bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Pasar Modal
Pasar modal merupakan penghubung antara pemilik dana, disebut investor
(pemodal) dengan pengguna dana yang disebut emiten (perusahaan yang go
public). Para pemodal menggunakan instrumen pasar modal untuk keperluan
investasi portofolionya sehinggga nantinya akan memaksimumkan penghasilan
dan emiten memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk
meningkatkan aktivitas usahanya. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar
modal utama Indonesia.
Pengertian pasar modal menurut UU No. 8 Tahun 1995, Bab I Pasal 1
Butir 13 adalah:
”Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek.”
Jogiyanto (2013:25) juga menyebutkan mengenai definisi pasar modal,
yaitu :
”Pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual
dengan risiko untung dan rugi.”
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal
merupakan bursa efek yang memperdagangkan surat berharga yang terjadi tidak
harus pada satu tempat tertentu dan komoditi yang diperdagangkan adalah suratsurat berharga jangka panjang.
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada
dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara lain. Hampir
semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan
fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi
17
18
permintaan dan panawaran modal. Terkecuali dalam negara dengan perekonomian
sosialis ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan.
Menurut Sunariyah (2011:7) peranan pasar modal dalam suatu
perekonomian negara, yang ditinjau secara makro ekonomi adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi Tabungan (Saving Function)
2. Fungsi Kekayaan (Wealth Function)
3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function)
4. Fungsi Pinjaman (Credit Function)
Peranan-peranan pasar modal di atas lebih lanjut dapat bahwa, bagi
penabung metode yang digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi
sebagai akibat penurunan nilai mata uang, inflasi, risiko hilang, dll. Apabila
seseorang ingin mempertahankan nilai sejumlah uang yang dimilikinya, maka dia
perlu mempertimbangkan agar kerugian yang akan dideritanya tetap minimal.
Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu
murah dan mudah tanpa risiko untuk menginvestasikan dana. Dana tersebut dapat
digunakan untuk memperbanyak jasa dan produk-produk di suatu perekonomian.
Hal tersebut akan mempertinggi standar hidup suatu masyarakat. Dengan membeli
surat berharga, masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi standar hidup yang
lebih baik.
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka
panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan
kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan ini tidak mengalami depresiasi
seperti aktiva lain.
Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi
melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan
aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih
cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani
pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga.
Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi.
Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu
19
perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari
pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong
pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan lebih
murah.
Keberadaan pasar modal memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Menurut Tjiptono (2014:3) manfaat-manfaat tersebut antara lain :
1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi
dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi.
3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara.
4. Memungkinkan
penyebaran
kepemilikan
perusahaan
sampai
lapisan
masyarakat menengah.
5. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek
baik.
7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang
bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi
investasi.
8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol
sosial.
9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan
manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.
2.1.2 Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO)
2.1.2.1 Pengertian Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO)
Penawaran umum atau sering juga disebut go public adalah kegiatan
penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang
akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan
tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaanya.
20
Menurut Tjiptono (2014:73), Penawaran umum mencakup kegiatankegiatan sebagai berikut :
1. Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh
penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk.
2. Penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai
dengan jumlah efek yang tersedia.
3. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di
bursa.
Dana yang diperoleh dari go public antara lain digunakan untuk :
1. Ekspansi atau perluasan;
2. Memperbaiki struktur permodalan;
3. Meningkatkan investasi di anak perusahaan;
4. Melunasi sebagian utang;
5. Menambah modal kerja.
Di negara-negara maju, salah satu indikator
keberhasilan perusahaan
apabila suatu perusahaan dicatat dan diperdagangkan di pasar modal. Menurut
Sunariyah (2011:20) ada beberapa alasan mengapa perusahaan ingin go public
dan menjual sahamnya kepada masyarakat, yaitu antara lain :
1. Meningkatkan modal dasar perusahaan
2. Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha
3. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (ekspansi)
4. Nilai perusahaan
Dari segi perusahaan, dana yang masuk dari masyarakat ke perusahaan
akan memperkuat posisi permodalan, khususnya utang berbanding modal. Dana
dapat digunakan untuk ekspansi diversifikasi produk, atau mengurangi utang.
Jadi, dengan menjual saham baru kepada masyarakat akan meningkatkan
kemampuan perusahaan.
Pemegang saham yang sudah lama menanam modal dalam perusahaan,
dengan menjual sahamnya kepada masyarakat akan memberikan indikasi
beberapa harga saham perusahaan menurut pandangan masyarakat. Hal ini dapat
memberi kesempatan bagi penanam modal lama untuk mentunaikan seluruh atau
21
sebagian saham miliknya dengan laba. Pemegang saham lama dapat mengadakan
diversifikasi penanaman dananya. Karena dengan melakukan penanaman modal
pada suatu perusahaan akan menimbulkan risiko yang cukup tinggi.
Para pemegang saham mempunyai kesempatan untuk mencari dana dari
lembaga-lembaga keuangan tanpa melepaskan sahamnya. Apabila saham yang
dimiliki likuid, maka dapat acceptable sebagai agunan dan bisa dijadikan
pembayaran untuk mengambil alih perusahaan lain. Lalu terjadi apa yang disebut
share swap, yaitu membeli perusahaan lain tanpa mengeluarkan uang kontan,
tetapi membayar dengan saham yang listed di bursa.
Go public memungkinkan masyarakat maupun manajemen mengetahui
nilai perusahaan, yaitu dicerminkan pada kekuatan tawar menawar saham.
Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan yang mempunyai prospek
pada masa yang akan datang, nilai saham menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila
perusahaan dinilai kurang mempunyai prospek maka harga saham menjadi
rendah.
Husnan (2009:4) menyatakan bahwa terdapat dua alasan mengapa
perusahaan melakukan go public, yakni :
1. Untuk perluasan usaha dan perusahaan tidak ingin menambah utang baru.
2. Untuk mengganti sebagian utang dengan ekuitas yang diperoleh dari
penawaran perdana.
Menurut Tjiptono (2014:79), sebuah perusahaan (emiten) yang akan go
public harus memenuhi ketentuan-ketentuan BAPEPAM tentang :
1. Tata cara pendaftaran dalam rangka penawaran umum.
2. Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka
penawaran umum.
3. Pedoman mengenai bentuk, isi dan prospektus ringkas dalam rangka
penawaran umum.
4. Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan dalam rangka penawaran
umum.
Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik pada dasarnya
harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu memenuhi
22
ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan beserta aturan pelaksanaan
yang mengikutinya. Sebagai perusahaan publik para pemilik lama ataupun para
pendiri harus menerima keterlibatan pihak-pihak lain, bahkan para pesaing
sekalipun. Menurut Sunariyah (2011:38) perusahaan publik harus memenuhi
beberapa kesanggupan, yaitu antara lain :
1. Keharusan untuk melakukan keterbukaan (full disclosure)
2. Keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai
kewajiban pelaporan
3. Gaya manajemen perusahaan berubah dari informal menjadi formal
4. Kewajiban membayar deviden bila perusahaan mendapatkan laba
5. Senantiasa berusaha meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan
2.1.2.2 Manfaat Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO)
Menurut Tjiptono (2014:77), manfaat penawaran umum saham antara
lain:
1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak
dengan termin-termin);
2. Biaya go public relatif murah;
3. Proses relatif mudah;
4. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan;
5. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen;
6. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan
untuk meningkatkan profesionalisme;
7. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham
perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial;
8. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media
promosi) secara gratis;
9. Memberikan kesempatan bagi koperasi dan karyawan perusahaan untuk
membeli saham.
23
2.1.2.3 Persiapan untuk Melakukan Penawaran Umum atau Initial Public
Offering (IPO)
Menurut Jogiyanto (2013:85) dalam rangka penawaran umum, emiten
harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut ini :
1. Manajemen harus memutuskan suatu rencana untuk memperoleh dana melalui
publik dan rencana ini harus diajukan di rapat umum pemegang saham dan
harus disetujui.
2. Perusahaan bersangkutan harus menugaskan pakar-pakar pasar modal dan
institusi-institusi pendukung untuk membantu di dalam penyediaan dokumendokumen yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut ini.
a. Underwriter (penjamin emisi) yang akan mempersiapkan segala
sesuatunya berkaitan dengan proses penempatan saham di pasar primer.
b. Profesi-profesi yang terdiri dari :
i.
kantor akuntan publik yang independen untuk mengaudit laporan
keuangan selama dua tahun terakhir dengan pendapat unqualified
opinion;
ii. notaris publik yang akan mempersiapkan dokumen persetujuan dari
pemegang saham, persetujuan-persetujuan lainnya yang berkaitan
dengan going public dan hasil dari rapat-rapat yang dilakukan;
iii. konsultan hukum untuk menyediakan opini-opini yang berhubungan
dengan hukum;
iv. Perusahaan penilai (appraisal company) yang akan menilai kembali
(jika diperlukan) aktiva-aktiva tetap yang dimiliki oleh perusaaan.
c. Institusi-institusi pendukung :
i.
trustee untuk mewakili kepentingan dari pemegang obligasi ( untuk
perusahaan yang akan menjual obligasinya);
ii. penjamin (guarantor);
iii. Biro Administrasi Sekuritas;
iv. Kustodian.
24
3. Mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan untuk penawaran umum ke
publik.
4. Mempersiapkan kontrak awal dengan bursa.
5. Mengumumkan ke publik.
6. Menandatangani perjanjian-perjanjian yang berhubungan dengan going
public.
7. Untuk yang akan menjual obligasi, perusahaan harus mendaftarkannya ke
agen peringkat untuk mendapatkan peringkat untuk obligasi yang akan
ditawarkan. Agen peringkat yang ditunjuk adalah PT Pemeringkat efek
Indonesia (PEFINDO) yang didirikan pada tanggal 221 Desember 1993.
8. Mengirimkan pernyataan registrasi dan dokumen-dokumen pendukung
lainnya ke BAPEPAM-LK.
2.1.2.4 Keuntungan dan Kerugian Penawaran Umum atau Initial Public
Offering (IPO)
Perusahaan-perusahaan yang hendak melakukan penawaran umum perlu
mempertimbangkan beberapa faktor untung dan rugi dari penawaran umum.
Menurut Jogiyanto (2013:30) keuntungan dari penawaran umum, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang, untuk perusahaan yang
tertutup calon investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya
disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan
investor. Sedang untuk perusahaan yang sudah going public, informasi
keuangan harus dilaporkan ke publik secara reguler yang kelayakannya sudah
diperiksa oleh akuntan publik.
2. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham, untuk perusahaan yang masih
tertutup yang belum mempunyai pasar untuk sahamnya, pemegang saham
akan lebih sulit untuk menjual sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah
going public.
3. Nilai pasar perusahaan diketahui, untuk alasan-alasan tertentu nilai pasar
perusahaan perlu untuk diketahui.
25
Disamping keuntungan dari penawaran umum, Jogiyanto (2013:31) juga
menjelaskan beberapa kerugiannya yaitu sebagai berikut ini :
1. Biaya laporan yang meningkat, untuk perusahaan yang sudah going public
setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan-laporan kepada
regulator. Laporan-laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang
ukurannya kecil.
2. Pengungkapan (disclosure), beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya
keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua
informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing, sedang pemilik
enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena
publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai.
3. Ketakutan untuk diambil-alih, manajer perusahaan yang hanya mempunyai
hak veto kecil akan khawatir jika perusahaan going public. Manajer
perusahaan publik dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan
manajer yang baru jika perusahaan diambil alih.
2.1.2.5 Penawaran Umum di Pasar Perdana dan Pasar Sekunder
Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan menjual sekuritasnya kepada
investor umum untuk pertama kalinya. Dalam menjual sekuritasnya, perusahaan
umumnya menggunakan jasa profesional dan lembaga pendukung pasar modal,
untuk membantu menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang
diperlukan untuk go public. Penjamin (underwriter) yang ditunjuk oleh
perusahaan akan membantu dalam penentuan harga perdana saham serta
membantu memasarkan sekuritas tersebut kepada calon investor.
Secara teoritis, penawaran saham-saham di pasar perdana dapat terjadi
kemungkinan penawaran harga yaitu : apakah emisi-emisi tersebut overpricing
ataukah underpricing. Untuk mengetahui apakah emisi saham perdana
overpricing atau underpricing di bawah ini diuraikan dua alternatif pendekatan
yang digunakan, yaitu :
1. Dengan cara menaksir harga teoritis saham tersebut dibandingkan dengan
harga yang ada di pasar perdana. Jika harga di pasar perdana lebih tinggi dari
26
harga teoritis, saham tersebut dinilai overvalue. Sebaliknya, jika lebih rendah
diklasifikasikan undervalue.
2. Membandingkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari saham-saham yang
baru dijual tersebut dengan memperhatikan faktor risiko. Jika tingkat
keuntungan yang diperoleh lebih besar dari tingkat keuntungan yang
diharapkan, hal ini berarti nilai saham tersebut undervalue. Sebaliknya jika
tingkat keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari tingkat keuntungan yang
diharapkan maka saham tersebut undervalue.” Husnan (2009)
Pendekatan yang akan digunakan dalam menganalisis harga perdana ini
adalah dengan membandingkan antara tingkat return sesungguhnya dengan
tingkat return yang diharapkan sehingga :
Jika tingkat return sesungguhnya > return yang diharapkan, maka saham tersebut
dikatakan sebagai saham yang undervalue.
Jika tingkat return sesungguhnya < return yang diharapkan, maka saham tersebut
dikatakan sebagai saham yang overvalue.
Pada dasarnya, hampir semua investor berminat untuk membeli saham di
pasar perdana dengan harapan memperoleh keuntungan pada saat harga tersebut
akan naik di pasar sekunder. Namun, dalam prakteknya harga saham pada pasar
perdana adalah harga yang terjadi karena hasil negoisasi antara penjamin emisi
(underwriter) dengan calon emiten. Oleh karena itu, harga perdana ini disebut
juga dengan harga negoisasi (negotiation price).
Berbeda dengan pasar perdana, pasar sekunder adalah pasar yang terjadi
ketika suatu efek dicatatkan dan diperdagangkan di bursa. Disebut sekunder
karena pihak yang melakukan perdagangan adalah para pemegang saham dan
calon pemegang saham. Uang yang mengalir dalam pasar sekunder, tidak lagi
mengalir ke dalam perusahaan yang menerbitkan efek akan tetapi berpindah atau
bergerak dari pemegang saham yang satu ke pemegang saham yang lain.
Dengan demikian, emiten tidak berhubungan langsung dengan pasar
sekunder, akan tetapi memiliki kepentingan atas naik turunnya harga saham di
pasar sekunder. Sebagai tambahan, apabila dilihat dari segi kepentingan pemodal
dalam membeli dan menjual saham, maka terdapat beberapa perbedaan antara
27
pasar perdana dan pasar sekunder seperti yang dijelaskan Tjiptono (2014:119)
yang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1
Perbedaan Pasar Perdana dan Pasar Sekunder
No
Pasar Perdana
1 Harga saham tetap
2
3
4
5
Pasar Sekunder
Harga saham berfluktuasi sesuai kekuatan
supply dan demand
Tidak dikenai komisi
Dibebankan komisi
Hanya untuk pembelian Berlaku untuk pembelian maupun penjualan
saham
saham
Pemesanan
dilakukan Pemesanan dilakukan melalui anggota bursa
melalui agen penjualan
(pialang / broker)
Jangka waktu terbatas
Jangka waktu tidak terbatas
Sumber : Tjiptono (2014:119)
2.1.2.6 Proses Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO)
Dalam melakukan penawaran umum, perusahaan harus melalui beberapa
tahapan. Seperti yang dijelaskan Tjiptono (2014:84) tahapan-tahapan yang dilalui
sebuah perusahaan yang akan melakukan penawaran antara lain :
1. Sebelum emisi, yaitu berisi persiapan-persiapan yang dilakukan untuk
memenuhi persyaratan-persyaratan penawaran umum.
2. Tahapan emisi, yaitu masa dimana dilakukan penawaran umum hingga sahamsaham yang telah ditawarkan dicatat di Bursa Efek.
3. Tahapan sesudah emisi, yaitu berupa tahapan pelaporan sebagai konsekuensi
atas penawaran umum tersebut.
28
Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat secara rinci pada gambar 2.1
berikut :
Sebelum Emisi
Internal
Perusahaan
1. Rencana
go
public
2. RUPS
3. Penunjukan :
 Underwriter
(jika ada)
 Profesi
Penunjang
 Lembaga
Penunjang
4. Mempersiapkan
dokumendokumen
5. Konfirmasi
sebagai
Agen
Penjual
oleh
Penjamin Emisi
6. Kontrak
Pendahuluan
dengan
Bursa
Efek
7. Public Expose
8. Penandatanganan
Perjanjian
BAPEPAM
Emisi
Pasar
Perdana
1. Pernyataan
Pendaftaran
2. Expose Terbatas di
BAPEPAM
3. Tanggapan atas :
 Kelengkapan
dokumen
 Kecukupan dan
kejelasan
informasi
 Keterbukaan
(aspek hukum,
akuntansi,
keuangan, dan
manajemen)
4. Komentar tertulis
dalam waktu 30
hari
5. Pernyataan
Pendaftaran
dinyatakan efektif
1. Penawaran
oleh Sindikasi
Penjamin
Emisi
dan
Agen Penjual
2. Penjatahan
kepada
investor oleh
sindikasi
Penjamin
Emisi
dan
emiten
3. Pengembalian
dana (refund)
4. Distribusi
efek kepada
investor
secara
elektronik
Sesudah Emisi
Pasar
Sekunder
1. Emiten
mencatatkan
sahamnya di
Bursa Efek
2. Perdagangan
efek
di
Bursa Efek
Pelaporan
1. Laporan
Berkala,
misalnya
laporan
tahunan
dan
laporan
tengah
tahunan
2. Laporan
Kejadian
Penting
dan
Relevan,
misalnya
akuisisi,
perganti
an
direksi,
dan lainlaian
Gambar 2.1 Skema Proses Penawaran Umum
2.1.3 Underpricing
Saham suatu perusahaan yang akan diperdagangkan di pasar sekunder atau
berada di penjualan di lantai bursa, sebelumnya akan ditawarkan terlebih dahulu
di pasar perdana. Harga pasar yang dijual di pasar perdana telah ditentukan
terlebih dahulu atas kesepakatan antar emiten dengan pihak penjamin emisi
(underwriter), sedangkan harga saham yang dijual di pasar sekunder ditentukan
oleh penawaran dan permintaan. Dalam dua mekanisme penentuan harga tersebut
sering terjadi perbedaan harga atau yang disebut dengan underpriced.
29
Beberapa peneliti menjelaskan mengapa harga pada penawaran perdana
lebih rendah daripada harga pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder.
Menurut Carter dan Manaster seperti yang dikutip Indrianto (2011:45)
menjelaskan bahwa :
“Underpriced adalah hasil dari ketidakpastian harga saham pada pasar
ekunder, yang terjadi karena perusahaan dinilai lebih rendah dari kondisi
yang sesungguhnya oleh underwriter dalam rangka untuk mengurangi
tingkat risiko yang harus ia hadapi karena fungsi penjaminannya.”
