BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Agency Theory Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dengan agent. Teori agency menunjukkan pentingnya pemisahaan manajemen perusahaan dari pemilik kepada manajer. Tujuan sistem pemisahaan ini untuk menciptakan efesiensi dan efektifitas dengan menyewa agen profesional dalam mengelola perusahaan. Pemisahaan kepemilikan dan pengendalian ini membawa pada masalah agensi, dimana manajer dalam perusahaan bertindak sebagai agen dan stakeholder bertindak sebagai principal. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan prinsipal menyerahkan pembuatan keputusan kepada direktur yang bertindak sebagai agen dari pemegang saham. Pemilik menginginkan informasi dan mengembangkan sistem insentif untuk meyakinkan tindkan agen berada dalam kepentingan pemilik. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan (Eisenhardt, 1989 dalam Darmawati dkk 2005). Pertama adalah masalah keagenan yang timbul pada saat (a) keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan dan (b) merupakan suatu hal 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang telah benar-benar dilakukan oleh agen. Permasalahannya adalah bahwa prinsipal tidak dapat memverifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat. Kedua, adalah masalah pembagian risiko yang timbul pada saat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Oleh karena itu dibuat kontrak yang diharapkan dapat menyelaraskan kepentingan principal dan agen. Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham. Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Adanya ketidak seimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi. Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba sehingga akan menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa laporan keuanan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggung jawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawai sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen. Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan modal yang telah ditanamkan oleh investor. Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan kata lain yakni corporate governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan. 2. Legitimacy Theory Gray.et.al (1996) berpendapat bahwa legitimasi merupakan “a systemoriented view of organization and society permist us to focus on the role of information and disclosure in the relationship between organisations the state ,individuals and group “. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Definisi tersebut menyatakan bahwa legitimasi merupakan system pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society) pemerintahan,individu, dan kelompok masyarakat. Untuk itu sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada masyarakat (society),operasi perusahaan harus kongruen.Lindblom (1994) dalam Achmad (2007) menyatakan bahwa suatu organisasi mungkin menerapkan 4 strategi legitimasi ketika menghadapi bergbagai ancaman legitimasi ,oleh karena itu untuk menghadapi kegagalan kinerja perusahaan seperti kecelakaan yang serius atau skandal keuangan organisasi munkin: 1. Mencoba mendidik stakeholdernya tentang tujuan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya . 2. Mencoba untuk merubah persepsi stakeholder terhadap suatu kejadian (tetapi tidak merubah kinerja actual organisasi). 3. Mengalihkan (memanipulasi) perhatian dari masalah yang menjadi perhatian( mengkonsentrasikan terhadap beberapa aktifitas positif yang tidak berhubungan dengan kegagalan- kegagalan). 4. Mencoba untuk merubah ekspektasi external tentang kinerjanya. Teori legitimasi dalam bentuk umum memberikan pandangan yang penting terhadap praktek pengungkapan sosial perusahaan. Kebanyakan inisiatif utama pengungkapan sosial perusahaan bisa ditelusiri pada satu atau lebuh strategi legitimasi yang disarankan oleh Lindblom. Sebagai misal, kecendrungan umum bagi pengungkapan sosial http://digilib.mercubuana.ac.id/ perusahaan untuk 18 menekankan pada poin positif bagi prilaku pilaku organisasi dibandingkan dengan elemen yang negative. Teori legitimasi juga menyatakan bahwa perusahan secara terus menerus mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma masyarakat di mana mereka berada. Norma perusahaan selalu berubah mengikuti perubahan dari waktu ke waktu sehingga perusahaan harus mengikuti perkembangannya. Proses untuk mendapatkan legitimasi berkaitan dengan kontrak sosial yang dibuat oleh perushaan dengan berbagai pihak dalam masyarakat. Setiap perusahaan beroperasi dengan kontrak sosial, dimana kelangsungan dan pertumbuhannya berdasarkan pada: 1. Pemberian sesuatu yang diinginkan oleh masyarakat. 