bab 2 kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan

advertisement
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS 2.1
Manajemen 2.1.1
Pengertian Manajemen Definisi manajemen didefinisikan secara beragam berdasarkan pakar
manajemen. Berikut beberapa definisi manajemen : “Managing is deciding what should be done and getting other people to do
it.”,(Stewart, 1986: 12) “The word ‘management’ identifies a special group of people whose job it is
to
direct
the
effort
and
activities
of
other
people
towards
common
objectives.”,(Massie, 1987: 2) “Management is a process which exists to get results by making the best use
of the human, financial and material resources available to the organization and to
the manager”,(Armstrong, 1995: 1) “To administrate is to plan, organise, command, coordinate and
control”,(Fayol, 1930: 9) Manajemen secara sederhana berarti mengatur, mengurus atau mengelola.
Sekian banyaknya definisi manajemen, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah
suatu
proses
yang
terdiri
dari
rangkaian
kegiatan,
seperti
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian, yang dilakukan untuk menentukan
dan mencapai tujuan secara efesien dan efektif. Sebagai ilmu pengetahuan, manajemen memiliki kerangka ilmu yang
sistematis, mencakup kaidah-kaidah, konsep, prinsip yang dapat digunakan secara
universal bagi semua situasi manajerial.Ilmu manajemen dapat diterapkan bagi
semua bentuk organisasi, seperti perusahaan, pemerintah, pendidikan, sosial, politik,
dan lainnya.
15
16
2.1.2
Manajemen Proyek Definisi proyek menurut beberapa ahli diantaranya :
“A project is an investment activity, where we expend capital resource to
create a producing assets from which we can expect to realize benefits over an
extended period of time, or the whole complex of activities in valued in using
resources to gain benefits, is a project”. (J. Price Gittinger, 1972: 1) “A project is a series of activities aimed at bringing about clearly specified
objectives within a defined time-period and with a defined budget” (EuropeAid
Cooperation Office dalam Project Cycle Management Guidelines, 2004: 19) Dapat disimpulkan proyek dalam istilah ekonomi adalah suatu kegiatan yang
menggunakan modal atau faktor produksi untuk memproduksi aset yang diharapkan
mendapatkan kemanfaatan setelah jangka waktu tertentu.Perbedaan program, proyek,
dan tugas : 1) Program merupakan suatu kegiatan yang multidisiplin, yang berorientasi pada
tujuan, yang dirancang oleh berbagai macam tugas, dengan hasil yang telah
ditentukan, untuk dicapai pada kurun waktu tertentu, dan dengan keterbatasan
sumberdaya yang ada
2) Proyek meliputi tugas-tugas tertentu yang dirancang secara khusus dengan
hasil dan waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu dan dengan
keterbatasan sumberdaya. Proyek serupa dengan program tetapi lingkupnya
lebih kecil atau merupakan bagian dari program
3) Kegiatan atau tugas merupakan urutan pekerjaan terendah yang dapat
diketahui dan diurutkan pada tingkatan proyek.
Tujuan utama sebuah proyek adalah untuk memuaskan kebutuhan
pelanggan.Karakteristik sebuah proyek membantu membedakan proyek dari berbagai
usaha lainnya yang dilakukan organisasi. Karakteristik utama sebuah proyek (Gray &
Larson, 2006) : 1) Memiliki sasaran
2) Ada rentang waktu tertentu, ada awal dan akhirnya.
3) Melibatkan departemen dan profesional.
4) Waktu, biaya, dan persyaratan kinerja yang spesifik.
17
5) Melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
Agar proyek diselesaikan dengan tepat waktu dan dengan biaya yang telah
ditentukan, tentunya diperlukan manajemen proyek.Manajemen proyek menjadi
suatu cabang khusus dalam manajemen yang tumbuh dan berkembang karena adanya
kebutuhan dalam organisasi, terutama untuk menangani kegiatan-kegiatan yang
sifatnya tidak rutin atau baru, dalam jangka waktu tertentu, dan dengan anggaran
tertentu pula. Berdasarkan definisi, manajemen proyek menurut literatur adalah
sebagai berikut :
“Project management is a process of inter-organizational value creation and
exchange within a marketing channel. Channel governance theory contends that
exchanges are guided predominantly by two governance mechanisms that are
intended to reduce uncertainty and risk, leading to more efficient exchanges.”
