NERACA (LAPORAN POSISI KEUANGAN) (KAS/BANK, PIUTANG DAN PERSEDIAAN) ARIS MUNANDAR,SE.,M.Si AKUNTANSI KAS DAN BANK TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Pengertian dasar kas dan bank 2. Sistem pencatatan kas 3. Rekonsiliasi laporan bank 4. Pembukuan akuntansi pajak atas kas dan bank Pengertian Kas • Kas merupakan harta yang paling lancar atau likuid, paling mudah diselewengkan, maka diperlukan suatu sistem dan prosedur akuntansi untuk mencatat dan mengendalikan kas. • Kas adalah alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat umum dan oleh sebab itu merupakan dasar-landasan yang kuat untuk dipakai sebagai alat pengukur terhadap semua kegiatan ekonomi di dalam perusahaan. Alat Pembayaran yang Dapat Diklasifikasikan sebagai Kas : • Harus dapat diterima umum sebagai alat pembayaran atau diterima oleh bank sebagai simpanan sebesar nilai nominalnya. • Harus dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk kegiatan sehari-hari Jenis – Jenis Kas Termasuk kas: Uang chartal (logam, uang kertas) Tidak termasuk Kas: Cek mundur Cek giral (cek, traveler check) Cek kosong Wesel bank, wesel pos Money Order Simpan di bank (giro, tabungan) Compensating balance Valuta asing Deposito berjangka Bank garansi Sistem pengendalian intern meliputi semua sarana, alat dan peraturan-peraturan yang digunakan oleh perusahaan dengan tujuan : • mengamankan dan mencegah terjadinya pemborosan, penyalah gunaan dan ketidak-efisiensian dari sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan. • Menjamin ketelitian dan dapat dipercayainya (reliability) keberadaan data operasional dan akuntansi yang dihasilkan. • Mendorong tercapainya efisiensi operasi dan dipatuhinya kebijaksanaan manajemen. Pengawasan Kas • Pengawasan terhadap kas dapat dilakukan terutama dalam hal : • Penerimaan kas • Pengeluaran kas Prosedur-prosedur Pengawasan pada Penerimaan Kas 1. Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dari setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank. 2. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan kas. 3. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas. Prosedur-prosedur Pengawasan pada Pengeluaran Kas 1. Semua pengeluaran uang menggunakan cek kecuali untuk pengeluaran - pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil. 2. Dibentuk dana kas kecil yang diawasi dengan ketat. 3. Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti yang lengkap atau dengan kata lain digunakan sistem voucher. 4. Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas. 5. Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tertentu. 6. Diharuskan membuat kas harian. DANA KAS KECIL (Patty Cash) • Dana kas kecil atau petty cash fund adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek. • Dalam hubungannya dengan dana kas kecil terdapat dua metode yaitu : 1. Sistem Imprest 2. Metode Fluktuasi Sistem Imprest Sistem Fluktuasi (Fluctuating Fund Method) • Jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap, • Apabila jumlah kas kecil tinggal sedikit pada akhir periode, kasir kas kecil akan minta pengisian kembali kas kecilnya sebesar jumlah yang sudah dibayar dari kas kecil, kembali seperti semula. • Pengeluaran-pengeluaran kas kecil baru dicatat pada saat pengisian kembali. • Pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cara yang sama seperti pada sistem imprest. • Perbedaannya dengan sistem imprest adalah bahwa dalam metode fluktuasi saldo rekening kas kecil tidak tetap, tetapi berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaran kas kecil. • Pencatatan langsung dilakukan setiap terjadinya pengeluaranpengeluaran dari dana kas kecil. TRANSAKSI 1. IMPREST PEMBENTUKAN KAS KECIL Kas Kecil FLUKTUASI Kas Kecil Kas/Bank 2. PEMAKAIAN Tidak Ada Jurnal Kas/Bank Beban …… Beban ……. Kas Kecil 2. PENGGANTIAN Beban ….. Kas Kecil Beban ….. Kas/Bank Kas/Bank BANK REKONSILIASI (Bank Reconcilliation) REKONSILIASI BANK PENCOCOKAN ANTARA SALDO PEMBUKUAN PERUSAHAAN DENGAN SALDO BANK TERDAPAT PERBEDAAN : 1. BEDA WAKTU PENCATATAN 2. KESALAHAN PENCATATAN Hal-hal yang Menimbulkan Perbedaan 1. Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank 2. Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan 3. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran 4. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh perusahaan. 5. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam catatan perusahaan maupun catatan bank. Jenis Rekonsiliasi Rekonsiliasi Saldo Akhir, yang dapat dibuat dalam 2 bentuk : • Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar. • Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir, yang bisa dibuat dalam 2 bentuk : • Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4 kolom) • Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar (8 kolom) AKUNTANSI PAJAK Akuntansi kas dan bank tidak diatur tersendiri dalam UU pajak. Sama seperti akuntansi komersil yang tidak termasuk dalam kategori kas adalah: 1. Deposito 2. Persediaan prangko dan materai 3. Uang muka 4. Cek mundur / cek kosong Contoh Transaksi kas dan bank yg berkaitan dengan objek pajak. Tgl 12 maret 2016 PT. XYZ menerima bunga deposito dari Bank ABC sebesar Rp. 7.000.000 dgn tarif pajak PPh final (Pasal 4 ayat 2) -> PP No. 31 Tahun 2000 -> tarif 20%. Ayat jurnal yg diperlukan tergantung WP dlm metode pencatatan: 1. Metode Bruto 12 maret 2016 2. Metode Neto 12 maret 2016 Kas / bank PPh Pasal 4 (2) Penghasilan Bunga 5.600.000 1.400.000 kas / bank Penghasilan Bunga 5.600.000 7.000.000 5.600.000 AKUNTANSI PIUTANG TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Pengertian dan Perlakuan Piutang dalam laporan keuangan komersil 2. Penghitungan penyisihan piutang tak tertagih 3. Penghapusan piutang menurut akuntansi dan pajak 4. Metode penghapusan piutang tak tertagih Klasifikasi Piutang • Piutang Usaha Timbul karena adanya penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha perusahaan -> masuk dalam kategori aset lancar dan jangka waktu penagihan (-) satu tahun • Piutang Lain – Lain Timbul dari transaksi di luar kegiatan normal perusahaan. Metode Penghapusan Piutang Contoh; 1. Metode penghapusan langsung Piutang pada PT. XYZ Rp. 1.000.000 tidak dapat di tagih dan harus dihapus. Jurnal... Biaya Piutang tak tertagih 1.000.000 Piutang Dagang 1.000.000 2. Metode Penyisihan / pencadangan PT. ABC mengestimasi Rp. 15.000.000 dari Rp. 110.000.000 saldo piutang dagang di perusahaannya kemungkinan tak dapat tertagih. Biaya Piutang tak tertagih 15.000.000 Penyisihan Piutang tak tertagih 15.000.000 PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH Pada prinsipnya, terdapat 2 (dua) cara dalam menetapkan jumlah penyisihan piutang tidak tertagih; 1. Atas dasar saldo piutang 2. Atas dasar saldo penjualan 1. Atas dasar saldo piutang Cara ini menetapkan persentase terhadap saldo piutang rata-rata atau golongan unsur piutang pada akhir periode Contoh; Saldo piutang 1 januari 2015 Rp. 15.000.000 dan saldo piutang 31 desember 2015 Rp. 25.000.000. asumsi penyisihan 2%. Perhitungan penyisihan piutang tak tertagih sbb; Saldo piutang rata-rata = = Penyisihan piu.tdk tertagih = = Rp. 15.000.000 + Rp. 25.000.000 2 Rp. 20.000.000 2% X Rp. 20.000.000 Rp. 400.000 Dasar yg digunakan adalah golongan umur piutang Besarnya penyisihan piutang tak tertagih Rp. 3.590 2. Atas dasar saldo penjualan Cara ini dilakukan