2. Pendistribusian manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada kelompok-kelompok yang berkuasa. Harsanti (2011) menyatakan, perusahaan dikatakan memiliki legitimasi ketika sistem nilai perusahaan selaras dengan sistem nilai kemasyarakat, dimana perusahaan merupakan bagian dari masyarakat. Dalam pengertian secara mendasar, legitimasi adalah hubungan sosial tertentu yang dikukuhkan sebagai hal yang benar dan tepat secara moral. Teori legitimasi penting bagi organisasi karena teori legitimasi didasari oleh batasan-batasan, norma-norma, nilai-nilai dan peraturan sosial yang membatasi perusahaan agar memperhatikan kepentingan sosial dan dampak http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 dari reaksi sosial yang dapat ditimbulkan. Dengan melakukan pengungkapan sosial, perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi. Uraian di atas menjelaskan bahwa legitimasi perusahaan dapat ditingkatkan melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Untuk itu, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat. 3. Good Corporate Governance a. Pengertian Good Corporate Governance Corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan arah strategi dan kinerja suatu perusahaan. Tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Menurut keputusan menteri badan usaha milik negara no. KEP-117/MMBU/2002, corporate governance merupakan suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) mendefiniskan: Corporate Governance sebagai berikut: “corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The Corporate Governance structure specifies the distribution of the right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides this structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance”. OECD melihat Corporate Governance sebagai suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari Corporate Governance menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggungjawab dari masingmasing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain Dewan Komisaris dan Direksi, Manajer, Pemegang saham, serta pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari Corporate Governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertangungjawabkan dan dilakukan dengan baik. Di Indonesia, tujuan dan manfaat corporate governance dapat diketahui dari Keputusan Menteri Negara BUMN melalui SK No. Keputusan 23/M-PM. PBUMN /2000, Pasal 6, Penerapan GCG dalam rangka menjaga kepentingan PESERO bertujuan untuk: 1. Pengembangan dan peningkatan nilai perusahaan. 2. Pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 3. Peningkatan disiplin dan tanggung jawab dari organ PESERO dalam rangka menjaga kepentingan perusahaan termasuk pemeang saham, kreditur, karyawan, dan lingkungan dimana PESERO berada, secara timbal balik sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing- masing. 4. Meningkatkan kontribusi PESERO bagi perekonomian nasional. 5. Meningkatkan iklim investasi. 6. Mendukung program privatisasi. Secara garis besar, corporate governance sangatlah baik untuk pertumbuhan perusahaan. Dengan pengelolaan yang baik, tentunya dapat menyelesaikan berbagai macam masalah yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya adalah masalah keagenan dan meminimalisir biaya keagenan. Corporate governance juga dapat mencegah adanya kecurangan diantara pemangku kepentingan yang ada di perusahaan seperti moral hazard dan adverse selection. Pendanaan modal perusahan juga dipengaruhi coreporate governance, agar mencapai tingkat optimal, harus meminimalisir biaya modal itu sendiri. Hal tersebut semua bisa tercapai atas dasar kerja sama tim yang baik dan kesadaran dari individu masingmasing. b. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip dasar inidiharapkan menjadi rujukan bagi para regulator (pemerintah) daam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 membangun framework bagi penerapan good corporate governance. Prinsipprinsip dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001: 31) adalah sebagai berikut: 1. Fairness (Kewajaran) Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading). 2. Transparency (Transparansi) Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuuntungan perusahaan. 3. Accountability (Akuntablitas) Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, Dewan Komisaris dan auditor. 4. Responsibility (Responsibilitas) Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kesejahteraan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 5. Indenpendency (Indenpendensi) Indenpendensi yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpapengaruh atau tekanan dari pihak manapun sehingga pengambilan keputusandapat dilakukan secara obyektif. Masing-masing organ perusahaan harusmelaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar danperaturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan ataumelempar tanggungjawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang efektif. Prinsip dasar Corporate Governance yang dikeluarka OECD pada tahun 2004 mencakup: 1. Memastikan kerangka pengembangan Corporate Governance yang efektif 2. Hak Pemegang Saham dan Fungsi Utama Kepemilikan Saham 3. Perlakuan yang sama terhadap Pemegang Saham 4. Peranan Stakeholders dalam Corporate Governance 5. Keterbukaan dan Transparasi 6. Tanggung Jawab Dewan (Komisaris dan Direksi) c. Manfaat Good Corporate Governance Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dan pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan berlaku. Selain itu, mekanisme corporate governance juga dapat membawa beberapa manfaat, antara lain: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 1. Mengurangi agency cost yang merupakan biaya yang harus ditanggung pemegang saham karena penyalahgunaan wewenang sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. 2. Mengurangi biaya modal (cost of capital) sebagai dampak dari menurunnya tingkat bunga atas dana dan sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan seiring dengan turunnya tingkat risiko perusahaan. 3. