NERACA (LAPORAN POSISI KEUANGAN)

advertisement
NERACA
(LAPORAN POSISI KEUANGAN)
(KAS/BANK, PIUTANG DAN PERSEDIAAN)
ARIS MUNANDAR,SE.,M.Si
AKUNTANSI KAS DAN BANK
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Pengertian dasar kas dan bank
2. Sistem pencatatan kas
3. Rekonsiliasi laporan bank
4. Pembukuan akuntansi pajak atas kas dan bank
Pengertian Kas
• Kas merupakan harta yang paling lancar atau likuid, paling mudah
diselewengkan, maka diperlukan suatu sistem dan prosedur akuntansi
untuk mencatat dan mengendalikan kas.
• Kas adalah alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat umum dan
oleh sebab itu merupakan dasar-landasan yang kuat untuk dipakai
sebagai alat pengukur terhadap semua kegiatan ekonomi di dalam
perusahaan.
Alat Pembayaran yang Dapat Diklasifikasikan
sebagai Kas :
• Harus dapat diterima umum sebagai alat pembayaran atau diterima
oleh bank sebagai simpanan sebesar nilai nominalnya.
• Harus dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk kegiatan
sehari-hari
Jenis – Jenis Kas
Termasuk
kas:
Uang chartal (logam,
uang kertas)
Tidak
termasuk
Kas:
Cek mundur
Cek giral (cek, traveler
check)
Cek kosong
Wesel bank, wesel pos
Money Order
Simpan di bank (giro,
tabungan)
Compensating balance
Valuta asing
Deposito berjangka
Bank garansi
Sistem pengendalian intern meliputi semua sarana, alat dan
peraturan-peraturan yang digunakan oleh perusahaan dengan
tujuan :
• mengamankan dan mencegah terjadinya pemborosan, penyalah
gunaan dan ketidak-efisiensian dari sumber ekonomi yang dimiliki
perusahaan.
• Menjamin ketelitian dan dapat dipercayainya (reliability) keberadaan
data operasional dan akuntansi yang dihasilkan.
• Mendorong tercapainya efisiensi operasi dan dipatuhinya
kebijaksanaan manajemen.
Pengawasan Kas
• Pengawasan terhadap kas dapat dilakukan
terutama dalam hal :
• Penerimaan kas
• Pengeluaran kas
Prosedur-prosedur Pengawasan pada
Penerimaan Kas
1. Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas
dari setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank.
2. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi
pencatatan kas.
3. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan
pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas.
Prosedur-prosedur Pengawasan pada
Pengeluaran Kas
1. Semua pengeluaran uang menggunakan cek kecuali untuk
pengeluaran - pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil.
2. Dibentuk dana kas kecil yang diawasi dengan ketat.
3. Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti yang
lengkap atau dengan kata lain digunakan sistem voucher.
4. Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti
pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek dan yang
mencatat pengeluaran kas.
5. Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak
tertentu.
6. Diharuskan membuat kas harian.
DANA KAS KECIL (Patty Cash)
• Dana kas kecil atau petty cash fund adalah uang kas yang
disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran
yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila dibayar
dengan cek.
• Dalam hubungannya dengan dana kas kecil terdapat dua
metode yaitu :
1. Sistem Imprest
2. Metode Fluktuasi
Sistem Imprest
Sistem Fluktuasi
(Fluctuating Fund Method)
• Jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap,
• Apabila jumlah kas kecil tinggal sedikit pada akhir periode,
kasir kas kecil akan minta pengisian kembali kas kecilnya
sebesar jumlah yang sudah dibayar dari kas kecil, kembali
seperti semula.
• Pengeluaran-pengeluaran kas kecil baru dicatat pada saat
pengisian kembali.
• Pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cara yang sama
seperti pada sistem imprest.
• Perbedaannya dengan sistem imprest adalah bahwa dalam
metode fluktuasi saldo rekening kas kecil tidak tetap, tetapi
berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan
pengeluaran-pengeluaran kas kecil.
