BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Status gizi yang baik

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya manusia yang
berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin yakni sejak manusia itu
masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
makanannya. Melalui makanan manusia mendapatkan zat gizi yang merupakan
kebutuhan dasar manusia untuk hidup dan berkembang. Ketidaktahuan tentang cara
pemberian makan pada anak balita baik dari jumlah, jenis dan frekuensi makanan
secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab terjadinya masalah kurang gizi
pada anak (Husaini dkk, 1999).
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orangtua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan
fakta bahwa kurang gizi yang tejadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak
dapat pulih). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, prevalensi balita kurang gizi
(berat badan kurang) sebesar 18,0 persen diantaranya 4,9 persen dengan gizi buruk.
Sedangkan prevalensi balita pendek untuk (stunting) sebesar 35,6 persen, dan
prevalensi balita kurus (wasting) adalah 13,3 persen. Menurut Marimbi (2010),
Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan.
Kekurangan gizi dapat memengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh
selama masa balita.
Universitas Sumatera Utara
Pada anak balita upaya perbaikan gizi sangat penting dilakukan, Oleh karena
itu perlu diberikan perhatian, pembinaan, dan pengawasan yang sedini mungkin agar
menghasilkan kualitas yang baik. Masalah gizi pada anak balita timbul karena tidak
tersedianya zat-zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi
kebutuhannya. Dalam hal ini konsumsi makanan merupakan faktor utama untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (Almatsier, 2004). Apabila orang tua tidak mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam memberikan makanan pada balita
maka risiko kekurangan gizi pada buah hatinya akan meningkat. Makanan yang tidak
menarik dan tidak diminati oleh balita akan semakin membuat selera makannya
menurun sehingga asupan zat gizinya menjadi terbatas. Keadaan ini akan membawa
pengaruh negatif pada pertumbuhan balita (Ramayulis, 2008).
Hasil penelitian Santi ( 2011) menunjukkan bahwa pola makan pada balita
yang cukup lebih banyak dengan pencapaian penerapan status gizi baik sebanyak 26
(23,9 %), status gizi kurang sebanyak 22 (20,2 %), sedangkan pada pola makan
kurang dengan pencapaian status gizi baik sebanyak 16 (14,7 %), status gizi kurang
sebanyak 45 (41,3 %). Sedangkan menurut hasil penelitian Puspita (2006) Status gizi
balita dengan status gizi baik pada keluarga tidak miskin mencapai 100% sedang
pada keluarga miskin hanya mencapai 74,19% dan 22,58% gizi kurang. Diharapkan
bagi ibu lebih memperhatikan konsumsi pangan pada balita untuk mendapatkan status
gizi yang baik.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut UURI No.20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
Universitas Sumatera Utara
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
(Dinas kesehatan, 2010). Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggara pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (Koordinasi motorik halus dan kasar).
Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan, spritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan yang dilalui oleh anak-anak usia dini (Ahira, 2011). Menurut
Sudarso (2011), Perkembangan yang diperoleh anak pada usia dini, sangat
mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya dan meningkatkan
produktivitas dimasa dewasa. Pelaksanaan pembelajaran pada prasekolah (Pendidikan
Anak Usia Dini) perlu dikembangkan ke arah pembelajaran sesuai dunianya, yaitu
memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif dan kreatif dengan menerapkan
konsep belajar sambil bermain.
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan
mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial.
Namun, sebagian orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti
anak
tidak
mengalami
masalah
kesehatan
termasuk
pertumbuhan
dan
perkembangannya (Nursalam, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan survei awal, berdirinya PAUD Kasih Ibu di awali dengan adanya
keinginan masyarakat Desa Suka Maju dalam hal pendidikan anak usia dini.
Sebenarnya di desa tersebut sudah ada berdiri TK ( Taman Kanak-Kanak), tetapi
biaya pendidikannya mahal bagi masyarakat yang sebagian besar kondisi ekonominya
menengah ke bawah dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan dan tukang
ojek. Keinginan tersebut diajukan kepada ibu-ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga) yang kemudian di sampaikan kepada Bupati. Dengan adanya izin dari
Bupati, maka di dirikanlah PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju yang ditujukan bagi
masyarakat menengah kebawah. Sehingga anak usia dini yang berada di Desa Suka
Maju memperoleh pendidikan yang layak sebelum memasuki jenjang pendidikan
dasar.
Dengan berdirinya PAUD Kasih Ibu diharapkan masyarakat terutama orang tua
untuk ikut berperan aktif dalam mengembangkan kepribadian diri, kemampuan
berfikir dan kecerdasan anak. Berdasarkan hasil observasi secara fisik bahwa anak
yang mengikuti program PAUD Kasih Ibu memiliki tubuh yang kurus dan pendek
berdasarkan usianya, kemungkinan disebabkan asupan makanan dan gizi yang rendah
serta menderita suatu penyakit. Menurut data Puskesmas Tanjung Tiram, pada tahun
2012 dari jumlah 776 anak, terdapat 68 (8,76 %) anak berstatus gizi kurang. Hal ini
menunjukkan bahwa kasus gizi kurang pada anak di Desa Suka Maju masih menjadi
masalah, sehingga perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana konsumsi
pangan dan status gizi anak peserta program pendidikan anak usia dini (PAUD) Kasih
Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsumsi pangan dan status gizi anak
peserta program pendidikan anak usia dini (PAUD) Kasih Ibu di Desa Suka Maju
Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsumsi pangan dan status gizi anak peserta program
pendidikan anak usia dini (PAUD) Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung
Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
Mengetahui jenis dan frekuensi makanan yang dikonsumsi anak yang mengikuti
program PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.
2.
Mengetahui penyakit infeksi yang diderita anak yang mengikuti program PAUD
Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara
Tahun 2012.
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Untuk menambah informasi bagi pengurus PAUD Kasih Ibu Desa Suka Maju
Kecamatan Tanjung Tiram tentang konsumsi pangan dan status gizi anak yang
mengikuti program PAUD.
2.
Sebagai bahan informasi bagi ibu-ibu yang anaknya mengikuti program PAUD
Kasih Ibu tentang asupan pangan yang sehat dan bergizi.
Universitas Sumatera Utara
Download