(Heide, 1994; Heide and Jon, 1992) “Application of knowledge, skills, tools and techniques to project activities to
achieve project requirements. Project management is accomplished through the
application and integration of the project management processes of initiating,
planning, executing, monitoring and controlling, and closing” (The Project
Management Body of ,004: 8). Sedangkan dalam perspektif bisnis diperoleh pengertian proyek adalah
rangkaian kegiatan sekali saja yang memiliki satu titik awal dan titik akhir yang tegas
dalam waktu.Sehingga manajemen proyek adalah pekerjaan untuk membuat
kegiatan-kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan secara tepat waktu, di
dalam kerangka anggaran dan sesuai dengan perincian. Kinerja dari tim manajemen proyek merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pandangan terhadap sukses atau tidak suatu proyek, dan juga
mempengaruhi kepuasan konsumen dan kualitas relasi (Ahola et al., 2008; Zou et al.,
2014). 2.1.2.1 Project Life Cycle Di dalam literatur manajemen proyekterdapat istilah siklus hidup proyek atau
project life cycle yang menggambarkan tahapan yang dilalui proyek mulai dari awal
hingga akhir.Faktor waktu, biaya dan kualitas terlihat lebih penting pada tahap awal
18
proyek, sementara faktor-faktor keberhasilan seperti keseluruhan keuntungan dan
kepuasan pelanggan lebih penting pada tahap selanjutnya.(Lim and Mohamed, 1999;
Lipovetsky et al., 1997). Siklus hidup proyek umumnya melewati empat tahap berurutan, yakni
penentuan (defining), perencanaan (planning), eksekusi (executing) dan pengiriman
(delivering). Titik awal (start point) mengawali dimulainya proyek. Akan tetapi,
banyak perbedaan tahap project life cycle yang digunakan oleh para peneliti, ada
enam tahap (Kwak and Ibbs, 2000), lima tahap (Hodgson, 2002), empat tahap (Ahuja
et al., 1994), dan tiga tahap (Haverila et al., 2013). Berdasarkan jurnal Williams et al.
(2015) Haverila et al. (2013) and Chou and Zolkiewski (2010), project life cycle
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tiga tahap, yaitu project planning,
execution, dan delivery. Menurut Haverila et al (2013) pengukuranproject planning, execution dan
delivery performanceberdasarkan hal berikut ini.
1) Project Planning
Pada tahap ini, dokumen perencanaan akan disusun secara terperinci sebagai
panduan bagi tim proyek selama kegiatan proyek berlangsung. Aktivitas
yang akan dilakukan pada tahap ini adalah :
-
Providing advice and suggestions regarding the development and
specifications for the project
-
Attending meetings/site visit doing everything necessary to understand the
project requirements
-
Demonstrating knowledge and expertise to show understanding of the
customer's business
-
Delivering a proposal that meetsthe intent of customer company's
specifications
2) Project Execution
Pada tahap ini, tujuan proyek secara fisik akan dibangun. Seluruh aktivitas
yang terdapat dalam dokumentasi project planakan dieksekusi. pada tahap
ini bagian utama dari pekerjaan proyek terjadi, baik fisik maupun mental.
Produk fisik dihasilkan, waktu biaya, dan ukuran-ukuran spesifikasi
digunakan untuk pengendalian. Aktivitas yang akan dilakukan pada tahap ini
adalah :
-
Creating and communicating a reliable project schedule
19
-
Meeting milestones as specifiedby the project schedule
-
Committing the appropriateresources to complete the project as
scheduled
-
Personnel for communicatingeffectively throughout the execution of the
project
-
Personnel for coordinating their workwith other contractors (or the
owner's staff)
-
Quality of the installed systems
3) Project Delivery
Pada tahap ini, hasil akhir proyek beserta dokumentasinya diserahkan kepada
pelanggan. Aktivitas yang akan dilakukan pada tahap ini adalah :
-
Conducting proper checkout anddemonstration of the system
-
Efficiently diagnosing and correcting start-up problems
-
Informing you of the warranty process for this project
-
Resolving warranty issues asdefined by the warranty process
-
Providing complete, final documentation, including ‘as built’ drawings,
as per the project schedule
-
Working with all parties toresolve building control problems including
deficiency items
Berdasarkan complain dan survei awal dengan customer, hal yang menjadi
faktor penilaian mereka di project life cycle terhadap vendor yang mengerjakan
proyek mereka adalah sebagai berikut :
1) Delivering a proposal that meets the intent of customer company's
specifications (project planning)
