lagu terbaru lokal dan mancanegara. 2.2.4.6.1 Format Musik Format program musik seluruh program terbesarnya adalah musik atau lagu sebagai ciri khasnya sebagai representasi dari format stasiunnya (format musik). Menurut Triartanto (2010:140) format musik stasiun memiliki kategorisasinya, antara lain : - Adult contempory - Beautiful music - Country - CHR (Contemprory Hits Radio) atau top 40 - Cross Over - Middle of the road - Album oriented rock - Hispanic atau latin - Oldies - Pop Indonesia - Dangdut - Campur sari, dan lain lain. 32 Gambar 2.2 Pembagian Format Radio Menurut Peter Pringle (Morissan, 2011:235) Musik adult Contemporary album Oriental Rock beautiful music contemporary hit radio (CHR) classical Format radio Khusus classic rock country allnews jazz middle of road all talks nostalgia news talks / talk news oldies urban contemporary Informasi etnik agama campuran 33 2.3 Teori Khusus 2.3.1 Definisi Peran Banton – Katz & Kahn – dalam Bauer (2003:54) mengatakan teori peran (role theory) mendefinisikan “peran” atau “role” sebagai “the boundaries and sets of expectations applied to role incumbents of a particular position, which are determined by the role incumbent and the role senders within and beyond the organization’s boundaries” (batas-batas dan rangkaian harapan diterapkan untuk kewajiban peran pada posisi tertentu, yang ditentukan oleh kewajiban peran dan pengirim peran dalam dan di luar batas-batas organisasi). Selain itu, Robbins (2001: 227) mendefinisikan peran sebagai “a set of expected behavior patterns attributed to someone occupying a given position in a social unit” (satu set pola perilaku yang diharapkan dikaitkan dengan seseorang menduduki posisi tertentu dalam suatu unit sosial). Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Karena itulah ada yang disebut dengan role expectation. Harapan mengenai peran seseorang dalam posisinya, dapat dibedakan atas harapan dari si pemberi tugas dan harapan dari orang yang menerima manfaat dari pekerjaan/posisi tersebut. Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturanperaturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan (Soekanto, 1982 : 238). Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan 34 tertentu.Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. Menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari sesesorang pada situasi sosial tertentu. Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh. Menurut Horton dan Hunt (1993:129-130), peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat (nature) dari peran-peran ini, hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan, mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitasaktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut.Perilaku peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan. Sedangkan, Abu Ahmadi (1982:50) mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya. 2.3.1.1 Teori Peran Teori peran adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian besar kegiatan sehari-hari menjadi pemeran dalam 35 kategori sosial (misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya. 2.3.1.2 Ketidakberhasilan Peran Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan, tidak semuanya mampu untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam menjalankan perannya. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam role conflict dan role strain. 1. Role Conflict Setiap orang memainkan sejumlah peran yang berbeda, dan kadangkadang peran-peran tersebut membawa harapan-harapan yang bertentangan. Menurut Hendropuspito (1989:105-107), konflik peran (role conflict) sering terjadi pada orang yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau peran-peran itu mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama. Dengan kata lain, bentrokan peranan terjadi kalau untuk menaati suatu pola, seseorang harus melanggar pola lain. Setidaknya ada dua macam konflik peran. Yakni, konflik antara berbagai peran yang berbeda, dan konflik dalam satu peran tunggal. Pertama, satu atau lebih peran (apakah itu peran independen atau bagian-bagian dari seperangkat peran) mungkin menimbulkan kewajiban-kewajiban yang bertentangan bagi seseorang. Kedua, dalam peran tunggal mungkin ada konflik inheren. 2. Role Strain Adanya harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini dinamakan role strain. Satu hal yang menyebabkan terjadinya role strain adalah karena peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda. Sampai tingkatan tertentu, masing-masing interaksi ini merumuskan peran yang berbeda, 36 karena membawa harapan-harapan yang berbeda pula. Maka, apa yang tampak sebagai satu peran tunggal mungkin dalam sejumlah aspek sebenarnya adalah beberapa peran. Misalnya, status sebagai karyawan bagian pemasaran (sales) eceran di sebuah perusahaan, dalam arti tertentu sebenarnya membawa beberapa peran: sebagai bawahan (terhadap atasan di perusahaan itu), sebagai sesama pekerja (terhadap karyawan-karyawan lain di perusahaan itu), dan sebagai penjual (terhadap konsumen dan masyarakat yang ditawari produk perusahaan tersebut). 