dengan menetapkan persentase terhadap penjualan. Dasar yg digunakan dapat mengunakan penjualan kredit atau total penjualan. Contoh; total penjualan kredit 2015 Rp. 2.500.000. % penyisihan ditetapkan 2% dari penjualan. Besarnya penyisihan piutang tak tertagih (2% X Rp. 2.500.000) = Rp. 50.000 Biaya piutang tak tertagih (2% X Rp. 2.500.000) = Rp. 50.000 Membandingkan Metode Penghapusan Langsung dengan Metode Penyisihan Bagian ini akan mempelajari dan membandingkan ayat jurnal untuk metode penghapusan langsung dan metode penyisihan. • Sebagai dasar ilustrasi, akan dipergunakan transaksi yang diambil dari catatan PT Horison untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2015: • 1 Mar. Menghapus piutang C. Yanuar, Rp3.650.000. • 12 Apr. Menerima pembayaran sebagian piutang sebesar – Rp2.250.000 dari total piutang Karina Budiman sebesar Rp5.500.000, dan menghapus sisa piutang yang dianggap tak tertagih. – • 22 Juni Menerima pembayaran piutang sebesar Rp3.650.000 dari C. Yanuar yang telah dihapuskan tanggal 1 Maret. • Mencatat kembali piutang C. Yanuar dan menerima pembayaran kas. • 7 Sep. Menghapus piutang berikut yang dianggap tak tertagih (catat dalam satu ayat jurnal): – Jason Bimasakti Rp1.100.000 Sandy Nurmila Rp1.360.000 – Santoso Budiman 2.220.000 Amir Wicaksana 990.000 – Sari Nuriah 775.000 • 31 Des. PT Horison menggunakan metode persentase dari penjualan kredit untuk mengestimasi beban piutang tak tertagih. Berdasarkan sejarah masa lalu dan rata‐rata industri, 1,25% dari penjualan kredit dianggap tidak akan tertagih. Horison mencatat penjualan kredit selama tahun 2015 sebesar Rp3.400.000.000. • Tampilan 3 memberikan ilustrasi mengenai ayat jurnal yang akan dicatat l h PT H i k metode penghapusan h oleh Horison dengan menggunakan langsung ddan metode penyisihan. Dalam metode penghapusan langsung, tidak ada ayat jurnal penyesuaian yang dibuat untuk piutang tak tertagih pada tanggal 31 Desember. Sebaliknya, metode penyisihan mencatat ayat jurnal i untuk estimasi ti i piutang ttak k tertagih sebesar b 42 000 penyesuaian Rp42.500.000. Membandingkan Metode Penghapusan Langsung dengan Metode Penyisihan Perbedaan antara metode penghapusan langsung dan metode penyisihan diringkas sebagai berikut. AKUNTANSI PAJAK Dalam pasal 6 ayat (1) huruf h UU pajak penghasilan mengatur pembebanan biaya piutang yg nyata – nyata tidak dapat ditagih atau lebih dikenal dengan penghapusan piutang dgn syarat; 1. Telah dibebankan sbg biaya pada laporan laba rugi komersil 2. WP harus menyerahkan daftar piutang yg tidak dpt ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak 3. Telah menyerahkan perkara penagihan kepada pengadilan negeri atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang antara kreditur dan debitur yg bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum / khusus. KMK No. 130/KMK.04/1998 Dalam keputusan tsb perlu diperhatikan sbb; 1. Piutang tak tertagih yg dpt dibebankan sbg biaya dalam perhitungan penghasilan kena pajak adalah piutang tak tertagih yg timbul dibidang usaha bank, lembaga pembiayaan, industri, dagang dan jasa lainnya. 2. Piutang yang dpt dihapuskan adalah piutang usaha sesuai dengan bidang usaha dari WP yg bersangkutan. Akuntansi Persediaan • Sistem pencatatan persediaan • Perbandingan sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan antara praktek akuntansi komesil dan akuntansi pajak Sistem pencatatan persediaan 1. Sistem pencatatan perpetual 2. Sistem pencatatan periodik Contoh Sistem pencatatan perpetual: 1. Pada tanggal 2 Januari 2011 Tn. Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp 40.000 per karung dari PT Semen Cibinong secara kredit 2. Pada tanggal 5 Januari 2011 Tn. Yahya menjual 3.000 karung semen @ Rp 45.000 kepada PT Maju secara kredit Contoh Sistem pencatatan periodik : 1. Pada tanggal 2 Januari 2011 Tn. Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp 40.000 per karung dari PT Semen Cibinong secara kredit 2. Pada tanggal 5 Januari 2011 Tn. Yahya menjual 3.000 karung semen @ Rp 45.000 kepada PT Maju secara kredit • Dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6), sistem pencatatan yang diperkenalkan adalah sistem pencatatan perpetual. Akan tetapi, untuk hal-hal tertentu karena sifatnya mengalami kesulitan dalam menggunakan sistem perpetual, sistem lain dapat digunakan. Penetapan Persediaan dan Pelaporan dalam Laporan Keuangan Dalam laporan keuangan, persediaan disajikan di neraca atau di laporan laba rugi. 1. Dalam neraca akan muncul dalam akun Persediaan 2. Di laporan laba rugi, persediaan akan muncul dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan Persediaan pada neraca Persediaan pada laporan laba rugi A. Berdasarkan Harga Perolehan 1. Metode Identifikasi Khusus 2. Metode FIFO 3. Metode LIFO 4. Metode Average (Simple & Moving) B. Berdasarkan Estimasi 1. Metode Identifikasi Khusus Metode ini berasumsi bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya, sehingga setiap kelompok barang diberi identifikasi dan dibuat kartu. 2. Metode FIFO Contoh : Berdasarkan rincian di atas dapat ditetapkan: • Total Penjualan atau Harga Pokok Penjualan Rp 7.850.000.000 (Rp 2.000.000 + Rp 1.150.000 + Rp 3.450.000 + Rp 1.250.000) • Persediaan Akhir (200 unit x Rp 12.000.000) Rp 2.400.000.000 3. Metode LIFO Contoh : Dari data di atas dapat ditetapkan: • Harga Pokok Penjualan Per 15 Januari Per 30 Januari Total • Persediaan Akhir (200 unit x Rp 10.000.000) Rp 3.450.000.000 Rp 4.800.000.000 Rp 8.250.000.000 Rp 2.000.000.000 4. Metode Average (Simple Average) Harga rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa mengalikan jumlah barang) dibagi dengan banyaknya harga. 4. Metode Average (Simple Average) Pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada perpetual. • Harga Pokok Penjualan adalah Rp 7.933.200.000 • Persediaan Akhir (200 unit x Rp 11.583.000) Rp 2.316.600.000 B. Berdasarkan Estimasi Berdasarkan estimasi terbagi menjadi 2 metode, yaitu: a.Metode Laba Kotor b.Metode Eceran (Ritel) Metode Laba Kotor Nilai persediaan akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dalam keadaan khusus. Misalnya, perusahaan dalam kondisi terbakar, sehingga sulit penilaian secara fisik. Metode Eceran (Ritel) Harga pokok persediaan diestimasi atas dasar hubungan antara harga pokok dengan harga jual eceran untuk persediaan yang sama dengan cara mengakumulasi semua harga eceran dari persediaan yang dijual. Metode Penilaian Lainnya terdiri dari 2 metode, yaitu: a. Lower of Cost or Market whicever is Lower (LOCOM) b. Nilai Jual LOCOM Persediaan barang di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tidak lagi sepadan dengan harga pokok atau akibat lainnya seperti perubahan tingkat harga. Besar nilai persediaan akhir dengan menggunakan LOCOM sebesar Rp 14.200.000.000 Nilai Jual Nilai persediaan ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biayabiaya penjualan yang dapat terjadi. Metode ini digunakan untuk menetapkan persediaan produk pertanian atau logam mulia. Menurut ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6), penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP hanya boleh dilakukan melalui dua cara yaitu : 1. Average method 2. FIFO method Pemilihan metode tersebut harus dilakukan secara taat asas, artinya sekali WP memilih salah satu cara penilaian persediaan untuk penghitungan HPP, maka