I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Lepidiota stigma merupakan salah satu spesies dari sub Famili Melolonthinae (Famili: Scarabaeidae) yang memiliki metamorfosis sempurna (holometabola), sehingga spesies tersebut memiliki empat siklus hidup. Siklus tersebut yaitu telur, larva (terdiri dari 3 fase instar), pupa (pra-pupa dan berpupa) dan imago (kumbang aktif dan tidak aktif). Kumbang aktif bersifat herbivora (phytophagous) yang muncul dari tanah untuk melakukan perkawinan saat hinggap di daun. Pada siklus larva sebagian instar bersifat pengurai (saprophagous) pada humus, namun kebanyakan fase instar bersifat phytopagous yang menyerang tanaman industri. Di Indonesia larva L. stigma sering disebut uret putih (white grub) atau uret perusak akar tebu. Pada daerah tertentu seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut juga “embung” atau “gayas” di Jawa Barat sering disebut sebagai “kuuk” (Jongeleen and Mahrub, 1979; Kalshoven, 1981; Richter, 1958; Saragih, 2009). Larva Lepidiota sp. di Vietnam, Thailand dan India berpotensi sebagai hama perusak akar kacang tanah (Arachis hypogaea), tebu (Saccharum officinarum), kacang tunggak (Vigna unguiculata), singkong (Manihot esculenta), jagung (Zea mays) dan kentang (Solanum tuberosum) di dataran tinggi. Imago Lepidiota sp. menyebabkan kerusakan daun di kebun terutama mangga (Mangifera indica), jambu mete (Anacardium occidentale), lengkeng (Litchi chinensis), dan jambu biji (Psidium guajava) (Rao et al, 2006; Sirnives, 1995; Sharma et al, 2012). Menurut Harjaka et al. (2010) larva L. stigma merupakan hama penyebab kerusakan akar rumput di lingkungan tanaman kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Namun, di Indonesia larva tersebut jarang dilaporkan sebagai hama pada hamparan rumput penghias tanaman dibanding dengan hama pada tanaman tebu dan salak bali (Harjaka, 2006; Sukewijaya et al., 2009). L. stigma memiliki siklus biasanya 1 tahun atau lebih. Uret tebu (Scarabaeidae) hidup di dalam tanah, dan larva instar ketiga memiliki sifat yang rakus (Allsopp, 2010). Scarabaeidae lain, larva Antitrogus parvulus di lahan tebu Queensland muncul pada bulan Januari hingga April, kemudian instar kedua muncul hingga November dan instar ketiga pada akhir tahun. Pra-pupa dan pupa ditemukan 1 pada bulan Oktober dan Desember, selanjutnya imago (kumbang tidak aktif) bertahan di dalam tanah selama bulan November dan Januari (Logan et al., 2003). Menurut Rao et al. (2006) kemunculan imago L. signata (Scarabaeidae) di Provinsi Tra Vinh pada bulan Mei hingga Juni, sedangkan larva muda muncul pada bulan Juni hingga Juli. Larva yang berkembang muncul pada bulan September hingga Oktober, dan berpupa pada bulan April tahun berikutnya. Kemunculan kumbang L. stigma di Indonesia terjadi pada bulan Oktober bersamaan awal musim penghujan. Larva L. stigma instar pertama muncul pada bulan November (Harjaka et al., 2010; Jongeleen & Mahrub, 1979). Senja merupakan waktu munculnya kumbang Scarabaeidae (Dasylapida ishigakiensis) dari tanah. Selain itu kemunculan kumbang D. ishigakinensis juga dipengaruhi oleh kehadiran feromon seks betina (Nishide et al., 2013). Serangga terutama Famili Scarabaeidae sangat sensitif terhadap variasi lingkungan, terutama pada saat berpupa (Hangay & Zborowski, 2010; Richter, 1939). Di hutan alami, kelimpahan dan perkembangan spesies kumbang Scarabaeidae terutama Phyllophaga fimbripes dan Tomarus subtropicus sangat dipengaruhi oleh struktur tanah, pH tanah, bahan organik tanah, suhu, musim, tanaman penutup dan kepadatan makanan serangga tersebut (Jordan et al., 2012; McColloch & Hayes, 1923; Schowalter, 1996; Wiener & Capinera, 1980; Kostromytska & Buss, 2011). Sementara kelimpahan sumber daya tanah dan akar memiliki dampak tidak langsung terhadap perkembangannya dengan mempengaruhi perilaku mencari makan herbivora akar (Stevens et al., 2007). Larva Oryctes rhinoceros (Scarabaeidae) umumnya memiliki kelembaban relatif berkisar antara 85% hingga 95% (Bedford, 1980). Kelembaban tanah (soil moisture) dan curah hujan di kawasan tropis tidak mempengaruhi banyak kegiatan oviposisi (peletakan telur) kumbang tersebut (Ward & Johnrogers, 2007). Perilaku penyebaran kumbang Scarabaeidae pada P. fimbripes dan Holitrichia sp. dipengaruhi oleh proporsi inang maupun non-inang dan kelembaban tanah (Anitha et al., 2005; Coffin et al., 1998; Fluke et al., 193; Murray et al., 2010). Perubahan kelembaban tanah dan pengaruhnya terhadap L. stigma belum diteliti, sehingga perlu dilakukan penelitian. Pencatatan kegiatan Scarabaeidae dapat dijadikan referensi pada manajemen pengendaliannya (Buss, 2006). Salah satu 2 diantaranya adalah penggunaan insektisida. Kinerja insektisida tanah dalam mengendalikan uret dipengaruhi faktor lingkungan seperti suhu dan curah hujan, dan faktor-faktor tanah seperti pH, bahan organik, dan kelembaban tanah (Villani, 1995). 2. Tujuan 1. Mengetahui hubungan kelembaban tanah dengan jumlah penerbangan imago L. stigma. 2. Mengetahui hubungan kelembaban tanah dengan pergerakan vertikal larva L. stigma. 3. Kegunaan Dengan mengetahui pengaruh kelembaban tanah terhadap mobilitas vertikal dan penerbangan L. stigma maka dapat ditemukan cara pengendalian yang tepat untuk meminimalkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangga tersebut. 3