Menurut Investorwords.com, underpricing diartikan sebagai berikut :
“ The pricing of an IPO at less than its market value, underpricing can be
seen in the difference between the offer price and the price of the first
trade.”
Berdasarkan pengertian underpricing di atas, dapat diketahui bahwa harga
pada saat IPO merupakan selisih kekurangan dari harga pasar, underpricing dapat
diketahui dari perbedaan antara harga perdana dan harga penutupan di hari
pertama.
Sedangkan menurut Jogiyanto (2014:34) Underpricing perusahaan IPO
didefinisikan sebagai :
“Underpricing perusahaan IPO didefinisikan sebagai perbedaan antara
harga penawaran perdana dengan harga penutupan saham perusahaan IPO
di pasar sekunder pada hari pertama.”
Berdasarkan uraian beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
underpricing terjadi jika harga saham di pasar perdana lebih rendah dibandingkan
dengan harga saham di pasar sekunder pada hari pertama, yang dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berdasarkan Jogiyanto (2014:34) sebagai berikut :
Underpricing =
Closing price-offering price
Offering price
x 100%
30
Berdasarkan penelitian sebelumnya, ada beberapa teori mengenai
underpricing telah dikemukan oleh para ahli seperti yang dikutip oleh Sautma
Ronni B, diantaranya :
1. Informasi Asimetris
Kebanyakan teori yang menjelaskan Harga Penawaran Perdana (IPO) yang
underpriced didasarkan pada asumsi bahwa terjadi perbedaan informasi antara
berbagai pihak terhadap nilai saham yang baru tersebut. Salah satu dari teori
tersebut menganggap bahwa underwriter secara signifikan mempunyai
informasi yang lebih baik dari pada issuer. Oleh karena underwriter memiliki
informasi yang lebih lengkap, underwriter akan mampu meyakinkan issuer
bahwa harga yang rendah lebih baik jika issuer tidak pasti terhadap nilai
sahamnya sendiri.
2. Tulah Bagi Pemenang (Winner’s Curse)
Penjelasan lain dari underpricing adalah yang dikenal sebagai istilah
”winner’s curse”. Winner’s curse ini menekankan adanya informasi asimetris
diantara investor potensial. Menurut pandangan ini, beberapa investor
(informed investor)
mempunyai
akses informasi
mengetahui
berapa
sesungguhnya nilai saham yang akan dikeluarkan. Investor lainnya
(uninformed investor) tidak mengetahui karena sangat sulit atau mahal untuk
mendapat informasi tersebut. Underwriter (sekaligus issuer) melakukan
kesalahan acak (random error) dalam penetapan harga, beberapa saham
ditetapkan overvalued dan lainnya undervalued. Investor yang mempunyai
informasi akan membeli saham yang undervalued dan menghindari saham
yang overvalued. Akibatnya, investor yang tidak mempunyai informasi sulit
mendapatkan saham undervalued, karenanya akan mendapatkan return yang
lebih kecil. Karena issuer harus terus menerus menarik investor yang tidak
mendapatkan informasi seperti investor yang mempunyai informasi, maka
rata-rata harga saham baru tersebut harus underpriced agar investor yang tidak
mempunyai informasi tersebut mendapatkan return yang memadai.
31
3. Tradisional
Selain teori Underpricing IPO yang berdasarkan informasi asimetris ada juga
penjelasan tradisional, antara lain:
a. Undang-Undang membuat underwriter menetapkan harga perdana di
bawah harga yang diharapkan.
b. Terjadi kolusi diantara para underwriter dengan menetapkan kondisi
underpriced.
c. Saham yang underpriced meninggalkan kesan yang baik terhadap investor
sehingga pada waktu berikutnya, saham baru yang dikeluarkan dapat
dijual pada harga yang lebih menarik.
d. ”Firm commitment” membuat underwriter mencoba mengurangi risiko
dengan cara underpriced saham perdana untuk mengkompensasikannya.
e. Proses underwriting biasanya memasukkan unsur underpricing dalam
IPO, kondisi ini terjadi karena kebiasaan / tradisi atau berdasarkan
perjanjian yang disepakati antara issuer dan underwriter.
f. Perusahaan
yang mengeluarkan
saham
(issuer)
dan
underwriter
menganggap bahwa underpricing merupakan bentuk jaminan terhadap
tuntutan hukum.
4. Signalling Equilibirium Phenomenom
Dasar fundamental dari teori ini adalah perusahaan yang baik atau bagus dapat
memberikan signal (tanda) tentang tipe atau kondisi perusahaannya dengan
melakukan penetapan IPO yang underpricing. Sementara perusahaan yang
jelek atau buruk tidak mau melakukan underpricing karena tidak bisa
menutupi kerugian akibat underpricing. Motivasi dari pengiriman signal lewat
underpricing adalah asumsi bahwa keuntungan masa mendatang dari
underpricing IPO lebih besar dari kerugiannya.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing
Bertolak dari hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi underpricing masih menghasilkan temuan yang berbeda-beda dan
ketidakkonsistenan hasil penelitian, maka peneliti termotivasi meneliti kembali
32
untuk memperoleh bukti empiris yang dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dianggap dapat
mempengaruhi underpricing.
2.1.4.1 Return On Asset
Analisis ROA mempunyai arti sangat penting sebagai salah satu teknik
analisis keuangan yang bersifat menyeluruh. Seperti yang diungkap oleh Gitman
(2011:68) bahwa “ROA is measures the overall effectiveness of management in
generatif profits with its available assets, also called the return on investment.
(Return on investmemt merupakan ukuran efektivitas suatu manajemen secara
keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang tersedia).
Harahap (2010: 305) menjelaskan mengenai pengertian tersebut sebagai
berikut :
Return On Assets (ROA) menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa
aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
Syamsuddin (2010:63), menyatakan return on asset merupakan
pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan.
Return on asset yang merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas dapat
memberikan indikasi kepada kita tentang baik buruknya manajemen dalam
melaksanakan kegiatan perusahaan baik dalam kontrol biaya maupun pengelolaan
aktiva. Rasio return on asset dapat dihitung dengan rumus :
ROA 
Laba Bersih
x100%
Total Aset
Menurut Munawir (2010:89) Return On Asset adalah salah satu bentuk
dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan
dana yang digunakan untuk operasinya
perusahaan untuk menghasilkan laba. Melalui return on asset dapat memberikan
indikasi tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kegiatan
perusahaan baik dalam kontrol biaya maupun pengelolaan aktiva.
