BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan

advertisement
111
1SsSs1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penuaan
merupakan
suatu
proses
yang
kompleks
menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan
serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses penuaan meliputi berbagai
aspek biologis, fisiologis, dan biokimia di dalam tubuh.
Banyak faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi terjadinya proses
penuaan itu sendiri. Dengan mengetahui penyebabnya, maka dapat dilakukan
berbagai upaya berdasarkan ilmu pengetahuan terkini untuk menghambat atau
memperlambat proses penuaan, sehingga seseorang dapat menua dengan
kualitas hidup yang baik dapat dipertahankan (Pangkahila, 2011).
Faktor-faktor itu secara garis besar dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya radikal bebas, hormon
yang berkurang, proses glikasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang
menurun,
dan
gen.
Sedangkan
faktor eksternal yang memegang peranan
penting sebagai penyebab terjadinya proses penuaan misalnya gaya hidup yang
tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, stres,
dan kemiskinan (Pangkahila, 2011).
1
2
Salah satu aspek pada proses penuaan yang dapat diukur adalah perubahan
biokimiawi profil lipid yaitu terjadinya dislipidemia dalam tubuh yang
merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi
lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
kenaikan kadar trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (Waspadji et al,
2010).
Di Indonesia, prevalensi gangguan dislipidemia belum terdaftar dengan baik,
namun diperkirakan cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan merupakan
faktor risiko yang memicu penyakit kardiovaskular.
Data di Indonesia
berdasarkan laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun 2007 menunjukkan
bahwa prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol total >200
mg/dL adalah 39,8% (Perki, 2013).
Dislipidemia dapat menjadi faktor tunggal terjadinya Penyakit Jantung
Koroner (PJK) pada seseorang (Waspadji et al, 2010). Dislipidemia itu sendiri
memberikan reaksi selanjutnya yaitu peroksidasi lipid (otooksidasi) membran
dan sitosol yang mengakibatkan terjadinya serangkaian reduksi asam lemak
sehingga terjadi kerusakan membran dan organel sel.
Peroksidasi lipid
merupakan reaksi berantai yang memberikan radikal bebas secara terus-menerus
yang menginisiasi peroksidasi lebih lanjut. Hal ini akan merusak sel yang
selanjutnya akan mengakibatkan bertambah cepatnya orang menjadi tua, sakit
dan mati.
3
Terapi non farmakologis seperti modifikasi gaya hidup merupakan
pedoman penatalaksanaan terdepan untuk dislipidemia dan sangat bermanfaat
untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular (Stone, 2013).
demikian, pada sebagian orang tetap
diperlukan strategi
Namun
farmakologis
menggunakan obat untuk mencapai kadar lipid yang ditargetkan.
Salah satu terapi farmakologis yang umum diberikan adalah obat golongan
Statin. Dalam 10 tahun terakhir ini, inhibitor 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A
reduktase (HMG KoA) menjadi obat yang paling banyak diresepkan sebagai obat
perbaikan kadar lipid (Perki, 2013). Dosis Statin berkisar antara 10 mg – 80 mg
yang dianjurkan. Semua obat golongan Statin kecuali pravastatin, rosuvastatin,
dan pitavastatin mengalami metabolisme di hati melalui isoenzim sitokrom P450
sehingga akan berinteraksi dengan obat yang dimetabolisme melalui enzim
tersebut.
Peningkatan enzim hepar terjadi pada 0,5-2% pengguna statin terutama
pada dosis tinggi. Setiap pasien hendaknya diperiksa enzim heparnya sebelum
memulai terapi statin (Perki, 2013).
Pada keadaan tertentu Statin tidak dianjurkan digunakan dalam jangka
waktu lama dan dalam dosis toleransi yang tidak menimbulkan efek samping
seperti resistensi insulin, miopati, rhabdomiolisis sampai dengan terjadi gangguan
profil hepar dan empedu. Hal ini menunjukkan bahwa terapi kombinasi sangat
diperlukan untuk menurunkan efek samping penggunaan obat Statin. Beberapa
penelitian ilmiah, modifikasi diet dengan pemberian suplemen nutraseutikal
4
digunakan dalam memperbaiki profil lipid yaitu Alpha Lipoic Acid (ALA)
(Houston, 2012).
ALA merupakan komponen organosulfur yang terbentuk dari asam
oktanoat yang berfungsi sebagai antioksidan endogen dan koenzim dalam
mitokondria. Secara spesifik ALA dapat menurunkan kadar Ox-LDL dan
kolesterol plasma dengan meningkatkan aktivitas reseptor LDL hepatik yang
dapat mencegah LDL-C menjadi Ox-LDL (Harding, 2012).
Penurunan
LDL
sebesar
1
mg/dl
menurunkan
risiko
kejadian
kardiovaskuler sebesar 1% dan peningkatan kadar kolesterol High Density
Lipoprotein (HDL) menurunkan risiko kejadian kardiovaskuler sebesar 2-3%
(Mahdy et al, 2012).
Studi yang dilakukan sebelumnya dan telah dipublikasikan dalam journal
American Heart Association (AHA) menyimpulkan bahwa dengan pemberian
suplementasi ALA menghambat pembentukan aterosklerosis yang bekerja sebagai
antiobesitas, antitrigliserida dan antiinflamasi vaskular. Atas dasar ini ALA dapat
mencegah dan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan dalam kasus penyakit
vaskular aterosklerosis (Zhang, 2008)
Mekanisme ALA dalam menurunkan profil lipid dalam darah masih belum
jelas. Beberapa studi menunjukkan bahwa ALA menurunkan trigliserida dan LDL
melalui cara mengurangi aktivitas lipoprotein lipase (LPL), meningkatkan
reseptor LDL dalam hati yang meningkatkan penyerapan kolesterol kembali ke
sistem hati (portal) dan meningkatkan enzim katalase, meningkatkan enzim
5
antioksidan SOD dan meningkatkan FFA (free fatty acid) β-oksidasi (Hussein et
al, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar kolesterol
total pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia?
2. Apakah pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar trigliserida
pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia?
3. Apakah pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar LDL pada
tikus Wistar jantan yang dislipidemia?
4. Apakah pemberian ALA secara oral meningkatkan kadar HDL pada tikus
Wistar jantan yang dislipidemia?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah : Untuk membuktikan perbaikan
profil lipid darah pada tikus Wistar yang dislipidemia dengan pemberian ALA
secara oral.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
6
1. Untuk membuktikan pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar
kolesterol total pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia.
2. Untuk membuktikan pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar LDL
pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia.
3. Untuk membuktikan pemberian ALA secara oral dapat menurunkan kadar
trigliserida pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia.
4. Untuk membuktikan pemberian ALA secara oral meningkatkan kadar HDL
pada tikus Wistar jantan yang dislipidemia.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang
efektivitas pemberian ALA dalam memperbaiki profil lipid pada keadaan
dislipidemia.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dengan penelitian ini dapat diketahui salah satu cara dalam memperbaiki
profil lipid yaitu dengan pemberian suplementasi ALA setelah ALA melalui tahap
uji klinis pada manusia, sehingga dapat dijadikan acuan.
Download