2) Meeting milestones as specified by the project schedule
3) Committing the appropriate resources to complete the project as scheduled
4) Resolving warranty issues as defined by the warranty process
2.1.3
Manajemen Pemasaran Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa
hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba.Sasaran dari
pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior,
20
menetapkan
harga
menarik,
mendistribusikan
produk
dengan
mudah,
mempromosikan secara efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada
dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan. Menurut Kotler dan Keller (2012: 5) dalam buku Marketing Management,
“Marketing is about identifying and meeting human and social needs. One of the
shortest good definitions of marketing is meeting needs profitably.” The American Marketing Association dalam buku Marketing Management
(Kotler and Keller, 2012: 5) “Marketing is the activity, set of institutions, and
processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that
have value for customers, clients, partners, and society at large” Jadi, dapat disimpulkan pemasaran merupakan sebuah proses perusahaan
menciptakan nilai untuk konsumennya dengan tujuan menciptakan nilai keuntungan
dari pelanggan sebagai balasannya. Dengan filosofi pemasaran yang didasarkan pada
visi misi perusahaan, tujuan perusahaan dapat tercapai dan memberikan kepuasan
kepada para pelanggan dan sebagai balasannya perusahaan mendapatkan
keuntungan. Bagian manajemen pemasaran di suatu perusahaan harus menetapkan suatu
strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungan
perusahaannya. Menurut David (2006: 179) terdapat tujuh fungsi pemasaran,
diantaranya adalah : 1) Analisis Konsumen
Kegiatan ini berkaitan dengan pngamatan dan evaluasai kebutuhan, hasrat
dan keinginan konsumen.Analisis konsumen melibatkan kegiatan survei
konsumen, penganalisisan informasi konsumen, evaluasi strategi posisi pasar,
pengembangan profil konsumen, dan penentuan strategi segmentasi pasar
yang optimal.
2) Penjualan Produk atau Jasa
Penjualan meliputi banyak aktivitas pemasaran yang mendorong penjualan
seperti iklan, promosi, publisitas, penjualan perorangan, manajemen tenaga
penjualan, hubungan konsumen, dan hubungan dealer. 3) Perencanaan Produk dan Jasa
Perencanaan produk dan jasa meliputi berbagai aktivitas seperti uji
pemasaran, positioning produk dan merek, pemanfaatan garansi, pengemasan,
21
penentuan pilihan produk, fitur produk, gaya produk, kualitas produk,
penghapusan produk lama, dan penyediaan layanan konsumen. 4) Penetapan Harga
Penetapan harga berkaitan dengan keputusan tehadap harga produk atau
jasa.Lima pemangku kepentingan (stakeholder) mempengaruhi keputusan
penetapan harga, yaitu konsumen, pemerintah, pemasok, distributor, dan
pesaing. 5) Distribusi
Distribusi mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi,
lokasi tempat ritel, wilayah penjualan, tingkat dan lokasi persediaan,
transportasi, penjualan grosir, dan ritel. 6) Riset Pemasaran
Riset pemasaran adalah kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan,
pencatatan dan penganalisisan data sistematis mengenai berbagai persoalan
yang terkait dengan pemasaran barang dan jasa. 7) Analisis Peluang
Analisis peluang berkaitan dengan penilaian atas biaya, manfaat dan resiko
yang berhubungan dengan keputusan pemasaran. Marketing akan sukses jika semua departemen dalam perusahaan bekerja
sama untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh perusahaan, misalnya bagian
R&D bertugas menemukan desain produk yang diinginkan konsumen, bagian
engineering dan proses bertugas membuat produk tersebut dapat diproduksi secara
masal, bagian finance bertugas mengatur biaya, accounting mengukur keuntungan,
dan lain-lain. Oleh karena itu, marketing yang baik mengaplikasikan holistic
marketing. Menurut Kotler dan Keller (2012: 19), dimensi dari holistic
marketingadalah : 1) Internal marketing—ensuring everyone in the organization embraces
appropriate marketing principles, especially senior management.
2) Integrated marketing—ensuring that multiple means of creating, delivering,
and communicating value are employed and combined in the best way.
3) Relationship
marketing—having
rich,multifaceted
relationships
customers, channel members, and other marketing partners.
with
22
4) Performance marketing—understanding returns to the business from
marketing activities and programs, as well as addressing broader concerns
and their legal, ethical, social, and environmental effects.