33
Kelebihan yang dimiliki return on asset sehingga dipergunakan sebagai
alat pengukur prestasi kinerja manajer dalam perusahaan adalah sebagaiberikut:
a. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada keterkaitan dengan hubungan
(relationship) antara penjualan (sales), biaya (expenses), dan investasi
(investment) khususnya untuk manajer pusat investasi.
b. Mendorong para manajer untuk memfokuskan pada efisiensi kerja.
c. Mendorong para manajer untuk mengoperasikan aktivanya secara efisien
Hanafi dan Abdul Halim (2012:163-173), menyebutkan terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi ROA, yaitu:
1. Operating Leverage, menunjukkan sejumlah mana pemakaian beban tetap
dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap yang
tinggi berarti mempunyai operating leverage yang tinggi. Beban tetap
operasional datangnya dari beban depresiasi peralatan/bangunan (aktiva
tetap). Perusahaan yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang besar akan
mempunyai beban depresiasi yang tinggi, yang berarti mempunyai beban
operasional yang tinggi, dan berarti mempunyai operating leverage yang
tinggi. Perusahaan dengan operating leverage yang tinggi akan
mempunyai fluktuasi pendapatan yang tinggi pula, sehingga semakin
tinggi operating leverage semakin tinggi variabilitas ROA.
2. Siklus Kehidupan Produk
Terdapat empat tahap dalam siklus produk, yaitu tahap perkenalan, tahap
pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap penurunan. Tahap perkenalan,
perusahaan sibuk menyiapkan infrastruktur
produk baru dengan
melakukan investasi pada pabrik dan peralatan. Hal tersebut membutuhkan
biaya dan mengakibatkan aliran kas keluar yang besar, sementara
penjualan masih sedikit karena produk tersebut belum dikenal luas.
Akibatnya aliran kas bersih adalah negatif. Tahap pertumbuhan, penjualan
mulai meningkat tajam, pengeluaran mulai berkurang. Aliran kas masuk
bisa negatif (tetapi tidak terlalu besar), bisa juga positif (tapi belum terlalu
besar). Tahap dewasa, aliran kas masuk sudah mulai meningkat karena
34
produk sudah semakin dikenal. Aliran kas keluar sudah berkurang jauh
karena adanya faktor skala ekonomi, dan juga pengeluaran investasi sudah
tidak dilakukan lagi pada tahap ini. Akibatnya, perusahaan bisa
memperoleh aliran kas positif yang cukup besar. Tahap penurunan,
permintaan produk sudah mulai melemah,
kompetesi semakin tajam.
Pengeluaran investasi ditujukan untuk mempertahankan posisi produk di
pasar. Tahap ini aliran kas bersih masih bisa positif, tetapi mulai mengecil,
sampai bisa terjadi aliran kas negatif.
3. Komposisi profit margin dan perputaran aktiva, yang dipengaruhi oleh
adanya pembatasan kapasitas dan pembatasan kompetisi, dan adanya
strategi bisnis (diferensiasi, biaya rendah, dan fokus).
Komposisi profit margin dan perputaran aktiva dapat dipengaruhi oleh
adanya pembatasan kapasitas dan pembatasan kompetisi, dan adanya
strategi bisnis. Perusahaan yang menghadapi pembatasan kapasitas,
sehingga akan sulit meningkatkan perputaran aktiva, bisa menerapkan
strategi meningkatkan profit marginnya. Sebaliknya, perusahaan yang
menghadapi pembatasan karena adanya kompetisi yang tajam, sehingga
sulit menaikkan profit marginnya, bisa menerapkan strategi meningkatkan
perputaran aktivanya.
2.1.4.2 Return On Equity
Return on equity ialah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan tersebut mengelola modal sendiri (net worth) dengan secara efektif,
mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal
sendiri
ataupun
pemegang
saham
suatu
perusahaan.
ROE
tersebut
menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut dengan
rentabilitas usaha Agnes (2009). Sedangkan menurut Chrisna (2011) kenaikan
Return on Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut.
Semakin tinggi ROE berarti semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola
modalnya untuk menghasilkan keutungan bagi pemegang saham.
Return On Equity (ROE) ialah rasio laba bersih setelah pajak terhadap
modal sendiri yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan laba yang
35
tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Tetapi pada rasio ini terdapat
satu kelemahan, yaitu tidak memperhitungkan adanya deviden maupun capital
gain untuk pemegang saham.
Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari
sudut pemegang saham. Rasio ini diperoleh dengan rumus :
Return on Equity (ROE)=
2.1.4.3 Earning Per Share
Earning Per Share dapat diartikan sebagai laba yang akan diperoleh
pemegang saham per lembar sahamnya. Tetapi untuk mengetahui definisi EPS
lebih lanjut ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para pakar.
“Earning per share atau laba per lembar saham adalah bentuk
pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang
saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.”
Besarnya laba per lembar saham (EPS) suatu perusahaan bisa diketahui
dari informasi laporan keuangan perusahaan. Menurut Tandelilin (2011:241242). “Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS
perusahaan yang bersangkutan dalam laporan keuangannya, tapi besarnya EPS
suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan
laporan rugi laba perusahaan”. “Earning Per Share dikenal sebagai laba per
lembar saham”.
Pengertian EPS menurut Tambunan (2013: 216):
“EPS adalah imbal hasil per saham yang diperoleh dari pembagian
laba bersih dengan jumlah saham yang beredar (outstanding
share).”
Persamaan EPS dapat dituliskan sebagai berikut:
36
Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan EPS.
Rasio-rasio laba ini menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas dan
manajemen aktiva/ kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan
laba. Rasio-rasio ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam
rangka menilai faktor-faktor yang mendasari laba perusahaan. Rasio-rasio ini
membantu
dalam
melakukan
penilaian
kecukupan
laba
historis
dan
memproyeksikan laba di masa depan melalui pemahaman yang lebih baik
terhadap sebab-sebab terjadinya laba.
Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba
bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini
dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabelnya. Setiap perubahan laba bersih
maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan
laba per saham (EPS). Kesimpulannya Earning Per Share (EPS) menunjukkan
seberapa besar laba yang diterima oleh pemegang saham dari saham yang ia
ditanamkan.
2.1.4.4 Umur Perusahaan
Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan telah
menjalankan usahanya sehingga bepengaruh pada tingkat pengalaman yang
dimilikinya dalam menghadapi persaingan. Perusahaan yang beroperasi lebih
lama mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menyediakan informasi
perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada perusahaan yang baru saja
berdiri. Dengan demikian akan mengurangi adanya asimetri informasi dan
memperkecil ketidakpastian pasar dan pada akhirnya akan mempengaruhi
underpricing saham. Selain itu perusahaan-perusahaan yang umurnya lebih tua
bisa dipersepsikan sebagai perusahaan yang sudah tahan uji sehingga kadar
risikonya rendah. Dengan demikian, pada umumnya semakin tua umur
perusahaan, maka peluang terciptanya initial return akan semakin rendah atau
tingkat underpricing semakin rendah.