2.3.1.3 Stres Peran Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Stres peran terdiri dari : a. Konflik peran, dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama yang lain. b. Peran yang tidak jelas, terjadi jika individu yang diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan. c. Peran yang tidak sesuai, terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap. Misalnya, seseorang yang masuk dalam satu profesi, dimana terdapat konflik antara nilai individu dan profesi. d. Peran berlebih, terjadi jika individu menerima banyak peran misalnya, sebagai istri, mahasiswa, perawat, ibu. Individu dituntut melakukan banyak hal tetapi tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya. (Keliat:1992) 2.3.1.4 Faktor-faktor Penyesuaian Peran Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan, yaitu : a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran b. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan c. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran 37 e. Pemisahan perilaku yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran f. Proses yang umum untuk memperkecil ketegangan peran dan melindungi diri dari rasa bersalah. Menurut Horton dan Hunt (1993:), seseorang mungkin tidak memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan dengan peran lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak ada dua individu yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar-benar sama. Ada beberapa proses yang umum untuk memperkecil ketegangan peran dan melindungi diri dari rasa bersalah, yaitu antara lain: 1. Rasionalisasi Rasionalisasi yakni suatu proses defensif untuk mendefinisikan kembali suatu situasi yang menyakitkan dengan istilah-istilah yang secara sosial dan pribadi dapat diterima. Rasionalisasi menutupi kenyataan konflik peran, yang mencegah kesadaran bahwa ada konflik. Misalnya, orang yang percaya bahwa “semua manusia sederajat” tapi tetap merasa tidak berdosa memiliki budak, dengan dalih bahwa budak bukanlah “manusia” tetapi “benda milik.” 2. Pengkotakan (Compartmentalization) Pengkotakan (Compartmentalization) yakni memperkecil ketegangan peran dengan memagari peran seseorang dalam kotak-kotak kehidupan yang terpisah, sehingga seseorang hanya menanggapi seperangkat tuntutan peran pada satu waktu tertentu. Misalnya, seorang politisi yang di acara seminar bicara berapi-api tentang pembelaan kepentingan rakyat, tapi di kantornya sendiri ia terus melakukan korupsi dan merugikan kepentingan rakyat. 38 3. Ajudikasi (Adjudication) Ajusikasi yakni prosedur yang resmi untuk mengalihkan penyelesaian konflik peran yang sulit kepada pihak ketiga, sehingga seseorang merasa bebas dari tanggung jawab dan dosa. 4. Kedirian (Self) Kadang-kadang orang membuat pemisahan secara sadar antara peranan dan “kedirian” (self), sehingga konflik antara peran dan kedirian dapat muncul sebagai satu bentuk dari konflik peran. Bila orang menampilkan peran yang tidak disukai, mereka kadang-kadang mengatakan bahwa mereka hanya menjalankan apa yang harus mereka perbuat. Sehingga secara tak langsung mereka mengatakan, karakter mereka yang sesungguhnya tidak dapat disamakan dengan tindakan-tindakan mereka itu. Konflik-konflik nyata antara peran dan kedirian itu dapat dianalisis dengan konsep jarak peran (role distance) yang dikembangkan Erving Goffman. “Jarak peran” diartikan sebagai suatu kesan yang ditonjolkan oleh individu bahwa ia tidak terlibat sepenuhnya atau tidak menerima definisi situasi yang tercermin dalam penampilan perannya. Ia melakukan komunikasi-komunikasi yang tidak sesuai dengan sifat dari peranannya untuk menunjukkan bahwa ia lebih dari sekadar peran yang dimainkannya. Seperti, pelayan toko yang mengusulkan pembeli untuk pergi ke toko lain karena mungkin bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Ini merupakan tindakan mengambil jarak dari peran yang mereka lakukan dalam suatu situasi. Penampilan “jarak peran” menunjukkan adanya perasaan kurang terikat terhadap peranan. Pada sisi lain, “penyatuan diri” dengan peranan secara total merupakan kebalikan dari “jarak peran”. Penyatuan diri terhadap peran tidak dilihat dari sikap seseorang terhadap perannya, tetapi dari tindakan nyata yang dilakukannya. Seorang individu menyatu dengan perannya bila ia menunjukkan semua kemampuan yang diperlukan dan secara penuh melibatkan diri dalam penampilan peran tersebut. 