Gambar 2.1 Dimensi Holistic Marketing Sumber : (Marketing Management by Kotler and Keller, 2012, page 19) 2.1.3.1 Relationship Marketing Perusahaan pada saat ini telah mengubah strategi dari me-manage portofolio
product menjadi me-manage portfolio pelanggan dengan cara mengumpulkan
database dari individu pelanggan sehingga perusahaan dapat mengerti keinginan
pelanggan dengan lebih baik. Definisi relationship marketing menurut Kotler (2003: 13), “Relationship
marketing has the aim of building long-term mutually satisfying relation with
keyparties-customer, suppliers, distribution in order to earn and retain their long
term preference and business.” Sedangkan di dalam jurnal Christian Gronroos, “Relationship Marketing:
Challenges for the Organization” terdapat beberapa definisi relationship marketing : 23
1) Sheth and Parvatiyar (1994: 2): “Relationship marketing is the understanding,
explanation and managesophical ment of the on-going collaborative business
relationship between suppliers and customers”
2) Gummesson (1995: 16): “Relationship marketing as a marketing approach
based on relationships, interactions, and networks.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa relationship marketing merupakan suatu
proses penciptaan hubungan yang baik dengan semua pihak yang berhubungan
dengan kelangsungan hidup perusahaan dengan cara memberikan tingkat kepuasan
yang tinggi kepada pendengar, ataupun pihak lain, sehingga terjalin kerjasama yang
baik yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang panjang dan akan
memperpanjang umur perusahaan. Sivesan (2012) mengatakan bahwa relationship marketing adalah konsep
yang sangat penting untuk menarik dan mempertahankan pelanggan dalam sebuah
organisasi.Dalam dunia bisnis modern, fokus pemasaran mencerminkan pergerakan
perubahan dari pemasaran transaksional ke relationship marketing.Membangun,
memelihara, dan selalu meningkatkan hubungan pelanggan merupakan aspek penting
dari bisnis.Konsep relationship marketing secara luas dipahami, baik itu.Secara
akademis dan profesional dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan hubungan
yang kuat dan menjadikan pelanggan menjadi loyal. Sisi lain dari tujuan utama relationship marketing sebenarnya adalah untuk
menemukan lifetime value dari pelanggan. Setelah lifetimevalue didapat, tujuan
selanjutnya adalah bagaimana agar lifetime value masing-masing kelompok
pelanggan dapat terus diperbesar dari tahun ketahun.Setelah itu, tujuan ketiganya
adalah bagaimana menggunakan profit yang didapat dari dua tujuan pertama untuk
mendapatkan pelanggan baru dengan biaya yang relatif murah. Dengan demikian,
tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan keuntungan terus menerus dari dua
kelompok pelanggan: pelanggan yang sekarang dan pelanggan baru (Chan S, 2003). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ndubisi et al (2011) menujukkan
adanya pengaruh signifikan dimensi relationship marketing yang terdiri dari trust,
commitment,communication, dan conflict handling terhadap tingkat loyalitas 220
nasabah bank di Malaysia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa loyalitas
pelanggan dapat diciptakan, ditingkatkan, dan dikembangkan melalui strategi
marketing yang tepat yang difokuskan untuk membangun kepercayaan, pembentukan
komitmen pegawai dalam pelayanan terhadap pelanggan, komunikasi dua arah
24
dengan konsumen secara terbuka, serta penanganan masalah secara efisien. Berikut
dijelaskan masing-masing dari indikator relationship marketing yang akan digunakan
untuk penelitian kali ini berdasarkan penelitian Ndubisi et al (2011).
1) Trust
Trust indicates that each person of relationship, to what extent can
considered other person promise and is defined as the willingness to trust and
reliance to audience (Wong & Shoal, 2002, 34-50).Kepercayaan sebagai
landasan strategi partnership, ketika terdapat pihak-pihak yang mempunyai
keinginan untuk komit atau mengikat diri mereka pada suatu hubungan
tertentu.Kepercayaan merupakan variabel kunci dalam pengembangan
keinginan yang kuat untuk mempertahankan sebuah hubungan jangka
panjang.Untuk dapat mempertahankan loyalitas pelanggan perusahaan tidak
hanya mengandalkan pada kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan, tetapi
lebih dari itu bahwa kepercayaan merupakan perantara kunci dalam
membangun keberhasilan pertukaran hubungan untuk membangun loyalitas
pelanggan yang tinggi.
2) Commitment
Commitment is intention to continue or maintain a relationship with the other
party. Komitmen perusahaan dapat ditujukan dengan terus menerus
melakukan pembelajaran untuk menyediakan kebutuhan pelanggan dan
kualitas layanan akan meningkatkan kepuasan pelanggan, yang pada akhirnya
akan membawa perusahaan pada terciptanya hubungan yang erat dengan
pelanggannya.
3) Communication
Communication is all formal and informal exchanges that make meaningful
and timely information exchange between buyer and seller (Ranjbarian &
Barari, 2009). Kinerja suatu perusahaan akan saling terkait dengan pihakpihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam suatu perusahaan,
penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai hasil dari komunikasi yang
kurang baik.Perusahaan harus mengelola komunikasi dengan baik karena
komunikasi yang gagal kemungkinan dapat menyebabkan hal yang
merugikan seperti kesalahpahaman atau kebingungan. Perusahaan yang
orientasinya berusaha memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan serta
berusaha mendapatkan 25
keuntungan yang berkelanjutan sangat membutuhkan peran komunikasi. 4) Conflict Handling
Conflict handling is defined as cooperative supplier in minimizing negative
results from significant potential involvement (Ndubisi & Wah, 2005).