• Pencatatan langsung dilakukan setiap terjadinya pengeluaranpengeluaran dari dana kas kecil.
TRANSAKSI
1.
IMPREST
PEMBENTUKAN KAS KECIL Kas Kecil
FLUKTUASI
Kas Kecil
Kas/Bank
2.
PEMAKAIAN
Tidak Ada Jurnal
Kas/Bank
Beban ……
Beban …….
Kas Kecil
2.
PENGGANTIAN
Beban …..
Kas Kecil
Beban …..
Kas/Bank
Kas/Bank
BANK REKONSILIASI (Bank Reconcilliation)
REKONSILIASI BANK
PENCOCOKAN ANTARA
SALDO PEMBUKUAN
PERUSAHAAN DENGAN
SALDO BANK
TERDAPAT PERBEDAAN :
1. BEDA WAKTU PENCATATAN
2. KESALAHAN PENCATATAN
Hal-hal yang Menimbulkan Perbedaan
1. Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai
penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank
2. Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank
tetapi belum dicatat oleh perusahaan
3. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai
pengeluaran tetapi bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran
4. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran
tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
5. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam catatan perusahaan
maupun catatan bank.
Jenis Rekonsiliasi
Rekonsiliasi Saldo Akhir,
yang dapat dibuat dalam
2 bentuk :
• Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas
untuk menunjukkan saldo yang benar.
• Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas
Rekonsiliasi saldo awal,
penerimaan, pengeluaran
dan saldo akhir, yang bisa
dibuat dalam 2 bentuk :
• Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas
(4 kolom)
• Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas
untuk menunjukkan saldo yang benar (8 kolom)
AKUNTANSI PAJAK
Akuntansi kas dan bank tidak diatur tersendiri dalam UU pajak.
Sama seperti akuntansi komersil yang tidak termasuk dalam kategori
kas adalah:
1. Deposito
2. Persediaan prangko dan materai
3. Uang muka
4. Cek mundur / cek kosong
Contoh
Transaksi kas dan bank yg berkaitan dengan objek pajak.
Tgl 12 maret 2016 PT. XYZ menerima bunga deposito dari Bank ABC
sebesar Rp. 7.000.000 dgn tarif pajak PPh final (Pasal 4 ayat 2) -> PP
No. 31 Tahun 2000 -> tarif 20%. Ayat jurnal yg diperlukan tergantung
WP dlm metode pencatatan:
1. Metode Bruto
12 maret 2016
2. Metode Neto
12 maret 2016
Kas / bank
PPh Pasal 4 (2)
Penghasilan Bunga
5.600.000
1.400.000
kas / bank
Penghasilan Bunga
5.600.000
7.000.000
5.600.000
AKUNTANSI PIUTANG
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Pengertian dan Perlakuan Piutang dalam laporan keuangan komersil
2. Penghitungan penyisihan piutang tak tertagih
3. Penghapusan piutang menurut akuntansi dan pajak
4. Metode penghapusan piutang tak tertagih
Klasifikasi Piutang
• Piutang Usaha
Timbul karena adanya penjualan produk atau penyerahan jasa dalam
rangka kegiatan usaha perusahaan -> masuk dalam kategori aset
lancar dan jangka waktu penagihan (-) satu tahun
• Piutang Lain – Lain
Timbul dari transaksi di luar kegiatan normal perusahaan.
Metode Penghapusan Piutang
Contoh;
1. Metode penghapusan langsung
Piutang pada PT. XYZ Rp. 1.000.000 tidak dapat di tagih dan harus
dihapus. Jurnal...
Biaya Piutang tak tertagih
1.000.000
Piutang Dagang
1.000.000
2. Metode Penyisihan / pencadangan
PT. ABC mengestimasi Rp. 15.000.000 dari Rp. 110.000.000 saldo
piutang dagang di perusahaannya kemungkinan tak dapat tertagih.
