BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya ( State of the Art ) Tabel 2.1. Judul – judul Penelitian Sebelumnya Judul Teori Metodologi -The Mathematical Kualitatif, Theory of wawancara Reality TV: Remaking Communication or mendalam Television Culture (Susan Murray & Laurie Ouellette : 2004) Shannon and Weaver Model -Television production -reality show concept “The Only Place Where ''Success'' Comes before ''Work'' Is in the Dictionary...?': Conceptualising Fame in Reality TV." -The Mathematical Kualitatif, Theory of wawancara Communication or mendalam Shannon and Weaver observasi (Susan Holmes : 2004) -Television production dan Model -reality show concept -framing theory PROSES PRODUKSI PROGRAM TALK SHOW “REDAKSI 8” PADA TELEVISI LOKAL TEPIAN TV SAMARINDA (Dina Febriyana, 2013) - The Mathematical -Metodologi Theory of kualitatif Communication or - Teknik Shannon and Weaver pengumpulan data Model sendiri melalui - Jenis-Jenis Program library research Talk Show dan Syarat (penelitian Pengemasannya kepustakaan) dan - Proses Produksi field work Program Talk Show di research 7 8 Televisi - narasumber atau key informan adalah Pimpinan Redaksi program talk show “Redaksi 8” yaitu Jahruni PRODUKSI PROGRAM TELEVISI Sebuah proses kreatif menuju industri kreatif (Candra N.R.A. :2009 ) Rancang Bangun Sistem Audio Nirkabel Menggunakan Gelombang Radio FM (Isser H. Palendeng, Janny O. Wuwung, Ellia K. Allo, Benny S. Narasiang: 2013) 2.2 -Televisi sebagai media Metodologi massa kualitatif -Proses produksi -pengelolaan produksi -Sistem audio Metodologi -operatioanal amplifier kualitatif -Gelombang radio Teori Umum 2.2.1 Teori Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi mengandung makna bersama – sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama. Para ahli mendefinisikan 9 komunikasi menurut sudut pandang mereka masing – masing. Ingat bahwa sejarah ilmu komunikasi, ia dikembangkan dari ilmuwan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Trenholm dan Jensen mendefinisikan komunikasi demikian: “A process by which a source transmits a message to a receiver through some channel.”(Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisika pesan kepada penerima melalui beragam saluran). (Wiryanto, 2008:5) Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif, bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigm yang dikemukakan oleh Lasswell dalam karyanya, The Structure and Fungtion of Cummonicatin in society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?) (Wiryanto, 2008:7) Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu. 2.2.1.1 Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahami oleh komunikan. Komunikasi adalah sebuah proses, sebuah kegiatan yang berlangsung kontinu. Wiryanto (2008) mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, dimana komponen – komponen saling terkait. Bahwa para pelaku komunikasi beraksi dan beraksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen yang lain, artinya elemen – elemen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen, masing – masing komponen saling mengait dengan komponen yang lain. Dalam aplikasinya, langkah – langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut : (Suprapto, 2011:7-8) 10 IDE ENCODING PENGIRIMANG DECODING BALIKAN Gambar 2.1 Proses Komunikasi 1. Langkah pertama, ide / gagasan diciptakan oleh sumber / komunikator. 2. Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialihbentukkan menjadi lambang- lambang komunikasi yang mempunyai makna dan pengiriman. 3. Langkah ketiga, pesan yang telah di – encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran / media yang sesuai dengan karakteristik lambang – lambang komunikasi ditunjukkan kepada komunikan. 4. Langkah keempat, penafsiran isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut disebut dengan decoding. 5. Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di – decoding. 2.2.1.2 Karakteristik Komunikasi Rogers dalam Wiryanto (2008 : 22) membedakan karakteristik komunikasi berdasarkan pada faktor – faktor arus informasi, segmentasi khalayak, derajat interakti dan control terhadap arus inormasi, sebagai berikut: - Komunikasi antarpribadi - Komunikasi interaktif - Komunikasi media massa 11 Komunikasi interaktif adalah bentuk komunikasi melalui media massa yang memiliki arus informasi bersifat dua arah dan segmentasi khalayaknya bersifat demassifikasi (tinggi). Demassifikasi berarti arus informasi yang diterima oleh khalayak bersifat pribadi. Asynchronicity diartikan sebagai proses komunikasi terus berlangsung, meskipun pihak penerima tidak berada di tempat, seperti pengirim e-mail, SMS, atau pemakaian answering machine pada peswat telpon. (Wiryanto, 2008:22) Tabel 2.2 Karakteristik Komunikasi Sifat Saluran Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komunikasi Antarpribadi Interaktif Media Massa Arus Informasi One to few Many to many One to many Sumber induvidu Peserta Organisasi komunikasi media Khalayak interaktif Segmentasi Tinggi Tinggi Rendah Khalayak (demassifikasi) (demassifikasi) (massifikasi) Target Tinggi Tinggi Rendah Cepat Bisa cepat, bisa Cepat / tunda Interaktif Arus Balik tunda Asynchronicity Rendah Tinggi untuk Rendah / tinggi media baru Emosi Sosial vs Tinggi Task – Related emosional sosial Rendah Rendah Content Non – Verbal Sulit Bisa media baru untuk Media bisa, audio bisa visual media 12 Kontrol Arus Oleh peserta Peserta Konrol Informasi komunikasi komunikasi khalayak kecil Kebebasan Rendah Biasanya rendah Tinggi Pribadi 2.2.2 Komunikasi Massa Kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau bahkan jutaan orang merupakan ciri dari komunikasi massa, yang dilakukan melalui medium massa seperti televisi atau koran. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah medium massa untuk mengirim pesan kepada audiens yang luas untuk tujuan memberi informasi, menghibur, atau membujuk. (Vivian, 2008:450). Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication. Media massa atau saluran. Menurut Ardianto dan Erdiyana (2004) mengenai kajian teori komunikasi massa yang menarik “ sebuah dunia yang cukup sederhana untuk dikenal secara utuh akan menjadi terlalu sederhana bagi para pengamat yang sadar dan mungkin telah mengenalnya. Ketika sebuah organisasi menggunakan teknologi sebagai sebuah media untuk berkomunikasi dengan khalayak yang besar, maka akan terjadi komunikasi massa dan biasanya sebuah organisasi menggunakan teknologi untuk berkomunikasi dengan khalayak yang besar. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass commnuication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media) dari pemabahasan ini dapat dilihat pengertian komunikasi massa pada 13 komunikasi dengan menggunakan media massa baik media cetak maupun media elektronik. Menurut Prof. Onong Uchajana Effendy (2003), komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa selalu bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada banyak orang, menggunakan semua media yang ada. Dan komunikasi massa selalu mengikuti perkembangan zaman yang ada dalam penyampaiannya. Jika di zaman dulu menggunakan cara-cara konvensional, yang kemudian berkembang menggunakan media cetak dan elektronik, sekarang sudah bertambah dengan menggunakan internet. Tak bisa dipungkiri bahwa komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan, hingga menjadi suatu usaha bisnis yang menjanjikan. Maka, sebagai makhluk yang mau tidak mau harus berkomunikasi, penting bagi kita untuk bisa menguasai teknik komunikasi dengan baik dan benar. 2.2.2.1 Ciri – Ciri Komunikasi Massa Adapun ciri-ciri komunikasi massa tersebut, dijabarkan oleh Nurudin sebagai berikut: (Nurudin, 2011:19) 1) Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana yang kita ketahui sistem itu adalah “sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling 14 pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Dalam sistem sebagai sebuah lembaga dalam komunikasi massa ada beberapa unsur yang membentuk sesuatu yang akhirnya disebut sebagai lembaga. Suatu unsur saling bekerja sama, berkaitan satu dengan yang lain dan juga saling melengkapi. 2) Komunikan dalam Komunikasi Massa bersifat Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama. Namun mereka adalah komunikan televisi. 3) Pesannya Bersifat Umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Kita bisa melihat televisi, misalnya. Karena televisi ditujukan untuk dinikmati oleh orang banyak, pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemilihan kata-katanya sebisa mungkin memakai kata-kata populer bukan kata-kata ilmiah. Sebab kata ilmiah merupakan monopoli kelompok tertentu. 4) Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Dalam media cetak seperti koran, hanya berlangsung satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respons kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback). 5) Komunikasi Massa menimbulkan Keserempakan Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesanpesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Bersamaan tentu juga bersifat relatif. Contohnya majalah atau media. Komunikator dalam media massa berupaya menyiarkan 15 informasinya secara serentak, walaupun ada wilayah jangkauannya yang berbed, yang memungkinkan terjadi perbedaan penerimaan. 6) Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat memerlukan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Peralatan teknis merupakan sebuah sarana yang sangat dibutuhkan media massa, dikarenakan agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak tersebar. 7) Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Tidak semua data atau bahan-bahan yang akan disampaikan oleh media bisa disiarkan begitu saja, oleh karena itu perlu ada pemilihan dan penyesuaian dengan media yang bersangkutan. Gatekeeper berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi psean – pesan lainnya. Intinya Gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem yang dimiliki, semakin banyak pula Gatekeeping yang dilakukan. Gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disebarkannya pun tergantung pada fungsi penapisan informasi tersebut. 2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Banyak ahli yang mengemukakan sejumlah fungsi komunikasi massa kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Karlinah mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum sebagai berikut (Ardianto & Erdinayah, 2004: 19) 16 1. Fungsi Informasi Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengat atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia social akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah atau tempat bekerja melainkan dari media. 2. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. 3. Fungsi Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel dan sebagainya. Fungsi mempengaruhi ini dapat dilihat antara lain dalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yag disusun sedemikian rupa sehingga tidak terlihat sebagai suatu artikel yang isinya mempromosikan suatu produk. Artikel tersebut biasanya memuat tulisan tentang suatu analisis produk tertentu. Khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam tulisan tersebut sehingga tanpa sadar khalayak melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media tersebut. 4. Fungsi Proses Pengembangan Mental Untuk mengembangkan wawasan, kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia kepada komunikasi, karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya. 17 5. Fungsi Adaptasi Lingkungan Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu menusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator dan komunikan. 6. Fungsi Memanipulasi Lingkungan Manipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikan digunakan sebagai kontrol utama dan pengatur lingkungan. 