39 2.3.2 Tahapan Produksi Program Radio Tahapan produksi didalam program radio memiliki tiga tahapan, karena sebuah program baru yang ingin dicetuskan haruslah terlebih dahulu melewati tiga tahapan ini, tahapan produksi program radio yaitu: 1. Pra Produksi Tahapan ini dikatakan sebagai tahapan perencanaan. Perencanaan yang dimaksud disini memiliki pengertian yaitu sejumlah persiapan yang dilakukan dalam membuat program. Persiapan itu meliputi waktu-waktu yang dilakukan, yaitu seperti berapa lama waktu yang dipersiapkan atau dibutuhkan sebelum program radio tersebut disiarkan, siapakah saja sumber daya manusia yang turut mengambil bagian dalam proses perencanaan dan persiapan tersebut, dan juga kegiatan apa saja yang akan dilakukan, seperti mengadakan rapat untuk mencari konsep apa yang diinginkan untuk di udarakan, membuat naskah, mencari materi siaran dan lain sebagainya. (Wibowo, 2009,39). 2. Produksi Tahapan kedua ialah tahapan produksi, yaitu tahapan dimana program radio disiarkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi pemeriksaan kembali berupa materi yang telah dipersiapkan sebelumnya, pemeriksaan dari segi teknis, sampai proses siaran itu berlangsung. (Wibowo, 2009:40). 3. Pasca Produksi Tahapan terakhir adalah tahapan pasca produksi, yaitu melakukan evaluasi dan perbaikan dari apa yang telah disiarkan di udara. Tahapan ini dilakukan setelah tahapan produksi siaran radio selesai dilakukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi rapat untuk melakukan evaluasi hasil siaran, evaluasi kepada announcer, dan lainnya. (Wibowo, 2009:42-44). 40 2.3.3 Produser Singkatnya, tugas produser dalam empat bagian: teknis dan operasional, editorial, administratif, dan manajerial. Bagian teknis harus dilakukan dengan penggunaan yang tepat dari alat-alat, tahu kapan dan bagaimana menggunakan peralatan program pembuatan. Fungsi editorial tentang ide-ide dan keputusan. Hal ini harus dilakukan dengan membuat penilaian tentang apa yang bisa dan tidak sesuai untuk program tertentu . Ini adalah tentang dukungan firasat dan mengambil risiko , tentang memilih dan mengolah materi. Bagian administratif adalah prosedural - mengikuti sistem yang disepakati dokumen hubungannya dengan kontrak , penilaian risiko, perintah berjalan dan naskah, biaya dan pembayaran, lembur, cuti, pemesanan studio, pengembalian hak cipta, transmisi logging, memverifikasi lalu lintas, kesalahan pelaporan , kembali memposisikan musik dan Fx, membalas suratsurat, dan lainnya. Produser adalah juga seorang manajer, mengelola proyek yang disebut program. Ini berarti pengaturan tujuan untuk orang lain, memonitor kemajuan mereka, mengendalikan, mengorganisir dan memotivasi mereka dalam pekerjaan mereka. Produser akan menjadi orang yang mendisiplinkan yang memiliki kebiasaan terlambat, yang menyelesaikan konflik antara kontributor, dan menyemangati orang baru dan yang tidak pasti. Wartawan dan DJ, presenter dan pelaku, sering menganggap diri mereka sebagai komponen unggulan di urutan campur. Produser sebagai manajer harus membuat tim mana masing-masing cukup percaya diri untuk mendukung yang lain. Sebagai manajer , produser mengakui tanggung jawab keuangan dari pekerjaan - menyetujui anggaran , pemantauan pengeluaran dan mengambil tindakan untuk tetap dalam alokasi. Pada kesempatan tertentu, mungkin perlu untuk berdebat mengenai kasus tertentu, tapi aspek editorial dan manajerial tidak dapat dipisahkan . Keputusan redaksi adalah keputusan sumber daya. 41 Seperti setiap manajer lainnya, produser terutama bertanggung jawab atas kualitas dari suatu program; intinya adalah standar program - produser adalah orang yang akhirnya mengatakan apa yang cukup baik dan apa yang tidak. Pada akhirnya produser memutuskan dan meberitahukan apa yang harus dilakukan , seperti apa standarnya, kapan, oleh siapa, berapa biayanya. Itulah manajemen editorial . Setelah menyelesaikan program ini , produser sudah bekerja pada program atau episode berikutnya. Bagi beberapa orang itu adalah bagian putaran konstan setiap hari untuk melaporkan fakta-fakta baru dan menemukan ketertarikan yang baru. Bagi orang lain mungkin kemajuan yang melelahkan dari satu epik yang lain. Berbeda dengan seniman murni kreatif, produser tidak bisa tetap terisolasi, menghasilkan bahan hanya dari dalam. Peran adalah bahwa dari komunikator, penafsir yang mencoba untuk membawa tentang bentuk kontak yang menjelaskan dunia lebih banyak . Untuk sebagian besar itu adalah hubungan sementara yang meninggalkan jejak substansial . Radio bekerja sangat banyak di masa sekarang; reputasi sulit untuk dibangun dan bahkan lebih sulit untuk dipertahankan. Produser jarang dianggap sebagai bagian yang lebih baik daripada program terakhirnya. ( McLeish, 2005:5) 42 2.3 Kerangka Pemikiran Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran PENYIAR PRODUSER PRODUKSI PRA PRODUKSI PRODUKSI PASCA PRODUKSI PROGRAM PENDENGAR Alur yang ada di dalam program Ngopi Hangat 100,2 FM Amirah Radio sangat sederhana dikarenakan kru yang ada di dalam program Ngopi Hangat hanya terdiri dari tiga orang saja, yaitu produser, penyiar, dan peorduksi. Tiga darri tahap pra produksi hingga pasca produksi, hampir secara keseluruhan dikerjakan secara bersama – sama sebagai satu kesatuan agar program dapat terus berjalan lancar dan dapat didengar oleh pendengar.