Trisnawati (2010) mengemukakan bahwa semakin lama perusahaan
berdiri maka masyarakat luas akan lebih mengenalnya dan investor secara khusus
37
akan lebih percaya terhadap perusahaan yang sudah terkenal dan lama berdiri
dibandingkan dengan perusahaan yang relatif masih baru. Perusahaan yang sudah
lama berdiri tentunya mempunyai strategi dan kiat-kiat yang lebih baik untuk
tetap bertahan di masa depan.
2.1.4.5 Ukuran Perusahaan
Pengertian dari ukuran perusahaan menurut Riyanto (2011:313), yaitu :
“Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau
nilai total aktiva”.
Menurut Seftianne (2011) Ukuran perusahaan menggambarkan besar
kecilnya perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha
yang dijalankan. Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan total penjualan, total asset, rata - rata tingkat penjualan.
Menurut Sawir (2014:101-102) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai
determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang
berbeda:
1. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan
akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham.
Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah
kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat
dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan
sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor
mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.
2. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak
keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai
bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan
dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang
yang digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan
kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti
dari penggunaan kontrak standar hutang.
38
3. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan
yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran
perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur
keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak
mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak
mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.
Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva,
tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi. Ukuran perusahaan
akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan. Hal ini menyebabkan
kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan
perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar
memiliki kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam
laba.
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Dikarenakan total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah maka
hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam
logaritmanatural, sehingga ukuran perusahaan juga dapat dihitung dengan :
Size = Ln Total Assets
(Benardi dan Sutrisno : 2009)
Total
aktiva
dipilih
sebagai
proksi
ukuran
perusahaan
dengan
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan
nilai market capitalized dan penjualan (Sudarmadji, 2007). Jika nilai dari total
aktiva, penjualan, atau modal itu besar, maka digunakan natural logaritma dari
nilai tersebut. Ukuran perusahaan lebih disebabkan oleh ketersediaan informasi
yang terpublikasi. Jumlah informasi yang terpublikasi untuk perusahaan
meningkat seiring dengan ukuran perusahaan. Perusahaan besar lebih banyak
disorot oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu
perusahaan besar cenderung menjaga image perusahaan di mata masyarakat.
39
2.1.4.6 Reputasi Auditor
Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang
disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor. Reputasi Kantor akuntan
publik didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki
kekuatan monitoring yang secara umum tidak dapat diamati. Auditor yang
memiliki reputasi dari nama besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih
baik, termasuk dalam masalah pengungkapan going concern demi menjaga
reputasi mereka dari kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan dalam
memberikan opini auditnya. Hal tersebut dapat terjadi karena auditor berskala
besar memiliki teknologi yang lebih canggih, karyawan yang lebih berbakat dan
telah memperoleh pengakuan secara internasional.
Kantor Akuntan Publik (KAP) bertanggung jawab pada audit atas laporan
keuangan historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka,
kebanyakan perusahaan lain yang cukup besar, dan banyak perusahaan serta
organisasi non komersial yang lebih kecil.
Disebabkan
oleh
luasnya
penggunaan laporan keuangan yang telah diaudit, maka suatu hal yang umum
untuk mensinonimkan istilah auditor lainnya (auditor kantor pemerintah, auditor
pajak, serta auditor intern). Kantor akuntan publikpun seringkali dinamakan
sebagai auditor ekternal atau auditor independen untuk membedakan mereka
dengan auditor internal.
Auditor merupakan pihak yang dianggap dapat independen serta mampu
untuk menjembatani antara kepentingan pihak manajemen dengan para pemegang
saham. Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang
disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. (Rudyawan
dan Badera, 2008). Craswell, et al (dalam Fanny dan Saputra, 2014)
menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal
dari Kantor Akuntan Publik besar dan memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan
Publik internasional yang mempunyai kualitas yang lebih tinggi karena auditor
tersebut mempunyai karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti
pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review.
40
2.1.4.7 Reputasi Underwriter
Underwriter yang dimaksud lembaga perantara emisi yang menjamin
penjualan efek yang diterbitkan emiten dan pemodal. Ia bertugas untuk meneliti
dan mengadakan penilaian menyeluruh atas kemampuan dan prospek emiten.
Khusus untuk emisi saham, penjamin juga turut serta dalam menentukan harga
saham yang diemisikan (Ahmad, 2009). Penjamin emisi akan menawarkan
besarnya tanggung jawab yang harus dipikulnya setelah mempertimbangkan
keadaan pasar sekarang dan estimasi keadaan pasar saat penawaran umum
dilaksanakan.
Pengertian
underwriter
menurut
Fahmi
dan
Hadi
(2009:49):
“Underwriter adalah penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan
menerbitkan sahamnya di pasar modal”
Menurut Sitompul (2010:72) mengemukakan terdapat keahlian yang
setidaknya harus dimiliki underwriter, antara lain:
1.
Pengalaman dalam pemasaran, hal ini diperlukan dalam menyusun struktur
penawaran, dan membentuk sindikasi dengan para penjamin emisi dan para
broker (agen penjualan) untuk mendukung penawaran efek perusahaan
setelah proses pendaftaran.
2.
Pengetahuan yang luas, underwriter diharuskan mempunyai pengetahuan
yang luas tentang kondisi pasar dan berbagai tipe investor (pemodal).
3.
Berpengalaman dalam penetapan harga penawaran efek, dengan demikian
dapat membuat perusahaan menjadi kelihatan menarik (attractive) dan juga
menghasilkan keuntungan yang cukup bagi investor.
4.
Kemampuan memberi dukungan, underwriter yang baik harus mempunyai
kemampuan membantu perusahaan dalam penawaran efek selanjutnya.
5.
Memiliki bagian riset dan pengembangan dengan ruang lingkup kerjanya
untuk
menganalisis
perusahaan
kliennya,
pesaing
pasar
dan
juga
perekonomian secara mikro dan makro.
Fungsi underwriter pada IPO yaitu menjamin terjualnya saham sesuai
dengan tipe penjaminan yang disepakati dan menentukan harga penawaran yang
tepat bersama-sama dengan emiten. Mereka juga memberi nasehat tentang hal-hal
41
yang perlu diperhatikan emiten serta bagaimana dan kapan saat yang tepat
melakukan penawaran. Underwriter dinilai berdasarkan kemampuannya untuk
memberikan penawaran dengan initial return yang tinggi bagi para investor.