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan. Listyorini (2001) dalam Sabrinna (2010) menyebutkan manfaat penerapan corporate governanceadalah: 1. Meningkatkan efisiensi produktivitas Hal ini dikarenakan seluruh individu dalam perusahaan memiliki komitmen untuk memajukan perusahaan. Semua individu di perusahaan pada setiap level dan departemen akan berusaha menyumbang segenap kemampuannya untuk kepentingan perusahaan dan bukan atas dasar mencari keuntungan secara pribadi atau kelompok. Dengan demikian tidak terjadi pemborosan yang diakibatkan penggunaan sumber daya perusahaan yang dipergunakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 untuk kepentingan pihak-pihak tertentu yang tidak sejalan dengan kepentingan perusahaan. 2. Meningkatkan kepercayaan publik Publik dalam hal ini dapat berupa mitra baik sebagai investor, pemasok, pelanggan, kreditor, pemerintah maupun konsumen akhir. Bagi investor dan kreditor penerapan good corporate governance adalah suatu hal yang dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelepasan dana investasi maupun kreditnya. Jadi kreditor dan investor akan merasa lebih aman karena perusahaan dijalankan dengan prinsip yang mengutamakan kepentingan semua pihak dan bukan hanya pihak tertentu saja. 3. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan. 4. Dapat mengukur target kinerja perusahaan. Dalam hal ini manajemen lebih terarah dalam mencapai sasaransasaranmanajemen dan tidak disibukkan untuk hal-hal yang bukan menjadi sasaranpencapaian kinerja d. Praktik Good Corporate Governance Good corporate governance didalam praktiknya terdiri dari unsur-unsur yang berpengaruh. Banyaknya unsur-unsur yang terdaoat dalam good corporate governance membuta peneliti memilih beberapa unsur untuk dijadikan variabel yang diteliti lebih lanjut. Variabel good corporate governance yang akan dipakai dalam penelitian ini antara lain kepemilikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit independen, dan remunerasi. 1) Kepemilikan institusional Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Shleifer and Vishny (1997) bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Begitu pula penelitian Wening (2009) Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. 2) Kepemilikan Manajerial Menurut Downes dan Goodman (1999) kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang juga berati dalam hal ini pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu bentuk struktur kepemilikan yang dapat mengatasi masalah agensi yang menyebabkan terciptanya konsep GCG. Jensen & Mackling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi lba untuk kepentingannya. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1997). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Gunarsih (2004) menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang dapat dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya yang juga merupakan keinginan dari para pemegang saham. Putri (2006) dalam Sabrinna (2010) menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan saham pada perusahaan maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan manajer dan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menaggung kerugiansebagai konekuensi dari pengambilan keputusan. 3) Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang terafiliasi dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan Novrianti dkk (2013). Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tat kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 memberikan nasihat kepada Direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Menurut Haniffa dan Cooke (2002) apabila jumlah komisaris independen semakin besar atau dominan hal ini dapat memberikan power (kekuasaan) kepada dewan komisaris untuk menekan manajemen untuk meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan. Komposisi dewan komisaris independen yang semakin besar atau dominan dapat mendorong dewan komisaris untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stakeholder perusahaan. 4) Komite Audit Independen Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Sam’ani (2008) menjelaskan bahwa komite audit berperan dalam memastikan kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan. Fungsi komite audit yang efektif akan mengarah pada semakin baiknya fungsi control sehingga konflik keagenan dapat diminimalisasi. Komite audit memiliki tugas melakukan pengawasan terhadap pelaporan kinerja manajemen. Menurut BAPEPAM dalam Peraturan Bapepam-LK No. IX.1.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit mengatur mengenai independensi Komite Audit. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Independensi Komite Audit menjadikan Komite Audit memiliki kemandirian dalam menyampaikan sikap dan pendapat. Dengan semakin banyaknya anggota independen dalam komite audit, maka penilaian komite audit terhadap pelaporan kinerja manajemen akan semakin objektif dan handal, juga mencegah timbulnya moral hazard dan menengahi agency problem yang muncul sehingga nantinya principal dan agent akan memiliki keselarasan tujuan yang berimbas pula pada meningkatnya kinerja perusahaan. Independensi merupakan karakteristik terpenting yang harus dimiliki oleh komite audit untuk memenuhi peran pengawasannya (Trihartati, 2010). Kinerja komite audit menjadi efektif jika para anggotanya memiliki kemandirian dalam menyatakan sikap dan pendapat. Untuk menjamin independensi, Bapepam (2004) menetapkan persyaratan bagi pihakpihak yang menjadi anggota komite audit yaitu: 1. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, atau pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non audit dan atau jasa konsultasi lain kepada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh komisaris. 2. Bukan merupakan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan emiten atau perusahaan publik dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh komisaris, kecuali komisaris independen. 3. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka waktu paling lama enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain. 4. Tidak mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horisontal maupun secara vertikal dengan komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik. 5. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatn emiten atau perusahaan publik. 5) Remunerasi Remunerasi pada dasarnya merupakan alat untuk mewujudkan visi dan misi organisasi dengan tujuan untuk memotivasi pegawai untuk bekerja dengan efektif dan menciptakan perilaku yang positif sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Remunersi mempunyi pengertian sesuatu yang diterima pegawai sebagai imbalan dari kontribusi yang telah diberikannya kepada organisasi tempat kerja. Remunrasi mempunyai makna lebih luas daripada gaji, karena mencakup semua bentuk imbalan, baik yang berbentuk uang maupun barang, diberikan secara langsung http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 maupun tidak langsung, dan yang bersifat rutin maupun tidak rutin. Imbaln langsung teriri dari gaji / upah, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, bonus yang berkaitan atau tidak dikaitkan dengan prestasi kerja dan kinerja organisasi, insentif sebagai penghargaan prestasi, dan berbagai jenis bantuan yang yang diberikan secara rutin. Imbalan tidak langsung terdiri dari fasilitas, keshatan, dana pensiun, gaji selama cuti, santunan musibah, dan sebagainya. Menurut Surya (2008) mengemukakan bahwa remunerasi adalah sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai imbalan/balasan dari kontribusi yang telah diberikannya kepada organisasi tempat bekerja. Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur suatu variabel remunerasi yaitu: 1. Kuantitas pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan. 2. Kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh karyawan. 3. Mutu pekerjaan yang dilaksanakan. 4. Analisa beban kerja karyawan 5. Lama waktu dalam penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. 6. Kehadiran atau absensi karyawan berdasarkan jam dan hari kerja. 7. Disiplin karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Berdasarkan definisi remunerasi diatas dapat disimpulkan bahwa remunerasi adalah rewards atau imbalan yang diberikan perusahaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 kepada karyawan atas usaha dan kinerjanya baik dalam bentuk financial atau non-financial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraaan karyawan tersebut. Prinsip dasar sistem remuerasi yang efektif mencakup prinsip individual equity atau keadilan individual, dalam arti apa yang diterima oleh pegawai harus setara dengan apa yang diberikan oleh pegawai terhadap organisasi, internal equity atau keadilan internal dalam arti adanya keadilan antara bobot pekerjaan dan imbalan yang diterima, dan external equity atau keailan eksternal dalam arti keadilan imbalan yang diterima pegawai dalam organisasinya dibandingkan dengan organisasi lain yang memiliki kesetaraan (Kusnaedi, 2005). 4. Corporate Social Resonsibility Corporate Social Resposibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Anggraini, 2006). Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan. Definisi umum menurut World Business Council in Sustainable Development, corporate social responsibility adalah komitmen dari perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan secara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Dengan CSR perusahaan diharapkan dapat meningkatkan perhatian terhadap lingkungan, kondisi tempat kerja, hubungan perusahaan masyarakat, investasi sosial perusahaan, dan citra perusahaan di mata publik menjadi baik, meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan akses kapital. Dalam aktifitasnya setiap perusahaan akan beinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Akibat dari interaksi itu menuntut adanya timbal balik antara perusahaan dan lingkungan sosialnya yang berimplikasi pada timbulnya dampak-dampak sosial atas kegiatan operasi perusahaan pada lingkungannya. Sepanjang perusahaan menggunakan sumber daya manusia dan komunitas yang ada, maka perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan profit dan mengembalikan sebagian profit tersebut bagi masyarakat. Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 meliputi: 1. Kepatuhan kepada hukum 2. Menghormati instrumen/badan-badan internasional 3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya 4. Akuntabilitas 5. Transparansi 6. Perilaku yang beretika http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 7. Melakukan tindakan pencegahan 8. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia Adanya ketidakseragaman dalam penerapan CSR diberbagai negara menimbulkan adanya kecenderungan yang berbeda dalam proses pelaksanaan CSR itu sendiri di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu pedoman umum dalam penerapan CSR di mancanegara. Dengan disusunnya ISO 26000 sebagai panduan (guideline) atau dijadikan rujukan utama dalam pembuatan pedoman SR yang berlaku umum, sekaligus menjawab tantangan kebutuhan masyarakat global termasuk Indones 5. