BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan penghubung antara pemilik dana, disebut investor (pemodal) dengan pengguna dana yang disebut emiten (perusahaan yang go public). Para pemodal menggunakan instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolionya sehinggga nantinya akan memaksimumkan penghasilan dan emiten memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas usahanya. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal utama Indonesia. Pengertian pasar modal menurut UU No. 8 Tahun 1995, Bab I Pasal 1 Butir 13 adalah: ”Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Jogiyanto (2013:25) juga menyebutkan mengenai definisi pasar modal, yaitu : ”Pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi.” Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan bursa efek yang memperdagangkan surat berharga yang terjadi tidak harus pada satu tempat tertentu dan komoditi yang diperdagangkan adalah suratsurat berharga jangka panjang. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi 17 18 permintaan dan panawaran modal. Terkecuali dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan. Menurut Sunariyah (2011:7) peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara, yang ditinjau secara makro ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Tabungan (Saving Function) 2. Fungsi Kekayaan (Wealth Function) 3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function) 4. Fungsi Pinjaman (Credit Function) Peranan-peranan pasar modal di atas lebih lanjut dapat bahwa, bagi penabung metode yang digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai akibat penurunan nilai mata uang, inflasi, risiko hilang, dll. Apabila seseorang ingin mempertahankan nilai sejumlah uang yang dimilikinya, maka dia perlu mempertimbangkan agar kerugian yang akan dideritanya tetap minimal. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah tanpa risiko untuk menginvestasikan dana. Dana tersebut dapat digunakan untuk memperbanyak jasa dan produk-produk di suatu perekonomian. Hal tersebut akan mempertinggi standar hidup suatu masyarakat. Dengan membeli surat berharga, masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan ini tidak mengalami depresiasi seperti aktiva lain. Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga. Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu 19 perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan lebih murah. Keberadaan pasar modal memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Menurut Tjiptono (2014:3) manfaat-manfaat tersebut antara lain : 1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi. 3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara. 4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 5. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik. 6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek baik. 7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial. 9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat. 2.1.2 Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) 2.1.2.1 Pengertian Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) Penawaran umum atau sering juga disebut go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaanya. 20 Menurut Tjiptono (2014:73), Penawaran umum mencakup kegiatankegiatan sebagai berikut : 1. Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk. 2. Penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia. 3. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa. Dana yang diperoleh dari go public antara lain digunakan untuk : 1. Ekspansi atau perluasan; 2. Memperbaiki struktur permodalan; 3. Meningkatkan investasi di anak perusahaan; 4. Melunasi sebagian utang; 5. Menambah modal kerja. Di negara-negara maju, salah satu indikator keberhasilan perusahaan apabila suatu perusahaan dicatat dan diperdagangkan di pasar modal. Menurut Sunariyah (2011:20) ada beberapa alasan mengapa perusahaan ingin go public dan menjual sahamnya kepada masyarakat, yaitu antara lain : 1. Meningkatkan modal dasar perusahaan 2. Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha 3. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (ekspansi) 4. Nilai perusahaan Dari segi perusahaan, dana yang masuk dari masyarakat ke perusahaan akan memperkuat posisi permodalan, khususnya utang berbanding modal. Dana dapat digunakan untuk ekspansi diversifikasi produk, atau mengurangi utang. Jadi, dengan menjual saham baru kepada masyarakat akan meningkatkan kemampuan perusahaan. Pemegang saham yang sudah lama menanam modal dalam perusahaan, dengan menjual sahamnya kepada masyarakat akan memberikan indikasi beberapa harga saham perusahaan menurut pandangan masyarakat. Hal ini dapat memberi kesempatan bagi penanam modal lama untuk mentunaikan seluruh atau 21 sebagian saham miliknya dengan laba. Pemegang saham lama dapat mengadakan diversifikasi penanaman dananya. Karena dengan melakukan penanaman modal pada suatu perusahaan akan menimbulkan risiko yang cukup tinggi. Para pemegang saham mempunyai kesempatan untuk mencari dana dari lembaga-lembaga keuangan tanpa melepaskan sahamnya. Apabila saham yang dimiliki likuid, maka dapat acceptable sebagai agunan dan bisa dijadikan pembayaran untuk mengambil alih perusahaan lain. Lalu terjadi apa yang disebut share swap, yaitu membeli perusahaan lain tanpa mengeluarkan uang kontan, tetapi membayar dengan saham yang listed di bursa. Go public memungkinkan masyarakat maupun manajemen mengetahui nilai perusahaan, yaitu dicerminkan pada kekuatan tawar menawar saham. Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan yang mempunyai prospek pada masa yang akan datang, nilai saham menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang mempunyai prospek maka harga saham menjadi rendah. Husnan (2009:4) menyatakan bahwa terdapat dua alasan mengapa perusahaan melakukan go public, yakni : 1. Untuk perluasan usaha dan perusahaan tidak ingin menambah utang baru. 2. Untuk mengganti sebagian utang dengan ekuitas yang diperoleh dari penawaran perdana. Menurut Tjiptono (2014:79), sebuah perusahaan (emiten) yang akan go public harus memenuhi ketentuan-ketentuan BAPEPAM tentang : 1. Tata cara pendaftaran dalam rangka penawaran umum. 2. Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum. 3. Pedoman mengenai bentuk, isi dan prospektus ringkas dalam rangka penawaran umum. 4. Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan dalam rangka penawaran umum. Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik pada dasarnya harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu memenuhi 22 ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan beserta aturan pelaksanaan yang mengikutinya. Sebagai perusahaan publik para pemilik lama ataupun para pendiri harus menerima keterlibatan pihak-pihak lain, bahkan para pesaing sekalipun. Menurut Sunariyah (2011:38) perusahaan publik harus memenuhi beberapa kesanggupan, yaitu antara lain : 1. Keharusan untuk melakukan keterbukaan (full disclosure) 2. Keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan 3. Gaya manajemen perusahaan berubah dari informal menjadi formal 4. Kewajiban membayar deviden bila perusahaan mendapatkan laba 5. Senantiasa berusaha meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan 2.1.2.2 Manfaat Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) Menurut Tjiptono (2014:77), manfaat penawaran umum saham antara lain: 1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak dengan termin-termin); 2. Biaya go public relatif murah; 3. Proses relatif mudah; 4. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan; 5. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen; 6. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme; 7. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial; 8. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media promosi) secara gratis; 9. Memberikan kesempatan bagi koperasi dan karyawan perusahaan untuk membeli saham. 23 2.1.2.3 Persiapan untuk Melakukan Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) Menurut Jogiyanto (2013:85) dalam rangka penawaran umum, emiten harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut ini : 1. Manajemen harus memutuskan suatu rencana untuk memperoleh dana melalui publik dan rencana ini harus diajukan di rapat umum pemegang saham dan harus disetujui. 2. Perusahaan bersangkutan harus menugaskan pakar-pakar pasar modal dan institusi-institusi pendukung untuk membantu di dalam penyediaan dokumendokumen yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut ini. a. Underwriter (penjamin emisi) yang akan mempersiapkan segala sesuatunya berkaitan dengan proses penempatan saham di pasar primer. b. Profesi-profesi yang terdiri dari : i. kantor akuntan publik yang independen untuk mengaudit laporan keuangan selama dua tahun terakhir dengan pendapat unqualified opinion; ii. notaris publik yang akan mempersiapkan dokumen persetujuan dari pemegang saham, persetujuan-persetujuan lainnya yang berkaitan dengan going public dan hasil dari rapat-rapat yang dilakukan; iii. konsultan hukum untuk menyediakan opini-opini yang berhubungan dengan hukum; iv. Perusahaan penilai (appraisal company) yang akan menilai kembali (jika diperlukan) aktiva-aktiva tetap yang dimiliki oleh perusaaan. c. Institusi-institusi pendukung : i. trustee untuk mewakili kepentingan dari pemegang obligasi ( untuk perusahaan yang akan menjual obligasinya); ii. penjamin (guarantor); iii. Biro Administrasi Sekuritas; iv. Kustodian. 24 3. Mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan untuk penawaran umum ke publik. 4. Mempersiapkan kontrak awal dengan bursa. 5. Mengumumkan ke publik. 6. Menandatangani perjanjian-perjanjian yang berhubungan dengan going public. 7. Untuk yang akan menjual obligasi, perusahaan harus mendaftarkannya ke agen peringkat untuk mendapatkan peringkat untuk obligasi yang akan ditawarkan. Agen peringkat yang ditunjuk adalah PT Pemeringkat efek Indonesia (PEFINDO) yang didirikan pada tanggal 221 Desember 1993. 8. Mengirimkan pernyataan registrasi dan dokumen-dokumen pendukung lainnya ke BAPEPAM-LK. 2.1.2.4 Keuntungan dan Kerugian Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) Perusahaan-perusahaan yang hendak melakukan penawaran umum perlu mempertimbangkan beberapa faktor untung dan rugi dari penawaran umum. Menurut Jogiyanto (2013:30) keuntungan dari penawaran umum, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang, untuk perusahaan yang tertutup calon investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan investor. Sedang untuk perusahaan yang sudah going public, informasi keuangan harus dilaporkan ke publik secara reguler yang kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan publik. 2. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham, untuk perusahaan yang masih tertutup yang belum mempunyai pasar untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah going public. 3. Nilai pasar perusahaan diketahui, untuk alasan-alasan tertentu nilai pasar perusahaan perlu untuk diketahui. 25 Disamping keuntungan dari penawaran umum, Jogiyanto (2013:31) juga menjelaskan beberapa kerugiannya yaitu sebagai berikut ini : 1. Biaya laporan yang meningkat, untuk perusahaan yang sudah going public setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil. 2. Pengungkapan (disclosure), beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing, sedang pemilik enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai. 3. Ketakutan untuk diambil-alih, manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan khawatir jika perusahaan going public. Manajer perusahaan publik dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan manajer yang baru jika perusahaan diambil alih. 2.1.2.5 Penawaran Umum di Pasar Perdana dan Pasar Sekunder Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Dalam menjual sekuritasnya, perusahaan umumnya menggunakan jasa profesional dan lembaga pendukung pasar modal, untuk membantu menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang diperlukan untuk go public. Penjamin (underwriter) yang ditunjuk oleh perusahaan akan membantu dalam penentuan harga perdana saham serta membantu memasarkan sekuritas tersebut kepada calon investor. Secara teoritis, penawaran saham-saham di pasar perdana dapat terjadi kemungkinan penawaran harga yaitu : apakah emisi-emisi tersebut overpricing ataukah underpricing. Untuk mengetahui apakah emisi saham perdana overpricing atau underpricing di bawah ini diuraikan dua alternatif pendekatan yang digunakan, yaitu : 1. Dengan cara menaksir harga teoritis saham tersebut dibandingkan dengan harga yang ada di pasar perdana. Jika harga di pasar perdana lebih tinggi dari 26 harga teoritis, saham tersebut dinilai overvalue. Sebaliknya, jika lebih rendah diklasifikasikan undervalue. 2. Membandingkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari saham-saham yang baru dijual tersebut dengan memperhatikan faktor risiko. Jika tingkat keuntungan yang diperoleh lebih besar dari tingkat keuntungan yang diharapkan, hal ini berarti nilai saham tersebut undervalue. Sebaliknya jika tingkat keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari tingkat keuntungan yang diharapkan maka saham tersebut undervalue.” Husnan (2009) Pendekatan yang akan digunakan dalam menganalisis harga perdana ini adalah dengan membandingkan antara tingkat return sesungguhnya dengan tingkat return yang diharapkan sehingga : Jika tingkat return sesungguhnya > return yang diharapkan, maka saham tersebut dikatakan sebagai saham yang undervalue. Jika tingkat return sesungguhnya < return yang diharapkan, maka saham tersebut dikatakan sebagai saham yang overvalue. Pada dasarnya, hampir semua investor berminat untuk membeli saham di pasar perdana dengan harapan memperoleh keuntungan pada saat harga tersebut akan naik di pasar sekunder. Namun, dalam prakteknya harga saham pada pasar perdana adalah harga yang terjadi karena hasil negoisasi antara penjamin emisi (underwriter) dengan calon emiten. Oleh karena itu, harga perdana ini disebut juga dengan harga negoisasi (negotiation price). Berbeda dengan pasar perdana, pasar sekunder adalah pasar yang terjadi ketika suatu efek dicatatkan dan diperdagangkan di bursa. Disebut sekunder karena pihak yang melakukan perdagangan adalah para pemegang saham dan calon pemegang saham. Uang yang mengalir dalam pasar sekunder, tidak lagi mengalir ke dalam perusahaan yang menerbitkan efek akan tetapi berpindah atau bergerak dari pemegang saham yang satu ke pemegang saham yang lain. Dengan demikian, emiten tidak berhubungan langsung dengan pasar sekunder, akan tetapi memiliki kepentingan atas naik turunnya harga saham di pasar sekunder. Sebagai tambahan, apabila dilihat dari segi kepentingan pemodal dalam membeli dan menjual saham, maka terdapat beberapa perbedaan antara 27 pasar perdana dan pasar sekunder seperti yang dijelaskan Tjiptono (2014:119) yang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1 Perbedaan Pasar Perdana dan Pasar Sekunder No Pasar Perdana 1 Harga saham tetap 2 3 4 5 Pasar Sekunder Harga saham berfluktuasi sesuai kekuatan supply dan demand Tidak dikenai komisi Dibebankan komisi Hanya untuk pembelian Berlaku untuk pembelian maupun penjualan saham saham Pemesanan dilakukan Pemesanan dilakukan melalui anggota bursa melalui agen penjualan (pialang / broker) Jangka waktu terbatas Jangka waktu tidak terbatas Sumber : Tjiptono (2014:119) 2.1.2.6 Proses Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) Dalam melakukan penawaran umum, perusahaan harus melalui beberapa tahapan. Seperti yang dijelaskan Tjiptono (2014:84) tahapan-tahapan yang dilalui sebuah perusahaan yang akan melakukan penawaran antara lain : 1. Sebelum emisi, yaitu berisi persiapan-persiapan yang dilakukan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan penawaran umum. 2. Tahapan emisi, yaitu masa dimana dilakukan penawaran umum hingga sahamsaham yang telah ditawarkan dicatat di Bursa Efek. 3. Tahapan sesudah emisi, yaitu berupa tahapan pelaporan sebagai konsekuensi atas penawaran umum tersebut. 28 Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat secara rinci pada gambar 2.1 berikut : Sebelum Emisi Internal Perusahaan 1. Rencana go public 2. RUPS 3. Penunjukan : Underwriter (jika ada) Profesi Penunjang Lembaga Penunjang 4. Mempersiapkan dokumendokumen 5. Konfirmasi sebagai Agen Penjual oleh Penjamin Emisi 6. Kontrak Pendahuluan dengan Bursa Efek 7. Public Expose 8. Penandatanganan Perjanjian BAPEPAM Emisi Pasar Perdana 1. Pernyataan Pendaftaran 2. Expose Terbatas di BAPEPAM 3. Tanggapan atas : Kelengkapan dokumen Kecukupan dan kejelasan informasi Keterbukaan (aspek hukum, akuntansi, keuangan, dan manajemen) 4. Komentar tertulis dalam waktu 30 hari 5. Pernyataan Pendaftaran dinyatakan efektif 1. Penawaran oleh Sindikasi Penjamin Emisi dan Agen Penjual 2. Penjatahan kepada investor oleh sindikasi Penjamin Emisi dan emiten 3. Pengembalian dana (refund) 4. Distribusi efek kepada investor secara elektronik Sesudah Emisi Pasar Sekunder 1. Emiten mencatatkan sahamnya di Bursa Efek 2. Perdagangan efek di Bursa Efek Pelaporan 1. Laporan Berkala, misalnya laporan tahunan dan laporan tengah tahunan 2. Laporan Kejadian Penting dan Relevan, misalnya akuisisi, perganti an direksi, dan lainlaian Gambar 2.1 Skema Proses Penawaran Umum 2.1.3 Underpricing Saham suatu perusahaan yang akan diperdagangkan di pasar sekunder atau berada di penjualan di lantai bursa, sebelumnya akan ditawarkan terlebih dahulu di pasar perdana. Harga pasar yang dijual di pasar perdana telah ditentukan terlebih dahulu atas kesepakatan antar emiten dengan pihak penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga saham yang dijual di pasar sekunder ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Dalam dua mekanisme penentuan harga tersebut sering terjadi perbedaan harga atau yang disebut dengan underpriced. 