Kemampuan penanganan konflik mengacu pada kemampuan perusahaan
untuk mencegah atau meminimalkan dampak dari hal-hal yang potensial
dapat menimbulkan konflik, dan kemampuan menyelesaikan konflik nyata
yang sudah terjadi.Konflik dapat menjadi masalah yang serius di dalam
perusahaan dan kemungkinan berpotensi menurunkan kinerja jika konflik
tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian.Penanganan konflik
merupakan tindakan khusus pada saat melakukan.interaksi dengan pelanggan
(Ball et al., 2004). Kemampuan pihak perusahaan dalam menangani konflik
dengan baik akan memberikan kepuasan pada pelanggan dan menyebabkan
pelanggan menjadi loyal (Ndubisi, 2009). 2.1.4
Customer Satisfaction
Definisi pelanggan menurut Cambridge International Dictionaries dalam
Lupiyoadi (2001:143), adalah "a person who buys goods or a services" atau
pelanggan adalah seseorang yang membeli barang dan jasa. Sementara menurut
Webster’s 1928 Dictionary dalam Lupiyoadi (2001:143) pelanggan adalah "one who
frequents any place of sale for producing what he wants ...". (Pelanggan adalah
seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama untuk memenuhi apa yang
diinginkan. Jadi, dengan kata lain pelanggan merupakan seseorang yang secara berulang
kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan
memiliki suatu produk atau mendapatkan jasa dengan membayar produk atau jasa
tersebut. Satisfaction
atau
kepuasan
akan
terjadi
kalau
perusahaan
mampu
menyediakan produk, pelayanan, harga dan aspek lain sesuai dengan harapan atau
melebihi harapan pelanggan. Pelanggan merasa puas apabila harapannya terpenuhi
atau akan sangat puas jika harapan pelanggan terlampaui. Kepuasan pelanggan dapat
didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat
kepentingan sebelumnya dan kinerja actual yang dirasakannya setelah pemakaian
(Rangkuti, 2003:30).Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
26
muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (atau
hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.Kepuasan merupakan fungsi dari
persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan.Jika kinerja berada dibawah harapan
maka pelanggan tidak puas tetapi jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan
merasa puas.Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Kotler dan Keller (2012: 128) menjelaskan definisi customer satisfaction
sebagai perasaan senang atau kecewa dari konsumen yang timbul karena
membandingkan kinerja yang didapat terhadap ekspektasi konsumen tersebut.Jika
kinerja gagal memenuhi ekspektasi, pelanggan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan
ekspektasi, pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi ekspektasi, pelanggan akan
puas atau senang. Banyak perusahaan memfokuskan kepada kepuasan tinggi karena
para pelanggan yang kepuasannya tinggi menciptakan kelekatan emosional terhadap
merek tertentu, bukan hanya kelekatan atau preferensi rasional. Hasilnya adalah
kesetiaan pelanggan yang tinggi (Kotler, 2002 : 42). Menurut Irawan (2008 : 37) kepuasan pelanggan di tentukan oleh persepsi
pelanggan atas performance produk atau jasa dalam memenuhi harapan pelanggan.
Pelanggan merasa puas apabila harapanya terpenuhi atau akan sangat puas jika
harapan pelanggan terlampaui. Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang
dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan
kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila
kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat
dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan
informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama,
kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang
perusahaan. Customer satisfactionyang akan digunakan dalam penelitian ini, menurut
Barry et al. (2008),Tokman et al. (2007), Zeithaml (1988) and Zolkiewski et al.
(2007) diukur berdasarkan :
1) How satisfied doing business with vendor in overall experience during
thepast 12 months
2) Considering overall performance whichmet customer’s expectations
Pada penelitian kali ini, jangka waktu 12 bulan tidak ditulis dalam kuesioner
dan diganti menjadi overall experience selama menggunakan jasa PT Daichindo
27
Sukses Mandiri.Hal ini dikarenakan ada pelanggan yang tidak menggunakan jasa PT
Daichindo Sukses Mandiri selama lebih dari dua tahun.
2.1.5
Customer Loyalty
Dick dan Basu (1994) mendefinisisi customer loyalty sebagai sebuah ukuran
keterkaitan konsumen terhadap suatu produk yang terwujud pada satu keinginan
untuk membeli ulang dan keinginan untuk merekomendasikan kepada orang lain.