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran tertentu yang digunakan oleh entitas untuk mengukur keberhasilan dalam menghasilkan laba. Kinerja perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk menjelaskan kegiatan operasionalnya (Payamta, 2001). Menurut Febryani dan Zulfadin (2003) kinerja perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya nya. Dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Hendaknya kinerja perusahaan merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai maka dilakukan penilaian kinerja (Nugroho, 2014). Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan yang berdasar pada sasaran, standar, dan kinerja yang telah ditentukan. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham, sehingga nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya (Nugroho, 2014). Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan hasil dan tindakan yang diinginkan. Standar perilaku tersebut berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran perusahaan. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya melalui reward yang diberikan oleh perusahaan dan hasil kinerja. Penilaian kinerja menurut Sucipto (2003) dimanfaatkan oleh manajer untuk hal-hal berikut : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal. 2. Membantu pengambilan keputuan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberitahuan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 3. Menyediakan kebutuhan pelatihan dan pembangunan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi menilai kinerja mereka. Karena penilaian kinerja perusahaan didasarkan pada laporan keuangan, maka untuk melakukan penilaian kinerja ini menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio inilah yang nantinya akan memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dan prospeknya dimasa yang akan datang. Rasio keuangan merupakan alat utama untuk mengukur keuangan. Ada dua kelompok yng menganggap rasio keuangan berguna. Pertama terdiri dri manjer yng menggunakannya untuk mengukur dan melacak kinerja perusahaan sepanjang waktu. Kedua, pengguna rasio keuangan mencakup para analis yang merupakan pihak eksternal bagi perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan (Anggraini, 2006): a) Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 b) Rasio Aktivitas Rasioa aktivitas adalah rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. c) Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik itu yang berhubungan dengan penjualan, aset, maupun laba bagi modal sendiri. Rasio profitabilitas dibagi menjadi enam antara lain : gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), operating return on assets (OPROA), return on asset (ROA), return on equity (ROE), operating ratio (OR). d) Rasio Solvabilitas (leverage) Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunana utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage, berarti menggunakan modal sendiri 100% dalam usahanya. e) Rasio Pasar (Market Ratio) Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham. Semakin banyaknya perusahaan yang mencantumkan laporan arus kas dalam laporan keuangan tahunan, membuat pengguna informasi laporan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 arus kas sebagai analisis kinerja perusahaan semakin meningkat. Salah satu analisis kinerja laporan keuangan dengan menggukan laporan arus kas adalah analisis laporan arus kas. Analisis laporn arus kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan komponen neraca dan laporan labarugi sebagai alat analisis rasio. Rasio laporan arus kas terdiri dari (Pradhono, 2014): 1. Cash flow to sales Rasio cash flow to sales mengukur pengembalian atas penjualan dalam bentuk kas. 2. Cash flow return on asset (CFROA) Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas asset perusahaan, makin tinggi nilai rasio ini berarti penggunaan asset sangat efisien, sebab tingkat pengembalian atas asset perushaan makin besar. 3. Cash flow return debt and equity Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian (dalam bentuk kas) dari hasil operasi perusahaan atas investasi permanent perusahaan yaitu hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. 4. Cash flow return on stock holder equity Cash flow return on stock holder equity menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan return (tingkat pengembalian) atas modal yang ditanam pemegang saham. Makin tinggi rasio ini menunjukkan pihak manajemen makin efisiendalam mengelola modal pemilik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Cash Flow Return On Asset (CFROA) Cash Flow Return On Asset (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja peusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan saham (Cornettt et. Al 2006). Penelitianyang menguji earning management, Corporate Governancedan true financial performance pernah dilakukan oleh Cornettt et.al (2006) dan menemukan adanya pengaruh mekanisme good Corporate Governanceterhadap penurunan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan positif dengan CFROA. Hasil ini dinterprestasikan sebagi indikasi bahwa CFROA merupakan fungsi positif dari indikator mekanisme good corporate governance. Mekanisme good Corporate Governance dapat mengurangi dorongan manajer melakukan earning management, sehingga CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya. Sebagian peneliti menganggap Tobin’s Q lebih mampu menjelaskan keadaan perusahaan sebenarnya. Namun volatilitas harga saham yang tinggi akibat pengaruh berbagai faktor makro ekonomi dapat berpengaruh besar dapat mempengaruhi hasil perhitungan. Hal ini tidak akan terjadi jika kita menggunakan CFROA. Karena pertimbangan tersebut penelitian menggunakan CFROA sebagai indikator penilaian kinerja perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ ini 41 6. Penelitian Terdahulu Peneltian mengenai Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, salah satunya di dilakukan oleh Octavia dan Hermi (2014) menguji pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan, dan penelitian ini menghasilkan bahwa CSR berpengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA), serta CSR berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan (CAR). Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 dan 2011, dengan menggunakan analisi regresi berganda. Variabel dependen yang diguenakan adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan menngunakan ROA dan CAR, dan variabel independennya adalah CSR yang diukur dengan menggunakan CSDI. Penelitian yang dilakukan oleh Setianingsih dkk (2014) menguji pengaruh Good Corporate Governance dan pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa secara parsial GCG berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, secara parsial CSR berpengaruh postif dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan, ecara parsial GCG berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, ecara parsial CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai peusahaan, secara simultan GCG dan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, dan secara simultan GCG dan CSR berpengaruh positif dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 signifikan terhadap nilai perusahaan. Penellitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftaf di BEI periode 2010-2012, dengan menggunakan analisis regresi berganda. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan dan nilai perusahaan, dan variabel independennya adalah GCG dan CSR. Penelitian yang dilakukan oleh Novrianti dkk (2013) menguji pengaruh corporate Social Responsibility dan Good Governance terhadap kinerja perusahaan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan GCG yang yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, komisaris independen, dan ukuran komite audit tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan ROE, dan variabel independe yang digunakan adalah CSR dan GCG yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, komisaris independen, serta ukuran komite audit. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmad (2013) meneliti pengaruh penerpan Corporate Governance berbasis karakteristik manajerial pada kinerja perusahaan manufaktur. Hasil penelitiannya memberikan bukti bahwa dewan komisaris dan kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh signifikan pada kinerja perusahaan dan komite audit, dewan direksi, dewan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 komisaris independen dan kepemilikan manajerial secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 dengan menggunakan analisis regresi berganda. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobins’Q, dan variabel independen yang digunakan adalah struktur GCG yang diukur dengan komite audit, proporsi dewan direksi, dewan komisaris, dewan komisaris independen dan serta proporsi dewan komisaris yang terdiri dari kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Penelitin yang dilakukan oleh Murwaningsari (2009) menguji hubungan corporate governance, corporate social responsibility dan corporate financial performance dalam satu continuum. Penelitiannya memberikan buktibahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerjaperusahaan dan kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadapkinerja perusahaan. Selain itu penelitian ini juga memberikan bukti bahwakepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap CSR, kepemilikaninstitusional berpengaruh positif signifikan terhadap CSR, dan CSR berpengaruhpositif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampelseluruh perusahaan publik yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). Variabel dependen dalam penelitianini adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobins’Q.Variabel independen dalam penelitian ini adalah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 GCG yang diukur dengankepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Variabel intervening dalampenelitian ini adalah CSR yang diukur dengan membandingkan jumlah CSR yangdiungkapkan perusahaan dengan jumlah pengungkapan sesuai dengan indeks CSRyang dipakai oleh Sembiring (2005). Sementara yang menjadi variabel kontroldalam penelitian ini adalah CEO tenure, jenis industri, corporate secretary, dankomite nominasi dan remunerasi. Dalam penelitian Mollah, et al (2007) mengungkapkan bahwa Mekanisme good corporate governance berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan nilai perusahaan pada sektor korporasi di botswana. (Lihat tabel 2.1) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1 Peneliti Octavia dan Hermi (2014) Variabel yang digunakan Variabel dependen: kinerja perusahaan Variabel independen: CSR 2 Setianingsih dkk (2014) Variabel dependen: kinerja perusahaan dan