2.2.3 Media Massa 2.2.3.1 Definisi Media Massa Peran media dalam konteks komunikasi dapat diartikan sebagai perantara pesan dari komunikator ke komunikan yang terjadi dalam proses linier. Perantara yang dimaksud haruslah dilihat sebagai satu kesatuan bentuk yang dipakai sebagai alat penyampaian/pengiriman pesan. Berbagai metafora telah diciptakan untuk mengartikan aspek-aspek media. Denis McQuail (Mass Communication,2010:52-53) mengacu pada delapan metafora: media merupakan jendela (windows) yang memungkinkan kita untuk melihat lingkungan kita lebih jauh, penafsir (interpreters) yang membantu kita memahami pengalaman, landasan (platforms) atau pembawa yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif (interactive communication) yang meliputi opini audiens, penanda (signposts) yang memberi kita instruksi dan petunjuk, penyaring (filters) yang membagi pengalaman dan fokus pada orang lain, cermin (mirrors) yang merefleksikan diri kita, dan penghalang (barriers) yang menutupi kebenaran. Istilah ‘media massa’ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas 18 hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja dimasyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet dan lain-lain. Dalam kehidupan dewasa ini, informasi tentang kejadian disekeliling tidak lagi menjadi pintu rapat yang sulit untuk diketahui oleh banyak orang di luar sana. Hal ini terwujud dengan adanya media massa yang menjadi saluran komunikasi secara massa yang dapat menjangkau banyak orang dimanapun tanpa terbatas ruang gerak dan waktu. Media massa secara umum mempunyai definisi sebagai alat penyebarluasan. Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkanpesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. (Nurudin,2011:9) Seiring perkembangannya media massa kini terbagi dalam beberapa jenis, yaitu media massa cetak, media massa elektronik dan media massa online. Media massa cetak merupakan media massa yang dicetak dalam lembaran kertas, contohnya seperti surat kabar, majalah, tabloid, baliho, buku dan lain sebagainya, sedangkan media massa elektronik adalah jenis media massa yang disebarluaskan melalui audio atau audio visual, seperti televisi, radio, dan film. Dan media massa online adalah media massa yang kita bisa temukan di internet. Dan Dennis McQuail (2010) memaparkan beberapa peran media massa dalam masyarakat, yaitu: 19 1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Dipihak lain, institusi media diatur oleh masyarakat. 2. Media massa merupakan sumber kekuatan- alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya 3. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik baik yang bertaraf nasional maupun internasional. 4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian penggambaran tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. 5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu ubtuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. Sedangkan menurut UU No. 40/1999 tentang Pers fungsi media massa adalah: 1. Mengiformasikan (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Pengawasan Sosial (Social Control) – pengawas perilaku publik dan pengusaha. Media massa dapat menumbuhkan bermacam – macam rangsangan atau stimulus sehingga tanggapan audience yang dihasilkan juga akan berbeda- beda. Hal ini dapat diuraikan ke dalam empat perumusan khusus yang merupakan ringkasan pemikiran kontemporer tentang pengaruh media massa. Seperti yang dikatakan oleh Fleur dalam Suprapto (2011: 21), yaitu : 20 - Teori perbedaan induvidu - Teori kategori sosial - Teori hubungan social - Teori norma – norma budaya 2.2.4 Televisi Kehadiran televisi sebagai media massa diawali setelah bapak televisi Paul Nipkow pada tahun 1884 menemukan sebuah alat yang bernama Jantra Nipkow atau Nipkow Disc atau Nipkowsheibe. Dia lah yang melahirkan televisi mekanis yang waktu itu bernama Electriche Teleskop. Perkembangan selanjutnya tahun 1927, Philo Fransworth berhasil mentransmisikan gambar bergerak melalui tabung vakum yang disebut image dissector. Namun RCA mengklaim bahwa Vladimir Zworykin telah menemukan sebuah tabung, yakni iconoscope, dan dia lebih pantas dianggap sebagai penemu televisi. Akan tetapi dalam pengadilan paten diketahui bahwa Zworykin telah membajak hasil temuan Fransworth sehingga RCA harus membayar lisensi kepada Fransworth agar bisa menggunakan alat temuannya. Televisi set dibuat untuk umum pada tahun 1939 dipelopori oleh Allen B. Du Month. Terdapat beberapa definisi televisi, dari sisi leksikal, istilah maupun teknis, diantaranya: 1. Tele berarti jauh dan Visi berasal dari kata vision berarti penglihatan. Televisi adalah sistem yang mengirim dan menerima gambar dan suara (visual audio) melalui gelombang radio. 2. Televisi juga merupakan media pandang dengar (audio-visual) yang ternyata mampu menjadi jendela dunia yang besar bagi seseorang untuk memenuhi rasa keingintahuannya dari sebuah cerminan realita sehari-hari. 3. Television is a piece of electrical equipment consisting of a box with a glass screen on it on which you can watch programme with pictures and sound. 4. Television is a business or industry concerned with making programmes and broadcasting them on television. Definisi ini mengacu pada program yang dapat di tonton pemirsa 21 Istilah televisi terdiri dari kata tele dan visi. Tele berarti jauh dan Visi berarti penglihatan. Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip. Sedang segi penglihatannya diwujudkan dengan prinsip-prinsip kamera sehingga menjadi gambar, baik dalam gambar bergerak atau gambar diam. Televisi merupakan media massa elektronik yang memiliki keunggulan tersendiri dari segi penampilannya. Televisi dapat menampilkan gambar bergerak serta audio secara bersamaan. Karna merupakan media elektronik, maka dalam menyajikan pesan-pesannya televisi sangat bergantung kepada energi listrik, artinya tanpa listrik tidak akan dapat menyampaikan pesan. (Morissan, 2013). Sedangkan definisi yang lebih teknis dikemukakan oleh Bernard Grob, Television means “to see at a distance.” In our practical television system, the visual information in the scene is converted to an electric video signal for transmission to the receiver. Then the image is reassembled on the fluorescent screen of the picture tube. “ Televisi artinya “melihat sesuatu dari kejauhan”. Dalam sistem pertelevisian kita, informasi visual di lapangan diubah menjadi sinyal video elektrik untuk kemudian ditransmisikan ke penerima. Lalu gambar tersebut disusun kembali di dalam layar pijar dari tabung gambar. ” Ada 3 media transmisi yang dipakai pada TV broadcasting yaitu: 1. Transmisi Cable fibre optic, dipakai untuk TV Cable seperti Cable Vision. 