1 ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN

advertisement
ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN
PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI
BAGIAN PRODUKSI
Nurul Kholijah Aspia
Nurlina, SKM., M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM., M.Kes
Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi
Universitas Siliwangi ([email protected])
Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Premenstrual syndrome (PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri atas beberapa
gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh seorang perempuan sebelum
datangnya siklus menstruasi, yang menyebabkan ia mengalami gangguan dalam
fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala tersebut akan menghilang saat
menstruasi tiba (Sylvia, 2010). Faktor psikologis seperti stress merupakan salah
satu penyebab PMS (Winkjosastro dalam Izzatul Anita, 2007). Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stress dengan kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS). Metode penelitian menggunakan metode survei
analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 114 dari 166
populasi.Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi
frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian
menunjukkan usia termuda responden adalah 21 tahun dan usia tertua 25 tahun,
responden dari spinning 1 adalah 55 orang dan spinning 2 adalah 53 orang,
responden yang mengalami PMS 75%, responden yang mengalami stress
80,6%. Analisis menggunakan chi-square menunjukan bahwa ada hubungan
antara tingkat stress dengan kejadian PMS dengan nilai p < 0,05 (0,000).
Disarankan kepada perusahaan untuk memberikan training kesehatan secara
umum kepada para karyawannya.
Kepustakaan
: 7 (2001 – 2012)
Kata Kunci
: Tingkat Stress, Premenstrual Syndrome
1
ABSTRACT
Premenstrual syndrome ( PMS ) is a condition that consists of multiple physical
symptoms , emotions and behaviors experienced by a woman prior to arrival of
the menstrual cycle , which causes it to crash in function and everyday activities ,
these symptoms will disappear when menstruation arrives ( Sylvia , 2010) .
Psychological factors such as stress is one of the causes of PMS ( Winkjosastro
in Izzatul Anita , 2007) . This study aimed to analyze the relationship between
stress levels with the incidence of premenstrual syndrome ( PMS ) . Survey
research methods using analytic methods with cross sectional sample of 114 of
the 166 population . The analysis is performed univariate analysis using
frequency distribution and bivariate analysis using Chi Square test . The results
showed the youngest age of respondents was 21 years old and the oldest 25
years of age , the respondents from 1 spinning and spinning is 55 2 is 53 people ,
respondents who have PMS 75 % , of respondents who experienced stress 80.6
% . Using chi - square analysis showed that there is a relationship between
stress levels with the incidence of PMS with p < 0.05 ( 0.000 ) . Suggested to the
company to provide general medical training to its employees .
Literature
: 7 (2001 – 2012)
Key Word
: Stress Level, Premenstrual Syndrome
2
1.
PENDAHULUAN
Berdasarkan survei, PMS merupakan masalah kesehatan umum
yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia subur. Saat ini diperkirakan
prevalensi dari gejala klinis yang berarti adalah sekitar 12,6%-31% dari
wanita yang mengalami menstruasi. Studi epidemiologi menunjukkan kurang
lebih 20% dari wanita usia reproduksi mengalami gejala PMS tingkat sedang
sampai berat. Berdasarkan penelitian yang disponsori oleh WHO pada tahun
1981, didapatkan hasil bahwa gejala PMS dialami oleh 23% wanita
Indonesia (Kumalasari Erma, 2012).
Premenstrual syndrome (PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri
atas beberapa gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh seorang
perempuan sebelum datangnya siklus menstruasi, yang menyebabkan ia
mengalami gangguan dalam fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala
tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba (Sylvia, 2010).
Faktor psikologis seperti stress merupakan salah satu penyebab
PMS (Winkjosastro dalam Izzatul Anita, 2007). Saat stress, tubuhakan
memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin
yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus
secara
berlebihan,
sedangkan
progesteron
bersifat
menghambat
kontraksi.Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa
nyeri.Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan
otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika
menstruasi (Puji, 2009).Stress dapat mempengaruhi derajat keparahan
gejala premenstrualsyndrome (PMS). Stress dapat berasal dari internal
maupun eksternal dalam diri wanita (Mulyono dkk, 2001)
Stress dapat diartikan sebagai respon (reaksi) fisik dan psikis,
yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan terhadap
tekanan atau tuntutan yang dihadapi (Yusuf, dan Nurihsan, 2010). Zaman
sekarang ini, semakin banyak wanita yang memilih untuk beraktivitas di luar
rumah. Kondisi ini akan berhubungan erat dengan semakin banyaknya
stress yang menyerang wanita (Razi, 2008). Wanita yang bekerja mengalami
berbagai stress ditempat kerja, baik stress yang bersifat fisik karena
beberapa kondisi lingkungan kerja fisik yang berada diatas nilai ambang
3
batas yang diperkenankan, atau juga dapat ditambah oleh adanya stress
yang bersifat non fisik (psikososial), yang dapat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatannya (Mulyono dkk, 2001).