Biaya Piutang tak tertagih
15.000.000
Penyisihan Piutang tak tertagih
15.000.000
PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH
Pada prinsipnya, terdapat 2 (dua) cara dalam menetapkan jumlah
penyisihan piutang tidak tertagih;
1. Atas dasar saldo piutang
2. Atas dasar saldo penjualan
1. Atas dasar saldo piutang
Cara ini menetapkan persentase terhadap saldo piutang rata-rata atau
golongan unsur piutang pada akhir periode
Contoh;
Saldo piutang 1 januari 2015 Rp. 15.000.000 dan saldo piutang 31
desember 2015 Rp. 25.000.000. asumsi penyisihan 2%. Perhitungan
penyisihan piutang tak tertagih sbb;
Saldo piutang rata-rata
=
=
Penyisihan piu.tdk tertagih =
=
Rp. 15.000.000 + Rp. 25.000.000
2
Rp. 20.000.000
2% X Rp. 20.000.000
Rp. 400.000
Dasar yg digunakan adalah golongan umur piutang
Besarnya penyisihan piutang tak tertagih Rp. 3.590
2. Atas dasar saldo penjualan
Cara ini dilakukan dengan menetapkan persentase terhadap penjualan.
Dasar yg digunakan dapat mengunakan penjualan kredit atau total
penjualan.
Contoh; total penjualan kredit 2015 Rp. 2.500.000. % penyisihan
ditetapkan 2% dari penjualan.
Besarnya penyisihan piutang tak tertagih (2% X Rp. 2.500.000) = Rp. 50.000
Biaya piutang tak tertagih (2% X Rp. 2.500.000) = Rp. 50.000
Membandingkan Metode
Penghapusan Langsung dengan Metode Penyisihan
Bagian ini akan mempelajari dan membandingkan ayat jurnal
untuk metode penghapusan langsung dan metode penyisihan.
•
Sebagai dasar
ilustrasi, akan dipergunakan transaksi yang
diambil dari catatan PT Horison untuk tahun yang berakhir pada
31 Desember 2015:
• 1 Mar. Menghapus piutang C. Yanuar, Rp3.650.000.
• 12 Apr. Menerima
pembayaran sebagian piutang sebesar
–
Rp2.250.000 dari total piutang Karina Budiman sebesar
Rp5.500.000, dan menghapus sisa piutang yang dianggap
tak tertagih.
–
• 22 Juni Menerima pembayaran piutang sebesar Rp3.650.000
dari C. Yanuar yang telah dihapuskan tanggal 1 Maret.
• Mencatat kembali
piutang C. Yanuar dan menerima
pembayaran kas.
• 7 Sep. Menghapus piutang berikut yang dianggap tak tertagih (catat
dalam satu ayat jurnal):
– Jason Bimasakti Rp1.100.000 Sandy Nurmila Rp1.360.000
– Santoso Budiman 2.220.000 Amir Wicaksana 990.000
– Sari Nuriah 775.000
• 31 Des. PT Horison menggunakan metode persentase dari penjualan
kredit untuk mengestimasi
beban piutang tak tertagih. Berdasarkan
sejarah masa lalu dan rata‐rata industri, 1,25% dari penjualan kredit
dianggap tidak akan tertagih. Horison mencatat penjualan kredit selama
tahun 2015 sebesar Rp3.400.000.000.
• Tampilan 3 memberikan ilustrasi mengenai ayat jurnal yang akan dicatat
l h PT H
i
k metode penghapusan
h
oleh
Horison
dengan menggunakan
langsung ddan
metode penyisihan. Dalam metode penghapusan langsung, tidak ada ayat
jurnal penyesuaian yang dibuat untuk piutang tak tertagih pada tanggal
31 Desember. Sebaliknya, metode penyisihan mencatat ayat jurnal
i untuk estimasi
ti
i piutang ttak
k tertagih sebesar
b
42
000
penyesuaian
Rp42.500.000.