2. Transmisi Satellite dipakai untuk DHT (Direct To Home) atau DBS (Direct Broadcasting Satellite) seperti Indovision. 3. Transmisi Terrestrial memancarkan Program TV melalui Pemancar TV di darat seperti Stasiun Pemancar TV. Gambar-gambar di televisi adalah gambar hidup, bergerak dan sinkron, dimana seorang pemirsa dapat menikmati, mengikuti sebagaimana adanya, seperti kejadian sesungguhnya. Informasi dari indera mata sebagian besar merupakan informasi yang kongkret yang cukup jelas, baik warna, 22 bentuk serta ukurannya, karena itu media audio visual sangat bermanfaat untuk mengkomunikasikan suatu gagasan. 2.2.4.1 Karakteristik Televisi Televisi merupakan media yang dapat memberikan kepada khalayak penonton apa yang disebut dengan simulated experience, yaitu pengalaman yang didapat ketika melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya. Secara rinci karakteristik media televisi adalah sebagai berikut (Morissan,2013): 1. Media televisi adalah media elektronik. 2. Media televisi adalah media audio visual gerak. 3. Media televisi adalah media transitory, artinya hanya meneruskan isi pesan, yang hanya didengar atau dilihat sekilas. 4. Serentak dan global meniadakan jarak dan waktu. 5. Informasi disampaikan kepada komunikan melalui proses pemancar/transmisi. 6. Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi secara langsung/orisinil. 7. Tujuan akhir dari penyampaian pesan adalah untuk menghibur, mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi. Selain itu karakteristik lain yang menonjol dari media televisi adalah: 1. Audiovisual, dapat didengar sekaligus dapat dilihat. 2. Berpikir dalam gambar, melalui tahap visualisasi, yaitu menerjemahkan katakata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual dan penggambaran (picturization), yaitu kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengopersian lebih kompleks, banyak melibatkan orang dan peralatan. 2.2.5 Program Televisi Kata Program merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yang berasal dari kata programme atau program yang berarti acara atau rencana. Di Indonesia sendiri, dalam Undang-Undang Penyiaran Indonesia, kata 23 program tidak digunakan dalam istilah penyiaran, dan diganti dengan kata “siaran” yang berarti pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Di Indonesia kata program lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran untuk mengacu kepada pengertian acara Program merupakan sebuah tolak ukur bagi stasiun televisi untuk bersaing melalui statistik rating dan share. Dan menurut Morrisan dalam bukunya Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Televisi dan Radio (2013), program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Ditelevisi, masyarakat akan memiliki loyalitas kepada sebuah program, bukan kepada sebuah stasiun Maka dari itu, setiap stasiun televisi harus berlomba-lomba untuk menyajikan program televisi dengan kualitas terbaik bagi pemirsanya. Dan dengan program yang disajikan akan menjadi faktor yang membuat audien tertarik untuk mengikuti siaran lain yang dipancarkan stasiun penyiaran. Standar nilai atau kualitas program sendiri tidak terlalu bisa diungkapkan kedalam sebuah literatur. Namun, Nippon Hoso Kyoku (NHK) menciptakan 10 (sepuluh) kriteria untuk mengukur kualitas sebuah program: 1. Kesatuan antara gagasan dan kebenaran 2. Kesatuan antara kemampuan daya cipta dan kemampuan teknis 3. Relevan untuk setiap masa 4. Memiliki tujuan yang jelas dan luhur 5. Mendorong kemauan belajar dan mengetahui 6. Mereduksi nafsu dan kekerasan 7. Keaslian (originalitas) 8. Menyajikan nilai-nilai universal 9. Menampilkan sesuatu yang baru dalam gagasan, format dan sajian 10. Memiliki kekuatan mendorong perubahan yang positif. Kesepuluh kriteria diatas memiliki bobot yang sama. Perbedaan kualitas ditentukan oleh berapa banyak sebuah program memenuhi kesepuluh kriteria diatas. Makin banyak kriteria yang dipenuhi, makin tinggi bobot kualitas program tersebut. 24 2.2.5.1 Jenis Program Acara Stasiun Televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak serta beragam jenisnya. Pada dasarnya apa saja yang dapat dijadikan suatu program acara untuk dapat ditayangkan di televisi, selama program itu mampu menarik perhatian penonton serta tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam praktiknya, program televisi dikategorikan menjadi dua bagian besar, yaitu Program Jurnalistik dan Program Artistik. Program Jurnalistik sendiri merupakan jenis program yang meliputi program berita baik berita keras (hard news / straight news) ataupun berita lunak (soft news). Hard News merupakan berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui pembaca. Berisi informasi peristiwa khusus (special event) yang terjadi secara tiba-tiba. Sedangkan Soft News nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita pendukung. Sedangkan program Artistik adalah program-program yang mengedepankan unsur seni (art) yang menghibur sebagai daya tariknya. Dalam program Artistik ini terdapat beberapa bagian lagi didalamnya, yaitu program drama dan non drama. Program drama seperti sinetron, sedangkan program non drama seperti reality show, talkshow, variety show, acara musik, acara penghargaan, kuis, game show, dan lain sebagainya. 2.2.5.2 Tayangan Program 1. Penyiar atau Presenter (Host) Penyiar merupakan seorang atau lebih yang membawakan atau menyajikan suatu acara non berita. Menurut arti katanya, penyiar adalah seorang yang menghantar suatu sajian (Wibowo, 2007:122). 