nilai perusahaan Variabel independen: GCG dan CSR 3 Novrianti dkk (2013) 4 Rachmad (2013) 5 Murwanings ari (2009) 6 Sabur Mollah, Omar Al Farooque, dan Wares Karim (2007) Variabel dependen: kinerja perusahaan Variabel independen: CSR dan GCG yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, komisaris independen, serta ukuran komite audit. Variabel dependen: kinerja perusahaan Variabel independen: GCG yang diukur dengan komite audit, proporsi dewan direksi, dewan komisaris, dewan komisaris independen. Proporsi dewan komisaris yang terdiri dari kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Variabel dependen: kinerja perusahaan Variabel independen: GCG yang diukur dengan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Variabel intervening : CSR Variabel kontrol: CEO tenure, jenis industri, corporate secretary, dan komite nominasi & remunerasi. Ownership Structure, corporate governance and firm performanc (Evidence from an African emerging market) Hasil penelitian CSR berpengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA), serta CSR berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan (CAR). GCG berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan, CSR berpengaruh postif dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan, CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai peusahaan, GCG dan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan GCG yang yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, komisaris independen, dan ukuran komite audit tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dewan komisaris dan kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh signifikan pada kinerja perusahaan. Komite audit, dewan direksi, dewan komisaris independen dan kepemilikan manajerial secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan, Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional berpengaruh positif signifikan terhadap CSR, dan CSR berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Menyatakan bahwa peran informasi akuntansi dan mekanisme good corporate governance dalam penafsiran perubahan desain perjanjian utang yang dikenakan dalam kontrak utang publik dan swasta dari perusahaan yang terdaftar di pasar saham Mesir berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sumber: Berbagai Penelitia Terdahulu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 B. Rerangka Penelitian 1. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan a. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan Murwaningsari kepemilikan (2009) menyatakan bahwa institusional dengan kinerja terdapat perusahaan. pengaruh Kepemilikan institusional terhadap saham perusahaan dipandang dapat meningkatkan fungsi pengawasan terhadap perusahaan, agar melakukan praktek Good Corporate Governance yang lebih baik. Dengan meningkatkan kepemilikan institusional, diharapkan dapat memberikan tekanan agar perusahaan dapat terus melaksanakan praktek Good Corporate Governance sesuai yang diharapkan investor institusional. Oleh karena itu, kinerja perusahaan akan semakin baik dan meningkat. Pernyataan itu didukung oleh penelitian Rachmad (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan Institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabrinna (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak terdapat hubungan signifikan terhadap kinerja perusahaan. b. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Perusahaan Menurut Downes dan Goodman (1998) kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Kepemilikan manajerial http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 perusahaan dapat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Apabila dalam perusahaan terdapat kepemilikan manajerial, yaitu direktur memiliki saham perusahaan, maka kinerja perusahaan akan berada pada titik optimal. Ini terjadi karena direktur yang juga sebagai pemilik perusahaan dapat menginstruksikan dan mengendalikan pengelolaan perusahaan secara langsung (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga kemungkinan munculnya agency problem akan semakin tipis jika dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial. Jika direktur perusahaan juga berlaku sebagai pemilik perusahaan, maka terjadilah kesamaan tujuan antara principal dengan agent, yang berpengaruh pula pada meningkatnya kinerja perusahaan. Hasil peneltian Widagwo dan Chariri (2014) dan Rachmad (2013) memberikan bukti bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, akan tetapi penelitian yang dilakukan Murwaningsari (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. c. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Kinerja perusahaan Menurut Haniffa dan Cooke (2002) apabila jumlah komisaris independen semakin besar atau dominan hal ini dapat memberikan power (kekuasaan) kepada dewan komisaris untuk menekan manajemen untuk meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan. Komposisi dewan komisaris independen yang semakin besar atau dominan dapat mendorong dewan komisaris untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stakeholder perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 Berdasarkan penelitian Masjid dan Cahyono (2015) memiliki hasil bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rachmad (2013) dan Novrianti dkk(2013) bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, sedangkan d. Pengaruh Komite Audit Independen Terhadap Kinerja Perusahaan Perbedaan kepentingan antara principal dan agent dapat mengarah kepada tindak kecurangan agent terhadap principal, yang dikenal dengan sebutan moral hazard (Jensen dan Meckling, 1976). Moral hazard dapat dicegah dengan pembentukan komite audit. Komite audit memiliki tugas melakukan pengawasan terhadap pelaporan kinerja manajemen. Menurut BAPEPAM dalam Peraturan Bapepam-LK No. IX.1.