Membandingkan
Metode Penghapusan Langsung dengan Metode Penyisihan
Perbedaan antara metode penghapusan langsung dan metode penyisihan
diringkas sebagai berikut.
AKUNTANSI PAJAK
Dalam pasal 6 ayat (1) huruf h UU pajak penghasilan mengatur
pembebanan biaya piutang yg nyata – nyata tidak dapat ditagih atau
lebih dikenal dengan penghapusan piutang dgn syarat;
1. Telah dibebankan sbg biaya pada laporan laba rugi komersil
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yg tidak dpt ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak
3. Telah menyerahkan perkara penagihan kepada pengadilan negeri
atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang
antara kreditur dan debitur yg bersangkutan atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum / khusus.
KMK No. 130/KMK.04/1998
Dalam keputusan tsb perlu diperhatikan sbb;
1. Piutang tak tertagih yg dpt dibebankan sbg biaya dalam perhitungan
penghasilan kena pajak adalah piutang tak tertagih yg timbul
dibidang usaha bank, lembaga pembiayaan, industri, dagang dan
jasa lainnya.
2. Piutang yang dpt dihapuskan adalah piutang usaha sesuai dengan
bidang usaha dari WP yg bersangkutan.
Akuntansi Persediaan
• Sistem pencatatan persediaan
• Perbandingan sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan
antara praktek akuntansi komesil dan akuntansi pajak
Sistem pencatatan persediaan
1. Sistem pencatatan perpetual
2. Sistem pencatatan periodik
Contoh Sistem pencatatan perpetual:
1.
Pada tanggal 2 Januari 2011 Tn. Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp 40.000 per karung dari PT Semen Cibinong
secara kredit
2.
Pada tanggal 5 Januari 2011 Tn. Yahya menjual 3.000 karung semen @ Rp 45.000 kepada PT Maju secara kredit
Contoh Sistem pencatatan periodik :
1.
Pada tanggal 2 Januari 2011 Tn. Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp 40.000 per karung dari PT Semen
Cibinong secara kredit
2.
Pada tanggal 5 Januari 2011 Tn. Yahya menjual 3.000 karung semen @ Rp 45.000 kepada PT Maju secara kredit
• Dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6), sistem
pencatatan yang diperkenalkan adalah sistem pencatatan perpetual.
Akan tetapi, untuk hal-hal tertentu karena
sifatnya mengalami kesulitan dalam
menggunakan sistem perpetual, sistem lain
dapat digunakan.
Penetapan Persediaan dan Pelaporan dalam
Laporan Keuangan
Dalam laporan keuangan, persediaan disajikan di neraca atau di
laporan laba rugi.
1. Dalam neraca akan muncul dalam akun Persediaan
2. Di laporan laba rugi, persediaan akan muncul dalam perhitungan
Harga Pokok Penjualan
Persediaan pada neraca
Persediaan pada laporan laba rugi
A. Berdasarkan Harga Perolehan
1. Metode Identifikasi Khusus
2. Metode FIFO
3. Metode LIFO
4. Metode Average (Simple & Moving)
B. Berdasarkan Estimasi
1. Metode Identifikasi Khusus
Metode ini berasumsi bahwa arus barang harus sama dengan arus
biaya, sehingga setiap kelompok barang diberi identifikasi dan
dibuat kartu.
2. Metode FIFO
Contoh :
Berdasarkan rincian di atas dapat ditetapkan:
• Total Penjualan atau Harga Pokok Penjualan
Rp 7.850.000.000
(Rp 2.000.000 + Rp 1.150.000 + Rp 3.450.000 + Rp 1.250.000)
• Persediaan Akhir (200 unit x Rp 12.000.000)
Rp 2.400.000.000
3. Metode LIFO
Contoh :
Dari data di atas dapat ditetapkan:
• Harga Pokok Penjualan
Per 15 Januari
Per 30 Januari
Total
• Persediaan Akhir (200 unit x Rp 10.000.000)
Rp 3.450.000.000
Rp 4.800.000.000
Rp 8.250.000.000
Rp 2.000.000.000
4. Metode Average (Simple Average)
Harga rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan harga pokok per
unit (tanpa mengalikan jumlah barang) dibagi dengan banyaknya harga.