25 2. Naskah Naskah merupakan bentuk tertulis dari suatu bentuk gagasan atau pemikiran orang/kelompok yang telah disistematiskan dan dimaksudkan untuk menjadi tujuan penyelenggara siaran radio ataupun televisi. 3. Lokasi Lokasi cukup mempunyai suatu peranan yang penting dalam penyajian suatu acara. Lokasi dapat di dalam studio (Indoor) ataupun di luar studio. 4. Gimmick atau keunikan Dalam bahasa pemasaran, gimmick merupakan unik atau khusus yang membuat sesuatu menjadi menonjol dari pesaing. Namun gimmick biasanya berpikir untuk menjadi sedikit yang digunakan. 5. Grafik Grafik terdiri dari berbagai judul, foto, huruf, ilustrasi, dan diagram yang muncul dalam hampir setiap program televisi yang diproduksi. 6. Lighting Pilihan atas lampu yang menyangkut tayangan program adalah : jenis lampu, warna yang dipilih, dan tingkat terang atau tidaknya lampu yang dipilih, baik di luar maupun di dalam studio (Zettl,2009:199-200) 7. Audio Pilihan atau suara yang menyangkut tayangan program adalah keperluan untuk memasukkan audio asli atau natural termasuk atmosfer, memasukkan backsound (ilustrasi), dan segala macam bentuk audio lainnya (Zettl, 2009:181-182). 8. Angle Camera Pilihan atas angle camera yang menyangkut tayangan program adalah bagaimana cara mengambil suatu objek dengan memperhatikan keserasian antara objek atau gambar di sekitarnya. 9. Editing Menyatukan gambar, suara, grafis, dan efek menjaid satu kesatuan, yang simulian dan dapat dinikmati. Untuk mengedit, editor harus memahami naskah yang ada (Zettl, 2009:287). 26 2.2.6 Teori Produksi Televisi Tahapan produksi sebuah program di televisi pada umumnya terdiri atas tiga tahap yaitu pra-produksi, produksi, dan paska produksi. Tahap praproduksi merupakan segala perencanaan yang dirumuskan sebelum dilakukannya proses produksi. Tahap produksi singkatmya adalah proses shooting itu endiri, sedangkan tahap paska produksi adalah segala kegiatan yang dilakukan setelah proses shooting selesai. Pra produksi adalah proses yang mencakup segala persiapan dan aktifitas sebelum kita benar-benar masuk dalam studio atau lapangan untuk produksi. Terdiri dari dua tahap yaitu : Tahap 1 berisi segala aktifitas yang dibutuhkan untuk mengubah ide dasar ke dalam konsep kerja atau naskah. Tahap 2 berisi segala detail produksi yang dibutuhkan seperti lokasi, kru, dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk produksi single camera dan multi camera. (Zettl, 2009: 4) Untuk lebih memperjelas penjabaran dari tahapan produksi yang ada, berikut ini dijelaskan pendapat dari Gerald Millerson mengenai tahapan produksi televisi, yaitu: (Fachruddin, 2012:10-16). 1. Pra Produksi Merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah proses produksi televisi, yaitu semua tahapan persiapan sebelum sebuah produksi dimulai. A. Development a. Ide Mengnalisa khalayak: dalam proses ini tim menganalisis khalayak (lokal atau nasional, jenis kelamin, usia) dari program yang akan dibuat. Analisis khalayak ini digunakan sebagai tolak ukur factor keberhasilan dalam keputusan mengembangkan program Mencari ide program: terdiri dari bagaimana naskahnya, apa saja property yang dibutuhkan, serta siapa talentnya. 27 Menentukan tipe produksi : indoor atau outdoor, live atau tapping. Menyiapkan budger program b. Target audiensi Menentukan target audiensi harus dipikirkan sejak awal. Terget penonton berdasarkan jenis kelamin, usia, dan SES (Socio Economy Status). c. Pengembangan scenario Merumuskan ide, Riset, Penulisan Outline, Sinopsis, Penulisan Treatment, Penulisan naskah Draft Review naskah. d. Membangun Karakter Pada tahap ini tim –baik Director dan creative mulai mencari pemain. e. Membangun Scene f. Membangun Script Outline B. Comissioning. a. Budget Sebelum menulis perkiran biaya yang dibutuhkan, seorang produser harus melakukan penyesuaian harga yang berlaku saat produksi akan dilaksanakan. Dengan perencanaan biaya yang akurat dan baik, pada saat mempresentasikan proposal, pihak client ataupun manajer program tentu akan mempertanyakan dan mengkritik seluruh argumentasi yang dijelaskan. Hal tersebut harus dipertimbangkan dengan lapang dada, karena dari sudut pandang yang berbeda bisa saja terdapat sesuatu yang tidak diperhitungkan dalam menyusun budget oleh produser. 28 b. Presenting the proposal Proposal dipresentasika kepada client jika berkaitan dengan sponsorship. Jika di stasiun televisi maka dipresentasikan kepada Executive Producer atau manajer program yang bersangkutan. Presentasi yang baik kemungkinan besar akan menghasilkan disetujuinya program untuk dieksekusi. c. Casting Memutuskan atau mencari seseorang yang akan menjadi pengisi acara / talent / pemain pada program tersebut. d. Set design Membangun set design berarti menerjemahkan ide/gagasan tim kreatif, membuat sketsa desain, membuat set desain, membuat maket, hingga membangun set itu sendiri. Perhitungan matematika, fisika, dan estetika harus menyatu agar sebuah set bisa menghasilkan komposisi, warna, backdrop, ornamen, dan properti yang kontras dan megah. 2. Produksi Tahap produksi adalah tahapan ketika berada di studio untuk latihan atau sesi perekaman gambar, atau memuat kamera video kedalam mobil barang (van) untuk pengambilan gambar di lapangan. Produksi mencakup perlengkapan dan kru yang mengoperasikan perlengkapan tersebut. Produksi adalah segala aktifitas diseputaran perekaman gambar (Zettl, 2009: 4). Menurut Zettl, beberapa hal didalam tahap produksi adalah : Peralatan kamera, audio, pencahayaan (lighting), rekaman video, properti, talent (artis), make up dan kostum, persiapan dan pengarahan director. 