Underwriter dengan reputasi tinggi lebih memiliki kepercayaan diri terhadap
kesuksesan penawaran saham yang diserap oleh pasar.
Menurut Anoraga dan Pakarti (2011:64), dalam menjalankan fungsinya,
underwriter senantiasa menjaga citra baiknya sebagai profesional dan dituntut
untuk memiliki integritas tinggi di mata masyarakat. Publik cenderung melihat
terlebih dahulu pihak yang menjadi underwriter dalam menghadapi penawaran
perdana. Reputasi underwriter ini menjadi pertimbangan bagi investor untuk
melakukan investasi. Apabila underwriter gagal, maka akan mempengaruhi
reputasinya di mata investor, sehingga dapat menghambat perusahaan penjamin
emisi untuk memperoleh transaksi potensial di masa depan. Namun underwriter
juga tidak dapat menetapkan harga yang terlalu rendah dikarenakan perusahaan
menginginkan dana hasil IPO yang besar dan dengan menetapkan harga
penawaran saham yang terlalu rendah merupakan suatu biaya bagi perusahaan.
Untuk meminimumkan risiko, underwriter biasanya membentuk sindikasi, yaitu
kelompok perusahaan sekuritas yang bersama-sama membeli dan memasarkan
saham emiten. Jika terdapat kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung
bersama.
Hingga saat ini belum ada standar baku untuk mengkategorikan
underwriter bereputasi baik dan buruk. Pengukuran reputasi underwriter pada tiap
penelitian mungkin berbeda. Penelitian ini menggunakan data yang didapat dari
IDX Statistic yang mana sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nina
(2015) dengan menggunakan data nilai frekuensi perdagangan saham, melalui
perhitungan:
42
2.1.5 Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini dapat didukung berdasarkan penelitian terdahulu yang dapat
dilihat pada matrik penelitian yaitu seperti pada tabel 2.2 berikut ini :
Tabel 2.2
Matrik Penelitian Terdahulu
N
o
Nama
Tahun
Judul
Hasil
Perbedaan
Persamaan
1
Imam
Ghozali
dan Al
Mansur
2002
Analisis
FaktorFaktor yang
Mempengar
uhi Tingkat
Underpriced
di
Bursa
Efek Jakarta
Faktor-faktor
yang berpengaruh
terhadap
underpricing
saham perdana di
Bursa Efek
Indonesia adalah
reputasi
underwriter,
jumlah saham
yang masih
ditahan pemegang
saham lama,
skala / ukuran
perusahaan, umur
perusahaan, ROA
serta financial
leverage.
leverage
(yang
diukur
dengan
Debt to Equity)
berpengaruh
positif terhadap
underpricing
saham perdana
Penelitian terdahulu :
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
undepricing adalah
Reputasi Underwriter,
ROA, Ukuran Perusahaan,
Umur Perusahaan,
Financial Leverage
Faktor – faktor
yang berepengaruh
terhadap
underpricing adalah
Return on Asset
2
3
Kim,
Krinsky
dan Lee
Meliana
Benardi
Dan
Sutrisno
1993
2009
Motives for
Going
Public and
Underpricin
g
Faktorfaktor yang
mempengaru
hi luas
pengungkap
an dan
implikasinya
terhadap
asimetri
informasi
Reputasi Auditor
dan Ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan
Penelitian Sekarang :
Faktor – faktor yang
berepengaruh terhadap
underpricing adalah
Reputasi Auditor, Earning
Per Share, Return on Asset
Penelitian terdahulu :
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
undepricing adalah Debt to
Equity Ratio
Penelitian sekarang :
a. Faktor – faktor yang
berepengaruh
terhadap
underpricing
adalah
Reputasi Auditor, Earning
Per Share, Return on Asset
Penelitian terdahulu :
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
undepricing adalah
Reputasi Auditor dan
Ukuran Perusahaan
s.
Faktor-faktor yang
berpengaruh
terhadap
undepricing adalah
Reputasi Auditor
43
4
5
6
Lulus
Kurniasi
h dan
Arif
Lukman
Wahyu
Putra
Sri
Retno
Handay
ani
2008
2011
2008
Bukti
Empiris
fenomena
underpricing
dan
pengaruh
mekanisme
corporate
governance
Pengaruh
umur
perusahaan,
ROA, EPS,
dan
Persentase
Saham
terhadap
Underpricin
g Saham di
BEI tahun
2006-2010.
Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaru
hi
underpricing
pada
penawaran
perdana
Pengujian
pengaruh
corporate
governance
terhadap
underpricing
menunjukan hasil
yang tidak
signifikan. Hanya
ntuk Ukuran
Perusahaan yang
berpengaruh
signifikan.
Variabel Umur
Perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
Underpricing.
Sementara
ROA,EPS,Persent
ase Saham secara
bersama-sama
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
Underpricing.
Hasil analisis
regresi secara
parsial hanya
earning per share
yang berpengaruh
Sedangkan secara
simultan
diperoleh hasil
variabel Debt to
Equity Rasio,
Return On Assets,
Earning per
Share, Umur
perusahaan,
Ukuran
Perusahaan,
Prosentase
Penawaran Saham
tidak berpengaruh
secara signifikan
tehadap
underpricing.
Penelitian terdahulu :
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
undepricing adalah Ukuran
Perusahaan
-
Penelitian terdahulu :
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
undepricing adalah Ukuran
Perusahaan
-
Penelitian terdahulu :
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
undepricing adalah Earning
Per Share
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
undepricing
adalah Earning
Per Share
44
7
9
Gerianta
wirawan
yasa
Suyatmi
n sujadi
2008
2006
Penyebab
underpricing
pada
penawaran
saham
perdana di
Bursa Efek
Jakarta
Reputasi
Underriter dan
ROA berpengaruh
signifikan
Penelitian terdahulu :
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
undepricing adalah Earning
Per Share
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
undepricing
adalah Return on
Asset
Faktorfaktor yang
mempengaru
hi
underpricing
pada
penawaran
umum
perdana di
Bursa Efek
Jakarta
Variabel CR, dan
Reputasi Auditor
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap
underpricing
Penelitian terdahulu :
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
undepricing adalah CR,
Reputasi Auditor
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
undepricing
adalah Reputasi
Auditor
Dari tabel 2.2 di atas, dapat dilihat bahwa penelitian ini mempunyai
persamaan dan perbedaan antara hasil pengujian penelitian terdahulu dan
penelitian sekarang.