29 Beberapa peneliti menjelaskan mengapa harga pada penawaran perdana lebih rendah daripada harga pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder. Menurut Carter dan Manaster seperti yang dikutip Indrianto (2011:45) menjelaskan bahwa : “Underpriced adalah hasil dari ketidakpastian harga saham pada pasar ekunder, yang terjadi karena perusahaan dinilai lebih rendah dari kondisi yang sesungguhnya oleh underwriter dalam rangka untuk mengurangi tingkat risiko yang harus ia hadapi karena fungsi penjaminannya.” Menurut Investorwords.com, underpricing diartikan sebagai berikut : “ The pricing of an IPO at less than its market value, underpricing can be seen in the difference between the offer price and the price of the first trade.” Berdasarkan pengertian underpricing di atas, dapat diketahui bahwa harga pada saat IPO merupakan selisih kekurangan dari harga pasar, underpricing dapat diketahui dari perbedaan antara harga perdana dan harga penutupan di hari pertama. Sedangkan menurut Jogiyanto (2014:34) Underpricing perusahaan IPO didefinisikan sebagai : “Underpricing perusahaan IPO didefinisikan sebagai perbedaan antara harga penawaran perdana dengan harga penutupan saham perusahaan IPO di pasar sekunder pada hari pertama.” Berdasarkan uraian beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa underpricing terjadi jika harga saham di pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga saham di pasar sekunder pada hari pertama, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan Jogiyanto (2014:34) sebagai berikut : Underpricing = Closing price-offering price Offering price x 100% 30 Berdasarkan penelitian sebelumnya, ada beberapa teori mengenai underpricing telah dikemukan oleh para ahli seperti yang dikutip oleh Sautma Ronni B, diantaranya : 1. Informasi Asimetris Kebanyakan teori yang menjelaskan Harga Penawaran Perdana (IPO) yang underpriced didasarkan pada asumsi bahwa terjadi perbedaan informasi antara berbagai pihak terhadap nilai saham yang baru tersebut. Salah satu dari teori tersebut menganggap bahwa underwriter secara signifikan mempunyai informasi yang lebih baik dari pada issuer. Oleh karena underwriter memiliki informasi yang lebih lengkap, underwriter akan mampu meyakinkan issuer bahwa harga yang rendah lebih baik jika issuer tidak pasti terhadap nilai sahamnya sendiri. 2. Tulah Bagi Pemenang (Winner’s Curse) Penjelasan lain dari underpricing adalah yang dikenal sebagai istilah ”winner’s curse”. Winner’s curse ini menekankan adanya informasi asimetris diantara investor potensial. Menurut pandangan ini, beberapa investor (informed investor) mempunyai akses informasi mengetahui berapa sesungguhnya nilai saham yang akan dikeluarkan. Investor lainnya (uninformed investor) tidak mengetahui karena sangat sulit atau mahal untuk mendapat informasi tersebut. Underwriter (sekaligus issuer) melakukan kesalahan acak (random error) dalam penetapan harga, beberapa saham ditetapkan overvalued dan lainnya undervalued. Investor yang mempunyai informasi akan membeli saham yang undervalued dan menghindari saham yang overvalued. Akibatnya, investor yang tidak mempunyai informasi sulit mendapatkan saham undervalued, karenanya akan mendapatkan return yang lebih kecil. Karena issuer harus terus menerus menarik investor yang tidak mendapatkan informasi seperti investor yang mempunyai informasi, maka rata-rata harga saham baru tersebut harus underpriced agar investor yang tidak mempunyai informasi tersebut mendapatkan return yang memadai. 31 3. Tradisional Selain teori Underpricing IPO yang berdasarkan informasi asimetris ada juga penjelasan tradisional, antara lain: a. Undang-Undang membuat underwriter menetapkan harga perdana di bawah harga yang diharapkan. b. Terjadi kolusi diantara para underwriter dengan menetapkan kondisi underpriced. c. Saham yang underpriced meninggalkan kesan yang baik terhadap investor sehingga pada waktu berikutnya, saham baru yang dikeluarkan dapat dijual pada harga yang lebih menarik. d. ”Firm commitment” membuat underwriter mencoba mengurangi risiko dengan cara underpriced saham perdana untuk mengkompensasikannya. e. Proses underwriting biasanya memasukkan unsur underpricing dalam IPO, kondisi ini terjadi karena kebiasaan / tradisi atau berdasarkan perjanjian yang disepakati antara issuer dan underwriter. f. Perusahaan yang mengeluarkan saham (issuer) dan underwriter menganggap bahwa underpricing merupakan bentuk jaminan terhadap tuntutan hukum. 4. Signalling Equilibirium Phenomenom Dasar fundamental dari teori ini adalah perusahaan yang baik atau bagus dapat memberikan signal (tanda) tentang tipe atau kondisi perusahaannya dengan melakukan penetapan IPO yang underpricing. Sementara perusahaan yang jelek atau buruk tidak mau melakukan underpricing karena tidak bisa menutupi kerugian akibat underpricing. Motivasi dari pengiriman signal lewat underpricing adalah asumsi bahwa keuntungan masa mendatang dari underpricing IPO lebih besar dari kerugiannya. 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing Bertolak dari hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing masih menghasilkan temuan yang berbeda-beda dan ketidakkonsistenan hasil penelitian, maka peneliti termotivasi meneliti kembali 32 untuk memperoleh bukti empiris yang dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dianggap dapat mempengaruhi underpricing. 2.1.4.1 Return On Asset Analisis ROA mempunyai arti sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh. Seperti yang diungkap oleh Gitman (2011:68) bahwa “ROA is measures the overall effectiveness of management in generatif profits with its available assets, also called the return on investment. (Return on investmemt merupakan ukuran efektivitas suatu manajemen secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang tersedia). Harahap (2010: 305) menjelaskan mengenai pengertian tersebut sebagai berikut : Return On Assets (ROA) menggambarkan perputaran aktiva diukur dari penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Syamsuddin (2010:63), menyatakan return on asset merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Return on asset yang merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas dapat memberikan indikasi kepada kita tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kegiatan perusahaan baik dalam kontrol biaya maupun pengelolaan aktiva. Rasio return on asset dapat dihitung dengan rumus : ROA Laba Bersih x100% Total Aset Menurut Munawir (2010:89) Return On Asset adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan laba. Melalui return on asset dapat memberikan indikasi tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kegiatan perusahaan baik dalam kontrol biaya maupun pengelolaan aktiva. 