29 A. Rehearsal Produksi non-berita membutuhkan persiapan yang sangat detail beberapa jam sebelum produksi. Pre-rehearsal dimulai dengan rapat (briefing) seluruh kru hingga pengisi acara yang terlibat yang dipimpin langsung oleh sutradara. Pada saat briefing, sutradara mengarahkan pengisi acara, blocking, dan pengadegan sesuai dengan treatment yang dibuat. B. Studio Rehearsal Dilaksanakan apabila seluruh persiapan studio sudah selesai. Pengecekan dimulai dari set design, memastikan tata pencahayaan, tata suara, beserta penempatan peralatan pendukungnya harus sudah pada posisi yang benar. Proses studio rehearsal dipimpin oleh sutradara. Secara umum persiapan itu antara lain: dry run/ walkthrough, camera blocking, pre-dress run through, dress rehearsal, video tapping. C. Recording 3. Paska Produksi Paska produksi adalah segala aktivitas yang menyangkut dengan editing video dan audio. Aktivitas editing ini seperti, mengatur komposisi dan warna pada setiap video, memilih background musik yang sesuai, dan membuat efek special untuk audio (Zettl, 2009: 4). A. Capturing Proses capture gambar terjadi pada editing nonlinier, yaitu mentransfer audio visual dari kaset digital ke dalam, hard disk komputer. Sehingga materi editing sudah dalam bentuk file. Apabila menggunakan editing linier langsung proses logging gambar. 30 B. Logging Merupakan pembuatan susunan daftar gambar dari kaset hasil shooting secara detail, disertai dengan mencatat time code –nya serta di kaset berapa atau nama file apa gambar itu berada. C. Editing Pictures Pada tahap ini semua Footage telah dikumpulkan selama produksi, selanjutnya disusun dan dirangkai menjadi produk final. D. Editing Sound Editing suara disinkronkan dengan gambar, serta menghidupkan suasana melalui ilustrasi musik. E. Final Cut 2.3 Teori Khusus 2.3.1 Teori Peran 2.3.1.1 Definisi Peran Banton – Katz & Kahn – dalam Bauer (2003:54) mengatakan teori peran (role theory) mendefinisikan “peran” atau “role” sebagai “the boundaries and sets of expectations applied to role incumbents of a particular position, which are determined by the role incumbent and the role senders within and beyond the organization’s boundaries” (batas-batas dan rangkaian harapan diterapkan untuk kewajiban peran pada posisi tertentu, yang ditentukan oleh kewajiban peran dan pengirim peran dalam dan di luar batas-batas organisasi). Selain itu, Robbins (2001: 227) mendefinisikan peran sebagai “a set of expected behavior patterns attributed to someone occupying a given position in a social unit” (satu set pola perilaku yang diharapkan dikaitkan dengan seseorang menduduki posisi tertentu dalam suatu unit sosial). 31 Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Karena itulah ada yang disebut dengan role expectation. Harapan mengenai peran seseorang dalam posisinya, dapat dibedakan atas harapan dari si pemberi tugas dan harapan dari orang yang menerima manfaat dari pekerjaan/posisi tersebut. Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturanperaturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan (Soekanto, 1982 : 238). Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. Menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari sesesorang pada situasi sosial tertentu. Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh. Menurut Horton dan Hunt (1993:129-130), peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat (nature) dari peran-peran ini, hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan, 32 mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitasaktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut.Perilaku peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan. Sedangkan, Abu Ahmadi (1982:50) mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya. 2.3.1.2 Teori Peran Teori peran adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian besar kegiatan sehari-hari menjadi pemeran dalam kategori sosial (misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya. 2.3.1.3 Ketidakberhasilan Peran Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan, tidak semuanya mampu untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam menjalankan perannya. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam role conflict dan role strain. 1. Role Conflict Setiap orang memainkan sejumlah peran yang berbeda, dan kadang-kadang peran-peran tersebut membawa harapan-harapan yang bertentangan. Menurut Hendropuspito (1989:105-107), konflik peran (role conflict) sering terjadi 33 pada orang yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau peran-peran itu mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama. Dengan kata lain, bentrokan peranan terjadi kalau untuk menaati suatu pola, seseorang harus melanggar pola lain. Setidaknya ada dua macam konflik peran. Yakni, konflik antara berbagai peran yang berbeda, dan konflik dalam satu peran tunggal. Pertama, satu atau lebih peran (apakah itu peran independen atau bagian-bagian dari seperangkat peran) mungkin menimbulkan kewajiban-kewajiban yang bertentangan bagi seseorang. Kedua, dalam peran tunggal mungkin ada konflik inheren. 2. Role Strain Adanya harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini dinamakan role strain. Satu hal yang menyebabkan terjadinya role strain adalah karena peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda. Sampai tingkatan tertentu, masing-masing interaksi ini merumuskan peran yang berbeda, karena membawa harapanharapan yang berbeda pula. Maka, apa yang tampak sebagai satu peran tunggal mungkin dalam sejumlah aspek sebenarnya adalah beberapa peran. Misalnya, status sebagai karyawan bagian pemasaran (sales) eceran di sebuah perusahaan, dalam arti tertentu sebenarnya membawa beberapa peran: sebagai bawahan (terhadap atasan di perusahaan itu), sebagai sesama pekerja (terhadap karyawan-karyawan lain di perusahaan itu), dan sebagai penjual (terhadap konsumen dan masyarakat yang ditawari produk perusahaan tersebut). Stres Peran Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Stres peran terdiri dari : a. Konflik peran, dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama yang lain. b. Peran yang tidak jelas, terjadi jika individu yang diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan. 34 c. Peran yang tidak sesuai, terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap. Misalnya, seseorang yang masuk dalam satu profesi, dimana terdapat konflik antara nilai individu dan profesi. d. Peran berlebih, terjadi jika individu menerima banyak peran misalnya, sebagai istri, mahasiswa, perawat, ibu. Individu dituntut melakukan banyak hal tetapi tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya. (Keliat:1992) 2.3.1.4 Faktor-faktor Penyesuaian Peran Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan, yaitu : a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran b. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan c. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran e. Pemisahan perilaku yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran f. Proses yang umum untuk memperkecil ketegangan peran dan melindungi diri dari rasa bersalah. Menurut Horton dan Hunt (1993), seseorang mungkin tidak memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan dengan peran lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak ada dua individu yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar-benar sama. Ada beberapa proses yang umum untuk memperkecil ketegangan peran dan melindungi diri dari rasa bersalah, yaitu antara lain: 35 1.Rasionalisasi Rasionalisasi yakni suatu proses defensif untuk mendefinisikan kembali suatu situasi yang menyakitkan dengan istilah-istilah yang secara sosial dan pribadi dapat diterima. Rasionalisasi menutupi kenyataan konflik peran, yang mencegah kesadaran bahwa ada konflik. Misalnya, orang yang percaya bahwa “semua manusia sederajat” tapi tetap merasa tidak berdosa memiliki budak, dengan dalih bahwa budak bukanlah “manusia” tetapi “benda milik.” 2.Pengkotakan (Compartmentalization) Pengkotakan (Compartmentalization) yakni memperkecil ketegangan peran dengan memagari peran seseorang dalam kotak-kotak kehidupan yang terpisah, sehingga seseorang hanya menanggapi seperangkat tuntutan peran pada satu waktu tertentu. Misalnya, seorang politisi yang di acara seminar bicara berapi-api tentang pembelaan kepentingan rakyat, tapi di kantornya sendiri ia terus melakukan korupsi dan merugikan kepentingan rakyat. 3.Ajudikasi (Adjudication) Ajusikasi yakni prosedur yang resmi untuk mengalihkan penyelesaian konflik peran yang sulit kepada pihak ketiga, sehingga seseorang merasa bebas dari tanggung jawab dan dosa. 4.Kedirian (Self) Kadang-kadang orang membuat pemisahan secara sadar antara peranan dan “kedirian” (self), sehingga konflik antara peran dan kedirian dapat muncul sebagai satu bentuk dari konflik peran. Bila orang menampilkan peran yang tidak disukai, mereka kadang-kadang mengatakan bahwa mereka hanya menjalankan apa yang harus mereka perbuat. Sehingga secara tak langsung mereka mengatakan, karakter mereka yang sesungguhnya tidak dapat disamakan dengan tindakan-tindakan mereka itu. 36 Konflik-konflik nyata antara peran dan kedirian itu dapat dianalisis dengan konsep jarak peran (role distance) yang dikembangkan Erving Goffman. “Jarak peran” diartikan sebagai suatu kesan yang ditonjolkan oleh individu bahwa ia tidak terlibat sepenuhnya atau tidak menerima definisi situasi yang tercermin dalam penampilan perannya. Ia melakukan komunikasi-komunikasi yang tidak sesuai dengan sifat dari peranannya untuk menunjukkan bahwa ia lebih dari sekadar peran yang dimainkannya. Seperti, pelayan toko yang mengusulkan pembeli untuk pergi ke toko lain karena mungkin bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Ini merupakan tindakan mengambil jarak dari peran yang mereka lakukan dalam suatu situasi. Penampilan “jarak peran” menunjukkan adanya perasaan kurang terikat terhadap peranan. Pada sisi lain, “penyatuan diri” dengan peranan secara total merupakan kebalikan dari “jarak peran”. Penyatuan diri terhadap peran tidak dilihat dari sikap seseorang terhadap perannya, tetapi dari tindakan nyata yang dilakukannya. Seorang individu menyatu dengan perannya bila ia menunjukkan semua kemampuan yang diperlukan dan secara penuh melibatkan diri dalam penampilan peran tersebut. 2.3.2 Teori Semiotika Teori semiotika, bersumber dari buku Teknik Praktis Riset Komunikasi (Kriyantono, 2006), menurut Saussure, suatu “tanda” atau “sign” dapat terdiri dari : 1. Bunyi-bunyi dan gambar (Sound and Image), yang disebut juga “signifier” 2. Konsep-konsep dari Bunyi dan gambar (The Concepts of Sounds and Images) yang disebut juga “Signified” berasal dari kesepakatan. Maksudnya adalah, Tanda (Sign) adalah sesuatu yang berbentuk fisik, suara, atau gambar apapun, yang dapat dilihat dan didengar yang biasanya merujuk kepada sebuah objek atau aspek dari realitas yang ingin dikomunikasikan (refrent/ external reality). Dalam berkomunikasi seseorang mengirim tanda untuk mengirim makna tentang suatu objek dan akan 37 diinterpretasikan oleh orang lain. Sistem komunikasi akan lancar dengan syarat komunikator dan komunikan memiliki bahasa atau pengetahuan yang sama terhadap system tanda tersebut. Tujuan Analisis Semiotik Analisis Semiotik berupaya mennemukan makna tanda termasuk halhal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada. Yang dimaksud “tanda” ini sangat luas. Kriyantono (2006) membedakan tanda atas lambang(symbol), ikon (icon), dan indeks (index). Dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Lambang : Suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional. Lambang ini adalah tanda yang dibentuk karena adanya consensis dari para pengguna tanda. Warna merah bagi masyarakat Indonesia adalah lambang berani, mungkin di Amerika bukan. 