BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup merupakan suatu lingkaran yaitu mulai kita dilahirkan, tumbuh dari anakanak, remaja, dewasa muda, dewasa tua, lanjut usia, dan akhirnya meninggal. Dengan semakin bertambahnya usia, maka terjadi perubahan fisik dan penurunan berbagai fungsi organ tubuh. Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan (Pangkahila, 2007). Perubahan terjadi pada tingkat seluler, organ, maupun sistem karena proses penuaan (Goldman dan Klatz, 2007). Anti-aging medicine menganggap dan memperlakukan aging sebagai suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati, sehingga dapat kembali ke keadaan semula. Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan, dan bila perlu mendapatkan pengobatan atau perawatan (Pangkahila, 2007). Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada kematian. Pada dasarnya berbagai faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormone yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). 1 2 Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan, tetapi pada dasarnya semua teori dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu, teori wear dan tear dan teori program (Goldman dan Klatz, 2007). Menurut teori wear dan tear (meliputi kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal bebas) tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu sering digunakan dan disalahgunakan. Fungsi organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit dan lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kopi, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan psikis. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi di tingkat sel. Teori ini meyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang tidak terlambat dapat membantu mengembalikan proses penuaan. Mekanismenya dengan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel (Pangkahila, 2007). Menurut teori program (meliputi terbatasnya replikasi sel, proses imun, dan neuroendocrin theory) dalam tubuh manusia terdapat jam biologik, mulai dari proses konsepsi sampai ke kematian dalam suatu model terprogram. Peristiwa ini terprogram mulai dari sel, embrio, janin, masa bayi dan anak-anak, remaja, dewasa, manjadi tua, dan akhirnya meninggal (Goldman dan Klatz, 2007). Sebagai contoh ketika anak-anak menjadi remaja tanda tanda seks sekunder mulai keluar yang merupakan awal mula sebagai remaja. Hidup sehat adalah dambaan semua orang. Tetapi untuk melakukannya tidak semuanya sanggup dalam pelaksanaannya sehari-hari. Selama beberapa tahun 3 belakangan ini kita menyaksikan semakin serius bertambahnya metabolik sindrom dengan konsekuensi kualitas kesehatan yang buruk akibat pola hidup tidak sehat (Amos dkk., 2001). Metabolik sindrom antara lain obesitas, hipertensi, dislipidemia (Okamoto dkk., 2006). Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit, ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (Astrup, 2010). Keadaan ini timbul akibat pengaturan makan yang tidak baik, gaya hidup kurang aktivitas, dan faktor keturunan/genetik. Kelebihan energi makanan yang kita konsumsi secara kumulatif akan ditimbun sebagai cadangan energi berupa lemak tubuh. Ketidak-seimbangan antara energi yang masuk lebih banyak dibandingkan dengan yang digunakan tubuh membuat berat badan bertambah. Peranan genetik dalam kejadian obesitas terbukti dari adanya risiko obesitas sekitar 2 -3 kali lebih tinggi pada individu dengan riwayat keluarga obesitas (Azwar, 2004). Obesitas dapat berakibat hipertensi dan dislipidemia (Crespo dan Smit, 2003). Prevalensinya meningkat tidak saja di negara-negara maju seperti Australia, New Zealand dan Singapura tapi juga negara berkembang terutama pulau-pulau Pasifik dan negara-negara Asia (WHO, 2000). Epidemik ini terjadi karena pola hidup modern (WHO, 2000). Hipertensi yang merupakan 90% hipertensi primer yang penyebabnya tidak diketahui diduga karena kelainan genetic dan pola hidup atau kebiasaan suatu keluarga. Akibatnya suatu keluarga mempunyai penyakit yang sama turun temurun dikarenakan kebiasaan atau pola hidup yang sama yaitu pola hidup tidak sehat (Depkes, 2002). 4 Begitu pula dengan dislipidemia yang merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh kelainan (peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar kolsterol HDL. Dislipidemia ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler (Brown dan Goldstein, 2001). Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya dislipidemia. Dapat disebabkan oleh faktor keturunan (genetik), usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, makanan yang mengandung asam lemak jenuh, kurang olah raga, penggunaan alkohol. merokok, penyakit, hormonal dan obat-obatan (Guyton dan Hall, 2006). Prinsip utama pada pengobatan dislipidemia adalah diet ketat rendah lemak dan kolesterol, olah raga secara teratur, menurunkan berat badan, dan mengatur cara hidup. Jika semua intervensi nonfarmakologis tidak berhasil, maka di samping usaha nonfarmakologis dapat dimulai dengan obat-obatan (Illingworth, 2003). Terapi dengan obat-obat anti dislipidemia dapat dipertimbangkan penggunaannya pada individu yang mengalami peningkatan risiko aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh dislipidemia. Tetapi, obat sintesis untuk memperbaiki profil lipid yang ada sekarang seperti lovastatin, klofibrat, gemfibrozil harganya mahal dan memiliki efek samping, seperti dapat merusak fungsi hati, miositis dan lain-lain (Grag dan Grundy, 2001). Oleh karena itu upaya pengobatan harus ditujukan ke pencegahan dan pengobatan sehingga dalam pengobatan tidak tumpang tindih dalam pemberian obat (Best, 2007). 5 Penanganan dislipidemia yang benar selain menurunkan berat badan, melainkan juga dengan penatalaksanaan yang baik. Penurunan berat badan harus disertai dengan upaya mempertahankan hasilnya. Dimungkinkan penurunan 5-10 persen berat badan bermanfaat menurunkan tekanan darah, perbaikan profil lipid, sehingga risiko diabetes menurun, dan penurunan risiko penyakit jantung koroner (Noel, 2002). Dalam usaha penurunan berat badan dan profil lipid diperlukan diet seimbang sehingga tidak mengganggu keseimbangan dan kesehatan tubuh. Jadi tidaklah mudah menurunkan berat badan dan profil lipid hanya dengan diet seimbang (Gurr, 2000). Maka dari itu dibutuhkan bantuan obat-obatan penahan nafsu makan dan pembakar lemak. Penelitian yang dilakukan oleh Arthur Frank (2004) dengan judul “ The Long Term Management of Obesity With Continuing Pharmacotherapy” mendapatkan hasil dari 8 pasien obesitas yang diberi phentermine selama 10 tahun terdapat penurunan berat badan yang signifikan sehingga mencapai atau mendekati BMI normal dan tidak ada komplikasi yang fatal sehingga aman untuk digunakan dalam jangka panjang dibandingkan sebelumnya mereka menggunakan obat-obat lain seperti diethypropion, flenfluramine, amphetamine, phenylpropanolamine dan kaffein/ephedrin, phendimetrazine, mazindol, sibutramine, orlistat yang ternyata mempunyai efek samping yang berbahaya bila digunakan jangka panjang. Phentermine adalah satu obat penahan nafsu makan yang bekerja di sentral(otak) dan di luar otak terjadi merangsang pengeluaran adrenalin di Glanula Supraretalis sehingga terjadi pemecahan sel-sel lemak dari timbunannya (Baumann dkk., 2000). 6 Pemberian Phentermine diharapkan dapat menurunkan profil lipid yang sejauh ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Jadi dengan pemberian Phentermine diharapkan dapat efektif untuk memperbaiki profil lipid sehingga sumber risiko berbagai penyakit metabolik yang merupakan salah satu faktor penyebab penuaan dini dapat dikurangi. Penelitian tentang fungsi phentermine dalam memperbaiki profil lipid darah masih dipelajari. Oleh karena itu perlu dilakukan lebih banyak lagi penelitian mengingat fungsinya yang mencegah dan mengobati sekaligus dislipidemia sehingga dapat dipakai sebagai upaya dalam Anti Aging Medicine. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah phentermine dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia ? 2. Apakah phentermine dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia? 3. Apakah phentermine dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia? 4. Apakah phentermine dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia? 7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui fungsi phentermine dalam memperbaiki profil lipid darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol total. tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 2. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 3. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol Trigliserida tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 4. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang potensi Phentermine oral dapat memperbaiki profil lipid darah pada tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia 1.4.2. Manfaat Aplikasi Dapat di informasikan kepada masyarakat luas, bahwa phentermine di samping sebagai penahan lapar juga dapat memperbaiki profil lipid.