Dick dan Basu (1994) juga mengarahkan pada konseptualisasi yang lebih kuat
dengan memandang customer loyalty sebagai sebuah hubungan antara sikap relatif
individu yang mengarah pada sebuah kesatuan (merk, pelayanan, toko, dan vendor)
dengan pembelian ulang. Sedangkan Uncles et al., (2003) dalam Ndubisi (2006)
mendefinisikan customer loyalty sebagai sebuah komitmen untuk melanjutkan bisnis
dengan perusahaan. Mempertahankan loyalitas pelanggan berarti perusahaan mengeluarkan biaya
lebih sedikit daripada harus memperoleh satu pelanggan yang baru. Loyalitas akan
memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan, termasuk didalamnya perulangan
pembelian dan rekomendasi mengenai merk tersebut kepada teman dan kenalan (Lau
dan Lee, 1999). Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, perusahaan harus menciptakan dan
mengelola suatu sistem untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan
kemampuan untuk mempertahankan pelanggannya. Secara tradisional, dipercaya
bahwa customer satisfaction akan memberi dampak pada customer loyalty, seperti
diterangkan Kumar dan Reinartz dalam buku “Customer Relationship Management :
Concept, Strategy and Tools” , ada istilah yang dikenal dengan Satisfaction-LoyaltyProfit chain (SPC).
Gambar 2.2Satisfaction-Loyalty-Profit chain (SPC) Sumber : Kumar and Reinartz, 2012, p. 25 28
Loyalitas merupakan respon perilaku, diekspresikan dalam jangka waktu
yang panjang, dan menghasilkan komitmen. Loyalitas dapat memberikan jaminan
masa depan perusahaan yang lebih baik. Hubungan yang dekat dan berlangsung lama
dengan para konsumen biasanya menunjukan adanya pengurangan biaya layanan,
dikarenakan pengetahuan perusahaan mengenai kebutuhan-kebutuhan pelanggan
semakin bertambah, sehingga perusahaan pada akhirnya mampu untuk menyediakan
layanan yang lebih baik pada biaya yang lebih rendah Pelanggan yang loyal merupakan aset terbesar bagi sebuah perusahaan.Hal
ini karena pelanggan tersebut dapat berkomunikasi melalui kata dari mulut ke mulut
yang menguntungkan tentang perusahaan atau produk yang digunakan sehingga
dapat menarik pelanggan baru bagi perusahaan.Hal tersebut kemudian berdampak
pada manfaat yang diperoleh dari penjualan, pendapatan dan laba perusahaan
(Sivesan, 2012). Dengan kata lain, loyalitas tindakan ini hanya sedikit bahkan sama sekali
tidak memberi peluang pada pelanggan untuk berpindah ke produk lain. Loyalitas
pelanggan memang sangat diperlukan oleh perusahaan, namun yang terpenting
adalah bagaimana usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam mewujudkan
loyalitas pelanggan tersebut dengan sebaik-baiknya dan setinggi-tingginya, yaitu
dengan cara melibatkan pelanggan di dalam proses bisnis perusahaan tersebut dan
membina hubungan yang baik, karena jika perusahaan melibatkan pelanggan dalam
proses bisnisnya, itu berarti mengajak pelanggan untuk menciptakan rasa memiliki
terhadap perusahaan.
Loyalitas menurut Kotler dan Keller (2012: 138), adalah suatu pembelian
ulang yang dilakukan oleh seorang pelanggan karena komitmen pada suatu merek
atau perusahaan.Menurut Jones dan Sasser (1995, dalam Pi dan HH. Huang, 2010)
mengelompokkan pengukuran loyalitas pelanggan menjadi tiga kategori: Niat untuk
membeli kembali, perilaku utama (transaksi informasi) dan perilaku sekunder
(kemauan untuk merekomendasikan produk dan jasa di depan umum, serta
memberikan pujian). Dimensi Loyalitas Pelanggan menurut Danibrata (2013, 6), yaitu :
1) Repeat purchase : kemampuan perusahaan untuk membuat pelanggan
kembali menggunakan produk atau jasa
2) Recommendation :kemampuan perusahaan untuk membuat pelanggan
memberikan masukan positif kepada orang lain.
29
3) Resistance to competitor :kemampuan perusahaan untuk membuat pelanggan
tidak beralih menggunakanproduk atau jasa kompetitor.