33 Kelebihan yang dimiliki return on asset sehingga dipergunakan sebagai alat pengukur prestasi kinerja manajer dalam perusahaan adalah sebagaiberikut: a. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada keterkaitan dengan hubungan (relationship) antara penjualan (sales), biaya (expenses), dan investasi (investment) khususnya untuk manajer pusat investasi. b. Mendorong para manajer untuk memfokuskan pada efisiensi kerja. c. Mendorong para manajer untuk mengoperasikan aktivanya secara efisien Hanafi dan Abdul Halim (2012:163-173), menyebutkan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi ROA, yaitu: 1. Operating Leverage, menunjukkan sejumlah mana pemakaian beban tetap dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap yang tinggi berarti mempunyai operating leverage yang tinggi. Beban tetap operasional datangnya dari beban depresiasi peralatan/bangunan (aktiva tetap). Perusahaan yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang besar akan mempunyai beban depresiasi yang tinggi, yang berarti mempunyai beban operasional yang tinggi, dan berarti mempunyai operating leverage yang tinggi. Perusahaan dengan operating leverage yang tinggi akan mempunyai fluktuasi pendapatan yang tinggi pula, sehingga semakin tinggi operating leverage semakin tinggi variabilitas ROA. 2. Siklus Kehidupan Produk Terdapat empat tahap dalam siklus produk, yaitu tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap penurunan. Tahap perkenalan, perusahaan sibuk menyiapkan infrastruktur produk baru dengan melakukan investasi pada pabrik dan peralatan. Hal tersebut membutuhkan biaya dan mengakibatkan aliran kas keluar yang besar, sementara penjualan masih sedikit karena produk tersebut belum dikenal luas. Akibatnya aliran kas bersih adalah negatif. Tahap pertumbuhan, penjualan mulai meningkat tajam, pengeluaran mulai berkurang. Aliran kas masuk bisa negatif (tetapi tidak terlalu besar), bisa juga positif (tapi belum terlalu besar). Tahap dewasa, aliran kas masuk sudah mulai meningkat karena 34 produk sudah semakin dikenal. Aliran kas keluar sudah berkurang jauh karena adanya faktor skala ekonomi, dan juga pengeluaran investasi sudah tidak dilakukan lagi pada tahap ini. Akibatnya, perusahaan bisa memperoleh aliran kas positif yang cukup besar. Tahap penurunan, permintaan produk sudah mulai melemah, kompetesi semakin tajam. Pengeluaran investasi ditujukan untuk mempertahankan posisi produk di pasar. Tahap ini aliran kas bersih masih bisa positif, tetapi mulai mengecil, sampai bisa terjadi aliran kas negatif. 3. Komposisi profit margin dan perputaran aktiva, yang dipengaruhi oleh adanya pembatasan kapasitas dan pembatasan kompetisi, dan adanya strategi bisnis (diferensiasi, biaya rendah, dan fokus). Komposisi profit margin dan perputaran aktiva dapat dipengaruhi oleh adanya pembatasan kapasitas dan pembatasan kompetisi, dan adanya strategi bisnis. Perusahaan yang menghadapi pembatasan kapasitas, sehingga akan sulit meningkatkan perputaran aktiva, bisa menerapkan strategi meningkatkan profit marginnya. Sebaliknya, perusahaan yang menghadapi pembatasan karena adanya kompetisi yang tajam, sehingga sulit menaikkan profit marginnya, bisa menerapkan strategi meningkatkan perputaran aktivanya. 2.1.4.2 Return On Equity Return on equity ialah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan tersebut mengelola modal sendiri (net worth) dengan secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri ataupun pemegang saham suatu perusahaan. ROE tersebut menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut dengan rentabilitas usaha Agnes (2009). Sedangkan menurut Chrisna (2011) kenaikan Return on Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi ROE berarti semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola modalnya untuk menghasilkan keutungan bagi pemegang saham. Return On Equity (ROE) ialah rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan laba yang 35 tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Tetapi pada rasio ini terdapat satu kelemahan, yaitu tidak memperhitungkan adanya deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pemegang saham. Rasio ini diperoleh dengan rumus : Return on Equity (ROE)= 2.1.4.3 Earning Per Share Earning Per Share dapat diartikan sebagai laba yang akan diperoleh pemegang saham per lembar sahamnya. Tetapi untuk mengetahui definisi EPS lebih lanjut ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para pakar. “Earning per share atau laba per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.” Besarnya laba per lembar saham (EPS) suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Menurut Tandelilin (2011:241242). “Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan yang bersangkutan dalam laporan keuangannya, tapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan”. “Earning Per Share dikenal sebagai laba per lembar saham”. Pengertian EPS menurut Tambunan (2013: 216): “EPS adalah imbal hasil per saham yang diperoleh dari pembagian laba bersih dengan jumlah saham yang beredar (outstanding share).” Persamaan EPS dapat dituliskan sebagai berikut: 36 Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan EPS. Rasio-rasio laba ini menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas dan manajemen aktiva/ kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio-rasio ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam rangka menilai faktor-faktor yang mendasari laba perusahaan. Rasio-rasio ini membantu dalam melakukan penilaian kecukupan laba historis dan memproyeksikan laba di masa depan melalui pemahaman yang lebih baik terhadap sebab-sebab terjadinya laba. Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabelnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per saham (EPS). Kesimpulannya Earning Per Share (EPS) menunjukkan seberapa besar laba yang diterima oleh pemegang saham dari saham yang ia ditanamkan. 2.1.4.4 Umur Perusahaan Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan telah menjalankan usahanya sehingga bepengaruh pada tingkat pengalaman yang dimilikinya dalam menghadapi persaingan. Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada perusahaan yang baru saja berdiri. Dengan demikian akan mengurangi adanya asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian pasar dan pada akhirnya akan mempengaruhi underpricing saham. Selain itu perusahaan-perusahaan yang umurnya lebih tua bisa dipersepsikan sebagai perusahaan yang sudah tahan uji sehingga kadar risikonya rendah. Dengan demikian, pada umumnya semakin tua umur perusahaan, maka peluang terciptanya initial return akan semakin rendah atau tingkat underpricing semakin rendah. Trisnawati (2010) mengemukakan bahwa semakin lama perusahaan berdiri maka masyarakat luas akan lebih mengenalnya dan investor secara khusus 37 akan lebih percaya terhadap perusahaan yang sudah terkenal dan lama berdiri dibandingkan dengan perusahaan yang relatif masih baru. Perusahaan yang sudah lama berdiri tentunya mempunyai strategi dan kiat-kiat yang lebih baik untuk tetap bertahan di masa depan. 2.1.4.5 Ukuran Perusahaan Pengertian dari ukuran perusahaan menurut Riyanto (2011:313), yaitu : “Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai total aktiva”. Menurut Seftianne (2011) Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total asset, rata - rata tingkat penjualan. Menurut Sawir (2014:101-102) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda: 1. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan. 2. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang. 38 3. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen. Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan. Hal ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Dikarenakan total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritmanatural, sehingga ukuran perusahaan juga dapat dihitung dengan : Size = Ln Total Assets (Benardi dan Sutrisno : 2009) Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan (Sudarmadji, 2007). Jika nilai dari total aktiva, penjualan, atau modal itu besar, maka digunakan natural logaritma dari nilai tersebut. Ukuran perusahaan lebih disebabkan oleh ketersediaan informasi yang terpublikasi. Jumlah informasi yang terpublikasi untuk perusahaan meningkat seiring dengan ukuran perusahaan. Perusahaan besar lebih banyak disorot oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu perusahaan besar cenderung menjaga image perusahaan di mata masyarakat. 39 2.1.4.6 Reputasi Auditor Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor. Reputasi Kantor akuntan publik didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring yang secara umum tidak dapat diamati. Auditor yang memiliki reputasi dari nama besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik, termasuk dalam masalah pengungkapan going concern demi menjaga reputasi mereka dari kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan dalam memberikan opini auditnya. Hal tersebut dapat terjadi karena auditor berskala besar memiliki teknologi yang lebih canggih, karyawan yang lebih berbakat dan telah memperoleh pengakuan secara internasional. Kantor Akuntan Publik (KAP) bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka, kebanyakan perusahaan lain yang cukup besar, dan banyak perusahaan serta organisasi non komersial yang lebih kecil. Disebabkan oleh luasnya penggunaan laporan keuangan yang telah diaudit, maka suatu hal yang umum untuk mensinonimkan istilah auditor lainnya (auditor kantor pemerintah, auditor pajak, serta auditor intern). Kantor akuntan publikpun seringkali dinamakan sebagai auditor ekternal atau auditor independen untuk membedakan mereka dengan auditor internal. Auditor merupakan pihak yang dianggap dapat independen serta mampu untuk menjembatani antara kepentingan pihak manajemen dengan para pemegang saham. Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. (Rudyawan dan Badera, 2008). Craswell, et al (dalam Fanny dan Saputra, 2014) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasional yang mempunyai kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut mempunyai karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. 40 2.1.4.7 Reputasi Underwriter Underwriter yang dimaksud lembaga perantara emisi yang menjamin penjualan efek yang diterbitkan emiten dan pemodal. Ia bertugas untuk meneliti dan mengadakan penilaian menyeluruh atas kemampuan dan prospek emiten. Khusus untuk emisi saham, penjamin juga turut serta dalam menentukan harga saham yang diemisikan (Ahmad, 2009). Penjamin emisi akan menawarkan besarnya tanggung jawab yang harus dipikulnya setelah mempertimbangkan keadaan pasar sekarang dan estimasi keadaan pasar saat penawaran umum dilaksanakan. Pengertian underwriter menurut Fahmi dan Hadi (2009:49): “Underwriter adalah penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan menerbitkan sahamnya di pasar modal” Menurut Sitompul (2010:72) mengemukakan terdapat keahlian yang setidaknya harus dimiliki underwriter, antara lain: 1. Pengalaman dalam pemasaran, hal ini diperlukan dalam menyusun struktur penawaran, dan membentuk sindikasi dengan para penjamin emisi dan para broker (agen penjualan) untuk mendukung penawaran efek perusahaan setelah proses pendaftaran. 2. Pengetahuan yang luas, underwriter diharuskan mempunyai pengetahuan yang luas tentang kondisi pasar dan berbagai tipe investor (pemodal). 3. Berpengalaman dalam penetapan harga penawaran efek, dengan demikian dapat membuat perusahaan menjadi kelihatan menarik (attractive) dan juga menghasilkan keuntungan yang cukup bagi investor. 4. Kemampuan memberi dukungan, underwriter yang baik harus mempunyai kemampuan membantu perusahaan dalam penawaran efek selanjutnya. 