2. Ikon : suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan berupa kemiripan. Jadi, ikon adalah bentuk tanda yang dalam berbagai bentuk menyerupai objek dari tanda tersebut. Patung kuda adalah ikon dari seekor kuda. 3. Indeks : suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya timbul karena ada kedekatan eksistensi. Jadi indeks adalah suatu tanda yang mempunyai hubungan langsung dengan objeknya. Suara kuda merupakan indeks adanya kuda. 2.3.3 Sound Theory Dennis Baxter (2007) dalam bukunya yang berjudul “A Practical Guide to Television Sound Engineer” menuliskan bahwa Suara (Sounds) adalah bunyi yang dihasilkan ketika molekul di udara berubah oleh suatu 38 gerakan yang ditimbulkan sebuah objek yang menghasilkan sebuah getaran. Objek ini bisa berupa senar gitar, vocal manusia, atau sebuah kaleng yang bergerak ketika ada energi yang menggetarkannya. Seperti pada saat memetik senar gitar, senar tersebut akan bergerak maju dan mundur dengan jumlah getaran tertentu. Jumlah gerakan ini disebut sebagai frekuensi dari getaran tersebut. Satu kali gerakan maju dan mundur tersebut disebut cycle (putaran). Maka satuan untuk frekuensi adalah cycle per second, atau cps. Satuan ini biasa dikenal dengan sebutan Hertz (Hz). Menurut teori, agar sebuah suara dapat didengar oleh manusia, frekuensi minimal dari gerakan suara adalah 20 Hz dan frekuensi tertingginya adalah 20 kHz. Pada kenyataan manusia dapat menangkap frekuensi tinggi yang mendekati antara 15 kHz dan 17 Khz. 2.3.3.1 Sistem Suara (Sound System) Sound system merupakan perangkat elektronik yang memiliki satu konsep yang sama, yaitu untuk mengambil gelombang suara, mengkonversinya menjadi arus listrik dan memanipulasi mereka sesuai yang diinginkan, kemudian mengubahnya kembali menjadi gelombang suara. Sound system secara sederhana terdiri dari 2 jenis komponen: 1. Transducer : Perangkat yang mengubah energy akustik menjadi energi elektrik atau sebaliknya. Dua jenis Transducer yang sering kita gunakan adalah Mikrofon ( mengubah energi akustik menjadi energi listrik) dan Speaker (mengubah energi listrik menjadi energi akustik). 2. Amplifier : Perangkat yang menerima sinyal dan meningkatkan kekuatannya. Proses kerja amplifier adalah : a. Proses bermula dari sumber suara (seperti suara manusia, instrument musik, dan lain lain), yang menciptakan gelombang suara (akustik energi). b. Gelombang ini dideteksi oleh Transducer (mikrofon), yang merubahnya menjadi energi listrik. c. Sinyal listrik dari mikrofon sangat lemah, jadi harus diberikan penguatan. 39 d. Loud Speaker mengubah sinyal listrik kembali ke gelombang suara, sehingga dapat didengar oleh telinga manusia. 2.3.3.2 Tiga Bagian Model Audio Salah satu cara sederhana untuk memvisualisasikan system audio adalah dengan membaginya menjadi tiga bagian yaitu sumber, prosesor, dan output dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Sumber adalah tempat sinyal audio elektronik yang diterima. Sumber dapat berasal dari sumber live seperti mikrofon dan alat music elektrik, juga dapat berasal dari sumber playback seperti tape deck dan cd. 2. Bagian pengolahan adalah tempat dimana sinyal dimanipulasi. Sebagai contoh: Graphic Equalizer, Left/right Stereo Balance, dan Amplifiers. 3. Bagian output adalah tempat dimana sinyal diubah menjadi gelombang suara (oleh pengeras suara), sehingga dapat didengar oleh manusia. Contohnya adalah: Headphone atau Loud Speaker. 2.3.3.3 Recording and Mixing Theory Recording merupakan kegiatan merekam dengan menggunakan sound system dan software. Di sini gelombang suara yang dihasilkan oleh instrumen dipantau dan direkam. Bersumber dari situs markasstudio.com, mixing merupakan tahap lanjutan dari proses recording. Dalam tahap ini hasil recording dikoreksi, dikelola, ataupun ditambahkan efek hingga memilih sound yang diinginkan. Sebagai contoh: membuat suara vokal menjadi berbeda dari aslinya, meletakkan backsound disatu sisi, dan penyesuaian konsep yang diinginkan si perekam. Proses mixing secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Balancing Menyeimbangkan volume/ level masing-masing track. Contohnya adalah vokal besar dari gitar, snare dan vokal sama levelnya, kickdrum sama dengan level gitar, bass sama dengan level vokal. 40 2. Panning Penempatan kiri-kanan/ panorama. Contoh: cymbal melebar kiri dan kanan, vokal, bass, snare, dan kickdrum di tengah. 3. Staging Penempatan masing- masing instrumen di dalam ’ruangan atau panggung buatan’. Di posisi depan atau di tengah atau di belakang panggung/ ruangan dengan menambahkan reverb dan delay dengan perhitungan tertentu, instrumen dapat ditempatkan sesuai panggung buatan tersebut. 4. Efek Insert Penggunaan efek misalnya adalah gitar diberi flanger, vokal diberi chorus dan lain lain. Equalizer berfungsi memberi separasi tiap track dan menempatkan instrumen pada jangkuan frekuensinya masing-masing, contoh vokal lebih bright, bass tebal, snare lebih bright dari gitar dan lain lain. 5. Auto Dynamic (Compress,limit)/ manual dynamic (automation): Contoh drumplayer kadang memukul snare tidak rata, ada yang terdengar keras, ada juga yang lirih, snare akan dicompress hingga dynamic nya terdengar rata. Begitu juga di track lainnya termasuk vokal. Setelah tiap track ter compress, aransemen lagu dilakukan mengikuti dynamic lagu tersebut, contoh ketika reff biasanya player memainkan instrumennya lebih kencang maka tiap track yang sudah di compress tadi akan diatur level dynamicnya sesuai kebutuhan lagu tersebut. 6. Final Touch Up Sound Engineer biasanya akan mendengar ulang hasil mixing esok harinya atau beberapa waktu setelah mixing untuk checking, dan membenahi beberapa sentuhan yang luput dari pendengaran. 7. Capture / Rendering Hasil mixing yang sudah bagus, akan dibounce / render ke file tersendiri di dalam harddisk. Atau bisa juga direkam dari output converter ke recorder lain. 41 Teori tersebut dikaitkan dengan skripsi ini dengan karena pentingnya menciptakan sound yang berkualitas dengan cara melakukan recording, serta meminimalisasi gangguan yang ada dengan editing dalam proses mixing dan mastering, yang secara keseluruhan terkait dengan profesi seorang sound Engineer pada umumnya. 42 2.4 Kerangka Pemikirian Sound Peran Sound engineer Produksi Pra Rasionalisasi Pengkotakan Ajudikasi Paska Kedirian Program Junior Master Chef Indonesia Audience Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran (Horton dan Hunt,19933)