2.1.6
Jasa Konstruksi
Philip Kotler dan Gary Armstrong (2012: 248) mendefinisikan jasa sebagai
suatu bentuk produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun.Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorious Chandra (2008: 13)
klasifikasi jasa dapat dilihat berdasarkan tujuh kriteria pokok, diantaranya adalah
sebagai berikut. 1) Segmen Pasar
Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang ditujukan
pada konsumen akhir (business-to-customer) dan jasa bagi konsumen
organisasi (business-to-business) 2) Tingkat keberwujudan
-
Rented-goods services, konsumen menyewa dan menggunakan produk
tertentu berdasarkan tarif yang disepakati selama jangka waktu spesifik -
Owned-goods services, suatu produk yang dimiliki konsumen, disepakati
untuk
dikembangkan,
diperbaiki,
dipelihara
atau
dirawat,
dan
ditingkatkan kinerjanya oleh institusi jasa. -
Non-goods services, tipe ini ditujukan pada jasa personal yang bersifat
tidak nyata (intangible) yang ditawarkan kepada para pelanggan 3) Keterampilan Penyedia Jasa
Terdapat dua tipe pokok jasa.Pertama, professional service seperti pengacara,
dokter, arsitektur, dan lain-lain. Kedua, nonprofessional service seperti buruh
pabrik pengantar surat, pembantu rumah tangga, dan lain-lain. 4) Tujuan Organisasi Penyedia Jasa
Terdapat
dua
tipe
yaitu
commercial/profit
service,
misalnya
jasa
penerbangan, bank, penyewa mobil, hotel, dan sebagainya. Kemudian nonprofit service, misalnya sekolah, panti asuhan, perpustakaan, museum, dan lain-lain. 5) Regulasi
Regulated service, contoh: jasa angkutan umum dan non-regulated service,
contoh: jasa catering 30
6) Tingkat Intensitas Karyawan
Equipment-Based Service (contohnya: ATM, dan lain-lain), dan People
Based Service (contohnya: konsultan hukum, dokter, bidan, dan sebagainya). 7) Tingkat Kontak Penyedia Jasa dan Pelanggan
High-Contact Service contohnya: bank, dan Low-Contact Service, contohnya:
bioskop. Berbagai riset dan literatur manajemen mengungkapkan bahwa jasa memiliki
empat karakteristik unik yang membedakannya dari produk fisik atau barang.Karena
perbedaan ini, berpengaruh pula terhadap berdampak pada strategi bisnis pada
perusahaan jasa. Empat karakteristik jasa yang disebutkan oleh Philip Kotler dan
Gary Armstrong (2012: 260) adalah sebagai berikut: 1) Intangibility
Jasa bersifat intangibility, yaitu tidak bisa dilihat, dirasakan, didengar,
maupun dicium sebelum dibeli dan dikonsumsi. Misalnya, penumpang
pesawat tidak mendapatkan apa-apa selain tiket dan janji bahwa barang
bagasi yang dibawa datang dengan selamat pada tujuan dan jam yang sama
disaat penumpang tiba. Pelanggan akan merasakan bagaimana kualitas dari
tempat, keramahan pramugari, dan peralatan yang meraka pakai saat sudah
duduk di pesawat. 2) Inseparability
Jasa bersifat inseparability, yaitu jasa yang diproduksi dan dikonsumsi pada
saat
yang
bersamaan
dan
tidak
bisa
dipisahkan
dari
penyedia
jasanya.Misalnya, praktek dokter, dokter gigi tersebut tidak dapat
memproduksi jasanya tanpa kehadiran pasien. 3) Variability
Jasa bersifat variability, yaitu kualitas jasa tergantung pada siapa yang
menyediakannya, kapan, dimana, dan bagaimana jasa tersebut diproduksi.
Contohnya, hotel Marriots yang memiliki reputasi yang lebih baik dalam
pelayanannya, karyawan resepsionis yang berada di counter ramah dan cepat
pelayanannya, tetapi karyawan yang pengangkut barang (bell boy) terkesan
tidak ramah dan lamban.
4) Perishability
Karakteristik jasa ini menggambarkan bahwa jasa tidak bisa disimpan dan
tidak bisa tahan lama untuk digunakan dan dijual diwaktu mendatang, dijual
31
kembali atau dikembalikan. Misalnya, kursi pesawat yang kosong, kamar
hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien ditempat praktik
dokter umum akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan Industri jasa merupakan fenomena yang unik dalam pembangunan nasional
suatu bangsa.Semakin maju suatu bangsa, maka semakin besar konstribusi
komponen jasa pada struktur pendapatan nasionalnya.Industri jasa telah berkembang
menjadi unsur yang penting dalam pembangunan berbagai negara di dunia.