4. Metode Average (Simple Average)
Pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian.
Metode ini digunakan pada perpetual.
• Harga Pokok Penjualan adalah
Rp 7.933.200.000
• Persediaan Akhir (200 unit x Rp 11.583.000)
Rp 2.316.600.000
B. Berdasarkan Estimasi
Berdasarkan estimasi terbagi menjadi 2 metode, yaitu:
a.Metode Laba Kotor
b.Metode Eceran (Ritel)
Metode Laba Kotor
Nilai persediaan akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dalam keadaan khusus.
Misalnya, perusahaan dalam kondisi terbakar, sehingga sulit penilaian secara fisik.
Metode Eceran (Ritel)
Harga pokok persediaan diestimasi atas dasar hubungan antara harga pokok dengan harga jual
eceran untuk persediaan yang sama dengan cara mengakumulasi semua harga eceran dari
persediaan yang dijual.
Metode Penilaian Lainnya terdiri dari 2 metode, yaitu:
a. Lower of Cost or Market whicever is Lower (LOCOM)
b. Nilai Jual
LOCOM
Persediaan barang di gudang secara fisik mengalami kerusakan
sehingga manfaatnya tidak lagi sepadan dengan harga pokok atau
akibat lainnya seperti perubahan tingkat harga.
Besar nilai persediaan akhir dengan menggunakan LOCOM sebesar Rp 14.200.000.000
Nilai Jual
Nilai persediaan ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biayabiaya penjualan yang dapat terjadi.
Metode ini digunakan untuk menetapkan persediaan produk pertanian
atau logam mulia.
Menurut ketentuan
perpajakan UU PPh Nomor 36
Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6),
penilaian pemakaian
persediaan untuk
penghitungan HPP hanya
boleh dilakukan melalui dua
cara yaitu :
1. Average method
2. FIFO method
Pemilihan metode tersebut harus dilakukan secara taat asas, artinya sekali WP memilih salah
satu cara penilaian persediaan untuk penghitungan HPP, maka selanjutnya harus digunakan cara
yang sama
AKUNTANSI PAJAK PERSEDIAAN
Dari sisi praktik akuntansi komersial dan akuntansi pajak, tidak ada
perbedaan prinsip dalam metode pencatatan.
CONTOH SOAL;
DATA PERSEDIAAN
Tanggal
Keterangan
BARANG SIAP UNTUK DIJUAL
Kuantitas
Harga
Tanggal
Keterangan
Kuantitas Harga
total
02-Jan Persediaan awal
200
9.000
1.800.000
10.000
10-Mar Pembelian
300 10.000
3.000.000
200
15.000
21-Sep Pembelian
400 11.000
4.400.000
07-Mei Penjualan
100
15.000
18-Nov Pembelian
100 12.000
1.200.000
21-Sep Pembelian
400
11.000
18-Nov Pembelian
100
12.000
20-Nov Penjualan
200
17.000
10-Des Penjualan
200
18.000
02-Jan Persediaan awal
200
9.000
10-Mar Pembelian
300
05-Apr Penjualan
1.000
10.400.000
SISTEM PERIODIK
PERSEDIAAN AKHIR FIFO
PERSEDIAAN AKHIR LIFO
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga
total
Tanggal
Keterangan
Kuantitas Harga
total
21-Sep Pembelian
200
11.000 2.200.000
02-Jan Persediaan awal
200
9.000 1.800.000
18-Nov Pembelian