selanjutnya harus digunakan cara yang sama AKUNTANSI PAJAK PERSEDIAAN Dari sisi praktik akuntansi komersial dan akuntansi pajak, tidak ada perbedaan prinsip dalam metode pencatatan. CONTOH SOAL; DATA PERSEDIAAN Tanggal Keterangan BARANG SIAP UNTUK DIJUAL Kuantitas Harga Tanggal Keterangan Kuantitas Harga total 02-Jan Persediaan awal 200 9.000 1.800.000 10.000 10-Mar Pembelian 300 10.000 3.000.000 200 15.000 21-Sep Pembelian 400 11.000 4.400.000 07-Mei Penjualan 100 15.000 18-Nov Pembelian 100 12.000 1.200.000 21-Sep Pembelian 400 11.000 18-Nov Pembelian 100 12.000 20-Nov Penjualan 200 17.000 10-Des Penjualan 200 18.000 02-Jan Persediaan awal 200 9.000 10-Mar Pembelian 300 05-Apr Penjualan 1.000 10.400.000 SISTEM PERIODIK PERSEDIAAN AKHIR FIFO PERSEDIAAN AKHIR LIFO Tanggal Keterangan Kuantitas Harga total Tanggal Keterangan Kuantitas Harga total 21-Sep Pembelian 200 11.000 2.200.000 02-Jan Persediaan awal 200 9.000 1.800.000 18-Nov Pembelian 100 12.000 1.200.000 10-Mar Pembelian 100 10.000 1.000.000 300 3.400.000 300 2.800.000 PERSEDIAAN AKHIR AVERAGE Harga rata - rata perunit = 10.400.000 x 300 1.000 = 3.120.000 SISTEM PERPETUAL (FIFO) Pembelian Tanggal unit Harga /unit Total harga 02-Jan 10-Mar 300 10.000 3.000.000 05-Apr 07-Mei 21-Sep 400 11.000 4.400.000 18-Nov 100 12.000 1.200.000 20-Nov 10-Des TOTAL 800 8.600.000 Harga Pokok Penjualan Harga unit Total harga unit /unit 200 200 300 200 9.000 1.800.000 300 100 10.000 1.000.000 200 200 400 200 400 100 200 10.000 2.000.000 400 100 200 11.000 2.200.000 200 100 700 7.000.000 300 Persediaan Harga Total /unit harga 9.000 1.800.000 9.000 1.800.000 10.000 3.000.000 10.000 3.000.000 10.000 2.000.000 10.000 2.000.000 11.000 4.400.000 10.000 2.000.000 11.000 4.400.000 12.000 1.200.000 11.000 4.400.000 12.000 1.200.000 11.000 2.200.000 12.000 1.200.000 3.400.000 SISTEM PERPETUAL (LIFO) Pembelian Tanggal 02-Jan 10-Mar unit Harga /unit 300 10.000 Total harga Harga Pokok Penjualan Harga unit Total harga /unit 3.000.000 05-Apr 200 10.000 2.000.000 07-Mei 21-Sep 100 10.000 1.000.000 400 11.000 4.400.000 18-Nov 100 12.000 1.200.000 100 12.000 100 11.000 200 11.000 1.200.000 1.100.000 2.200.000 20-Nov 10-Des TOTAL 800 8.600.000 700 7.500.000 unit 200 200 300 200 100 200 200 400 200 400 100 200 300 200 100 300 Persediaan Harga Total /unit harga 9.000 1.800.000 9.000 1.800.000 10.000 3.000.000 9.000 1.800.000 10.000 1.000.000 9.000 1.800.000 9.000 1.800.000 11.000 4.400.000 9.000 1.800.000 11.000 4.400.000 12.000 1.200.000 9.000 1.800.000 11.000 3.300.000 9.000 1.800.000 11.000 1.100.000 2.900.000 SISTEM PERPETUAL (AVERAGE) Pembelian Tanggal unit Harga /unit Harga Pokok Penjualan Total harga unit Harga /unit Total harga unit 02-Jan 10-Mar 300 10.000 Persediaan 3.000.000 Harga Total /unit harga 200 9.000 1.800.000 500 9.600 4.800.000 05-Apr 200 9.600 1.920.000 300 9.600 2.880.000 07-Mei 100 9.600 960.000 200 9.600 1.920.000 600 10.530 6.318.000 700 10.740 7.518.000 21-Sep 400 11.000 4.400.000 18-Nov 100 12.000 1.200.000 - 20-Nov 200 10.740 2.148.000 500 10.740 5.370.000 10-Des 200 10.740 2.148.000 300 10.740 3.222.000 7.176.000 300 3.222.000 total 800 8.600.000 700 LABA KOTOR SISTEM PERIODIK SISTEM PERPETUAL FIFO LIFO AVERAGE FIFO LIFO AVERAGE PENJUALAN 11.500.000 11.500.000 11.500.000 PENJUALAN 11.500.000 11.500.000 11.500.000 BARANG SIAP DIJUAL 10.400.000 10.400.000 10.400.000 BARANG SIAP DIJUAL 10.400.000 10.400.000 10.400.000 PERSEDIAAN AKHIR 3.400.000 2.800.000 3.120.000 PERSEDIAAN AKHIR 3.400.000 2.900.000 3.222.000 HPP 7.000.000 7.600.000 7.280.000 HPP 7.000.000 7.500.000 7.178.000 LABA KOTOR 4.500.000 3.900.000 4.220.000 LABA KOTOR 4.500.000 4.000.000 4.322.000