2.2
Kerangka Berpikir
Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional
dalam suatu perusahaan, yang mempelajari
tentang penggunaan dana,
memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan. Sutrisno (2009:3)
menyatakan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha
mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk
menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.
Manajer keuangan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap apa
yang telah dilakukannya. Ada pun keputusan keuangan yang menjadi tanggung
jawab manajer keuangan dikelompokkan ke dalam tiga (3) jenis, yaitu mengambil
keputusan investasi, keputusan pembelanjaan dan keputusan dividen. Keputusankeputusan tersebut harus diambil dalam kerangka tujuan yan seharusnya
dipergunakan oleh perusahaan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan.
Salah satu keputusan penting yang menjadi tanggung jawab manajer
keuangan adalah keputusan pendanaan, perusahaan perlu mempertimbangkan
45
kombinasi modal yang akan ditariknya, karena modal merupakan salah satu aspek
penting dalam menentukkan keberlangsungan usaha suatu perusahaan. Untuk itu
perlu dipikirkan sumber pendanaan yang tepat bagi perusahaan, mengingat
banyaknya alternatif yang bisa diambil dalam memenuhi kebutuhan dana seperti
menahan laba perusahaan, meminjam ke bank, dan menambah jumlah
kepemilikan dengan menerbitkan saham baru ke pasar modal.
Salah satu alternatif yang dapat dipilih perusahaan adalah menambah
jumlah kepemilikan dengan melakukan penerbitan saham baru dan menjualnya ke
pasar modal. Peristiwa penerbitan saham perusahaan untuk pertama kali dan
menjualnya ke pasar modal dinamakan penawaran umum perdana (Initial Public
Offering). Proses penawaran saham perusahaan pertama kali melalui bursa efek
disebut dengan initial public offering (IPO) atau penawaran perdana. Dalam IPO
seringkali terjadi fenomena underpricing, dimana harga saham di pasar perdana
lebih rendah dari harga saham di pasar sekunder.
Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap underpricing saham
perdana diantaranya adalah return on asset, return on equity, earning per share,
reputasi auditor, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan reputasi underwriter.
2.2.1 Pengaruh ROA Terhadap Underpricing
Informasi mengenai tingkat profitabilitas perusahaan merupakan informasi
penting bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Profitabilitas
perusahaan memberikan informasi kepada investor mengenai efektivitas
operasional perusahaan (Tambunan, 2007). Profitabilitas yang tinggi akan
mengurangi ketidakpastian perusahaan di masa yang akan datang, dan sekaligus
mengurangi ketidakpastian IPO, sehingga akan mengurangi underpricing Tingkat
keuntungan, memegang peranan penting dalam penilaian prestasi usaha
perusahaan dan sering digunakan sebagai dasar dalam keputusan investasi,
khususnya dalam pembelian saham.
46
2.2.2 Pengaruh ROE Terhadap Underpricing
ROE merupakan salah satu rasio profibalitas, yaitu rasio yang
menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan
keuntungan atau laba bagi perusahaan dari modal yang dimilikinya. Profitabilitas
yang tinggi dapat meminimalisir tingkat underpricing karena penjamin emisi
yakin untuk menjual saham perusahaan dengan harga yang tinggi dan yakin
semua saham yang ditawarkan terjual. Profitabilitas yang tinggi dari suatu
perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga akan
menurunkan tingkat underpricing (Ghozali, 2011).
2.2.3
Pengaruh EPS terhadap Underpricing
Earning Per Share merupakan proxy laba per lembar saham perusahaan
yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki
suatu saham. (Handayani, 2008) Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan
akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga akan menurunkan tingkat
underpricing (Ghozali,2011).
2.2.4
Pengaruh Umur Perusahaan pada Underpricing
Umur perusahaan emiten menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu
bertahan dan banyaknya informasi yang dapat diserap oleh publik. Perusahaan
yang beroperasi lebih lama mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk
menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada
perusahaan yang baru saja berdiri. Dengan demikian akan mengurangi adanya
asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian pasar dan pada akhirnya akan
mempengaruhi underpricing. Rosyati dan Sabeni (2002) dan Sandhiaji (2004)
telah membuktikan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif pada
underpricing.
2.2.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing
Perusahaan besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada
perusahaan kecil. Karena lebih dikenal maka informasi mengenai perusahaan
besar lebih banyak dan lebih mudah diperoleh investor dibandingkan perusahaan
kecil. Hal ini akan mengurangi asimetri informasi pada perusahaan yang besar
47
sehingga akan mengurangi tingkat underpricing daripada perusahaan kecil karena
penyebaran informasi perusahaan kecil belum begitu banyak Yolana dan
Martani (2005) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
dan negatif pada tingkat underpricing.
2.2.6 Pengaruh Reputasi Auditor pada Underpricing
Reputasi auditor berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika
suatu perusahaan go public. Auditor yang bereputasi tinggi dapat digunakan
sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten. Emiten yang
memilih untuk menggunakan auditor yang berkualitas akan dinilai positif oleh
investor yaitu emiten mempunyai informasi yang tidak menyesatkan mengenai
prospeknya di masa mendatang. Hal ini berarti penggunaan auditor yang memiliki
reputasi tinggi akan mengurangi ketidakpastian pada masa mendatang.
Ketidakpastian yang rendah berasosiasi dengan tingkat underpricing yang rendah.
2.2.7 Pengaruh Reputasi Underwriter pada Underpricing
Reputasi underwriter dapat digunakan sebagai sinyal. Underwriter dengan
reputasi tinggi lebih mempunyai kepercayaan diri terhadap kesuksesan penawaran
saham yang diserap oleh pasar. Dengan demikian ada kecenderungan underwriter
yang bereputasi tinggi lebih berani memberikan harga yang tinggi sebagai
konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat underpricing pun
rendah. Reputasi underwriter diyakini menjadi pertimbangan penting bagi
investor untuk membeli saham suatu perusahaan. Semakin tinggi reputasi
underwriter, initial return akan semakin rendah atau reputasi underwriter
mempunyai pengaruh negatif pada underpricing.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka peneliti dapat
menggambarkan kerangka penelitian sebagia berikut
48
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran
2.3
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan skema kerangka pemikiran yang
sudah dijelaskan di atas maka hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam
penelitian ini adalah bahwa : Return on asset, return on equity, earning per share,
ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter
berpengaruh terhadap tingkat underpricing baik secara simultan maupun parsial.
Download