Berdasarkan survey pendahuluan tentang tingkat stress yang
dilakukan terhadap 26 orang karyawan wanita bagian produksi PT Indorama
Synthetics Tbk Divisi Spinning pada tanggal 3-4 Juni 2013 didapatkan
sebesar 92,3 % (24 orang) mengalami stress ringan dan sebesar 7,7 % (2
orang) mengalami stress sedang. Sedangkan untuk kejadian PMS
didapatkan sebesar 96,15 % (25 orang).
2.
Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan tingkat stress dengan kejadian Premenstrual
Syndrome pada karyawati bagian produksi di PT Indorama Synthetics Tbk
Divisi Spinning Departemen Spinning 1 & 2.
3.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan
pendekatanCross Sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah semua karyawati bagian produksi
Departemen Spinning 1 & 2 PT Indorama Synthetics Tbk yaitu sebanyak 166
orang. Sample dari penelitian ini adalah sebagian orang yang diambil dari
populasi dengan perhitungan sampel menurut rumus LameShow, 1997)
yaitu dengan tingkat ketelitian nya 0,05% menjadi 114 sampel, sampel
diperkecil lagi dengan kriteri-kriteria tertentu sehinggga didapatkan jumlah
sampel menjadi 108 responden.
4.
Teknik Pengambilan Data
Data sekunder diperoleh dari data PT Indorama Synthetics Tbk Divisi
Spinning. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan alat bantu
kuesioner.
Data
primer
meliputi
Premenstrual Syndrome (PMS)
4
data
tingkat
stress
dan
kejadian
5.
Analisis Data
Analisis
Univariat
variabel
dependen
maupun
independen
dianalisis dengan tabel distribusi frekuensi diantaranya variabel tingkat
stress dan kejadian PMS.
Analisis Bivariat menggunakan Uji Chi-Square, dengan tingkat
kemaknaan 0,05. Hasil yang diperoleh pada analisis Chi-Square dengan
menggunakan program SPSS 16 yaitu nilai p, kemudian dibandingkan
dengan 0,05
6.
HASIL
Berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi, dari seluruh sampel yang
berjumlah 114 orang responden, didapatkan 108 orang responden yang
memenuhi kriteria, dikarenakan sebanyak 6 orang responden memiliki status
gizi lebih dan status gizi kurang. Jumlah responden tersebut merupakan
gabungan dari departemen spinning 1 dan spinning 2. Responden yang
berumur paling muda adalah 21 tahun sebanyak 1 orang responden (0,9%),
responden yang berumur paling tua adalah 35 tahun sebanyak 9 orang
(8,3%), sedangkan jumlah umur terbanyak dari responden ada pada umur
32 tahun yaitu sebanyak 14 orang (13%).
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Tingkat Stress Pada Karyawati Bagian Produksi
PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning
No
1
2
3
4
5
Tingkat Stress
Stress Sangat Berat
Stress Berat
Stress Sedang
Stress Ringan
Tidak Stress
Jumlah
N
7
19
41
20
21
108
Frekuensi
Persentase (%)
6,5
17,6
38
18,5
19,4
100.0
Berdasarkan Tabel 6.1 diketahui bahwa jumlah responden yang
mengalami stress sangat berat sebanyak 7 orang responden (6,5%),
responden yang mengalami stress berat sebanyak 19 orang responden
5
(17,6%), responden yang mengalami stress sedang sebanyak 41 orang
responden (38%), responden yang mengalami stress ringan sebanyak 20
orang responden (18,5%) dan responden yang tidak mengalami stress
sebanyak 21 orang responden (19,4%).
Untuk keperluan analisis uji hubungan, maka tingkat stress
dikategorikan menjadi dua yaitu tidak stress dan stress, dikarenakan stress
merupakan faktor resiko PMS.Berdasarkan pengelompokan tersebut,
didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Stress Pada Karyawati Bagian Produksi
PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning
No
Kategori Stress
1
2
Stress
Tidak Stress
Jumlah
N
87
21
108
Frekuensi
Persentase (%)
80,6
19,4
100.0
Berdasarkan Tabel 6.2 diketahui bahwa responden yang mengalami stress
sebanyak 87 orang responden (80,6%) dan responden yang tidak
mengalami stress sebanyak 21 orang responden (19,4%).
Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Kejadian Premenstrual Syndrome Pada Karyawati Bagian Produksi PT
Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning
No
1
2
Kejadian PMS
PMS
Tidak PMS
Jumlah
Berdasarkan
Tabel
N
81
27
108
6.3
Frekuensi
Persentase (%)
75
25
100.0
diketahui
bahwa
responden
yang
mengalami PMS sebanyak 81 orang responden (75%) dan responden yang
tidak mengalami PMS sebanyak 27 orang responden (25%).
Selain itu dilakukan pula perhitungan mengenai prevalensi PMS.
Hasil perhitungan prevalensi diuraikan sebagai berikut :
6
Kasus PMS
Populasi
X 100%
81
108
X 100%
= 75 %
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa prevalensi kejadian
PMS pada karyawati bagian produksi PT Indorama Synthetics Tbk Divisi
Spinning adalah 75%.
Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Dampak PMS Pada Pada Karyawati Bagian Produksi PT Indorama
Synthetics Tbk Divisi Spinning
No
1
2
Dampak PMS
Frekuensi
Persentase (%)
N
Mengganggu
aktivitas seharihari
Tidak mengganggu
aktivitas seharihari
Jumlah
62
76,54
19
23,46
81
100,0
Berdasarkan Tabel 6.4 diketahui bahwa jumlah responden yang merasakan
aktivitas sehari-hari terganggu akibat PMS yaitu sebanyak 62 orang
responden (76,54%), sedangkan responden yang tidak merasa terganggu
akibat PMS sebanyak 19 orang responden (23,46%).
Tabel 6.5Hubungan Tingkat Stress dengan Kejadian PMS
Pada Karyawati Bagian Produksi
PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning
PMS
No
1
2
3
4
5
Tingkat Stress
Stress Sangat
Berat
Stress Berat
Stress Sedang
Stress Ringan
Tidak Stress
Jumlah
Ya
Total
N
%
Tidak
N
%
7
8,6
0
0
7
6,5
19
34
13
8
81
23,5
42
16
9,9
100
0
7
7
13
27
0
25,9
25,9
48,1
100
19
41
20
21
108
17,6
38
18,5
21
100
7
N
%
p
value
0,000
Berdasarkan Tabel 6.5 dapat diketahui bahwa responden yang
mengalami stress sangat berat seluruhnya mengalami PMS (8,6%).
Responden yang mengalami stress berat seluruhnya mengalami PMS
(23,5%). Responden yang mengalami stress sedang, lebih banyak yang
mengalami PMS (42%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami PMS
(25,9%). Responden yang mengalami stress ringan, lebih banyak yang
mengalami PMS (16%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami PMS
(25,9%), responden yang tidak mengalami stress lebih banyak yang tidak
mengalami PMS (48,1%) dibandingkan dengan yang mengalami PMS
(9,9%).
Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 (p
value kurang dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara tingkat stress dengan kejadian PMS. Untuk
mengetahui nilai risiko stress maka kategori tingkat stress dikelompokan
ke dalam dua kategori yaitu stress dan tidak stress.
Tabel 6.6 Hubungan Stress dengan Kejadian PMS
Pada Karyawati Bagian Produksi
PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning
PMS
No
1
2
Kategori Stress
Stress
Tidak Stress
Jumlah
Ya
N
73
8
%
90,1
9,9
Tidak
N
%
14 51,9
13 48,1
81
100
27
100
Total
N
87
21
10
8
%
80,6
19,4
p
value
OR
0,000
8,473
100
Berdasarkan Tabel 6.6 dapat diketahui bahwa responden yang
mengalami stress, lebih banyak yang mengalami PMS (90,1%),
dibandingkan yang tidak mengalami PMS (51,9%). Pada responden yang
tidak mengalami stress, lebih banyak yang tidak mengalami PMS
(48,1%), dibandingkan yang mengalami PMS (9,9%).
Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 (p
value kurang dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara tingkat stress dengan kejadian PMS. Nilai
8
OR=8,473 yang berarti responden yang mengalami stress memiliki risiko
8,473 kali mengalami PMS dibandingkan responden yang tidak
mengalami stress.
Simpulan
1.
Prevalensi PMS sebesar 71,05% dengan kategori tingkat stress 6,5%
mengalami stress sangat berat, 17,6% mengalami stress berat, 38%
mengalami stress sedang, 18,5% mengalami stress ringan dan 19,4% tidak
mengalami stress.
2.
Responden yang mengalami PMS sebanyak 81 orang responden (75%),
sedangkan responden yang tidak mengalami PMS sebanyak 27 orang
responden (25%).
3.
Ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian PMS dengan nilai p
value=0,000 dan nilai OR=8,473.
Saran
Perusahaan perlu memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada
saat training rutin yang diadakan oleh Departemen Safety.Jadi, departemen
safety tidak hanya memberikan informasi tentang kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) tetapi juga memberikan informasi tentang kesehatan secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Kumalasari, Erma. 2012. Hubungan antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul,
Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Sydrome
Pramenstruasi pada Siswi MTsN Mlinjon Filial Trucuk Klaten Tahun 2012.
Elvira, Sylvia. D. 2010. Sindrom Pra-Menstruasi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Izzatul Anita. 2007. Pengaruh Pre-Menstrual Syndrome (PMS) terhadap Tingkat
Amarah pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN).
Istiqomah, Puji. 2009. Keefektifan Senam Dismenore dalam Mengurangi
Dismenore pada Remaja Putri di SMUN 5 Semarang.
Mulyono dkk. 2001. Stress Psikososial pada Wanita Pekerja Status Kawin di PT
Tulus Trituggal Gresik.
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika.2010. Teori Kepribadian. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
9
Maulana, Razi. 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Reproduktif dengan
Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekologi BPK
RSUD Dr. Zainoel Abidin
10
Download