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit mengatur mengenai independensi Komite Audit. Independensi Komite Audit menjadikan Komite Audit memiliki kemandirian dalam menyampaikan sikap dan pendapat (Trihartati, 2010). Dengan semakin banyaknya anggota independen dalam komite audit, maka penilaian komite audit terhadap pelaporan kinerja manajemen akan semakin objektif dan andal, juga mencegah timbulnya moral hazard dan menengahi agency problem yang muncul sehingga nantinya principal dan agent akan memiliki keselarasan tujuan yang berimbas pula pada meningkatnya kinerja perusahaan. Pendapat ini didukung dengan penelitian Tihartati (2010) bahwa independensi komite audit berpengaruh terhadap variabel dependen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widagwo dan Chariri (2014) menyatakan bahwa indpendensi komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan e. Pengaruh Remunerasi Terhadap Kinerja Perusahaan Menurut Surya (2008) remunerasi adalah sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai imbalan/balasan dari kontribusi yang telah diberikannya kepada organisasi tempat bekerja. Secara umum, komisaris, direksi, dan karyawan menginginkan remunerasi dalam jumlah yang tinggi. Bila kinerja perusahaan menunjukkan suatu peningkatan maka remunerasi juga akan meningkat. Besarnya remunerasi ini sangat tergantung pada kebijakan masingmasing perusahaan. Remunerasi yang tinggi akan mendorong direksi dan komisaris untuk lebih aktif melakukan pengawasan dan pengendalian yang berpengaruh pada kebijakan yang diambil dalam perusahaan. Dengan adanya kinerja yang meningkat dari pemangku kepentingan perusahaan tersebut, secara pasti nilai perusahaan dan kinerja perusahaan akan meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Puspanegara (2009) memberikan bukti bahwa remunerasi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja. Sementara Ruky (2009) menyatakan pula bahwa faktor remunerasi juga berpengaruh terhadap kinerja karywan. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan erat dan pengaruh antara remunerasi dan kinerja perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 f. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan Aktivitas Corporate Social Responsibility CSR merupakan bentuk tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan dan sosial. Penerapan (CSR) diharapkan dapat mendorong perusahaan untuk lebih etis dalam menjalankan kegiatan operasionalnya agar tidak berakibat buruk bagi masyarakat dan lingkungan hidup, sehingga kelangsungan operasi perusahaan dapat terjamin di masa yang akan datang. Davis (1973) dalam Nugroho (2014) menyatakan bahwa dengan mempraktekkan tanggung jawab secara sukarela membuat perusahaan akan mendapatkan keunggulan dari pesaing-pesaingnya dalam sisi kompetitif dalam jangka pendek seperti peningkatan dalam produktivitas seperti mengembangkan kemampuannya untuk menarik sumber daya manusia dalam jumlah yang besar, keuntungan penjualan karena pembeli mungkin sangat sensitif terhadap isu-isu sosial dan mengurangi biaya yang diharapkan dapat mempengaruhi hubungan dengan kreditur maupun supplier yang potensial. Untuk jangka panjang sendiri, CSR dapat menjadi elemen yang sangat menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan yang melakukan aktivitas CSR secara berkala, tentu akan membuat kesan yang positif bagi perusahaan dalam jangka panjang. CSR merupakan wujud aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjangnya, karena dalam pembuatan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 keputusannya, perusahaan tidak semata hanya berdasarkan faktor keuangan saja, tetapi juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan. Jadi makin baik perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosialnya, maka akan terbangun image perusahaan yang baik di mata stakeholder termasuk di dalamnya konsumen dan investor yang berarti menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Setianingsih (2014) menemukan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap inerja perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Murwaningsari (2009) bahwa CSR juga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Novrianti (2013) bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 (Good Corporate Governance) Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial H1 H2 Komisaris Independen H3 H4 Komite Audit Independen Kinerja Perusahaan H5 Remunerasi H6 Corporate Social Responsibility H7 H8 Size Leverage Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran C. Hipotesis Berdasarkan Uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) H1:Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. 2) H2:Kepemilikan manajeial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. 3) H3:Komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 4) H4:Komite audit Independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan 5) H5:Remunerasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. 6) H6 : corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/