5. Memiliki bagian riset dan pengembangan dengan ruang lingkup kerjanya untuk menganalisis perusahaan kliennya, pesaing pasar dan juga perekonomian secara mikro dan makro. Fungsi underwriter pada IPO yaitu menjamin terjualnya saham sesuai dengan tipe penjaminan yang disepakati dan menentukan harga penawaran yang tepat bersama-sama dengan emiten. Mereka juga memberi nasehat tentang hal-hal 41 yang perlu diperhatikan emiten serta bagaimana dan kapan saat yang tepat melakukan penawaran. Underwriter dinilai berdasarkan kemampuannya untuk memberikan penawaran dengan initial return yang tinggi bagi para investor. Underwriter dengan reputasi tinggi lebih memiliki kepercayaan diri terhadap kesuksesan penawaran saham yang diserap oleh pasar. Menurut Anoraga dan Pakarti (2011:64), dalam menjalankan fungsinya, underwriter senantiasa menjaga citra baiknya sebagai profesional dan dituntut untuk memiliki integritas tinggi di mata masyarakat. Publik cenderung melihat terlebih dahulu pihak yang menjadi underwriter dalam menghadapi penawaran perdana. Reputasi underwriter ini menjadi pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi. Apabila underwriter gagal, maka akan mempengaruhi reputasinya di mata investor, sehingga dapat menghambat perusahaan penjamin emisi untuk memperoleh transaksi potensial di masa depan. Namun underwriter juga tidak dapat menetapkan harga yang terlalu rendah dikarenakan perusahaan menginginkan dana hasil IPO yang besar dan dengan menetapkan harga penawaran saham yang terlalu rendah merupakan suatu biaya bagi perusahaan. Untuk meminimumkan risiko, underwriter biasanya membentuk sindikasi, yaitu kelompok perusahaan sekuritas yang bersama-sama membeli dan memasarkan saham emiten. Jika terdapat kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung bersama. Hingga saat ini belum ada standar baku untuk mengkategorikan underwriter bereputasi baik dan buruk. Pengukuran reputasi underwriter pada tiap penelitian mungkin berbeda. Penelitian ini menggunakan data yang didapat dari IDX Statistic yang mana sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nina (2015) dengan menggunakan data nilai frekuensi perdagangan saham, melalui perhitungan: 42 2.1.5 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini dapat didukung berdasarkan penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada matrik penelitian yaitu seperti pada tabel 2.2 berikut ini : Tabel 2.2 Matrik Penelitian Terdahulu N o Nama Tahun Judul Hasil Perbedaan Persamaan 1 Imam Ghozali dan Al Mansur 2002 Analisis FaktorFaktor yang Mempengar uhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap underpricing saham perdana di Bursa Efek Indonesia adalah reputasi underwriter, jumlah saham yang masih ditahan pemegang saham lama, skala / ukuran perusahaan, umur perusahaan, ROA serta financial leverage. leverage (yang diukur dengan Debt to Equity) berpengaruh positif terhadap underpricing saham perdana Penelitian terdahulu : Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Reputasi Underwriter, ROA, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Financial Leverage Faktor – faktor yang berepengaruh terhadap underpricing adalah Return on Asset 2 3 Kim, Krinsky dan Lee Meliana Benardi Dan Sutrisno 1993 2009 Motives for Going Public and Underpricin g Faktorfaktor yang mempengaru hi luas pengungkap an dan implikasinya terhadap asimetri informasi Reputasi Auditor dan Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan Penelitian Sekarang : Faktor – faktor yang berepengaruh terhadap underpricing adalah Reputasi Auditor, Earning Per Share, Return on Asset Penelitian terdahulu : Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Debt to Equity Ratio Penelitian sekarang : a. Faktor – faktor yang berepengaruh terhadap underpricing adalah Reputasi Auditor, Earning Per Share, Return on Asset Penelitian terdahulu : Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Reputasi Auditor dan Ukuran Perusahaan s. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Reputasi Auditor 43 4 5 6 Lulus Kurniasi h dan Arif Lukman Wahyu Putra Sri Retno Handay ani 2008 2011 2008 Bukti Empiris fenomena underpricing dan pengaruh mekanisme corporate governance Pengaruh umur perusahaan, ROA, EPS, dan Persentase Saham terhadap Underpricin g Saham di BEI tahun 2006-2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaru hi underpricing pada penawaran perdana Pengujian pengaruh corporate governance terhadap underpricing menunjukan hasil yang tidak signifikan. Hanya ntuk Ukuran Perusahaan yang berpengaruh signifikan. Variabel Umur Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. Sementara ROA,EPS,Persent ase Saham secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. Hasil analisis regresi secara parsial hanya earning per share yang berpengaruh Sedangkan secara simultan diperoleh hasil variabel Debt to Equity Rasio, Return On Assets, Earning per Share, Umur perusahaan, Ukuran Perusahaan, Prosentase Penawaran Saham tidak berpengaruh secara signifikan tehadap underpricing. Penelitian terdahulu : Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Ukuran Perusahaan - Penelitian terdahulu : Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Ukuran Perusahaan - Penelitian terdahulu : Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Earning Per Share Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Earning Per Share 44 7 9 Gerianta wirawan yasa Suyatmi n sujadi 2008 2006 Penyebab underpricing pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Jakarta Reputasi Underriter dan ROA berpengaruh signifikan Penelitian terdahulu : Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Earning Per Share Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Return on Asset Faktorfaktor yang mempengaru hi underpricing pada penawaran umum perdana di Bursa Efek Jakarta Variabel CR, dan Reputasi Auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing Penelitian terdahulu : Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah CR, Reputasi Auditor Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap undepricing adalah Reputasi Auditor Dari tabel 2.2 di atas, dapat dilihat bahwa penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan antara hasil pengujian penelitian terdahulu dan penelitian sekarang. 