Bogor, 9 Oktober 2011 Press Release Finalisasi Peraturan KPI tentang P3SPS Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan beberapa komisioner dari KPID Sulsel, KPID Jabar, KPID Jateng dan KPID Jatim, melakukan finalisasi revisi Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran (SPS), di Hotel Sahira Bogor, sejak 7-9 Oktober ini. Finalisasi ini dihadiri langsung oleh Ketua KPI Pusat, Dadang Rahmat Hidayat, yang merupakan kelanjutan dari pembahasan sebelumnya pada bulan lalu di kota yang sama. Ketua KPID Sulsel, Rusdin Tompo, menjelaskan bahwa mereka yang hadir merupakan tim kecil yang diberi amanah untuk memformulasikan masukan-masukan yang berkembang selama pelaksanaan uji publik revisi peraturan KPI tersebut, yang dilakukan di beberapa daerah, salah satunya di Makassar. “Ada banyak masukan yang direspons, mulai dari masyarakat, para narasumber, maupun dari berbagai lembaga dan organisasi, seperti ATVSI, ATVLI, KPAI, Kementerian Pemberdayaan Perempaun dan Perlindungan Anak, POLRI, P3I, dan lain-lain,” jelas Rusdin Tompo. Tim finalisasi ini juga berupaya mengakomodasi berbagai persoalan dan praktik penyiaran mutakhir yang sebelumnya belum sempat dituangkan dalam draft revisi. Misalnya, menyangkut iklan produk komersial yang diselipkan dalam adzan, dan pelaksanaan kuis berhadiah yang cenderung mengarah ke penipuan. Juga ada pembahasan tentang pengaturan keterlibatan anak dalam setiap program siaran, termasuk pembatasan jam tayang anak yang disepakati mulai pukul 05.00-18.00 waktu setempat. “Pelibatan anak dalam siaran langsung juga diperbolehkan sepanjang tidak melewati pukul 18.00 waktu setempat,” papar Rusdin, yang dikenal sebagai aktivis hak anak. Hal lain yang mengemuka adalah menyangkut program-program yang materi siarannya mengutip social media dan YouTube, yang ditegaskan wajib tetap menaati hak siar. Juga dilakukan penajaman pasal-pasal terkait sensor karena ini berhubungan dengan kewenangan Lembaga Sensor Film (LSF). Tim juga me-review pasal-pasal yang terkait dengan agama serta pasal-pasal yang berhubungan dengan kekerasan dan perbuatan asusila pada program jurnalistik. Banyaknya keluhan terhadap tayangan sinetron juga diapresiasi dengan melihat kembali pasal-pasal yang relevan dengan program tersebut. Selain itu, tim juga memberikan perhatian terhadap tayangan selama bulan ramadhan, mengingat pada saat itu pola hidup masyarakat berubah. “Hal ini dilakukan demi melindungi anak-anak dan remaja sebagai khalayak khusus dari dampak buruk siaran,” tegas Rusdin. Ia mencontohkan, pengaturan tayangan ramadhan itu antara lain terkait dengan iklan rokok. Di luar pasal-pasal yang sudah disosialisasikan selama uji publik, tim juga mengelaborasi pembahasan menyangkut hukum acaranya. Seperti, jarak antara waktu kejadian pelanggaran yang dilakukan lembaga penyiaran dengan waktu jatuhnya sanksi, jarak waktu antara penjatuhan sanksi satu dengan yang lainnya, serta masa berlaku sanksi. Pembahasan revisi P3SPS ini berlangsung alot karena diskusi dan perdebatan tidak hanya menyangkut substansi materi tapi juga tafsir atas redaksi yang dibuat. Sekalipun demikian, semuanya dilakukan demi memberikan perlindungan bagi publik. “Jika aturannya baik dan industri menaatinya, maka yang diuntungkan adalah masyarakat. Karena masyarakat akan mendapatkan siaran-siaran yang edukatif, inspiratif, dan aman bagi anggota keluarganya,” demikian pungkas Rusdin Tompo. Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sulawesi Selatan Rusdin Tompo