100
12.000 1.200.000
10-Mar Pembelian
100
10.000 1.000.000
300
3.400.000
300
2.800.000
PERSEDIAAN AKHIR AVERAGE
Harga rata - rata perunit = 10.400.000 x 300
1.000
= 3.120.000
SISTEM PERPETUAL
(FIFO)
Pembelian
Tanggal
unit Harga /unit
Total
harga
02-Jan
10-Mar
300
10.000
3.000.000
05-Apr
07-Mei
21-Sep
400
11.000
4.400.000
18-Nov
100
12.000
1.200.000
20-Nov
10-Des
TOTAL
800
8.600.000
Harga Pokok Penjualan
Harga
unit
Total harga unit
/unit
200
200
300
200 9.000 1.800.000 300
100 10.000 1.000.000 200
200
400
200
400
100
200 10.000 2.000.000 400
100
200 11.000 2.200.000 200
100
700
7.000.000 300
Persediaan
Harga
Total
/unit
harga
9.000 1.800.000
9.000 1.800.000
10.000 3.000.000
10.000 3.000.000
10.000 2.000.000
10.000 2.000.000
11.000 4.400.000
10.000 2.000.000
11.000 4.400.000
12.000 1.200.000
11.000 4.400.000
12.000 1.200.000
11.000 2.200.000
12.000 1.200.000
3.400.000
SISTEM PERPETUAL
(LIFO)
Pembelian
Tanggal
02-Jan
10-Mar
unit Harga /unit
300
10.000
Total
harga
Harga Pokok Penjualan
Harga
unit
Total harga
/unit
3.000.000
05-Apr
200 10.000
2.000.000
07-Mei
21-Sep
100 10.000
1.000.000
400
11.000
4.400.000
18-Nov
100
12.000
1.200.000
100 12.000
100 11.000
200 11.000
1.200.000
1.100.000
2.200.000
20-Nov
10-Des
TOTAL
800
8.600.000 700
7.500.000
unit
200
200
300
200
100
200
200
400
200
400
100
200
300
200
100
300
Persediaan
Harga
Total
/unit
harga
9.000
1.800.000
9.000
1.800.000
10.000
3.000.000
9.000
1.800.000
10.000
1.000.000
9.000
1.800.000
9.000
1.800.000
11.000
4.400.000
9.000
1.800.000
11.000
4.400.000
12.000
1.200.000
9.000
1.800.000
11.000
3.300.000
9.000
1.800.000
11.000
1.100.000
2.900.000
SISTEM PERPETUAL
(AVERAGE)
Pembelian
Tanggal
unit Harga /unit
Harga Pokok Penjualan
Total
harga
unit
Harga
/unit
Total harga unit
02-Jan
10-Mar 300
10.000
Persediaan
3.000.000
Harga
Total
/unit
harga
200
9.000
1.800.000
500
9.600
4.800.000
05-Apr
200
9.600
1.920.000 300
9.600
2.880.000
07-Mei
100
9.600
960.000 200
9.600
1.920.000
600 10.530
6.318.000
700 10.740
7.518.000
21-Sep 400
11.000
4.400.000
18-Nov 100
12.000
1.200.000
-
20-Nov
200
10.740
2.148.000 500 10.740
5.370.000
10-Des
200
10.740
2.148.000 300 10.740
3.222.000
7.176.000 300
3.222.000
total
800
8.600.000 700
LABA KOTOR
SISTEM PERIODIK
SISTEM PERPETUAL
FIFO
LIFO
AVERAGE
FIFO
LIFO
AVERAGE
PENJUALAN
11.500.000
11.500.000
11.500.000
PENJUALAN
11.500.000
11.500.000
11.500.000
BARANG SIAP DIJUAL
10.400.000
10.400.000
10.400.000
BARANG SIAP DIJUAL
10.400.000
10.400.000
10.400.000
PERSEDIAAN AKHIR
3.400.000
2.800.000
3.120.000
PERSEDIAAN AKHIR
3.400.000
2.900.000
3.222.000
HPP
7.000.000
7.600.000
7.280.000
HPP
7.000.000
7.500.000
7.178.000
LABA KOTOR
4.500.000
3.900.000
4.220.000
LABA KOTOR
4.500.000
4.000.000
4.322.000
Download