2.2 Kerangka Berpikir Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan. Sutrisno (2009:3) menyatakan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Manajer keuangan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap apa yang telah dilakukannya. Ada pun keputusan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajer keuangan dikelompokkan ke dalam tiga (3) jenis, yaitu mengambil keputusan investasi, keputusan pembelanjaan dan keputusan dividen. Keputusankeputusan tersebut harus diambil dalam kerangka tujuan yan seharusnya dipergunakan oleh perusahaan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Salah satu keputusan penting yang menjadi tanggung jawab manajer keuangan adalah keputusan pendanaan, perusahaan perlu mempertimbangkan 45 kombinasi modal yang akan ditariknya, karena modal merupakan salah satu aspek penting dalam menentukkan keberlangsungan usaha suatu perusahaan. Untuk itu perlu dipikirkan sumber pendanaan yang tepat bagi perusahaan, mengingat banyaknya alternatif yang bisa diambil dalam memenuhi kebutuhan dana seperti menahan laba perusahaan, meminjam ke bank, dan menambah jumlah kepemilikan dengan menerbitkan saham baru ke pasar modal. Salah satu alternatif yang dapat dipilih perusahaan adalah menambah jumlah kepemilikan dengan melakukan penerbitan saham baru dan menjualnya ke pasar modal. Peristiwa penerbitan saham perusahaan untuk pertama kali dan menjualnya ke pasar modal dinamakan penawaran umum perdana (Initial Public Offering). Proses penawaran saham perusahaan pertama kali melalui bursa efek disebut dengan initial public offering (IPO) atau penawaran perdana. Dalam IPO seringkali terjadi fenomena underpricing, dimana harga saham di pasar perdana lebih rendah dari harga saham di pasar sekunder. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap underpricing saham perdana diantaranya adalah return on asset, return on equity, earning per share, reputasi auditor, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan reputasi underwriter. 2.2.1 Pengaruh ROA Terhadap Underpricing Informasi mengenai tingkat profitabilitas perusahaan merupakan informasi penting bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada investor mengenai efektivitas operasional perusahaan (Tambunan, 2007). Profitabilitas yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian perusahaan di masa yang akan datang, dan sekaligus mengurangi ketidakpastian IPO, sehingga akan mengurangi underpricing Tingkat keuntungan, memegang peranan penting dalam penilaian prestasi usaha perusahaan dan sering digunakan sebagai dasar dalam keputusan investasi, khususnya dalam pembelian saham. 46 2.2.2 Pengaruh ROE Terhadap Underpricing ROE merupakan salah satu rasio profibalitas, yaitu rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan dari modal yang dimilikinya. Profitabilitas yang tinggi dapat meminimalisir tingkat underpricing karena penjamin emisi yakin untuk menjual saham perusahaan dengan harga yang tinggi dan yakin semua saham yang ditawarkan terjual. Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga akan menurunkan tingkat underpricing (Ghozali, 2011). 2.2.3 Pengaruh EPS terhadap Underpricing Earning Per Share merupakan proxy laba per lembar saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. (Handayani, 2008) Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga akan menurunkan tingkat underpricing (Ghozali,2011). 2.2.4 Pengaruh Umur Perusahaan pada Underpricing Umur perusahaan emiten menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan dan banyaknya informasi yang dapat diserap oleh publik. Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada perusahaan yang baru saja berdiri. Dengan demikian akan mengurangi adanya asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian pasar dan pada akhirnya akan mempengaruhi underpricing. Rosyati dan Sabeni (2002) dan Sandhiaji (2004) telah membuktikan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif pada underpricing. 2.2.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing Perusahaan besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan kecil. Karena lebih dikenal maka informasi mengenai perusahaan besar lebih banyak dan lebih mudah diperoleh investor dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini akan mengurangi asimetri informasi pada perusahaan yang besar 47 sehingga akan mengurangi tingkat underpricing daripada perusahaan kecil karena penyebaran informasi perusahaan kecil belum begitu banyak Yolana dan Martani (2005) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dan negatif pada tingkat underpricing. 2.2.6 Pengaruh Reputasi Auditor pada Underpricing Reputasi auditor berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika suatu perusahaan go public. Auditor yang bereputasi tinggi dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten. Emiten yang memilih untuk menggunakan auditor yang berkualitas akan dinilai positif oleh investor yaitu emiten mempunyai informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya di masa mendatang. Hal ini berarti penggunaan auditor yang memiliki reputasi tinggi akan mengurangi ketidakpastian pada masa mendatang. Ketidakpastian yang rendah berasosiasi dengan tingkat underpricing yang rendah. 2.2.7 Pengaruh Reputasi Underwriter pada Underpricing Reputasi underwriter dapat digunakan sebagai sinyal. Underwriter dengan reputasi tinggi lebih mempunyai kepercayaan diri terhadap kesuksesan penawaran saham yang diserap oleh pasar. Dengan demikian ada kecenderungan underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani memberikan harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat underpricing pun rendah. Reputasi underwriter diyakini menjadi pertimbangan penting bagi investor untuk membeli saham suatu perusahaan. Semakin tinggi reputasi underwriter, initial return akan semakin rendah atau reputasi underwriter mempunyai pengaruh negatif pada underpricing. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka peneliti dapat menggambarkan kerangka penelitian sebagia berikut 48 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dan skema kerangka pemikiran yang sudah dijelaskan di atas maka hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini adalah bahwa : Return on asset, return on equity, earning per share, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor, reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing baik secara simultan maupun parsial.