Konstruksiadalah
suatu
kegiatan
yang
hasil
akhirnya
berupa
bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik
digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Hasil kegiatan
tersebut antara lain bangunan gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api,
terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, landasan pesawat
terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan
jaringan komunikasi. Kegiatan konstruksi meliputi perencanaan, persiapan,
pembuatan, pembongkaran, dan perbaikan/perombakan bangunan (Konstruksi Dalam
Angka BPS, 2014)
Definisi Jasa Konstruksi Mengacu kepada UU No 18 Tahun 1999 tentang
jasa konstruksi yang dimaksud dengan jasa konstruksi adalah layanan jasa
konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.
Sementara itu pekerjaan konstruksi sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan atau
sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan
yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata
lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain. Sementara ruang lingkup pekerjaan konstruksi
sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta
kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.Jadi jasa
konstruksi ini meliputi semua pekerjaan konstruksi dari mulai perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan pengawasan.
Klasifikasi bidang usaha jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi
meliputi: 32
1) Arsitektur
2) Rekayasa (engineering)
3) Penataan ruang
4) Jasa konsultansi lainnya
Klasifikasi bidang usaha jasa pelaksanaan konstruksi meliputi: 1) Bangunan gedung
2) Bangunan sipil
3) Instalasi mekanikal dan elektrikal
4) Jasa pelaksanaan lainnya
Gambar 2.3 Klasifikasi Konstruksi Indonesia PP no. 4 Tahun 2010 Gambar 2.4 Klasifikasi dan Subklasifikasi Konstruksi Indonesia PP no. 4
Tahun 2010 Sumber : Presentasi Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum
Republik Indonesia (https://bp.surabaya.go.id/uploads/Materi_1.2.ppt 33
Biemo W. Seomardi mengemukakan di dalam jurnalnya yang berjudul
“Strategi Pemasaran : Suatu Tinjauan Terhadap Perusahaan Kontraktor Indonesia”
bahwa di tengah ketatnya kondisi persaingan bisnis jasa konstruksi ini, para
kontraktor jasa konstruksi harus berupaya keras untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaannya. Suatu perusahaan dapat bertahan dan eksis diantaranya tergantung
pada kemampuan perusahaan tersebut untuk melihat peluang-peluang pasar yang
ada.Dalam kondisi seperti ini, bidang pemasaran perusahaan memegang peranan
yang sangat penting dalam hal melihat peluang-peluang pasar yang ada. 2.2
Model Penelitian
Model dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
3 Project life cycle
performance
(X1)
1 Customer
Satisfaction
(Y)
Relationship
Marketing (X2)
5 Customer
Loyalty
(Z)
2 4 Gambar 2.5 Model Penelitian
Sumber: Hasil Pengolahan Data Jurnal, 2016
2.3
Hipotesis
Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesis 1: H0.1: Project life cycleperformance tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap Customer Satisfaction pada PT Daichindo Sukses Mandiri H1.1: Project life cycleperformance memiliki pengaruh signifikan terhadap
Customer Satisfaction pada PT Daichindo Sukses Mandiri
Hipotesis 2 : H0.2: Relationship Marketingtidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Customer Satisfaction pada PT Daichindo Sukses Mandiri 34
H1.2: Relationship Marketingmemiliki pengaruh signifikan terhadap Customer
Satisfaction pada PT Daichindo Sukses Mandiri
Hipotesis 3: H0.3: Project life cycleperformance tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap Customer Loyalty pada PT Daichindo Sukses Mandiri H1.3: Project life cycleperformance memiliki pengaruhsignifikan terhadap
Customer Loyalty pada PT Daichindo Sukses Mandiri
Hipotesis 4: H0.4: Relationship Marketingtidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Customer Loyalty pada PT Daichindo Sukses Mandiri H1.4: Relationship Marketingmemiliki pengaruh signifikan terhadap Customer
Loyalty pada PT Daichindo Sukses Mandiri
Hipotesis 5: H0.5: Customer Satisfaction tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Customer Loyalty pada PT Daichindo Sukses Mandiri H1.5: Customer Satisfaction memiliki pengaruh signifikan terhadap Customer
Loyalty pada PT Daichindo Sukses Mandiri Hipotesis 6: H0.6: Project life cycleperformance tidak memiliki pengaruhsignifikan
terhadap Customer Loyalty melalui Customer Satisfaction pada PT Daichindo
Sukses Mandiri H1.6: Project life cycleperformance memiliki pengaruh signifikan terhadap
Customer Loyalty melalui Customer Satidfaction pada PT Daichindo Sukses
Mandiri Hipotesis 7: H0.7: Relationship Marketingtidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Customer Loyalty melaui Customer Satisfaction pada PT Daichindo Sukses
Mandiri H1.7: Relationship Marketingmemiliki pengaruh signifikan terhadap Customer
Loyalty melaui Customer Satisfaction pada PT Daichindo Sukses Mandiri
Download